PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM...

127
PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM METODE PENDIDIKAN AHKLAK S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun oleh MASRUL HAKIM 111 11 015 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Transcript of PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM...

Page 1: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK

DALAM METODE PENDIDIKAN AHKLAK

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun oleh

MASRUL HAKIM

111 11 015

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

Page 2: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna
Page 3: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna
Page 4: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna
Page 5: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna
Page 6: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna
Page 7: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

MOTTO

منكم فان هم م لوق و نلزمنغي زالدكم موااو عل “Didiklah anak-anak kamu, sesungguhnya mereka diciptakan untuk menghadapi zaman

yang berbeda dengan zaman kamu ini”

(H.R. Bukhari)

Jika kau ingin, kau harus menginginkannya

Jika kau menginginkannya, itu akan menjadi milikmu

Page 8: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap mempunyai

peran penting dalam hidup-Ku

1. Terima kasih kepada kedua orang tua, yaitu Almarhum Bapak Ali Mahsun dan Ibu

Isrodah yang senantiasa tulus memberikan dukungan dan doa restunya kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di IAIN Salatiga.

2. Kedua saudaraku, Nur Hidayah dan Ida Royani yang selalu menjadi penyemangat selama

penyusunan skripsi ini.

3. Kepada Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si yang telah memberikan arahan dan bimbingan

kepada penulis selama penyusunan skripsi.

4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terimakasih banyak atas

bantuannya.

Page 9: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

KATA PENGANTAR

لرحيمبسماهللالرمحنا

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat

serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah

menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna

untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah “PEMIKIRAN

HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM METODE

PENDIDIKAN AHKLAK”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan

moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga

4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah berkenan

secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya

memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan

dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

Page 10: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna
Page 11: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

ABSTRAK

Hakim, Masrul. 2017. Pemikiran Hasan Al-Banna tentang Pendidikan Akhlak dalam metode

pendidikan akhlak. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan

Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Drs. Abdul

Syukur, M.Si.

Kata Kunci: Pemikiran Hasan Al-Banna, Pendidikan Akhlak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran Hasan Al-Banna tentang

pendidikan akhlak metode pendidikan akhlak.

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana pemikiran Hasan Al-

Banna tentang pendidikan akhlak? 2) Bagaimana metode pendidikan akhlak menurut

pemikiran Hasan Al-Banna? Mengingat kajiannya merupakan penelitian literarur/studi

pustaka (library research) maka metode yang digunakan adalah analisis isi dari buku tersebut

(content analisis).

Hasil penelitian ini menyimpulkan pemikiran Hasan Al-Banna mengenai konsep

pendidikan akhlak yakni terbentuknya pribadi Islami (pendidikan yang mampu membentuk

pribadi/kepribadian muslim yang saleh secara individual/ahli ibadah maupun sosial), seperti

pribadi yang berakhlak kepada Allah, pribadi yang berakhlak kepada diri sendiri, pribadi

yang berakhlak terhadap sesama Kriteria tersebut mengupayakan seorang muslim untuk

hidup dengan segenap eksisitensi yang dimiliki yang berupa akal dan hati, maupun rohani

dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna mengedepankan sikap toleransi

dalam menyikapi berbagai khilafiyah untuk menjaga persatuan umat Islam.

Metode yang digunakan Al-Banna dalam membentuk pribadi yang berakhlak Islami

dalam risalah ta’alim, dengan pemahaman akan pokok akhlak yang diperoleh dengan

memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits, Sirah Nabawiyah dan Sirah Salafus Salih. Selanjutnya

yaitu pembiasaan dalam kehidupan sehari memperbaiki kualitas shalat memperbarui taubat

dan istighfar serta muraqabatullah; setelah itu terlaksana maka yang harus dilakukan

selanjutnya adalah refleksi perilaku (muhasabah), senantiasa memperbaiki diri karena

mengetahui kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.

Page 12: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii

HALAMAN DEKLARASI ...................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ....................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. vi

MOTTO .................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .............................................................................. ix

ABSTRAK ................................................................................................ x

DAFTAR ISI ............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................ 6

E. Kajian Pustaka .............................................................. 7

F. Penegasasan Istilah ....................................................... 9

G. Metode Penelitian ......................................................... 12

H. Sistematika Penulisan ................................................... 15

Page 13: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

BAB II BIOGRAFI HASAN AL-BANNA

A. Riwayat Hidup .............................................................. 16

B. Kondisi Sosial ............................................................... 19

C. Latar Belakang Pendidikan ........................................... 23

D. Hubungan Sosial Politik dan Pemikiran Hasan

E. Al-Banna ....................................................................... 26

F. Karya-Karya ................................................................. 27

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK

A. Risalah Ta‟alim ............................................................ 31

1. Pendahuluan ........................................................... 31

2. Isi ............................................................................ 32

3. Penutup ................................................................... 43

B. Pendidikan Akhlak dalam Risalah Ta‟alim .................. 44

1. Tujuan ..................................................................... 44

2. Materi ...................................................................... 46

3. Metode .................................................................... 51

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis Pemikiran Hasan Al-Banna ............................ 53

1. Analisis Tujuan Pendidikan .................................... 53

2. Analisis Materi Pendidikan Akhlak ........................ 59

3. Analisis Metode Pembentukan Akhlak .................. 80

B. Implikasi pemikiran hasan al-banna tentang metode

pendidikan akhlak ......................................................... 91

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................... 101

B. Saran ............................................................................. 102

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Pembimbingan

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 4 Daftar SKK

Page 15: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhlak merupakan hal yang sangat penting dalam pendidikan.

Terbentuknya akhlak yang mulia merupakan tujuan pendidikan Islam dari

dimensi moral. Gejala kemerosotan moral dewasa ini sudah benar-benar

menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong dan kasih

sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling

menjegal dan saling merugikan. Usaha-usaha pembinaan akhlak melalui

berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus

dikembangkan.

Pembinaan akhlak semakin terasa diperlukan terutama pada saat di

mana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan di

bidang iptek. Saat ini misalnya orang akan dengan mudah berkomunikasi

dengan apapun yang ada di dunia ini, yang baik atau yang buruk, karena ada

alat telekomunikasi. Peristiwa baik atau buruk dengan mudah dapat dilihat

melalui televisi, internet, film, buku-buku, tempat-tempat hiburan yang

menyuguhkan adegan maksiat, demikian pula produk obat-obat terlarang,

minuman keras dan pola hidup materialistik dan hedonistik semakin

menggejala, semua ini jelas membutuhkan pembinaan akhlak.

Berdasarkan kejadian-kejadian yang terjadi diakhir-akhir ini,

merupakan awal dari kemunduran yang dialami umat Islam, dimana makin

menunjukkan eksistensinya sebagai pusat peradaban.

1

Page 16: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

2

Maka peneliti mendasarkan pada pemikiran dari Hasan Al-Banna untuk

dijadikan tolak ukur dalam memperbaiki akhlak yakni ide arabisme (Islam

tidak pernah bangkit tanpa bersatunya bangsa Arab, memperjuangkan Islam

melalui sebuah tradisi penegakan Islam yakni keluarga (al-usrah) menekankan

pada aspek penegakan syari'at Islam yang penuh dengan keyakinan dan

keikhlasan dalam batasan tertentu. Selain itu, dalam bidang pendidikan

mementingkan aspek akal dan rohani sekaligus, dilandasi oleh Al-Qur'an dan

Hadist serta memiliki corak keislaman yang jelas.

Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan pembinaan

ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang

berakhlak mulia, taat kepada Allah dan rasul-Nya. Sebagaimana yang

dijelaskan bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk pembentukan akhlak dan

budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang orang yang bermoral, jiwa

yang bersih, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban

dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, membedakan baik

dengan buruk, menghindari suatu perbedaan yang tercela dan mengingat

Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan (Al-Abrasyi, 1991:103).

M. Arifin (2003:7), menyatakan tujuan pendidikan Islam ialah menanamkan

taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk

manusia berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam. Sedangkan M.

Chabib Thoha (1996:99), mengemukakan tujuan pendidikan Islam untuk

mencapai tujuan hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusia

sebagai makhluk Allah agar manusia tumbuh dan berkembang menjadi

manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya.

