Pemolisian Komunitas Sebagai Upaya Pencegahan Peredaran ...
Transcript of Pemolisian Komunitas Sebagai Upaya Pencegahan Peredaran ...
Pemolisian Komunitas Sebagai Upaya Pencegahan Peredaran dan Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus: Kelurahan Jelambar, Kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat)
Hayuning Nuswantari dan Mohammad Kemal Dermawan
Departemen Kriminologi, Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penulisan ini dibuat untuk mengetahui pelaksanaan pemolisian komunitas di Kelurahan Jelambar yang dilakukan untuk mencegah terjadinya peredaran dan penyalahgunaan narkoba. Hal ini dijelaskan dengan menggunakan teori Disorganisasi Sosial dan Pertukaran Sosial. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa program pemolisian komunitas yang ditujukan untuk mencegah terjadinya peredaran dan penyalahgunaan narkoba tidak berjalan dengan baik. Hal ini terjadi dikarenakan faktor lingkungan masyarakat dan adanya hambatan pelaksanaan dari beberapa pihak.
Kata Kunci: Peredaran Narkoba, Penyalahgunaan Narkoba, Pencegahan Kejahatan, Pemolisian Komunitas, Disorganisasi Sosial, Pertukaran Sosial, Jelambar, Jakarta Barat
Community Policing As an Effort to Drug Distribution and Drug Abuse Prevention (Case
Study: Kelurahan Jelambar, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat)
Abstract
This Thesis made to investigate the implementation of community policing in Jelambar which used to prevent distribution and drug abuse. This pehenomenon explained by using Social Disorganization Theory and Social Exchange theory. The Results from this study showed that the community policing program which aimed to preventing distribution and drug abuse are not going well. This happen because of some environmental factors and an obstacles from several side.
Key words: Drugs Distribution, Drugs Abuse, Crime Prevention, Community Policing, Social Disorganization Theory, Social Exchange Theory, Jelambar, West Jakarta.
Pendahuluan
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
Peredaran dan penyalahgunaan narkoba merupakan sebuah masalah yang tidak asing lagi,
hal ini sudah terjadi di seluruh belahan dunia dan masyarakat pun meresahkan adanya praktik
peredaran dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang ini, karena dampaknya yang merugikan baik
bagi individu maupun bagi masyarakat. Kejahatan narkoba sendiri terdiri dari beberapa bentuk
yaitu memproduksi secara tidak sah, mengedarkan secara tidak sah, memiliki secara tidak sah,
dan menggunakan secara tidak sah (Mustofa, 2010: 191). Dari kota-kota di Indonesia, Jakarta
merupakn salah satu wilayah yang rawan narkoba dengan Jakarta Barat dan Jakarta Pusat sebagai
tempat yang paling rawan. Pada tahun 2013 setidaknya tercatat 961 kasus yang diungkap oleh
Satuan Narkoba Polres Jakarta Barat dengan jumlah pelaku 1.255 orang, 679 orang adalah
pemakai, 557 orang pengedar dan 19 produsen narkoba, angka ini lebih tinggi dari tahun
sebelumnya yaitu tahun 2012 dengan 926 kasus, yang terjadi di beberapa wilayah di Jakarta Barat
termasuk 3 kecamatan yang paling rawan kasus penyalahgunaan narkoba yaitu kecamatan Taman
Sari, Cengkareng dan Kalideres (Sindonews.com, 2013). Salah satu wilayah di Jakarta Barat
yang merupakan wilayah yang dikenal sebagai Kampung Narkoba adalah wilayah Komplek
Permata atau Kampung Ambon yang berada di kawasan Cengkareng. Banyaknya praktik
penyalahgunaan narkoba dan peredaran narkoba di wilayah ini dapat bertahan dan berkembang
selama bertahun-tahun dan tidak dapat tersentuh oleh pihak penegak hukum karena adanya
dukungan dari masyarakat sekitar dalam praktik tersebut.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Rockfrod, Illinois, upaya pencegahan untuk
mengatasi masalah penyalahgunaan dan peredaran narkoba dapat dilakukan dengan sebuah
kebijakan yang berorientasi pada kondisi lingkungan yang ada di wilayah tersebut. Dalam
penelitian tersebut disampaikan bahwa kebijakan yang ada, dirancang untuk mengganggu
peredaran narkoba. Salah satu aspek yang digunakan dalam kebijakan ini adalah konsep
Pemolisian Komunitas yang membahas bagaimana fokus pencegahan peredaran dan
penyalahgunaan narkoba dikombinasikan dengan dukungan masyarakat sekitar (Corsaro dkk,
2009 : 1087).
Hal yang sama kemudian diterapkan oleh pihak kepolisian khusunya Polres Jakarta Barat
dengan melakukan program pemolisian komunitas yang ditujukan untuk mencegah peredaran dan
penyalahgunaan narkoba. Polres Metro Jakarta Barat (metro.polri.go.id) memiliki 36 Forum
Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) dengan 537 orang anggota di dalamnya. Selain FKPM
yang sudah dijalankan, program polisi RW dengan menempatkan personil polisi dalam setiap
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
rukun warga yang dimiliki oleh wilayah Jakarta Barat juga menjadi salah satu program
pemolisian komunitas yang dijalankan oleh wilayah Jakarta Barat, selain itu terdapat program
RW Bebas Narkoba yang mulai dilaksanakan pada tahun 2013.
Sebagai permulaan, program ini diterapkan di 8 wilayah percobaan terlebih dahulu, yaitu
RW 01 Kelurahan Tangki, RW 03 Kelurahan Roa Malaka, RW 03 Kelurahan Tanjung Duren
Utara, RW 03 Kelurahan Cengkareng Barat, RW 04 Kelurahan Kalideres, RW 04 Kelurahan
Kembangan Utara, RW 06 Kelurahan Kelapa Dua, dan RW 016 Kelurahan Kemanggisan
(Sindonews.com, 2013). Keberhasilan program RW Bebas narkoba terlihat dari wilayah
Kampung Ambon yang sudah dinyatakan bebas dari narkoba oleh BNN (tempo.co, 2014),
dengan adanya keberhasilan ini pihak polres Jakarta Barat kemudian menerapkan program RW
Bebas Narkoba di seluruh wilayah di Jakarta Barat, termasuk di Kelurahan Jelambar, kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Pelaksanaan program RW Bebas Narkoba membawa dampak penurunan pada jumlah kasus
peredaran dan penyalahgunaan narkoba di Jakarta Barat namun, pernyataan yang dikemukakan
oleh direktur narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Pol Eko Daniyanto, pada Kamis, 30 Oktober
2014 menyebutkan bahwa pemetaan wilayah yang rawan narkoba di Jakarta Barat merupakan di
wilayah Jelambar, Tambora dan Kelurahan Tangki (Kriminalitas.com, 2014). Wilayah yang
disebutkan berbeda dengan 3 Kelurahan yang merupakan wilayah rawan narkoba yang telah
disebutkan sebelumnya. Selain pernyataan tersebut, menurut data BNN provinsi DKI Jakarta,
Kelurahan Jelambar termasuk salah satu dari 50 Kelurahan di Jakarta yang rawan akan narkoba
(Jakarta.Bisnis.com, 2016).
