Pemikiran Politik Masa Revolusi

38
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Berbagai macam fenomena kenampakan dari politik secara mendasar pasti melihat dari faktor sejarahnya terdahulu, sebagai founding fathers Moh Hatta dan Soekarno merupakan orang yang paling berpengaruh untuk Indonesia ditengah kegentingan menegakan kedaulatan Indonesia pasca kemerdekaan. Dengan mengenal dan mempelajari bagaimana pemikiran-pemikiran beliau diharapkan akan dapat membantu kami selaku praja kader pemerintahan yang nantinya akan bersumbangsih dalam pelaksanaan pemerintahan yang tidak pernah lepas dari politik. II. Rumusan Masalah A. Kapankah masa Revolusi Indonesia itu? B. Bagaimana pemikiran politik mengisi kemerdekaan Ir.Soekarno di periode revolusi? C. Bagaimana pemikiran politik mengisi kemerdekaan Moh. Hatta di periode revolusi? III. Tujuan A. Mengetahui waktu terjadinya periode revolusi

description

pemikiran politik masa revolusi ir. soekarno, dan moh hatta

Transcript of Pemikiran Politik Masa Revolusi

Page 1: Pemikiran Politik Masa Revolusi

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Berbagai macam fenomena kenampakan dari politik

secara mendasar pasti melihat dari faktor sejarahnya terdahulu,

sebagai founding fathers Moh Hatta dan Soekarno merupakan

orang yang paling berpengaruh untuk Indonesia ditengah

kegentingan menegakan kedaulatan Indonesia pasca

kemerdekaan. Dengan mengenal dan mempelajari bagaimana

pemikiran-pemikiran beliau diharapkan akan dapat membantu

kami selaku praja kader pemerintahan yang nantinya akan

bersumbangsih dalam pelaksanaan pemerintahan yang tidak

pernah lepas dari politik.

II. Rumusan Masalah

A. Kapankah masa Revolusi Indonesia itu?

B. Bagaimana pemikiran politik mengisi kemerdekaan

Ir.Soekarno di periode revolusi?

C. Bagaimana pemikiran politik mengisi kemerdekaan Moh.

Hatta di periode revolusi?

III. Tujuan

A. Mengetahui waktu terjadinya periode revolusi

B. Mengetahui pemikiran politiik mengisi kemerdekaan Ir.

Soekarno di periode revolusi.

C. Mengetahui pemikiran politik mengisi kemerdekaan Moh

Hatta di periode Revolusi.

Page 2: Pemikiran Politik Masa Revolusi

BAB II

PEMBAHASAN

I. Revolusi Indonesia

Revolusi Nasional Indonesia adalah sebuah konflik bersenjata dan

pertentangan diplomasi antara Republik Indonesia yang baru lahir

melawan Kerajaan Belanda yang dibantu oleh pihak Sekutu, diwakili

oleh Inggris. Rangkaian peristiwa ini terjadi mulai dari proklamasi

kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 hingga

pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Kerajaan Belanda pada 29

Desember 1949. Meskipun demikian, gerakan revolusi itu sendiri telah

dimulai pada tahun 1908, yang saat ini diperingati sebagai tahun

dimulainya kebangkitan nasional Indonesia.

Selama sekitar empat tahun, beberapa peristiwa berdarah terjadi

secara sporadis. Selain itu terdapat pula pertikaian politik serta dua

intervensi internasional. Dalam peristiwa ini pasukan Belanda hanya

mampu menguasai kota-kota besar di pulau Jawa dan Sumatera,

namun gagal mengambil alih kendali di desa dan daerah pinggiran.

Karena sengitnya perlawanan bersenjata serta perjuangan diplomatik,

Belanda berhasil dibuat tertekan untuk mengakui kemerdekaan

Indonesia.[3] Revolusi ini berujung pada berakhirnya pemerintahan

kolonial Hindia Belanda dan mengakibatkan perubahan struktur sosial

di Indonesia, di mana kekuasaan raja-raja mulai dikurangi atau

dihilangkan. Peristiwa ini dikenal dengan "revolusi sosial", yang terjadi

di beberapa bagian di pulau Sumatera

Page 3: Pemikiran Politik Masa Revolusi

II. Pemikiran Politik Ir. Soekarno

II.1 Biografi singkat

Ir. Soekarno, inilah presiden pertama Indonesia, Sang

Proklamator Kemerdekaan Indonesia bersama Bung Hatta pada

17 Agustus 1945. Soekarno merupakan seorang siswa yang

mendapat pendidikan barat sekuler yang kemudian aktif dalam

kegiatan politik ketika usianya memasuki dewasa. Soekarno lahir

ketika pada masa permulaan era kebangkitan dan pergerakan

nasional. Bagi bangsa Indonesia abad ke-19 merupakan zaman

yang gelap. Sebaliknya zaman itu bagi mereka di belahan bumi lain

adalah zaman penuh semangat di dalam pasang naiknya revolusi

kemanusiaan. Ibunya bernama Idayu Nyoman Ray dan ayahnya

bernama R. Soekemi Sosrodihardjo, kemudian kakaknya bernama

Soekarmini. “Aku adalah anak dari seorang ibu kelahiran Bali dari

kasta Brahmana. Ibuku, Idayu, merupakan keturunan bangsawan.

Raja Singaraja yang terakhir adalah paman ibuku”, ujar Soekarno.

Soekarno mempunyai kakek yang ahli dalam ilmu gaib dan ahli

kebatinan yang bernama Raden Hardjodikromo, dengan

berhubungan terhadap kakeknya ini secara tidak langsung

Soekarno mendapat ilmu kebatinan dalam menjalani karir politiknya

kelak.

Presiden pertama Indoensia ini diberi nama Kusno oleh

Bapak-Ibunya, Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman

Rai. Nama Kusno akhirnya dirubah menjadi Soekarno oleh orang

tuanya karena sejak kelahirannya pada 6 Juni 1901 di Blitar

Soekarno kecil sering sakit-sakitan, kepercayaan jawa mengubah

nama adalah usaha untuk menghilangkan seringnya Soekarno kecil

mengalami sakit-sakitan.

