Pemisahan Dan Pemurnian

32
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan materi. Sedangkan materi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mempunyai massa dan menempati ruang. Setiap materi mempunyai sifat-sifat khas yang membedakannya dari materi lainnya. Namun demikian, di antara berbagai macam materi terdapat juga persamaannya. Sehingga berdasarkan wujudnya materi dikelompokkan menjadi materi yang berbentuk padat, cair, dan gas. Materi sendiri mempunyai 2 sifat, yaitu sifat kimia dan sifat fisik. Sifat kimia adalah sifat yang pengukurannya merupakan hasil dari perubahan kimia, dengan kata lain sifat kimia berkaitan dengan perubahan kimia yang dapat dialami oleh suatu zat. Misalnya potensial sel, berkarat, dan dapat terbakar. Sifat fisik adalah sifat yang pengukurannya bukan berasal dari perubahan kimia atau dapat dikatakan sifat fisik adalah sifat yang berkaitan dengan penampilan materi. Misalnya titik leleh, titik didih, dan bau. Perubahan materi sering kali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan tersebut dapat terjadi baik disengaja maupun tidak disengaja (alami) dan

description

Praktikum

Transcript of Pemisahan Dan Pemurnian

Page 1: Pemisahan Dan Pemurnian

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kimia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan

dengan materi. Sedangkan materi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang

mempunyai massa dan menempati ruang. Setiap materi mempunyai sifat-sifat

khas yang membedakannya dari materi lainnya. Namun demikian, di antara

berbagai macam materi terdapat juga persamaannya. Sehingga berdasarkan

wujudnya materi dikelompokkan menjadi materi yang berbentuk padat, cair, dan

gas.

Materi sendiri mempunyai 2 sifat, yaitu sifat kimia dan sifat fisik. Sifat

kimia adalah sifat yang pengukurannya merupakan hasil dari perubahan kimia,

dengan kata lain sifat kimia berkaitan dengan perubahan kimia yang dapat dialami

oleh suatu zat. Misalnya potensial sel, berkarat, dan dapat terbakar. Sifat fisik

adalah sifat yang pengukurannya bukan berasal dari perubahan kimia atau dapat

dikatakan sifat fisik adalah sifat yang berkaitan dengan penampilan materi.

Misalnya titik leleh, titik didih, dan bau.

Perubahan materi sering kali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Perubahan tersebut dapat terjadi baik disengaja maupun tidak disengaja (alami)

dan digolongkan ke dalam perubahan kimia dan perubahan fisik. Perubahn kimia

adalah perubahan yang menghasilkan zat baru, sedangkan perubahan fisik adalah

perubahan yang tidak menghasilkan zat baru.

Materi digolongkan menjadi zat murni (tunggal) dan campuran. Zat murni

(tunggal) dapat berbentuk unsur maupun senyawa dan unsur sendiri dapat

berbentuk logam, non logam, dan metaloid. Campuran dapat digolongkan menjadi

campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran yang bersifat homogen

disebut larutan dan campuran yang bersifat heterogen digolongkan menjadi koloid

dan suspensi.

Page 2: Pemisahan Dan Pemurnian

2

Kebanyakan materi yang terdapat di bumi ini dalam keadaan tidak murni,

di mana materi tersebut berupa campuran dari berbagai komponen. Contohnya

minyak bumi, yang merupakan campuran berbagai jenis hidrokarbon.

Pemanfaatan zat murni dari suatu campuran akan lebih berharga jika memiliki

kemurnian yang tinggi.

Oleh sebab itu, dengan mempelajari dan mempraktekkan percobaan

pemisahan dan pemurnian ini kita dapat mengetahui cara atau metode yang dapat

digunakan untuk memperoleh suatu zat murni dan bahkan dapat menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukan percobaan kali ini adalah:

- Untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau telah

tercampur.

- Untuk mengetahui metode yang bisa dilakukan untuk memisahkan atau

memurnikan suatu zat.

- Untuk mengetahui prinsip dasar pemisahan dan pemurnian suatu zat.

Page 3: Pemisahan Dan Pemurnian

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Campuran adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan

perbandingan sembarang yang masih mempunyai sifat zat asalnya. Campuran

dapat terjadi antara unsur-unsur dengan unsur, contohnya campuran antara unsur

nitrogen dan oksigen, atau antara unsur dan senyawa, contohnya nitrogen dengan

uap air, dan dapat pula antara senyawa dengan senyawa, contohnya campuran

antara air dengan alkohol. Campuran dapat dibagi dua, yaitu campuran yang

bersifat homogen dan campuran yang bersifat heterogen.