Pernyataan yang disebutkan sebelumnya menunjukan bahwa peredaran dan penyalahgunaan
narkoba di wilayah Jelambar masih terjadi setelah dilakukannya program pemolisian komunitas
dan bahkan menjadi wilayah yang rawan narkoba.
Penelitian ini kemudian bertujuan untuk mengetahui kasus peredaran dan penyalahgunaan
narkoba yang ada di Kelurahan Jelambar selain itu penelitian ini juga menjelaskan mengenai
pelaksanaan pemolisian komunitas di Kelurahan Jelambar dan peran masyarakat dalam
pelaksanaan program tersebut. Peran masyarakat merupakan hal yang paling penting dalam
pelaksanaan program tersebut sehingga dalam penelitian ini peran masyarakat dalam program
tersebut di jelaskan secara terpisah. Hal ini dilakukan untuk melihat apa saja kekurangan yang
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
terdapat dalam program pemolisian komunitas yang dilakukan di Kelurahan Jelambar sehingga
pelaksanaan nya dapat dibenahi dengan solusi yang tepat.
Tinjauan Teoritis
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah, Polisi, Pemolisian Komunitas
(Community Policing), Pencegahan Kejahatan (Crime Prevention), Narkoba, Peredaran Narkoba,
dan Penyalahgunaan Narkoba.
Polisi menurut Romberg dalam Bunga Rampai Ilmu Kepolisian (Suparlan,2004: 62)
mengartikan bahwa polisi sebagai individu atau organisasi non-militer yang diberikan hak umum
oleh pemerintah untuk menggunakan kekuatan koersif untuk menegakkan hukum dengan tujuan
utama untuk menanggapi masalah konflik individu dan kelompok yang melibatkan perilaku
ilegal.
Pemolisian Komunitas menurut Dermawan (2011: 17) merupakan suatu upaya kolaborasi
antara polisi dan komunitas untuk mengidentifikasi masalah-masalah kejahatan dan
ketidaktertiban untuk pengembangan pemolisian komunitas untuk bekerja sama secara erat dalam
sebuah cara baru untuk menyelesaikan masalah-masalah kejahatan, ketidaktertiban fisik, dan
pembusukan lingkungan ketetanggaan.
Konsep berikutnya Pencegahan Kejahatan, yaitu semua tindakan yang ditujukan untuk
mengurangi tingkat kejahatan atau ketakutan terhadap kejahatan (Lab, 2014: 27). Pencegahan
kejahatan terbagi menjadi beberapa klasifikasi (Lab, 2014 : 30-31) yang pertama yaitu Primary
Crime Prevention, yang merupakan pencegahan kejahatan yang dilakukan dengan melihat
kondisi fisik dan sosial sebuah lingkungan yang dapat membuat kesempatan dilakukannya tindak
kriminal, yang kedua, Secondary Crime Prevention mengedepankan kemampuan untuk secara
tepat mengidentifikasi dan memprediksi masalah, kemudian yang terakhir, Tertiary Crime
Prevention sebagian besar tindakannya terletak dalam cara kerja peradilan pidana, kegiatan
penangkapan, penuntutan, penahanan, rehabilitasi dan memfokuskan pencegahan adanya
residivisme.
Sementara itu, Narkotika dan obat-obatan terlarang (Narkoba) adalah bahan atau zat yang
dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan atau psikologi seseorang (dedihumas.bnn.go.id). Hal ini
dijelaskan juga dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009, Narkotika
memiliki arti, zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis maupun semi-sintetis yang
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Peredaran Narkoba menurut Henderson (2005: 19) merupakan kegiatan pendistribusian
yang dilakukan tanpa pengawasan medis. Sedangkan Penyalahgunaan Narkoba merupakan
penggunaan narkoba diluar kepentingan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan
perbuatan melanggar hukum (Undang-undang No. 35 Tahun 2009)
Selain konsep penelitian ini juga menggunakan beberapa teori yang digunakan untuk
menjelaskan hasil penelitian yang didapat. Beberapa teori yang digunakan adalah Teori
Disorganisasi Sosial (Social Disorganization) dan teori Pertukaran Sosial (Social Exchange)
Disorganisasi Sosial adalah penurunan, kerusakan dan pembubaran hubungan interpersonal
yang mengikat antara manusia dalam sebuah kelompok, mereka kemudian mengelompokan
masyarakat kedalam dua karakteristik yaitu geografikal dan psikologikal (Elliot dan Merril, 1961:
457). Selain itu Miller (2009: 313) mengemukakan bahwa teori ini dikembangkan oleh Shaw dan
Mckay yang menggunakan studi ekologi manusia untuk mempelajari asosiasi antara karakter
lingkungan dengan perilaku yang menyimpang dari individu, teori yang disebut sebagai teori
disorganisasi sosial ini memiliki 3 variabel utama dalam analisisnya yaitu:
1. Status Fisik yang dianalisa dengan perubahan populasi, kondisi perumahan yang kosong
dan dekat dengan industri. Mereka mengemukakan bahwa area yang memiliki tingkat
kejahatan yang tinggi cenderung memiliki kondisi fisik lingkungan yang buruk, dekat
dengan daerah industri dan kebanyakan warganya merupakan penghuni sementara.
2. Status ekonomi yang dianalisa dengan jumlah keluarga yang menerima bantuan sosial,
sebuah wilayah yang memiliki jumlah keluarga yang menerima bantuan sosial lebih
banyak, harga sewa rata-rata daerah dan jumlah rumah yang dimiliki lebih rendah
daripada disewakan, dapat disebutkan sebagai wilayah yang memiliki ekonomi dengan
tingkat menengah kebawah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Shaw dan Mckay
kejahatan cenderung lebih tinggi terjadi pada keluarga yang memiliki tingkat ekonomi
yang rendah.
3. Status Populasi, dalam penelitian yang dilakukan mereka menemukan bahwa area yang
memiliki tingkat kejahatan yang tinggi merupakan wilayah yang memiliki jumlah
keturunan asing yang lebih banyak, kemudian kondisi ekologi pada daerah dengan tingkat
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
kejahatan tinggi menyebabkan adanya kerusakan pada tatanan sosial yang membentuk
kondisi kondusif untuk melakukan pelanggaran.