Page 17: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

3

Fenomena di atas menggambarkan betapa pembinaan akhlak

membutuhkan usaha dan penanganan yang sungguh-sungguh, yang ditujukan

untuk mengembangkan potensi rohaniah dalam diri manusia. Oleh karena itu,

sangat penting untuk memformat pembelajaran akhlak yang dimulai dari

perencanaan, palaksanaan, pengawasan dan evaluasi yang efektif, sistemik,

integratif dan komprehensif. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan

asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan

sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia, termasuk di

dalamnya akal, nafsu, amarah, fitrah, kata hati, nurani dan situasi dibina secara

optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat. Adu domba dan fitnah,

menjilat, menipu, mengambil hak orang lain sesuka hati dan perbuatan-

perbuatan maksiat lainnya. Kemerosotan moral yang demikian itu lebih

mengkhawatirkan lagi, karena bukan hanya menimpa kalangan orang dewasa

dalam berbagai jabatan, kedudukan dan profesinya, melainkan juga telah

menimpa kepada para pelajar tunas-tunas muda yang diharapkan dapat

melanjutkan perjuangan membela kebenaran, keadilan dan perdamaian masa

depan (Nata, 2003:189).

Terkait dengan masalah tersebut, Hasan Al-Banna seorang tokoh

pembaharu atau modernis dunia Islam, tidak hanya dikenal sebagai tokoh

pembaharu dalam bidang pendidikan, tetapi juga dalam bidang politik,

ekonomi, sosial dan kemasyarakatan (Susanto, 2010:61). Ia juga memberikan

perhatian terhadap akhlak. Hal tersebut terlihat pada pandangan Hasan Al-

Banna tentang betapa pentingnya posisi akhlak. Menurutnya akhlak

merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh bangsa yang tengah

bangkit, sebagaimana yang ia tulis dalam Risalah Nahw al-Nur, Umat yang

tengah bangkit paling membutuhkan akhlak yang mulia, jiwa yang besar dan

Page 18: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

4

cita- cita yang tinggi. Hal ini karena umat tersebut akan menghadapi berbagai

tuntutan dari sebuah masyarakat baru. Suatu tuntutan yang tidak akan

dipenuhi kecuali dengan kesempurnaan akhlak dan ketulusan jiwa yang lahir

dari iman yang menghunjam dalam dada dan komitmen yang menancap kuat

dalam hati, pengorbanan yang besar, dan mental yang tahan uji. Hanya

Islamlah yang mampu mencetak kepribadian yang serupa itu, dan ia pula yang

menjadikan kebersihan dan kesucian jiwa sebagai pondasi bagi bangunan dan

kejayaan umat (Al-Banna, 2012:107-108).

Pada kesempatan yang lain Hasan Al-Banna juga mengatakan,

“Berakhlaklah dengan segala keutamaan dan berpegang teguhlah dengan

kebenaran. Jadilah kalian orang-orang yang kuat dengan akhlak, orang-orang

yang punya izzah dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kalian

berupa keimanan orang-orang mukmin dan kemuliaan orang-orang yang

takwa lagi shalih” (Al-Banna, 2012:213). Sebagaimana dalam firman Allah

SWT, QS. Al-Syams ayat 9-10 yang berbunyi:

Artinya: 9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,

10. dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Hasan Al-Banna telah menetapkan beberapa tujuan yang harus

diperjuangkan oleh setiap muslim, selain menjelaskan kandungan-kandungan

dan tujuan-tujuan yang disusun secara serampangan, melainkan tujuan yang

ditetapkan melalui studi yang mandalam atas nash-nash syari‟at yang telah

ada. Generasi muda adalah sebagai penerus bangsa, apabila penerus bangsa

memiliki jiwa yang berakhlak mulia tentu saja negara akan maju dan rakyat

akan hidup tentram, tetapi sebaliknya apabila penerus bangsa ini memiliki

akhlak yang buruk tentu saja negara kita akan mengalami banyak kerusakan

Page 19: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

5

dan kemunduran. Oleh sebab itu mempersiapkan generasi muda yang

berakhlak mulia adalah sangat penting didalam dunia pendidikan (Sholikhun,

2008: 3). Sehingga, diharapkan akan muncul generasi-generasi Islam yang

dapat menuruti kemauan-kemauan imperalis, pemalas dan senang hidup

mewah/berfoya-foya dan selalu mementingkan kepentingan pribadi dengan

segala cara mengesampingkan urusan bangsa.

Mendasarkan pada paparan diatas dalam skripsi ini peneliti ingin

mengkaji Pemikiran Hasan Al-Banna tentang Pendidikan Akhlak dalam

metode pendidikan ahlak.

B. Fokus Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini secara umum pemikiran Hasan

Al-Banna tentang urgensi pendidikan akhlak dalam membangun moral

bangsa. Rumusan masalah dapat diperinci, sebagai berikut:

1. Bagaimana pemikiran Hasan Al-Banna tentang pendidikan akhlak?

2. Bagaimana metode pendidikan akhlak menurut pemikiran Hasan Al-

Banna?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pemikiran Hasan Al-Banna tentang pendidikan akhlak

2. Untuk mengetahui Metode pendidikan akhlak menurut pemikiran Hasan

Al-Banna?

Page 20: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

6

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis

maupun praktis, antara lain:

1. Manfaat teoritis

a. Pengamat pendidikan akhlak sebagai masukan yang berguna,

menambah wawasan dan pengetahuan mereka tentang keterkaitan

pemikiran Hasan Al-Banna mengenai Metode pendidikan akhlak.

b. Penelitian ini ada relevansinya dengan Ilmu Agama Islam khususnya

Program Studi Pendidikan Agama Islam, sehingga hasil

pembahasannya berguna menambah literatur tentang nilai-nilai

pendidikan akhlak.

c. Penelitian ini semoga dapat memberikan konstribusi positif bagi para

akademisi khususnya penulis untuk mengetahui lebih lanjut tentang

keterkaitan pemikiran Hasan Al-Banna mengenai pendidikan akhlak.

2. Manfaat praktis

a. Diharapkan skripsi ini dijadikan bahan acuan bagi remaja muslim agar

mempunyai akhlaqul karimah dan karakter yang baik.

b. Penelitian ini nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

membina dan mengetahui perkembangan pendidikan akhlak.

Page 21: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

7

E. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian khususnya

skripsi, penulis menemukan beberapa skripsi yang berhubungan dengan

penelitian ini, diantaranya:

1. Skripsi yang dibahas oleh saudari Dwi Ari Setyani, Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan IAIN Walisongo Semarang tahun 2004, yang berjudul

“Aspek-aspek Pendidikan Kepribadian Menurut Hasan Al-Banna”.

Skripsi ini membahas tentang aspek-aspek pendidikan kepribadian

menurut Imam Hasan Al-Banna, yang meliputi aspek aqidah, intelektual,

moral, sosial serta fisik. Kelima aspek tersebut dalam prosesnya harus

berdasarkan pada dasar Islam yang benar, yaitu berdasar pada Al-Qur’an

dan As-Sunnah. Sistem pendidikan yang dibangun Al-Banna berdasar atas

pendekatan pemahaman hakikat manusia sebagai pribadi yang holistik,

yang meliputi aspek fikriyah, ruhaniyah dan jasmaniyah. Sebagai

konsekuensi logisnya, maka pada tataran aplikasinya pendidikan diarahkan

kepada pembentukan aspek-aspek tersebut secara seimbang dan integral.

2. Skripsi yang dibahas oleh saudari Isniyatun, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Walisongo Semarang tahun 2014, yang berjudul “Konsep

Pendidikan Menurut Hasan Al-Banna dalam Risalah Ta‟alim”. Skripsi ini

membahas tentang konsep pendidikan Akhlak menurut Hasan Al-Banna

bahwa seorang yang berakhlak Islami menurutnya harus memiliki sepuluh

kriteria yakni qawwiy al jism (kuat fisiknya), matin al khuluq (kokohnya

akhlak), mutsaqqaf al fikr (luas wawasan), qadir ala al kasbi

Page 22: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

8

(mampu mencari penghidupan), salim al aqidah (benar akidahnya), shahih

al ibadah (benar ibadahnya), mujahid li nafsih (mujahadah terhadap diri

sendiri), harish ala alwaqtih (perhatian terhadap waktu), munadhdhom fi

syuunih (teratur urusannya), nafi‟ li ghoirih (bermanfaat bagi orang lain).