Selepas Sekolah Dasar Bung Karno sudah hidup mandiri,

beliau melanjutkan sekolah di Surabaya yaitu HIS dan HBS.

Selama di Surabaya beliau tinggal di rumah Haji Oemar Said

Page 4: Pemikiran Politik Masa Revolusi

Tjokroaminoto, yang pada akhirnya Bung Karno memperistri putri

dari tokoh Syarikat Islam tersebut. Kemudian Bung Karno

melanjutkan sekolah di THS, atau ITB sekarang ini. Sambil kuliah di

THS Bung Karno aktif di kegiatan- kegiatan politik yang

menyuarakan kemerdekaan Indonesia, akibat dari kegiatannya itu

sejak muda Bung Karno telah akrab dengan penjara, tentu

penangkapan- penangkapan itu atas perintah pemerintah kolonial

Belanda.

Soekarno muda tumbuh menjadi pemuda yang

revolusioner. Ketika mengambil kuliah di THS (Technische

Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi

ITB) di Bandung ia telah aktif dalam pergerakan-pergerakan

politik. Tiada pilihan lain baginya selain berjuang untuk secara

politis menentang kolonialisme dan imperialisme, bahkan hal itu

menggelisahkan profesornya. Pada suatu pagi di awal tahun 1923,

sebagai seorang mahasiswa Soekarno dipanggil untuk menghadap

Rektor Technische Hoge School (THS), yakni Profesor Klopper.

Kepada mahasiswanya itu, sang profesor mengatakan, “Kamu

harus berjanji bahwa sejak sekarang kamu tak akan lagi ikut-ikutan

dengan gerakan politik.” “Tuan,” jawab Soekarno, “Saya berjanji

untuk tidak akan mengabaikan kuliah-kuliah yang Tuan berikan di

sekolah.” “Bukan itu yang sama minta,” sanggah si profesor. “Tetapi

hanya itu yang bisa saya janjikan, Profesor,” jawab Soekarno lagi.

Setelah lulus pada 1926 dari bangku kuliah Ir. Soekarno

mendirikan PNI bersama teman-temanya Pandangan Soekarno

muda ini sangat menonjol, cita-citanya yang besar untuk Indonesia

Merdeka adalah obor yang menyala-nyala dalam sanubarinya.

Pada tahun 1926 pandangannya itu diwujudkan dalam tulisannya

yang berjudul Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme. Dimana-

mana Bung Karno selalu mengatakan bahwa dirinya adalah

Nasionalis, tentu yang menjadi pertanyaan mengapa ia

mengakomodasi Islamisme dan Marxisme? Bagi Bung Karno

Page 5: Pemikiran Politik Masa Revolusi

membebaskan Bangsa Indonesia dari penjajahan kolonial adalah

harga mati. Kedaulatan Bangsa Indonesia adalah kemerdekaan

dari Sabang hingga Merauke. Pada masa perjuangan fisik inilah

Bung Karno tumbuh dan berkembang dan pada masa itu tidak

hanya Indonesia yang berada pada cengkeraman kolonial tetapi

juga negara-negara di Asia dan Afrika. Bung Karno melihat di

semua negri terjajah, termasuk di indonesia, perjuangan

melawan kolonial ini ada dua warna yang dominan yaitu dengan

bendera Islam ataupun bendera Sosialis (Marxis). Bung Karno

mengakui bahwa Islamisme dan Marxisme adalah ideologi yang

lintas bangsa tetapi benang merah yang diambil oleh Bung Karno

adalah semua perjuangan yang ada di berbagai negeri adalah

sama yaitu untuk memerdekakan negrinya dari kolonialisme dan

imperialisme. Maka dari itu Bung Karno selalu menekankan

bahwa segala macam warna perjuangan yang ada di Indonesia

adalah untuk Tanah Air Indonesia, semua harus bersatu, bahu-

membahu demi Tanah Air tempat dimana Bangsa Indonesia hidup.

II.2 Pemikiran Politik Ir. Soekarno Tentang Kapitalisme Dan

Hubungannya Dengan Demokrasi Dan Nasionalisme

Di dalam pembahasan ini, Soekarno menuangkan gagasan

yang sangat cemerlang tentang konsep kapitalisme yang dapat

saja terbentuk dari pribadi sendiri. Dalam pengertiannya,

kapitalisme adalah stelsel pergaulan hidup yang timbul dengan cara

produksi yang memisahkan kaum buruh dari alat-alat produksi.

Dengan begitu, kapitalisme terjadi atas dasar perbedaan antara

kaum buruh dengan kaum pemilik modal yang terpisahkan dengan

alat-alat produksi.

Kapitalisme memang timbul dari cara produksi yang

mengakibatkan banyak sekali penindasan terhadap kaum buruh,

sehingga dalam pandangan ini Soekarno sangat menentang

dengan keras faham seperti ini, apalagi jika faham ini berada di

Page 6: Pemikiran Politik Masa Revolusi

Indonesia. Kapitalisme juga sebenarnya melahirkan imperialisme

modern yang dapat membuat sebuah bangsa menjadi celaka.

Dari berbagai pengaruh negatif tersebut sebenarnya pengaruh

kapitalisme telah ada di dalam bangsa sendiri, seperti timbulnya

tuan-tuan tanah dan banyaknya kaum pekerja yang lemah, dengan

demikian kapitalisme dapat hadir dalam bangsa sendiri dan

memakan bangsa sendiri. Oleh karena itu, seharusnya bangsa

Indonesia melakukan upaya-upaya yang baik dan benar agar

sistem kapitalisme tidak dapat berkembang biak di bangsa ini.

Upaya yang harus dilakukan adalah dengan cara peningkatan

nasionalisme di segala aspek kehidupan, hal ini akan menjadi

cermin bahwa segala tindakan yang dilakukan semata-mata untuk

bangsa dan negara Indonesia, bukan untuk kepentingan individu.