Dalam bukunya yang berjudul, Exchange and Power in Social Life, Blau (1976 : 88)
menjelaskan bahwa konsep pertukaran sosial dapat diobservasi dengan melihat pada hal yang
sebelumnya telah dikemukakan oleh Homans yaitu, sebagai pertukaran aktivitas yang berwujud
atau tidak berwujud dan lebih menguntungkan atau kurang menguntungkan atau sangat berharga
antara paling sedikit dua orang. Selain itu Stets dan Turner (2006 : 300), juga menyebutkan
bahwa Pertukaran Sosial adalah transaksi dalam jaringan yang memiliki konsekuensi relasional,
struktur sosial menghasilkan sebuah ketergantungan diantara individu yang terlibat, hubungan
saling ketergantungan ini kemudian menjadi dasar dari siapa yang melakukan pertukaran dengan
siapa dan dalam hal apa, struktur sosial yang saling menguntungkan dan ketergantungan ini akan
menimbulkan pola pertukaran berulang dan cenderung untuk dipertahankan.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam upaya pengumpulan data pada penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, pengukuran yang ada pada penelitian kualitatif ini dilihat pada proses
pengumpulan data. Data hasil dari pendekatan kualitatif sendiri biasanya berbentuk tulisan, lisan,
objek secara fisik yang biasanya memperlihatkan tentang kehidupan sehari-hari (Neuman, 2007
:88-89). Hal ini juga disebut sebagai pendekatan investigasi, dalam pendekatan ini peneliti harus
berinteraksi dengan orang-orang atau masyarakat di tempat penelitian (McMillan dan
Schumacher, 2001 : 25). Penulis memilih pendekatan kualitatif untuk mengetahui pelaksanaan
program pemolisian komunitas yang ditujukan untuk mencegah penyalahgunaan dan peredaran
narkoba yang dilakukan di Kelurahan Jelambar, peran masyarakat dalam membantu kepolisian
melaksanakan program tersebut, dan hambatan yang dialami saat melaksanakan program.
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif ini dapat menjelaskan secara mendalam
rincian pelaksanaan program pemolisian tersebut. Dalam penelitian ini penulis juga
menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus ini merupakan suatu pendekatan dalam
penelitian yang penelaahannya dalam suatu kasus dilakukan secara intensif, mendalam dan
mendetail (Faisal, 2005: 22)
Dalam peneltian yang dilakukan, penulis melakukan dua teknik pengumpulan data, yaitu
wawancara dan observasi, kedua data ini dilakukan untuk mengumpulkan data primer mengenai
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
pelaksanaan pemolisian komunitas yang digunakan untuk program pencegahan peredaran dan
penyalahgunaan narkoba di wilayah Jelambar. Wawancara dilakukan dengan satuan narkoba dan
binmas Polres Jakarta Barat, satuan Binmas Polsek Tanjung Duren, warga wilayah Jelambar yang
merupakan mantan pengguna narkoba dan pihak Kelurahan Jelambar.
Sementara untuk data sekunder, penulis mendapat data dari satuan binmas polres Jakarta
Barat yaitu daftar nama anggota Pokdar Kamtibmas, data kasus narkoba di wilayah Jakarta Barat
dari tahun 2013-2015, kemudian dari satuan narkoba Polsek Tanjung Duren yaitu data kasus
narkoba diwilayah Jelambar dari tahun 2012 hingga 2015.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Jelambar memiliki 11 RW yang terdiri dari 138 RT . RW-RW di wilayah ini
memiliki karakteristik lingkungan yang sangat berbeda. Sebagian wilayah merupakan daerah
perumahan teratur, kelompok masyarakat yang tinggal di wilayah perumahan ini, sebagian besar
masyarakat Etnis Cina, mereke cenderung terkesan tidak peduli dengan lingkungan mereka, hal
ini disebabkan karena mereka memiliki tingkat aktivitas yang tinggi di luar lingkungan dan
jarang bersosialisasi dengan tetangga dan lingkungan sosial mereka. Mereka rata-rata merupakan
pedagang yang tinggal di wilayah tersebut, beberapa menetap hanya untuk melakukan kegiatan
bisnis sehingga keterikatan mereka dengan daerah tempat tinggal mereka tidak kuat. Selain itu
kesan tertutup juga datang dari pagar rumah di wilayah tersebut yang rata-rata memiliki pagar
yang tinggi dan tertutup. Sebagian lagi merupakan daerah pemukiman padat penduduk yang
kumuh dan tidak teratur, wilayah ini memiliki aktivitas sosial yang tinggi karena tempat tinggal
mereka sempit dan berdekatan dengan warga yang lain, selain itu tingkat ekonomi yang rendah
menunjukan banyak warga yang pengangguran sehingga mereka menghabiskan waktunya dengan
lingkungan sosial mereka, hal ini membuat warga di wilayah tersebut memiliki tingkat
kepedulian yang tinggi dengan lingkungan termasuk dengan tetangga mereka.
Kelurahan Jelambar, wilayah tersebut memiliki beberapa sarana pendidikan yaitu, PAUD
berjumlah 1, TK berjumlah 11, SD berjumlah 8, SMP berjumlah 6, SMU/SMK berjumlah 4,
selain itu dalam upaya menjaga ketertiban wilayah, kantor Kelurahan jelambar memiliki 50 Pos
keamanan lingkungan yang berada tersebar di wilayah Kelurahan Jelambar. Melihat tingkat
aktivitas warga yang tinggi dan keberagaman karakteristik lingkungan yang telah disebutkan
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
sebelumnya, membuat permasalahan disetiap RW juga berbeda. Sehingga dalam membantu
menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan pihak Linmas Kelurahan Jelambar dan
Bhabinkamtibmas Polsek Tanjung Duren memetakan kerawanan diwilayah Jelambar dengan
pembagian data berikut:
Tabel 1: Data Kerawanan
No. Kerawanan Wilayah
1. Curanmor RW 01-11
2. Tawuran RW 05,07,08
3. Narkoba RW 01-11
4. Curas RW 03,05,06,07,08
Sumber : Data Kerawanan Kantor Kelurahan Jelambar
Melihat karakteristik wilayah, kemudian data kerawanan wilayah yang menyebutkan bahwa
kasus narkoba merupakan hal yang rawan terjadi di seluruh wilayah RW, aktivitas warga dan
sarana pendidikan yang ada, seperti yang dikatakan oleh Willits dan Denman (2015: 655) yang
telah di jelaskan pada bab sebelumnya, adanya peredaran dan penyalahgunaan narkoba terjadi
lebih banyak di wilayah sekitar sekolah terutama sekolah menengah atas dan sekolah menengah
pertama. Aktivitas tersebut biasa terjadi pada jam sebelum, saat sekolah dan sesudah sekolah. Hal
ini memungkinkan adanya peredaran dan penyalahgunaan narkoba di sekitar lingkungan sekolah
yang ada di Jelambar.
Hal ini kemudian dibenarkan oleh “X” yang mengemukakan bahwa Menurut keterangannya
Kelurahan Jelambar memang sering dijadikan tempat penyalahgunaan narkoba karena banyak
tempat-tempat gelap dan rumah kosong yang bisa digunakan untuk memakai narkoba tanpa harus
khawatir dengan adanya pengawasan dari aparat penegak hukum, hal ini disebabkan karena
patroli malam yang tidak pernah dilaksanakan (Catatan Lapangan, 17 Januari 2016). Dalam data
kasus narkoba polres Tanjung Duren, terdapat 7 kasus narkoba yang terjadi di Kelurahan
Jelambar pada tahun 2012, tahun 2013 terdapat 7 kasus, 2014 2 kasus dan 2015 4 kasus (Data
Kasus Narkoba Polres Tanjung Duren 2012-2015). Data statistik yang telah disebutkan
sebelumnya tidak memperlihatkan penurunan yang signifikan dalam jumlah kasus yang terjadi di
Kelurahan Jelambar setelah diberlakukannya program pemolisian komunitas yang digunakan
sebagai upaya pencegahan peredaran dan penyalahgunaan narkoba.
