PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ......

121
i PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang Fusi Partai Politik) SKRIPSI Oleh: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 ARI WAHYUTI X 4406016

Transcript of PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ......

Page 1: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

i

PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977

(Studi Tentang Fusi Partai Politik)

SKRIPSI

Oleh:

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

ARI WAHYUTI

X 4406016

Page 2: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

ii

PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977

(Studi Tentang Fusi Partai Politik)

Oleh:

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Progam Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

ARI WAHYUTI

X4406016

Page 3: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

iii

Page 4: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

iv

Page 5: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

v

ABSTRAK

Ari Wahyuti. PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi

Tentang Fusi Partai Politik). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Latar belakang fusi partai

politik (2) Perkembangan partai politik tahun 1973-1977 (3) Pengaruh fusi partai

politik terhadap perolehan suara pemilu 1977 bagi partai yang berfusi.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

historis. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam metode historis meliputi

heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini berupa sumber primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dengan

studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis historis

dengan melakukan kritik ekstern dan intern.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Fusi

partai dilatar belakangi karena adanya kesadaran di kalangan pemerintah dan

masyarakat umum bahwa pembaharuan struktur politik harus dilakukan dengan cara

menyederhanakan sistem kepartaian. Tuntutan terhadap pembaharuan struktur politik

semakin meningkat seiring dengan kritik yang keras terhadap peran partai-partai

politik bahwa sistem banyak partai tidak menjamin stabilitas nasional. (2)

Perkembangan partai politik tahun 1973-1977 ditandai dengan adanya berbagai

masalah internal partai. Hal ini disebabkan rendahnya integrasi antara unsur-unsur

partai yang ada. Pasca fusi PDI dan PPP belum dapat menyatukan unsur-unsur di

dalamnya sehingga konflik mewarnai perjalanan partai. Sedangkan Pembinaan

Golkar berjalan dengan pesat dan cukup lancar dibandingkan dengan partai-partai

politik (3) Pengaruh fusi partai politik terhadap perolehan suara pemilu 1977, suara

PPP naik diberbagai daerah, khususnya di DKI Jakarta dan Daerah Istimewa Aceh

PPP mengalahkan Golkar. Sedangkan perolehan kursi Golkar pada pemilu 1977

mengalami penurunan. Golkar memperoleh suara 62, 11 persen, perolehan kursi

menjadi 232 atau kehilangan 4 kursi dibanding pemilu 1971 Dan Kekalahan PDI pada

pemilu 1977 tampak pada merosotnya perolehan kursinya dibanding gabungan kursi

partai-partai yang berfusi sebelumnya.

Page 6: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

vi

ABSTRACT

Ari Wahyuti. X4406016. Indonesia General Election In 1977 (Study about fusion

of political parties). Skripsi, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education,

Sebelas Maret University, July 2010.

The purpose of this study is: (1) Background fusion political parties. (2) The

development of political parties in 1973 - 1977. (3) Effect fusion of political parties to

voice for the party election in 1977 to political parties that fusion.

This research was conducted by using the historical method through

heuristic, critical, interpretation and historiography steps. The source of data used in

this research was the primary data and the secondary data. The technique of collecting

data was done by library stud, while, the technique of analyzing data used in this

research was the historical analysis technique by doing internal and external critics.

Based on the research results can be concluded: (1)Background fusion of

parties because existence awareness in circle governments and the public that the

renewal of political structure must be done by simplifying parties system because

many of the parties system does not quaranted of national stabilities, (2) The

development of political parties in 1973 – 1977 was marking by the existence of

various problems internal parties. Pasca fusion, PDI and PPP not can unite the

elements in that. Until the Conflict always in the their parties. And then structure of

Golkar is good working and go on fast, (3) Effect fusion of political parties to voice

for the party election in 1977 PPP voice acquirement is be gone up in many kinds of

state country, exspecially in Jakarta and PPP defeat Golkar in Daerah Istimewa Aceh.

And then Golkar seats acquirement is obtain redusing in election 1977. Golkar

obtained 62,11 percent, become 232 or loss 4 seats in comparing election 1971. And

defeat PDI in election 1977 appear in decline acquisition seats compared join seats

parties that fusion before now.

Page 7: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

vii

MOTTO

Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan,

padahal kelak dihari kiamat ia akan menjadi penyesalan.

(HR. Al-Bukhari)

Page 8: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan

kasih sayang dan tak henti-hentinya berdoa untuk

kesuksesan dan cita-cataku.

2. Kang Wan’s dan adikku Ria yang telah

memberikan dukungan dan semangat kepadaku.

3. Sahabat-sahabatku

4. Almamater

Page 9: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulisan skripsi akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi

sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini telah hilang berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya

kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui atas

permohonan skripsi ini.

3. Ketua Progam Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan ijin

atas penyusunan skripsi ini.

4. Drs.Tri Yuniyanto, M.Hum selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Djono, M.Pd selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Progam Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis selama ini, mohon maaf

atas segala tindakan dan perkataan yang tidak berkenan di hati.

7. Teman-teman Sejarah Angkatan 2006, terima kasih atas doa dan dukungannya.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Page 10: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

x

Semoga Allah SWT membalas amal baik kepada semua pihak yang telah

membantu di dalam penyelesaian skripsi ini dengan mendapatkan pahala yang

setimpal. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih

terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat

bagi pembaca dan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 11: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PENGAJUAN ...................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii

ABSTRAK ................................................................................................................. iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................................ 9

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 10

BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................................... 11

A. Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 11

1. Partai Politik ......................................................................................... 11

2. Pemilu .................................................................................................. 19

3. Demokrasi ............................................................................................ 22

B. Kerangka Berfikir ............................................................................................ 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................................... 30

B. Metodologi Penelitian ..................................................................................... 31

C. Sumber Data .................................................................................................... 31

D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 33

E. Teknik Analisis Data ....................................................................................... 33

F. Prosedur Penelitian ......................................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................ 39

A. Latar Belakang Fusi Partai Politik .................................................................. 39

1. Gagasan Penyederhanaan Partai Politik .............................................. 39

Page 12: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

xii

2. Pemilihan Umum 1971 ....................................................................... 42

3. Perombakan Sistem Kepartaian Melalui Fusi Partai Politik ............... 52

B. Perkembangan Partai Politik Tahun 1973-1977 ............................................. 63

C. Pengaruh Fusi Partai Politik Terhadap Perolehan Suara Pemilu 1977

Bagi Partai Yang Berfusi ................................................................................. 68

1. Kampanye Pemilu 1977 ...................................................................... 68

2. Hasil Pemilu 1977 ............................................................................... 74

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 87

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 87

B. Implikasi ......................................................................................................... 88

C. Saran ................................................................................................................ 89

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 90

LAMPIRAN ............................................................................................................... 94

Page 13: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Hasil pemilihan umum 1971 ..................................................................... 46

Tabel 2: Perbandingan jumlah suara pada pemilu1971 .......................................... 49

Tabel 3 : Hasil pemilu 1977 .................................................................................... 80

Tabel 4 : Pergeseran jumlah suara pada pemilu 1971-1977 ................................... 83

Page 14: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Fusi PPP ............................................................................... 97

Lampiran 2 : Pembentukan Pimpinan PDI Tingkat Pusat ................................... 98

Lampiran 3 : Munas PNI ..................................................................................... 99

Lampiran 4 : Kampanye Golkar ........................................................................... 100

Lampiran 5 : Kampanye PDI ............................................................................... 101

Lampiran 6 : Kampanye PPP ............................................................................... 102

Lampiran 7 : Pidato Kampanye PPP .................................................................... 103

Lampiran 8 : Pidato Kampanye PDI .................................................................... 104

Lampiran 9 : Pelaksanaan Pemilu 1977 ............................................................... 105

Lampiran 10 : Penghitungan Angka Sementara Pada Pemilu 1977 ....................... 106

Lampiran 11 : Hasil Pemilu 1977 ........................................................................... 107

Lampiran 12 : Jurnal ...............................................................................................

108

Lampiran 13 : Surat permohonan ijin menyusun skripsi ........................................ 109

Lampiran 14 : Surat keputusan Dekan FKIP tentang ijin penyusunan Skripsi ...... 110

Page 15: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemikiran tentang demokrasi telah menjadi salah satu topik penting

sejarah pemikiran politik di Indonesia. Para pendiri republik seperti Soekarno,

Moh.Hatta, Soepomo dan Natsir telah merumuskan berbagai model demokrasi

yang diperuntukkan bagi praktik politik di Indonesia (Eep Saefulloh Fatah, 1994:

32). Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia telah merdeka. Untuk

mengisi kemerdekaan itu diperlukan suatu pemerintah negara yang akan mengatur

seluruh tata kehidupan rakyat berdasarkan suatu peraturan dasar negara. Oleh

karena itu pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945

(UUD 1945). Dalam pembukaan UUD 1945 ditegaskan, bahwa negara republik

Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat atau negara demokrasi

(demokrasi berarti kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat) (C. S. T. Kansil,

1974: 25).

Menurut Gwendolen M. Carter, John H. Herz dan Henry B. Mayo,

demokrasi sebagai pemerintahan mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut :

Pembatasan terhadap tindakan pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi

individu dan kelompok dengan jalan menyusun pergantian pimpinan secara

berkala, tertib, damai, dan melalui alat-alat perwakilan rakyat yang efektif, serta

adanya pemilihan umum yang bebas dengan disertai adanya model perwakilan

yang efektif, dan diberinya kebebasan berpartisipasi bagi partai politik, organisasi

kemasyarakatan, masyarakat, perseorangan, serta prasarana pendapat umum

semacam pers dan media massa (Eep Saefulloh Fattah, 2000: 8).

Perkembangan kehidupan politik, Indonesia pernah mengalami berbagai

praktek demokrasi sebagai akibat berubahnya sistem pemerintahan dalam

pemakaian Undang-Undang Dasar. Untuk itu dikenal berbagai macam praktek

demokrasi sesuai dengan sistem pemerintahan yang sedang berlaku, misalnya

demokrasi parlementer, demokrasi liberal, dan demokrasi terpimpin (Miriam

Budiardjo, 1982: 69). Dalam suatu negara demokrasi yang pemerintahannya

Page 16: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

2

berbentuk republik kehendak rakyatlah yang menjadi dasar penyelenggaraan

pemerintahan negara dan tata kehidupan rakyat, kepentingan rakyat yang menjadi

titik perhatian pemerintah. Kepentingan rakyat hanya dapat diperhatikan dengan

sebaik-baiknya apabila rakyat mempunyai wakil-wakil yang duduk dalam

pemerintahan dan badan perwakilan. Badan perwakilan dan pemerintah negara

yang mencerminkan kehendak dan memperhatikan suara hati nurani rakyat

diwujudkan dalam suatu pemilihan umum (C. S. T. Kansil, 1974: 29). Pemilihan

umum merupakan sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan

kedaulatannya sesuai dengan azas yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945.

Pemilihan umum itu sendiri pada dasarnya adalah suatu demokrasi yang memilih

anggota-anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, dan DPRD yang pada

gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah menetapkan politik

dan jalannya pemerintahan negara (Ali Moertopo, 1974: 61).

Sesuai dengan isi Tap. MPRS No. XI/MPRS/1966 dan No.

XIII/MPRS/1968 tentang pemilihan umum anggota-anggota Badan

Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat yang diatur dalam Undang-Undang

pemilihan umum ini, adalah didasarkan pada azas pemilihan yang bersifat umum,

langsung, bebas dan rahasia. Berdasarkan Undang-Undang No. 15 tahun 1969

tujuan utama pemilihan umum adalah Memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk

dalam lembaga permusyawaratan/perwakilan dan memilih wakil-wakil rakyat

yang akan mempertahankan dasar falsafah negara republik Indonesia yaitu

pancasila serta memilih wakil-wakil rakyat yang benar-benar membawakan isi

hati nurani rakyat dalam melanjutkan perjuangan mempertahankan dan

mengembangkan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (C.

S. T. Kansil, 1974: 86).

Melalui pemilihan umum seleksi kepemimpinan dan perwakilan dapat

dilakukan secara fair karena keterlibatan warga negara. Praktek demokrasi

modern, yaitu melalui perwakilan dapat dilakukan sepenuhnya dalam pemilihan

umum. Dengan pemilihan umum pula maka akan terjadi pergantian elit kekuasaan

secara lebih adil karena warga negaralah yang langsung menentukan siapa yang

masih dianggap memenuhi syarat sebagai elite dan siapa yang tidak. Dengan

1

Page 17: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

3

terlibat dalam proses pelaksaaan pemilu, diharapkan bahwa warga negara akan

mendapatkan pengalaman langsung bagaimana selayaknya seorang warga negara

berkiprah dalam sistem demokrasi. Warga negara akan mengerti dan memahami

posisinya sebagai pemegang kedaulatan yang sangat menentukan gerak serta

perjalanan bangsa dan negaranya (Muhammad A. S. Hikam, 1999: 16).

Disamping itu, dalam suatu negara demokrasi rakyat berhak untuk mengeluarkan

pendapatnya, berhak menyatakan keinginannya dan cita-citanya tentang

kenegaraan selaras dengan dasar dasar negara yang bersangkutan. Akan tetapi

pada umumnya rakyat mempunyai pendirian yang berbeda-beda. Pendapat dan

pendirian yang berbeda-beda tersebut menimbulkan berbagai aliran politik dalam

masyarakat. Keinginan dan pendapat dari rakyat dalam suatu negara itu disalurkan

dalam partai-partai politik. Melalui partai-partai poitik pendapat dan keinginan

rakyat dapat dikemukakan, bahkan dapat menjadi suatu kenyataan dalam

pemerintahan negara, apabila suatu partai mendapat kepercayaan rakyat untuk

memegang pemerintahan (C.S.T. Kansil, 1979: 26) Dengan dikeluarkannya

Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, yang disusul dengan

Maklumat pemerintah tanggal 3 November 1945, kehidupan politik di Indonesia

menganut sistim multi partai ( Ali Moertopo, 1974: 71).

Pemilihan umum yang dilaksanakan pada tanggal 29 September 1955

bertujuan memilih anggota DPR dan Konstituante. Pemilihan umum pertama ini

dilaksanakan diseluruh tanah air (kecuali Irian Barat) memperebutkan 257 kursi

DPR. Dalam pemilihan umum ini muncul berbagai tuntutan dan harapan dari

rakyat agar pemilu dapat mengatasi segala persoalan yang dihadapi bangsa

Indonesia, baik berupa kemelut politik yang berkepanjangan, kemerosotan

ekonomi, maupun ancaman terhadap keamanan. Rakyat berharap pemilu itu dapat

menciptakan suatu pemerintahan yang sah dan stabil sehingga dapat

melaksanakan pembangunan nasional dalam segala bidang. Pemilu 1955

menghasilkan empat partai politik yang meraih kemenangan besar yaitu Partai

Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, Nahdatul Ulama (NU), dan Partai Komunis

Indonesia (PKI) (Syamsuddin Haris dkk, 1998: 32). Hasil pemilu menunjukkan

bahwa PNI memperoleh suara sebesar (8.434.653), Masyumi (7.903.886), NU

Page 18: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

4

(6.955.141), PKI (6.176.914). Sementara jumlah kursi yang diperoleh PNI

sebanyak 57 kursi, Masyumi 57 kursi, NU 45 kursi, dan PKI 39 kursi (Herbert

Feith, 1957: 58).

Pemilihan umum yang dilaksanakan juga tidak dapat membawa

stabilitas politik yang sudah lama didambakan. Salah satu penyebabnya adalah

sulitnya partai-partai politik untuk bekerja sama dan tidak adanya partai mayoritas

yang keluar sebagai pemenang dalam pemilu 1955. Untuk keperluan itu setiap

partai baru membentuk koalisi dengan partai-partai kecil. Akan tetapi tidak ada

loyalitas pada koalisi. Beberapa kali suatu partai yang menyatakan tidak setuju

dengan kebijakan kabinet menarik kembali dukungannya, sehingga kabinet jatuh

karena kehilangan mayoritas dalam parlemen dan terjadi krisis kabinet. Hal ini

menjadikan stabilitas politik sangat bergantung pada koalisi partai yang sering

berubah (Miriam Budiardjo, 2008: 436).

Kondisi politik Indonesia yang tidak menentu pada tahun 1950-an

karena konflik politik yang hebat merupakan bukti yang baik bagi pendapat

Soekarno bahwa sistem Parlementer dan Multipartai tidak layak digunakan di

Indonesia. Dalam peringatan sumpah pemuda 1957 presiden Soekarno

menyatakan bahwa segala kesulitan yang dihadapi negara pada masa itu

disebabkan terdapatnya banyak partai-partai politik, sehingga merusak persatuan

negara. Karena itu ada baiknya partai-partai dibubarkan. Dengan alasan

menyelamatkan negara, presiden Soekarno mengajukan suatu konsepsi yaitu

demokrasi terpimpin (Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto,

1993: 224).

Cara yang ditempuh Soekarno dalam menangani konflik politik adalah

mengadakan tindakan-tindakan reprsif terhadap pihak-pihak yang berbeda

pendapat dengan pemerintah. Berbagai langkah politik juga dilakukan oleh

presiden Soekarno yang memperkuat kedudukannya sebagai seorang presiden

yang berkuasa mutlak. Partai-partai politik yang dianggap melawan kebijakannya,

seperti Masyumi dan PSI pada tahun 1960 telah dibubarkan. Pada masa

Demokrasi terpimpin ini partai-partai politik manjadi sangat tergantung kepada

Page 19: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

5

presiden Soekarno yang membuat mereka mengikuti dan mendukung apa yang

dikatakan oleh Soekarno (Maswadi Rauf, 2001: 124).

Pengaruh Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin semakin besar

dalam politik Indonesia. Hal ini disebabkan ketidakmampuan partai politik

membendung percekcokkan antar sesama partai yang akhirnya menimbulkan

ketidakstabilan politik. Penyebab lainnya adalah keinginan Soekarno untuk

memainkan peranan yang lebih besar dan berarti dalam politik, bukan sekedar

lambang seperti dikehendaki UUDS 1950. selain itu, karena keinginan tokoh

militer untuk berperan di dalam politik yang disebabkan oleh semakin

menurunnya kepercayaan militer terhadap partai politik atau politisi sipil dalam

menjalankan roda pemerintahan (Alfian, 1980: 42)

Pada masa Demokrasi Terpimpin ditandai pula oleh adanya keinginan

yang kuat kaum militer untuk tampil dalam gelanggang politik dan sejak itu pula

muncul kesadaran untuk mengurangi jumlah partai politik, guna mengatasi

berbagai gejolak politik. Dengan dikucilkannya PNI dan Masyumi oleh presiden

Soekarno, memberikan angin segar bagi PKI untuk berkiprah lebih leluasa dalam

arena politik. Dalam kurun waktu 1959-1965, tampak antara Soekarno, PKI dan

TNI-AD saling bersaing, sedang partai lain kurang menunjukkan aset yang berarti

dalam percaturan politik (Arifin Rahman, 1998: 98).

Berkaca pada Demokrasi Terpimpin, para pemimpin Orde Baru

mencanangkan usaha-usaha perbaikan dalam sistem politik Indonesia dan tetap

berpandangan bahwa jumlah partai yang terlalu banyak tidak menjamin adanya

stabilitas politik. Oleh karena itu, didengungkanlah slogan-slogan seperti

melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen sebagai

kritik terhadap Orde Lama, sekaligus untuk menunjukkan kebulatan tekad Orde

Baru untuk menegakkan demokrasi seperti yang dianut oleh UUD 1945. Yang

tidak kalah pentingnya adalah usaha-usaha pemerintah untuk menyelenggarakan

pemilu (Maswadi Rauf, 2001: 126-127)

Pemerintahan Orde Baru bertekad untuk melaksanakan Pancasila dan

UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Strategi politik yang ditempuh melalui

penyelenggaraan pemilu dan penyederhanaan partai. Pemilu dimaksudkan untuk

Page 20: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

6

mengadakan pembaharuan semangat dan kemampuan perwakilan-perwakilan

rakyat, terutama untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan pembangunan di

Indonesia. (Ali Moertopo, 1974: 65). Banyak kemungkinan yang dapat

berpengaruh dalam kehidupan surutnya kepartaian di Indonesia. Faktor dari sifat-

sifat hubungan dalam masyarakat, kemampuan berorganisasi di kalangan elit dan

Ideologi partai. Akan tetapi, pengaruh yang lebih tampak yang melatar belakangi

kelemahan partai diantaranya jumlah partai yang terlalu banyak sehinggga

diperlukan pengurangan jumlah partai politik (Arbi Sanit, 1995: 43).

Pada tahun 1969, sebuah Undang-undang (UU) tentang pemilu telah

berhasil diundangkan yang memberikan basis hukum yang jelas bagi

penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Pada tahun 1970, presiden Soeharto telah

mengemukakan sarannya agar dilakukan pengelompokan partai-partai sehingga

organisasi politik yang ada dapat ciutkan hanya menjadi tiga kelompok, yaitu

kelompok nasionalis, kelompok spiritual, dan Golongan karya. Partai Ikatan

Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan Partai Nasional Indonesia (PNI),

dan Nahdatul Ulama (NU) segera memberikan dukungan atas usul presiden

tersebut, sedangkan partai Katolik dan Parkindo menolak bergabung dalam

golongan spiritual. Atas saran ini, maka pada tanggal 14 Maret 1970 sembilan

partai politik menggabungkan diri ke dalam dua golongan antara lain, golongan

spiritual yang terdiri dari empat partai Islam, yaitu Nahdatul Ulama (NU), Partai

Muslimin Indonesia, Partai Syarikat Islam Indonesia dan Perti. Selain itu,

golongan nasionalis yang terdiri dari : Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai

Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Murba, dan Partai Ikatan Pendukung

Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan Golongan Karya (Golkar) (Moh. Mahfud,

2000: 90)

Menjelang pemilu 1971, mulai terlihat bahwa pemerintah Orde Baru

menganut sikap yang sama dengan Soekarno dalam menghadapi konflik politik,

yakni kekhawatiran yang berlebihan terhadap konflik. Elit politik Orde Baru

selalu khawatir terhadap konflik politik karena akan mengganggu kestabilan

politik, integrasi nasional, dan pembangunan nasional. Ketiga hal tersebut

digunakan sebagai alasan untuk membatasi kebebasan disegala bidang. Dampak

Page 21: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

7

dari sikap tersebut adalah kebebasan terhadap partai politik. Suasana politik lebih

banyak dicurahkan kepada kegiatan kampanye untuk menghadapi pemilihan

umum yang dilangsungkan pada tanggal 3 juli 1971 (Maswadi Rauf, 2001: 127-

128).

Peserta dalam pemiihan umum 1971 meliputi sembilan partai politik

antara lain: Partai Katholik Indonesia, Partai Kristen Indonesia, Partai Murba,

Partai Ikatan pendukung Kemerdekaan Indonesia, Partai Nasional Indonesia,

Partai Nadhlatul Ulama (NU), Partai Syarikat Islam Indonesia, Partai Muslimin

Indonesia, Partai Islam Persatuan Tarbiyah Indonesia (Perti) dan Golongan Karya.

(Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, 1993: 517).

Pemilihan umum 1971 dimaksudkan untuk menciptakan kemantapan dan

stabilitas politik, perombakan struktur politik dengan pengakuan bagi Golongan

Karya dan membangkitkan kesadaran demokrasi rakyat (Ali Moertopo, 1974: 67).

Pada pemilu 1971 ada dua macam kekhawatiran yang diperlihatkan

penguasa yang membayanginya. Pertama adalah kekhawatiran yang diperlihatkan

penguasa jika pemilu itu menghidupkan kembali pola tingkah laku politik dijaman

Demokrasi Liberal, kedua adalah kekhawatiran kemungkinan munculnya

kecenderungan untuk mematikan konflik atau perbedaan pendapat. Dengan

demikian DPR hasil pemilu dikhawatirkan akan kurang mampu menyuarakan

aspirasi dan kehendak yang sesungguhnya dari masyarakat (Mohtar Mas‟oed dan

Mac Andrews, Colin, 2006: 263).

Hasil pemilu 1971 menunjukkan kemenangan Golkar, kemudian diikuti

oleh Parmusi, Nadhlatul Ulama (NU), dan Partai Nasional Indonesia (PNI)

menunjukkan kekuatan formal partai dilihat dari suara yang didapat dari

pemilihan. Hal ini tidak lepas dari jasa ABRI dalam mensukseskan pemilu

pertama dalam masa Orde Baru, yakni memberi peluang cukup leluasa bagi

Golkar untuk berusaha sekuat tenaga dalam memenangkan pemilu dengan dibantu

oleh pemerintah. Dengan kemenangan Golkar maka sangat mungkin melapangkan

jalan untuk menyederhanakan kehidupan partai secara melembaga (Arifin

Rahman, 1998: 99).

Page 22: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

8

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang dibentuk berdasarkan

hasil pemilu 1971 berhasil diyakinkan untuk menggariskan perintah

penyederhanaan partai politik dengan menegaskan bahwa dalam pemilihan umum

1977 hanya diikuti tiga kontestan. Penyederhanaan partai politik dalam bentuk

dua partai politik dan satu Golongan Karya itu sendiri merupakan suatu perubahan

struktur kepartaian yang baru pertama kali terjadi sejak diperkenalkannya sistem

kepartaian dinegara Indonesia. Dengan jumlah relatif sedikit, diharapkan dapat

menjadi landasan bagi terwujudnya suatu kehidupan kepartaian yang lebih sehat,

efisien, serta mampu membawakan fungsinya sebagai penghimpun dan penyalur

aspirasi politik rakyat (Amir Machmud, 1987: 214). Selanjutnya, berdasarkan isi

ketetapan MPR tersebut pada tahun 1973 semua partai politik resmi melakukan

fusi, dimana golongan spiritual menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

sedangkan golongan Nasionalis menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan

Golkar tetap menjadi golongan tersendiri. Dengan demikian dalam pemilihan

umum1977 diikutsertakan dua partai dan Golongan Karya (Golkar) (Miriam

Budiardjo, 2008: 446 ).

Dalam pemilihan umum 1977 telah terjadi perbedaan yang tajam dalam

isyu kampanye. Pada pemilihan umum 1971 isyu bekisar pada perbedaan yang

tajam antara orientasi ideologi (terutama didominasi oleh kelompok partai politik)

dan berhadapan dengan orientasi pembangunan (terutama didominasi oleh

kelompok Golongan Karya). Dalam pemilihan umum 1977, terlihat bahwa isyu

yang berkisar kepada seberapa jauh kemampuan dan keberhasilan pemerintah

menjalankan pembangunan (Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho

Notosusanto, 1993: 520). Ciri penting dari pemilihan umum 1977 adalah

menurunnya jumlah Organisasi Peserta Pemilu (OPP) dari sepuluh OPP ditahun

1971 menjadi 3 OPP di tahun 1977 sebagai kelanjutan dari terjadinya fusi partai

politik pada tahun 1973 (Riswandha Imawan, 1997: 9).

