PEMURNIAN TASAWUF MENURUT PANDANGAN HAMKA SKRIPSIrepository.iainambon.ac.id/404/1/BAB I, III,...
Transcript of PEMURNIAN TASAWUF MENURUT PANDANGAN HAMKA SKRIPSIrepository.iainambon.ac.id/404/1/BAB I, III,...
PEMURNIAN TASAWUF MENURUT PANDANGAN HAMKA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Dalam Bidang Aqidah dan Filsafat Islam
Oleh:
SUKMAWATI TODANGA
150201007
JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) AMBON
2019
DAFTAR SINGKATAN
Dkk : dan kawan-kawan
H : Tahun Hijriyah
h. : halaman
Ibid : ibidem
M : Tahun Masehi
SM : Sebelum Masehi
no. : nomor
Q.S : al-Qur‟an Surat
Saw : shallallahu alaihi wasallam
SWT : subhanahu wataala
Terj. : terjemah
t.th : tanpa tahun
Vol. : volume
iii
ABSTRAK
Hidup kerohanian itu adalah perjuangan manusia dalam dirinya sendiri dalam
mencapai kesempurnaan. Menurut penyelidikan para ahli, memang ada perjuangan
yang amat hebat di antara keinginan dan kesucian dari gangguan-gangguan hawa
nafsu. Hidup dalam kerohanian adalah ikhtiar mengalahkan gangguan hawa nafsu
sehingga tercapai kemajuan yang sempurna yang dinamai insan kamil.
Bahwa Tuhan bersifat wujud (ada). Wujud Tuhan tidak memakai sebab dan
tidak memerlukan perantara ada-Nya karena ia adalah zat yang wajibul wujud, yakni
Tuhan itu wajib ada tidak boleh tidak. Ada dengan sendiri-Nya dan buat selama-
lamanya lagi pula ada-Nya tidak memakai permulaan dan tidak diakhir suatu masa,
untuk itu Allah Swt. bersifat ada dan ada-Nya itu tidak mengenal batas.
Dalam masalah sifat-sifat Tuhan ini Buya Hamka juga mengemukakan
pemikiramya yang berisikan ingin memberikan kejelasan tentang hal tersebut yang
ada kesamaanya dengan sifat-sifat manusia sebagaimana peryataan berikut:
Maka kalau dikatakan Tuhan Allah bersifat mendengar bukanlah artinya
pendengaranya itu sama dengan pendengaran kita yang memakai telinga macam ini.
Kalau dia melihat, bukanlah artinya alat penglihatan-Nya adalah mata sebagaimana
mata kita yang diberikan-Nya ini. Kalau Dia berkata tidaklah. Dia berlidah dan
bermulut sebagaimana kita. Alhasil : sifat alam yang dijadikan oleh Tuhan, tidaklah
serupa dengan sifat Tuhan sebab Tuhan bukanlah alam, dan alam bukan Tuhan
Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research). Sedangkan teori yang
digunakan dalam penelitian adalah teorinya Hamka tentang (tauhid) Semua data
primer berupa karya Hamka akan direduksi dengan menggunakan metode deskripsi
dan metode Interpretasi. Dan data sekunder berupa buku-buku, majalah ilmiah, arsip,
dan artikel yang berkaitan langsung dengan tema penelitian ini dari berbagai sumber
tertulis.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Pemurnian tasawuf terletak pada
tauhid dan hidup kerohanian.
Kata Kunci: Pemurnian Tasawuf, pemurnian Tauhid dan Rohani
iv
MOTTO
Ÿω ÷β t“ øtrB āχ Î) ©!$# $ oΨyè tΒ ( ∩⊆⊃∪
"Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita."
( At-Taubah 9:40)
¨β Î) yìtΒ Î�ô£ãè ø9 $# # Z�ô£ç„ ∩∉∪ s
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(QS As-Syrah 98:6)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Guru-guruku,
Ayahanda dan Ibunda serta Kakak, Adikku tercinta.
Teman-teman AFI seangkatan.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji
bagi Allah yang menguasai alam sesmesta. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya.
Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan limpahan rahmatNya,
sehingga atas kehendakNya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Namun demikian, skripsi ini juga tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu proses penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Oleh karena itu, dengan selesainya skripsi ini, rasa terimakasih yang tulus dan
rasa hormat saya haturkan kepada.
1. Dr. Hasbollah Toisuta, M. Ag, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ambon
2. Dr. Ye Husen Assagaf, M. Fil.I, Selaku Dekan FUD (Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah) IAIN Ambon
3. Hakis, M. Sos.I, selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam IAIN Ambon
4. H. Baco sarluf, M. Fil. I, dan Darma, MM, selaku pembimbing, dengan bijak
untuk membukakan pintu konsultasi penulisan skripsi ini .
5. Dewan Penguji Skripsi yang telah berkenan memberikan koreksi, evaluasi, dan
arahan kepada penulis agar penulisan Skripsi ini lebih baik dan bernilai.