Campuran homogen adalah penggabungan dari dua zat tunggal atau lebih

yang semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu fasa. Yang

disebut satu fasa adalah zat yang sifat dan komposisinya sama antara satu bagian

dengan bagian yang lain di dekatnya. Sebagai contoh gula dengan air. Rasa manis

air gula disemua bagian bejana sama, baik di atas, di bawah, maupun di

pinggirnya. Karena begitu kecil dan meratanya partikel gula sehingga tidak dapat

dilihat walaupun dengan mikroskop. Yang tampak hanya satu fasa, yakni cairan,

campuran seperti ini disebut larutan.

Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara dua

zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang

lainnya tidak sama diberbagai bagian bejana. Contohnya, campuran air dengan

minyak tanah. Pada mulanya kedua zat tidak bercampur, tetapi setelah dikocok

dengan kuat minyak menyebar dalam air berupa gelembung-gelembung kecil.

Pada gelembung hanya terdapat minyak, sedangkan yang lain adalah air. Jadi

minyak tidak menyebar merata seperti gula dan air. Dengan kata lain, dalam

campuran heterogen masih ada bidang batas antara kedua komponen atau

mengandung lebih dari satu fasa. (Kimia dasar 1, Syukri S, 1999).

Larutan didefinisikan sebagi zat homogen yang merupakan

campuran dari dua komponen atau lebih, yang dapat berupa gas, cair, dan padat.

Page 4: Pemisahan Dan Pemurnian

4

Larutan gas dibuat dengan mencampurkan satu gas dan gas lainnya.

Karena semua gas bercampur dalam semua perbandingan, maka setiap campuran

gas adalah homogen dan ia merupakan larutan.

Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan, atau padatan dalam

suatu cairan. Jika sebagai cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair.

Larutan padatan adalah padatan-padatan dalam mana satu komponen

terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul dari komponen lainnya.

Dua pengertian yang penting dalam larutan adalah solute (zat yang

dilarutkan) dalam solven (zat pelarut). Pengertian ini dapat dinyatakan bila

senyawa dalam jumlah yang lebih besar maka disebut solven dan untuk senyawa

yang berada dalam jumlah kecil disebut solute. (Kimia Dasar, Hardjono

Sastrohamidjojo,2001).

Campuran heterogen digolongkan menjadi koloid dan suspensi. Koloid

cirri secara makroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika diamati dengan

mikroskop ultra. Partikel berdimensi antara lain 1nm-100nm, pada umumnya

stabil, dan dapat disaring dengan penyaring ultra. Kebanyakan koloid dapat

diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu koloid liofobik dan koloid liofilik. Koloid

liofobik adalah benci atau tidak suka pelarut, yaitu sedikit atau tidak ada pengikat

antara partikel koloid dan pelarut. Koloid liofilik adalah cinta atau suka dengan

pelarut. Suspensi memiliki ciri salah satu atau semua dimensi partikelnya ›100nm,

tidak stabil, dan dapat disaring dengan kertas saring biasa. (Kimia Dasar,

Hardjono Sastrohamidjojo, 2001).

Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk

memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang

mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan. Berdasarkan tahap

proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan,

yaitu metode pemisahan sederhana dan metode pemisahan kompleks.

Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu

tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif

sederhana. Sedangkan metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa

Page 5: Pemisahan Dan Pemurnian

5

tahapan kerja, diantaranya penambahan bahan tertentu, pengaturan proses

mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan.

Pemilihan metode pemisahan harus diperhatikan untuk menghindari

kerusakan hasil atau melainkan tidak berhasil. Faktor-faktor yang perlu

diperhatikan adalah:

1. Keadaan zat yang diinginkan terhadap campuran, apakah zat ada di

dalam sel makhluk hidup, apakah bahan terikat secara kimia, dan

sebagainya.

2. Kadar zat yang diinginkan terhadap campurannya, apakah kadarnya

kecil atau besar.

3. Sifat khusus dari zat yang diinginkan dan campurannya, misalnya zat

tidak tahan panas, mudah menguap, kelarutan terhadap pelarut tertentu,

titik didih, dan sebagainya.

4. Zat pencemar dan campurannya yang mengotori beserta sifat yang

dimiliki.