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
Selain itu keterangan lain dikemukakan oleh Kelurahan Jelambar Aiptu M.Insan Arif yang
mengatakan adanya aktivitas peredaran narkoba di pangkalan ojek yang berdekatan dengan
warung makan Bakso Botak. Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, wilayah di sekitar
warung Bakso Botak yang memang berada di perumahan merupakan wilayah yang sepi, selain
itu saat malam hari wilayah ini sangat gelap karena lampu penerangannya yang kurang baik.
Beberapa keterangan di atas menunjukan bahwa adanya praktik penyalahgunaan dan peredaran
narkoba di Kelurahan Jelambar tidak langsung hilang setelah program pemolisian komunitas
dilaksanakan, adanya Dark Number atau Dark Figure yang terjadi pada kasus peredaran dan
penyalahgunaan narkoba di Kelurahan Jelambar sangat mungkin terjadi. Dark Number atau Dark
Figure didefinisikan oleh Coleman dalam Criminological Research (Noaks dan Wincup, 2004:
11) sebagai angka kejahatan yang tidak tercatat atau pelanggaran yang tidak terdeteksi, yang
mengatakan bahwa data tersebut tidak masuk dalam statistik resmi.
Adanya pembersihan kawasan Kampung Ambon dari narkoba, membuat para pelakunya
yang belum tertangkap, mencari tempat lain termasuk di Kelurahan Jelambar untuk menjalankan
bisnisnya seperti yang diungkapkan oleh Aiptu M. Insan Arif di atas. Pernyataan lain diberikan
oleh “O” seorang mantan pengguna narkoba yang juga terkena kasus narkoba di wilayah
Jelambar dan masih tinggal diwilayah tersebut sampai sekarang, menurutnya kegiatan
penyalahgunaan narkoba di Kelurahan Jelambar semakin parah, ia menyatakan bahwa kelompok
penyalahguna narkoba sekarang berani memakai narkoba di wilayah terbuka contohnya seperti di
taman, dan di beberapa warung makan, jumlah mereka juga semakin banyak dan hampir disetiap
gang terdapat kelompok pemakai narkoba.
B. Pelaksanan Program Pemolisian Komunitas di Kelurahan Jelambar
Beberapa program pencegahan peredaran narkoba yang dilakukan di lingkungan Kelurahan
Jelambar:
RW Bebas Narkoba
Didasari oleh peredaran dan penyalahgunaan narkoba di Jakarta Barat yang sudah sangat
mengkhawatirkan, pihak penegak hukum dan masyarakat melakukan upaya dalam pencegahan
terjadinya peredaran dan penyalahgunaan narkoba di wilayah mereka. Salah satu upayanya
dilakukan Polres Jakarta Barat dengan membuat program RW Bebas Narkoba. Program ini
dibentuk pada tahun 2012 oleh satuan Binmas dan satuan narkoba Polres Jakarta Barat dan
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
dicetuskan oleh Kasat Narkoba saat itu, AKBP Gembong Yudha (Wawancara, 6 Januari 2016).
Pelaksanaan program pemolisian komunitas yang ada di Kelurahan Jelambar, tidak berjalan
dengan lancar, hal ini terlihat pada pelaksanaannya hanya bertahan di wilayah tertentu saja, dari
pernyataan yang sudah disebutkan oleh Aiptu M.Insan Arif sebelumnya hal ini terjadi
dikarenakan tidak adanya perhatian atau ketertarikan masyarakat dan pemda dalam melaksanakan
program ini, sehingga program dilakukan hanya saat setelah terjadinya sebuah kejadian.
Program Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan membahas seputar keamanan dan ketertiban di
wilayah tersebut, penyuluhan biasa dilakukan dengan beberapa tokoh masyarakat atau unsur 3
Pilar. Unsur 3 pilar merupakan garda terdepan Kelurahan Jelambar dalam menjaga ketertiban dan
keamanan lingkungan di wilayah Jelambar. Unsur 3 pilar ini terdiri dari Pemda, Polisi dan
Koramil, dalam pelaksanaannya 3 lembaga tersebut diwakili oleh Linmas Kelurahan untuk
Pemda, Bhabinkamtibmas untuk Polisi dan Babinsa untuk Koramil (Wawancara, 28 Januari
2016) .
Penjagaan Wilayah dan Patroli
Penjagaan wilayah dilakukan dengan penempatan 2 Pos PolSubSektor yang merupakan pos
cabang dari Polsek Tanjung Duren yaitu Pos PolSubSektor Jelambar II dan Pos PolSubSektor
Jelambar III dan 50 pos keamanan yang ditempatkan tersebar di wilayah Jelambar. Sementara
Patroli dilakukan dengan Foot Patrol yang dilakukan bersama dengan masyarakat. Namun dari
hasil observasi keadaan lingkungan yang penulis lakukan, pada pukul 08.00-15.00 WIB, banyak
pos-pos keamanan yang tidak diisi oleh petugas keamanan, hanya beberapa pos saja seperti yang
berada di dekat taman di depan Pos PolSubSektor Jelambar II, dan pos-pos keamanan di dekat
sekolah. Beberapa pos yang berada di dalam perumahan banyak yang tidak dijaga oleh petugas,
sedangkan untuk kegiatan patroli seperti yang disebutkan sebelumnya jarang dilakukan.
Selain kegiatan pencegahan kejahatan terdapat kegiatan penegakan hukum yang termasuk
dalam program pemolisian komunitas yang dilakukan untuk mencegah peredaran dan
penyalahgunaan narkoba. Beberapa kgiatannya yaitu:
Penangkapan Berdasarkan Informasi Warga
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
Polisi tidak bisa setiap saat mengawasi kegiatan masyarakat, maka dari itu polisi
membutuhkan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut untuk menginformasikan kepada
mereka jika ada peredaran atau penyalahgunaan narkoba di lingkungan mereka. Pernyataan ini
memperlihatkan bahwa masyarakat juga berperan dalam kegiatan penegakan hukum, menurut
Kelling dan Coles (Wilson, 2006 : 8) kerjasama antara masyarakat dan kepolisian ini memiliki 6
prinsip umum, salah satunya adalah bagaimana adanya pemahaman dalam masyarakat bahwa
polisi bergantung dengan masyarakat pada pemecahan hal yang menjadi masalah di lingkungan
tersebut.
Operasi Yustisi
Operasi Yustisi adalah operasi gabungan yang dilakukan oleh Bhabinkamtibmas Polsek
Tanjung Duren, Binmas Kelurahan Jelambar, Babinsa dan beberapa perwakilan masyarakat.