6. Staf Administrasi di Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Ambon.
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN ......……………….....…………… ………..………. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................... ………….............. ii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................. iv
MOTTO ...................................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUA ………………………….………………….....……....……1
A. Latar Belakang ............................................................... ........................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................. ............................................... 6
E. Definisi Operasional ............................................................................................... 6
F. Metode Penelitian ................................................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI ………………………………....………......……… 11
A. Kajian Penelitian Terdahulu ............................................. ................................... 11
B. Pengertian Tasawuf …….......….……..........…….…………...............……......... 12
C. Pemurnian dalam Islam .................................................... ................................... 15
D. Pemurnian Islam Para masa Nabi, Sahabat, dan Tabi’in ........ ............................. 26
BAB III LATAR BELAKANG KEHIDUPAN HAMKA ................................... 35
ix
A. Biografi Hamka …………….……….....................................................….…..... 35
B. Pemikiran Hamka .................................................................................................. 37
C. Karya-karya Hamka .............................................................................................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................ ............................ ................ 44
A. Latar Belakang Pemikiran Tasawuf Hamka ............................... ......................... 44
B. Pemikiran Hamka tentang pemurnian ............................... ................................... 46
C. Penyimpangan dan Pemurnian Tasawuf Hamka .................................................. 53
D. Kritik Konstrusi Hamka Terhadap Tasawuf .................................. ..... ................ 54
BAB V PENUTUP …………….……...............................................................….. 62
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 62
B. Saran .......................................................................... ........................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
x
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemurnian berasal dari kata “murni”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
“murni” berarti asli, tidak bercampur dengan usur lain. Pemurnian berarti
tindakan/proses membuat sesuatu menjadi asli.
Adanya pengertian Pemurnian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
tindakan untuk membersihkan akidah yang telah kotor sehingga kembali bersih
seperti aslinya.
Melihat pengertian pemurnian di atas, maka gerakan Muhammad ibn Abd al-
Wahhab dapat dikatakan gerakan pemurnian, sebab ia berusaha untuk membersihkan
akidah umat Islam yang telah dikotori oleh syirik, bid’ah dan khurafat agar kembali
murni seperti akidah umat Islam pada masa Nabi, sahabat dan tabi’in.
Gerakan tersebut tidak dapat dikatakan gerakan pembaharuan karena: Pertama,
gerakan ini timbul bukan sebagai reaksi terhadap perkembangan modern di barat,
akan tetapi ia merupakan gerakan yang muncul dari dalam Islam sendiri, sebagai
reaksi terhadap kondisi masyarakat Islam saat itu. Kedua, yang dilakuka
1
Muhammad ibn Abd al-Wahhab bukan menciptakan pemahaman baru, akan tetapi
dia mengembalikan umat Islam kepada Islam yang murni.1
Usaha purifikasi yang biasa disebut sebagai gerakan tadjdih, islah, al-tandif
atau salaf akan muncul dalam masyarakat yang di pandang telah menyimpang dari
ajarang Islam yang asli. Gerekan purifikasi mempunyai semboyan “kembali pada
Al-Qur’an dan Sunah” dalam arti gerakan untuk mengembalikan ajaran Islam
kelandasaan utamanya yaitu apa yang termaktub dalam Al-Qur’an dan hadis
Rasulullah saw. Usaha pemurnian/purifikasi itu sebenarnya tidak hanya di ajukan
untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan aqidah tetapi berkembang
kemasalah-masalah yang meyangkut ibadah dan mu’amalah duniawiyah.
Gerakan pencarian kemurnian Islam telah menjadi perhatian para pemikir
Muslim dari zaman klasik hingga zaman modern sekarang ini di berbagai kawasan
Islam.
Sejarah Islam mengenal gerakan-gerakan yang muncul dalam rangka
purifikasi agama. Yang pertama kali ialah gerakan Hambali yang dipelepori oleh
Abu Muhammad al-Barbahari. Dengan kata lain, ia di pandang sebagai pelopor
gerakan puritan pertama dalam sejarah Islam. Situasi masyarakat Islam pada saat
itu ditandai dengan beberapa penyimpanan. Pertama, penyimpanan aqidah telah
melanda umat Islam karena pengaruh filsafat Yunani yang kemudian muncul
dalam masyarakat Islam dalam bentuk ilmu kalam dan filsafat. Penyimpanan
macam ini dilakukan oleh aliran Mu’tazilah dan Asy’ariyah. Kedua, bid’ah dan
1Rusli, Ris’an, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam (Ed. 1-Cet ke-2, Jakarta: PT
Rajawali Pers, 2014), hlm. 14
2
khurafat juga menjamur di kalangan umat Islam, sehingga timbul upacara-upacara
ritual yang tidak berpangkal pada ajaran Allah swt. dan Nabi. Penyimpangan
seperti ini dilakukan oleh Syi’ah. Al-barbahari dan gerakan Hamblinya pada awal
abad ke-10 menyerukan perlawanan terhadap penyimpanan itu dengan cara
kembali kepada aqidah salaf.