5. Standar kemurnian yang diinginkan.

(Pemisahan campuran, Alicezah, 2009).

Suatu zat dapat dipisahkan dari campurannya karena mempunyai

perbedaan sifat. Hal ini dinamakan dasar pemisahan. Beberapa dasar pemisahan

campuran antara lain sebagai berikut:

1. Berdasarkan ukuran partikel

Apabila ukuran partikel zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang

tidak diinginkan (zat pencampur) dapat dipisahkan dengan metode

filtrasi (penyaringan). Jika partikel zat hasil lebi kecil daripada zat

pencampurnya, maka dapat dipilih penyaring atau media berpori yang

sesuai dengan ukuran partikel zat yang diinginkan. Partikel zat hasil

akan melewati penyaring dan zat pencampurnya akan terhalang.

2. Titik didih

Bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih yang jauh

berbeda dapat dipisahkan dengan metode destilasi. Apabila titik dididh

zat hasil lebih rendah daripada zat pencampur, maka bahan dipanaskan

Page 6: Pemisahan Dan Pemurnian

6

antara suhu didih zat hasil dan di bawah suhu didih zat pencampur. Zat

hasil akan lebih cepat menguap, sedangkan zat pencampur tetap dalam

keadaan cair dan sedikit menguap ketika titik didihnya terlewati.

Proses pemisahan dengan dasar perbedaan titik didih ini bila dilakukan

dengan kontrol suhu yang ketat akan dapat memisahkan zat dari

campurannya dengan baik, karena suhu selalu dikontrol untuk tidak

melewati titik didih campuran.

3. Kelarutan

Suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya

suatu zat mungkin larut dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam

pelarut B. Secara umum pelarut dibagi menjadi dua, yaitu pelarut

polar, misalnya air, dan pelarut non polar (disebut juga pelarut

organik) seperti alcohol. Dengan melihat kelarutan suatu zat yang

berbeda dengan zat-zat lain dalam campurannya, maka kita dapat

memisahkan zat yang diinginkan dengan menggunakan pelarut

tertentu.

4. Pengendapan

Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbedadalam

suatu campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yang

lebih besar daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam

suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan

pengendapan yang berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu

zat, maka dapat dipisahkan dengan metode sedimentasi. Namun jika

dalam campuran mengandung lebih dari satu zat yang kita inginkan,

maka digunakan metode presipitasi yang biasanya dikombinasi dengan

metode filtrasi. (Pemisahan campuran, Didah Rahayu, 2008)

Selain digolongkan menjadi metode pemisahan sederhana dan metode

pemisahan kompleks, campuran juga dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika

arau kimia. Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan,

sedangkan pemisahan secara kimia, satu komponen atau lebih direaksikan dengan

Page 7: Pemisahan Dan Pemurnian

7

zat lain sehingga dapat dipisahkan. Disini yang akan dibahas hanya pemisahan

secara fisika.

Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan

sifat komponen yang tergantung didalamnya. Jika komponen berwujud padat dan

cair, misalnya kapur dan air, dapat dipisahkan dengan saringan-saringan

bermacam-macam mulai dari porinya yang besar sampai yang sangat halus,

contohnya kertas saring dan selaput semipermeabel. Kertas saring dipakai untuk

memisahkan endapan atau padatan dari pelarut. Selaput semipermeabel dipakai

untuk memisahkan suatu koloid dari pelarutnya.

Campuran homogen, seperti alcohol dalam air, tidak dapat dipisahkan

dengan saringan, karena partikelnya lolos dalam pori-pori kertas saring dan

selaput semopermeabel. (Kimia Dasar 1, Syukri S, 1999).

Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memisahkan dan

memurnikan suatu campuran:

1. Dekantasi

Dekantasi merupakan proses pemisahan padatan dari cairan yang tidak

saling bercampur dan didasarkan pada ukuran partikel penyusun

campuran tersebut. Pada proses ini padatan dibiarkan turun ke dasar

bejana/wadah kemudian cairan dituangkan dengan hati-hati agar

padatan tidak terganggu/tidak ikut terbuang. Contohnya pada proses

pemisahan campuran air dan pasir.