Selanjutnya, nasionalisme tidak akan terbentuk jika tidak ada

sikap gotong-royong yang baik, dengan begitu sikap yang harus

dimunculkan untuk mengembangkan rasa nasionalisme adalah

sikap gotong-royong karena sikap ini akan memicu kerja keras

yang sangat hebat di setiap kalangan sehingga tidak akan

membeda-bedakan status sosial dan ekonomi, serta suku, agama,

ras. Konsep gotong royong ini yang akan memberikan pengaruh

positif dalam menimbulkan nasionalisme tersebut, sebab ketika

konsep ini menjadi sebuah sistem dalam kehidupan bangsa dan

negara Indonesia, maka konsep ini akan menjadi kuat dan

membentuk nasionalisme, dengan demikian kapitalisme tidak akan

lahir dan berkembang. Selanjutnya, kapitlaisme bangsa sendiri pun

akan musnah seiring dengan terbentuknya kekuatan dari bangsa

sendiri ini untuk menghalau dari serangan kapitalisme yang

mengakar.

1.2.1 Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi

Masih di dalam buku Dibawah Bendera Revolusi,

Soekarno menerangkan mengenai demokrasi politik dan

Page 7: Pemikiran Politik Masa Revolusi

demokrasi ekonomi. Dalam pandangannya, demokrasi adalah

pemerintahan rakyat, yaitu suatu cara pemerintahan ini

memberikan hak kepada semua rakyat untuk ikut memerintah.

Sesuai dengan apa yang Soekarno lakukan bahwa Indonesia

harus “berdikari”, yaitu berdiri di kaki sendiri, maka dengan

cara pemerintahan ini sekarang menjadi cita-cita semua

partai-partai nasionalis di Indonesia. Tetapi dalam mencita-

citakan faham dan cara pemerintahan demokrasi itu, kaum

marhaenis harus berhati-hati, artinya jangan meniru saja

demokrasi-demokrasi yang kini dipraktekkan di dunia luar.

Di dalam tulisan ini, Soekarno mengkritik demokrasi

yang diterapkan di barat yang sarat dengan tipu daya oleh

kaum kapitalis dan borjuis dalam menindas kaum proletar.

Dalam pada itu, demokrasi yang bersumber dari barat itu

bukanlah sebuah demokrasi yang adil karena kaum proletar

belum mendapatkan kesejahteraannya dengan baik.

Demokrasi seperti itu yang jangan ditiru menurut Soekarno,

sebab demokrasi itu bukan demokrasi untuk kaum marhaen

Indonesia, karena demokrasi yang seperti itu hanya

demokrasi parlemen saja, yakni hanya demokrasi politik,

bukan demokrasi ekonomi.

Sebenarnya pernyataan Soekarno telah dituangkan

dalam tulisan sebelumnya mengenai demokrasi ini, yaitu

demokrasi politik belum tentu mampu menyelamatkan rakyat,

sebab di negeri barat dimana demokrasi politik dijalankan,

kapitalisme merajalela dan kaum marhaen/proletar sengsara.

Oleh sebab itu, kaum nasionalis Indonesia tidak boleh

memakai konsep demokrasi yang seperti itu, yang harus

dilakukan adalah mencari demokrasi yang dapat

menyelamatkan semua manusia.

Page 8: Pemikiran Politik Masa Revolusi

Dengan begitu, seharusnya nasionalisme yang harus

dijalankan adalah nasionalisme dengan konsep dasar peri-

kemanusiaan, yaitu suatu konsep dimana harus dijalankan

sosio-demokrasi, yaitu suatu istilah yang timbul untuk

mengabdi kepada kepentingan masyarakat banyak,

khususnya di Indonesia, dan bukan mengabdi kepada

sekelompok kecil saja.

Dalam pengertian lain, konsep dari sosio-demokrasi

adalah menghidupkan demokrasi politik dan demokrasi

ekonomi dalam rangka mensejahterakan rakyat banyak. Ini

adalah hal yang sulit, namun dapat dilaksanakan jika jiwa

nasionalisme dari konsep tersebut dapat dikembangkan dan

dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Dasar dari konsep

demokrasi ini pula yang kemudian mengilhami Soekarno

dalam membentuk konsepsi demokrasi terpimpinnya untuk

mempertahankan kekuasaan.

1.2.2 Sosio-Nasionalisme dan Sosio-Demokrasi

Di dalam tulisan Soekarno pada fikiran Ra’yat tahun

1932 mengungkapkan permasalahan yang sangat kental

dengan aroma persoalan nasionalisme yang bersifat

kerakyatan. Dalam tulisannya dia mengungkapkan bahwa

sosio-nasionalisme adalah nasionalisme masyarakat, yaitu

nasionalisme yang mencari keselamatan seluruh masyarakat

dan yang bertindak menurut kemauan masyarakat itu. Dalam

bagian ini, Soekarno menjelaskan lagi bahwa sosio-

nasionalime itu harus diperhitungkan, itulah sebabnya sosio-

nasionalisme harus bertindak menurut kemauan masyarakat

dan tidak melanggar kemauan masyarakat.

Page 9: Pemikiran Politik Masa Revolusi

Dalam pandangan lain, Soekarno memberikan dasar

bahwa perburuhan itu ada seiring dengan sistem kapitalisme

tersebut. Dengan hal yang demikian, sosio-nasionalisme

harus memandang perburuhan ini sebagai suatu keharusan.

Selanjutnya, harus menerima perburuhan tersebut sebagai

suatu alat dalam perjuangan. Pemikiran ini sepertinya telah

dipengaruhi oleh konsep Karl Marx yang menganggap

perburuhan itu sebagai senjata bagi kapitalisme.

Pemikiran Soekarno ini yang menandai bahwa

pandangannya terhadap pertarungan kelas pasti terdapat di

suatu negara dan hal tersebut harus dimaksimalkan dalam

membangkitkan kekuatan buruh dalam membangun kekuatan

besar di Indonesia untuk mengalahkan kolonialisme dan

imperialisme barat. Dalam pandangan lain, Soekarno juga

mengetahui bahwa perburuhan di Indonesia memiliki kekuatan

yang besar sehingga kekuatan tersebut harus dimanfaatkan

dengan cara penyadaran bahwa perburuhan selama ini

ditindas oleh kelompok kapitalisme.