Gerakan purifikasi kedua juga timbul di kalangan masyarakat Hambali,
yaitu gerakan Ibnu Taimiyah di Damaskus pada abad ke-14. Ibnu Taimiyah
memandang bahwa Islam telah dikotori oleh Taswuf dan tarekat yang sama sekali
tidak berorientasi kepada sunah Nabi Muhammad saw. Tarekat yang di maksud
mengetengahkan konsep-konsep wali, wasilah, dan karamah yang mengandung
unsur khurafat dan syirik. Ibnu Taimiyah berusaha menghilangkan itu semua
dengan menyerukan “kembali pada Tauhid”2
Gerakan Pemurnian Islam pada umumnya dipahami sebagai gerakan yang
mengajak umat Islam untuk mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan tuntunan
Al-Qur’an dan al-Sunnah. Gerakan Pemurnian Islam muncul sebagai antitesis
terhadap praktik keagamaan umat muslim yang menyatukan prinsip-prinsip dasar
ajaran Islam dan budaya, tradisi dan segala hal yang dinilai tidak bersumber pada
Al-Qur’an dan Al-Sunah. Secara historis, Gerakan permurnian Islam dihubungkan
dengan ekspresi dan aktualisasi Islam pada masa Nabi Muhammad Saw dan
generasi sahabatnya. Aktualisasi Islam dalam kehidupan masa Nabi Muhammad
2Duriana, Pemurnian Tasawuf Ibnu Taimiyah: Implikasinya Terhadap Pengalaman
Keruhanian Muhamadiyah, Disertasi: Makassar, 2012. Hlm 81-82
3
SAW dan para sahabatnya nilai sebagai pengalaman ajaran Islam yang paling
ideal, murni dan belum tercampur serta terpengaruh dari budaya lain.3
Pada awal timbulnya, tasawuf mempunyai maksud yang suci, yaitu hendak
memperbaiki budi pekerti manusia. Semua orang bisa menjadi sufi, tidak perlu
memakai pakaian tertentu, atau memakai bendera tertentu, atau menyendiri sekian
hari lamanya di dalam kamar, atau mengadu kening dengan kening guru.
Di zaman Nabi Muhammad Saw hidup, semua orang menjadi sufi. Nabi dan
para sahabatnya, semuanya memiliki akhlak yang tinggi, berbudi mulia, sanggup
menderita lapar dan haus. Jika mereka beroleh kekayaan, tidaklah melekat dalam
hati mereka. Suasana kehidupan mereka serba biasa, dan mereka pun tidak
menamai diri mereka sebagai sufi.
Agama Islam adalah agama yang menyeru umatnya mencari rezeki dan
mengambil sebab-sebab mencapai kemuliaan, ketinggian, dan keagungan dalam
perjuangan hidup bangsa-bangsa. Bahkan, Agama Islam menyerukan menjadi
yang dipertuan di dalam alam dengan dasar keadilan, memungut kebaikan di
manapun juga bersuannya, dan memperbolehkan mengambil peluang mencari
kesenangan yang diizinkan.4
Hamka menyuarakan kembali makna hakiki tasawuf memiliki semangat
juang, kemajuan dan terlihat aktif secara sosial kemasyarakatan: “adapun tasawuf
yang suci murni bukanlah lari dari gelombang hidup. Tasawuf yang sejati adalah
3Rahman Abdul, Gerakan Pemurnian Islam di Surakarta (Studi Tentang Mejelis
Tafsir al-Qur’an (MTA) Tahun1972-1992 M) Tesis Yokyakarta, 2015), hlm. 1 4Hamka, Tasawuf Modern, Bahagia itu Dekat dengan Kita Ada di dalam Diri Kita, (Cet ke-
1, Jakarta: PT Republika Penerbit, 2015), hlm. 5
4
panduan dari menempuh hidup. Tasawuf yang sejati bukanlah lari dari hutan,
melainkan lebur ke dalam masyarakat. sebab masyarakat perlu bimbingan rohani.5
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu Islam yang menekankan dimensi
atau aspek spiritual dalam Islam. Dalam kaitannya dengan manusia, tasawuf lebih
menekankan aspek rohaninya ketimbang aspek jasmaninya. Dalam kaitannya
dengan kehidupan, ia lebih menekankan kehidupan akhirat ketimbang kehidupan
dunia yang fana.6
Fungsi dari tasawuf adalah untuk memeperkokoh akhlak dari pengaruh-
pengaruh luar, terutama pengaruh harta kekayaan dan kekuasaan, untuk membina
sikap “zuhud”, sikap yang menyebabkan hati tak dikuasai oleh hal-hal yang
duniawi sehingga sampai melupakan Allah swt.7
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: Pemurnian Tasawuf Menurut Pandangan Hamka
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka penulis dapat
merumuskan permasalahan pokok yang menjadi inti permasalahan dalam
penulisan ini yaitu:
1. Bagaimana latar belakang Pemikiran Tasawuf Hamka.?
2. Bagaimana Pemurnian Tasawuf Hamka.?
5Zaprulkha, Ilmu Tasawuf: Sebuah Kajian Tematik, (Cet ke-1, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2016), hlm. 259 6Bangun Nasution, Ahmad, Dan Rayani Hanun Siregar, Akhlak Tasawuf: Pengenalan,
Pemahaman, dan Pengaplikasikannya (Disertai Biografi dan Tokoh-tokoh Sufi), (Cet ke-1,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 12 7Damami, Mohammad, Tasawuf Positif (Dalam Pemikiran Hamka), (Cet ke 1, Yogjakarta:
PT Fajar Pustaka Baru, 2000), hlm. 170
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk memahami Pemikiran Tasawuf Menurut Pandangan Hamka
2. Untuk mengetahui Pemurnian Tasawuf Menurut Pandangan Hamka
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk memeberikan masukan tentang Latar Belakang Hamka.