Tema ini menarik untuk diteliti sebab pemilihan umum 1977 penting dalam

sejarah pertumbuhan politik Indonesia karena untuk pertama kalinya

diselenggarakan dengan struktur partai politik yang disederhanakan (Sinar

Harapan , 1977 )

Page 23: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

9

Berdasarkan latar belakang tersebut, Penulis tertarik untuk mengkaji

lebih dalam mengenai permasalahan di atas dalam sebuah karya ilmiah yang

berjudul “Pemilihan Umum Di Indonesia Tahun 1977 (Studi Tentang Fusi

Partai Politik)”.

B. Perumusan Masalah

Suatu penelitian ilmiah bertujuan untuk memecahkan masalah melalui

metode ilmiah. Dalam metode ilmiah, rumusan masalah merupakan langkah yang

tidak dapat ditinggalkan, untuk memberikan arahan dalam penelitian, maka perlu

dikemukakan beberapa pokok permasalahan, antara lain:

1. Mengapa diberlakukan fusi partai politik?

2. Bagaimana perkembangan partai politik tahun 1973-1977?

3. Bagaimana pengaruh fusi partai politik terhadap perolehan suara pemilu 1977

bagi partai yang berfusi ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, untuk memperoleh jawaban atas

masalah yang telah dirumuskan. Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan yang

akan dicapai. Demikian pula dengan penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mengkaji tentang diberlakukannya fusi partai politik.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji tentang perkembangan partai politik tahun

1973-1977.

3. Untuk mengetahui dan mengkaji tentang pengaruh fusi partai politik terhadap

perolehan suara pemilu 1977 bagi partai yang berfusi.

Page 24: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

10

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan informasi yang dapat

memberi jawaban permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun secara

praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pemilihan umum di

Indonesia tahun 1977 (fusi partai politik dalam pemilu 1977).

b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada setiap

pembaca supaya dapat digunakan sebagai tambahan bacaan dan sumber data

dalam penulisan sejarah.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

a. Untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Kependidikan

Program Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Page 25: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Partai Politik

a. Pengertian Partai Politik

Miriam Budiardjo (1998: 16), berpendapat “Partai politik adalah suatu

kelompok yang terorganisir, yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi,

nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk

memperoleh kekuasaan politik dan melalui kekuasaan itu, melaksanakan

kebijakan-kebijakan partai”. Sedangkan menurut Arifin Rahman (1998: 91),

“partai politik sering diasosiasikan sebagai organisasi perjuangan tempat

seseorang atau kelompok mencari dan memperjuangkan kedudukan politik

dalam negara”. Bentuk perjuangan yang dilakukan oleh setiap partai politik

tidak harus menggunakan kekerasan atau kekuatan fisik, tetapi melalui

berbagai konflik dan persaingan baik intern partai yang terjadi secara

melembaga dalam partai politik pada umumnya.

Inu Kencana. S (2003: 104), “Partai politik adalah sekelompok orang-

orang yang mempunyai ideologi sama, berniat merebut dan mempertahankan

kekuasaan dengan tujuan untuk (yang menurut pendapat mereka paling pribadi

paling idealis) memperjuangkan kebenaran, dalam suatu level (tingkat)

negara”. Partai politik sebagai institusi mempunyai hubungan yang sangat erat

dengan masyarakat dalam mengendalikan kekuasaan. Partai politik sering

dianggap sebagai salah satu atribut negara demokrasi modern, karena partai

politik sangat diperlukan kehadirannya bagi negara-negara yang berdaulat.

Bagi negara-negara yang merdeka dan berdaulat eksistensi partai politik

merupakan prasyarat baik sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi rakyat,

juga terlibat langsung dalam proses penyelenggaraan negara melalui wakil-

wakilnya yang duduk dalam badan-badan perwakilan rakyat.

Sukarna (1990: 45), berpendapat “Partai politik adalah sekumpulan

orang-orang yang terorganisasikan dalam kelompok formal yang berusaha

11

Page 26: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

12

untuk mengendalikan pemerintahan dengan cara menempatkan orang-

orangnya baik dalam badan perwakilan politik maupun badan eksekutif, dan

badan yudikatif secara legal menurut aturan-aturan hukum yang berlaku

ataupun dengan cara illegal yaitu melalui cara coup d‟etat”. Menurut Haryanto

(1982: 88) “Partai politik adalah sekelompok warga negara yang sedikit

banyak telah terorganisir, dimana anggota-anggotanya (anggota-anggota dari

kelompok yang telah terorganisir) memiliki cita-cita, tujuan-tujuan dan

orientasi yang sama. Kelompok ini berusaha untuk merebut dukungan rakyat,

sedangkan yang menjadi tujuannya adalah memperoleh dan mengendalikan

kekuasaan politik atau pemerintahan, dan kemudian berusaha untuk

melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaannya (kebijaksanaan-kebijaksanaan

kelompok) dengan jalan menempatkan anggota-anggotanya di dalam jabatan-

jabatan politik ataupun pemerintahan. Cara-cara yang dipergunakan partai

politik agar dapat memperoleh kekuasaan dan kemudian menduduki jabatan-

jabatan politik ataupun pemerintahan adalah dengan melalui cara yang

konstitusional, seperti ikut serta di dalam pemilihan umum, maupun melalui

cara yang inskonstitusional, seperti mengadakan pemberontakan.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian atau batasan partai

politik, dapat ditarik kesimpulan bahwa partai politik adalah suatu kelompok

dari warga negara yang terorganisir, dimana anggota-anggotanya mempunyai

orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama serta bertujuan untuk menguasai

dan mempertahankan kekuasaan politik atau pemerintahan, baik melalui cara-

cara yang konstitusional misalnya dengan turut serta dalam pemilihan umum,

maupun melalui cara-cara inkonstitusional, misalnya denga cara perebutan

kekuasaan.

b. Fungsi Partai Politik

Menurut Haryanto (1982: 89-95) partai politik mempunyai fungsi

adalah sebagai berikut:

1) Partai sebagai Sarana Komunikasi Politik

Dalam hal ini partai politik bertindak sebagai penghubung,

maksudnya menghubungkan antara pihak yang memerintah dengan pihak

Page 27: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

13

yang diperintah. Partai politik bertindak sebagai penghubung yang

menampung arus informasi, baik informasi yang berasal dari pihak

penguasa kepada masyarakat maupun yang berasal dari masyarakat kepada

pihak penguasa. Oleh karena partai politik menyalurkan informasi dari

masyarakat kepada pihak penguasa, maka berarti partai politik mempunyai

tugas untuk menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat,

serta mengaturnya sedemikian rupa sehingga semua pendapat dan asprasi

masyarakat itu dapat tersalurkan. Sebaliknya partai politik juga

menyalurkan informasi yang datang dari pihak penguasa kepada

masyarakat. Rencana-rencana atau kebijaksanaan-kebijaksanaan

pemerintah disebarluaskan oleh partai politik kepada masyarakat. Dengan

demikian terjadilah arus informasi bolak-balik dari pihak penguasa kepada

masyarakat dan dari masyarakat kepada pihak penguasa.

2) Partai sebagai Sarana Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik secara umum dapat dinyatakan sebagai cara

untuk mewariskan atau mengajarkan patokan-patokan, keyakinan-

keyakinan politik dari suatu generasi yang lebih tua kepada generasi

berikutnya. Sehubungan dengan hal itu, partai politik juga memainkan

peran sebagai sarana sosialisasi politik, disamping sarana-sarana yang

lainnya seperti keluarga, sekolah dan sebagainya.

Partai politik disamping menanamkan ideologi partai kepada para

pendukungnya, harus pula mengajarkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan

politik yang berlaku di masyarakatnya atau di negaranya. Partai politik

juga harus mendidik masyarakatnya agar supaya mempunyai kesadaran

dan tanggung jawab yang tinggi sebagai warga negara dan lebih

mementingkan nasional daripada kepentingan sendiri atau golongannya.

Dalam rangka proses sosialisasi politik, maka cara yang biasanya

dipergunakan oleh partai politik adalah dengan cara memberikan kursus-

kursus, ceramah-ceramah, maupun penataran-penataran tentang politik.

Page 28: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

14

3) Partai sebagai Sarana Rekrutmen Politik

Partai politik dalam fungsinya sebagai sarana rekrutmen politik

adalah dengan cara memberikan kesempatan kepada warga negara untuk

menjadi anggota partai. Partai politik berusaha untuk menarik minat

warga negara agar bersedia menjadi anggota partai. Sehubungan dengan

hal itu berarti partai politik turut serta memperluas partisipasi warga

negara dalam bidang politik.

Rekrutmen politik merupakan salah satu cara untuk menyeleksi

anggota-anggota partai yang berbakat untuk dipersiapkan menjadi calon-

calon pemimpin. Pada umumnya cara yang ditempuh oleh partai politik

adalah dengan menarik golongan muda untuk dididik dijadikan kader, dan

dari para kader ini akan nampak anggota-anggota yang mempunyai bakat

yang pada gilirannya dapat diorbitkan menjai calon-calon pemimpin.

Rekrutmen politik juga dimaksudkan untuk menjamin

kelangsungan hidup partai politik yang bersangkutan. Dengan adanya

anggota-anggota partai yang dipersiapkan menjadi pemimpin, maka berarti

pula proses regenerasi di dalam tubuh partai yang bersangkutan akan dapat

berjalan lancar, dan hal ini berarti bahwa kelangsungan hidup partai dari

segi kepemimpinan partai sudah dapat terjamin.

4) Partai Politik sebagai Sarana Pembuatan Kebijaksanaan

Dapat dinyatakan bahwa partai politik sebagai sarana pembuatan

kebijaksanaan apabila partai tersebut merupakan partai yang memegang

tampuk pemerintahan dan menduduki badan perwakilan secara mayoritas

mutlak. Apabila partai tersebut hanya berkedudukan sebagai partai oposisi,

maka partai tersebut tidak merupakan sarana pembuatan kebijaksanaan

akan tetapi sebagai pengkritik kebijaksanaan-kebijaksanaan pemeritah.

5) Partai Politik sebagai Sarana Pengatur Konflik

Perbedaan pendapat dan persaingan sudah merupakan suatu hal

yang wajar terjadi di negara yang menganut faham demokratis. Di negara

yang menganut faham-faham demokratis perbedaan pendapat dan

persaingan diantara para warga negara atau golongan-golongan yang ada

Page 29: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

15

memang sering muncul. Perbedaan pendapat dan persaingan tersebut

sering sekali mengakibatkan terjadinya konflik-konflik atau pertentangan-

pertentangan diantara mereka. Apabila tejadi konflik-konflik atau

pertentangan-pertentangan antara para warga negara atau golongan-

golongan dapat diselesaikan melalui partai politik.

c. Klasifikasi Partai

Klasifikasi partai dalam Miriam Budiarjo (1999: 166) dapat dilakukan

dengan berbagai cara. Dilihat dari segi komposisi dan fungsi keanggotaannya,

secara umum dapat dibagi dalam dua jenis yaitu partai massa dan partai kader.

Partai massa mengutamakan kekuataan berdasarkan keunggulan jumlah

anggota. Oleh karena itu, biasanya terdiri dari pendukung-pendukung dari

berbagai aliran politik dalam masyarakat yang sepakat untuk bernaung

dibawahnya dalam memperjuangkan suatu program yang biasanya luas dan

agak kabur. Partai kader mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja

dari anggota-anggotanya. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian

doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon

anggotanya dan memecat anggota yang menyeleweng dari garis partai yang

telah ditetapkan. Sedangkan menurut Maurice duverger, partai dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Sistem Partai-Tunggal

Ada yang berpendapat bahwa istilah sistem partai tunggal

merupakan istilah yang menyangkal diri sendiri (Conditio in terminis)

sebab menurut pandangan ini suatu sistem selalu mengandung lebih dari

satu unsur. Namun demikian istilah ini telah tersebar luas dikalangan

masyarakat dan para sarjana. Istilah ini dipakai untuk partai yang benar-

benar merupakan satu-satunya partai dalam negara, ataupun untuk partai

yang mempunyai kedudukan dominan diantara beberapa partai lainnya.

Pola partai tunggal terdapat dibeberapa negara : Afrika, China, dan kuba.

Suasana kepartaian dinamakan non-kompetitif karena semua partai harus

menerima pimpinan dari partai yang dominan, dan tidak dibenarkan

bersaing dengannya.

Page 30: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

16

Kecenderungan untuk mengambil pola sistem partai tunggal

disebabkan di negara-negara baru pimpinan sering dihadapkan dengan

masalah bagaimana mengintegrasikan berbagai golongan, daerah serta

suku bangsa yang berbeda corak sosial dan pandangan hidupnya.

Dikhawatirkan bahwa bila keanekaragaman sosial dan budaya ini

dibiarkan, besar kemungkinan akan terjadi gejolak-gejolak sosial politik

yang menghambat usaha-usaha pembangunan. Fungsi partai adalah

meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk menerima persepsi pimpinan

partai mengenai kebutuhan utama dari masyarakat seluruhnya. Di

Indonesia pada tahun 1945 ada usaha mendirikan partai-tunggal sesuai

dengan pemikiran pada saat itu banyak dianut di negara-negara yang baru

melepaskan diri dari rezim kolonial. Diharapkan partai itu akan menjadi

motor perjuangan akan tetapi sesudah beberapa bulan usaha itu dihentikan

sebelum terbentuk secara konkret. Penolakan ini antara lain disebabkan

karena dianggap berbau fasis.

2) Sistem Dwi-Partai

Dalam kepustakaan ilmu politik pengertian sistem dwi partai

biasanya diartikan adanya dua partai atau adanya beberapa partai tetapi

dengan peranan dominan dari dua partai. Beberapa negara yang

mempunyai ciri-ciri system dwi-partai, yaitu Inggris, Amerika Serikat,

Filipina, Kanada, dan Selandia Baru. Dalam sistem ini, partai-partai

dengan jelas dibagi dalam partai yang berkuasa (karena menang dalam

pemilihan umum) dan partai oposisi (karena kalah dalam pemilihan

umum) dengan demikian jelaslah dimana letaknya tanggung jawab

mengenai pelaksanaan fungsi-fungsi. Dalam sistem ini partai yang kalah

berperan sebagai pengecam utama yang setia (loyal opposition) terhadap

kebijaksanaan partai yang duduk dalam pemerintahan, dengan pengertian

bahwa peranan ini sewaktu-waktu dapat bertukar tangan. Dalam

persaingan memenangkan pemilihan umum kedua partai berusaha untuk

merebut dukungan orang-orang yang ada ditengah dua partai dan sering

dinamakan pemilih terapung (floating vote).

Page 31: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

17

Sistem dwi-partai pernah disebut “a convenient system for

contented people” dan memang kenyataannya bahwa sistem dwi-partai

dapat berjalan baik apabila terpenuhi tiga syarat, yaitu komposisi

masyarakat adalah homogen (social homogenity), konsesus dalam

masyarakat mengenai asas dan tujuan sosial yang pokok (political

consesus) adalah kuat, dan adanya kontinuitas sejarah (historical

continuity). Sistem dwi-partai umumnya diperkuat dengan digunakannya

sistem pemilihan single-member constitueney (sistem distrik) dimana

dalam setiap daerah pemilihan hanya dapat dipilih satu wakil saja. Sistem

pemilihan ini cenderung menghambat pertumbuhan partai kecil, sehingga

dengan demikian memperkokoh sistem dwi-partai. Di Indonesia pada

tahun 1968 ada usaha untuk mengganti multi-partai yang telah berjalan

lama dengan sistem dwi-parti, agar sistem ini dapat membatasi pengaruh

partai-partai yang telah lama mendominasi kehidupan politik. Beberapa

akses dirasakan menghalangi badan eksekutif untuk menyelenggarakan

pemerintahan yang baik. Akan tetapi eksperimen dwi-partai ini, sesudah

diperkenalkan dibeberapa wilayah, ternyata mendapat tantangan dari

partai-partai yang merasa terancam eksistensinya. Akhirnya gerakan ini

dihentikan pada tahun 1969.

3) Sistem Multi-Partai

Keanekaragaman budaya politik suatu masyarakat mendorong

pilihan ke arah sistem multi-partai. Sistem multi partai ditemukan antara

lain di Indonesia, Malaysia, Nederland, Australia, Prancis, Swedia, dan

federasi Rusia. Perancis mempunyai jumlah partai yang berkisar antara 17

sampai 28, sedangkan di Federasi Rusia sesudah jatuhnya partai komunis

jumlah partai mencapai 43. sistem multi-partai jika dihubungkan dengan

sistem pemerintahan parlementer, mempunyai kecenderungan untuk

menitikberatkan kekuasaan pada badan legislative, sehingga peran badan

eksekutif sering lemah dan ragu-ragu. Hal ini sering disebabkan karena

tidak ada satu partai yang cukup kuat untuk membentuk suatu

pemerintahan sendiri, sehingga terpaksa membentuk koalisi dengan partai-

Page 32: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

18

partai lain. Dalam keadaan semacam ini partai yang berkoalisi harus selalu

mengadakan musyawarah dan kompromi dengan mitranya dan

menghadapi kemungkinan bahwa sewaktu-waktu dukungan dari partai

yang duduk dalam koalisi akan ditarik kembali, sehingga mayoritasnya

dalam partai hilang.

Partai-partai oposisi pun kurang memainkan peranan yang jelas

karena sewaktu-waktu masing-masing partai dapat diajak untuk duduk

dalam pemerintahan koalisi baru. Hal semacam ini menyebabkan sering

terjadinya siasat yang berubah-ubah menurut kegentingan situasi yang

dihadapi partai masing-masing. Disamping itu, partai-partai oposisi kurang

mampu menyusun suatu program alternatif bagi pemerintah. Dalam situasi

di mana terdapat satu partai yang dominan, stabilitas politik lebih dapat

dijamin. India di masa lampau sering dikemukakan sebagai negara yang

didominasi satu partai (one-party dominance) akan tetapi suasana

kompetitif, pola didominasi setiap waktu dapat berubah. Hal ini dapat

dilihat pada pasang surutnya kedudukan partai Kongres. Akan tetapi hal

ini tidak berarti bahwa pemerintahan koalisi selalu lemah. Belanda,

Norwegia, dan Swedia merupakan contoh dari pemerintah yang dapat

mempertahankan stabilitas dan kontinuitas dalam kebijakan publiknya.

Pola multi-partai umumnya diperkuat oleh sistem pemilihan

Perwakilan Berimbang (Proportional Representation) yang memberi

kesempatan luas bagi pertumbuhan partai-partai dan golongan-golongan

baru. melalui sistem pemilihan Perwakilan Berimbang partai-partai kecil

dapat menarik keuntungan dari ketentuan bahwa kelebihan suara yang

diperolehnya disuatu daerah pemilihan dapat ditarik ke daerah pemilihan

lain untuk menggenapkan jumlah suara yang diperlukan guna

memenangkan satu kursi. Dengan dikeluarkannya Maklumat Wakil

Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, yang disusul dengan Maklumat

pemerintah tanggal 3 November 1945, kehidupan politik di Indonesia

menganut sistim multi partai. Antara tahun 1945 hingga tahun 1950 telah

berdiri sebanyak 25 partai, sedangkan menjelang pemilihan umum tahun

Page 33: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

19

1955 yang berdasarkan demokrasi liberal tidak kurang dari 70 partai

maupun perorangan telah mengambil bagian dalam pemilihan umum

tersebut.

Kondisi politik Indonesia yang tidak menentu pada tahun 1950-an

karena konflik politik yang hebat merupakan bukti yang baik bagi

pendapat Soekarno bahwa sitem Parlementer dan Multipartai tidak layak

digunakan di Indonesia, maka mulai saat itu dilaksanakan penyederhanaan

sistem kepartaian di Indonesia. Pada tahun 1970, presiden Soeharto telah

mengemukakan sarannya agar dilakukan pengelompokan partai sehingga

organisasi politik yang ada dapat disederhanakan menjadi tiga kelompok,

yaitu kelompok Nasionalis, kelompok Spiritual, dan Golongan Karya.

Pada pemilu 1971 pemerintah berhasil menentukan persyaratan kontestan

peserta pemilu yang hanya dapat menjaring sembilan parpol ditambah satu

golongan karya, sehingga dalam pemilu 1971 hanya ada sepuluh

kontestan. Selanjutnya pada tahun 1973 semua partai politik resmi

melakukan fusi, dimana golongan spiritual menjadi Partai persatuan

Pembangunan (PPP) sedangkan golongan Nasionalis menjadi Partai

Demokrasi Indonesia (PDI). Dengan demikian, pada pemilihan umum

1977 hanya diikuti dua partai politik yaitu PPP, PDI, dan Golongan Karya

(Golkar).

2. Pemilu

a. Pengertian Pemilu

Ali Moertopo (1974: 61), berpendapat “ Pemilihan umum adalah

sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya sesuai

dengan azas yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945”. Pemilihan umum

itu sendiri pada dasarnya adalah suatu demokrasi yang memilih anggota-

anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, dan DPRD yang pada

gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah menetapkan

politik dan jalannya pemerintahan negara.

Page 34: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

20

Arifin Rahman (1998: 194), “Pemilihan umum merupakan cara dan

sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menentukan wakil-wakilnya yang akan

duduk dalam Badan-badan Perwakilan Rakyat guna menjalankan kedaulatan

rakyat”. Sedangkan Menurut Muhammad A.S. Hikam (1999: 17), “Pemilihan

umum adalah sebuah alat untuk melakukan pendidikan politik bagi warga

negara agar mereka memahami hak dan kewajibannya”.

Syamsuddin Haris (1998: 7), secara universal “pemilihan umum

adalah lembaga sekaligus praktik politik yang memungkinkan terbentuknya

sebuah pemerintahan perwakilan (representative government) yang menurut

Dahl, merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi suatu pemerintahan

demokrasi dizaman modern”. Menurut C. S. T. Kansil (1974: 17), “Pemilihan

umum adalah tindakan melakukan pemilihan anggota-anggota Badan

Perwakilan Rakyat dalam waktu tertentu dan menurut cara tertentu”.

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pemilu

merupakan perwujudan dari suatu pemerintahan yang demokratis yang

diletakkan pada kekuasaan rakyat.

b. Fungsi Pemilu

Menurut Syamsuddin Haris (1998: 7-8) Pemilu mempuyai beberapa

fungsi, antara lain:

1) Sebagai sarana legitimasi politik

Fungsi legitimasi ini terutama menjadi kebutuhan pemerintah dan

sistem politik yang mewadahi format pemilu yang berlaku. Melalui

pemilu, keabsahan pemerintahan yang berkuasa dapat ditegakkan, begitu

pula program dan kebijakan yang dihasilkannya. Dengan begitu,

pemerintah berdasarkan hukum yang disepakati bersama tidak hanya

memiliki otoritas untuk berkuasa, melainkan juga memberikan sanksi

berupa hukuman dan ganjaran bagi siapa pun yang melanggarnya.

2) Sebagai perwakilan politik

Fungsi ini terutama menjadi kebutuhan rakyat, baik dalam rangka

mengevaluasi maupun mengontrol perilaku pemerintah dan program serta

kebijakan yang dihasilkannya. Pemilu dalam kaitan ini merupakan

Page 35: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

21

mekanisme demokratis bagi rakyat untuk menentukan wakil-wakil yang

dapat dipercaya yang akan duduk dalam pemerintahan maupun lembaga

legislatif.

3) Sebagai mekanisme bagi pergantian atau sirkulasi elit penguasa

Keterkaitan pemilu dengan sirkulasi elit didasarkan pada asumsi di

pihak lain. Pemerintah ingin memperoleh kesepakatan dan dukungan bagi

kelangsungan otoritasnya dan kepatuhan terhadapnya, sedang pihak-pihak

kepentingan partai dan warga negara meninginkan semakin kuatnya

kontrol mereka serta pertanggungjawaban pihak pemerintah akan kiprah

yang dilakukannya.

Pemilihan umum tahun 1977 merupakan pemilihan umum kedua

sejak Orde Baru. Pemilihan umum tahun 1977 diselenggarakan

berdasarkan UU No. 4 tahun 1975 Jo. UU No. 15 tahun 1969 tentang

pemilihan umum anggota-anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan

Rakyat. Pemilihan umum tahun 1977 maupun sesudahnya didasarkan pada

asas pemilihan umum yang bersifat langsung, umum, bebas, dan rahasia,

yang sering disebut asas LUBER. Yang dimaksud pemilihan umum yang

bersifat:

1. Langsung ialah rakyat pemilih mempunyai hak secara langsung

memberikan suaranya menurut hati nuraninya tanpa perantara dan

tanpa tingkatan.

2. Umum ialah pada dasarnya semua warga negara Indonesia yang

mempunyai persyaratan minimal usia, yaitu telah berusia 17 tahun atau

telah kawin berhak ikut memilih dalam pemilihan umum, dan yang

telah berusia 21 berhak dipilih.

3. Bebas ialah bahwa tiap-tiap warga negara berhak memilih dan

menggunakan haknya dijamin keamanannya untuk melakukan

pemilihan menurut hati nuraninya tanpa adanya pengaruh, tekanan

ataupun paksaan dari siapapun atau dengan apapun juga.

4. Rahasia ialah para pemilih dijamin oleh peraturan, bahwa tidak akan

diketahui oleh siapapun dan dengan jalan apapun, siapapun yang

Page 36: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

22

dipilihnya. Pemilih memberikan suaranya kepada kotak suara dengan

tidak dapat diketahui orang lain kepada siapa suaranya diberikan

(C.S.T. Kansil, 1974: 86).

3. Demokrasi

a. Pengertian Demokrasi

Menurut alfian (1985: 59) “Demokrasi adalah suatu sistem politik

dimana dukungan masyarakat disatu pihak dengan kehendak-kehendak atau

kepentingan-kepentingannya dipihak lain saling bertemu. Suasana demokratis

akan tercapai tau terpenuhi bilamana ada dukungan masyarakat, sedangkan

dukungan tersebut akan datang bilamana anggota-anggota masyarakat merasa

kehendak-kehendak dan kepentingan-kepentingan mereka mendapat saluran

yang wajar”. Sedangkan Amir Machmud (1986: 82) berpendapat bahwa

“demokrasi adalah sistem pengorganisasian masyarakat negara yang dilakukan

oleh masyarakat sendiri atau dengan persetujuan masyarakat, dimana

keluhuran harkat dan martabat manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha

Esa diakui, ditata dan dijamin atas dasar gagasan kenegaraan tertentu”.

Alfian dalam Eep Saefulloh Fattah, (2000: 10) menyatakan bahwa

“demokrasi merupakan sebuah sistem politik yang memelihara keseimbangan

antara konflik dan konsesus”. Demokrasi dengan demikian, memberikan

peluang bagi perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan diantara

individu, kelompok, atau diantara keduanya, diantara individu dengan

pemerintah, dan diantara lembaga-lembaga pemerintah sendiri.