Salah satu keunggulan dari sikap sosio-nasionalisme

dapat menimbulkan sikap non-kooperasi, yaitu suatu sikap

tidak mau bekerja bersama-sama. Dengan begitu, perjuangan

akan dilaksanakan dengan jalan tidak mau bekerja sama

dengan kaum kapitalisme yang cenderung bekerja sama

dengan kelompok kolonialisme dan imperialisme barat. Sikap

non-kooperasi juga merupakan salah satu azas perjuangan

dalam mencapai Indonesia merdeka. Di dalam mencapai

Indonesia merdeka itu kita harus senantiasa ingat, bahwa

pertentangan kebutuhan antara sana dan sini, antara kaum

penjajah dan kaum dijajah akan selalu ada dan harus

dijadikan kekuatan dalam perjuangan.

Page 10: Pemikiran Politik Masa Revolusi

Dalam pada itu, sosio-nasioanlisme ini kemudian

melahirkan sikap non-kooperasi, yaitu suatu sikap yang tidak

ingin bekerja sama dengan pihak pemilik modal. Dengan kata

lain, perjuangan yang kemudian dihasilkan adalah perjuangan

dalam bentuk tindakan yang tidak akan bekerja sama dengan

para kaum pemilik modal karena merupakan representasi dari

kolonialisme dan imperialisme barat. Perjuangan ini

menjadikan non-kooperasi sebagai suatu prinsip yang hidup

dalam mencerminkan sikap yang tidak mau bekerja bersama-

sama diatas segala lapangan politik dengan kaum pemilik

modal.

Perjuangan dari non-kooperasi ini bersifat perjuangan

politik yang dapat saja perjuangannya bersifat radikal, namun

dalam arti yang sebenarnya adalah radikal dari pembersihan

hati, radikal pikiran, dan sebagainya. Pemikiran ini

mengandung banyak pemahaman lain, salah satunya adalah

non-kooperasi adalah suatu sikap menolak adanya sikap kerja

sama dalam hal diplomasi di dalam parlemen, dengan begitu

sikap ini memungkinkan adanya gerakan lain, yaitu suatu

gerakan yang berada di luar parlemen.

Sikap sosio-nasionalisme ini yang kemudian

berkembang pada tahapan yang lain yaitu sikap sosio-

demokrasi. Sosio-demokrasi adalah pemerintahan yang

diselenggarakan oleh rakyat dengan tujuan untuk

mensejahterakan rakyat. Pandangan besar ini sungguh

berkaitan satu sama lainnya yang merupakan gagasan besar

Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Dengan gagasan seperti ini, Soekarno berhasil memberikan

sebuah konsep besar dalam perjuangan kemerdekaan

Indonesia, selain itu gagasan tentang sosio-nasionalisme

yang sangat besar tersebut adalah salah satu gagasan yang

Page 11: Pemikiran Politik Masa Revolusi

sangat berpengaruh dalam perkembangan persatuan di

Indonesia.

1.2.3 Pemikiran Soekarno Tentang Pancasila

Pemikiran Bung Karno yang brilian adalah Pancasila.

Pancasila disampaikan oleh Bung Karno pada saat sidang

BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945. Sidang tersebut adalah

lanjutan sidang dari sidang-sidang sebelumnya

yang juga sempat mendengarkan usualn-usulan

mengenai dasar negara seperti dari Dr. Soepomo, pada 31

Mei 1945.

Bung Karno menyampaikan bahwa perlu adanya sebuah

dasar dari sebuah negara yang bersumber dari nilai-nilai asli

suatu bangsa tersebut. Maka, untuk Indonesia Bung Karno

menyampaikan lima asas yaitu Kebangsaan Indonesia,

Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, Mufakat atau

Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan yang

berkebudayaan atau Ketuhanan Yang Mahaesa. Kelima asas

tersebut kemudian disebut dengan Pancasila, yang artinya

lima dasar atau lima asas. Dalam sidang BPUPKI tersebut

Bung Karno juga menyampaikan bahwa kelima sila tersebut

digali dari jatidiri bangsa Indonesia.

Tanggal 22 Juni 1945, dirumuskan kembali menjadi

Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi

para pemeluknya, Kemanusiaan yang adil dan beradab,

Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Mohammad

Yamin kemudian menamakan rumusan baru itu sebagai

Piagam Djakarta.

Page 12: Pemikiran Politik Masa Revolusi

Dalam sidangnya sehari setelah proklamasi, 18 Agustus

1945 PPKI memutuskan menghapus tujuh kata dalam Piagam

Djakarta, yaitu mengganti rumusan “dengan berdasarkan

pada ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam

bagi para pemeluknya” menjadi “dengan berdasarkan pada

Ketuhanan Yang Mahaesa”. Pada sidang itu PPKI sekaligus

meresmikan UUD 1945 yang pembukaannya memuat

rumusan resmi Pancasila yang telah diperbarui.

Dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 tersebut

sebenarnya Bung Karno juga menawarkan alternatif dari

Pancasila untuk diperas menjadi tiga sila saja, Trisila, yaitu,

sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan. Bahkan

kemudian Bung Karno kembali menawarkan, Trisila tersebut

bisa diperas kembali menjadi Ekasila, yaitu gotong royong.

Gotong royong inilah yang dianggap Bung Karno sebagai

nafas rakyat Indonesia dalam perjuangan.

Sampai saat ini terbukti bahwa Pancasila benar-benar

sebuah dasar negara yang digali dari bumi pertiwi Indonesia,

meski dalam perjalanan sejarahnya begitu banyak kerikil yang

mengganggu, tapi Pancasila tetap diakui menjadi sebuah

kalimat bersama bagi rakyat Indonesia, apapun golongannya.