2. Untuk memberikan masukan tentang Permunian Tasawuf Hamka
E. Definisi Operasional
1. Pemurnian
Pemurnian berasal dari kata “murni”, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, “murni” berarti asli, tidak bercampur dengan usur lain. Pemurnian
berarti tindakan/proses membuat sesuatu menjadi asli.
Adanya pengertian pemurnian yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah tindakan untuk membersihkan akidah yang telah kotor sehingga kembali
bersih seperti aslinya.8
2. Tasawuf
Tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian dan
kebersihan jiwa, tekun beribadah, sederhana, dekat dengan Tuhan dan bijaksana.
Sikap jiwa yang demikian pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia.9
8 Rusli, Ris’an, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam (Ed. 1-Cet ke-2, Jakarta: PT
Rajawali Pers, 2014), hlm. 13 9Bangun Nasution, Ahmad Dan Rayani Hanun Siregar, M.H, Akhlak Tasawuf:
Pengenalan, Pemahaman, dan Pengaplikasikannya (Disertai Biografi dan Tokoh-tokoh Sufi), (Cet
ke-1, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 279
6
Dengan demikian definisi operasional dari judul penilitian ini adalah
mengenai upaya pemurnian akidah yang dilakukan oleh Hamka dalam bidang
Tasawuf
F. Metode penelitian
1. Jenis Penelitian
Secara metodologis, penelitain ini merupakan penelitian Kualitatif
kepustakaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini semuanya
bersumber dari pustaka ( library research) dalam arti semua sumber datanya
berasal dari bahan-bahan tertulis. Sehingga data serta informasi yang digunakan
merujuk pada data yang bersumber dari berbagai literartur maupun tulisan.
Penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan di dalam rumusan masalah
berdasarkan pembacaan dan penelusuran terhadap data-data yang berhubungan
dengan tema yang akan diteliti.10
2. Pendekatan Penelitian
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan historis.11
dan sufistik. Pendekatan historis digunakan untuk menganalisis sejarah hidup
Hamka sekaligus mengetahui kondisi sosial pada masanya. Pendekatan ini
dilakukan karena hasil-hasil pemikiran seorang tokoh, termasuk Hamka tidak
terlepas dari kondisi sosialnya. Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah
sumber-sumber yang berisi informasi tentang masa lampau yang berkaitan
dengan kehidupan Hamka.
10Muh. Ilham, konsep zuhud dalam pemikiran, makassar: Tesis 2014, hlm. 15
Tasawuf hamka 11
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam (Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999),
hlm. 46-47
7
Adapun pendekatan dan sufistik adalah pendekatan yang digunakan
untuk melihat dan membiarkan tradisi tasawuf berbicara atas namanya
sendiri menyangkut uraian yang dipaparkan. Pendekatan ini adalah cara
pandang spiritual yang biasa diterapkan para sufi dengan memandang segala
sesuatu sebagai tanda Tanda-tandaNya. tanda inilah yang menjadi sumber
inspirasi bagi para sufi, sekaligus sebagai sarana untuk menghayati dan
mendekati-Nya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dari sumber utama dan sumber Tambahan, maka
penulis menggunakan teknik penelitian kepustakaan. Adapun sumber data yang
digunakan dibagi dalam dua kelompok, yaitu Sumber Data Utama Primer dan
data skunder. pertama. Data primer adalah sumber utama yang dapat memberikan
informasi, fakta dan gambarang peristiwa yang diinginkan dalam penelitian. Atau
sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan. Dalam penelitian kualitatif,
sumber data utama itu adalah kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau di
wawancarai. Adapun sumber primer yang digunakan buku, karya-karya Tasawuf
Hamka.
Adapun sumber data skunder yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
data berupa buku-buku, majalah Ilmiah, Arsip, dan artikel yang berkaitan
langsung dengan tema penelitian ini dari berbagai sumber tulisan.
Sumber data berupa buku yang dimaksud termaksud Disertai, Tesis dan
Skripsi yang mampu memberikan gambaran mengenai keadaan seseorang atau
masyarkat tempat kajian/penelitian dilakukan. Selain itu tentu saja majalah ilmiah,
8
termaksud jurnal ilmia yang memuat hasil kajian dan penelitian yang dapat
memberikan informasi awal untuk sebuah penelitian yang dilakukan.
Termaksud sumber data tambahan yang tidak bisa diabaikan dalam
penelitian kualitatif adalah Dokumen arsip, baik memiliki perorangan (pribadi)
Maupun dokumen sebuah institusi yang bersifat resmi kelembagaan. Dokumen-
dokumen ini memiliki arti penting bagi seorang peneliti kualitatif, terutama yang
terkait dengan data-data umum, data-data kependudukan, monografi dan
sebagainya.12
4. Teknik Analisis Data
Dalam penenlitian kualitataif, teknik analisis data yang digunakan sudah
jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan
dalam Skripsi.
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan
di lakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.13
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, Selanjunya di kembangkan menjadi hipotesis.
Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut,
Selanjutkan dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat
disimpulakan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data
yang dikumpul. Bila berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-
12
Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif: Panduang Penelitian Beserta Contoh Proposal
Kualitatif (Cet-1, Bandung: PT Alfabeta, 2015), hlm. 69-70.
13Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Cet ke-24, Bandung, PT Alfabeta, 2014),
hlm. 87
9
ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis
tersebut berkembangan menjadi teori.14
14
Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Cet ke-24, Bandung, PT
Alfabeta, 2016), hlm. 245
10
BAB III
LATAR BELAKANG KEHIDUPAN HAMKA
A. Biografi Hamka
1. Riwayat Hidup Hamka
Nama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan
julukan Hamka adalah seorang ulama, sastrawan, sejarawan, dan juga politikus
yang sangat terkenal di Indonesia. Buya Hamka juga seorang pembelajari yang
otodidak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi
dan politik, baik Islam maupun Barat. Hamka pernah ditunjuk sebagai menteri
agama dan juga aktif dalam perpolitikan Indonesia. Hamka lahir di desa kampung
Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta, 24
Juli 1981 pada umur 73 tahun.
Hamka juga diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang
Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti
ayahku, atau seseorang yang dihormati. Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin
Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan
Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.
Beliau dibesarkan dalam tradisi Minangkabau. Masa kecil Hamka dipenuhi
gejolak batin karena saat itu terjadi pertentangan yang keras antara kaum adat dan
kaum muda tentang pelaksanaan ajaran Islam. Banyak hal-hal yang tidak
dibenarkan dalam Islam, tapi dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat sehari-
hari. Putra Hamka bernama H. Rusydi Hamka, kader PPP, anggota DPRD DKI
35
Jakarta. Anak Angkat Buya Hamka adalah Yusuf Hamka, Chinese yang masuk
Islam.41
2. Riwayat Pendidikan Hamka
Hamka di Sekolah Dasar Maninjau hanya sampai kelas dua. Ketika usia 10
tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ
Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah
mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal
seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M.
Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.
Sejak muda, Hamka dikenal sebagai seorang pengelana. Bahkan ayahnya,
memberi gelar Si Bujang Jauh. Pada usia 16 tahun ia merantau ke Jawa untuk
menimba ilmu tentang gerakan Islam modern kepada HOS Tjokroaminoto, Ki
Bagus Hadikusumo, RM Soerjopranoto, dan KH Fakhrudin. Saat itu, Hamka
mengikuti berbagai diskusi dan training pergerakan Islam di Abdi Dharmo
Pakualaman, Yogyakarta.
3. Riwayat karier hamka
Hamka bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing
Tinggi, Medan. Pada tahun 1929 di Padang Panjang, Hamka kemudian dilantik
sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah,
Padang Panjang dari tahun 1957-1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor
Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta.
41
https://bio.or.id/biografi-buya-hamka/
36
Sejak perjanjian Roem-Royen 1949, ia pindah ke Jakarta dan memulai
kariernya sebagai pegawai di Departemen Agama pada masa KH Abdul Wahid
Hasyim. Waktu itu Hamka sering memberikan kuliah di berbagai perguruan tinggi
Islam di Tanah Air.
Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai
Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia. Pada 26 Juli 1977 Menteri Agama
Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali, melantik Hamka sebagai Ketua Umum Majlis
Ulama Indonesia tetapi beliau kemudian meletakkan jabatan itu pada tahun 1981
karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.
4. Wafatnya hamka
Pada tanggal 24 Juli 1981 Hamka telah pulang ke rahmatullah. Jasa dan
pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam.
Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan sastrawan di
negara kelahirannya, bahkan jasanya di seantero Nusantara, ter masuk Malaysia
dan Singapura, turut dihargai.42
B. Pemikiran Hamka
Dari beberapa buku Hamka yang jadi referensi utama dalam utama tulisan
ini, Hamka memposisikan Tasawuf sebagai jalan ketiga untuk mencari Allah swt,
selain jalan seni dan Filsafat. Hamka juga menyatakan bahwa Tasawuf tunjuannya
yakni untuk memperbaiki budi pekerti dan mencari kebersihan batin.
42
Ibid
37
Menerapkan Tasawuf di era sekarang tidak boleh “ekslusif”. Maksudnya
Tasawuf yang sejati bukanlah lari ke hutan, melainkan melebur ke dalam
Masyarakat, sebab kata Hamka masyarakat perlu akan bimbingan rohani. Hamka
menambahkan, “Bila anda menjadi insyinyur, peneliti, ahli kapal terbang lalu
hidup ditengah umat manusia, pintarkan mereka, cari kekayaan yang halal
sebanyak-banyaknya, bangun kerjasama yang baik. Bertebaranlah dimuka bumi.
Itulah Tasawuf dari al-Quran”.
Berkaca kepada Tokoh Sufi Junaid al-Baghdady, Orang dapat bertasawuf
sambil berniaga. Junaid dulunya membuka toko Kain di tengah kota Baghdad.