Setiap negara demokrasi pasti terdapat partai politik lebih dari satu,

hal ini merupakan persyaratan yang paling menonjol. Mengingat rakyat

mempunyai beberapa alternatif maka rakyat akan sukar untuk menyalurkan

aspirasi-aspirasinya yang paling cocok pada dirinya. Dengan demikian adanya

wadah penyaluran pemikiran yang berbeda-beda merupakan suatu conditio

since qua non (kondisi yang mau tidak mau harus ada). Tanpa adanya partai

politik yang lebih dari satu, maka demokrasi tidak dapat ditegakkan. Maka

Page 37: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

23

untuk melihat negara itu demokrasi atau tidak, salah satu aspeknya adalah

dilihat dari kehidupan partai politiknya (Sukarna, 1990: 23)

Dari beberapa pendapat diatas diperoleh kesimpulan bahwa demokrasi

adalah suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan

memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan ditangan rakyat baik

dalam penyelenggaraan negara maupun pemerintahan.

b. Demokrasi di Indonesia

Menurut Miriam Budiardjo (2008: 127) dipandang dari sudut

perkembangan demokrasi, sejarah Indonesia dapat dibagi dalam tiga masa,

yaitu:

1. Masa Demokrasi Parlementer (1945-1959)

Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950

sampai 1959, dengan menggunakan Undang-Undang Sementara (UUDS)

sebagai landasan konstitusionalnya. Periode pemerintahan dalam masa ini

disebut sebagai pemerintahan Parlementer. Pada masa Demokrasi

Parlementer lembaga Perwakilan Rakyat atau Parlemen memainkan

peranan yang sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan. Disamping

itu, kehidupan kepartaian memperoleh peluang yang sebesar-besarnya

untuk berkembang secara maksimal. Dalam periode ini, Indonesia

menganut sistem banyak partai (multy party system). (A.Gaffar karim,

1999: 12). Sistem yang menyediakan saluran aspirasi politik melalui

partai-partai politik ini ternyata menimbulkan labilitas nasional, sehingga

dalam masa berlakunya UUDS 1950 telah terjadi jatuh bangunnya kabinet

sebanyak 7 kali. Karena sering terjadi jatuh bangunnya kabinet telah

menimbulkan rasa tidak puas dikalangan politisi Indonesia. Selain itu,

sistem pemerintahan yang tersentralisasi di Jawa juga menyebabkan

timbulnya ketidakpuasan beberapa daerah sehingga menyebabkan

timbulnya pemberontakan-pemberontan didaerah yang mengancam

keutuhan republik Indonesia (Moh. Mahfud, 2000: 43).

Page 38: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

24

2. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Sejak berahirnya pemilihan umum 1955, Soekarno sudah

menunjukkan gejala ketidaksenangannya kepada partai-patai politik. Hal

itu terjadi karena partai politik hanya beorientasi pada kepentingan

ideologinya sendiri dan kurang memperhatikan kepentingan politik

nasional secara menyeluruh. Disamping itu, Soekarno juga melontarkan

gagasan, bahwa Demokrasi Parlementer tidak sesuai dengan gagasan

bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat gotong royong dan

kekeluargaan. Kemudian Soekarno mengusulkan, agar terbentuk

pemerintahan yang bersifat gotong royong, yang melibatkan semua

kekuatan politik yang ada, termasuk PKI. Untuk mewujudkan gagasan

tersebut, Soekarno kemudian juga mengajukan usulan yang dikenal

sebagai “Konsepsi Presiden” melalui konsepsi tersebut maka Dewan

Nasional.

Konsepsi Presiden dan terbentuknya Dewan Nasional mendapat

tantangan yang kuat dari sejumlah partai politik, terutama Masyumi dan

PSI. Pada saat yang sama, sejumlah faktor lain muncul secara hampir

bersamaan. Pertama, hubungan antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah semakin memburuk. Kedua, Dewan Konstituante

mengalami jalan buntu untuk mencapai kesepakatan guna merumuskan

ideologi nasional, karena tidak tercapainya titik temu antara dua kubu

politik, yaitu kelompok yang menginginkan Islam sebagai dasar negara

dan kelompok lain yang menginginkan pancasila sebagai dasar negara.

Ketika dilakukan voting, ternyata suara mayoritas yang diperlukan tidak

tercapai. Berhubung situasi keamanan nasional sudah sangat

membahayakan persatuan dan kesatuan nasional, Soekarno kemudian pada

tanggal 5 juli 1959 mengeluarkan Dekrit Presiden, yang membubarkan

konstituante dan menyatakan kembali pada UUD 1945. Dengan Dekrit

Presiden tersebut, menandai berahirnya masa Demokrasi Parlementer dan

memasuki era baru demokrasi yang kemudian oleh Soekarno disebut

sebagai Demokrasi Terpimpin (A.Gaffar karim, 1999: 24-25). Pada pidato

Page 39: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

25

kenegaraan tanggal 17 agustus 1959 yang berjudul “ Penemuan kembali

revolusi kita” Soekarno menjelaskan butir-butir pengertian Demokrasi

Terpimpin sebagai berikut:

1) Setiap orang diwajibkan untuk berbakti kepada kepentingan umum,

masyarakat, dan negara.

2) Setiap orang mendapatkan penghidupan yang layak dala masyarakat,

bangsa dan negara.

Presiden Soekarno juga memberikan definisi demokrasi terpimpin

adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan (Moh. Mahfud, 2000: 22). Karakteristik

yang utama dari perpolitikan pada era Demokrasi Terpimpin adalah

mengaburnya sistem kepartaian, dengan terbentuknya DPR-GR , peranan

lembaga legislatif dalam sistem politik nasional menjadi lemah,

sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan antara

Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Pada masa ini juga terjadi

pertentangan dan konflik-konflik politik terutama antara TNI dengan PKI

yang sama-sama mempunyai kekuatan riil dan kepribadian sendiri. Puncak

dari konflik tersebut adalah terjadinya peristiwa G.30 S/PKI dan peristiwa

tersebut akhirnya dapat ditumpas oleh TNI dibawah pimpnan Soeharto.

Sejak perisiwa tersebut, krisis politik semakin meningkat, akhirnya

dikeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar. Dengan

adanya Supersemar maka menjadi titik awal lahirnya Orde Baru dan

berakhirnya Demokrasi Terpimpin (A.Gaffar karim, 1999: 29-30).

3. Masa Demokrasi Pancasila (1965-1998)

Pada tahun 1966 pemerintahan Soeharto yang lebih dikenal dengan

pemerintahan Orde baru bangkit sebagai reaksi atas pemerintahan

Soekarno. Pada awal pemerintahan Orde Baru hampir seluruh kekuatan

demokrasi mendukungnya karena Orde Baru diharapkan dapat

melenyapkan rezim Orde Lama. Soeharto kemudian mencoba menerapkan

Demokrasi Pancasila. Inti Demokrasi Pancasila adalah seperti yang

dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945, yang berarti menegakkan

Page 40: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

26

kembali azas-azas negara hukum dimana kepastian hukum dirasakan oleh

segenap warga negara dimana hak-hak asasi manusia baik dalam aspek

kolektif, maupun dalam aspek perseorangan dijamin dan dimana

penyalagunaan kekuasaan dapat dihindarkan secara institusional (Moh.

Mahfud, 2000: 36). Sedangkan Amir Machmud (1986: 87) berpendapat

bahwa Demokrasi Pancasila berarti demokrasi kedaulatan rakyat yang

dijiwai dan diintegrasikan dengan sila-sila lainnya. Ini berarti

menggunakan hak-hak demokrasi selalu disertai dengan rasa tanggung

jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa menurut keyakinan masing-masing,

menjunjung tinggi nilai-nilai manusia, menjamin persatuan bangsa dan

harus dimanfaatkan untuk mewujudkan keadilan sosial.

Page 41: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

27

B. Kerangka Berfikir

Keterangan:

Setelah Indonesia merdeka, gagasan demokrasi tercantum dengan jelas

dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dan pasal-pasal dalam batang

tubuhnya. Sila keempat pancasila dalam pembukaan UUD 1945 dan pasal 1 ayat

(2) dalam batang tubuh itu menunjukkan bahwa negara republik Indonesia

Pemilu 1971

Kebijakan Politik

Orde Baru

Fusi Partai Politik

(Nasionalis, Spiritual, dan Golongan Karya)

PDI PPP Golkar

Pemilihan Umum

1977

Demokrasi

Pemilu

Sistem Multi Partai

Partai Politik

Pemilu 1955

Page 42: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

28

menganut asas kedaulatan rakyat. Dalam asas ini terkandung unsur pokok bahwa

rakyat mempunyai hak untuk ikut aktif dalam kegiatan yang bersifat politik atau

dengan kata lain negara Indonesia adalah negara demokratis. Dalam pelaksanaan

demokrasi ini, menurut pasal 1 ayat (2) UUD 1945 negara Indonesia menganut

sistem demokrasi perwakilan atau demokrasi tidak langsung. Hal ini terbukti

adanya lembaga-lembaga negara yaitu MPR dan DPR serta adanya pemilihan

umum dan partai-partai politik. Dengan dikeluarkannya Maklumat Wakil Presiden

No. X tanggal 16 Oktober 1945, yang disusul dengan Maklumat pemerintah

tanggal 3 November 1945, kehidupan politik di Indonesia menganut sistim multi

partai. Antara tahun 1945 hingga tahun 1950 telah berdiri sebanyak 25 partai,

sedangkan menjelang pemilihan umum tahun 1955 yang berdasarkan demokrasi

liberal tidak kurang dari 70 partai maupun perorangan telah mengambil bagian

dalam pemilihan umum tersebut.

Bentrokan antar partai politik dan pasukan milisi masing-masing yang

mempunyai ideologi Islam dan nasionalis membuat konflik politik semakin

memanas. Pola konflik antar partai politik yang terjadi selama tahun 1950-1957

adalah kelanjutan dari pola konflik antar partai politik pada masa sebelumnya.

Ideologi yang bertentangan yang dianut oleh partai-partai politik merupakan

faktor penyebab terjadinya konflik yang hebat antara partai-partai politik. Sulitnya

partai-partai politik untuk bekerja sama dan tidak adanya partai mayoritas yang

keluar sebagai pemenang dalam pemilu 1955 menjadikan stabilitas politik sangat

bergantung pada koalisi partai yang sering berubah. Kehidupan politik dengan

sistem multi partai ini berlangsung hingga dikeluarkannya Dekrit Presiden pada

tanggal 5 Juli 1959.

Kondisi politik Indonesia yang tidak menentu pada tahun 1950-an

karena konflik politik yang hebat merupakan bukti yang baik bagi pendapat

Soekarno bahwa sitem Parlementer dan Multipartai tidak layak digunakan di

Indonesia, maka mulai saat itu dilaksanakan penyederhanaan sistem kepartaian di

Indonesia, khususnya dengan dikeluarkannya penetapan presiden (Penpres) No.

7/1960 dan Peraturan Presiden (Perpres) No. 13/1960 yang mengatur pengakuan,

pengawasan, dan pembubaran partai. Pada tanggal 17 agustus 1960 PSI dan

Page 43: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

29

Masyumi dibubarkan. Dalam hal penyederhanaan partai, pada tanggal 14 April

1961 diumumkan bahwa hanya sepuluh partai yang mendapatkan pengakuan,

masing-masing adalah PNI, NU, PKI, PSII, Parkindo, partai katolik, Perti, Murba

dan Partindo. Pada tanggal 21 September 1965 Partai Murba dibekukan oleh

Presiden Soekarno. Namun memasuki Orde Baru, pada tanggal 7 Februari 1970

Presiden Soeharto menyerukan kepada partai-partai agar dalam menghadapi

pemilihan umum, partai-partai tetap menjaga stabilitas nasional dan kelancaran

pembangunan, menghindari kesimpangsiuran dan perpecahan, dan memikirkan

pengelompokan diri partai-partai, disamping adanya Golongan karya. Sebelum

diselenggarakan pemilu tahun 1971, yakni pada tahun 1970, presiden Soeharto

telah mengemukakan sarannya agar dilakukan pengelompokan partai sehingga

organisasi politik yang ada dapat disederhanakan menjadi tiga kelompok, yaitu

kelompok Nasionalis, kelompok Spiritual, dan Golongan karya.

Penerimaan atas saran presiden ini merupakan keberhasilan baru dari

gambaran keinginan jangka panjang Orde Baru tentang akan dilakukannya

penyederhanaan sistem kepartaian dengan cara memperkecil jumlah partai, dan

MPR yang dibentuk berdasarkan hasil pemilu 1971 berhasil diyakinkan untuk

menggariskan perintah penyederhanaan partai politik dengan menegaskan bahwa

pemilu tahun 1977 hanya akan diikuti oleh tiga kontestan . Berdasarkan isi

ketetapan MPR tersebut pada tahun 1973 semua partai politik resmi melakukan

fusi, dimana golongan spiritual menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

sedangkan golongan Nasionalis menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Dengan demikian, pada pemilihan umum 1997 hanya diikuti dua partai politik

yaitu PPP, PDI, dan Golongan Karya (Golkar). Dengan adanya fusi partai politik

ini, maka akan dilihat pengaruhnya terhadap hasil pemilihan umum 1977.

Page 44: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

a. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan

metode studi pustaka. Studi pustaka merupakan suatu teknik pengumpulan data

baik berupa dokumen, buku, karangan, tulisan, catatan, maupun sumber tertulis

lain yang diperoleh dari museum-museum, perpustakaan, instansi pemerintahan,

koleksi swasta maupun perorangan dan ditempat yang menyimpan dokumen-

dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan (Dudung

Abdurrahman, 1999: 55). Adapun perpustakaan yang digunakan untuk

melaksanaan penelitian ini, antara lain:

1. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta

3. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta

4. Perpustakaan Monumen Pers Surakarta

5. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

6. Perpustakaan Daerah Surakarta

7. Kolese St. Ignatius Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari disetujuinya proposal skripsi

hingga penulisan ini selesai, yaitu pada bulan Januari 2010 sampai bulan Juli

2010.

30

Page 45: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

31

b. Metodologi Penelitian

Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methode, yang berarti cara

atau jalan, dan theodos yang berarti masalah. Jadi metode dapat diartikan menjadi

cara atau jalan untuk menyelesaikan masalah. Sehubungan dengan karya ilmiah,

maka metode menyangkut masalah-masalah, cara kerja untuk memahami obyek

yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1983: 8).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yaitu

kegiatan untuk mengumpulkan, menguji dan menganalisa data yang diperoleh dari

peninggalan masa lampau. Dengan kata lain metode sejarah merupakan metode

pemecahan masalah dengan menggunakan data dan peninggalan masa lalu untuk

memahami keadaan masa sekarang dengan hubungannya dengan peristiwa-

peristiwa masa lampau (Louis Gottschalk. 1975: 32)

Menurut Hadari Nawawi (1998: 81), “Metode sejarah adalah prosedur

pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lampau atau peninggalan-

peninggalan baik untuk memahami kejadian atau keadaan masa sekarang maupun

untuk memahami dalam hubungannya dengan kejadian atau keadaan masa lalu”.

Sedangkan menurut Sartono Kartodirjo (1992: 37), “Metode penelitian sejarah

adalah prosedur dari cara kerja para sejarawan untuk menghasilkan kisah masa

lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh masa lampau tersebut”.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian

ini dilakukan kegiatan mengumpulkan, menguji, menganalisa secara kritis

mengenai data dan peninggalan-peninggalan masa lampau serta melakukan

sintesa dan menyajikan dalam bentuk tulisan sejarah mengenai pemilu di

Indonesia tahun 1977 (tentang fusi partai politik ).

c. Sumber Data

Sumber sejarah seringkali disebut sebagai “ data sejarah”. data berasal

dari bahasa latin yaitu “ datum” yang berarti “pemberitaan” (Kuntowijoyo 1995:

96) . Jadi sumber data sejarah adalah segala sesuatu yang langsung atau tidak

langsung memberitahukan kepada sejarawan tentang sesuatu kenyataan atau

kegiatan manusia pada masa lalu (Helius Sjamsuddin, 1996: 73). Sedangkan

Page 46: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

32

menurut (Dudung Abdurrahman, 1999: 30), “Data sejarah berarti bahan sejarah

yang memerlukan pengolahan, penyeleksian, dan pengkategorian sejumlah

sumber yang tersedia pada dasarnya adalah data verbal, sehingga membuka

kemungkinan bagi peneliti sejarah untuk memperoleh pengetahuan tentang

berbagai hal”. Adapun klasifikasi sumber sejarah dapat dibedakan menurut

bahannya, asal-usul atau urutan penyampaiannya, dan tujuan sumber itu dibuat.

Sumber sejarah menurut bahannya dapat dibagi menjadi dua yaitu tertulis dan

tidak tertulis. Sedangkan sumber-sumber menurut penyampaiannya dapat

dibedakan menjadi sumber primer dan sekunder. Dan menurut tujuannya sumber-

sumber dapat pula dibagi atas sumber-sumber formal dan informal.

Sumber yang dipakai dalam penelitian ini adalah sumber tertulis.

Sumber tertulis dibagi menjadi sumber tertulis primer dan sekunder. Sumber

tertulis primer yaitu sumber yang autentik atau sumber yang ditulis dari tangan

pertama tentang permasalahan yang akan diungkapkan. Sumber tertulis sekunder

yaitu sumber yang ditulis oleh orang yang tidak terlibat langsung dari peristiwa

yang dikisahkan. Sumber tertulis berupa buku, majalah, dan surat kabar (Nugroho

Notosusanto, 1979: 26). Sedangkan Menurut Louis Gottschalk (1975: 35),

“Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri

atau saksi dengan panca indera yang lain, atau dengan alat mekanis seperti

diktafon, yakni orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritaannya.

Sedangkan sumber sekunder adalah kesaksian dari siapapun yang bukan

merupakan saksi pandangan mata yakni seorang yang tidak hadir pada peristiwa

itu”.

Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa arsip dan

dokumen antara lain : Kedaulatan Rakyat, edisi 4 Januari 1973. Kedaulatan

Rakyat, edisi 6 Februari 1973. Kompas, edisi 22 Februari 1973. Kompas, edisi 6

Januari 1973. Sinar Harapan, edisi 2 Mei 1977. Suara Merdeka, edisi 8 Januari

1973. Sedangkan sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara

lain : buku yang berjudul Dasar-dasar Ilmu Politik , karangan Miriam Budiardjo.

Strategi Politik Nasional karangan Ali Moertopo. Pembangunan Politik Dalam

Negara Indonesia karangan Amir Machmud. Sistem Politik Indonesia, karangan

Page 47: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

33

Arifin Rahman. Masalah dan Prospek Demokrasi Di Indonesia, karangan Eep

Saefulloh Fattah. Pengkhianatan Demokrasi Ala Orde Baru, karangan Eep

Saefulloh Fattah. The Indonesian Election Of 1955, karangan Herbert Feith. Inti

Pengetahuan Pemilihan Umum, karangan C. S. T. Kansil. Partai Politik dan

Golkar, karangan C. S. T. Kansil. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi),

karangan Miriam Budiardjo. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, karangan

Moh. Mahfud. Perbandingan Sistem Politik, karangan Mohtar Mas‟oed dan Colin

Mac Andrews. Politik Kewarganegaraan, Landasan Demokratisasi di Indonesia,

karangan Muhammad A.S Hikam. Perjalanan Partai Politik di Indonesia, Sebuah

Potret Pasang Surut, karangan Rusli Karim. Menggugat Pemilihan Umum Orde

Baru. karangan Syamsuddin Haris dkk . Konsesus Politik, karangan Maswadi

Rauf. Sejarah Nasional VI, karangan Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho

Notosusanto.

d. Teknik Pengumpulan Data

Dalam metode sejarah, teknik pengumpulan data disebut heuristik.

Pengumpulan data (heuristik) merupakan bagian penting dalam suatu penelitian.

Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka dalam

melakukan pengumpulan data digunakan teknik studi pustaka. Teknik studi

pustaka adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh data dan fakta sejarah, dengan cara membaca buku-buku literatur,

majalah, dokumen atau arsip, surat kabar, atau brosur yang tersimpan dalam

perpustakaan (Koentjoroningrat, 1983: 3). Dalam penelitian ini, langkah-langkah

yang dilakukan penulis dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : (1)

Mengumpulkan buku-buku, majalah, surat kabar, yang relevan dengan masalah

yang diteliti. (2) Membaca dan mencatat sumber-sumber data yang dibutuhkan

baik itu sumber primer maupun sumber sekunder. (3) Memfotokopi dan mencatat

literatur perpustakaan yang dianggap penting dan relevan dengan masalah yang

diteliti.

e. Teknik Analisis Data

Proses analisis data sangat penting dalam menentukan kualitas data

penelitian sejarah. Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara

Page 48: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

34

sistematis baik yang berupa sumber primer maupun sumber sekunder. Dalam

penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data sejarah yaitu analisis

yang mengutamakan ketajaman dan kekuatan di dalam menginterpretasikan data

sejarah. Interpretasi dilakukan karena fakta sejarah tidak dapat berbicara sendiri.

Kategori dari fakta-fakta sejarah mempunyai sifat-sifat yang kompleks, sehingga

suatu fakta tidak dapat dimengerti atau dilukiskan oleh fakta itu sendiri. Oleh

karena itu fakta-fakta yang diperoleh harus dirangkaikan dengan fakta-fakta yang

lain sehingga menjadi satu kesatuan yang urut dan memiliki makna (Louis

Gottschalk, 1975: 95).

Fakta merupakan bahan utama sejarawan dalam menyusun historiografi.

Fakta itu hasil pemikiran para sejarawan sehingga fakta yang terkumpul

mengandung subyektivitas. Setiap fakta yang terekonstruksikan oleh sejarawan

akan menghasilkan konstruksi. Setiap konstruksi mengandung unsur-unsur dari

penyusunan konstruksi tersebut, sehigga dalam menganalisis diperlukan konsep

seperti penyeleksian, pengidentifikasian (Sartono kartodirdjo, 1992: 92). Dengan

demikian tujuan analisis data dalam penelitian sejarah adalah untuk melakukan

sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan

bersama-sama dengan teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang

menyeluruh (Dudung Abdurrahman, 1999: 64)

Kegiatan menganalisis data sejarah di dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut : (1) Kritik ekstern yaitu menganalisis fisik sumber data sejarah

tertulis untuk mendapatkan data sejarah yang otentik atau asli. Analisis sumber

data sejarah tertulis dilakukan dengan menyeleksi bentuk sumber data sejarah

tertulis berupa buku-buku literatur dan surat kabar yang berkaitan dengan tema

penelitian. Berbagai bentuk sumber data tertulis tersebut dikelompokkan apakah

termasuk jenis primer atau sekunder. Kedua jenis data tersebut diidentifiksikan

mengenai penulis atau pengarang sumber data tertulis tersebut, tahun dan tempat

penulisan atau penerbitan, dan orisinalitas apakah asli ditulis oleh penulis sumber

data tersebut atau bukan. (2) Kritik intern yaitu menganalisis isi sumber data

sejarah tertulis untuk mendapatkan data sejarah yang kredibel dan reliable.

Analisis sumber data tertulis dilakukan dengan cara mengidentifikasi gaya, tata

Page 49: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

35

bahasa, dan ide yang digunakan penulis, kecenderungan politik dan pendidikan

penulis, siasat disaat penulisan, dan tujuan penulis dalam mengemukakan

peristiwa yang berkaitan dengan tema pemilihan umum di Indonesia tahun 1977

tentang fusi partai politik. Kemudian isi dan pernyataan penulis sumber data yang

satu dibandingkan dengan isi dan pernyataan penulis sumber data yang lain.

Berdasarkan seleksi data tersebut dihasilkan fakta. (3) Interpretasi fakta dilakukan

dengan menghubungkan antara fakta yang satu dengan yang lain. Fakta-fakta

tersebut ditafsirkan, diberi makna, dan ditemukan arti yang sebenarnya, sehingga

makna tersebut dapat dipahami sesuai dengan pemikiran yang relevan, logis, dan

berdasarkan obyek penelitian yang dikaji. Fakta sejarah yang sudah ditemukan

dihubungkan dengan konsep atau teori sebagai alat analisis.

f. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti

sebelum menghasilkan sebuah penelitian yang diharapkan. Prosedur penelitian

tampak pada skema sebagai berikut:

Keterangan:

1. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein yang berarti memperoleh.

Heuristik merupakan kegiatan menghimpun jejak-jejak sejarah masa lampau

dengan cara mengumpulkan bahan-bahan tertulis, tercetak dan sumber tidak

tertulis serta sumber yang relevan dengan penelitian ini (Nugroho Notosusanto,

1978: 36). Sedangkan menurut Helius Sjamsuddin (1996: 99), “Heuristik adalah

Heuristik Kritik

Sumber

Fakta Sejarah

Interpretasi Historiografi

Page 50: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

36

pengumpulan sumber-sumber sejarah”. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk

menemukan sumber-sumber bagi penelitian yang hendak diteliti. Dalam tahap ini

hal pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data dengan mengadakan studi

tentang buku-buku literatur yang tersimpan di perpustakaan.

2. Kritik Sumber

Setelah sumber sejarah terkumpul, tahap berikutnya adalah melakukan

kritik sumber yaitu untuk memperoleh keabsahan tentang keaslian sumber (kritik

ekstern) dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kritik intern) (Dudung

Abdurrahman, 1999: 58). Dengan langkah-langkah:

a. Kritik sumber ekstern

Kritik ekstern yaitu kritik terhadap keaslian sumber (otentitas) yang

berkenaan dengan segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan, seperti : bahan

(kertas atau tinta) yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa, hurufnya, dan segi

penampilan yang lain. Uji otentik minimal dilakukan dengan pertanyaan kapan, di

mana, bahan apa serta bentuknya bagaimana sumber itu dibuat (Dudung

Abdurrahman, 1999: 59). Fungsi kritik ekstern adalah memeriksa sejumlah

sumber atas dua butir pertama dan menegakkan sedapat mungkin otensitas dan

integritas sumber itu (Helius Syamsuddin, 1996: 105). Adapun yang dimaksud

dengan kritik eksternal ialah suatu penelitian atas asal-usul sumber, suatu

pemeriksaan terhadap catatan dan peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan

semua informasi yang mungkin, dan tidak untuk mengetahui sejak asal mulanya

sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak. Kritik ekstern dalam

penelitian ini dilakukan dengan menyeleksi sumber data sejarah tertulis berupa

buku-buku literatur, surat kabar dan majalah. Uji otentisitas dilakukan dengan

melihat jenis kertas, bentuk tulisan, bahasa yang digunakan, tahun pembuatan,

siapa yang membuat, serta dimana arsip, buku, majalah, dan surat kabar dibuat.

b. Kritik sumber intern

Kritik intern adalah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap

aspek-aspek dalam arti sumber data sejarah. Kritik intern dilakukan untuk

mendapatkan data yang dapat dipercaya kebenarannya atau kredibel. Kritik intern

Page 51: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

37

digunakan untuk menguji kredibilitas sumber apakah isi, fakta, atau ceritanya

dipercaya dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan. Pada langkah kritik

intern yang berkenaan dengan isi sumber dilakukan dengan cara apakah keaslian

sumber tersebut dari pengarangnya asli atau turunan karya orang lain, dari tahap

ini akan didapat validitas data. Kritik intern dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara membandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang lain (surat

kabar, majalah, dan buku-buku). Sumber tersebut sesuai dengan yang ada atau

banyak dipengaruhi oleh subjektifitas pengarang, dan apakah sumber tersebut

sesuai dengan tema penelitian atau tidak. Misalnya buku “Pemilu-Pemilu Orde

Baru” karangan R.William Liddle yang memuat tentang persiapan menjelang

pemilihan umum 1977 serta hasil pemilihan umum 1977 dibandingkan dengan

majalah yang berjudul “pemilihan umum di Indonesia, saksi pasang naik dan

surut partai politik” karangan Daniel Dhakidae yang memuat tentang hasil

pemilihan umum 1977.

3. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran sejarah sering kali disebut analisis sejarah.

Analisis ini berarti menguraikan, secara terminologi, berbeda dengan sistematis

yang berarti menyatukan. Namun adanya, analisis dan sintetis dipandang sebagai

metode-metode utama dalam interpretasi (Kuntowijoyo, 1995: 100).

Dalam penelitian ini, interpretasi dilakukan dengan cara menghubungkan

atau mengaitkan sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah yang lain,

sehingga dapat diketahui hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa masa lampau

yang menjadi obyek penelitian. Kemudian sumber tersebut ditafsirkan, diberi

makna dan ditemukan arti yang sebenarnya sehingga dapat dipahami makna

tersebut sesuai dengan pemikiran yang logis berdasarkan obyek penelitian yang

dikaji. Dengan demikian dari kegiatan kritik sumber dan interpretasi tersebut

dihasilkan fakta sejarah atau sistesis sejarah.

Page 52: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

38

4. Historiografi

Historiografi adalah menyampaikan sintesa yang diperoleh dalam bentuk

suatu kisah atau hasil penafsiran atas fakta-fakta sejarah itu dilukiskan menjadi

suatu kisah yang selaras dan logis. Pada tahap ini dituntut kemahiran dalam

menuliskan kisah sejarah dengan bahasa yang baik. Dalam menyusun hasil

penelitian sejarah hendakya disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai

(Nugroho Notosusanto, 1979: 42). Dalam hal ini imajinasi sangat diperlukan

untuk merangkai fakta yang satu dengan fakta yang lain, sehingga menjadi suatu

kisah sejarah yang menarik dan dapat dipercaya kebenarannya. Tahap

historiografi ini merupakan langkah terakhir dalam metodologi atau prosedur

penelitian historis. Dari data-data yang sudah berhasil dikumpulkan oleh peneliti,

maka peneliti berusaha memaparkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan

dengan menggunakan bahasa yang ilmiah beserta argumentasi secara sistematis.

Dalam penelitian ini, historiografi diwujudkan dalam bentuk karya ilmiah berupa

skripsi yang berjudul “ Pemilihan Umum Di Indonesia Tahun 1977 (Studi

Tentang Fusi Partai Politik)” sebagai obyek penelitian.

Page 53: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Fusi Partai Politik

1. Gagasan Penyederhanaan Partai Politik

Upaya penataan struktur politik yang dilaksanakan pemerintah Orde

Baru diawal kelahirannya menjadi faktor pendorong utama penyederhanaan partai

politik. Pengalaman kepartaian di masa Orde Lama yang didominasi oleh banyak

partai politik dengan ideologinya yang berbeda-beda telah menimbulkan citra

buruk bagi partai politik di Indonesia yaitu sering terjadinya konflik antar partai.

Ada tiga penyakit partai-partai politik yang menyebabkan sering timbulkan

konflik. Pertama, partai politik terlalu berorientasi pada ideologi. Kedua, mereka

hanya mementingkan kepentingan kelompok dan menggunakan dukungan rakyat

untuk melindungi kepentingan-kepentingan tersebut. Ketiga, cara pengangkatan

pemimpin partai karena melalui pimpinan pusat dan tidak bertanggung jawab

kepada pemilih, telah menjadikan pemimpin partai ini suatu olygarkhi yang tidak

bertanggung jawab terhadap pemilih mereka (Mochtar Mas‟oed, 1989: 23). Dan

karena keadaan yang seperti itulah menyebabkan pembangunan ekonomi

cenderung terabaikan, karena tiap-tiap partai hanya mementingkan kepentingan

mereka sendiri. Atas dasar pernyataan tersebut maka tidak mengherankan apabila

arah penataan politik yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru adalah

menyederhanakan struktur kepartaian, baik dari segi jumlah, basis massa, pola

dukungan, maupun pola aliran ideologi yang dipakai partai. Pemerintah Orde

Baru bepikiran bahwa pluralitas partai dan pluralitas ideologi merupakan

penyebab dari konflik-konflik politik yang terjadi sebelumnya (Ali Moertopo,

1982: 47). Sebelumnya jalan kearah penyederhanaan partai politik sudah dirintis

oleh presiden Soekarno. Dalam rangka melaksanakan konsep Demokrasi

Terpimpin serta UUD 1945 presiden Soekarno membentuk alat-alat kenegaraan

seperti MPR dan DPA. Selain itu, dimulailah beberapa usaha untuk

menyederhanakan sistem partai melalui Penpres No. 7/1959. Maklumat

39

Page 54: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

40

Pemerintah 3 November 1945 yang menganjurkan pembentukan partai-partai

dicabut dan ditetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh partai untuk

diketahui oleh pemerintah. Partai yang kemudian dinyatakan memenuhi syarat

adalah PKI, PNI, NU, Partai Katolik, Partai Indonesia (Partindo), Parkindo, Partai

Murba, PSII, IPKI, Perti, sedangkan beberapa lain dinyatakan tidak memenuhi

syarat. Dengan dibubarkannya Masyumi dan PSI pada tahun 1960 tinggal sepuluh

partai politik saja (Miriam Budiardjo, 1998: 440-441).

Penyederhanaan partai politik ini berarti mengerahkan sikap dan pola

kerja menuju pada orientasi progam. Tindakan yang pertama adalah merehabilitas

partai Murba, dan mengumumkan berdirinya Parmusi (Partai Muslimin Indonesia)

pada tanggal 20 Februari 1968. Secara sepintas pendirian partai baru ini

bertentangan dengan gagasan penyederhanaan partai politik. Namun pada

dasarnya merupakan pertimbangan perlunya suatu wadah bagi peleburan dan

penggabungan ormas-ormas Islam yang sudah ada tapi selama ini aspirasi-aspirasi

politiknya belum tersalur secara efektif. Penyederhaaan partai politik ini

dimaksudkan untuk memberikan corak baru pada kehidupan kepartaian di

Indonesia, disesuaikan dengan kebutuhan baru yang pada dasarnya merupakan

ukuran-ukuran pada hak hidup suatu partai, yakni mengabdi pada pembangunan

bangsa dan negara. Tujuan jangka pendek pengelompokan ini adalah untuk

mempertahankan stabilitas nasional dan kelancaran pembangunan (Ali Moertopo,

1974: 73-74 ).

Gagasan penyederhanaan partai juga berarti perombakan pola kerja

menuju orientasi program (program oriented). Penyederhanaan partai secara ideal

adalah penyederhanaan yang dilakukan melalui Undang-undang, tetapi

kenyataannya menunjukkan bahwa jalan kearah itu masih jauh, sehingga

disarankan oleh presiden untuk mencari cara menuju arah itu. Pada bulan Februari

1970, presiden Soeharto mengadakan konsultasi dengan pimpinan partai-parai

politik mengenai gagasan pengelompokan partai-partai. Disamping asas-asas

yang dianut bersama, pancasila dan UUD 1945, dasar pengelompokan itu

sebaiknya persamaan tekanan pada aspek-aspek pembangunan, baik material

maupun spiritual. Atas dasar ini disarankan pembentukan dua kelompok: (a)

Page 55: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

41

kelompok material-spiritual, yang terdiri atas partai-partai yang menekankan

pembangunan material tanpa mengabaikan asas spiritual, tediri atas PNI, Murba,

IPKI, Parkindo, dan partai Katolik; dan (b) kelompok spiritual–material, yang

menekankan pembangunan spiritual tanpa mengabaikan aspek material, terdiri

atas NU, Parmusi, PSII dan Perti (Prisma, tahun 1971-1991). Gagasan tersebut

diikuti oleh sikap pro dan kontra. Yang pertama kali menyambut ialah PNI dan

IPKI, kemudian diikuti oleh Parmusi dan Nahdlatul Ulama (NU). Menurut

Lukman Harun (Parmusi), gagasan pengelompokan partai dapat memberikan

keuntungan bagi partai politik Islam. Dengan pengelompokan tersebut partai

Islam akan bersatu dari yang semula terpecah-pecah berdasarkan kepentingan

kelompok masing-masing. Sedangkan menurut Subhan Z.E., seorang tokoh NU,

pengelompokan partai akan memudahkan proses pengambilan keputusan sehingga

alternatif pendapat-pendapat dalam masyarakat dapat diperkecil.

Golongan yang menentang pengelompokan partai politik adalah

Parkindo dan Partai Katolik. Alasan penolakan mereka karena dikelompokannya

kedua partai ini dalam golongan spiritual dan bukan kepada ide pengelompokan

itu sendiri. Mereka lebih senang jika dimasukkan ke dalam golongan nasionalis.

Alasannya, golongan nasionalis dapat melaksanakan program yang tidak

mementingkan motif-motif ideologis. Bahkan Partai Katolik menegaskan lebih

baik membubarkan diri daripada masuk ke kelompok Spiritual. Akhirnya, pada

tanggal 4 Maret 1970, terbentuklah Golongan Nasionalis yang terdiri dari PNI, ,

Murba, IPKI , Partai Katolik dan Parkindo. Dan pada tanggal 14 maret 1970

terbentuk Golongan Spiritual yang terdiri dari NU, Parmusi, PSII, dan Perti.

Golongan Nasionalis kemudian diberi nama “Kelompok Demokrasi

Pembangunan”, dan kelompok spiritual diberi nama “Kelompok Persatuan” (Arif

Zulkifli, 1996: 56-57). Dalam pengelompokan seperti itulah partai-partai ikut

tampil dalam pemilihan umum tahun 1971.

Pemilihan umum tahun 1971 ini merupakan untuk pertama kalinya

diadakan sejak pemerintahan Orde Baru. Karena sejak pemilihan umum yang

pertama tahun 1955 sampai awal pemerintahan Orde Baru beberapa kali

pelaksanaannya mengalami penundaan, dan baru dapat dilaksanakan tahun 1971

Page 56: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

42

setelah melalui persiapan-persiapan dan serangkaian usaha yang harus dapat

menjamin Orde Baru dan mempertahankan kekuatan-kekuaan pancasila. Akhirnya

pada tanggal 3 Juli 1971 sejumlah 34.696.387 orang untuk kedua kalinya sejak

kemerdekaan, enam belas tahun sejak pemilihan umum yang pertama

berbondong-bondong menuju kotak suara. Angka tersebut merupakan sebagian

besar dari sejumlah 57.537.752 yang berhak memilih. Bilamana dibandingkan

dengan pemilihan umum yang pertama maka ini merupakan angka yang sangat

besar yang bisa dicapai, karena dalam pemilihan umum pertama tahun 1955

tercatat 87,65 % yang ikut memberikan suaranya. Salah satu alasannya karena

keamanan yang tidak terjamin. Pada pemilihan umum 1971 ini, keamanan tidak

menjadi alasan untuk mengahalangi orang dalam pemilihan umum nasional kedua

(Prisma, No. 9 tahun 1981).

2. Pemilihan Umum 1971

Pemilihan umum tahun 1971 merupakan hasil persiapan yang telah

dilaksanakan oleh Orde Baru sejak tahun 1966. Dalam ketetapan No

XI/MPRS/1966 telah dinyatakan partimbangan-paerimbangan konstitusional yang

mendasarinya, yakni (a) bahwa negara republik Indonesia adalah negara yang

berdasarkan kedaulatan rakyat yang tercantum dalam asas Pancasila dan UUD

1945; (b) bahwa untuk pelaksanaan asas kedaulatan rakyat itu diperlukan

lembaga-lembaga Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat yang dibentuk dengan

pemilihan umum; (c) bahwa hingga kini lembaga-lembaga tersebut belum

terbentuk dengan pemilihan umum; (d) bahwa akibat daripada belum

terbentuknya tersebut dengan pemilihan umum, kehidupan demokrasi Indonesia

belum berjalan lancar; (e) bahwa dalam rangka kembali pada pelaksanaan UUD

1945 secara murni dan konsekuen, perlu segera dibentuk lembaga-lembaga dalam

pemilihan umum (Ali Moertopo, 1974: 63).

Pada pemilihan umum 1971 para pemimpin partai mempunyai

kesempatan untuk memperbaiki kedudukan sebagai wakil rakyat. Kelompok

Mahasiswa dan kekuatan pro Orde Baru baik sipil atau militer memanfaatkan

pemilihan umum sebagai alat untuk memulai penyusunan kembali sistem

Page 57: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

43

kepartaian secara menyeluruh (Liddle, 1992: 194). Dalam menghadapi pemilihan

umum, persiapan-persiapan mulai dilakukan . pada tanggal 23 Mei 1970 presiden

dengan surat keputusan No. 43 menetapkan organisasi-organisasi yang ikut serta

dalam pemilihan umum dan anggota-anggota DPR/DPRD. Partai-partai tersebut

diantaranya adalah : Partai Murba, Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Islam

Persatuan Tarbiyah (Perti), Partai Katolik, Partai Kristen Indonesia (Parkindo),

Parmusi, Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)

dan Golongan Karya (Golkar) (Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho

Notosusanto, 1993 : 427). Disamping melakukan usaha ke dalam, Soeharto juga

juga melakukan operasi-operasi keluar yang ditujukan kepada partai-partai politik

peserta pemilu 1971. Ali Moertopo sebagai pengemban tugas melalui Operasi

Khusus (Opsus) politik mulai memperlemah partai politik serta organisasi dan

dipihak lain memperkuat Golkar (Arif Yulianto, 2002: 267).

Badan Pengendali Pemilihan Umum (Bapilu) sebagai produk kelompok

pembaharu di DPR-Gotong Royong mendapatkan dukungan kerjasama dari

Opersi Khusus. Ali Moertopo menghimpun perwira-perwira militer (Soedjono

Humardhani, Sapardjo), mantan pimpinan formal mahasiswa (Jusuf Wanandi,

Sofian Wanandi, Cosmas Batubara, Rachman Tolleng, David Napitulu),

Intelektual (Drs. Moerdopo, Drs. Sumiskum, Daud Jusuf). Kelompok ini

menentukan dan mengendalikan Bapilu. Tugas pokok Bapilu adalah : (Andreas

Pandiangan, 199: 162)

a. Memenangkan Golkar dalam pemilu 1971

b. Berusaha merebut suara yang sebanyak-banyaknya dalam pemilu

dan mendapatkan kursi semaksimal mungkin di DPR, DPRD I,

DPRD II yang mempunyai akibat mayoritas mutlak Golkar di MPR.

c. Memilih, menyusun dan mengajukan calon-calon yang tepat dari

Golkar sesuai kepres NO.43/1970 dengan sejauh mungkin

mengambil dari Golkar

d. Mempergunakan secara optimal dan maksimal tanda gambar

“Beringin” sebagai sarana memenangkan Golkar.

Page 58: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

44

e. Mengatur dan melaksanakan kampanye di pusat, daerah-daerah

pemungutan suara dan sampai ke desa-desa secara efektif an efisien.

Menjelang pemilu 1971, Operasi khusus Ali Moertopo mempunyai

strategi baru dalam mengintervensi Nahdlatul Ulama (NU). Intervensi dilakukan

dengan cara berbeda yaitu lebih menekankan penggalangan kerjasama dimana

partai-partai tidak akan menentang peran utama Angkatan Darat. Langkah yang

dilakukan Opsus antara lain memberikan Nahdlatul Ulama status dan dana bagi

kegiatan-kegiatan keagamaan, Idham Chalid (Ketua Umum NU) akan mendukung

Soeharto sebagaimana Soekarno dimasa lalu (Arif Yulianto, 2002: 276). Operasi

khusus melalui intervensi juga dilakukan terhadap kelompok nasional lainnya

seperti : Parmusi, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) yang melalui

konggres bulan Mei 1970 dan dari hasil konggres tersebut didapatkan pemimpin

IPKI yang pro dengan pemerintah (Arif Yulianto, 2002: 268).

Pada kampanye 1971, Golkar diambil alih oleh Depatemen Dalam

Negeri. Depatemen Pertahanan dan Keamanan, dan sekelompok intelektual Orde

Baru yang punya hubungan denagn Ali Moertopo. Tugas berikutnya adalah

mengorganisasikan upaya kempanye nasional dengan mengidentifikasi Golkar

sebagai kekuatan progresif masyarakat Indonesia, kekuatan pembangunan

programatis non-ideologis. Kontak nyata dengan para pemilih dibuat oleh pejabat-

pejabat kelurahan dan desa dibawah pengawasan pejabat-pejabat Departemen

Dalam Negeri tingkat kecamatan, kotamadya, dan propinsi. Suatu kebijakan

“monoloyalitas” pejabat kepada Golkar diperkuat oleh komandan-komandan

militer lokal. Sebagian besar ketua Golkar propinsi dan kotamadya, serta

kecamatan, adalah perwira-perwira yang masih aktif berdinas (Liddle, 1992: 37)

Program kampanye partai Katolik dalam pemilu 1971 dinamakan trilogy

perjuangan yaitu : demokrasi, pembaharuan dan pembangunan. Ketiga hal

tersebut terinspirasi dari perjuangan kemerdekaan RI (Kompas, 21 April 1971).

Dalam kampanyenya, partai Katolik lebih menunjukkan peranan partai politik

dalam pembangunan negara, bersifat integratif, memperjuangkan seluruh bangsa

tidak berjuang untuk kepentingan golongan sendiri dan terbuka terhadap konsepsi-

konsepsi pembaharuan dari pihak manapun.

Page 59: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

45

Partai-partai politik penting seperti (NU dan PNI) menyatakan keberatan

karena Sekber Golkar tidak bertindak jujur sebelum pemilu, namun partai-partai

tampak optimis. PNI masih mengharapkan setidaknya bisa meraih 78 dari 360

kursi yang diperebutkan. Hadisubeno, ketua PNI bahkan meramalkan bahwa

presiden akan memasukkan pemimpin-pemimpin PNI dalam kabinet baru.

Sementara itu, NU mengharapkan 100 kursi sebagai targetnya, dan Parmusi yang

baru saja didirikan berharap memperoleh 50 kursi. Partai-partai lain tidak

mempunyai target. Mereka memahami bahwa mereka tidak bisa menyaingi partai-

partai politik yang besar dan Sekber Golkar. Kenyataannnya, bebeapa partai kecil

tidak tertarik untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum. Hasil pemilihan

muncul sebagai kejutan besar bagi beberapa pemimpin partai. Sekber Golkar

memenangkan 62, 8 % suara (227) kursi sementara NU hanya meraih 18 % (58)

kursi dan PNI 6, 93 % suara (20) kursi. (Leo Suryadinata, 1992). Tiga partai

meraih kursi kurang dari sepuluh yaitu Parkindo (7) kursi, partai katolik (3) kursi,

Perti (2) kursi. Partai IPKI dan Murba tidak meraih kursi. (http://www.suara-

karya.com diakses tanggal 15 Februari 2010). Hasil pemilihan umum tahun 1971

secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

Page 60: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

46

Tabel 1.

HASIL PEMILIHAN UMUM 3 JULI 1971

No DAERAH PERTI PSII NU PARMUSI GOLKAR PARKINDO MURBA PARTAI PNI IPKI

TINGKAT I KATHOLIK

1 D.I. Aceh 127.58 74.787 80.965 182.458 483.085 9630 330 775 3.834 3.090

2 Riau 10.503 69.837 136.483 187.033 1.786.028 111.988 4.208 44.067 166.135 31.272

3 Sumba 53.536 23.114 35.869 273.104 761.165 7.708 3.821 5.002 5.046 6.492

4 Riau 18.575 9.403 48.184 61.963 515.505 4.540 288 2.908 6.747 1.730

5 Sumsel 10.195 91.889 153.440 169.544 685.732 6.648 1.753 14.053 70.274 10.913

6 Jambi 1.611 4.485 22.077 20.004 408.351 682 160 467 3.043 2.040

7 Bengkulu 5.282 3.600 5.607 19.830 154.805 525 77 469 1.084 2.047

8 Lampung 2.040 47.478 137.800 75.704 869.894 5.422 680 10.933 50.628 2.344

9 Jabar 55.315 304.989 1.310.679 809.700 7.525.797 40.670 10.042 28.013 272.551 69.918

10 Jakarta 11.456 56.381 452.803 150.735 912.400 58.130 5.977 56.370 227.535 138.21

11 Jateng 12.937 90.468 2.382.462 468.704 5.174.182 55.447 7.084 52.745 2.003.177 86.053

12 DIY 4.385 30.832 126.315 108.184 736.493 13.190 1.533 35.439 119.431 6.561

13 Jatim 14.757 154.707 4.387.507 339.919 8.843.077 38.047 3.900 30.47 22.748 31.691

14 Kalbar 1.073 7.322 89.355 57.621 532.836 5.716 441 54.275 24.385 30.358

15 Kalteng 98 4.052 39.802 10.415 200.561 3.547 82 403 1.195 1.942

16 Kalsel 944 6.381 210.941 52.122 516.402 1.940 743 508 3450 2.710

17 Kaltim 653 11.320 68040 19.044 150.146 18.146 3.113 9.225 17.600 1.503

18 Sulut - 96.820 38.575 42.053 472.974 52.238 713 16.343 44.846 13.172

19 Sulteng 231 48.188 18.505 13.563 326.379 10.927 83 624 5.156 1.111

20 Sultengg 207 4.383 7.92 7.257 316.047 424 10 1.187 932 3.813

21 Sulsel 8.755 106.730 230.127 126.905 1.970.501 35.084 440 9.181 6.613 20.361

22 Bali 500 1.181 16.725 5.436 569.404 3.272 748 2.106 130.203 20.254

23 NTB 5.370 52.308 150.110 53.357 736.801 2.465 663 961 47.381 5.558

24 NTT 2.650 11.935 14.413 6.961 706.557 154.532 171 210.312 35.554 5.930

25 Maluku 2321 15.414 33.653 75.694 213.402 98.379 2.006 16.367 21.914 1.507

Jumlah 381.31 1.308.237 10.213.650 2.930.760 34.348.673 733.359 48.175 603.740 8.793.266 338.4

Persen (%) 0,70% 2,30 % 18,67% 5,36% 62,80% 1,34% 0,09% 1,10 % 6,94% 0,62%

Kursi 2 10 58 24 237 7 - 3 - -

Sumber : Kompas, 9 Agustus 1971

Pada pemilu 1971 NU mengumpulkan suara sebesar 10.213.650 berarti

18,6 % dari seluruh suara pemilih sebesar 54.696.887. Sebagian besar suara NU

dihasilkan dari daerah pemilihan di Pulau Jawa 84,8% atau 8,66 juta dari total

suara yang dihasilkan NU secara nasional. Kecuali Masyumi, partai-partai lain

dalam pemilihan umum tahun 1955 umumnya tidak berbeda dengan NU,

mayoritas suara mereka berasal dari Pulau Jawa, PNI 72,9% atau 5,96 juta dan

Page 61: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

47

PKI 89,8% atau 5,46 juta. Suara Masyumi berimbang antara suara yang dihasilkan

Pulau Jawa dengan pulau-pulau luar Jawa. Di Pulau Jawa Masyumi

mengumpulkan suara 51,6% atau 4,05 juta dari total suara 7,9 juta. Keadaan ini

hampir tidak berubah dalam pemilihan umum 1971 kekuatan PNI di Pulau Jawa

menghasilkan suara 82,9% atau 3,14 juta, berarti ada kenaikan sebesar 10%

disbanding tahun 1955, sementara Parmusi memperoleh suara 50% atau 1,47 juta

tahun 1971 berasal dari pulau Jawa. Dalam pemilihan umum 1971 Golkar

menghasilkan suara 62% atau 21,29 juta berasal dari Pulau Jawa. Angka-angka ini

memperlihatkan selama dua kali pemilihan umum 1955 dan 1971 perolehan suara

NU hampir tidak berubah sebagian terbesar 84,7% (1955) dan 84,8% (1971)

berasal dari Pulau Jawa. Jika dibandingkan total suara nasional antara NU dengan

Masyumi dalam pemilihan tahun 1955, NU menghasilkan suara sebesar 18,4%

atau 6,95 juta sementara Masyumi 20,9% atau 7,9 juta. Ini berarti ada selisih 2,5%

suara NU lebih kecil. Akan tetapi setelah suara itu didistribusikan dalam jumlah

kursi yang dihasilkan, kursi yang diperoleh NU turun lebih tajam yaitu NU

mendapat kursi 45 (17,5% dari total kursi 257), sementara Masyumi mendapat 57

kursi (22,2% dari total kursi 257), selisih berubah menjadi 4,7% NU lebih kecil

dibanding kursi Masyumi. Kenaikan jumlah kursi Masyumi dibanding perolehan

suara nasional berasal dari suara yang didapat di daerah luar pulau Jawa yang

bilangan pembagi pemilihannya (BPP) lebih kecil dibanding BPP pulau Jawa, di

daerah mana Masyumi mengantongi suara 48,4% dari total suara nasional yang

didapatnya. Presentase suara Masyumi di luar pulau Jawa membawa keuntungan

kenaikan jumlah kursi yang didapat.

Sebagian besar partai-partai politik kecuali NU tampil sangat buruk

dalam pemilu. PNI misalnya, yang mendapatkan 22,3 % suara (54) kursi dalam

pemilu 1955 hanya meraih kurang dari 7% suara. Hal ini disebabkan karena

pegawai-pegawai negeri yang memberikan suaranya untuk PNI masa lalu,

mengalihkan suaranya untuk Golkar pada pemilu 1971. Suara pegawai negeri

begitu penting karena jumlah mereka sangat banyak dan sangat berpengaruh

dalam menentukan perilaku penduduk pedesaan dalam pemilihan. PNI di masa

lalu mampu memperoleh jumlah pemilih yang sangat besar karena

Page 62: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

48

diidentifikasikan sebagai partai pegawai negeri. NU bisa mempertahankan

presentasenya seperti yang diraih pada 1955, karena sebagai partai ulama yang

mendapat dukungan dari komunitas keagamaan dan bukannya dari pegawai negeri

(Ali Moertopo, 1973: 411).

Perolehan hasil suara Golkar jika dibandingkan dengan sembilan partai

lainnya yang digabungkan dalam dua kelompok yaitu Kelompok Persatuan

Pembangunan (PSII, NU, Parmusi, Perti) dan Kelompok Demokrasi (Partai

Katolik, Parkindo, Murba, PNI, IPKI), dapat dilihat pada table berikut ini :

Page 63: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

49

Tabel 2.