Bung Karno melihat Pancasila sebagai sebuah azimat bagi

Bangsa Indonesia yang patut dibanggakan, bahkan hingga di

depan mimbar PBB sekalipun beliau dengan lantang

menyuarakan Pancasila. Kebanggan Bung Karno dan

tentunya masyarakat Indonesia juga terhadap Pancasila

karena Pancasila mampu menjadi pemersatu bagi sekian

banyak suku bangsa, agama, dan golongan yang ada di

Indonesia.

Dalam pidato Soekarno pada tanggal 1 Juli 1945 yang

kemudian diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila ialah

Page 13: Pemikiran Politik Masa Revolusi

momentum bagi Soekarno dalam pembahasan mengenai

ideologi yang akan dibawa oleh Indonesia. Dalam pandangan

Soekarno pada saat pidato, Pancasila yang merupakan dasar

dari bangsa dan negara Indonesia menganut sebuah

fundamen, filsafat, dan pikiran yang sedalam-dalamnya,

sebagai suatu jiwa hasrat yang sedalam-dalamnya untuk

diatasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal dan

abadi.

Dasar dari Pancasila tersebut menurut Soekarno adalah

semua untuk semua yang mengandung arti bahwa Pancasila

hadir dalam rangka mewadahi berbagai kelompok yang ada di

Indonesia, jadi Pancasila tersebut bukan untuk satu golongan

saja, akan tetapi sebenarnya cerminan dari keragaman

berbagai perbedaaan yang ada di Indonesia.

Sebenarnya dasar pertama yang kemudian dijelaskan

oleh Soekarno adalah mengenai kebangsaan, dalam hal ini

kebangsaan yang dimaksud adalah seluruh manusia-manusia

yang menurut geo-politik telah ditentukan oleh Allah SWT.

Tinggal dikesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari

ujung utara sumatra sampai ke Irian.[17] Disanalah tujuan itu

ingin sampai, mendirikan suatu negara di atas suatu kesatuan

bumi Indonesia.

Prinsip yang kedua dari konsep Soekarno adalah

internasionalisme, yaitu peri-kemanusiaan dalam

berhubungan dengan manusia lainnya, khususnya di

Indonesia dan umumnya yang berada di dunia. Dengan

prinsip ini, maka Indonesia akan menuju pada persatuan

dunia dan persaudaraan dunia. Dalam hal ini, Soekarno

berpandangan bahwa kita bukan saja harus mendirikan

negara Indonesia merdeka, tetapi kita harus menuju pula

kepada kekeluargaan bangsa-bangsa.

Page 14: Pemikiran Politik Masa Revolusi

Prinsip yang ketiga kemudian menerapkan dasar

mufakat, dasar perwakilan, dan dasar permusyawaratan.

Dengan begitu, dengan cara mufakat, kita perbaiki segala hal,

juga keselamatan agama, yaitu dengan jalan pembicaraan

atau permusyawaratan di dalam Badan Perwakilan Rakyat.

Sebenarnya pada dasar yang ketiga ini Soekarno ingin

memberikan sebuah pembagian secara proporsional terhadap

berbagai elemen yang ada di Indonesia, sehingga apapun

keputusan nanti akan diperjuangkan oleh berbagai elemen

tersebut sesuai kekuatan perjuangan mereka dalam

memberikan pengaruh.

Pada tahap keempat adalah prinsip mengenai

kesejahteraan sosial, yaitu sebuah prinsip yang

memungkinkan tidak akan adanya kemiskinan di dalam

Indonesia merdeka. Dengan prinsip seperti ini diharapkan

bahwa Indonesia merdeka akan menjadi bangsa yang

sejahtera, jauh dari kelaparan, dan cukup pangan serta kaum

kapitalis tidak melakukan pola hegemoni kekuasaannya.

Prinsip yang kelima adalah prinsip yang menghimpun

semua agama yang ada di dalam bangsa dan negara ini, yaitu

prinsip tentang ketuhanan. Dengan adanya prinsip ini, maka

bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan tetapi masing-masing

orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri.

Konsep itulah yang kemudian dikenal dengan sebutan

Pancasila, yaitu lima dasar yang mempunyai arti filosofis yang

berasal dari bangsa dan negara Indonesia. Namun harus

diingat, Pancasila yang ada saat ini telah mengalami

penyempurnaan dari segi redaksi tetapi tidak mengurangi

esensi dari apa yang Soekarno jelaskan dalam pidato

pertamanya mengenai dasar negara.

Page 15: Pemikiran Politik Masa Revolusi

Dalam bagian lain, menurut Soekarno dapat saja

Pancasila itu diperas hingga menjadi satu dan kemudian

dapat dikenal dengan sebutan gotong-royong. Konsep gotong-

royong ini merupakan konsep dinamis, bahkan lebih dinamis

dari perkataan kekeluargaan. Sebab konsep gotong-royong ini

menggambarkan suatu usaha, satu amal, satu pekerjaan

secara bersama-sama. Gotong-royong adalah pembanting

tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan

bantu-biantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua,

keringat semua kebahagiaan semua.

Prinsip gotong royong ada di antara yang kaya dan yang

tidak kaya, antara Islam dan yang Kristen, antara yang bukan

Indonesia tulen dengan peranakan yang menjadi bangsa

Indonesia. Prinsip gotong-royong tersebut dapat menjadi

motor perubahan bagi bangsa Indonesia dalam merangkai

perbedaan yang ada. Dengan begitu, persatuan yang akan

dijalin oleh bangsa ini akan membawa perubahan yang besar.

Dengan demikian, telah dikemukakan bahwa

pemahaman Soekarno dalam Pancasila didasari oleh sikap

bangsa Indonesia pula agar terbentuk suatu rasa persatuan

yang akan berimbas pada terbentuknya Indonesia merdeka.

Pancasila juga sebenarnya menerapkan dimensi lain, yaitu

suatu dimensi filosofis dalam tujuannya merangkai perbedaan

yang ada di Indonesia. Dapat dilihat sebenarnya, bahwa

perbedaan yang ada di Indonesia bukan untuk dijadikan dasar

dari perselisihan yang terjadi, akan tetapi harus dijadikan

sebuah hubungan kolektif yang dapat saling melengkapi.