Bahkan beliau bertasawuf sambil bertani, bertasawuf sambil bekerja mengais
rezeki.
a. Adab seorang Sufi
Dalam pembahasan berjudul, “Beginilah adab kaum Sufi”, disitu ditekankan
bahwa inti dari Tasawuf adalah Adab, Ia merupakan buah ihsan. Terkait
pemikiran Tasawuf modern Hamka, Penulis mendapati bahwa Hamka cukup
perhatian dalam persoalan adab ini. 43
Seorang sufi yang mengharamkan pada diri sendiri barang yang dihalalkan
Allah, tidak mau cari Rezeki, membelakangi hiruk pikuk dunia dan membenci
kerajaan (politik). Tasawuf yang demikian bukanlah ajaran Islam. Hamka juga
mengingatkan Zuhud yang melemahkan bukanlah bawaan Islam. Semangat Islam
adalah semangat berjuang, bukan semangat pemalas dan melempem
43
https://www.academia.edu/9521524/Intisari_Tasawuf_Buya_Hamka
38
b. Tawasul dan Karomah Wali
Di dunia Tasawuf, pembaca akan mengenal yang namanya Tawasul dan
Karomah wali. 2 Istilah ini amat populer di kalangan pesantren. Bagi Hamka,
yang seperti ini bukanlah Tasawuf yang sejati dan dapat menodai Tauhid. “Dasar
tasawuf adalah Tauhid, bila orang yang mengaku bertasawuf mengadakan Haul
dan bertawasul ke makam guru (mursyid), maka yang demikian belum dikatakan
mengenal Tauhid dan Tasawuf yang sejati.” Tulis Hamka dalam bukunya.
Kekeramatan wali tak luput dari kritik Hamka. Kisah kewalian seseorang
menjadi hal yang wajib di sebagian kitab-kitab Sufi dan dipercayai pula.
Meskipun kisah keramat-keramat itu tidak mendapat kesaksian dari banyak orang
dan tidak tertulis di al-Quran. Yang seperti ini hanya “tambahan”.13 Dari sini,
konsep Tasawuf Hamka dapat penulis kategorikan bercorak purifikasi
(pemurnian). Tasawuf yang bercorak pemurnian biasanya disebut mazhab
Tasawuf Salafi. Penulis tidak heran karena Posisi Hamka yang dididik di
lingkungan Islam modernis. Tentunya amat mewarnai pandangan Hamka terkait
beberapa ajaran Tasawuf yang dianggap Bid’ah oleh kalangan Muhammadiyah.44
C. Karya-karya Hamka
Menurut Ensiklopedi Oxford yang ditulis oleh John. L. Espisto bahwa
karya-karya Hamka terdapat 94 karya yang telah ia tulis selama masa hidupnya.
Namun dalam tulisan ini penulis akan berusaha menguraikan karya Hamka, yang
dirasakan ada kaitannya dengan penelitian ini.
44
Ibid
39
Pertama, Tafsir al-Azhar. Buku ini Tafsir al-Azhar pertama kali diterbitan
oleh penerbit Pembimbing Masa pimpinan H. Mahmud. Dalam penerbitan ini
hanya merampungkan juz pertama sampai juz keempat. Setelah itu diterbitkan juz
30 dan juz 15 sampai juz 29 dengan penerbit yang berbeda yakni Pustaka Islam,
Surabaya. Pada akhirnya juz 5 sampai dengan juz 14 diterbitkan dengan penerbit
yang berbeda pula yakni Yayasan Nurul Islam, Jakarta. Dilihat dari metode
penafsiran yang dipakai, tafsir ini menggunakan metode tahlili sebagai pisau
analisisnya, terbukti ketika menafsirkan surat al-Fatihah ia membutuhkan sekitar
24 halaman untuk mengungkapkan maksud dan kandungan dari surat tersebut.
Berbagai macam kaidah-kaidah penafsiran dari mulai penjelasan kosa kata, asbab
an-nuzul ayat, munasabat ayat, berbagai macam riwayat hadits, dan yang lainnya
semua itu disajikan oleh Hanka dengan cukup apik, lengkap dan mendetail. 45
Kedua, buku Tasawuf Modern: Dalam buku ini Hamka memuat konsep
tasawuf modern yang terdiri dari 12 Bab yang berkaitan dengan pemikirannya
tentang tasawuf modern.
Ketiga, Perkembangan dan Pemurnian Tasawuf: dari Masa Nabi
Muhammad SAW. Hingga Sufi-sufi Besar: Dalam buku ini Hamka menjelaskan
pertumbuhan hidup kerohanian mulai dari masa Nabi hingga perkembangan
tasawuf di Indonesia dan mengembalikan tasawuf ke Pangkalnya di Indonesia.
45
hariyanto, selamet, epistemologi tasawuf modern (telaah atas buku tasawuf modern karya
hamka), Surakarta: Skripsi 2017, hlm.30
40
Keempat, Pandangan Hidup Muslim: Dalam buku ini Hamka memberi
perhatian lebih tentang pandangan seorang Muslim dalam menjalankan segala
aktivitas yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan maupun nilai-nilai ketuhanan.
Kelima, Falsafah Hidup: Dalam buku ini Hamka memberi penjelasan
tentang falsafah hidup, yang mana secara seluruhan pembahasannya ada 8 bab.
Dalam buku ini Hamka seakan- akan menegaskan bahwa seorang Muslim juga
memiliki falsafat hidup yang berbeda dari pada falsafat hidup orang barat yang
sedang berkembang.