Konsep tersebut merupakan perwujudan seorang muslim yang shalih

individual maupun sosial yakni meliputi keshalihan terhadap Allah,

keshalihan terhadap diri sendiri dan kesalahan terhadap sesama. Dalam

pembentukan pribadi yang berakhlak Islami Al-Banna menggunakan

empat metode yakni pertama metode pemahaman dengan memahami

pokok-pokok akhlak yang terdapat dalam Al-Qur’an, al hadits, sirah Nabi

maupun sirah salafu shalih. Kedua metode pembiasaan, akhlaka Islami

dibiasakan dengan hal-hal terpuji berupa memiliki wirid harian membaca

Al Qur’an sehari mimimal satu juz, membiasakan diri dalam keadaan

berwudhu’, memperbaiki kualitas shalat dan membiasakan berjamaah di

Masjid, memperbarui taubat dan istighfar, dan dengan muraqabatullah.

Ketiga metode fungsional, dalam hal ini Al-Banna mengarahkan seorang

muslim agar senantiasa bermujahadah dalam menahan hawa nafsu.

Keempat refleksi perilaku, dilaksanakan dengan merutinkan

bermuhasabah yang mengupayakan seorang muslim memperbaiki diri

karena mengetahui kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat. Dalam

konsep akhlaknya Hasan Al-Banna mengedepankan sikap toleran yang

mengarah pada persatuan umat Islam.

Page 23: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

9

Berdasarkan beberapa skripsi diatas, belum ada sumber tulisan yang

secara khusus meneliti tentang pemikiran Hasan Al-Banna tentang pendidikan

dalam metode pendidikan akhlak. Penelitian-penelitian tersebut diatas

berfokus pada aspek-aspek pendidikan kepribadian dan konsep pendidikan

Akhlak menurut Hasan Al-Banna mengenai seorang yang berakhlak Islami

harus memiliki sepuluh kriteria.

Fokus penulis disini adalah pemikiran Hasal Al-Banna tentang

pendidikan akhlak. Jadi penulis setuju dengan konsep pemikiran Hasan Al-

Banna jika diterapkan di jaman sekarang sehingga penelitian ini bersifat

melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya. Hasil dari penelitian ini dapat

digunakan untuk melengkapi data tentang pendidikan akhlak.

F. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah pemahaman dan penelitian serta menghindari

kesalahpahaman terhadap judul skripsi ini, maka terlebih dahulu penyusun

akan mengemukakan batasan dari istilah-istilah serta maksud yang terkandung

dalam judul. Adapun istilah-istilah yang menurut penyusun perlu penjelasan,

sebagai berikut :

1. Pemikiran Hasan Al-Banna

Yang dimaksud pemikiran Hasan Al-Banna adalah bagaimana

mengembangkan hasil temuan yang memiliki kontribusi yang signifikan

bagi pembangunan masyarakat dan pembangunan iptek, bagaimana

mengembangkan model-model pendidikan yang lebih kreatif dan inovatif

dengan tetap komitmen terhadap dimensi fondasionalnya, bagaimana

Page 24: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

10

menggali masalah-masalah operasional dan aktual pendidikan Islam untuk

dibidik dari dimensi fondasional dan strukturalnya serta bagaimana

mengembangkan pemikiran pendidikan Islam sebagaimana tertuang dan

terkandung dalam literatur-literatur pendidikan Islam.

2. Pendidikan Akhlak

Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar anak didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak dan budi

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara. Sedangkan secara husus pendidikan itu adalah suatu proses yang

disadari untuk mengembangkan potensi individu sehingga memiliki

kecerdasan spiritual, emosional serta Intelegtual dan berketerampilan

untuk siap hidup di tengah-tengah masyarakat (Riyanto dan Handoko,

2004:40).

Pendidikan/ mendidik adalah memberi tuntunan kepada manusia

yang belum dewasa untuk menyiapkan agar dapat memenuhi sendiri tugas

hidupnya atau denagn secara singkat: pendidikan adalah tuntunan kepada

pertumbuhan manusia mulai lahir sampai tercapainya kedewasaan, dalam

arti jasmaniah dan rokhaniah. ( Ekosusilo, 1990: 14).

Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan

adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

sekelompok orang dalam usaha mendewasakan kepribadiannya melalui

upaya pengajaran dan latihan.

Page 25: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

11

Akhlak secara bahasa artinya tabiat, perangai, adat istiadat,

sedangkan secara istilah akhlak adalah hal-hal berkaitan dengan sikap,

perilaku, dan sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan

makhluk lain dan dengan Tuhannya (Depag RI, 1983:104).

Sedangkan menurut Imam al-Ghazali, Akhlak adalah suatu sifat

yang mendalam/berakar/menyatu benar dalam jiwa/hati yang

menimbulkan perbuatan dengan mudah tampa difikirkan dan

dipertimbangkan terlebih dahulu (Saputra, 2005:52).

Ahlak erat kaitannya dengan perbuatan. Bila seseorang melakukan

perbuatan baik maka perbuatan tersebut di katakan mulia. Sebaliknya bila

seseorang melakukan perbuatan buruk maka perbuatan tersebut di katakan

aklak yang buruk

Akhlak adalah suatu sistem nilai yang mengatur tindakan dan pola

pikir sikap manusia di muka bumi. Adapun sistem nilai terbut antara lain

adalah ajran islam, dengan al-qur’an dan sunnah rosul sebagai sumber

nilainya, dan ijtihat sebagai metode berfikir islami. Adapun tindakan dan

pola sikap yang dimaksut meliputi berbagai pola hubungan dengan allah

sesama manusia dan dengan alam

Dari beberapa definisi diatas dapatlah disimpulkan bahwa

pengertian pendidikan akhlak adalah suatu proses yang bermaksud

menumbuh-kembangkan fitrah (kemampuan dasar) manusiawi dengan

dasar-dasar akhlak, keutamaan perangai, tabiat agar dimiliki dan

diterapkan dalam diri manusia menjadi adat kebiasaan.

Page 26: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

12

Dengan dasar-dasar akhlak, keutamaan perangai, tabiat agar dimiliki

dan diterapkan dalam diri manusia menjadi adat kebiasaan pada suatu

kelompok tertentu yang merupakan persatuan dari orang-orang secara

bersamaan asal keturunan, bahasa, adat dan sejarah dibawah pemerintahan

sendiri sehingga mencapai masa depan yang cerah dengan sudut pandang

Islam yang bertujuan untuk mempersiapkan menjadi manusia mandiri yang

berkualitas dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara serta agama.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Skripsi ini menggunakan pendekatan hermeneutika. Pendekatan ini

penulis pakai karena hermeneutika sangat relevan untuk menafsirkan

berbagai gejala, peristiwa, simbol maupun nilai-nilai yang terkandung

dalam ungkapan bahasa (Kaelan, 2005: 80). Dalam hal ini yang diungkap

adalah pemikiran Hasan Al-Banna tentang urgensi pendidikan akhlak.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research)

yaitu suatu cara kerja tertentu yang bermanfaat untuk mengetahui

pengetahuan ilmiah dari suatu dokumen yang dikemukaan oleh ilmuan

masa lalu maupun sekarang (Kaelan, 2005:250). Jenis penelitian ini adalah

penelitian kualitatif sehingga menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata, catatan yang berhubungan dengan makna, nilai dan pengertian.

Dalam skripsi ini peneliti menganalisis muatan isi dari objek penelitian

yang berupa dokumen yaitu pemikiran Hasan Al-Banna tentang

pendidikan akhlak.

Page 27: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

13

2. Objek Penelitian

Pada skripsi ini yang menjadi objek penelitian adalah pemikiran

Hasan Al-Banna tentang pendidikan akhlak.

3. Sumber Data

a. Data primer yaitu, data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti atau

petugas-petugasnya dari sumber pertamanya (Suryabrata, 2005:39).