III. Pemikiran Politik Moh. Hatta

III.1Biografi Moh. Hatta

Page 16: Pemikiran Politik Masa Revolusi

Dr.(HC) Drs. H. Mohammad Hatta (lahir dengan nama

Muhammad Athar, populer sebagai Bung Hatta; lahir di Fort de

Kock (sekarang Bukittinggi, Sumatera Barat), Hindia Belanda, 12

Agustus 1902 – meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur

77 tahun) adalah pejuang, negarawan, ekonom, dan juga Wakil

Presiden Indonesia yang pertama. Ia bersama Soekarno

memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa

Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus

memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia juga pernah

menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II,

dan RIS. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956,

karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta juga dikenal

sebagai Bapak Koperasi Indonesia.

Bandar udara internasional Jakarta, Bandar Udara

Soekarno-Hatta, menggunakan namanya sebagai penghormatan

terhadap jasa-jasanya. Selain diabadikan di Indonesia, nama

Mohammad Hatta juga diabadikan di Belanda yaitu sebagai nama

jalan di kawasan perumahan Zuiderpolder, Haarlem dengan nama

Mohammed Hattastraat. Pada tahun 1980, ia meninggal dan

dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta. Bung Hatta ditetapkan

sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 23

Oktober 1986 melalui Keppres nomor 081/TK/1986/

III.2Bung Hatta Dan Demokrasi

Cita-cita tentang keadilan sosial adalah sari pati dari nilai-

nilai timur dan barat yang mengkristal dan membentuk visi Hatta

mengenai masalah-masalah politik kenegaraan. Hatta sangat

percaya bahwa demokrasi adalah hari depan sistem politik

Indonesia. Demokrasi akan tersingkir sementara, tetapi ia akan

kembali dengan tegapnya . memang tidak mudah membangun

suatu demokrasi di Indonesia yang lancar jalannya, tetapi ia akan

Page 17: Pemikiran Politik Masa Revolusi

muncul kembali dan itu tak dapat di bantah. Kepercayaan yang

mendalam kepada prinsip demokrasi inilah yang pernah

menempatkan Hatta pada posisi yang berseberangan dengan

Bung Karno ketika masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966). Hatta

menilai sistem ini sebagai system otoriterian yang menindas

demokrasi. Sekalipun pendapatnya berbenturan dengan Bung

Karno, Hatta tetap saja memberikan fair chance kepada presiden

untuk membuktikan dalam realitas.

Sekalipun tertindas, di mata Hatta demokrasi tidak akan

pernah lenyap dari bumi Indonesia. Menurut Hatta ada tiga

sumber pokok demokrasi yang mengakar di Indonesia. Pertama,

sosialisme Barat yang membela prinsip-prinsip humanisme,

sementara prinsip -prinsip ini dinilai juga sekaligus sebagai

sebagai tujuan. Kedua,ajaran Islam memerintahkan kebenaran

dan keadilan Tuhan dalam masyarakat. Ketiga, pola hidup dalam

bentuk kolektivisme sebagaimana terdapat di desa-desa wilayah

Indonesia. Ketiga sumber inilah yang akan menjamin kelestarian

demokrasi di Indonesia. Baginya, suatu kombinasi organik antara

tiga sumber kekuatan yang bercorak sosio religius inilah yang

memberi keyakinan kepada Hatta bahwa demokrasi telah lama

berakar di Indonesia tidak terkecuali di desa-desa. Bila di desa

yang menjadi tempat tinggal sekitar 70% rakyat Indonesia masih

mampu bertahan, maka siapakah yang meragukan hari depan

demokrasi di Indonesia.Tetapi memang sia-sia, sistem feodal

sering mengganjal perkembangan demokrasi di Indonesia pada

berbagai periode sejarah Indonesia modern. Sesudah

kemerdekaan dicapai dan dinikmati bangsa ini, Bung Hatta

membuka peluang bagi pembelajaran demokrasi rakyat di

Indonesia. Bung Hatta sebagai wakil presiden memberikan

kesempatan untuk berdirinya partai-partai politik yang akan

mengikuti Pemilu pada 1955. Memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya bagi rakyat Indonesia untuk menyalurkan aspirasi

Page 18: Pemikiran Politik Masa Revolusi

politiknya tanpa merasa takut. Akhirnya tidak kurang dari 39 partai

mengikuti pemilihan umum yang dipandang sebagai Pemilu yang

paling demokratis sepanjang sejarah Indonesia modern. Pada

saat yang bersamaan pula, Bung Hatta melihat bahwa partai-

partai hanya berebut pengaruh untuk berkuasa. Partai-partai baku

hantam saling menyerang dan bertengkar secara tidak sehat.

Para wakil yang duduk di pemerintahan pun lebih condong

bersikap sebagai politisi dan oportunis, bukan negarawan.

Dimulai pada Periode demokrasi terpimpin sampai periode

demokrasi Pancasila (Orde Baru) sama-sama ditandai oleh

berlakunya sistem politik otoriterian dengan topangan subkultur

neofeodalisme. Hatta sangat prihatin melihat perkembangan

politik yang tidak sehat, tetapi regim menciptakan kedua sistem

tersebut tidak mau ‘mendengar’ nasehat Hatta. Akhirnya mereka

hancur lewat cara yang destruktif. pada 1 Desember 1956, Bung

Hatta meletakkan jabatan sebagai wakil presiden. Beliau melihat

bahwa sejak penerapan sistem Demokrasi Liberal, jabatan wakil

presiden hanya pemborosan uang negara, karena kedudukannya

yang tidak lebih dari simbol belaka.