Dalam wawancara yang sempat dilakukan penulis dengan Ibu Hany Wahyuni selaku ketua
Kelurahan, operasi seperti ini pernah dilakukan juga sebelumnya, namun pelaksanaannya tidak
dijadwalkan karena mengikuti kebutuhan atau perintah dari Kapolres.
C. Peran Warga Dalam Program Pemolisian Komunitas
Citra Bhayangkara Sebagai Mitra Polisi Dalam Melaksanakan Program Pemolisian Komunitas
Kerjasama antara polisi dan masyarakat dilakukan dengan membentuk sebuah organisasi
yang beranggotakan masyarakat yang memiliki kesadaran dan keinginan dalam membantu tugas
polisi mewujudkan keamanan dan ketertiban dilingkungannya. Menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 43 tahun 2012 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan dan Pembinaan
Teknis Terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Bentuk-Bentuk
Pengamanan Swakarsa, menyebutkan Pengamanan Swakarsa adalah suatu bentuk pengamanan
yang diadakan atas kemauan, kesadaran dan kepentingan masyarakat sendiri yang kemudian
memperoleh pengukuhan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kelompok Sadar
Kamtibmas (Pokdar Kamtibmas) merupakan salah satu pengamanan swakarsa yang membantu
pihak kepolisian dalam mengemban fungsi kepolisian, salah satu Pokdar Kamtibmas yang paling
aktif dalam membantu polisi menciptakan lingkungan yang tertib dan aman di wilayah Jakarta
Barat termasuk di wilayah Jelambar adalah Citra Bhayangkara
Lembaga Musyawarah Kelurahan Sebagai Penggerak Partisipasi Masayarakat
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
LMK merupakan Lembaga Musyawarah Kelurahan yang juga berpartisipiasi dalam upaya
penegakan hukum yang dilakukan, seperti ikut dalam Pembinaan Penduduk dan mendampingi
pihak kepolisian dalam melakukan penindakan tindak kriminal di wilayahnya. LMK di anggotai
oleh tokoh-tokoh masyarakat wilayah tersebut.
Peran Masyarakat dalam Pelaksanaan Pemolisian Komunitas
Peran masyarakat adalah menjadi peserta dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh
kepolisian. Beberapa program yang dilakukan oleh kepolisian seperti penyuluhan, kegiatan
olahraga dan kunjungan dari pintu ke pintu, masyarakat merupakan peserta dalam kegiatan
tersebut yang partisipasinya sangat menentukan keberhasilan program tersebut. Selain menjadi
peserta masyarakat juga membantu pelaksanaan program-program tersebut, dalam hal ini bukan
Citra Bhayangkara saja yang membantu polisi dalam melaksanakan program pemolisian
komunitas, masyarakat lain juga dapat membantu pihak kepolisian seperti yang dilakukan pihak
BK SMK Bhara Trikora yang meminta Binmas Polsek Tanjung Duren dalam melakukan
penyuluhan bahaya narkoba di sekolah mereka (Catatan Lapangan 17 Februari 2016).
Hambatan dalam Melaksanakan Program Pemolisian Komunitas
Untuk pihak kepolisian menurut Aiptu M.Insan Arif hambatan itu tidak ada. Walau dari
pihak kepolisian tidak memiliki hambatan dalam pelaksanaan program, dalam hasil wawancara
yang dilakukan oleh penulis, salah satu kekurangan yang datang dari kepolisian dalam
pelaksanaan program yang ada adalah, pihak kepolisian memiliki fokus terhadap beberapa daerah
yang sudah dianggap rawan narkoba. Hal ini terlihat dari dilaksanakannya program di wilayah
percobaan, walau berhasil dalam melakukan program di wilayah percobaan dan program tersebut
dijalankan di wilayah lain, program yang dijalankan tersebut tidak dilaksanakan seketat program
didaerah percobaan.
Selain hambatan pada kepolisian beberapa instansi yang bekerjasama dengan polisi dalam
melaksanakan program ini hanya melakukannya secara formalitas, dan biasanya hanya berlaku di
awal program tersebut berlaku dan seterusnya tidak lagi dilanjutkan. Hal ini tentu tidak dapat
membuat masyarakat bersih dari narkoba karena tidak adanya pengawasan yang ketat.
Selain itu sifat tertutup dari masyarakat perumahan merupakan salah satu hambatan yang
ditemui dalam pelaksanaan pemolisian komunitas sementara untuk di wilayah pemukiman padat
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
penduduk masyarakat yang memiliki aktivitas sosial yang tinggi juga merupakan hambatan bagi
pelaksanaan pemolisian komunitas.
Pembahasan
Dalam membahas hambatan yang terjadi di wilayah perumahan, Brown, Jones dan Terry
(2004: 1) menjelaskan bahwa salah satu permasalahan yang paling sering terjadi dalam
pemolisian adalah masalah adanya kelompok minoritas yaitu perbedaan etnis dan ras, hal yang
sama diungkapkan oleh Martinez (2008), dalam jurnal yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa
adanya heterogenitas etnis yang tinggi disuatu wilayah, ditemukan tingkat penggunaan narkoba
yang tinggi pula. Perbedaan ras merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya disorganisasi
sosial, dalam Contemporary Social Problems (1971: 417-423), hubungan antar ras yang terjadi di
Amerika menyebabkan adanya disorganisasi sosial, salah satunya diakibatkan karena mereka
yang merupakan minoritas biasa tinggal disatu wilayah yang berada diantara masyarakat
mayoritas, wilayah tersebut memiliki perbedaan ekonomi, pendidikan dan beberapa hal lain
dengan daerah sekitarnya. Selain itu dalam jurnal yang telah disebutkan sebelumnya, Shaw dan
McKay dalam Community Characteristics and Methamphetamine Use: A Social Disorganization
Perspective (Haley, 2009) menjelaskan bahwa adanya keberagaman ras atau etnis dalam sebuah
lingkungan akan menyulitkan warga dalam membentuk kohesi sosial karena komunikasi yang
kurang antar kelompok.
Dalam hal ini, masyarakat etnis Cina yang merupakan kelompok minoritas di wilayah
tersebut memiliki perbedaan ekonomi yang mencolok dengan wilayah lain disekitar kompleks
perumahan. Selain itu, masyarakat perumahan jarang melakukan aktivitas sosial dengan warga
lain sehingga mereka terkesan tertutup karena kesibukan yang dimiliki, dan tumbuh
ketidakpedulian mereka terhadap lingkungan sekitar. Kurangnya interaksi masyarakat dengan
lingkungan sosial nya otomatis menyebabkan interaksi antara warga diperumahan tersebut
dengan kepolisian juga minim, menurut Waddington dan Wright (2010: 59) salah satu hal yang
penting dalam hubungan antara polisi dan masyarakat adalah adanya kepercayaan antar kedua
pihak, polisi tidak mungkin mengawasi daerah tersebut setiap saat dan secara terus menerus,
sehingga adanya hubungan dengan warga yang baik akan membantu polisi dalam menjalankan
tugasnya dengan laporan dari warga yang sangat mengerti tentang kejadian atau suatu peristiwa
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
yang terjadi diwilayahnya. Hal ini tidak akan terjadi jika tidak ada kepercayaan diantara kedua
belah pihak.