2. Filtrasi

Filtrasi adalah metode pemisahan komponen-komponen dalam

campuran dengan menggunakan filter (penyaring) yang hanya dapat

dilalui oleh cairan (bila menggunakan kertas saring). Hasil filtrasi

disebut filtrat sedangkan sisa filtrasi disebut residu atau ampas. Filtrasi

dapat pula dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dan zat

padat yang tidak saling terlarut. Contohnya pemisahan air dan kopi

menggunakan kertas saring.

3. Rekristalisasi ( Pengkristalan Kembali)

Page 8: Pemisahan Dan Pemurnian

8

Teknik pemisahan dengan cara rekristalisasi berdasarkan pada

perbedaan titik beku komponen dalam sebuah campuran. Perbedaan itu

harus cukup besar, dan sebaiknya komponen yang akan dipisahkan

berwujud padat dan yang lainnya cair pada suhu kamar. Contohnya

garam dapat dipisahkan dari air karena garam berupa padatan. Air

garam bila dipanaskan perlahan dalam bejana terbuka, maka air akan

menguap sedikit demi sedikit. Pemanasan dihentikan saat larutan tepat

jenuh. Jadi dibiarkan hingga akhirnya terbentuk kristal garam. (Kimia

Dasar 1, Syukri S, 1999).

4. Ekstraksi

Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur.

Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut merupakan

metode yang paling baik dan populer. Alasan utamanya karena

metodeini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.

Pemisahannya tidak memerlukan alat khusus atau canggih, melainkan

hanya berupa corong pisah. Pemisahan yang dilakukan bersifat

sederhana, bersih, cepat, dan mudah. Dalam industri metode ini banyak

dipakai untuk menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan dalam hasil,

misalnya pada pemurnian minyak tanah dan pemurnian natrium

hidroksida yang dihasilkan dari proses elektrolisis. Ekstraksi dapat

digolongkan berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi dan proses

pelaksanaannya.

Berdasarkan bentuk campuran:

a. Ekstraksi padat-cair, zat yang diekstraksi terdapat di dalam

campuran yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak

dilakukan dalam usaha mengisolasi zat berkhasiat yang

terkandung di dalam bahan alam.

b. Ekstraksi cair-cair, zat yang direaksikan terdapat di dalam

campuran yang berbentuk cair.

Page 9: Pemisahan Dan Pemurnian

9

Berdasarkan proses pelaksanannya:

a. Ekstraksi kontinyu, pada ekstraksi ini pelarut yang sama

digunakan secara berulang-ulang sampai proses ekstraksi

selesai.

b. Ekstraksi bertahap, pada ekstraksi ini setiap kali ekstraksi selalu

digunakan pelarut yang baru sampai proses ekstraksi selesai.

(Estien Yazid, Kimia Fisika untuk Paramedis, 2005).

5. Sublimasi

Pada umumnya perubahan tingkat wujud berlangsung menurut pola

padat-cait-gas atau kebalikannya. Ada beberapa zat yang dapat berubah

langsung dari keadaan uap ke keadaan padat tanpa melalui fase cair

terlebih dahulu yang disebut menyublim. Bahan-bahan yang

menggunakan metode ini merupakan bahan yang mudah menyublim

seperti kamfer, naftalen, dan belerang. (Suparni Setyowati Rahayu,

Proses Sublimasi, 2009).

Page 10: Pemisahan Dan Pemurnian

10

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Sendok

- Gelas kimia

- Corong gelas

- Corong pisah

- Cawan penguap

- Batang pengaduk

- Hot plate

- Kertas saring

- Serbet

- Tisue

3.1.2 Bahan

- Garam dapur

- Kapur tulis

- Pasir

- CuSO4.5H2O

- Minyak goreng

- Naftalena

- Aquades

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Dekantasi

- Pasir dimasukkan ke dalam gelas kimia.

- Ditambahkan aquades hingga mencapai volume 100ml kemudian diaduk.

- Pasir dibiarkan mengendap lalu cairan bagian atas dituang.

3.2.2 Filtrasi

Page 11: Pemisahan Dan Pemurnian

11

- Bubuk kapur tulis dimasukkan ke dalam gelas kimia.

- Ditambahkan aquades hingga volumenya mencapai 100ml kemudian

diaduk.

- Corong dan kertas saring disiapkan lalu dilakukan penyaringan saat bubuk

kapur tulis masih bercampur dengan aquades.

3.2.3 Rekristalisasi

- Satu sendok CuSO4.5H2O dilarutkan dengan aquades di dalam gelas kimia

dengan cara digoyang.

- Dipanaskan hingga terbentuk kristal berwarna putih.