Sekalipun diluar pemerintahan, Bung Hatta justru tetap

selalu menjadi kekuatan moral demokrasi dan mengontrol

jalannya roda pemerintahan. Bung Hatta, sebagai sahabat sejati

Bung Karno, walaupun dalam beberapa hal sangat tidak sejalan,

senantiasa mengingatkan Bung Karno, terutama terhadap

perkembangan PKI yang begitu pesat sejak awal tahun lima

puluhan. Bung Hatta cukup khawatir akan kebijakan Bung Karno

yang terlalu memberi angin kepada PKI. Ketika Bung Karno

menerapkan Demokrasi Terpimpin sejak 1959, Bung Hatta-lah

orang yang paling gigih melakukan kritik. Ia menulis “Demokrasi

kita” dalam majalah Panji Masyarakat yang dipimpin Buya Hamka.

Menurutnya, Demokrasi Terpimpin adalah bentuk lain dari

Page 19: Pemikiran Politik Masa Revolusi

kediktatoran, yang kemudian tulisan (bukunya) tersebut

peredarannya dilarang Bung Karno.

Bung Karno pun selalu diingatkan Bung Hatta untuk segera

melaksanakan pembangunan, karena revolusi sudah selesai

dengan tercapainya kemerdekaan Indonesia 1945. Yang harus

dilakukan sekarang adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Revolusi, jika tidak dibendung, hanya menghancurkan landasan

dan bangunan, melepaskan engsel-engsel dan dinding-

dindingnya. Pada saatnya akan mengakibatkan kekacauan

belaka. Namun Bung Karno, dalam pidato-nya (Jalan Revolusi

Kita), merespon Bung Hatta, menegaskan bahwa revolusi

sebenarnya belum selesai. Kendati demikian, Bung Hatta

senantiasa menempuh cara-cara legal dan konstitusional dalam

rangka penegakan demokrasi. Beliau senantiasa tak berhenti

menyampaikan kritik dan sarannya kepada Bung Karno.

Luar biasa memang, walaupun di antara kedua Proklamator

ini terdapat perbedaan prinsip dalam pendirian mereka, namun

hubungan persahabatan keduanya tetap hangat dan baik. Singkat

cerita sekian tahun setelah Bung Hatta meletakkan jabatan

sebagai wakil presiden, Bung Karno masih sempat mengunjungi

Bung Hatta di rumahnya. Terlihat dan terlibat keakraban kedua

peletak dasar Indonesia modern ini. Dalam suasana akrab

tersebut, ketika akan makan malam, Bung Hatta juga sempat

“menyerang” keras kebijakan politik Bung Karno. Namun Bung

Karno tidak tersinggung oleh kritikan dan saran Bung Hatta. Kritik

dan nasehat Bung Hatta disampaikannya kepada Bung Karno

sebagai seorang sahabat. Bung Hatta tak kunjung berhenti

mengirim surat berupa nasehat kepada Bung Karno untuk kembali

ke cita-cita Proklamasi Indonesia semula. Dalam menyampaikan

nasehat dan kritik tersebut, beliau senantiasa menjaga hubungan

baik di antara mereka dan tidak pernah melecehkan dan

mengecilkan arti pribadi Bung Karno. Begitupun Bung Karno

Page 20: Pemikiran Politik Masa Revolusi

sekalipun mendapat kritik tajam, Bung Karno tetap menghargai

Bung Hatta sebagai sahabat.

Begitulah kisah perjuangan Bung Hatta dalam meluruskan

dan menegakkan demokrasi. Berbeda persepsi dalam penegakan

demokrasi tidak harus diartikan sebagai permusuhan, apalagi

tidak mau bertemu atau bersalaman. Sebagai seorang demokrat

sejati, Bung Hatta berjiwa besar melihat perbedaan pendapat dan

tidak hendak memaksakan keinginannya sendiri. Ketika melihat

kenyataan politik yang tak sesuai dengan harapannya, Bung Hatta

bukannya mendirikan partai politik tandingan untuk menggembosi

pemerintahan, sebagaimana dilakukan oleh para politisi kita saat

ini. Bung Hatta, melalui tulisan-tulisannya, memberikan

pencerahan kepada rakyat Indonesia untuk meraih kebebasan

yang merupakan salah satu pilar penting bagi tegaknya

demokrasi, untuk tetap kritis terhadap ketidak-berdayaan dan

berjuang membela rakyat dalam menegakkan

demokrasi.Sehingga Kata Echols ( 1981: 173)” the democratic

ways of the Bung Hatta made people like him “ ( perlakuan

demokrasi Bung Hatta menyebabkan Bung Hatta disukai banyak

orang )

Menurut Bung Hatta, demokrasi sudah ada sejak dari

desa.Bung Hatta berpendapat dalam Padma Wahyono (1990),

desa-desa di Indonesia sudah menjalankan demokrasi, misalnya

dengan pemilihan kepala desa dan adanya rembug desa. Itulah

yang disebut “demokrasi asli”. Demokrasi desa memiliki lima

unsur yaitu :

a) rapat

b) mufakat

c) gotong-royong

d) hak mengadakan proses bersama

e) hak menyingkirkan dari kekuasaan raja absolut

Page 21: Pemikiran Politik Masa Revolusi

Demokrasi Indonesia modern menurut Moh. Hatta harus

meliputi tiga hal, yaitu :

a) demokrasi di bidang politik

b) demokrasi di bidang ekonomi

c) demokrasi di bidang social

Bung Hatta, sebagai salah seorang founding father

Indonesia, melihat demokrasi itu tidak selalu demokrasi politik,

melainkan juga demokrasi ekonomi. Apa yang beliau maksud

dengan demokrasi ekonomi oleh Bung Hatta ?. Menurutnya,

demokrasi politik saja tidak dapat melaksanakan persamaan dan

persaudaraan. “Di sebelah demokrasi politik harus pula berlaku

demokrasi ekonomi. Kalau tidak, manusia belum merdeka,

persamaan dan persaudaraan belum ada. Sebab itu, cita-cita

demokrasi Indonesia ialah demokrasi sosial, melingkupi seluruh

lingkungan hidup yang menentukan nasib manusia,” paparnya

sebagaimana dikutip Yudi Latif.