Disorganisasi sosial yang terjadi di wilayah ini dapat dianalisis dengan variabel yang
dikemukakan oleh Miller (2009: 313), variasi yang digunakan adalah Status Fisik, yang dapat
dilihat dari perubahan populasi dan kondisi perumahan yang kosong dan dekat dengan industri,
menjadi faktor penyebab disorganisasi sosial yang terjadi di wilayah ini. Selain status fisik, status
populasi juga dapat dilihat pada wilayah ini, kawasan perumahan Jelambar yang rata-rata dihuni
oleh keturunan etnis Cina. Adanya perbedaan secara ekonomi dan aktivitas mereka, kemudian
menyebabkan adanya sifat tertutup dengan lingkungan sosial dan komunikasi yang minim
dengan masyarakat sekitar mereka yang kemudian menyebabkan adanya sifat tertutup.
Sementara dalam membahas hambatan yang terjadi di wilayah pemukiman padat
penduduk Keadaan yang terjadi di wilayah pemukiman kumuh padat penduduk ini dapat
dianalisis dengan teori disorganisasi sosial dengan menggunakan variabel analisis Status
Ekonomi. Dalam penjelasan yang dikemukakan Elliot dan Merrill (1961: 601) pengangguran
merupakan salah satu penyebab terjadinya disorganisasi sosial dikarenakan individu yang
merupakan seorang pengangguran biasanya mengalami depresi yang hebat, ketidakmampuan
mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan hidup keluarganya menyebabkan
mereka kadang meluapkannya dengan melakukan tindak kriminal, seperti mencuri dan
merampok untuk memenuhi kebutuhannya atau memakai narkoba untuk “mengobati” rasa
depresi mereka.
Selain teori disorganisasi sosial, teori lain yang dapat digunakan dalam membahas masalah
dilingkungan ini adalah taori Pertukaran Sosial. Sebelumnya, teori pertukaran sosial digunakan
dalam membahas hubungan antara polisi dan masyarakat dalam program pemolisian komunitas
yang berlangsung, dalam hal ini pertukaran sosial digunakan untuk membahas hubungan antara
masyarakat dengan kelompok penguna narkoba.
Interaksi sosial yang kuat dan hubungan masyarakat yang dekat satu sama lain di wilayah
ini seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ternyata memberikan hambatan kepada pihak
kepolisian dan penegak hukum dalam menjalankan program pemolisian komunitas untuk
mencegah adanya peredaran narkoba dan penyalahgunaan narkoba di wilayah tersebut.
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
Dalam wawancara penulis dengan Aiptu M. Insan Arif beliau mengatakan bahwa beberapa
kelompok pelaku penyalahguna dan pengedar narkoba di wilayah pemukiman padat penduduk
seperti di RW 7 dan RW 2 mereka cenderung berkelompok karena tidak memiliki uang yang
cukup banyak untuk membeli narkoba sendiri. Hal ini kemudian menjadi halangan bagi pihak
penegak hukum karena anggota kelompok yang lain cenderung melindungi dan menutupi teman
sekelompoknya atau bahkan kelompok lain dari pihak kepolisian. Hal ini dibenarkan oleh
pernyataan “O” sebelumnya mengenai penggeledahan yang dilakukan oleh kepolisian di
lingkungan tersebut, dalam kesempatan tersebut “O” mengatakan bahwa kabar akan diadakannya
penggeledahan di wilayah itu biasanya sudah diketahui oleh kelompok pengguna narkoba
sebelum kegiatan itu dilaksanakan, informasi ini biasa datang dari warga sekitar atau juga dari
kelompok pengguna lain, menurut “O” masyarakat di wilayah itu mengenal siapa saja yang
termasuk dalam kelompok penyalahguna narkoba, respon dari warga terhadap keberadaan
mereka pun berbeda, rata-rata bersikap biasa saja atau tidak peduli jika mereka sedang
melakukan kegiatan tersebut, beberapa yang lain mengingatkan agar tidak memakai nya di
tempat terbuka karena takut jika tiba-tiba ada pihak penegak hukum yang memeriksa wilayah
tersebut (Wawancara, 17 Februari 2016).
Melihat keadaan masyarakat diatas, teori pertukaran sosial yang dikemukakan oleh Blau
yang telah digunakan sebelumnya dalam membahas hubungan pertukaran sosial yang dimiliki
oleh kepolisian dan masyarakat, kemudian digunakan dalam membahas hubungan antara
masyarakat dengan kelompok pengguna dan pengedar narkoba namun dilihat dari segi negatif.
Hubungan kelompok pengedar dan penyalahguna narkoba dengan masyarakat sekitar
memberikan keuntungan terhadap kedua belah pihak, menurut Blau (1976) terjadinya pertukaran
sosial merupakan hal yang diharapkan agar mereka mendapat keuntungan dari apa yang sudah
diberikan sebelumnya, namun pertukaran sosial tidak dapat ditentukan sehingga membutuhkan
kepercayaan dari orang lain untuk menjalankan kewajiban mereka. Melihat pernyataan di atas,
dan hasil penelitian yang dilakukan penulis, kelompok pengguna dan pengedar narkoba memiliki
hubungan baik dengan warga, beberapa warga memiiki keuntungan dari keberadaan mereka
terutama jika warga tersebut memiliki peran dalam peredaran dan penyalahgunaan narkoba,
namun mereka juga tidak memperlakukan warga yang tidak memiliki hubungan bisnis dengan
mereka secara buruk, mereka tetap menjalin hubungan baik dengan warga yang lain dengan
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
harapan hubungan baik ini dapat memberikan kepercayaan kepada warga dan keuntungan
terhadap mereka.
Dalam Teori Sosiologi Modern, Ritzer dan Goodman (2011 : 369) menyebutkan bahwa
orang yang terlibat ikatan kelompok tak selalu dapat memberikan imbalan yang sama sehingga
akan terjadi ketimpangan dalam pertukaran yang akan menyebabkan perbedaan kekuasaan dalam
kelompok, terdapat 4 kemungkinan yang akan dilakukan jika seseorang membutuhkan bantuan
orang lain namun tidak memiliki hal sebanding untuk menukarnya, yang pertama adalah mereka
akan memaksa orang lain untuk membantunya, kedua mereka akan mencari sumber lain dalam
memenuhi kebutuhannya, ketiga mereka akan terus berhubungan baik tanpa mendapatkan apa
yang dibutuhkannya dan yang terakhir mereka akan “menundukan diri” sehingga memberikan
penghargaan yang sama dengan orang tersebut. Hal ini terlihat dalam hubungan antara
masyarakat dan kelompok pengguna narkoba di Kelurahan Jelambar khususnya di wilayah
pemukiman, dalam kesempatan wawancara peneiti dengan “O” ia menjelaskan bahwa,
masyarakat mengetahui siapa saja yang termasuk sebagai kelompok pengguna narkoba, namun
beberapa dari mereka cenderung tidak peduli dengan keberadaan kelompok ini dan membiarkan
aktivitas penyalahgunaan narkoba itu, hal lain dilakukan oleh warga yang mengenal mereka
secara personal karena interaksi sosial di wilayah pemukiman yang intensif sehingga mereka
biasanya mengingatkan atau menegur mereka yang menggunakan narkoba di tempat terbuka
untuk berhati-hati jika ada petugas keamanan yang kebetulan melewati daerah itu.