3.2.4 Ekstraksi

- Aquades dan minyak goreng dituang ke dalam corong pisah lalu dikocok

secara konsisten.

- Dibiarkan hingga kedua cairan tersebut memisah.

- Cairan lapisan bawah dipisahkan dengan cara membuka tutup dan kran

pada corong pisah.

3.2.5 Sublimasi

- Bubuk naftalena dan garam dapur dicampurkan dalam cawan lalu ditutup

dengan kertas saring yang telah dilubangi kecil-kecil dan ditutup lagi

menggunakan corong dengan posisi terbalik dan lehernya disumbat tissue

- Dilakukan pemanasan hingga kedua bahan memisah.

Page 12: Pemisahan Dan Pemurnian

12

BAB 4

HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No

.

Perlakuan Pengamatan

Page 13: Pemisahan Dan Pemurnian

13

1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.

1.

Percobaan 1:

Mencampur pasir dan aquades

dalam gelas kimia

Campuran diaduk

Pengadukan selesai dan pasir

diendapkan

Cairan bagian atas dituang

Percobaan 2:

Mencampur bubuk kapur tulis

dengan aquades dalam gelas kimia

Campuran diaduk

Penyaringan

Percobaan 3:

Mencampur CuSO4.5H2O dengan

aquades dalan gelas kimia

- Aquades menjadi keruh

- Sebagian pasir tercampur dengan

aquades tetapi pasir tidakterlarut dan

sebagian lagi tetap berada di dasar

- Aquades tampak tidak terlalu keruh

dibandingkan saat pengadukan

- Tersisa pasir di dalam gelas kimia

- Aquades tampak keruh

- Bubuk kapur tulis mengendap

- Bubuk kapur tulis bercampur

dengan aquades tetapi bubuk kapur

tulis tidak terlarut sehingga aquades

menjadi keruh

- Bubuk kapur tulis tersaring oleh

kertas saring

- Aquades hasil saringan tampak

bening

- CuSO4.5H2O berada di dasar dan

belum terlarut

No

.

Perlakuan Pengamatan

2. Gelas kimia digoyang - Kristal CuSO4.5H2O perlahan-lahan

larut dalam aquades

- Larutan tampak berwarna biru

Page 14: Pemisahan Dan Pemurnian

14

3.

4.

1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.

Gelas kimia dipanaskan

Gelas kimia diangkat

Percobaan 4:

Air aquades dan minyak

dimasukkan ke dalam corong pisah

Dikocok secara konsisten

Tutup dan kran pada corong pisah

dibuka

Kran ditutup saat batas kedua fase

berada di ujung corong pisah

Percobaan 5:

Garam dapur dan bubuk naftalena

dimasukkan ke dalam cawan

Cawan ditutup dengan kertas

saring yang telah dilubangi kecil-

kecil dan ditutup lagi mengunakan

corong dengan posisi terbalik dan

lehernya disumbat tisue, lalu

dipanaskan

Pemanasan dihentikan dan

diangkat, kemudian corong serta

kertas saring dibuka

bening

- Larutan mendidih secara perlahan

dan terlihat gelembung

- Air mulai menguap kemudian air

habis

- Tampak bubuk berwarna putih

- Terbentuk 2 fase yang tidak saling

terlarut

- Warna larutan menjadi keruh

- Air aquades keluar dari corong pisah

- Minyak tersisa di dalam corong

pisah

- Antara garam dapur dan bubuk

naftalena tidak dapat dibedakan

- Campuran secara perlahan

menguap, di mana terdapat bahan

yang menempel pada dinding

corong

- Bau naftalena tercium dan tampak

salah stu bahan tertinggal di dalam

cawan. Bau naftalena tercium dan

tampak salah satu bahan tertinggal

di dalam cawan. Bau naftalena yang

tercium menandakan bahwa bahan

Page 15: Pemisahan Dan Pemurnian

15

yang menempel pada corong adalah

naftalena sedangkan bahan yang

tertinggal di cawan adalah garam

dapur

4.2 Pembahasan

Prinsip dari pemisahan pada setiap percobaan tidak semuanya sama. Pada

percobaan pertama yaitu proses dekantasi antara pasir dan aquades, prinsipnya

adalah mengendapkan partikel yang memiliki ukuran lebih besar dan tidak terlarut

dalam air. Pada percobaan kedua yakni proses filtrasi antara bubuk kapur tulis dan