Hatta menolak untuk mengikuti demokrasi liberal

sebagaimana berkembang di Barat. Menurutnya, demokrasi ala

Barat yang dipancangkan melalui revolusi Perancis pada abad ke-

18 membawa masyarakat Perancis pada demokrasi politik ansich

yang pada level tertentu hanya menguntungkan masyarakat

borjuis dan menepikan masyarakat jelata. Demokrasi seperti itu,

jelas Hatta, tidak sesuai dengan cita-cita perjuangan bangsa

Indonesia yang menghendaki terwujudnya perikemanusiaan dan

keadilan sosial.

Berdasarkan pemikiran tersebut, Mohammad Hatta

menghendaki karakter utama demokrasi ekonomi Indonesia

terletak pada tiadanya watak individualistik dan liberalistik dari jiwa

perekonomian Indonesia (Revrisond Baswir, 2009 : 40). Secara

makro hal ini diterjemahkan dengan menjadikan koperasi sebagai

sokoguru perekonomian nasional serta diikut sertakannya semua

Page 22: Pemikiran Politik Masa Revolusi

pihak yang memiliki kepentingan dalam lapangan koperasi,

termasuk para pekerja dan konsumen koperasi untuk turut

bergabung menjadi anggota koperasi. Dengan demikian,

pelembagaan kedaulatan ekonomi rakyat sebagai wujud

demokrasi ekonomi dan pengutamaan kemakmuran masyarakat

di atas kemakmuran orang seorang atau individu, hanya bisa

diwujudkan dengan menyusun perekonomian Indonesia sebagai

usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Pemikiran Bung Hatta dan para pendiri bangsa telah

tertuang ke dalam UUD 1945, khususnya pada pasal 33. Ayat (1)

pasal 33, menyebutkan bahwa “perekonomian disusun sebagai

usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Ayat (3),

menyebutkan bahwa “bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasi oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Dalam hubungan

ini, sesuai dengan konstituasi, hadir peran negara dalam rangka

menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi di Indonesia

Page 23: Pemikiran Politik Masa Revolusi

BAB III

PENUTUP

III.1 Simpulan

1. Soekarno merupakan sosok yang sangat mencintai

bangsanya, di usia muda ia selaluselalu menekankan bahwa

segala macam warna perjuangan yang ada di Indonesia

adalah untuk Tanah Air Indonesia, semua harus bersatu,

bahu-membahu demi Tanah Air tempat dimana Bangsa

Indonesia hidup.

2. Soekarno dengan pemikirannya, melahirkan berbagai macam

ide yang berhubungan dengan politik, salah satunya adalah

pemikirannya tentang konsep Pancasila yang sampai

sekarang masih relevan dengan konteks negara kesatuan

republik Indonesia.

3. Membicarakan Bung Hatta tidak akan pernah habis dalam

pribadinya nilainilai baik yang positif dari timur dan barat telah

menyatu dalam format yang hamper sempurna. Tetapi

Page 24: Pemikiran Politik Masa Revolusi

pertanyaan yang masih merisaukan adalah: pandaikah atau

lebih provokatif lagi. Bung Hatta merupakan konseptor utama

tentang kedaulatan rakyat. Rakyat adalah yang utama. Baik

semasa pergerakan maupun sesudah kemerdekan, rakyat

menjadi titik sentral perjuangan Bung Hatta.

4. Di samping berbagai julukan yang dimengerti melalui sikap

dan tingkah laku yang diberikan kepada Bung Hatta ddari

seorang pahlawan Proklamator, Bapak Koperasi, negarawan,

demokrat sejati, cendekiawan, atau satu lagi yang tidak bisa

dilupakan, bahwa Bung Hatta adalah sebagai guru

bangsa,sebagai pendidik negeri yang sejati, dalam politik,

ekonomi, dan moral. Guru dalam teori dan

praktik.Kecintaannya pada rakyat yang diperjuangkannya

dibuktikan sampai akhir hayatnya.

III.2 Saran

Seharusnya dalam praktik di berbagai bidang sesuai

pencanangan sikap yang ditularkan para founding fathers

rasanya bekal dari para pendahulu hematnya harus mampu

menjadi pondasi untuk berkembangnya negeri ini dimasa

sekarang dan mendatang. Perlu lah kita bercermin dari sikap

kecintaan dan memfokuskan kepentingan bersama diatas

kepentingan pribadi dengan nilai-nilai luhur pancasila yang

harus dipedomani sebagai langkah kita memajukan bangsa

karena dalam pancasila telah mencakup nilai-nilai masyarakat

Indonesia.

Page 25: Pemikiran Politik Masa Revolusi

DAFTAR PUSTAKA

https://en.wikipedia.org/wiki/Mohammad_Hatta

http://halilintarl.blogspot.co.id/2012/08/pertentangan-dwi-tunggal-

soekarno-hatta.html

http://hudacandra.blogspot.co.id/2014/09/makalah-pemikiran-politik-

mohammad-hatta.html

http://politicalphotography.blogspot.co.id/2013/03/pemikiran-politik-

soekarno.html

https://books.google.co.id/books?

id=XQcoX89FKmEC&pg=PA263&lpg=PA263&dq=pemikiran+politik

+zaman+revolusi+moh+hatta&source=bl&ots=OZjleVr2YK&sig=JM

vCm1psA4kBYTBLtb0ZWtliGtk&hl=en&sa=X&ved=0CEUQ6AEwB

WoVChMIqqHk3_OiyAIVwhmUCh1m5wpl#v=onepage&q=pemikira

n%20politik%20zaman%20revolusi%20moh%20hatta&f=false

Page 26: Pemikiran Politik Masa Revolusi

MAKALAH

PEMIKIRAN POLITIK PERIODE REVOUSIDisusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah

Perkembangan Pemikiran Politik

Disusun oleh :

Page 27: Pemikiran Politik Masa Revolusi

1. Tiara Giani Putri F.1 24 0741

2. Ni Kadek Yuni Gitasih F.1 24.

3. Annisa Wulandari F.1

4. I Putu Agus Yamuna F.2

5. Putra Daniel Padang

6. Chalid Sopyan F.1

PROGRAM STUDI POLITIK PEMERINTAHANFAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI(IPDN)2015