Data primer dalam penelitian ini adalah karya Hasan Al-Banna dalam

Konsep Pembaruan Masyarakat Islam terj. Su’adi Sa’ad, Risalat al

Ta‟alim wa al Usrah, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 1 dan

Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 2, terj. Anis Matta.

b. Data sekunder dalam penelitian ini adalah karya-karya penulis lain

yang membahas tentang pendidikan akhlak, baik dalam bentuk buku,

jurnal, artikel maupun karya ilmiah lainnya. Beberapa sumber yang

penulis gunakan sebagai data sekunder, antara lain: buku, jurnal,

artikel dan sumber lain yang relevan dengan penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara holistik integrative relevan dengan

fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai menggunakan

metode dokumentasi. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data

melalui dokumen. Dokumen disini bisa berupa buku, surat kabar, majalah,

jurnal, ataupun internet yang relevan dengan tema penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul dalam penelitian selanjutnya dianalisis

dengan menggunakan teknik content analisis (Moleong, 1991:163), yaitu

analisis tekstual dalam studi pustaka melalui interpretasi terhadap isi pesan

Page 28: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

14

suatu komunikasi sebagaimana terungkap dalam literatur-literatur yang

memiliki relevansi dengan tema penelitian ini yang berorientasi pada

upaya mendeskripsikan sebuah konsep atau memformulasikan suatu ide

pemikiran melalui langkah-langkah penafsiran pemikiran-pemikiran dari

Hasan Al-Banna.

Selain analisis isi, peneliti juga menggunakan teknik analisis

semiotik, karena obyek kajian berupa teks, maka nantinya juga akan dikaji

bahasa dari teks yang digunakan tersebut. Semiotik merupakan Kajian

tanda yang ada dalam kehidupan, artinya segala sesuatu yang ada dkalam

kehidupan dapat dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus diberi

makna (Hoed, 2011:3).

Adapun langkah-langkahnya analisisnya sebagai berikut:

a. Memilih data dengan pembacaan dan pengamatan secara cermat

terhadap pemikiran Hasan Al-Banna yang didalamnya terkandung

konsep pendidikan akhlak.

b. Mengkategorikan ciri-ciri atau komponen pesan yang mengandung

nilai-nilai pendidikan akhlak dalam setiap pemikiran Hasan Al-Banna.

c. Menganalisis relevansi pemikiran Hasan Al-Banna tentang pendidikan

akhlak.

Untuk mendapatkan kesimpulan penulis menggunakan pola

penalaran induktif, yaitu pola pemikiran berangkat dari suatu pemikiran

khusus kemudian ditarik generalisasi yang bersifat umum.

Page 29: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

15

H. Sistematika Penulisan

Secara umum dalam penulisan skripsi ini terbagi dari beberapa bagian

pembahasan teoritis dan pembahasan empiris dari dua pokok pembahsan

tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya,

sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-

pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut

antara lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, kajian pustaka, penegasan istilah, metode penelitian,

sistematika penulisan.

Bab II Biografi Tokoh, pada bab ini dipaparkan tentang gambaran

biografi Hasan Al-Banna.

Bab III Deskripsi Pemikiran Hasan Al-Banna tentang Konsep

Pendidikan Akhlak.

Bab IV Pembahasan, penulis menguraikan metode pemikiran Hasan

Al-Banna tentang pendidikan akhlak.

Bab V Penutup, meliputi; kesimpulan dan saran-saran yang menjadi

akhir dari penulisan skripsi ini.

Page 30: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

BAB II

BIOGRAFI HASAN AL-BANNA

A. Riwayat Hidup

Hasan bin Ahmad bin Abdurrahman Muhammad Al-Banna, atau yang

dikenal dengan Hasan Al-Banna lahir di Mahmudiyah (Nu’man, 2004:137),

sebuah kota kecil di propinsi Buhairah, kira-kira 9 mil dari arah barat daya

kota Kairo Mesir pada bulan Oktober 1906 M. Syaikh Abdurrahman Al-

Banna, kakek Hasan Al-Banna adalah seorang pembesar sekaligus

konglomerat desa Syamsyirah. Dia memiliki dua anak laki-laki, Ahmad dan

Muhammad. Ahmad menghabiskan waktunya untuk menuntut ilmu di Al

Azhar, sedangkan Muhammad bekerja di desa. Ketika Abdurrahman Al-

Banna meninggal, keduanya berselisih tentang warisan. Ahmad mengalah dan

meninggalkan desa untuk menetap di Mahmudiyah. Syaikh Ahmad (ayah

Hasan Al-Banna) bekerja sehari-hari sebagai tukang reparasi jam dan sisa

waktunya dimanfaatkan untuk mengajar fiqih, tauhid serta hafalan Al-Qur’an

berikut tajwid. Ia memiliki perpustakaan yang dipenuhi beragam buku ilmu–

ilmu Islam. Ketika penduduk Mahmudiyah membangun masjid, mereka

meminta agar syaikh Ahmad mengawali khutbah jum’at di masjid tersebut.

Saat itu penduduk Mahmudiyah sangat kagum dengan keilmuan dan retorika

bicaranya, sehingga ia diminta menjadi khatib dan imam masjid setempat. Ia

membagi waktu antara mengajar dan memperbaiki jam.

Syaikh Ahmad mengajar fiqih empat madzhab dan kitab-kitab sunan.

Ia mengajar kitab Al Muwatha‟ Imam Malik, Musnad Imam Syafi’i, serta

16

Page 31: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

17

menyusun beberapa buku, antara lain Bada‟i‟u al Minan fi jam‟i wa tartib

Musnad al-Syafi‟i wa al-sunan, sekaligus memberi tahqiq dan syarahnya. Ia

juga menyusun satu juz di antara kitab empat Imam Musnad, juga menyusun

Musnad Imam Ahmad dengan judul Fath al Rabbany fi Tartib Musnad al

Imam Ahmad al-Syaibany. Syaikh Ahmad menikah dengan seorang wanita

dari keluarga Abu Qaura dan dikaruniai lima anak laki-laki dan dua anak

perempuan, Hasan Al-Banna merupakan anak sulung (Assisi, 2006:382-383).

Hasan Al-Banna lahir dari keluarga yang cukup terhormat dan dibesarkan

dalam suasana keluarga Islam yang taat. Sebagai seorang ayah, Syeikh Ahmad

mencita-citakan putranya (Hasan) sebagai mujahid (pejuang) disamping

seorang mujaddid (pembaharu).

Syaikh Ahmad, memperhatikan dengan sungguh–sungguh

perkembangan dan pertumbuhan Al-Banna. Sejak kecil, ia menuntun Al-

Banna menghafal Al-Qur’an dan mengajarkannya ilmu-ilmu agama: sirah

nabawiyyah, ushul fiqh, hadits dan gramatika bahasa Arab. Syaikh Ahmad

memotivasi Al-Banna untuk gemar membaca dan menelaah buku-buku yang

ada di perpustakaan yang ia miliki yang sebagian besar isinya merupakan

referensi utama khazanah keislaman. Perhatian Syaikh Ahmad terhadap

pertumbuhan Al-Banna tidak terbatas pada cara ia memperoleh pengetahuan

ilmiah dan wawasan teoritis, bahkan ia juga mengajarkan ilmu dan amal

sekaligus sehingga Al-Banna dapat berkomitmen dengan perilaku dan akhlak

islami dan kepribadiannya pun tersibghah dengan nilai-nilai agama.

Abdurrahman Al-Banna, adik kandung Al-Banna pernah bercerita

tentangnya, Ketika itu Hasan berusia 9 tahun dan aku 7 tahun. Kami selalu

Page 32: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

18

bersama-sama pergi ke maktab (perpustakaan) untuk menghafal Al-Qur’an

dan menulis di papan. Ia sudah hafal dua pertiga Al-Qur’an, sedangkan aku

baru sepertiga dari surat Al-Baqarah sampai At-Taubah. Kami selalu pulang

bersama dari maktab dan mencium tangan ayah. Tangan itu pula yang

mengajari kami Sirah Nabawiyah, Ushul Fiqh, dan Nahwu. Saat itu, kami

memiliki kurikulum yang digunakan ayah untuk mengajar kami. Untuk

pelajaran fiqh, ia belajar fiqh Imam Hanafi dan aku Imam Malik. Untuk

nahwu, ia belajar kitab Al fiyah dan aku kitab Milhat al I‟rab.