aquades prinsipnya adalah meloloskan partikel yang memiliki ukuran kecil dan

menahan partikel yang berukuran besar pada kertas saring. Pada percobaan ketiga

yaitu proses rekristalisasi prinsipnya adalah menguapkan bahan yang memiliki

titik didih lebih rendah dan juga didasarkan pada perbedaan kelarutan

CuSO4.5H2O dalam aquades. Pada percobaan keempat yaitu proses ekstraksi

antara aquades dan minyak goreng prinsipnya adalah menyisakan cairan yang

memiliki massa jenis lebih rendah. Sedangkan pada percobaan kelima yaitu proses

sublimasi antara garam dapur dan bubuk naftalena prinsipnya adalah memisahkan

campuran melelui proses pemanasan, dimana bahan yang memiliki titik didih

lebih rendah akan menguap.

Dari kelima percobaan yang dilakukan, pemisahan yang terjadi karena

berbagai sebab. Percobaan pertama (dekantasi), campuran antara pasir dan

aquades dapat dipisahkan karena adanya perbedaan ukuran partikel dalam

campuran tersebut dan kedua bahan tidak saling terlarut sehingga bahan yang

tidak terlarut itu akan mengendap (pasir). Percobaan kedua (filtrasi), pemisahan

campuran antara bubuk kapur tulis dan aquades terjadi karena adanya perbedaan

ukuran partikel kedua bahan tersebut di mana partikel bubuk kapur tulis yang

lebih besar akan tertahan oleh kertas saring, sehingga zat murni (aquades) yang

memiliki partikel lebih kecil tidak akan tersaring. Percobaan ketiga (rekristalisasi),

dapat terjadi karena adanya perbedaan titik didih antara CuSO4.5H2O dan aquades,

metode ini didasarkan pada kelarutan bahan dalam suatu pelarut. Percobaan

Page 16: Pemisahan Dan Pemurnian

16

keempat (ekstraksi), terjadi karena perbedaan massajenis dalam hal ini minyak

goreng dan aquades, di mana cairan yang memiliki massa jenis lebih besar akan

berada di bawah (aquades) sedangkan cairan yang memiliki massa jenis lebih

kecil akan berada di atas (mianyak goreng). Pada percobaan kelima (sublimasi)

bisa terjadi pemisahan karena adanya perbedaan titik didih antara garam dapur

dan naftalena, sehingga naftalena yng mempunyai titik didih lebih rendah akan

menguap.

Dalam ilmu kimia seringkali kita mendengar kata polar, non-polar, adan

semi polar. Polar itu sendiri memiliki beberapa sifat, diantaranya larut dalam air,

mempunyai pasangan elektron bebes, dan mempunyai perbedaan elektrinegatifan

yang tinggi antar penyusunnya. Miasalnya asam klorida, air, asam bromida, dan

metanol. Non-polar memiliki sifat tidak dapat larut dalam air, tdak memiliki

pasangan elektron bebas, tidak memiliki kutub positif dan kutub negatif, dan

memiliki titik didih rendah. Contohnya bensin, minyak goreng, metana, dan N2.

Sedangkan semi polar memiliki sifat salah satu atom mempunyai pasangan

elektron bebas sedangkan atom yang lain tidak menyumbangkan elektron (atom

akseptor). Misalnya NH3, BF3, CO, dan SO3.

Struktur kimia minyak goreng memiliki bentuk sebagai berikut:

O

CH2 O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3

O

CH2 O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3

O

CH2 O C (CH2)7 CH CH (CH2)7 CH3

Struktur kimia naftalena memiliki bentuk sebagai berikut:

CH CH

CH C CH CH C CH

Page 17: Pemisahan Dan Pemurnian

17

CH CH

Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau

lebih yang saling bercampur san pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat

murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain. Pemisahan dan pemurnian

suatu campuran dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, antara lain

dekantasi, filtrasi, rekristalisasi, ekstraksi, dan sublimasi.