Perbandingan Jumlah Suara Kelompok Demokrasi

Pembangunan, Kelompok Persatuan Pembangunan & Golkar

Pada Tahun 1971

No Daerah

Tingkat I

Kelompok Persatuan

Pembangunan

KelompokDemokrasi

Pembangunan

Golkar

1. D.I. aceh 465.791 17.659 483.085

2. Sumut 403.856 357.670 1.786.028

3. Sumbar 385.623 28.069 761.165

4. Riau 138.125 16.213 515.505

5. Sumsel 425.068 103.641 685.732

6. Jambi 48.177 6.392 408.351

7. Bengkulu 34.319 4.202 154.805

8. Lampung 263.022 70.007 869.894

9. Jabar 2.480.683 421.194 7.525.797

10. Jakarta 535.713 486.226 912.400

11. Jateng 2.954.571 2.204.506 5.14.182

12. DIY 269.716 176.154 736.493

13. Jatim 4.896.890 126.856 8.843.077

14. Kalbar 155.371 115.175 532.836

15. Kalteng 54.871 7.169 200.561

16. Kalsel 270.388 9.351 516.402

17. Kaltim 99.057 49.587 150.146

18. Sulut 177.448 127.312 472.974

19. Sulteng 80.487 17.901 326.379

20. Sultengg 19.767 6.366 316.047

21. Sulsel 472.517 71.679 1.970.501

22. Bali 23.842 156.583 569.404

23. NTB 261.145 57.028 736.801

24. NTT 35.959 406.499 706.557

25. Maluku 127.082 140.173 213.402

Sumber : Kompas, 9 Agustus 1971

Page 64: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

50

Pada pemilu 1971 partai-partai yang kemudian tergabung dalam PPP

memperoleh suara yang cukup besar di Jawa yang meliputi Jawa Barat berhasil

meraih 2.480.683 suara, Jawa Tengah meraih 2.954.571 suara dan di Jawa Timur

berhasil meraih 4.896.890 suara. Sedangkan di Maluku partai-partai yang

kemudian tergabung dalam PDI berhasil meraih 140.173 suara. Begitu pula di

propinsi Nusa Tenggara Timur berhasil meraih 406.499 suara dan di Jawa Tengah

berhasil meraih 2.204.506 suara. Sementara itu, Golkar berhasil meraih suara

yang cukup besar di propinsi Jawa Timur dengan perolehan 8.843.077 suara, di

Jawa Barat berhasil memperoleh 7.525.797 suara, di Sulawesi Selatan berhasil

meraih 1.970.501 suara dan di Sumatera Utara berhasil meraih 1.786.028 suara.

Golkar unggul dibeberapa daerah kecuali di propinsi Sumatera Selatan yang

diungguli oleh PDI dengan perolehan 103.641 suara dan di jawa Tengah yang di

ungguli oleh PPP dengan perolehan 2.954.571 suara. Golkar unggul disemua

daerah. Sedangkan urutan kedua adalah Kelompok Persatuan Pembangunan

kecuali di Maluku, NTT dan Bali. Kelompok Demokrasi berhasil memperoleh

suara terbesar di kedua daerah tersebut karena penduduknya mayoritas Kristen,

sedangkan di Bali lebih pada kuatnya unsur-unsur nasionalisme daripada

agamanya.

Perti dan partai kecil lainnya yang kalah dalam pemilu, yakin bahwa

pemerintah tentunya masih memberi kesempatan bagi partai-partai tersebut dalam

pemilu yang akan datang. Bagi Perti, kemenangan Golkar di luar dugaan, dengan

perolehan hasil yang besar mendorong Perti melakukan koreksi diri atas

kegagalannya dan menentukan langkah-langkah yang sebaik-baiknya untuk

menghadapi pemilu 1977, walaupun dalam wadah partai yang baru (Kompas, 6

Juli 1971). Sedangkan Partai Murba merasa kecewa terhadap hasil perolehan

suara diberbagai daerah. Jumlah suara yang diperoleh jauh lebih sedikit

dibanding anggota yang terdaftar. Meskipun begitu, partai Murba tetap bersikap

bijaksana dengan melaksanakan perjuangan aspirasi sosialisme di Indonesia

dengan kepemimpinan Soeharto. Tanggapan partai Murba terhadap kemenangan

Golkar merupakan kemenangan kekuatan yang berjuang untuk menegakkan

Pancasila, UUD 1945, politik luar negeri bebas aktif anti penjajahan serta untuk

Page 65: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

51

pelaksanaan pembangunan mewujudkan masyarakat adil dan makmur (Kompas,

17 Juli 1971).

Pada pemilihan umum 1971, partai pemerintah, Sekber Golkar,

memenangkan 227 kursi. Bersama dengan 100 anggota yang diangkat pemerintah,

pemerintah memiliki sekitar 327 suara dari 460 kursi yang tersedia. Karena

proporsi suara pemerintah yang besar sekali, Sekber Golkar dapat mengusulkan

dan menyetujui sebagian besar rancangan Undang-undang. Dalam rangka

mengawasi DPR, tidaklah cukup untuk hanya bersandar pada anggota-anggotanya

yang diangkat. Pemerintah harus menempatkan wakil-wakilnya di DPR melalui

pemilihan umum berkala. Untuk menjamin kemenangan Sekber Golkar dalam

pemilu-pemilu mendatang, pemerintah bermaksud memperbaiki Sekber Golkar

untuk membuatnya lebih efektif (Leo Suryadinata, 1992: 48). Kemenangan

Sekber Golkar dalam pemilu 1971 merupakan bukti perkiraan-perkiraan yang

telah dapat diperhitungkan sebelumnya, satu dan lain hal karena rakyat yang

selama ini telah dikecewakan oleh partai-partai politik benar-benar menaruh

harapan pada Sekber Golkar (Al Moertopo, 1974: 82).

Strategi politik berkenaan dengan pembinaan kehidupan kepartaian

melihat bangsa sebagai satu kesatuan politik yang terdiri dari lembaga-lembaga

politik yang mebentuk mekanisme politik nasional dan masyarakat pada

umumnya yang menjadi penunjang kehidupan kelembagaan tersebut. Pembinaan

kehidupan kepartaian, keormasan dan kekaryaan dijadikan sebagai pengarahan

bahwa golongan yang satu melihat golongan yang lain sebagai partner

berdemokrasi dan partner membangun. Pengelompokan partai-partai merupakan

bagian pelaksanaan diktum ini (Ali Moertopo, 1974: 76). Dengan kemenangan

Golkar dalam pemilu, presiden Soeharto mengajukan berbagai Rancangan

Undang-undang (RUU) partai politik dan Golkar dibahas di DPR. Rancangan

Undang-undang (RUU) ini pertama kali diajukan pada tahun 1968 bersama –sama

denga RUU pemilu (kemudian disebut RUU partai politik, Oganisasi Massa,dan

Golongan Karya) tetapi gagal dibahas karena dilihat oleh partai-partai politik,

yang masih mempunyai pengaruh yang kuat, sebagai restrukturisasi sistem politik

yang merugikan. Hanya setelah pemilu 1971, dengan kemenangan Golkar yang

Page 66: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

52

luar biasa dan menguatnya pengaruh militer di parlemen, restrukturisasi partai-

partai politik menjadi kenyataan. Restrukturisasi partai-partai politik dipandang

oleh partai-partai politik sebagai cara untuk memperlemah posisi partai-partai

politik, karena dengan menghimpun partai-partai yang berbeda dalam suatu

wadah, hal itu akan menimbulkan perpecahan didalam partai baru itu. Pemerintah

menolak dan anggapan ini dan menyatakan bahwa restrukturisasi dimaksudkan

untuk menciptakan partai-partai politik yang lebih efektif dan mengurangi

perbedaan (Leo Suryadinata, 1992: 79).

3. Perombakan Sistem Kepartaian Melalui Fusi Partai Politik

Fusi partai politik tidak berarti matinya partai politik. Sebaliknya, justru

merupakan pertumbuhan baru partai-partai politik kearah yang lebih sehat dan

kuat serta menimbulkan kepercayaan pada diri sendiri, bahwa demokasi yang

sedang ditumbuhkan telah ditemukan makna rasa tanggung jawab dan

kepentingan bersama dan pembangunan. Keinginan rakyat adalah pembangunan

disegala bidang termasuk pembangunan dari pembaharuan kehidupan politik.

Dalam rangka pembangunan jumlah partai-partai politik yang banyak, semua

partai politik harus berpijak pada ideologi nasional pancasila. Semua partai politik

sebagai penegak-penegak demokrasi ingin mencapai tujuan-tujun politiknya

dengan cara damai dan demokrasi. Oleh karena itu perbedaan yang memang ada

soal titik berat perhatian pada salah satu segi pembangunan dan penentuan cara

tepat untuk mencapainya (Kompas, 27 Februari 1973 ).

Strategi pemerintahan Orde Baru dalam rangka melaksanakan pancasila

dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen adalah dengan strategi yang

diperkenalkan sebagai trilogi pembangunan. Trilogi pembangunan terdiri dari: (1)

Terciptanya stabilitas politik yang mantap, yang memungkinkan kelangsungan

jalannya pembagunan nasional; (2) Pertumbuhan ekonomi yang tinggi; (3)

Pemerataan hasil pembangunan untuk memenuhi prinsip keadilan sosial.

Intensitas kehidupan politik dan konflik ideologi yang tinggi diera Orde Lama

dinilai tidak kondusif bagi jalannya pembangunan bangsa, oleh karena itu

diperlukan pembaharuan atau penyederhanaan sistem politik. Hal ini dilakukan

Page 67: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

53

dengan penyederhanaan jumlah partai. (http://id.wikipedia.org/wiki/trilogi

pembangunan diakses tanggal 19 April 2010). Program fusi partai merupakan

wujud konkret kecenderungan pemerintah Orde Baru dalam hal perampingan

sistem kepartaian dan pembatasan jumlah partai untuk tujuan mengamankan

program stabilisasi. Disamping itu, program fusi ini juga merupakan salah satu

langkah sistematis dari penguasa Orde Baru untuk membangun sebuah model

menejemen politik yang dianggapnya berdaya dukung bagi upaya stabilisasi dan

mengamankan pembangunan ekonomi berorientasikan pembangunan (Eep

saefulloh F, 2000: 194). Sedangkan menurut Mahrus Irsyam (1984: 49-50), fusi

partai ini memiliki tiga tujuan. Pertama, penggantian lembaga politik lama

khususnya partai politik dengan lembaga politik baru atau partai politik baru.

Kedua, menghendaki pembatasan yang tegas antara pelembagaan peran di

wilayah politik dengan non politik. Ketiga, perubahan nilai dan norma dengan

nilai dan norma baru.

Pemilihan umum 1971 telah menampilkan kekuatan politik baru dengan

kemenangan Golkar. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hasil pemilihan

tahun 1971 secara tegas menyatakan bahwa dalam pemilihan umum tahun 1977

hanya ada tiga peserta. Pada tahun 1973 semua partai politik menganggap sudah

tiba untuk menuju pada peleburan atau fusi partai. Bukan lagi untuk

mengelompok tetapi sebagai satu kesatuan wadah kegiatan politik (Manuel

Kaiseipo, 1981). Realisasinya adalah sembilan partai yang disederhanakan

menjadi dua partai, disamping adanya golongan Karya. Pertama, Partai Persatuan

Pembangunan (PPP) yang berasaskan spirituil sebagai fusi dari partai Islam

Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslim Indonesia (Parmusi), Parti Sarekat Islam

Indonesia (PSII) dan Pergerakan Tarbiyah Islamiah (Perti) yang tadinya

bergabung dalam kelompok Persatuan Pembangunan. (Elizabeth Sukamto, dkk,

1991: 70). Struktur kepemimpinan PPP diusahakan dapat menampung partai

pendukung secara proporsional dengan pertimbangan kekuatan dalam pemilu

1971. oleh karena itu, NU paling dominan dalam posisi pengurus PPP. (Affan

Gaffar Karim, 1995: 69). Hampir semua jabatan penting dan strategis dalam

kepengurusan PPP diduduki oleh orang-orang NU. Dominasi NU yang besar ini

Page 68: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

54

merupakan konsekuensi perimbangan kekuatan dari hasil pemilu 1971, yang

membuktikan bahwa NU paling banyak menjaring suara disebanding tiga partai

Islam lainnya yang ikut berfusi (Khoirul Fathoni dan Muhammad Zen, 1992: 49).

Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat PPP sebagai berikut (Kedaulatan Rakyat,

16 Februari 1973) :

Ketua Umum : H.M.S. Mintaredja, SH

Wakil Ketua Umum : H. Nurdin Lubis

Ketua I : Drs. H.T.M. Gobel; Nur Hasan,;

KH. Syarifuddin

Zuhri; J. Naro, SH; H. Imam Sofyan.

Sekretaris Jendral : Yahya Ubeid, SH

Wakil Sekretaris Jendral : Drs. M. Husni Thamrin; Yudo Paripurno,

SH; H. Mahmub Djuaidi; Drs. Darussamin

AS; H.A. Chalid Mawardi.

Anggota : M. Yusuf Hasyim; dr. Sulastomo; Djohan

Burhanuddin, SH ; Rusnaizur; H.M. Dahrif

Nasution; Ismail hasan; Mutareum, SH;

Ishakmoro; Ali Hanafiah; Wahid Hasyim;

Drs. Soedardji; Achmad Daenuri; Amir

Husein; Zen Badjuber; m. Fachrurrozi;

Dra. Syamsiah Nur Adnues; Muh. Hartono

BA; Chalidjah Razak; Drs. A. Chalid Ali;

Anshor Syams.

Majelis Pertimbangan Pusat :

Ketua Umum : KH. Manskur

Wakil Ketua Umum : Drs. MA. Gani, MA

Ketua : Djadil Abdullah; T.M. Saleh; Drs.

Syahmanap.

Anggota : K.H. Gozali; Ali Tamin, SH; HM.

Munasir; Ismil Mokonbombang;

Page 69: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

55

Mahmudah mawardi; Syahkawi Mustafa;

H.A. Muip Ali.

Majelis Syuro : K.H. Bisri Syamsuri; K.H. Dachlan; K.H.

Moh Syafei Wirakoesoemah; K.H. Rusli A.

Wahid; K.H. Balya Umar; K.H Zaeni

Mifbah; K.H. Syuhairi Chatib; K.H. Aiz

Halim; K.H. Mustafi Jusuf; K.H. Achmad

Sidiq; Dr. Muhibuddin Wali; K.H. Misbah;

K.H. Aini Chalik; K. H. Usman Abidin.

Golongan Karya (Golkar) yang pendiriannya dimaksudkan untuk

menampung aspirasi politik dari kelompok-kelompok yang aspirasi politiknya

belum tersalur lewat partai-partai yang ada (Elizabeth Sukamto, dkk, 1991: 71).

Hasil pemilu 1955 menempatkan PKI sebagai pemenang keempat. hal ini

menyebabkan posisi PKI menjadi semakin dominan. Sejak tahun 1957 PKI

meningkatkan ekspansi politiknya yang sangat agresif. Di kalangan masyarakat

Masyumi sebagai kekuatan pengimbang terhadap PKI menjadi semakin lemah

kedudukannya secara politis. Apalagi setelah Masyumi dan PSI dibubarkan pada

tahun 1960. selain itu, gagasan Nasionalis Agama Komunis (Nasakom) yang

dicanangkan Soekarno diterapkan secara maksimal oleh PKI. Seluruh

kelembagaan politik yang dibentuk didominasi oleh PKI (Ridwan Saidi, 1993: 3).

Untuk mengimbangi pengaruh PKI, TNI-AD mendukung munculnya organisasi-

organisasi yang akan melaksanakan program-program yang akan melaksanakan

program-program yang sesuai dengan pancasila dan UUD 1945. Dalam periode

ini gerakan golongan-golongan fungsional seperti buruh, tani, nelayan, pemuda,

wanita dll. Yang semula berasal dari organisasi massa (Ormas) partai politik,

menyatakan diri sebagai organisasi fungsional. Organisasi ini kemudian

membentuk organisasi fungsional dalam Pengurus Besar Front Nasional (PBFN).

Maka lahirlah organisasi fungsional Sentral Organanisasi Karyawan Swadiri

Indonesia (SOKSI), Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR),

Koperasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro) yang dipelopori oleh perwira-

perwira TNI-AD. Pada tahun 1963, atas prakarsa Djuhartono dan Drs. Imam

Page 70: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

56

Pratignyo dibentuk Musyawarah Kekaryaan Indonesia (MKI) untuk

mempersatukan seluruh oganisasi fungsional dalam satu wadah namun belum

pernah terwujud dalam bentuk organisasi. Kemudian pada tahun 1964 atas restu

Jendral A.H. Nasution selaku Wakil Ketua PBFN, oleh Djuhartono (Brigjend),

Mukito (Kol), Sutjipto, SH.(Brigjend) dan Mashuri, diubah ide pembentukan satu

organisasi tunggal MKI menjadi satu forum koordinasi bernama Musyawarah

Kerja Kekaryaan Indonesia (MKKI). Tetapi organisasi ini hanya hanya berumur

beberapa bulan saja dan mejadi beku kegiatannya.Belajar dari pengalaman ini,

maka pada bulan Oktober 1964 diadakan suatu pertemuan untuk menghidupkan

usaha koordinasi diantara golongan-golongan fungsional dalam Front Nasional.

Pertemuan tersebut diprakarsai oleh sembilan orang yang kemudian dikenal

dengan nama Panitia 9 dengan anggota : Brigjend Djuhartono, Drs. Imam

Pratignyo, J.K. Tumakaka, Dominggos Nanloby, Pandu Kartawiguna, Kol. Dr.

Anwar Rasyid BA. Mereka menyiapkan penyusunan “ Pernyataan Dasar

Karyawan” , yang ditandatangani oleh Panitia 9 dengan organisasi-organisasi

karya pendukung yang terdiri dari 35 organisasi golongan karya non-afiliasi pada

tanggal 19 Oktober 1964. Selanjutnya pada tanggal 20 Oktober 1964, diadakan

pertemuan dengan organisasiorganisasi golongan non-afiliasi dengan hasil

menyetujui didirikannya Sekber Golkar dan berhasil mengesahkan Anggaran

Dasar-Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang telah disiapkan oleh Panitia 9

(Andreas Pandiangan, 1996: 29-30).

Organisasi-organisasi pendiri Sekber Golkar adalah sebagai berikut : 53

organisasi serikat buruh yang disponsori militer dan organisasi pegawai Negeri,

(Soksi, Serikat Sekerja Bank Indonesia dan Serikat Sekerja Dalam Negeri), 10

Organisasi kelompok cendekiawan (ISIE, ISI), 10 organisasi Pelajar &

Mahasiswa (Gerakan TP, Pemuda Muhammadiyah, Pengurus Besar Pelajar Islam

Indonesia), 4 organisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, 5 Organisasi

Wanita, 4 organisasi media massa, 2 organisasi petani dan nelayan dan organisasi

lainnya (Leo Suryadinata, 1992: 54). Setelah kemenangan Golkar dalam

pemilihan umum 1971, Sekber Golkar melalukan reorganisasi lainnya (para

pengurusnya menyebut konsolidasi) dan namanya secara formal disingkat

Page 71: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

57

menjadi Golkar berdasarkan keputusan Mandataris Ketua Umum Sekber Golkar

Sukowati No. 101/VII/Golkar/1971 tentang struktur organisasi dan Susunan

Personalia Dewan Pimpinan Golkar Pusat. Sebuah publikasi Golkar menyatakan

bahwa presiden Soeharto telah dimintai saran tentang reorganisasi itu melalui

Letjen Darjatmo yang kemudian menyampaikan petunjuk Soeharto kepada

Golkar. Hal ini berarti bahwa Soeharto juga ikut terlibat dalam proses itu

(Andreas Pandiangan, 1996: 32-33).

Pada tanggal 17 Juli 1971, struktur dan komposisi Golkar yang baru

terbentuk. Golkar terdiri dari sebuah Dewan Pimpinan Pusat (DPP) yang

merupakan badan eksekutifnya. Tujuh belas orang, termasuk pejabat militer

jajaran atas, para teknokrat, cendekiawan pro pemerintah, dan ketua-ketua Kino,

menjadi anggota-anggota Dewan Pembina. Pada saat itu, Dewan Pembina secara

teoritis hanya menjadi penasehat, dan pengangkatan ketua-ketua Kino itu

mengidikasikan bahwa mereka digeser ke atas. Dewan Pimpinan Pusat terdiri dari

Mayjen Sukowati sebagai Ketua Umum, dan Kolonel Amir Murtono sebagai

Ketua. Setelah pengaruh ketua-ketua Kino dikurangi, kelompok Soeharto di dalam

dan di luar Hankam, terutama kelompok Moertopo, hampir mendominasi DPP

karena banyak dari mereka yang muncul dari Bapilu. Di bawah Moertopo,

terdapat enam anggota: Kolonel Moedjono, SH (Soksi); Martono (Kosgoro);

Kolonel Malikus Suparto(Kokarmendagri); Drs. Sumiskum (Bapilu), Cosmas

Batubara (Bapilu); dan david Napitupulu (Bapilu). Sekretaris Jenderal Brigjen

Sapardjo (Bapilu), dibantu oleh tiga wakil : Moerdopo (Bapilu); Kolonel

Sapardjo (Kokarmendagri), dan Jusuf Wanandi (Liem Bian Kie, Bapilu).

Disamping jabatan-jabatan diatas, ada lima sekretaris bidang yang ditugaskan

diberbagai sektor (Leo Suryadinata, 1992: 50) .

Peranan Golkar yang penting setelah pemilihan umum 1971 pada bulan

Maret 1972 Golkar menyelenggarakan Rapat kerja (Raker) ke I yang selain

menetapkan pogram-program intern organisasi juga telah menggariskan konsepsi

dan langkah-langkah dalam menghadapi Sidang Umum MPR 1973 yang

merupakan batu ujiannya yang pertama setelah memperoleh legalisasi masyarakat.

Garis-garis perjuangan itu adalah : (1) dibidang ideologi, yakni memperkuat

Page 72: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

58

kedudukan pancasila sebagai satu-satunya ideologi negara; (2) dibidang politik,

yakni (a). menetapkan kehidupan demokrasi Pancasila; (b) mengembalikan fungsi

lembaga-lembaga tinggi negara sesuai dengnaan UUD 1945; (c) mendorong

pembaharuan struktur politik dengan menyederhanakan kepartaian dan kekuatan

sosial-politik; (d) mengubah pola orientasi ideologi menjadi orientasi program

berdasarkan fungsional dan professional; (e) turut menyempurnakan terus aparatur

negara untuk mencapai pemerintahan yang kuat dan bersih; (3) dibidang ekonomi,

yakni (a) membuang slogan-slogan dan menggantikannya dengan perbaikan

ekonomi dan pembangunan yang nyata; (b) membuka pintu bagi modal asing

yang bersifat melengkapi guna menumbuhkan kekuatan ekonomi;mendorong (c)

mengadakan kerjasama ekonomi dengan semua atas dasar saling menguntungkan;

(d) mendorong usaha-usaha swasta, terutama ekonomi lemah, untuk berkembang;

(4) di bidang kemasyarakatan, yakni (a) mengahapuskan fanatisme golongan,

ideologi, agama dan kesadaran nasional yang chauvinisme serta mengusahakan

hidup rukun diantara umat beragama dan penganut kepercayaan terhaap Tuhan

Yang Maha Esa; (b) mengarahkan pembaharuan sistem pendidikan yang

berorientasi pada pembangunan (c). memanfaatkan sumbangan positif unsur-

unsur kebudayaan baik dari daerah maupun dari luar negeri guna memupuk

kebudayaan nasional yang sehat; (5) dibidang Hankam, yakni mengukuhkan dwi-

fungsi ABRI dalam mengemban tugasnya sebagai stabilisator dan dinamisator.

Peranan Golkar adalah untuk menghidupkan dan memumbuhkan kesatuan

profesionil melalui pembentukan wadah-wadah profesi atau yang bersifat

fungsional yang secara langsung akan menggarap masalah-masalah pembangunan

dan dipihak lain Golkar harus menjadi penyalur aspirasi kepentingan-kepentingan

golongan profesi dan golongan fungsionil untuk diperjuangkan dalam tataran

politik nasional. Jalan pikiran ini dianut sebagai dasar pengaturan kerja. Dengan

pembagian kerja dalam berbagai wadah-wadah yang baru, masing-msing dengan

tugasnya yang nyata, maka diharapkan partisipasi rakyat akan semakin meluas

dan meningkat dalam pembangunan bangsa dan negara (Ali Moertopo, 1974: 83) .

Golkar terdiri dari tiga komponen pening yaitu (1) ABRI; (2) Pegawai Negeri; (3)

Page 73: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

59

orang-orang sipil yang bukan anggota ABRI maupun pegawai negeri (Leo

Suryadinata, 1992: 62).

PDI (Partai Demokrasi Indonesia). Proses penyederhanaan partai politik

yang tergabung dalam kelompok Demokrasi Pembangunan di tingkat pusat

berlangsung selama tiga tahun yakni tahun 1970 sampai dengan tahun 1974.

Proses fusi partai itu sangat sulit bukan saja memadukan asas dan program tetapi

memadukan personalia pemimpinnya, hal itu merupakan salah satu faktor yang

menghambat proses fusi. Faktor lain yaitu keengganan, kelambanan dan

pertentangan diantara mereka sendiri (Kompas, 8 Januari 1973). Akhirnya karena

tekanan dari atas fusi berhasil dilaksanakan dan resmi menjadi PDI pada tanggal

10 Januari 1973. PDI yang mempunyai corak Nasionalis-Materialis merupakan

fusi dari lima partai yaitu : PNI (Partai Nasional Indonesia), Partai Katholik, IPKI

(Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia), Partai Murba dan Parkindo (Partai

Kristen Indonesia). Dalam Konferensi Pers yang dihadiri seluruh pimpinan partai,

Drs. Beng Mang Reng Say yang memimpin Konferensi Pers itu menyatakan

bahwa fusi partai yang dideklarasikan itu merupakan hasil klimaks dari proses

penyederhanaan yang telah dijalani oleh kelima partai politik selama tiga tahun.

Pada awal deklarasi dicantumkan bahwa pembentukan PDI itu adalah dalam

rangka pembaharuan struktur dan kehidupan politik menuju kearah sistem

kepartaian yang terbuka untuk semua warga negara tanpa pebedaan suku,

keturunan dan agama. Hal ini sesuai dengan pasal-pasal Ketentuan Pokok

Kelompok Demokrasi Pembangunan dan sesuai dengan TAP. MPRS No. XXII

/MPRS /1966. Deklarasi pembentukan PDI memuat empat diktum pokok

(Kompas, 12 Januari 1973) :

a. Memfusikan diri dalam satu kelompok wadah kegiatan politik yang

berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

b. Mengubah nama kelompok Demokrasi pembangunan menjadi Partai

Demokrasi Pembangunan.

c. Membentuk tim untuk menyusun rencana Anggaran Dasar, struktur

organisasi dan prosedur yang diperlukan dalam hubungan dengan

pelaksanaan fusi tersebut.