Semua pelajaran menuntut kami untuk serius dan Sungguh-sungguh

karena itu kami selalu mengatur waktu dan menyusun jadwal belajar. Hasan

Al-Banna adalah sebaik-baik orang yang kukenal dan selalu melaksanakan

ibadah shiyam dan qiyamullail. Ia bangun di waktu sahur, lalu shalat. Setelah

itu ia membangunkan aku untuk shalat subuh. Seusai shalat ia membacakan

jadwal mata pelajaran untukku dan sampai kini suaranya masih terngiang di

telingaku, pukul 05.00-06.00 pelajaran Al-Qur’an, pukul 06.00-07.00

pelajaran tafsir dan hadits, 07.00-08.00 pelajaran fiqh dan ushul fiqh. Ia selalu

memulai dan aku mengikuti, ia menyuruh dan aku menaati. Ketika itu

perpustakaan ayah penuh berjilid-jilid buku. Setiap hari kami mengitari dan

mengamati judul-judulnya yang berkilauan bagai emas. Terbaca kitab, al

Naisaburi, al Qashthalani, Nail al Authar dan masih banyak kitab lainnya.

Ayah selalu menganjurkan agar kami selalu dekat dengan buku-buku itu.

Kami pun mendengar majelis ta’lim ayah yang terhormat mulai dari ceramah

ilmiah sampai dialog dan debat. Kami menghadiri diskusi beliau dengan

Page 33: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

19

hadirin yang terdiri dari para ulama, seperti Al-Mukarram Syaikh Muhammad

Al Zahran, dan Al-Mukarram Syaikh Muhaisin (Nu’man, 2004:137). Hasan

Al-Banna lahir dan besar dalam keluarga yang religius dan memiliki semangat

yang besar dalam mempelajari ilmu-ilmu agama.

B. Kondisi Sosial

Pada tanggal 18 Desember tahun 1914 Inggris mengumumkan

prektoratnya terhadap Mesir, mengumumkan berakhirnya khilafah Islamiyah

atas Mesir, menyingkirkan Khedive Abbas, dan menunjuk Husain Kamil

sebagai pengganti dan memberinya gelar sultan. Kondisi umat Islam di Mesir

dan dunia pada umumnya saat itu berada dalam penjajahan bangsa Eropa, dan

keadaan tersebut berpengaruh pada tatanan nilai-nilai sosial masyarakat,

politik, ekonomi dan pendidikan (Qaradhawi, 1991:2-3). Pendidikan yang

diadopsi dari Eropa melahirkan pemahaman-pemahaman nilai-nilai sosial,

budaya, agama dan pendidikan yang bercorak Barat. Hukum Islam diabaikan

dan ditinggalkan, digantikan dengan hukum-hukum positif buatan manusia,

kebiasaan Barat dan peradaban asing mendominasi kehidupan umat Islam,

terutama kaum terpelajar. Hal ini disebabkan oleh penjajahan Barat yang

memegang kendali pendidikan. Akibat dari pola pendidikan Barat tersebut

maka muncullah generasi-generasi yang menyandang nama Islam tetapi

berwatak Barat (Eropa).

Tahun 1920 merupakan masa gejolak politik dan intelektual di Mesir.

Perebutan kekuasaan terjadi antara partai Wafd dan partai Konstitusi Liberal

(Hizb al-asrar al-dusturiyyun), hiruk pikuk perdebatan politik yang

Page 34: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

20

menimbulkan perpecahan yang muncul setelah meletusnya revolusi 1919,

gelombang kekufuran dan nihilisme pascaperang melanda dunia Islam,

serangan terhadap tradisi dan ortodoksi yang semakin menjadi dengan adanya

revolusi Kemal di Turki yang diorganisasi menjadi gerakan intelektual dan

pembebasan sosial mesir, aliran-aliran non Islam di Universitas Mesir

memberikan pandangan bahwa universitas tidak bisa menjadi universitas yang

sesungghnya jika ia tidak melakukan revolusi melawan agama dan menyerang

tradisi sosial yang berasal dari agama. Selain itu, buku-buku, surat kabar, dan

majalah yang beredar mempropagandakan gagasan yang tujuan intinya

melemahkan posisi agama.

Hasan Al-Banna yang saat itu baru berusia 13 tahun sudah

menunjukkan jiwa patriotisme. Al-Banna ikut berdemonstrasi dan

mendeklamasikan puisi-puisi yang berisi semangat nasionalisme. Mengenai

revolusi 1919 Al-Banna menuturkan dalam memoarnya,

Masih tergambar dibenak saya, peristiwa ketika beberapa tahun tentara Inggris

menduduki kota dan mendirikan kamp-kamp di berbagai tempat. Sebagian

mereka mulai berinteraksi dengan sebagian penduduk setempat. Bahkan mulai

melakukan tindakan kasar dan penakalan terhadap penduduk dengan

menggunakan sabuk kulitnya. Akibatnya orang-orang yang masih memiliki

rasa nasionalisme pun menjauh dari orang-orang Inggris itu, mereka harus

menanggung akibatnya. Saya juga masih ingat bagaimana penduduk

melakukan siskamling, mereka melakukan jaga malam secara bergantian

selama beberapa hari agar tentara-tentara Inggris itu tidak menyatroni rumah-

rumah penduduk dan merampas kehormatan penghuninya.

Situasi yang demikian mencekam pada saat itu terlihat masih

membekas dalam ingatan Al-Banna hingga bertahun-tahun. Penjajahan Inggris

seperti penjajahan bangsa manapun juga, telah membangun sebuah persepsi

didalam diri bangsa terjajah tentang kehinaan dan kerendahan martabat

Page 35: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

21

kemanusiaan mereka. Hal tersebut sangat terlihat dalam beberapa tulisan Al-

Banna. Ahmad Isya 'Asyur mengungkapkan hal ini di dalam karyanya

Ceramah-Ceramah Hasan Al-Banna: Hasan Al-Banna menggambarkan dan

mengartikan penjajahan yang dialaminya dengan penggambaran seperti yang

tertera didalam kitab suci (Q.S An-Naml:34):

Artinya: Dia berkata: “Sesungguhnya raja-raja itu apabila memasuki suatu

negeri, niscaya mereka membinasakannya dan menjadikan

penduduknya yang mulia itu menjadi hina. Dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat”. (Departemen Agama RI, 2005:597).

Makna penjajahan bagi Al-Banna meliputi kerusakan yang bersifat

ilmiah, kerusakan ekonomi, kerusakan kesehatan, kerusakan moral dan

seterusnya, diantara indikasinya adalah kehinaan, serba kekurangan dan

kemiskinan, lalu “menjadikan penduduknya yang mulia itu menjadi hina”,

keadaan ini sekaligus yang menunjukkan hilangnya indikasi kehidupan

(eksistensi) bangsa terjajah itu. Sementara bagi penjajah akan muncul

kezaliman dan arogansi. Untuk masa modern Hasan Al-Banna menyatakan

akan terjadi perubahan negatif (destruktif) setiap kali penjajahan memasuki

sebuah negeri. Perubahan negatif tersebut terjadi pada aspek akhlaknya yang

rusak, jiwanya yang melemah, muncul berbagai kezaliman, ilmu pengetahuan

mengalami berbagai kematian dan kejahilan/kebodohan merajalela ('Asyur,

2000:246).

Semua itu berpengaruh sangat besar bagi masyarakat Mesir dan

pribadi Hasan Al-Banna. Selain itu, peristiwa runtuhnya khilafah Islamiyah

Page 36: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

22

(1924) ini melahirkan gelombang kemurtadan dan gaya hidup bebas,

hal ini terlihat dalam penuturan Al-Banna yang dikutip oleh Abdul Muta'al Al

Jabbari, Pada dekade yang saya lalui di Kairo kala itu, semakin merajalela

arus kekuasaan. Kebebasan berpendapat dan berfikir dianggap sebagai

kebenaran rasio. Kerusakan moral dan akhlak dianggap sebagai kebebasan

individu. Gelombang kemurtadan dan gaya hidup bebas melanda sangat deras

tanpa ada penghalangnya, didukung oleh berbagai kasus dan situasi yang

mengarah kesana (Al-Jabari, 1999:10).