Percobaan pertama adalah pemisahan yang dilakukan dengan cara

dekantasi antara pasir dan aquades. Saat air dimasukkan dalam gelas kimia yang

berisi pasir tampak warna air yang tadinya bening menjadi keruh. Pada saat

pengadukan dilakukan maka air bertambah keruh karena sebagian pasir

bercampur dengan air dan ketika campuran diendapkan, pasir seluruhnya berada

di dasar dan mengendap, sedangkan warna air tidak terlalu keruh bila

dibandingkan saat campuran diaduk. Sewaktu cairan bagian atas dituang, maka

tersisalah pasir di dalam gelas kimia. Proses pemisahan ini didasarkan pada

perbedaan ukuran partikel, sehingga bahan yang mempunyai ukuran partikel lebih

besar (pasir) akan mengendap bila didiamkan karena pasir tidak larut dalam air.

Sifat pasir yang tidak larut dalam air jugalah yang menyebabkan ketika cairan

bagian atas dituang pasir tertinggal di dalam gelas kimia.

Percobaan kedua yaitu pemisahan yang dilakukan dengan cara filtrasi

antara bubuk kapur tulis dan aquades. Ketika air dituangkan ke dalam gelas kimia

yang berisi bubuk kapur tulis, air menjadi keruh. Pada saat pengadukan bubuk

kapur tulis bercampur dengan air tetapi tidak terlarut dan warna campuran

bertambah keruh. Sewaktu dilakukan penyarigan maka bubuk kapur tulis akan

tertinggal di kertas saring, sedangkan air akan melewati kertas saring dan kembali

terlihat bening. Proses pemisahan ini didasarkan pada ukuran partikel di mana

partikel yang memiliki ukuran lebih besar tidak akan mampu melewati pori kertas

saring yang kecil, sedangkan air yang memiliki ukuran partikel lebih kecil akan

mampu menembus kertas saring, sehingga bubuk kapur tulis yang tadinya

bercampur dengan air akan terpisah dan air akan tampak bening seperti semula.

Percobaan ketiga adalah pemisahan yang dilakuakan dengan cara

rekristalisasi antara CuSO4.5H2O (tembaga II sulfat pentahidrat) dan aquades. Saat

Page 18: Pemisahan Dan Pemurnian

18

air dituang ke dalam gelas kimia yang berisi kristal CuSO4.5H2O berwarna biru,

air belum bercampur dengan CuSO4.5H2O. Ketika gelas kimia digoyang maka

secara perlahan kristal-kristal tersebut akan larut dan air tampak berwarna biru

bening. Sewaktu diadakan pemanasan, air akan menguap dan saat diangkat akan

terlihat bubuk berwarna putih di dalam gelas kimia. Proses ini didasarkan atas

perbedaan titik didih antara CuSO4.5H2O dengan air. Kristal hasil rekristalisasi

dapat berwarna putih dari semula berwarna biru karena CuSO4 mempunyai sifat

hidroskopis sehingga mampu mengikat air menjadi CuSO4.5H2O yang mana pada

saat dikristalkan kembali air yang terkandung dalam CuSO4 akan hilang akibat

menguap. Selain didasarkan pada perbedaan titik didih, proses ini juga didasarkan

atas kelarutan bahan (CuSO4.5H2O) dalam suatu pelarut (air aquades).

Percobaan keempat adalah pemisahan yang dilakukan dengan cara

ekstraksi antara aquades dan minyak goreng. Ketika minyak goreng dituang ke

dalam corong pisah yang berisi air, maka akan terbentuk 2 fase yang tidak saling

terlarut. Saat dilakukan pengocokan tampak kedua cairan tersebut mengeruh.

Sewaktu pengocokan dihentikan dan kedua larutan dibiarkan hingga memisah,

terlihat air dan minyak yang membentuk 2 fasa yang tidak saling terlarut menjadi

keruh. Pada saat tutup dan kran pada corong pisah dibuka, air keluar dari mulut

corong dan sewaktu batas antara dua fase tiba di mulut corong kran ditutup

sehingga tersisalah minyak goreng. Pemisahan ini dilakukan berdasarkan

perbedaan massa jenis kedua cairan tersebut, yang mana air memiliki massa jenis

lebih besar dibandingkan minyak goreng, sehingga air berada di bawah minyak

goreng. Akibat kedua cairan yang tadinya terlihat bersih dan setelah dilakukan

pengocokan menjadi keruh adalah saat dikocok minyak goreng yang bersifat non-

polar mengikat baban-bahan polar yang masih terdapat di dalam air, sehingga

kedua cairan tersebut menjadi keruh.