Page 74: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

60

d. Penyelesaian hal-hal kerumah tanggaan masing-masing partai dalam

rangka fusi akan diatur sebaik-baiknya oleh setiap partai yang

bersangkutan sesuai dengan norma organisasasi dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya.

Mengenai perubahan nama yang tadinya kelompok Demokrasi

Pembangunan diganti menjadi Partai Demokrasi Indonesia tidak ada hambatan.

Menurut MH. Isnaeni pemilihan nama itu memberikan kualifikasi identitas serta

corak dari partai tersebut bukan Demokrasi Liberal atau Demokrasi Sentral

melainkan Demokrasi Indonesia (Kompas, 10 januari 973). Menurut Anggaran

Dasarnya, PDI adalah partai yang berwatak dan bercirikan Demokrasi Indonesia,

kebangsaan Indonesia dan berkeadilan sosial yang mencoba membangun citranya

sebagai partai rakyat kecil (Prisma, No 12 tahun 1981).

Pada tanggal 16 Januari 1973 Disusun pimpinan inti PDI yang terdiri

dari 25 anggota Majelis Pimpinan Pusat, 11 Dewan Pimpinan Pusat yang terdiri

dari 1 orang ketua umum dan 5 ketua serta 4 Sekjen dikoordinir oleh Sekjen

koordnator. Dalam MPP, tiap partai yang berfusi mendapat tempat untuk 5 orang

anggota, sehingga seluruh anggota MPP berjumlah 25 orang. Pimpunan MPP

dipegang sekaligus oleh Pimpinan Dewan Pimpinan Pusat dan seluruh anggota

inti mengirimkan instruksi untuk membentuk wilayah dan cabang PDI didaerah.

Dengan adanya peleburan partai otomatis anggota dari kelima partai-partai yang

berfusi belum resmi bubar dengan tebentuknya PDI, tetapi tinggal mengatur

proses pembubarannya saja (Kompas, 16 Januari 1973).

Susunan lengkap Pengurus Pusat Partai Demokrasi Indonesia sebagai

berikut :

I. Majelis Pimpinan Pusat terdiri dari 25 orang yaitu : Achmad

Sukarmdidjaja, Dr. HMNM. Hasjim Ning, Andi Parenrengi Tanri,

Mustafa Soepangat, WA. Valik, Drs. Ben Mang Reng Say, RG. Duriat,

Palausuka, FS. Wignyosumarsono, Drs. MB. Somosir, Alexander

Wenas, JCT. Simorangkir SH, Sabam Sirait, JHD. Tahamata, Drs. TAM.

Simatupang, Sugiarto Murbantoko SH, John B. Andreas, Drs. Zakaria

Page 75: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

61

Raib, Djon Pakan, Muhidin Nasution, Mh. Isnaeni, Prof. Sunawar

Sukowati SH, Abdul Madjid, Drs. Hardjanto, Drs. Gowi.

II. Dewan Pimpinan Pusat

Ketua Umum : Mh. Isnaeni

Ketua : Achmad Sukarmadidjaja, Drs. Beng

Mang Reng Say, Alexander Wenas,

Sugiarto Murbantoko, Prof.

Sunawar Sukowati, SH.

Sekretaris Jendral Koordinat : Sabam Sirait

Sekretaris Jendral : WA. Chalik, FS.Wignyosumarsono,

Djon Pakan, Abdul Madjid.

Secara umum fusi partai politik membawa sejumlah konsekuensi buruk

bagi partai politik. Pertama, posisi partai politik begitu tergatung pada tendensi

politik nasional yang sebenarnya tidak mengakar pada rakyat banyak. Kedua, fusi

menjadikan partai politik sulit menjelaskan esensi kehadirannya dihadapan tata

politik nasional yang ada (Elizabeth Sukamto, dkk, 1991: 88). Meskipun bagi

kalangan partai politik, restrukturisasi politik dengan cara fusi dianggap

melemahkan posisi partai, karena dengan menghimpun partai yang berbda

kedalam suatu wadah akan timbul perpecahan didalam partai baru (Liddle, 1992:

36). Namun demikian dorongan fusi justru disambut baik oleh kalangan Islam

karena dianggap baik dalam menyatukan barisan. Semangat ini tercermin dari

awal pergantian nama Kelompok Persatuan Pembangunan menjadi Partai

Persatuan Pembangunan. Pergantian ini disambut baik oleh umat partai Islam,

karena hakekat persatuan meningkatkan khidmat umat Islam sendiri. Apa yang

dipersatukan hanya gerak dan langkah partai serta pelayanan keluar dari partai

Islam yang ada di Indonesia (Kompas, 4 Januari 1973).

Pada tanggal 6 Desember 1974 pemerintah menyampaikan Rancangan

Undang-undang (RUU) tentang partai politik dan Golongan Karya kepada DPR.

Rancangan Undang-undang ini cukup penting mengingat bahwa peleburan partai-

partai politik secara besar-besaran adalah untuk pertama kalinya di dalam sejarah

Page 76: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

62

kepartaian di Indonesia, tidak terkecuali bagi partai-partai Islam meskipun aspirasi

Islam menjadi jiwa dari setiap partai. Melihat sejarahnya maka partai-partai

seperti Masyumi adalah partai yang dianggap pelopor dalam gerakan modern

Islam di Indonesia. Sedangkan NU adalah reaksi lain di dalam Islam terhadap

gerakan modernis ini. Di dalam sejarahnya misalnya tidak pernah ada masa

dimana keduanya mempunyai aspirasi politik yang sama. Sedangkan Masyumi

yang kemudian dihidupkan kembali dengan nama Parmusi adalah partai Islam

yang tidak popular dimata pemerintah dan dibubarkan oleh Soekarno. Ini

sebenarnya menunjukkan bahwa didalam tubuh partai-partai yang dileburkan jadi

satu dengan yang lain sukar untuk dijadikan satu begitu saja (Prisma, No. 9 tahun

1981)

Kesulitan serupa terjadi pada peleburan di dalam kelompok Demokrasi

Pembangunan. Di sana dicampur baur semua unsur non-Islam, dari yang

Nasionalis, Kristen, Marxis dan Sosialis. Dalam hubungan itu sejak semula telah

terjadi pertikaian pendapat yang sengit sejauh menyangkut identitas. Pembahasan

apakah Islam, Nasionalisme yang bisa dipakai sebagai asas yang disatugariskan

dengan Pancasila dan UUD 1945 atau tidak, memakan waktu lebih dari tiga bulan

untuk akhirnya disetujui. Partai-partai tersebut berusaha sejauh mungkin agar asas

yang menunjuk identitasnya tidak hilang begitu saja. Adanya perombakan ini di

pelihara melalui berbagai cara pengendalian. Salah satu diantaranya melalui

mekanisme recall, dengan mana pemimpin partai dapat mengenakan tindakan

disipliner terhadap para anggotanya dari Parlemen atas kehendak pemerintah

(Mochtar Mas‟oed, 1989: 64). Dengan adanya usaha ini pemerintah berharap agar

didalam tubuh partai tidak terdapat benih radikalisme yang bisa menobarkan

konflik yang pada akhirnya akan mengganggu program pemerintah, stabilitas

politik dan pembangunan ekonomi. Usaha pemerintah ini juga diperkuat dengan

UU. No. 3 tahun 1975, yang berharap agar partai politik dan Golongan Karya

benar-benar menjamin terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa, stabilitas

politik serta percepatan pembangunan (Amir Mahmud, 1982: 214-215).

Page 77: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

63

B. Perkembangan Partai Politik Tahun 1973-1977

Pembaharuan kehidupan politik masa Orde Baru di Indonesia

memberikan dampak yang nyata bagi partai-partai politik diantaranya:

a. Partai dan Golkar tidak pernah bisa menjadi oganisasi politik yang

mandiri. Hal ini tercermin pada pemilihan pemimpin partai politik

yang ditentukan dari seberapa besar kemauan dan tanggapan politik

pemimpin partai tersebut untuk lebih patuh dan taat pada gagasan

pemerintah tanpa harus mengkritisi gagasan dan program-program

pemerintah. Apabila pemerintah menghadapi pemimpin partai yang

berhaluan keras, kritis, maka ada kecenderungan pemerintah ikut

campur dalam urusan internal partai khususnya pada masa-masa

pergantian pemimpin baik dalam musyawarah atau dalam muktamar.

b. Intervensi negara yang mengatasnamakan pembinaan politik

berdampak pada munculnya para politisi yang memiliki cara

pandang yang sama dengan pemerintah Orde Lama.

c. Pengendalian yang intens melalui pembinaan politik dari kalangan

militer, sehingga cara pandang dan pendekatan yang dipakai bersifat

militer pula (Arif Yulianto, 2002: 217).

Penciptaan jarak antara partai politik dan birokrasi menunjukkan

terututupnya kesempatan bagi politisi yang berasal dari partai agar duduk atau

menempati posisi dalam birokrasi pemerintahan, khususnya posisi sebagai

menteri yang merupakan elit birokrasi. Posisi yang dapat diraih kalangan partai di

DPR semakin kecil, sementara jumlah perolehan kursi fraksi pemerintah semakin

meningkat. Fusi partai yang terjadi pada tahun 1973 membawa dampak yang

cukup besar bagi pertumbuhan partai politik. Penggabungan sembilan partai

menjadi dua partai “baru” sebenarnya lebih didorong oleh faktor luar, dimana

adanya desakan pemerintah dan perubahan politik nasional. Kenyataan ini

memberi dampak pada rendahnya integrasi antara unsur-unsur partai yang ada.

PPP yang terdiri dari keempat unsur partai Islam (NU, Parmusi, Perti, PSII)

menunjukkan bahwa persepsi agama dan pandangan politik tidak selalu sama.

Begitu juga dengan PDI yang bercirikan nasionalis mempunyai perbedaan-

Page 78: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

64

perbedaan yang tajam sehingga sejak bergabungnya kelima partai (PNI, IPKI,

Parkindo, Partai Katholik, Partai Murba) sudah memendam benih-benih konflik

(Suzanne Keller dalam Syamsuddin Haris, 1991: 63).

Posisi yang kurang menguntungkan dirasakan oleh kalangan partai.

Akibatnya, sebagian dari mereka lebih memilih bersikap “akomodatif” dalam

perilaku politiknya. Adapula sebagian yang lain bersikap “ radikal” dalam upaya

mempertahankan ideologi. Politisi yang bersikap radikal pada umumnya

tersingkir dari panggung politik. Berdasarkan kasus konflik dalam tubuh PDI dan

PPP terjadi tarik-menarik dan benturan antara kepemimpinan partai yang

cenderung radikal dan akomodatif. Sikap politisi yang akomodatif dapat bertahan

lama, tapi tidak berarti mereka mampu mengatasi kecenderungan politik yang

berlangsung. Hal ini disebabkan oleh tiga hal diantaranya:

a. Politisi partai memang tidak terlibat dalam proses penataan politik.

Kehadiran partai secara formal diakui, tetapi tidak menjadi bagian

dalam struktur politik. Hal ini dapat dilihat pada pembuatan UU.

b. Ketidakpastian arah pembangunan sistem kepartaian. Partai politik

dilema oleh aturan UU yang berlaku yang membatasi ruang gerak

partai dan satu sisi partai dihimbau dan diminta lebih mandiri dan

diminta lebih madiri dan juga berperan aktif dalam pembangunan.

Partai formal diakui sejajar dengan Golkar, tetapi tidak mempunyai

hak yang sama dengan birokrasi.

c. Tingkat kepekaan elit partai yang rendah terhadap arah perubahan

poltik yang terjadi. Hal ini bersumber dari berkurangnya kalangan

intelektual yang menjadi politisi partai.

Adanya restrukturisasi politik membawa berbagai masalah internal

partai. Konflik partai politik terjadi karena fusi yang dilakukan belum tuntas dan

matang serta adanya perbedaan kepentingan dan ideologis. Pada umumnya

konflik internal PPP dan PDI terjadi akibat persoalan ideologis, kelangkaan posisi

dan sumber kekusaan dalam kepengurusan partai politik serta alienasi politik.

Perbedaan yang terjadi dalam tubuh PDI dan PPP pada hakekatnya menjadi

bagian tak terpisahkan dari sifat fusi. Perbedaan yang ada telah menjadi ciri

Page 79: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

65

identitas setiap berkas partai yang tetap ada walaupun dilakukan fusi antara unsur-

unsur tersebut. Hal ini akan menimbulkan perbedaan cara pandang dan cara

menilai arah penataan politik yang berlangsung maupun hakekat pelaksanaan

kekuasaan pemerintah Orde Baru (Syamsuddin Haris, 1991: 96).

Pasca fusi keadaan PDI tidak jauh berbeda dengan PPP. Pada awal

pembentukan sudah terjadi konflik antar unsur, dimana terjadi pembentukan DPD

PDI Jakarta oleh eks. PNI, IPKI, Murba tanpa mengikutsertakan eks Partai

Katolik dan eks Parkindo. Dalam DPD PDI juga terjadi konflik pada saat

pembentukan Badan Pembina MPR 1973. Isnaeni dan Sunawar (dari eks PNI)

sebagai ketua DPP PDI hasil konggres XII di Semarang, tidak mengikutsertakan

IPKI dan Murba (Jurnal Ilmu Politik No. 13, 1993: 39 ). Tugas pokok PDI adalah

memperjuangkan nasionalisme, demokrasi dan kerakyatan demi tegaknya

Pancasila dan UUD 1945 serta pembangunan nasional yang berkeadilan sosial.

Dalam pelaksanaanya, tujuan-tujuan yang sering diperjuangkan dengan ambisi

kekuasaan yang berlebihan sehingga melunturkan nilai-nilai pengabdian yang

diperjuangkan dan diamalkan. Namun demikian, ada pula berbagai perbedaan atau

kekacauan orientasi dalam memperjuangkan tujuan PDI sehingga menimbulkan

pertentangan yang sering sulit untuk dihindari. Fusi partai ini telah mengaburkan

basis legitimasi identitas masing-masing unsur yang berfusi dalam PDI. Implikasi

politik pasca fusi menimbulkan pola konflik baru yaitu terjadinya perubahan sifat

konflik dari antar partai sebelum fusi menjadi konflik antar unsur partai, terutama

antar Partai katolik, Parkindo, IPKI, Murba versus PNI. Selain konflik diatas

terjadi konflik baru yaitu terjadinya konflik anta elite PNI yang bermula dari

keinginan PNI mendominasi kepanitiaan konggres, sebagaimana disepakati pada

Munas PNI tanggal 2-3 Februari 1974. Sunawar Sukowati dan Isnaeni dicalonkan

sebagai ketua umum DPP dan ketua umum MPP (Kacung Marijan, 1993: 30)

Bagi PDI adanya fusi partai juga membawa sejumlah konsekuensi.

Konsekuessi pertama, timbulnya konflik intern yang berkepanjangan dalam tubuh

PDI. Konflik intern disebabkan oleh dua hal yaitu : persaingan antar unsur dan

antar individu, justru konflik antar individu yang dilandasi kepentingan pribadilah

yang banyak mewarnai konflik dalam tubuh PDI. Konsekuensi kedua, hilangnya

Page 80: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

66

identitas PDI sebagai partai yang bersatu. Latar belakang ideologis yang berbeda

diantara partai yang berfusi menjadikan PDI kehilangan simbol dirinya (Arif

Zulkifli, 1996: 58). Faktor-faktor yang selama ini mengikat partai dengan massa

pendukungnya, menjadi terputus. Dalam keadaan demikian, kepemimpinan partai

sukar diharapkan berorientasi kebawah, sebaliknya lebih tergantung ke atas. Hal

ini menyebabkan terjadinya krisis kepemimpinan. Saling berebut kursi sambil

mendekatkan diri kepada pihak penguasa adalah konsekuansi logis dari rasa tidak

perlunya pertanggungjawaban kepada anggota atau massa pendukung, yang

memang tidak manfaatnya lagi. Faktor lain yang menjadi pemicu munculnya

konflik dihadapkan pada sejumlah persoalan yang vital seperti masalah identitas

pribadi partai dan kaderisasi (Elizabeth Sukamto, dkk, 1991: 95). Dengan latar

belakang idiologi dan sejarah pembentukannya yang berbeda-beda, PDI sulit

untuk menentukan identias yang cocok. Dengan terjadinya fusi partai yang berarti

berakhirnya eksistensi dari partai-partai itu, maka hilanglah identitas masing-

masing partai.

Secara yuridis formal, PDI sebagai hasil peleburan kelima partai telah

merumuskan identitas partainya. Sebagaimana tercantum dalam Anggaran

Dasarnya yaitu berwatak dan bercirikan Demokrasi Indonesia, kebangsaan

Indonesia dan berkeadilan sosial. Tetapi ini nampak belum cukup teruji

keampuhannya sebagai sumber legitimasi dan identitas partai, melalui mana PDI

dapat mengidentifikasikan dirinya terhadap massa pendukungnya (Manuel

Kaisepo, 1981). Usaha yang dilakukan PDI untuk lebih memperjelas identitas

partainya misalnya dengan mengangkat kembali atribut-atribut yang pernah

dipakai oleh PNI sebagai partai yang dominant dalam PDI. Dipakainya simbol

banteng, warna merah dan hitam, dan dimunculkan kembali tokoh Soekarno pada

saat kampanye pemilu, itu semua adalah usaha PDI untuk memperjelas identitas

dan untuk menarik massa pemilihnya (Arif Zulkifli, 1996: 68).

Deliar Noer dalam (Arif Yulianto, 2002) tipologi unsur PPP pasca fusi

1973 ada dua diantaranya : (a) Kelompok modernis terdiri dari Partai Muslim

Indonesia (Parmusi) dan PSII, (b) Kelompok tradisional yang terdiri dari NU dan

Perti. Adanya unsur-unsur tersebut fusi banyak menimbulkan konflik dalam tubuh

Page 81: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

67

partai. PPP sering terjadi perbedaan pendapat antara partai kelompok modern dan

tradisional. Kelompok modern cenderung lebih pro pemerintah, sedangkan

kelompok tradisioanaldianggap radikal. Dalam rangka menunjukkan identitas

Islam, PPP menggunakan simbol lambang Ka‟bah sebagai tanda gambar PPP

dalam pemilu. Hal ini ditolak oleh pemerintah, campur tangan dalam ideologi

partai sering dilakukan oleh Departemen Dalam Negeri/ pejabat militer. Unsur

utamanya adalah persoalan perombakan struktur ideologi, mentalitas dan perilaku

partai politik. Pertentangan kepentingan ideologi sering menjadi ancaman bagi

para aktivis partai politik (Arif Yulianto, 2002: 68). Di dalam menghadapi pemilu

1977 dalam tubuh PPP sangat kompak, kekompakan itu dapat dilihat dari

berhasilnya partai menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) pada tahun

1975. Pada munas ini disepakati bahwa rasio perbandingan jatah kursi masing-

masing unsur dalam PPP untuk pemilu 1977 didasarkan pada hasil nyata

perolehan kursi dalam pemilu 1971, yakni ketika masing-masing unsur masih

menjadi partai yang berdiri sendiri. Konsesus yang selanjutnya dikenal dengan

konsesus 1975 ini, juga menghimbau bahwa demi menjaga ukhuwah Islamiyah,

maka dalam pemilu 1977 nanti pihak yang sudah besar tidak perlu menuntut

tambahan kursi secara mutlak, namun hendaknya rela menyerahkan sekedar satu

atau dua kursi bagi pihak yang lebih kecil (Umaidi Radhi, 1984: 103).

Menjelang pemilu 1977 dalam tubuh PPP, khususnya dalam tubuh unsur

NU kelihatan kompak sekali, sehingga tidak mengherankan apabila banyak warga

(Islam) yang menitipkan suara politiknya kepada PPP. Dan tidak mengherankan

pula karena kekompakkannya yang pada akhirnya menghasilkan kegigihan PPP

dalam menghaapi pemilu 1977. (Syamsuddin Haris, 1991: 60). Kehadiran PDI

secara formal disepakati adanya fusi partai politik yaitu pada tanggal 10 Januari

1973 dengan ditandataganinya deklarasi pambentukan PDI. Selama itu pula sejak

terbentuknya PDI dalam perjalan politiknya selalu dihadapkan pada berbagai

masalah. Selalu ada alasan untuk berbeda pendapat antar kelompok di dalamnya

dan mengembangkannya sebagai sarana untuk saling pukul, saling memojokkan

dan mengucilkan. Kegagalan PDI untuk membangun budaya organisasi tingkat

nasional begitu transparan di mata umum sehingga bagi warga negara yang sudah

Page 82: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

68

dewasa pemandangan yang disuguhkan PDI sangat merisaukan. PDI bisa

dikategorikan gagal melakukan adaptasi terhadap situasi yang telah berubah.

Kegagalan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal ini kemudian

ini kemudian dimanifestasikan dalam bentuk konflik-konflik internal dalam tubuh

PDI (Riswandha Imawan, 1997: 3).

Pembinaan Golkar berjalan dengan pesat dan cukup lancar dibandingkan

dengan partai-partai politik yang sudah mempunyai tradisi dan mekanismenya,

tetapi karena merupakan suatu penglompokan yang baru Golkar dapat tumbuh

dengan pesat. Dengan menjadi jelasnya kehidupan politik selama proses

penyederhanaan partai-partai politik itu semakin jelas peranan dan tempat Golkar.

Rakyat di daerah-daerah pedesaan tidak terikat secara ketat pada organisasi-

organisasi fungsionil dan profesi yang pendiriannya diprakarsai oleh Golkar tetapi

tidak mempunyai ikatan formil dengan Golkar. Hal ini sesuai dengan cita-cita,

disatu pihak untuk membuat partai-partai dan oganisasi politik menjadi partai dan

organsasi kader dan dipihak lain untuk menumbuhkan kelompok-kelompok

profesi dan fungsionil yang akan menjadi tulang punggung pembangunan (Ali

Moertopo, 1982).

C. Pengaruh Fusi Partai Politik Terhadap Perolehan suara pemilu 1977

Bagi Partai Yang Berfusi

1. Kampanye Pemilu 1977

Persiapan pemilu 1977 dimulai tahun 1975, pemerintah mengajukan ke

DPR UU organisasi partai politik dan tata cara penyelenggaraan pemilu. Tujuan

utama kedua UU tersebut adalah membatasi kemampuan partai politik untuk

bersaing dengan golkar. Pembatasan gerak partai diantaranya mencegah pegawai

negeri sipil bergabung dengan partai kecuali Golkar, membatasi pilihan asas

ideologi partai pada UUD 1945 dan Pancasila, sehingga kedua partai tidak bisa

dibedakan dengan Golkar, khususnya PPP. UU pemilu dirancang dalam rangka

mempertahankan kemenangan Golkar pada pemilu 1971 (Liddle, 1992: 40).

Tahun 1976, PPP mengeluarkan maklumat politik tentang dasar-dasar pendirian

politik dan pembangunan menyangkut asas negara hukum, kedudukan partai

Page 83: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

69

politik, penyelenggaraan pemilu, kesejahteraan rakyat, kerjasama internasional,

politik Hankam, pola pembangunan dan peranan agama (Saifuddin Zuhri, 1981:

70).

Isu tentang simbol partai dan Golkar mulai muncul menjelang pemilu

1977. PDI diharuskan mengubah rancangan aslinya dengan perisai yang

mencerminkan salah satu gambar pancasila yang dapat memperkuat identifikasi

partai dengan seekor banteng yang menjadi simbol PNI lama. Pertentangan juga

terjadi antara PPP dan Amir Machmud sebagai ketua LPU tentang simbol Ka‟bah

sebagai symbol PPP. Penolakan simbol PPP oleh Amir Machmud ditujukan

untuk mengaburkan pengakuan pemilih akan sifat Islamis PPP. Pertentangan ini

akhirnya dimenangkan oleh PPP, pihak LPU menyetujui simbol Ka‟bah tersebut

(Liddle, 1992: 41)

Kampanye pemilu dilakukan oleh Organisasi Peserta Pemilu

berlangsung selama enam puluh hari mulai 24 Februari-24 April 1977 (Sinar

Harapan, 23 April 1977). Minggu terakhir sebelum tanggal pemungutan suara 2

Mei direncanakan sebagai “minggu tenang”, saat ketegangan yang timbul selama

kampanye mereda dan kesempatan bagi para pemilih untuk mempertimbangkan

kembali pilihan mereka (Liddle,1992: 41). Semua partai (PDI, PPP, Golkar)

merupakan partner agar kampanye berjalan baik dan terlaksana kompetisi yang

sehat. Kontestan pemilu diberi kebebasan penuh untuk menilai pelaksaan program

pembangunan. Tidak diberinya kesempatan untuk mempersoalkan pembangunan

dengan segala aspeknya, kontestan pemilu cenderung untuk mencari-cari dan

mengajukan program yang kurang riil atau isu-isu yang saling menjatuhkan,

seperti agama, kafir, Orde Baru (Kompas, 9 April 1977).

Selama masa kampanye ketiga kontestan diberi hak yang sama untuk

memanfaatkan semua media komunikasi berupa pertemuan-pertemuan, rapat

umum, ceramah, diskusi, film, slide, kaset maupun fasilitas RRI dan TVRI yang

masing-masing diatur menurut peraturan tersendiri. Melalui media massa tersebut

ketiga kontestan dapat menampaikan program masing-masing dan mengajak calon

pemilih untuk mencoblos tanda gambar PPP (nomor 1), Golkar (nomor 2) dan

PDI (nomor 3) pada tanggal 2 Mei 1977 (Umaidi Radi, 1984: 141).

Page 84: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

70

Kampanye PDI dalam pemilu 1977 lebih ditekankan pada persatuan dan

kesatuan bangsa Indonesia. Perjuangan PDI tidak lepas dari cita-cita bangsa

Indonesia yang berusaha membebaskan dirinya dari kemiskinan, tekanan dan

kebodohan yang menyelimuti hidup bangsa Indonesia (Merdeka, 19 April 1977).

PDI tampil dengan membawa tema “Mengamalkan Pancasila Melalui

Pembangunan Nasional” yang disebutkan bahwa PDI adalah sarana penegak

Demokrasi Pancasila, pemersatu rakyat dan sarana perjuangan rakyat. Program

perjuangan berisi tentang program pembangunan nasional seperti pemerataan

lapangan kerja, kesempatan usaha, pembangunan pertanian dan pedesaan serta

kesempatan usaha bagi rakyat (Rusli Karim, 1983: 54).

Keanggotaan PDI terbuka bagi segenap warga negara RI, tanpa

membedakan suku, keturunan, kedudukan atau agama. PDI merupakan sarana dan

penegak Demokrasi Pancasila sehingga PDI mengemban tugas luhur untuk

mempertahankan, mengawali serta mengamankan dan mengamalkan Pancasila

dan UU 1945. Tujuan PDI adalah mewujudkan mayarakat adil dan makmur

berdasarkan Pancasila. Tekad PDI adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia, keadilan sosial sebagai arah harus ditegakkan dan keadilan sebagai

landasan harus diletakkan dan dimantapkan. (Suara Merdeka, 7 Maret 1977).