Tahun 1927 Al-Banna mendapat tugas baru sebagai guru di

Ismailiyah. Ismailiyah merupakan kota yang didominasi oleh pihak asing dari

Inggris. Di kota ini tidak hanya terdapat kamp-kamp militer Inggris, tetapi

juga terdapat perusahaan Terusan Suez, sebuah dominasi asing yang sempurna

atas fasilitas- fasilitas publik. Kesenjangan ekonomi sangat terlihat di kota ini,

rumah-rumah mewah milik orang asing dihadapakan dengan rumah-rumah

buruh yang menyedihkan yang merupakan penduduk pribumi Mesir.

Terdapat dua persoalan sosial-politik yang melingkupi Hasan Al-

Banna ketika ia berupaya melakukan pembaharuan dan perbaikan umat Islam

saat itu. Hal tersebut bisa dicermati dari teks perkataan Hasan Al-Banna yang

dikutip Abdul Muta’al Al Jabbari berikut ini:

Saya sepenuhnya yakin bahwa bangsa saya ini, berdasar hukum

perubahan politik yang melingkupi mereka, serta dengan munculnya

revolusi sosial yang mereka terjuni, westernisasi yang semakin

meluas, filsafat materialisme dan sikap membebek pada bangsa

Asing akan semakin menjauhkan mereka dari cita-cita agama,

tujuan kitab suci, melupakan peninggalan para pendahulu mereka,

untuk kemudian mengenakan jubah kezaliman dan kebodohan pada

agama mereka yang benar, dan makin tertutuplah hakekat kebenaran

dan ajarannya yang lurus oleh tabir-tabir prasangka, sehingga orang

awam

Page 37: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

23

terjerumus dalam lembah kebodohan yang gelap gulita.

Pemuda dan pelajar melata-lata di padang kebingungan dan kebimbangan, aqidah menjadi rusak dan agama bergantian dengan

kekafiran. Persoalan lain mengenai kondisi Mesir pada saat itu adalah dari sisi elite politik dan elite agama/para ulama (Al-Jabari,

1999:11).

Hal tersebutlah yang memotivasi Al-Banna untuk bangkit dari ketertindasan

yang dialami bangsa Mesir sampai akhirnya ia mendirikan jama’ah al-Ikhwan

al-Muslimun bersama 6 orang pekerja di kamp Inggris yang biasa

mendengarkan ceramah-ceramah yang ia sampaikan.

C. Latar Belakang Pendidikan

Hasan Al-Banna memulai Pendidikan di Madrasah Diniyah Al-Rasyad

saat berusia delapan tahun. Madrasah Diniyah Al-Rasyad bisa dibilang

istimewa dalam bidang materi yang diajarkan dan metodologi yang

diterapkan. Selain, mempelajari materi-materi yang lazim dipelajari di

madrasah, di Madrasah Diniyah Al-Rasyad juga diajarkan hafalan dan

pemahaman hadits. Madrasah ini mengadopsi pola pengajaran pada lembaga

pendidikan yang bagus. Pemilik Madrasah al Rasyad, Syaikh Muhammad

Zahran termasuk di antara orang pertama setelah ayahnya yang banyak

mempengaruhi perkembangan pemikiran Al-Banna.

Al-Banna belajar di Madrasah ini hingga berusia dua belas tahun.

Karena kesibukan Syaikh Zahran, ia menyerahkan pengelolaan madrasah

kepada ustadz-ustadz lain yang menurut Al-Banna tingkat keilmuan, kekuatan

ruhani, serta akhlak ustadz-ustadz tersebut kurang setara dengan Syaikh

Zahran. Hal inilah yang membuat Al-Banna memutuskan untuk pindah ke

Madrasah „Idadiyah, setingkat dengan madrasah Ibtidaiyah (Al-Banna,

Page 38: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

24

2004:26-28). Di Madrasah I’dadiyah inilah untuk pertama kali Al-Banna

mengikuti organisasi-organisasi keagamaan. Al-Banna menjadi ketua

Perhimpunan Akhlak Mulia, sebuah organisasi yang bertujuan menghukum

anggota-anggotanya atas setiap pelanggaran moral yang mereka lakukan.

Suatu sistem denda yang berat pun diterapkan pada seluruh anggota yang

mencaci maki saudara dan keluarga mereka atau bersalah menurut agama

(Mitchell, 2005:4). Organisasi inilah yang mempengaruhi kepribadian Al-

Banna, menjadikan dia konsisten dalam menjalankan perintah Allah dan

menjauhi larangan-Nya yang ia terapkan dalam sikap dan perilakunya (Ashari,

2001:63).

Sejak muda Hasan Al-Banna telah mencurahkan perhatian kepada

agama Islam. Walaupun sibuk dengan tugas belajar, ia bersama dengan

teman-temannya mendirikan Jam‟iyatu al Ikhwani al Adabiyah, yakni sebuah

perkumpulan yang terdiri dari calon pengarang. Ia juga mendirikan Jam‟iyatu

al Man‟i al Muharramat, semacam serikat pertobatan dan menjabat sebagai

ketua (Kholik, 1999:256). Saat berusia 13,5 tahun Al-Banna melanjutkan

jenjang pendidikan di Madrasah al Mu‟allimun al Awwaliyah di Damanhur.

Ada dua kendala dalam upaya pendaftaran di Madrasah ini. Pertama kendala

usia, hal ini karena usia Al-Banna baru 13,5 tahun sedangkan usia minimal

untuk dapat diterima di madrasah ini 14 tahun. Kedua, kendala hafalan Al-

Qur’an. Syarat untuk dapat diterima di madrasah ini haruslah sudah hafal 30

juz, sedangkan hafalan Al-Banna masih kurang seperempat Al-Qur’an. Al-

Banna bisa terdaftar sebagai siswa Madrasah Al-Mu’allimin karena mendapat

Page 39: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

25

dispensasi dari kepala sekolah. Al-Banna berjanji untuk segera menyelesaikan

hafalan tersebut (Al-Banna, 2004:34). Di Damanhur Al-Banna semakin aktif

mengikuti tarekat sufi. Sejak saat itu, pemikiran Al-Banna banyak dipengaruhi

oleh ajaran – ajaran sufisme terutama ajaran figur puncak sufisme, yaitu Abu

Hamid Al-Ghazali (1058-1111 M).

Pandangan Al-Ghazali terhadap pendidikan yang ia baca dari kitab

Ihya‟ Ulum al-din membuat Al-Banna berpandangan bahwa melanjutkan

pendidikan formal adalah hal yang sia-sia. Pada tahun terakhir pendidikannya

di Madrasah Mu’allimin, Al-Banna mengalami pertentangan batin dalam

dirinya antara kecintaan menuntut ilmu dan keyakinan akan faedah menuntut

ilmu bagi individu maupun masyarakat serta pandangan Al-Ghazali yang

menganjurkan cinta kepada sains dan ilmu pengetahuan (demi sains dan ilmu

pengetahuan itu sendiri), dan pandangan yang mengatakan bahwa menuntut

ilmu terbatas pada hal-hal yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban-

kewajiban agama dan meraih kehidupan yang lebih baik. Salah satu guru Al-

Banna berhasil menyingkirkan keraguan-keraguan tersebut dan Al-Banna

bersedia melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi (Al-Banna, 2004:62).

Pada tahun 1923, saat Al-Banna berusia 16 tahun ia berhasil

menyelesaikan pendidikan di Madrasah Mu’allimin dan pada tahun yang sama

ia masuk ke Darul Ulum Kairo. Dar Al-Ulum didirikan pada tahun 1873 M

sebagai lembaga pertama Mesir yang menyediakan pendidikan tinggi modern

(sains), di samping ilmu-ilmu agama tradisional yang menjadi spesialisasi

lembaga pendidikan tradisional dan klasik Al-Azhar. Dar Al-Ulum menjadi

Page 40: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

26

sekolah tinggi keguruan yang utama dan dengan berkembangnya sistem

universitas sekuler di Mesir, Al-Azhar menjadi semakin bertambah tradisional

(Mitchell, 2005:5-6). Dalam lingkungan pendidikan tersebut Hasan Al-Banna

mampu mengorganisasikan kelompok mahasiswa Al-Azhar dan Dar Al-Ulum

yang melatih diri berkhotbah di masjid-masjid. Dalam kesempatan belajar di

Kairo, Hasan Al-Banna sering berkunjung ke toko-toko buku yang dimiliki

oleh gerakan Shalafiyah pimpinan Rasyid Ridha, dan aktif membaca Al-

Manar dan berkenalan dengan murid-murid Abduh lainnya (Kholik,

1999:254).