Keenam, Dari Hati ke Hati: Dalam buku ini Hamka mengemukan bahwa
deislamisasi, dan indoktrinisasi serta westernisasi, bukanlah isu-isu kontemporer,
sebab isu-isu tersebut sudah sejak belanda masuk ke nusantara. Selain dalam buku
Hamka juga menyuroti segala permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat
atau ummat seperti agama, politik, dan sosial budaya juga masalh tolerasi dan
kerukunan beragama yang ada di Indonesia.
Ketujuh, Lembaga Budi: Dalam buku ini terdapat sebelas persamalah budi
pekerti (akhlak) yang dipaparkan Hamka, mulai dari budi yang mulia, penyebab
budi menjadi rusak hingga renungan tentang budi.
Kedelapan, Lembaga Hidup: Dalam buku ini Hamka menjelaskan tentang
hak dan kewajiban manusia sebagai makhluk sosial, beragama yang merupakan
bagian dari cita-cita luhur Islam.
Dari beberapa karya di atas tersebut, disamping dicetak dan dipublikasikan
di dalam negeri, juga dicetak dan dipublikasikan di luar negeri, yaitu Malaysia
41
dan Singapura. Diantaranya ialah Pelajaran Agama Islam, Prinsip dan
Kebijaksanaan Dakwah Islam, dan Tafsir al-Azhar. Selain itu, terdapat pula karya
Hamka yang dibukukan menjadi satu yang diberi judul Mutiara Filsafat, yakni
Tasawuf Modern, Falsafah Hidup, Lembaga Hidup, dan Lembaga Budi.
Sepanjang hidupnya, hamka sudah menerbitkan lebih dari 60 buku, makalah
dan ratusan Artikel yang tersebar di berbagai media massa. Berikut ini beberapa
karya tulis Hamka yang menjadi buku rujukan di Perguruan tinggi: Tasawuf
Modern, Perkembangan Tasawuf dari Abad ke abad, Islam dan Kebatinan,
Renungan Tasawuf, Tafsir al-Azhar, Falsafah Hidup, dan Sejarah Umat Islam .
Karya beliau tidak hanya beredar di dalam negeri, tetapi juga terbit di
Singapura, Thailand dan Malaysia. Di Malaysia pada tahun 1960 dan 1970-an,
Hamka dikenal melalui Novel-novelnya yang dibaca para remaja Malaysia kala
itu. Tenggelamnya kapal Van wijck, Merantau ke Deli dan Di bawah lindungan
Ka’bah. Selain itu menurut Mohd Azmi Abdul hamid, kelompok aktivis Islam
seperti ABIM dan PKPIM sering menjadikan karya beliau sebagai rujukan dalam
usrah mingguan.
Masih menurut Mohd azmi, pengaruh Buya hamka juga sampai ke
Thailand, terutama dibagian selatan seperti: Yala, Pattani, Narathiwat, Songkhla
dan Satun. Nama Hamka dikenal berawal dari pelajar Thailand yang mengikuti
program S2 dan S3 pengajian Tamadun Islam di Malaysia. Kabarnya kader-kader
42
Hamka kini memimpin gerakan dan sekolah Muhammadiyah di daerah Chena,
Songkhla.46
46
Ibid, hlm.31-34
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis mengenai Pemurnian Tasawuf Hamka yang
ada dalam bukunya Perkembangan dan Permurnian Tasawuf, dapat diambil
kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai
berikut:
1. Latar Belakang pemikiran Tasawuf Hamka
hidup kerohanian itu adalah perjuangan manusia dalam dirinya sendiri
dalam mencapai kesempurnaan dan ikhtiar mengalahkan gangguan hawa nafsu
sehingga tercapai kemajuan yang sempurna.
Lain dari itu yang dituju dalam hidup kerohanian, ialah penuh keinsyafan
akan alam. Dengan menunjukan perhatian atas alam, nampaklah keindahan atas
ciptaan sang Khalik. Lantaran itu kian lama kian bertambah perhatian atas
alam,sehingga timbul `isyq (rindu). Maka fana-lah (tenggelam) diri kemanusiaan
di dalam baqa-nya zat ketuhanan. Dan insyaf lah diri itu akan kesatuannya dengan
segala maujud dan timbulah keyakinan serta hilang segala keraguan.
Apabila hidup kerohanian telah menjadi kerinduan, dengan sendirinya akan
mempunyai pandangan sendiri tentang arti kaya atau miskin. Lantaran itu orang-
orang yang masuk dalam hidup kerohanian ini, tidaklah beda antara memakai
pakaian mahal maupun pakaian murah. Mereka tetap wara` (tawadu`), sederhana,
62
ta`abud (berbakti), zuhud. Dan kehidupan yang seperti inilah yang telah dimulai
oleh Nabi saw dan para sahabat pilihan.
2. Pemikiran Hamka tentang pemurnian
Tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang Wujud Allah, tentang
sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya
dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya, juga
membahas tentang para Rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, meyakinkan
apa yang wajib ada pada diri mereka, apa yang boleh dihubungkan (nisbah)
kepada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkanya kepada diri mereka.
B. Saran
1. Saran Akademik
Penulis harus mengakui bahwa hasil penelitian ini merupakan hasil
pembacaan penulis terhadap buku perkembangan dan pemurnian Tasawuf
Hamka. Untuk itu, demi kepentingan pengembangan intelektual keilmuan di
Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam khususnya Ilmu Tasawuf Fakultas Ushuluddin
dan Dakwah IAIN Ambon.