Partai Demokrasi Indonesia yang berwatak serta bercirikan Demokrasi Indonesia,

kebangsaan Indonesia dan berkedilan sosial mencoba membangun citranya

sebagai partai rakyat kecil (Daniel Dhakidae, 1981: 32).

Kampanye PDI di Jakarta Utara disemarakkan dengan melakukan pawai

keliling becak, ojek sejauh 10 KM. Pawai tersebut dimulai di Lapangan Mini Yos

Sudarso sampai Lapangan Bola Kramat Jaya. Dalam orasinya, PDI menyatakan

perang terhadap koruptor, PDI menghendaki pejabat yang melakukan korupsi

disingkirkan dari pemerintah Indonesia. Selain itu, dalam bidang pendidikan,

pabila PDI menang alam pemilu 1977, SPP akan dibebaskan. Slogan “Hidup-

hidup PDI” selalu mewarnai setiap kampanye PDI (Sinar Harapan, 5 Maret 1977).

Kampanye PPP dalam pemilu 1977 menekankan tentang makna tanda

gambar Ka‟bah dalam lambang PPP. Ka‟bah yang dua sisi sampingnya tegak

lurus dari atas kebawah menunjukkan bahwa PPP menghendaki sama rata orang-

Page 85: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

71

orang yang ada diatas dan bawah, yaitu antara para pemimpin dan orang-orang

kecil. Kampanye yang diadakan di Lapangan Stasiun Senen Jakarta, ditekankan

pada makna dari pemilu sendiri, pemilu adalah untuk rakyat, bukan rakyat untuk

pemilu. Pemilu merupakan kewajiban mutlak untuk penduduk Indonesia belajar

berpolitik. Slogan PPP yang sering digunakan untuk menarik simpati umat Islam

adalah “Hidup-Hidup Umat Islam, Hidup Orde Baru!” dan “Cobloslah Tanda

Gambar Ka‟bahYang Jelas Islam!” (Kedaulatan Rakyat, 20 April 1977). Dalam

menghadapi pemilihan umum 1977, PPP sejak awal-awal kampanyenya sudah

menangkap isyu agama sebagai satu-satunya perekat utama bagi partainya.

Sasaran kampanye PPP adalah memusatkan diri pada para pemilih tradisional

yaitu umat Islam yang selama ini telah bernaung di bawah organisasi-organisasi

Islam (organisasi massa Islam) atau organisasi yang bernaung dibawah organisasi

pendukung PPP seperti, NU, PSII, Parmusi, dan Perti. Dalam kampanyenya

Partai Persatuan Pembangunan selalu mengemukakan bahwa Partai Persatuan

Pembangunan adalah satu-satunya wadah bagi umat Islam. Dalam rangka

menggalang pemilih tradisional inilah Kyai Bisjri Syamsuri, Rois „Aam, Ketua

Umum Majelis Syuro Partai dan juga Rois „Aam Syuriah PBNU menjelang

pemilu 1977 menyampaikan seruannya :

“…wajib hukumnya bagi setiap peserta pemilihan umum 1977 dari

kalangan umat Islam pria maupun wanita, terutama warga Partai

Persatuan Pembangunan untuk turut menegakkan hukum dari agama

Allah dalam kehidupan bangsa kita, dengan jalan menusuk tanda

gambar Ka‟bah pada waktunya nanti” (Daniel Dhakidae, 1981: 36).

Pada pemilu 1977, PPP beruntung karena banyaknya tawaran

sukarelawan juru kampanye dari orang-orang di luar partai, seperti Nurcholis

Majid, Rhoma Irama dan lain-lain. PPP juga mendapat dukungan sukarelawan

dari kalangan pemuda dan Mahasiswa untuk menjadi saksi di TPS-TPS pada

waktu pelaksanaan pemungutan suara, terutama di kota-kota. Dengan organisasi

dan keuangan yang serba terbatas PPP memasuki masa kampanye dengan

memanfaatkan seluruh fasilitas yang ada. Diluar dugaan ternyata hampir seluruh

Page 86: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

72

kampanye yang diselenggarakan oleh PPP mendapat sambutan dan bantuan

spontan dari massa. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain:

a. PPP dapat meyakinkan para pemilih tradisional kalangan umat

Islam. Pimpinan PPP terlihat kompak dalam menangani semua

permasalahan yang timbul. Hal ini memberikan harapan dan

keyakinan bagi umat Islam baik di dalam maupun di luar partai.

b. Berhasilnya para juru kampanye PPP meyakinkan bahwa PPP

sebagai pewaris dan penerus sah perjuangan partai-partai Islam

yang berfusi (NU, Parmusi, PSII dan Perti).

c. Adanya kecenderungan dikalangan Mahasiswa dan pemuda di

perkotaan untuk mengharapkan agar PPP sebagai kekuatan

alternatif yang dapat mengimbangi dominasi Golkar (Umaidi

Radi, 1984: 142).

PPP sebagai partai gabungan partai-partai Islam mempunyai keuntungan

besar dalam pemilu 1977, diantaranya:

a. PPP tampil sebagai partai Islam, kekuatan Islam sebagai agama

dan cara hidup mampu menarik rakyat Indonesia yang mayoritas

Islam untuk masuk dalam PPP.

b. PPP memperoleh sebagian struktur kader NU, satu-satunya

partai yang mampu menahan serangan Golkar pada tahun 1971.

Jaringan kepemimpinan NU dibangun oleh guru-guru agama

yang tidak menduduki jabatan pemerintahan dan karenanya

bebas dari kontrol Golkar.

c. Fusi partai menghasilkan keberuntungan yang tidak sengaja,

karena menjadi lebih mudah menyatukan seluruh umat Islam

dibelakang PPP (Liddle, 1992: 66-67).

Golongan Karya sadar benar bahwa taruhan PPP dalam Islam bisa

menjadi senjata yang ampuh melawannya. Oleh karena itu, seruan tersebut dibalas

dengan semacam pembelaan diri misalnya dalam spanduk-spanduk yang

bertuliskan : “ Tidak benar bahwa orang yang masuk Golkar adalah kafir” Usaha

Golkar tidak lain adalah mementahkan identitas dan proses identifikasi massa

Page 87: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

73

Islam PPP. Di pihak lain Golkar berusaha keras untuk mengidentikkan dirinya

dengan suatu partai yang terdiri dari manusia-manusia modern yang

mengusahakan modernisasi dan pembangunan Indonesia, dan hanya golongan itu

yang mengusahakan kedua tujuan tersebut. Melawan ideologis dan agama Golkar

tidak punya cara lain dari pada bersandar pada pembangunan dan modernisasi

(Daniel Dhakidae, 1981: 37).

Golkar dalam kampanye bertekad bulat untuk mempertahankan

Pancasila serta mengusahakan dengan segala daya dan upaya agar pengalaman

Pancasila menjiwai segala aspek kehidupan manusia dan bangsa Indonesia.

Apabila ada usaha merongrong Pancasila, maka Golkar akan tampil paling depan

untuk senantiasa mengamankan pancasila (Suara Merdeka, 3 Maret 1977). Di

dalam kampanyenya Golkar menyatakan selalu mengamalkan ajaran-ajaran Nabi

Muhammad, dibuktikan oleh Golkar dengan tetap mempertahankan Pancasila dan

UUD 1945 serta melaksanakan pembangunan yang merupakan amal sholeh dan

karya nyata yang hasilnya mau tidak mau harus diakui manfaatnya bagi

masyarakat Indonesia (Suara Karya, 14 Maret 1977).

Beberapa slogan Golkar yang dipakai dalam kampanye yang

dicantumkan dalam surat kabar atau spanduk:

“Pilih Golkar: Golkar adalah tempat dimana semua warga negara

dari suku manapun, dari keturunan apapun berkumpul untuk bahu

membahu memikirkan dan melaksanakan pembangunan bangsa

untuk seluruh Republik Indonesia” (Suara Karya, 3 Maret 1977).

Pada akhir kampanye, partai politik mengalami perdebatan sengit

tentang isu laporan tanda tangan saksi pada pemungutan suara. Menurut UU

Pemilu, formulir harus ditandatangani oleh saksi-saksi partai politik dan Golkar

setelah penghitungan suara dan pencatan suara (Liddle, 1992: 45). Pemilu 1977

berahir pada tanggal 24 april 1977, selama satu minggu dari tanggal 2 April 1977

sampai 1 Mei 1977 merupakan minggu tenang, dimana setiap OPP dilarang

melakukan kampanye pemilu berupa rapat-rapat, pawai, pesta umum, penempelan

poster, plakat, spanduk, tulisan-tulisan di tempat-tempat umum, serta dilarang

Page 88: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

74

mengadakan segala macam dan bentuk pertunjukkan yang bersifat umum (Sinar

Harapan, 23 April 1977).

2. Hasil Pemilu 1977

Presiden Soeharto menyerukan seluruh warga negara yang berhak

memilih dan sudah terdaftar sebagai pemilih turut serta dalam pemilihan umum

pada tanggal 2 Mei 1977 dengan memberikan suaranya secara sadar serta bebas

tanpa paksaan dari siapapun. Pemilihan umum yang diselenggarakan pada tanggal

2 Mei 1977 merupakan yang kedua kalinya selama masa Orde Baru. Hal ini

menunjukkan bahwa Orde Baru benar-benar ingin menegakkan sendi-sendi

demokrasi, sebagai pelaksanaan pancasila dan UUD 1945 secara murni dan

konsekuen. Pemilu yang diselenggarakan ini merupakan suatu sarana untuk

membawakan perubahan kearah kemajuan bagi kehidupan rakyat dan negara.

Disamping itu dengan melaksanakan pemilu rakyat akan dapat menyalurkan

aspirasinya melalui wakil-wakilnya dan pemerintah yang dipercayainya dapat

memberikan kesejahteraan yang semakin meningkat, adil dan merata bagi seluruh

rakyat. Pemilu merupakan pelaksanaan hak asasi kehidupan bangsa dan negara

yang demokratis yang menginginkan pemerintahan negara dari rakyat, oleh

rakyat, dan untuk rakyat (Sinar Harapan, 2 Mei 1977)

Pemungutan suara dilaporkan tertib dan lancar. Jakarta dan sekitarnya

termasuk Tangerang dan Bekasi aman. Diwilayah Jawa dan Nusa Tenggara juga

tidak terdapat gangguan. Untuk mengamankan 3.198 TPS di wilayah Jakarta

Pusat dipersiapkan sekitar 6.400 Hansip. Mereka bertugas antara lain menjaga

keamanan areal TPS. Slogan “Mari Sukseskan Pemilu” selama bulan-bulan

sebelum pelaksanaan pemilu menunjukkan bahwa demi kemantapan Demokrasi

Pancasila, maka harus dijaga agar pemilu 1977 diselenggarakan dan diselesaikan

dengan sebersih-bersihnya. Kecurangan tindakan dan penyelewengan dalam

penyelenggaraan pemilu berari mengkorupsikan kepercayaan rakyat (Sinar

Harapan, 3 Mei 1977). Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah dalam

menghadapi pelaksanaan pemilu ini. Oleh Kopkamtib telah dibentuk Forum

Kontak Komunikasi ditingkat pusat sampai daerah yang fungsinya untuk

Page 89: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

75

memusyawarahkan segala sesuatu yang menyangkut pelaksaaan pemilu sehingga

percikan-percikan massa kampanye dapat diselesaikan dengan semangat

kekeluargaan.

Dalam segi penegakan hukum pada pemilu 1971 jelas sekali terlihat

perhatian yang besar dari pada kontestan untuk memberi bantuan hukum tehadap

anggota atau simpatisan mereka yang diajukan ke pengadilan. Pimpinan partai

politik pada waktu itu membentuk beberapa team yang dikirim ke beberapa

daerah untuk memberi bantuan hukum kepada anggota mereka yang dihadapkan

ke meja hijau, akan tetapi pemilu 1977 ini konsistensi penegakan hukum oleh

badan peradilan tidak begitu bersemarak. Dalam pemilu 1971 secara khusus

diinstruksikan diadakan “Peradilan Kilat” untuk menangani perkara pemilu.

Tetapi pada pemilu 1977 sebagai pengganti “Peradilan Kilat” hanya dianjurkan

untuk memprioritaskan perkara-perkara yang menyangkut pelaksanaan pemilu

(Sinar harapan, 4 Mei 1977).

Pelaksanaan pemilu 1977 mengalami kemajuan dibandingkan tahun

1971, yaitu adanya peningkatan kesadaran rakyat dalam berpolitik. Pelaksanaan

dibeberapa TPS juga berjalan baik, PDI dalam pemilu mengalami kemajuan

tercermin dalam keberanian rakyat menggunakan hak pilihnya (Suara Karya, 3

Mei 1977). Sebanyak 63.495.479 orang menuju kotak suara memberikan

suaranya, dari jumlah yang berhak pilih sebanyak 70.110.007 orang, yang juga

berasal dari penduduk pada tahun 1977 sejumlah 128.808.106 orang. Partisipasi di

dalam pemilihan umum 1977 cukup tinggi, sebanyak 90,55 % yang memilih.

Dipihak lain jumlah mereka yang tidak memilih ternyata meningkat. Bilamana

pada pemilihan umum 1971 yang tidak memilih adalah 5 % maka pada pemilu

1977 yang tidak memilih meningkat menjadi 9,43 % (Daniel Dhakidae, 1981: 33).

Hasil sementara penghitungan suara di DKI Jakarta maupun di daerah-

daerah yang disampaikan pada tanggal 2 Mei 1977 belum bisa dipakai sebagai

patokan kontesan mana yang unggul. Hasil sementara DKI ditunggu langsung dari

komputer pencatat diruang pola Balaikota. Hasil yang diperoleh dari LPU yang

berpusat di Jalan Matraman Jakarta telah mempersiapkan tiga pesawat TV untuk

bisa langsung dilihat oleh masyarakat. Sekretariat DPP Golkar menyediakan tidak

Page 90: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

76

kurang dari tiga puluh buah pesawat atau nomor telepon untuk menerima laporan-

laporan langsung hasil pemungutan suara dari kabupaten-kabupaten seluruh

Indonesia.

Sabam Sirait, Sekjen DPP PDI menilai ada perkembangan demokrasi

dikota-kota besar hal tersebut tercermin pada hasil sementara pemilu 1977. Partai

politik berhasil meraih suara yang cukup banyak perkembangan demokrasi dikota-

kota besar lebih baik dari pada di pedesaan. Hal tersebut disebabkan berkat

adanya bantuan yang diberikan oleh generasi muda serta mahasiswa yang

bermukim dikota-kota besar maupun adanya partisipasi surat-surat kabar dalam

merangsang perkembangan tersebut.

Menanggapi apa yang berhasil dikumpulkan oleh PDI dalam pemilu

1977, walaupun merupakan hasil sementara ada beberapa faktor PDI belum dapat

secara baik terjun dalam pemilu 1977 hal ini disebabkan karena sempitnya waktu

persiapan yang tidak lebih dari setengah tahun merupakan faktor yang banyak

berpengaruh. Disamping itu terlalu banyak masalah intern organisasi yang harus

diselesaikan sehingga PDI terpaksa lebih banyak meluangkan waktunya untuk

mengatasi hal tersebut. Belum mampunya PDI mengumpulkan suara lebih banyak

dikarenakan adanya tekanan yang terlalu besar yang dialami oleh pemilh didesa-

desa (Sinar Harapan, 5 Mei 1977).

Menurut pimpinan PPP wilayah Jawa Tengah ada berbagai masalah

yang menimbulkan kekalahan PPP di Jawa tengah antara lain adanya pemilih

yang tidak didaftar atau walaupun didaftar tidak mendapatkan panggilan untuk

ikut mencoblos. Massa PPP adalah masyarakat dari golongan menengah dan

bawah. Sedikit sekali diantara mereka yang menjadi pegawai negeri. Oleh karena

itu menurut Sekretaris Wilayah Ismail Abdullah massanya tidak banyak yang

masuk Golkar. Jumlah suara yang diperoleh Golkar di Jawa Tengah memperoleh

kemajuan yang cukup lumayan. Hal ini disebabkan karena kota-kota besar di Jawa

tengah menjadi instansi maupun dinas sehingga menjadi pusat potensi Golkar.

Walaupun didaerah-aerah lain seperti Cilacap, Brebes, Banyumas, Pemalang,

Blora, Kudus, Pati, Boyolali, Klaten, Magelang, membutuhkan perjuangan yang

cukup berat. Sedangkan bagi PDI yang potensinya terletak pada eks-massa Partai

Page 91: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

77

Nasional Indonesia (PNI). Tahun 1971 massa PNI di Jawa Tengah meliputi

jumlah 4.000.000 orang dan sebagian besar terdiri dari pegawai negeri, guru

maupun pamong pradja sehingga sebagian besar masuk Golkar. Dari beberapa

daerah pemilihan terdapat perubahan-perubahan angka dari yang pernah

diumumkan terdahulu. Hal itu disebabkan kesalahan atau kekeliruan dalam

penghitungan angka-angka oleh beberapa PPD Tingkat I yang dilaporkan kepada

PPI. Sedangkan hasil-hasil yang definitif diumumkan berdasarkan hasil-hasil

resmi sesuai yang diterima secara tertulis dari PPD (Sinar Harapan, 5 Mei 1977).

Ketua Umum DPP Golkar Amir Murtono menjelaskan sejak semula

DPP Golkar telah memperhitungkan 4 daerah yang dianggap rawan. Pada

keempat daerah tersebut Golkar berusaha sekuat mungkin yaitu di daerah Aceh,

DKI Jakarta, Jatim dan Maluku. Untuk daerah Aceh dinilai bahwa wilayah

tersebut masyarakatnya masih fanatik Islam. Oleh karena itu apabila dalam data-

data sementara hasil pemilu Golkar mengalami kekalahan dalam arti tidak

menyolok namun belum merupakan hasil akhir maka diakui bahwa tanda gambar

adalah faktor yang menentukan masyarakat didaerah tersebut masih menganggap

ada kaitanya antara pemilu dengan agama (Sinar Harapan, 4 Mei 1977).

Periode pasca pemilu merupakan masa kritik yang tajam terhadap

pemerintah atas sejumlah isu yang berkaitan dengan pemilihan umum. Ketika

hasil perolehan suara sementara mulai diterima, para pemimpin partai segera

membuat catatan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi selama pelaksanaan

pemilu. Seperti laporan dari Jawa Timur disebutkan bahwa ada sekitar satu juta

suara yang dinyatakan hangus (Liddle, 1922: 45). Masalah berkurangnya sekitar

satu juta pemilih di Jawa Timur oleh Ketua Umum DPP Partai Persatuan

Pembangunan (PPP) Mintaredja SH. Menjelaskan bahwa berkurangnya satu juta

pemilih di Jawa Timur tidak hanya terdiri dari warga PPP tetapi juga para warga

kedua kontestan.

DPP-PPP telah mengirimkan team ke Jawa Timur untuk menyelidiki

kasus tersebut. Dalam rapat DPP-PPP telah disampaikan beberapa fakta-fakta

penyimpangan yang banyak terjadi dalam penyelenggaraan pemilu diberbagai

daerah. Penyimpangan-penyimpangan ini terutama banyak terjadi di Jawa Timur.

Page 92: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

78

Di daerah tersebut lebih dari satu juta pemilih tidak menggunakan hak pilihnya,

karena tidak menerima surat panggilan memilih (tidak menerima formulir C).

Sebagian dari mereka adalah warga Ka‟bah. Banyak pula perhitungan suara tidak

dilakukan di TPS tetapi dihitung di Balai Desa, dengan terlebih dahulu

mengangkat petinya kesana. Selain itu ada pula pemilih yang melakukan

penusukan lebih dari semestinya. Di Bangkalan, Madura, rata-rata 15 sampai

dengan 20 anggota PPP ditiap-tiap desa, tidak menerima formulir C. I Pasuruan

rata-rata lima orang tiap desa yang tidak menerima formulir C tersebut (Sinar

Harapan, 6 Mei 1977).

Gubernur Jawa Timur Sunandar Priyo Sudarmo telah menginstruksikan

pengulangan penghitungan suara ditiap-tiap kecamatan. Untuk itu Gubernur juga

meminta ketiga kontestan untuk mengirimkan saksi-saksi mereka. Hasil

pertemuan dari Muspida dan partai politik atau Golkar telah didapat kata sepakat

untuk menentukan kerusakan-kerusakan yang dianggap sah atau tidak sah.

Berdasarkan laporan tersebut Tuban memegang rekor dalam jumlah surat suara

yang hangus yaitu 31,23 persen pemilih. Didaerah itu tercatat 463.224 sedang

surat suara yang sah berjumlah 318.554. Suara yang hilang 144,670 aau 31,23

persen. Diderah-daerah lain yang diatas 20 persen adalah Bangkalan, Sampang,

Sumenep, Pamekasan dan Situbondo masing-masing 25,86 persen, 24,5 persen,

24,3 persen, 20,22 persen. Kelima daerah tersebut dikenal dengan daerah yang

dimenangkan oleh PPP.

Lima daerah lainnya yang dimenangkan oleh PPP dan termasuk dalam

surat suara yang hangus adalah Bondowoso 19,86 persen, Kabupaten Probolinggo

18,46 persen, Kabupaten Pasuruan 15,69 persen, Kabupaten Gresik 15,43 persen

dan Kodya Pasuruan 15,37 persen. Kabupaten-kabupaten di Jawa Timur yang

surat suaranya diatas angka rata-rata 16, 10 persen adalah Kabupaten Mediun

18,75 persen, Lumajang dan Jember masing-masing 17,12 persen, Banyuwangi

17,35 persen, Ponorogo 17,12 persen dan Kabupaten Mojokerto 16,13 persen,

prosentase terkecil adalah Kabupaten Bojonegoro yaitu 10,29 persen jumlah

tersebut dari 528.315 pemilih, surat suara yag sah 473.944 suara sedangkan yang

hangus 54.371 suara. Di Kotamadya Surabaya sendiri 11 persen surat suara

Page 93: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

79

hangus yaitu dari jumlah 928.984 pemilih tidak ada satupun daerah daerah

pemilihan tingkat Kabupaten Jawa Timur yang mencapai dibawah 10 persen.

Angka-angka ini dibuat berdasarkan surat suara yang masuk dari tiap kabupaten

untuk DPR pusat (Sinar Harapan, 8 Mei 1977).

Pengumuman perolehan hasil suara disaksikan oleh pimpinan partai

politik dan Golkar, pimpinan DPR/MPR, ketua dan anggota Komisi II DPR,

beberapa Menteri Kabinet Pembangunan, Pimpinan Lembaga Pemerintahan dan

ABRI, para Gubernur seluruh Indonesia serta saksi dari pada ketiga kontestan.

Hasil dari perolehan suara diharapkan pihak-pihak kontestan tetap saling

pengertian dan menghormati hasil tersebut. Berikut Daftar Pembagian Kursi Hasil

kursi Pemilu Anggota DPR Tahun 1977:

Page 94: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

80

Tabel 3.

Hasil Pemilihan Umum Tahun 1977 di Indonesia

No. Daerah

Pemilihan

Jumlah Suara Yang Diperoleh Tiap Organisasi Jumlah Kursi Yang Diperoleh Tiap

Organisasi

PPP GOLKAR PDI Jumlah PPP GOLKAR PDI

1 D.I.Aceh 641.256 460.992 17.390 1.119.638 6 4 -

2 Sumut 706.289 2.112.550 359.937 3.178.776 4 12 2

3 Sumbar 460.024 942.752 14.825 1.417.601 5 9 -

4 Riau 270.374 504.724 21.922 797.020 2 4 -

5 Sumsel 713.310 833.804 126.437 1.673.551 4 5 1

6 Jambi 93.797 500.091 5.062 598.950 1 5 -

7 Bengkulu 59.676 208.684 4.627 272.987 1 3 -

8 Lampung 525.527 1.055.525 125.755 1.706.807 2 5 1

9 Jabar 3.413.310 7.825.728 620.462 11.959.500 14 33 3

10 Jakarta 1.085.069 980.452 430.905 2.496.426 5 5 2

11 Jateng 3.082.757 5.735.376 2.080.580 10.898.716 15 27 10

12 D.I.Y 304.510 741.611 264.671 1.310.792 1 4 1

13 Jatim 5.230.707 8.538.502 741.276 14.510.485 21 35 3

14 Kalbar 218.474 689.376 93.028 1.000.878 1 5 1

15 Kalteng 106.361 278.916 13.999 399.272 2 4 -

16 Kalsel 417.590 419.095 8.554 845.239 5 5 -

17 Kaltim 162.621 261.520 34.958 459.099 2 3 1

18 Sulut 165.026 682.484 88.937 936.447 1 4 1

19 Sultengah 102.552 421.749 7.481 531.782 1 3 -

20 Sulteng 12.791 393.521 3.161 409.473 4 -

21 Sulsel 391.420 2.379.834 22.484 2.793.738 3 20 -

22 Bali 19.318 1.002.143 152.475 1.173.936 7 1

23 NTB 398.234 624.900 63.842 1.086.976 2 4 -

24 NTT 25.451 1.182.116 101.816 1.309.383 11 1

25 Maluku 115.694 436.910 55.403 608.007 1 3 -

26 Irian Jaya 21.353 436.742 44.770 502.865 8 1

Jumlah 18.743.491 39.650.097 5.504.757 63.998.344 99 232 29

Sumber: Suara Karya, 9 Juni 1977 .

Page 95: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

81

Perolehan kursi Golkar pada pemilu 1977 turun. Golkar memperoleh

suara 62, 11 %, perolehan kursi menjadi 232 atau kehilangan 4 kursi dibanding

pemilu 1971. Golkar mengalami kemrosotan dalam mengumpulkan kursi

sedangkan dibeberapa daerah mengalami kenaikan. Di daerah pemilihan di Aceh,

Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah,

Kalimantan Selatan dan Irian Jaya, mengalami pengurangan jumlah kursi.

Sedangkan di Sulawesi Selatan dan Maluku Golkar mengalami kenaikan jumlah

kursi (Sinar Harapan, 9 Juni 1977). Pada pemilu 1977 suara PPP naik diberbagai

daerah, khususnya di DKI Jakarta dan Daerah Istimewa Aceh PPP mengalahkan

Golkar. Perbandingan suara PPP dan Golkar di Daerah Aceh adalah 641.256 :

460.992. Perolehan kursi PPP di Daerah Istimewa Aceh menjadi 6 kursi

sedangkan Golkar turun menjadi 4 kursi. Kemenangan PPP di Daerah Istimewa

Aceh sudah dapat diduga karena penduduknya yang mayoritas beragama Islam

banyak memilih PPP. Sedangkan kemenangan PPP di DKI Jakarta mempunyai

perbandingan suara 1.085.069 (PPP) : 980.452 (Golkar). PPP menang pada

masyarakat pinggiran kota Jakarta yang juga merupakan masyarakat Islam.