Hasan Al-Banna menamatkan pendidikan di Dar Al-Ulum pada tahun

1927 dalam usia 21 tahun kurang beberapa bulan. Al-Banna diminta

Departemen Pendidikan untuk mengajar di Ismailia. Awalnya Al-Banna ragu

dengan tugas tersebut, atas dorongan ayah dan guru-gurunya, Al-Banna

memutuskan untuk bersedia menerima tawaran itu (Al-Banna, 2004:102-103).

Pada tanggal 19 September 1927 meninggalkan Kairo menuju Ismailia untuk

menempati rumah baru dan melaksanakan tugas yang baru pula sebagai guru

di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (Al-Banna, 2004:105).

D. Hubungan Sosial Politik dan Pemikiran Hasan Al-Banna

Revolusi rakyat tahun 1919 telah memberikan sebagian pengaruh pada

diri Hasan Al-Banna. Ia terlibat di dalamnya dengan bersyair, demonstrasi,

melakukan aksi dan mendengarkan orasi tentang permasalahan negara dan

perkembangannnya. Semua itu memberi pengaruh terhadap pembinaan

karakter politik Al-Banna ketika ia masih berusia dini, tiga belas tahun.

Page 41: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

27

Kesadaran ini telah tumbuh sampai pada tingkat menganggap berbagai

partisipasi yang ia lakukan sebagai jihad yang wajib dilaksanakan, padahal

saat itu ia masih menekuni dunia tasawwuf. Ketika kuliah di Darul ulum,

terjadi friksi antara kubu partai Wafd dan Ahrar Dusturi, yang disusul dengan

berbagai kasus lainnya. Hal itu menjadi topik pembicaraan dosen dan

mahasiswa. Para dosen selalu mengemukakan pandangan mereka secara jelas.

Hal ini berpengaruh pada perkembangan politik Al-Banna.

Ketika tinggal di Ismailia, Al-Banna melihat kolonialisme Inggris

begitu tampak sangat vulgar. Tidak hanya pangkalan Inggris, tetapi di sana

juga berdiri Terusan Suez yang mereka kuasai, para pekerja di dalamnya

merasakan perbudakan yang sangat menyakitkan. Perusahaan ini memonopoli

bidang-bidang pelayanan umum dan urusan perekonomian Ismailia (Ruslan,

2000:181-184).

E. Karya-Karya

Hasan Al-Banna mewariskan dua karya monumental yaitu

Mudzakkirat al Dakwah wa Da‟iyah, dan Majmu‟ah Rasail (Muhammad,

2006:206). Mudzakkirat al Dakwah wa Da‟iyah telah diterjemahkan dalam

bahasa Indonesia dengan judul Memoar Hasan Al-Banna oleh Salafuddin Abu

Sayyid yang diterbitkan oleh penerbit Era Intermedia Solo. Majmu’ah Rasail

merupakan kumpulan risalah-risalah yang ditulis Hasan Al-Banna juga telah

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh beberapa penerbit

yakni penerbit Media Dakwah dengan judul Konsep Pembaruan Masyarakat

Islam, penerbit Era Intermedia dengan judul Risalah Pergerakan Ikhwanul

Page 42: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

28

Muslimin dan penerbit Al-„Itishom dengan judul Risalah Dakwah Hasan Al-

Banna. Majmu‟ah Rasail terdiri dari beberapa risalah antara lain sebagaimana

yang disebutkan oleh Ali Abdul Halim Mahmud, yaitu:

1. Risalah “Akidah” ditulis pada tahun 1350 H/1931M, dalam risalah ini Al-

Banna mengumumkan targetdan tujuan Ikhwan sejalan dengan masa

pertumbuhannya. Dalam risalah ini juga ditetapkan berbagai dimensi

dakwah Islamiyah, serta menegaskan sejak semula bahwa target Ikhwan

adalah untuk mewujudkan kebaikan duniawi dan ukhrawi.

2. Risalah “Dakwah Kami” ditulis pada tahun 1936 M. Berisi tentang

program dan tujuan Ikhwan. Dalam risalah ini Al-Banna membagi

masyarakat ke dalam empat tipe manusia, yaitu orang mukmin, orang yang

ragu-ragu, orang yang oportunis, dan orang yang memusuhi. Al-Banna

juga menjelaskan bahwa dakwah Ikhwan menyentuh semua sendi

kehidupan. Artinya Islam adalah agama yang mengatur seluruh dimensi

kehidupan manusia.

3. Risalah “Ke Mana Kami Membawa Umat”, ditulis pada tahun 1936 M

didalamnya dibahas masalah agama, politik, dan nasionalisme secara jelas

dan meyakinkan.

4. Risalah “Menuju Cahaya” ditulis tahun 1936 M, dan ditujukan kepada

Raja Faruk, kepada kepala pemerintahan pada saat itu, Mustafa al-Nahas

Pasha, dan seluruh raja, amir, dan penguasa di semua negara Islam. Di

dalamnya Al-Banna menekankan pentingnya membebaskan umat Islam

dari segala bentuk ikatan politik yang membelenggunya, dengan

menggunakan segala cara yang legal, dan dengan menerapkan sistem

Page 43: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

29

Islam. Dalam risalah ini pula Hasan Al-Banna mencantumkan Indonesia

sebagai salah satu negara yang harus mendapat perhatian oleh orang-orang

Islam karena Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk muslim

terbesar di dunia yang masih berada dalam jajahan Belanda.

5. Risalah “Untukmu Para Pemuda”, ditulis juga pada tahun 1936 M,

didalamnya Al-Banna menjelaskan bentuk amal Islami yang hendaknya

dilaksanakan para pemuda. Amal itu berupa pembentukan pribadi muslim,

rumah tangga muslim, masyarakat muslim, pemerintah muslim, dan

bangsa muslim dengan menyatukan seluruh negara Islam yang sudah

dipecah belah akibat perbedaan politik. Al-Banna juga menjelaskan bahwa

keberhasilan suatu konsep ditentukan oleh empat faktor yakni keimanan,

keikhlasan, semangat dan usaha.

6. Risalah yang ditujukan kepada Konferensi Pelajar, merupakan teks pidato

yang disampaikan Al-Banna pada bulan Muharram 1357 H /Maret 1938 M

dihadapan para pelajar muslim. Di dalamnya Al-Banna menyinggung

masalah Islam dan politik, kebebasan berpendapat sebagai hal yang sangat

penting dalam mencari kebenaran.

7. Risalah “Ikhwanul Muslimin di Bawah Bendera Al-Qur’an” ini adalah

pidato yang disampaikan Al-Banna pada tanggal 14 Shafar 1358 H /4

April 1939 M, berisi ajakan untuk kembali kepada Islam yaitu

menyandarkan segala sendi kehidupan pada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

8. Risalah “Antara Kemarin dan Hari Ini”, ditulis pada tahun 1942 M. Di

dalamnya Al-Banna membicarakan sistem pendidikan secara serius dan

mendalam.

Page 44: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

30

9. Risalah “Pengarahan”, ditulis pada tahun 1943 M. Di dalamnya Al-Banna

mengungkapkan program pendidikan dan pembinaan jama’ah, serta target

dan sarana pendidikan mereka. (Mahmud, 2004:365-397)

Ada segelintir pihak yang mengkritik Hasan Al-Banna dengan tujuan

merendahkan, lantaran ia belum pernah membuat kitab-kitab ilmiah. Hasan

Al-Banna pernah ditanya tentang alasan ia tidak menyusun kitab. Ia menjawab

bahwa dirinya lebih suka menghasilkan dan mencetak rijal dibanding buku,

sebab buku akan tersimpan dan usang di rak dan hanya sedikit yang bersedia

membaca. Sedangkan rijal akan menjadi buku berjalan yang memberikan

manfaat bagi siapa saja yang bersentuhan dengannya. Fakta itulah yang terjadi

dari tempaanya, lahir rijal al da‟wah yang tersebar di seantero umi. Di antara

mereka, ada yang menjadi ahli fiqh seperti Abdul Qadir Audah, Abdul Halim

Abu Syuqqah, dan Yusuf al Qaradhawy; muhaddits seperti Muhibbudin al

Khathib, Abdul Fattah Abu Ghudah; pemikir dan penulis seperti Sayyid

Quthb, Muhammad Quthb, Muhammad al Ghazaly, Taufiq Yusuf al Wa’iy,

Fathi Yakan dan lain-lain (Al-Khatib, 2006:xxx-xxxi).