2. Saran Umum
Kepada masyarakat umum diharapkan untuk banyak membaca tentang
literatur karya Hamka, terutama tentang buku Perkembangan dan Pemurnian
Tasawuf Hamka, sebab buku ini sangat bermanfaat dalam menjalani kehidupan di
masa kini. Banyak pemikiran-pemikiran yang diuraikan Hamka untuk menempuh
63
atau memperoleh hidup kerohanian dan bertauhid, sebagaimana cita-cita
masyarakat secara umum adalah hidup kerohanian.
64
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemahannya
Aam Amiruddin. Bedah Masalh Kontemporer Tanya-Jawab Aqidah & Akhlak,
(Cet ke-1, Bandung: PT Khazanah Intelektual, 2006)
Abdul Rahman, Gerakan Pemurnian Islam di Surakarta (Studi Tentang Mejelis
Tafsir al-Qur’an (MTA) Tahun1972-1992 M) Tesis Yokyakarta, 2015)
Ahmad Bangun Nasution, Dan Siregar, Rayani Hanun, Akhlak Tasawuf:
Pengenalan, Pemahaman, dan Pengaplikasikannya (Disertai Biografi dan
Tokoh-tokoh Sufi), (Cet ke-1, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013)
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Cet. III; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999)
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan karakter mulia, (Cet-14, Jakarta: Rajawali
Pers, 2015)
Anita Salama, Khurafat dalam Perspektif Islam, Skripsi, Lampung: 2017.
Amin Syukur, Zuhud di Abad Modern, (Cet ke-1, Yogyakarta: PT pustaka pelajar,
1997)
Duriana, Pemurnian Tasawuf Ibnu Taimiyah:Implikasinya Terhadap Pengalaman
Keruhanian Muhamadiyah, Disertasi: Makassar, 2012
Duriana, Tasawuf di Dunia Islam, (Cet-1, Jakarta: PT Hilliana Press 2007
Fatiiinadhiroh Minut, Pemikiran Hamka tentang aspek tauhid, Surabaya: Skripsi,
1997.
Hamka, Tasawuf Modern, Bahagia itu Dekat dengan Kita Ada di dalam Diri Kita,
(Cet ke-1, Jakarta: PT Republika Penerbit, 2015)
Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Pemurnian, (Cet ke-1, Jakarta: PT Pustaka
Abdi Bangsa, 2016)
Hamka, Lembaga Budi, (Cet ke-1, Jakarta: PT Pustaka Abdi Bangsa, 2016)
Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif: Panduang Penelitian Beserta Contoh
Proposal Kualitatif (Cet-1, Bandung: PT Alfabeta, 2015)
Mohammad Damami, Tasawuf Positif (Dalam Pemikiran Hamka), (Cet ke
Yogjakarta: PT Fajar Pustaka Baru, 2000)
Masrur, Pemikiran dan Corak Tasawuf Hamka Dalam Tafsir Al-Azar, Jurnal
Studi Islam: Palembang, 2016
Muh Ilham, Konsep Zuhud Dalam Pemikiran Tasawuf Hamka, Tesis: Makassar,
2014
Mauliana, Takhayul dalam Prekfektif Masyaraka (Studi Kasus Di Gampong
Meunasah Baroh, Kecamatan Simpang Kramat, Kabupaten Aceh Utara),
Banda Aceh, 2018
Melisa Satriani, pengaruh majelis pengkajian tauhid tasawuf terhadap kehidupan
sosial keagamaan masyarakat kecamatan labuhan haji kabupaten aceh
selatan, banda aceh: Skripsi,
Minut Fatiiinadhiroh, Pemikiran Hamka tentang aspek tauhid, Surabaya: Skripsi,
1997.
Nurlailah, Akidah Akhlak untuk MA Kelas X, (Cet ke-1, Bandung: PT. Sewu
(Srikandi Empat Widya Utama, 2016)
Ris’an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam (Ed. 1,-Cet ke-2,
Jakarta: PT Rajawali Pers, 2014)
Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Cet ke-24,
Bandung, PT Alfabeta, 2016)
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Cet ke-24, Bandung, PT Alfabeta,
2014)
Shalih bin Fauzan Abdullah Al Fauzan, Kitab Tauhid 3, (Cet ke-1, Jakarta: PT
Kantor Atase Agama, 2002)
Selamet Hariyanto, Epistemologi Tasawuf Modern (telaah atas buku tasawuf
modern karya hamka), Surakarta: Skripsi 2017
Usep Taufik Hidayat, Menyelami Kedalaman Tasawuf Hamka, Jurnal, 2015
Zaprulkhan, Ilmu Tasawuf: Sebuah Kajian Tematik, (Cet ke-1, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2016)
Zaprulkhan, Signifikansi revitalisasi tasawuf hamka dan said nursi bagi
kehidupan masyarakat kontemporer, Bangka Belitung, jurnal. 2013.
Zainal Arifin Djamaris, Islam Aqidah dan Syaria’ah ( Ed. 1. Cet ke-1, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 1996)
http://jasapenulisanmakalah.blogspot.com/2018/06/perkembangan-hukum-islam-
pada-masa-tabiin.html?m=1
https://www.academia.edu/9521524/Intisari_Tasawuf_Buya_Hamka