Dalam kasus ini, terlihat kategori ketiga, yaitu kelompok pengguna narkoba membutuhkan
masyarakat untuk tidak mengusik keberadaan mereka saat mereka melakukan kegiatan
penyalahgunaan narkoba dan memberitahukan mereka jika ada penggeledahan atau operasi
pengamanan yang dilakukan oleh pihak berwajib, namun mereka tidak memiliki sesuatu yang
dapat mereka tukarkan dengan masyarakat yang tidak semuanya mendukung kegiatan mereka,
sehingga mereka cenderung akan berusaha untuk berhubungan baik dengan masyarakat tersebut.
Selain itu hubungan pertukaran sosial antar kelompok pengguna dengan kelompok pengguna lain
atau dengan individu anggota mereka dapat dilihat dari adanya nilai khusus atau Particular
Values yang dapat memepersatukan mereka, menurut Ritzer (2011 :373) nilai ini kemudian
dipandang sebagai kesamaan perasaan di tingkat kolektif yang mempersatukan mereka atas dasar
hubungan tatap muka. Dalam hal ini setiap individu atau kelompok penyalahguna narkoba akan
mengingatkan satu sama lain agar berhati-hati dalam melakukan kegiatannya atau mengingatkan
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
jika akan diadakannya penggeledahan seperti yang dikatakan oleh “O”sebelumnya. Selain itu
menurut Turner dan Stets (2006: 300), seperti yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya,
pertukaran sosial memiliki konsekuensi relasional yang menghasilkan ketergantungan diantara
individu yang terlibat sehingga menimbulkan pola pertukaran berulang, dan cenderung
dipertahankan.
Melihat proses pelaksanaan dan hambatan yang dialami oleh Kelurahan Jelambar dalam
melakukan program pemolisian komunitas yang dilaksanakan khusus untuk mencegah peredaran
dan penyalahgunaan narkoba, keberhasilan program ini dapat dilihat dari indikator keberhasilan
yang tercantum dalam Peraturan Kapolri No.7 pasal 55 mengenai kriteria yang dapat dijadikan
tolak ukur keberhasilan polmas, yang pertama yaitu Intensitas antara petugas dengan masyarakat
meningkat. Beberapa kegiatan yang sudah dirancang oleh pihak polres Jakarta Barat dalam
program RW Bebas Narkoba dibuat untuk meningkatkan interaksi antara masyarakat dan
kepolisian, seperti adanya program kunjungan pintu ke pintu, penjagaan wilayah dengan petugas
gabungan dan patroli. Namun dalam pelaksanaannya seperti yang sudah dibahas sebelumnya,
program-program tersebut tidak berjalan, sehingga tujuan peningkatan komunikasi antara warga
dengan pihak kepolisian pun tidak terlaksana. Selain itu, adanya sikap tidak peduli dari beberapa
kelompok masyarakat juga menyebabkan tidak terpenuhinya kriteria pertama dalam mengukur
keberhasilan polmas. Pelaksanaan program yang tidak dijalankan dengan baik ini kemudian
mempengaruhi beberapa kriteria yang lain seperti mekanisme pelaksanaan penyelesaian masalah
oleh polisi dan masyarakat yang tak berfungsi di wilayah tersebut.
Berikutnya merupakan keakraban hubungan petugas dan masyarakat yang meningkat. Hal
ini juga tidak terwujud dalam pelaksanaan program pemolisian komunitas di Kelurahan Jelambar,
hal ini terlihat dari kesulitan pihak polisi dalam melaksanakan tugas di beberapa wilayah.
Masyarakatnya cenderung tertutup dan tidak peduli dengan program yang dilaksanakan, hal ini
kemudian juga berdampak pada kepekaan atau kepedulian masyarakat terhadap masalah
kamtibmas di lingkungannya.
Indikator keberhasilan polmas yang lain yaitu gangguan kamtibmas yang menurun, juga
tidak terlihat di wilayah Kelurahan Jelambar data kasus narkoba yang dimiliki oleh Polsek
Tanjung Duren tidak menunjukan adanya penurunan yang signifikan dalam kasus narkoba yang
terdata setelah dilakukannya program pemolisian komunitas di wilayah tersebut.
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
Kesimpulan
Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, pelaksanaan pemolisian komunitas
dalam upaya pencegahan peredaran dan penyalahgunaan narkoba dilakukan dengan beberapa
program, yaitu program pencegahan kejahatan yang dilakukan dengan program RW Bebas
narkoba, program penyuluhan dan program pejagaan wilayah dan patroli, selain itu program lain
merupakan program penegakan hukum yang dilakukan dengan penangkapan yang berasal dari
laporan warga dan operasi yustisi. Namun pelaksanaannya tidak sempurna dikarenakan oleh
beberapa hal, yaitu kekurangan dari pihak polisi, instansi yang berkerjasama dengan polisi dan
aktivitas sosial di lingkungan itu sendiri. Salah satunya sikap tertutup dan tidak peduli dengan
lingkungan sosial yang ditunjukan oleh masyarakat perumahan teratur menyebabkan ke enam
kriteria yang disebutkan oleh Himmelman tidak terlihat di wilayah tersebut walaupun beberapa
program yang ditujukan untuk meningkatkan komunikasi antara masyarakat dan kepolisian sudah
diterapkan. Hal yang sama terjadi pada wilayah pemukiman kumuh padat penduduk, kohesi
sosial yang dipandang sebagai suatu indikator yang penting dari kapasitas penduduk untuk
terlibat dalam kontrol sosial informan, saling bergantungnya penduduk satu sama lain juga salah
satu indikator yang terkait pada kohesi sosial (Dermawan, 2011: 111). Namun kohesi sosial yang
terjadi pada wilayah pemukiman kumuh padat penududuk Kelurahan Jelambar, tidak
menimbulkan dampak yang baik bagi pemolisian komunitas yang dilaksanakan di wilayah
tersebut. Hubungan antar warga yang dekat justru membuat mereka bersimpati dan membantu
mereka yang terlibat dengan peredaran dan penyalahgunaan narkoba dengan alasan hubungan
yang dekat. Hal ini kemudian enjadi penghambat elaksanaan pemolisian komunitas di lingkungan
tersebut.
Melihat hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, pelaksanaan pemolisian
komunitas sebagai upaya pencegahan peredaran dan penyalahgunaan narkoba di Kelurahan
Jelambar dapat dikatakan belum berhasil dilakukan di Kelurahan Jelambar, hal ini disebabkan
oleh beberapa hal baik dari kepolisian, instansi yang berkerjasama dengan polisi, masyarakat dan
lingkungan sosial wilayah tersebut.