Sejak pemilu 1955, DKI Jakarta merupakan daerah basis partai-partai

Islam yang memperoleh 45 % suara. Kekalahan Golkar di Jakarta dikarenakan

tidak maksimalnya penggunaan metode-metode represif dalam kampanye yang

bisa dilakukan di daerah. Hal ini karena faktor penduduk kota Jakarta sendiri yang

terdiri dari berbagai elemen masyarakat mempunyai kemampuan dalam menilai

dan memilih partai politik (Liddle, 1992: 47). Sedangkan menurut Riswandha

Imawan kekalahan Golkar di Jakarta disebabkan kurang jelinya Golkar dalam

menangkap aspirasi masyarakat ibukota. Sedangkan di Jawa Timur meskipun

masyarakatnya juga Islam tetapi Golkar menyadari bahwa daerah tersebut

merupakan yang terbanyak jumlah pemilihnya sehingga penggarapannya

diintensifkan dalam arti konsolidasi organisasi dan mekanisme organisasi benar-

benar dimantapkan dan ternyata sudah tergarap sampai kebawah, sehingga semua

berjalan dengan baik, di Jawa Timur Golkar mengalami kenaikan dari 56 persen

menjadi 61 persen dibandingkan dengan dengan pemilu 1971 (Sinar Harapan, 4

Mei 1977 ).

Page 96: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

82

Secara nasional PPP berhasil meraih suara meraih PPP berhasil meraih

suara 18.743.491 suara dengan perolehan 99 kursi atau bertambah 5 kursi

dibanding gabungan kursi 4 partai Islam (NU, Perti, PSII, dan Parmusi) pada

perolehan pemilu 1971. Kenaikan suara PPP terjadi di banyak daerah yang

menjadi basis-basis eks Masyumi, hal ini seiring tampilnya tokoh Masyumi yang

mendukung PPP, tetapi kenaikan PPP dibasis-basis Masyumi diikuti pula oleh

penurunan suara dan kursi basis-basis NU, sehingga kenaikan suara PPP secara

nasional tidak begitu besar. PPP berhasil menaikkan 17 kursi dari Sumatera,

Jakarta, Jawa Barat dan Kalimantan. Tetapi kehilangan 12 kursi di Jateng,

Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Secara nasional hanya bertambah

5 kursi.

Kekalahan PDI pada pemilu 1977 tampak pada merosotnya perolehan

kursinya dibanding gabungan kursi partai-partai yang berfusi sebelumnya, yaitu

hanya memperoleh 29 kursi atau berkurang 1 kursi dibanding gabungan suara

PNI, Parkindo, dan Partai Katolik. (http://www.kpu.go.id.//sejarah/pemilu 1977

diakses tanggal 27 April 2010). PDI memperoleh tambahan kursi didaerah-daerah

Jawa Barat, Lampung dan Irian Jaya sedangkan di Jawa Tengah, NTT dan

Maluku mengalami pengurangan (Sinar Harapan, 9 Juni 1977 ).

Page 97: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

83

Tabel 4.

Pergeseran Suara Propinsi-Propinsi, 1971-1977 (Dalam Persen )

Propinsi

Golkar PPP PDI

1971 1977 Perubahan 1971 1977 Perubahan 1971 1977 Perubahan

Aceh 49,7 41,2 -8,5 48,9 57,3 +8,4 1,4 1,5 +0,1

Sumatera Utara 70,1 66,4 -3,7 15,8 22,2 +6,4 14,0 11,3 -2,7

Sumatera Barat 63,2 66,5 +3,3 34,5 32,4 -2,1 2,2 1,0 -1,2

Riau 76,7 63,3 -13,4 20,3 33,9 +13,6 2,7 2,7 -

Sumatera Selatan 62,6 49,8 -12,8 30,0 42,6 +12,6 7,4 7,5 -0,1

Jambi 88,2 83,5 -4,7 10,4 15,7 +5,3 1,4 0,8 -0,6

Bengkulu 82,7 76,5 -6,2 15,4 21,8 +6,4 1,9 1,7 -0,2

Lampung 71,8 61,8 -10,0 21,6 30,8 +9,2 6,0 7,4 +1,4

Jawa Barat 76,1 66,3 -9,8 20,3 28,5 +8,2 3,1 5,2 +2,1

Jakarta 46,7 39,3 -7,4 34,8 43,5 +8,7 18,5 17,3 -1,2

Jawa Tengah 50,3 52,6 +2,3 28,7 28,3 +0,4 20,9 19,1 -1,8

Yogyakarta 63,4 56,6 -6,8 21,4 23,2 +1,8 15,1 20,2 +5,1

Jawa Tmur 54,9 58,8 +3,9 39,2 36,0 -3,2 5,8 5,1 -0,7

Kalimantan Barat 66,7 68,9 +2,2 18,7 21,8 +3,1 14,6 9,3 -5,3

Kalimantan Tengah 81,4 69,8 -11,6 16,0 26,6 +10,6 5,0 3,5 -1,5

Kalimantan Selatan 64,8 49,6 -15,2 33,9 49,4 +15,5 1,2 1,0 -0,2

Kalimantan Timur 54,8 57,0 +2,2 30,1 35,4 +5,3 15,2 7,6 -7,6

Sulawesi Utara 60,7 72,8 +12,1 22,9 17,6 -5,3 16,4 9,5 -6,9

Sulawesi Tengah 76,8 79,3 -2,5 19,0 19,3 +0,3 4,2 1,4 -2,0

Sulawesi Tenggara 92,4 96,1 +3,7 5,8 3,1 -2,7 1,9 0,8 -1,1

Sulawesi Selatan 78,4 85,2 +6,8 18,8 14,0 -4,8 2,8 0,8 -2,0

Bali 82,8 85,4 +2,6 2,3 1,6 -0,7 14,9 13,0 -1,9

NTB 69,8 57,5 -12,3 24,7 36,6 +11,9 5,4 5,9 +0,5

NTT 61,5 90,3 +28,8 3,4 1,9 -1,5 29,2 7,8 -21,4

Maluku 47,7 71,8 +24,1 25,4 19,0 -6,4 27,7 9,1 -18,6

Sumber : Liddle, 1992

Hasil pemilu 1971 dan 1977 tidak mengalami perubahan yang

mencolok. Hasil pemilu 1971 merupakan kemenangan besar Golkar, pada pemilu

1977 Golkar memperoleh presentase suara lebih kecil dibandingkan perolehan

Page 98: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

84

suara pada pemilu 1971 ditiga belas dari dua puluh lima propinsi yang

melangsungkan pemilihan umum, meliputi tujuh dari delapan propinsi Sumatra,

Jabar, Jakarta, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, serta Nusa

Tenggara Barat (Liddle, 1992: 47). Disemua tempat kecuali dua propinsi dibawah

ini, kerugian Golkar diiringi dengan keuntungan pertambahan suara PPP. Propinsi

tersebut ialah Sumatra Utara dimana pertambahan PPP (+6,4%) disertai dengan

turunnya Golkar (-3,7%) dan PDI (-2,7%), serta Daerah Istimewa Yogyakarta

dimana Golkar kehilangan 6,8% suara, PDI naik 5,1%, dan PPP naik hanya 1,8%.

Dari dua belas propinsi persentase suara Golkar meningkat, empat

propinsi merupakan penyumbang terbesar antara lain : Jawa Timur, Jawa Tengah,

NTT dan Sulawesi Selatan. Dalam presentase, propinsi-propinsi yang paling

besar menaikkan suara Golkar adalah Nusa Tenggara Timur (+28,8%), Maluku

(+24,1%), Sulawesi Utara (12,1%), Sulawesi Selatan (+6,8%), dan Jawa Timur

(+3,9%). Di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur persentase suara Golkar

dan PPP meningkat sedangkan PDI menurun (Liddle, 1992: 47-48).

Kemenangan kembali Golkar dalam pemilu 1977 antara lain disebabkan

oleh sifat masyarakat Indonesia yang patrenalistis atau bapakisme, yaitu

terikatnya sifat masyarakat Indonesia pada pemuka agama sehingga kalau pemuka

desa menentukan memilih Golkar, maka akan di ikuti masyarakatnya. Golkar

dapat memanfaatkan kondisi tersebut dan menolak bahwa kepala desa melakukan

tekanan-tekanan terhadap penduduknya. Golkar unggul dalam oganisasi, sebagai

gambaran, Golkar mempunyai fasilitas dan peralatan yang dengan cepat

mengetahui hasil-hasil pemungutan suara. Banyaknya pemilih Golkar bukanlah

karena faktor-faktor program yang dijual pada massa kampanye, sebab cara yang

dan isi kampanye para kontestan tidak memenuhi harapan “ penjualan program”

yang memang disebabkan oleh kondisi masyarakat yang belum mampu menerima

uraian program-program. Dibawah ini diuraikan sebab kemenangan Golkar pada

pemilu 1977 :

a. Peningkatan kualitas kestabilan nasional dengan ditumbuhkannya

kesadaran dalam menjaga keseimbangan. Misal : dalam lalu lintas di

Page 99: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

85

jalan semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk mematuhi

peraturannya.

b. Kelangsungan dan peningkatan pembangunan ekonomi untuk

menjawab tantangan banyak hal seperti kesejahteran, pendidikan dan

lapangan kerja.

c. Kelangsungan program yang mencerminkan keadilan dalam

kemakmuran (Kompas, 4 Mei 1977).

Terciptanya hegemoni pada tangan Golkar didukung oleh, pertama,

peran sosial politik militer dilegalisasi dengam kekuasaan yang besar untuk

menjamin terciptanya stabilitas. Kedua, dilakukan depolitisasi massa dengan

alasan agar seluruh rakyat berkonsentrasi dan mengarahkan perhatiannya pada

pembangunan ekonomi. Ketiga, diperkenalkan kebijakan pembatasan peran

partai-partai politik non Golkar. Keempat, pemilihan umum dilakukan dengan

menajemen yang mendukung bagi terjaminnya kelestarian hegemoni Golkar dan

kelangsungan kekuasaan Golkar dalam pemerintahan. Hal ini diwujudkan dengan

dipilihnya sistem pemilihan umum yang kondusif bagi upaya tersebut, serta

dengan melakukan pengaturan-pengaturan tertentu dalam praktek pelaksanaan

pemilu. Kelima, partai-partai politik non Golkar menghadapi persoalan-pesoalan

intern mereka berupa konflik antar unsur atau kepentingan, macetnya kaderisasi,

kelangkan sumber daya, kelangkaan figur pemimpin yang aspiratif dan

akomodatif dan lain-lain (Eep Sefulloh F, 2000: 196).

Pemilu 1977 memberikan pengaruh besar dalam perjalan politik di

Indonesia. Golkar muncul sebagai kekuatan politik yang mampu menstabilkan

posisinya. PPP muncul menjadi kekuatan nasional yang tetap potensial mendapat

tantangan dari propinsi yang masih muda dan sedang berkembang diwilayah

tertentu. Keberadaan PDI masa pemilu tidak mendapat dukungan secara

menyeluruh di wilayah Indonesia, PDI muncul sebagai partai “Jawa”, karena

selain mendapat dukungan di Jawa juga mendapat dukungan di daerah-daerah

transmigran, keturuan Jawa misalnya : Sumatera Utara, Sumatera Selatan,

Lampung.

Page 100: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

86

Golkar dalam pemilu 1977 dapat menunjukkan secara kuantitas dan

proporsional memiliki hak politis atau konstitusional. Sedangkan golongan politik

non Golkar tetap mendapat kesempatan untuk meningkatkan kegiatannya dalam

pembangunan politik negara sehingga tidak ada alasan lagi untuk menekan

golongan non Golkar dalam rangka penghayatan Demokrasi Pancasila (Suara

Merdeka, 5 Mei 1977).

Page 101: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

87

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan yang dijabarkan dalam

pembahasan, maka Penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Upaya penyederhanaan partai politik sudah mulai dipikirkan pemerintah

Orde Baru semenjak tahun 1966. Fusi partai dilatar belakangi karena adanya

kesadaran di kalangan pemerintah dan masyarakat umum bahwa

pembaharuan struktur politik harus dilakukan dengan cara menyederhanakan

sistem kepartaian. Tuntutan terhadap pembaharuan struktur politik semakin

meningkat seiring dengan kritik yang keras terhadap peran partai-partai

politik bahwa sistem banyak partai tidak menjamin stabilitas nasional.

2. Perkembangan partai politik tahun 1973-1977 ditandai dengan adanya

berbagai masalah internal partai. Hal ini disebabkan karena rendahnya

integrasi antara unsur-unsur partai yang ada. Pasca fusi PDI dan PPP belum

dapat menyatukan unsur-unsur di dalamnya sehingga konflik mewarnai

perjalanan partai. Sedangkan Pembinaan Golkar berjalan dengan pesat dan

cukup lancar dibandingkan dengan partai-partai politik tetapi karena

merupakan suatu pengelompokkan yang baru Golkar dapat tumbuh dengan

pesat.

3. Pengaruh fusi partai politik terhadap perolehan suara pemilu 1977, suara

PPP naik diberbagai daerah, khususnya di DKI Jakarta dan Daerah Istimewa

Aceh PPP mengalahkan Golkar. Sedangkan perolehan kursi Golkar pada

pemilu 1977 mengalami penurunan. Golkar memperoleh suara 62, 11

persen, perolehan kursi menjadi 232 atau kehilangan 4 kursi dibanding

pemilu 1971 Dan Kekalahan PDI pada pemilu 1977 tampak pada

merosotnya perolehan kursinya dibanding gabungan kursi partai-partai yang

berfusi sebelumnya.

87

Page 102: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

88

B. IMPLIKASI

1. Teoritis

Negara Indonesia sebagai negara yang demokratis menganut sistem multi

partai yang terdiri dari banyak partai. Berdasarkan pengalaman selama

diberlakukan demokrasi liberal menunjukkan bahwa kehidupan politik yang

didominasi partai-partai politik dengan ideologi yang berbeda-beda menghasilkan

konflik dan ketidakstabilan politik yang berkepanjangan. Atas dasar pengalaman

itu maka arah penataan politik yang dilakukan pemerintah Orde Baru adalah

menyederhanakan struktur kepartaian. Sebagai kelanjutan dari usaha

penyederhaan sistem kepartaian tersebut maka pada tanggal 4 Maret 1970

terbentuk golongan Nasionalis dan pada tanggal 14 Maret 1970 terbentuk

golongan Spiritual. Sehingga pada pemilu 1971 hanya di ikuti 10 kontestan dan

pada tahun 1973 semua partai politik resmi melakukan fusi, dimana golongan

spiritual menjadi Partai persatuan Pembangunan sedangkan golongan Nasionalis

menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Dengan pelaksanaan fusi tersebut maka

dalam pemilu 1977 hanya diikuti tiga kontestan. Pada pelaksanaan pemilu rakyat

berpartisipasi aktif sebagai pemilih. Oleh karena itu, hasil pemilu merupakan hasil

kesepakatan bersama yang menjadi cermin pilihan rakyat dan hasil tersebut harus

diterima partai politik sebagai hasil keputusan bersama.

2. Praktis

Implikasi praktis dari hasil penelitian ini terutama dikaji mengenai pengaruh

adanya fusi partai politik terhadap perkembangan partai politik di Indonesia.

Pengaruh tersebut dapat dilihat secara positif dan negatif. Secara positif dengan

adanya fusi partai mengasilkan keberuntungan bagi PPP karena menjadi lebih

mudah menyatukan seluruh umat Islam dibelakang PPP. Sedangkan segi negatif

dari adanya fusi partai adalah melemahkan posisi partai, karena dengan

menghimpun partai yang berbeda kedalam suatu wadah akan timbul perpecahan

didalam partai baru dan membawa berbagai masalah internal partai.

Page 103: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

89

Implikasi praktis yang dapat diambil dari penelitian ini, adalah sebagai

bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan tentang

kepartian. Pemerintah harus mampu memberikan pengawasan dan pengarahan

terhadap partai politik yang berkembang di Indonesia agar tidak terjadi

perpecahan atau konflik intern dalam suatu partai yang dapat mengganggu

stabilitas nasional.

C. SARAN

Berdasarkan penelitian mengenai Pemilihan Umum di Indonesia Tahun

1977 (Studi Tentang Fusi Partai Politik), maka dapat disarankan sebagai berikut :

a. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa dan sebagai calon pemimpin

harus bisa bersikap demokratis yaitu dengan bersikap bijak, menghargai

perbedaan, dan dapat meredam emosi agar tercipta suatu kerukunan dan

menghindarkan dari perpecahan.

b. Bagi Pendidik

Sebagai seorang pendidik diharapkan mampu menanamkan sikap saling

menghormati dan menghargai kepada para pelajar. Karena dengan saling

menghormati dan menghargai akan dapat mencegah terjadinya suatu konflik.

Disamping itu, juga perlu ditanamkan sikap mengutamakan kepentingan bersama

diatas kepentingan pribadi maupun kepentingan golongan demi persatuan dan

kesatuan bangsa.

Page 104: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

90

DAFTAR PUSTAKA

Affan Gaffar Karim. 1995. Metamorfosis NU dan Politisasi Islam di Indonesia.

Yogyakarta: LKIS & Pustaka Pelajar.

. 1999. Politik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Alfian.1980. Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia. Jakarta: Gramedia.

.1985. Beberapa Masalah Pembaharuan Politik Di Indonesia. Jakarta: PT.

Rajawali.

Ali Moertopo. 1974. Strategi Politik Nasional. Jakarta: CSIS.

. 1982. Strategi pembangunan Nasional. Jakarta. CSIS.

Amir Machmud. 1987. Pembangunan Politik Dalam Negeri Indonesia. Jakarta:

PT. Gramedia.

Andreas Pandiangan. 1996. Menggugat Kemandirian Golkar. Yogyakarta: Bigraf

Publishing.

Arbi Sanit. 1995. Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta kekuatan Politik dan

pembangunan. Jakarta: PT. RajaGrafindo.

Arif Yulianto. 2002. Hubungan Sipil Militer di Indonesia Pasca Orba. Jakarta:

PT. RajaGrafindo Persada.

Arif Zulkifli. 1996. PDI di Mata Menengah Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama

Grafiti.

Arifin Rahman. 1998. Sistem Politik Indonesia. Surabaya: SIC.

Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Logos.

Page 105: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

91

Eep Saefulloh Fattah. 1994. Masalah dan Prospek Demokrasi Di Indonesia.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

. 2000. Pengkhianatan Demokrasi Ala Orde Baru. Jakarta:

Rosda.

Elizabeth Sukamto, dkk. 1991. PDI dan Pembangunan Politik. Jakarta: Rasindo.

Feith, Herbert. 1957. The Indonesian Election Of 1955. New York: Cornell

University Press.

Gottschalk. Louis. 1975. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Hadari Nawawi. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Haryanto. 1982. Sistem Politik: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty.

Helius Sjamsuddin. 1996. Metodologi Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan.

Inu Kencana. 2003. Sistem Admistrasi Negara. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kansil C. S. T. 1974. Inti Pengetahuan Pemilihan Umum. Jakarta: Pratya

Paramita.

. 1979. Partai Politik dan Golkar. Jakarta : Aksara Baru.

Khoirul Fathoni dan Muhammad Zen. 1992. NU Pasca Khittah. Yogyakarta:

Media Widya Mandala.

Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.

Gramedia.

Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan bentang

Budaya.

Page 106: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

92

Leo Suryadinata. 1992. Golkar dan Militer: Studi Tentang Budaya Politik.

Jakarta: Pustaka LP3ES.

Mahrus Irsyam .1984. Ulama dan Partai Politik. Jakarta: Yayasan Perkhidmatan.

Maswadi Rauf. 2001. Konsesus Politik. Jakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Marwati Djoened Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah

Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka.

Miriam Budiardjo. 1982. Dasar- Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.Gramedia.

. 2008. Dasar- Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Jakarta:

PT.Gramedia Pustaka Utama.

Miriam Budiardjo. 1998. Partisipasi dan Partai Politik, Edisi Revisi. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Mochtar Mas‟oed. 1989. Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru. Jakarta:

LP3ES.

Mohctar Mas‟oed dan Mac Andrews, Colin. 2006. Perbandingan Sistem Politik.

Yogyakarta : UGM Press.

Moh. Mahfud. 2000. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Muhammad A. S Hikam. 1999. Politik Kewarganegaraan, Landasan

Demokratisasi di Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Nugroho Notosusanto.1978. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta:

PT. Idaya Press.

.1979. Norma-Norma Dasar Metode Penelitian Sejarah.

Jakarta: Pusat Sejarah ABRI.

Page 107: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

93

Ridwan Saidi. 1993. Golkar Pasca Pemilu1992. Jakarta: Grasindo.

Riswandha Imawan. 1997. Membedah politik Orde Baru. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Rusli Karim. M. 1983. Perjalanan Partai Politik di Indonesia, Sebuah Potret

Pasang Surut. Jakarta: Rajawali Press.

R.William Liddle. 1992. Pemilu-Pemilu Orde Baru. Jakarta: LP3ES.

Saifuddin Zuhri. 1981. Kalaidoskop Politik di Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.

Sartono Kartodirjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.

Jakarta: Gramedia.

Sukarna. 1990. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: CV. Mandar Maju.

Syamsuddin Haris, dkk. 1988. Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia dan PPW-LIPI.

. 1991. PPP dan Politik Orde Baru. Jakarta: Gramedia

Widiasarana

Umaidi Radhi. 1984. Strategi PPP. Jakarta: Integrita Press Indonesia.

Jurnal:

Kacung Marijan, Soerjanto P, Ibrahim A., A. Eby Hara, Ikrar NB, Dhurorudin M,

Hari W, Alfitra S, Rahadi TW, & Akhmad ZA. 1993.” Dinamika konflik

di Partai Demokrasi Indonesia.” Jurnal Politik 13.

R.William Liddle. 1978. February. “Indonesia 1977: The new order’s second

parliamentary election”. The Journal of Asian Studies. Vol 18. Number

2. halaman 175.

Page 108: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

94

Koran:

Abdoel Madjid. 1977 Maret 7. “ Pidato Kampanye PDI” Suara Merdeka. 1.

Ali Moertopo. 1977. Maret. 3. “Golkar Sangat Dibutuhkan Untuk Pembangunan

Bangsa”. Suara Karya. 1.

. 1973. Januari. 7. “Partai Harus Sudah Berfusi Sebelum Sidang MPR”.

Suara Karya. 1.

Amirmachmud. 1977. Juni. 9. “DPR Hasil Pemilu 1977, Golkar 232 Kursi, PPP

99 Kursi, PDI 29 Kursi” Suara Karya. 8.

Antara. 1971. April.21. “Partai Katolik Mengadakan Santiadji Pemilu”. Kompas.

5.

DPP Murba. 1971. Juli 17.Murba Terkedjut Dengan Hasil Pemilu Jang

Ditjapainya.” Kompas. 1.

Frans Seda. 1973 . Januari. 12. “PDI Telah Lahir.”.Kompas. 1.

H.K.1971. Agustus. 9. ”Hasil Resmi Pemilihan Umum 3 Djuli 1971” Kompas. 11.

H. M. S. Mintaredja. 1973. Februari 16 . “Presiden terima DPP PPP”.

Kedaulatan Rakyat. 2.

Idham Chalid. 1973 . Januari. 4 “ Nama Kelompok Persatuan Pembangunan

Akan Dirubah” Kompas. 1.

Ischak Suryodiputro. 1977. April. 23 “ Larangan Selama Minggu Tenang” Sinar

Harapan. 1.

KH. Abubakar Atjeh. 1977. Maret. 14 “ Tusuk No 21.” Suara Karya. 1.

MB. Samosir. 1977. Mei. 3 “ Pendidikan Politik Berhasil “. Suara Karya. 1.

Page 109: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

95

Mashuri. 1977. Mei. 4 “Paternalistik Salah Satu Faktor Kemenangan Golkar”.

Kompas. 3.

M.H. 1977. Mei. 3 “Reaksi Amir Murtono” Sinar Harapan. 6.

Redaktur. 1977. Mei. 2. “Presiden Gunakan Hak Pilih Dengan Tenang Dan

Tertib”.Sinar Harapan. 1.

. 1977. Mei 2. Pemilihan Umum 1977. Sinar Harapan. 7.

. 1977. Mei. 3. “Pemungutan Suara Tertib Dan Lancar”.Sinar

Harapan. 3.

“Sekjen DPP-PDI Nilai Ada Perkembangan Demokrasi Di Kota-Kota Besar.

1977. 4 Mei. Sinar Harapan. 9.

Ruslan Abdulgani. 1977. April. 9 “Semua Kontestan Pemilu Agar Mawas Diri”.

Kompas . 1.

Rusli Halil. 1971. Djuli. 6. “Perti Lakukan Koreksi Diri” Kompas. 8.

Thoha Abdurrahman. 1977. April. 20. “PPP akan perjuangkan ONH Serendah

Mungkin”. Kedaulatan Rakyat. 5.

Majalah:

Dhakidae, Daniel. (1981, September). “Pemilihan Umum di Indonesia”. Prisma 9.

Manuel Kaiseipo, (1981, Desember). “Dilema PDI: Perjuangan Mencari

Identitas”. Prisma 12.

Internet:

http://www.suara-karya.com,15 Februari 2010.

http://id.wikipedia.org/wiki/trilogi pembangunan, 19 April 2010.

http://www.kpu.go.id.//sejarah/pemilu 1977, 27 April 2010.

Page 110: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

96

LAMPIRAN

Page 111: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

97

Lampiran 1:

Hasil Fusi PPP

Sumber: Kompas. 5 Januari 1973.

Page 112: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

98

Lampiran 2:

Pembentukan Pimpinan PDI Tingkat Pusat

Sumber: Kompas. 16 Januari 1973.

Munas PNI

Page 113: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

99

Sumber: Kompas. 25 Januari 1973.

Lampiran 3:

Kampanye Golkar

Sumber: Suara Karya. 3 Maret 1977.

Sumber: Suara Karya. 3 Maret 1977.

Page 114: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

100

Lampiran 4:

Pawai Akbar Golkar

Sumber: Kedaulatan Rakyat. 16 Februari 1977.

Page 115: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

101

Lampiran 5:

Kampanye PDI

Sumber: Kedaultan Rakyat. 28 Februari 1977.

Page 116: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

102

Lampiran 6:

Kampanye PPP

Sumber: Kedaulatan Rakyat. 16 Maret 1977.

Page 117: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

103

Lampiran 7:

Pidato Kampanye PPP

Sumber: Suara Karya. 26 Februari 1977.

Page 118: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

104

Lampiran 8:

Pidato Kampanye PDI

Sumber: Suara Karya. 27 Februari 1977.

Page 119: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

105

Lampiran 9:

Pelaksanaan Pemilu 1977

Sumber: Sinar Harapan. 2 Mei 1977.

Sumber: Sinar Harapan. 3 Mei 1977.

Page 120: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

106

Lampiran 10:

Penghitungan Angka Sementara Pada Pemilu 1977

Sumber: Sinar Harapan. 3 Mei 1977.

Page 121: PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA TAHUN 1977 (Studi Tentang …... · (Studi Tentang Fusi Partai ... Faculty of Teacher Training and Education, ... many of the parties system does not quaranted

107

Sumber: Sinar Harapan. 4 Mei 1977.

Lampiran 11:

Hasil Pemilu 1977

Sumber: Suara Karya. 9 Juni 1977.