Percobaan kelima adalah pemisahan yang dilakukan dengan cara sublimasi

antara garam dapur dan bubuk naftalena. Ketika garam dapur dan bubuk naftalena

dicampur, maka tidak dapat dibedakan antara keduanya dan saat dilakukan

pemanasan kedua bahan tersebut memisah dengan salah satu bahan menempel

pada dinding corong. Setelah pemenasan selesai dan diangkat serta corong dibuka

Page 19: Pemisahan Dan Pemurnian

19

maka bau naftalena tercium, yang menandakan bahwa bahan yang menguap dan

menempel pada corong adalah naftalena. Proses pemisahan ini didasarkan pada

perbedaan titik didih suatu bahan, di mana bahan yang memiliki titik didih yang

rendah akan menguap terlebih dahulu (naftalena) yang ditandai dengan bau

naftalena yang tercium. Sedangkan garam dapur yang memiliki titik didih lebih

tinggi akan tertinggal/tidak menguap.

Faktor kesalahan yang dapat terjadi dalam percobaan pemisahan dan

pemurnian ini adalah pada saat campuran antara bubuk kapur tulis dan air dituang

untuk disaring, kedua bahan tersebut tidak dalam keadaan tercampur sehingga

pemisahan antara bubuk kapur tulis dan air kurang terlihat. Selain itu kesalahan

yang dapat terjadi, pada saat campuran CuSO4.5H2O dan air yang dipanaskan

cepat diangkat, sehingga hasil rekristalisasi masih berwarna agak biru yang

menandakan dalam kristal CuSO4 masih mengandung air.

Manfaat atau aplikasi dari percobaan mengenai pemisahan dan pemurnian

dalam kehidupan sehari-hari adalah proses pemurnian air minum atau air yang

layak dikonsumsi untuk kegiatan sehari-hari, proses dalam pengolahan limbah

buangan pada industri yang aman terhadap ligkungan, pembuatan miniman

tradisional (ciu), pemurnian garam dapur, dan proses pemisahan minyak bumi

menjadi solar, avtur, dan aspal.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Page 20: Pemisahan Dan Pemurnian

20

Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah:

- Zat murni yang diperoleh melalui percobaan kali ini berupa:

a. Pada percobaan pertama adalah pasir

b. Pada percobaan kedua adalah aquades

c. Pada percobaan ketiga adalah kristal CuSO4 (tembaga II sulfat)

d. Pada percobaan keempat adalah bubuk naftalena

e. Pada percobaan kelima adalah minyak goreng

- Pemisahan dan pemurnian suatu campuran dapat dilakukan dengan cara

dekantasi, filtrasi (penyaringan), rekristalisasi (pengkristalan kembali),

sublimasi, dan ekstraksi.

- Prinsip pada proses dekantasi adalah mengendapkan partikel yang

memiliki ukuran lebih besar dan tidak larut dalam air. Prinsip pada proses

filtrasi adalah meloloskan partikel yang memiliki ukuran kecil dan

menahan partikel yang berukuran besar (dalam percobaan kli ini pada

kertas saring). Prinsip pada proses rekristalisasi adalah menguapkan bahan

yang memiliki titik didih lebih rendah. Prinsip pada proses ekstraksi

adalah menyisakan cairan yang memiliki massa jenis lebih rendah.

Sedangkan prinsip pada proses sublimasi adalah memisahkan campuran

melalui proses pemanasan, di mana bahan yang memiliki titik didih lebih

rendah akan menguap.

5.2 Saran

Dalam proses penuangan campuran bubuk kapur tulis dan aquades harus

dalam keadaan bercampur sehingga pada proses penyarigan, pemisahan,

kedua zat tersebut benar-benar terlihat.

Setiap langkah percobaan harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati

agar hasil yang didapat sesuai dengan yang diharapkan.

Page 21: Pemisahan Dan Pemurnian

21

DAFTAR PUSTAKA

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM.

S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Pramedis. Yogyakarta: Andi.

Page 22: Pemisahan Dan Pemurnian

22

Abynoel. 2008. Modul Kimia. http://abynoel.wordpress.com. Akses pada tanggal

27 Oktober 2010.

Alicezah. 2009. Pemisahan Campuran. http://alicezah.wordpress.com. Akses

pada tanggal 27 Oktober 2010.

Rahayu, Didah. 2008. Pemisahan Campuran. http://kimia.upi.edu. Akses pada

tanggal 27 Oktober 2010.

Rahayu, Suparni Setyowati. 2009. Proses Sublimasi. http://www.chem-is-try.org.

Akses pada tanggal 28 Oktober 2010.