Saran
Penulis memberikan saran terkait dengan pelaksanaan pemolisian komunitas yang
dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan dan peredaran narkoba di wilayah Kelurahan
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
Jelambar, khususnya kepada pihak kepolisian, dalam melaksanakan program yang sudah
dirumuskan sebelumnya agar dilakukan secara berkala dan terus menerus sehingga hasil yang
dituju dapat dicapai, adanya pengawasan terhadap instansi yang membantu polisi dalam
melakukan program di tengah masyarakat dan pemberian sanksi teguran kepada wilayah yang
tidak menjalankan program sesuai dengan yang sudah ditentukan juga dapat dilakukan sehingga
dapat menjaga kualitas program yang dijalankan.
Selain itu adanya peningkatan kerjasama antara polisi dan masyarakat juga merupakan hal
yang penting, polisi diharapkan dapat berbaur dengan masyarakat baik yang berada di wilayah
perumahan, maupun yang ada di wilayah pemukian padat penduduk sehingga kedekatan antara
warga dengan polisi ini dapat mempersempit kesempatan kelompok pengguna melakukan
kegiatan tersebut kecil karena warga yang tinggal tidak takut atau ragu untuk melapor ke polisi.
Untuk program penyuluhan bahaya narkoba yang dilakukan di sekolah menengah atas dan
pertama dapat dilakukan juga di tingkat sekolah dasar. Mereka yang bertempat tinggal di wilayah
yang rawan kasus narkoba sudah tidak asing dengan kasus seperti itu sehingga adanya
penyuluhan sejak dini sangat penting dilakukan untuk membangun penolakan terhadap narkoba
dari setiap individu.
Perubahan terhadap lingkungan yang menghambat dalam melaksanakan pengawasan juga
diperlukan agar pelaksanaan program pencegahan dapat dilakukan dengan sempurna, hal ini
dapat dilakukan dengan penerapan kembali peraturan mengenai pemasangan pagar rumah dan
penerangan di wilayah Kelurahan Jelambar yang dapat dilakukan dengan bekerjasama dengan
pihak Pemda.
Daftar Referensi
Buku:
Blau, Peter M.(1976). Exchange and Power In Social Life. New York : John Wiley and Sons,Inc
Brown, Delores, D. Jones, Karen J. Terry. 2004. Policing and Minority Community: Bridging The Gap. New Jersey: Pearson Education
Dermawan, Mohammad Kemal.(2011) Pemolisian Komunitas. Jakarta : PT Galaxy Puspa Mega
Elliot, Mabel A., France E. Merrill.(1961). Social Disorganization. New York : Harper and Brothers
Faisal, Sanapiah. (2005). Format-Format Penelitian Sosial. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.
Haley, John, Robert N.Golden, Fred L. Peterson (2009). The Truth About Drugs. New York: Facts On File
Henderson, Harry. (2005). Drug Abuse. New York: Facts On File
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
Lab, Steven. P.(2014) . Crime Prevention. New York: Anderson Publishing
McMillan, J. and Schumacher. (2001) Research in Education. New York: Longman
Merton, Robert. K, Robert Nisbet.(1971). Contemporary Social Problems. New York : Harcourt Brace Jovanovich,Inc
Miller,J Mitchell. (2009). 21st Century Criminology : A Refference Handbook. California : Sagepub
Mustofa, Muhamad.(2010). Kriminologi. Bekasi : Sari Ilmu Pratama.
Neuman, W. Lawrence. (2007) Basics of Social Research : Qualitative and Quantitative Approach. Boston : Pearson Education
Noaks, Lesley. Emma Wincup. (2004). Criminological Research, Understanding Qulitative Research. California: Sage Publications
Ritzer, George. (2011). Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana
Stets, Jan E. dan Jonathan H. Turner. (2006) Handbook of The Sociology of Emotions. New York : Springer
Suparlan , Parsudi. (2004). Bunga Rampai Ilmu Kepolisian Indonesia. Jakarta : YPKIK.
Waddington, PA, Martin Wright. (2010). What Is Policing?. London : Learning Matters
Wilson, Jeremy. M. (2006). Community Policing in America. New York: Routledge.
Internet:
Badan Narkotika Nasional. Dampak Langsung dan Tidak Langsung Penyalahgunaan Narkoba. Diakses dari http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/20/957/dampak-langsung-dan-tidak-langsung-penyalahgunaan-narkoba pada 20 April 2016 pukul 10.15 WIB
Bima Setyadi. Jakbar Bentuk RW Bebas Narkoba. Diakses dari http://metro.sindonews.com/read/764432/31/jakbar-bentuk-rw-bebas-narkoba-1374584851 pada tanggal 1 april 2016 pukul 13.06 WIB
BS. Polisi Sebut Jakbar dan Jakpus Area Black Spot Narkoba. Diakses dari http://kriminalitas.com/polisi-sebut-jakbar-dan-jakpus-area-black-spot-narkoba/ pada tanggal 1 April 2016 Pukul 15.53 WIB
Hyk. Narkoba di Jakarta Barat Masih Tinggi. Diakses dari http://metro.sindonews.com/read/821738/31/narkoba-di-jakarta-barat-masih-tinggi-1388318006 pada tanggal 25 Januari 2015 pukul 19.38 WIB
Profil Wilayah Jajaran Polres Metro Jakarta Barat. Diakses dari http://www.metro.polri.go.id/profil-wilayah-jajaran-pmj/restro-jakarta-barat pada 28 September 2015
Pramita, Dini. BNN: Kampung Ambon Sudah Bebas Narkoba. Diakses dari https://m.tempo.co/read/news/2014/11/28/064624992/bnn-kampung-ambon-sudah-bebas-narkoba pada tanggal 16 Juni 2016 pukul 10.05 WIB
Sukarno, Puput Ady. BNN Provinsi DKI : Ini 50 Kelurahan di Jakarta Rawan Narkoba. Diakses dari http://jakarta.bisnis.com/read/20160205/77/516639/bnn-provinsi-dki-ini-50-kelurahan-di-jakarta-rawan-narkoba pada tanggal 27 April 2016 pukul 15.12 WIB
Artikel Jurnal:
Corsaro, Nicholas. (2009). “Problem-Oriented Policing and Open-Air Drug Markets: Examining the Rockford Pulling Levers Deterrence Strategy” Departement of criminology and criminal justice. Sagepub. Hlm : 59(7)
Martinez,Ramiro dan Richard Rosenfeld.(2008). Social Disorganization, Drug Market Activity, and Neighborhood Violent Crime. Urban Affairs Review Volume 43 Number 6
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016
Willits, Dale, Lisa M. Broidy. Kristine Denman. (2015). School and Drug Markets : Examining the relationship between schools and neighborhood drug crime. Youth and Society 2015 vol. 47(5) 634-658
Lain-lain:
Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkoba
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 7 tahun 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2012 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan dan Pembinaan Teknis Terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Bentuk-Bentuk Pengamanan Swakarsa
Pemolisian komunitas ..., Hayuning Nuswantari, FISIP UI, 2016