Page 45: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG KONSEP

PENDIDIKAN AKHLAK

A. Risalah Ta’alim

Risalah ta’alim ditulis oleh Hasan Al-Banna pada tahun 1934 M.

Risalah ini merupakan puncak dari berbagai risalah yang Al pendidikan

jama’ah Ikhwanul Muslimin. Adapun bagian-bagian yang ada dalam risalah

ta’alim, sebagai berikut: (Mahmud,1997:392)

1. Pendahuluan

Risalah Ta’alim hanyalah satu dari sekian banyak risalah yang

pernah ditulis Hasan Al-Banna. Pada awal mukaddimahnya ia

mengatakan;

Inilah risalahku untuk ikhwan mujahidin dari kalangan Ikhwanul Muslimin yang telah beriman kepada keluhuran dakwahnya dan kepada validitas fikrahnya. Mereka memiliki tekad yang tulus untuk hidup bersamanya dan mati atas namanya. Kepada mereka sajalah uraian ringkas ini kupersembahkan. Ia bukan pelajaran-pelajaran yang harus dihafal, tetapi merupakan petunjuk-petunjuk yang harus diamalkan. Marilah beraktifitas, wahai saudaraku yang berhati tulus (Al-Banna, 2008:289).

Meskipun Hasan Al-Banna menggunakan redaksi yang

mengkhususkan risalah ini kepada kelompok tertentu, tetapi ajaran,

kewajiban dan nasihat-nasihat yang terkandung didalamnya tidak khusus

hanya untuk mereka saja. Risalah tersebut berlaku umum bagi setiap orang

yang hendak menempuh jalan Nabi Muhammad SAW dan menapaki

jalannya.

31

Page 46: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

32

Hal itu karena apa yang diserukan Al-Banna adalah kebenaran, sedangkan

kebenaran tidak terbatas hanya untuk orang tertentu saja. Ia dibuat untuk

diperebutkan oleh orang-orang yang serius berusaha (Al Washli, 2001:20).

2. Isi

Risalah ta‟alim dapat dikatakan sebagai rangkuman dari berbagai

risalah

yang pernah ditulis Hasan Al-Banna. Isinya mudah, ringkas, padat, dan

jelas

(Thahan, 2007: 2). Risalah Ta’alim terbagi menjadi dua bagian, yakni arkan

albai‟at (rukun-rukun bai’at) dan wajibat al akh al „amil (kewajiban

seorang

aktifis). Adapun pengertian baiat adalah:

Baiat merupakan janji setia untuk taat. Seolah-olah orang

yang berbaiat tidak boleh menentang perintah. Ia harus menaati

perintah, baik saat lapang maupun sempit. Apabila ia membaiat

seorang pemimpin, ia harus meletakkan tangannya di atas tangannya

sebagai tanda telah terjadinya sebuah janji. Seperti inilah pengertian

baiat dari dari segi bahasa dan syariat. Pengertian ini pulalah yang

terkandung dalam hadits mengenai baiat yang dilakukan oleh Nabi

SAW (Thahan, 2007:385).

a. Arkan Al-Bai‟at

Arkan Al-Bai‟at merupakan bai’at untuk memperjuangkan

Islam yang menjelaskan tentang hal-hal yang dimaksud dari masing-

masing rukun dan berbagai konsekuensi komitmen masing-masing

rukun itu, baik berupa ucapan maupun perbuatan yang harus

direalisasikan dalam realitas perjuangan Islam dengan memperbaiki

pribadi, masyarakat, atau pemerintahan, dan istiqomah di atas jalan

Allah yang sempurna. Di samping itu, di dalamnya juga menjelaskan

sarana dan metode yang digunakan untuk merealisasikan tujuan-tujuan

utama setiap muslim yang selalu diserukan, bahwa Allah adalah

Page 47: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

33

tujuannya, Rasul adalah qudwahnya, jihad adalah jalannya, dan mati di

jalan Allah adalah cita-citanya yang tertinggi (Al-Washli, 2001:20).

Di antara hal penting yang diwujudkan oleh risalah ta‟alim

pada sedikit halamannya adalah berupa penjelasan mengenai berbagai

hal yang diperlukan oleh gerakan Islam dari yang global menjadi rinci,

dari yang remang menjadi jelas. Misalnya permasalahan bai’at, selama

ini istilah bai’at hanya dikenal dengan makna janji setia mengamalkan

wirid tertentu atau untuk taat pada figur syaikh tertentu. Risalah

Ta’alim hadir dengan penjelasan tentang batasan–batasan arkan al

bai’at yang dibutuhkan dewasa ini, bahwa ia adalah:

1) Pemahaman, bai’at untuk memahami Islam secara benar.

Pemahaman yang dimaksud oleh Al-Banna adalah bahwa

ikhwan yakin bahwa fikrah yang mereka yakini adalah fikrah

islamiyah yang bersih dan hendaknya pula ikhwan memahami

Islam dalam batas ushul al isyrin (20 prinsip). Adapun dua puluh

prinsip tersebut menjelaskan tentang:

a) Islam adalah sistem yang sempurna.

b) Memperkenalkan sumber-sumber hukum Islam dan kaidah

memahaminya.

c) Pengaruh iman, ibadah, dan mujahadah.

d) Menggunakan sebab (sarana) selama bukan sarana jahiliyah.

e) Pendapat imam adalah adalah pemutus masalah-masalah yang

tidak ada nashnya dan yang membedakan antara ibadah dan

kebiasaan.

Page 48: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

34

f) Neraca untuk menimbang pendapat-pendapat para ulama dan

etika para pendahulu umat ini

g) Ijtihad, taklid, dan kemadzhaban

h) Perbedaan dalam masalah furu’ dan etika dalam

menghadapinya

i) Iman kepada Allah dan sifat-sifat-Nya.

j) Bid’ah, definisi, hukum dan jenisnya

k) Kriteria mencintai orang-orang saleh, batas-batas kewalian, dan

hukum menetapkan karamah bagi mereka

l) Disyari’atkannya ziarah kubur dan bid‟ah yang dimunculkan

orang di dalamnya

m) Doa dan tawassul

n) Tradisi dan adat istiadat bisa dijadikan landasan selama tidak

mengubah prinsip-prinsip syariat

o) Akidah dan perbuatan hati

p) Syariat lebih didahulkan dibanding akal

q) Kriteria dan batas-batas pengkafiran menurut ahlul haq (Al-

Banna, 2009: 162-167).

2) Keikhlasan, bai’at untuk berikhlas.

Al-ikhlas menurut Al-Banna adalah bahwa ikhwan dalam

setiap kata-kata, aktifitas, dan jihadnya, semua harus dimaksudkan

semata-mata untuk mencari ridha Allah dan pahala-Nya, tanpa

mempertimbangkan aspek kekayaan, penampilan, pangkat, gelar,

Page 49: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

35

kemajuan, atau keterbelakangan. Dengan itulah, ia menjadi tentara

fikrah dan aqidah, bukan tentara kepentingan dan ambisi pribadi.

3) Amal/aktifitas, bai’at untuk berAktifitas.

Al-amal (aktifitas) menurut Al-Banna adalah merupakan

buah dari ilmu dan keikhlasan. Al-amal terdiri dari tujuh tahapan

yakni:

a) Perbaikan diri sendiri

b) Membentuk rumah tangga yang Islami

c) Mengarahkan masyarakat menebarkan kebaikan

d) Pembebasan tanah air

e) Memperbaiki keadaan pemerintahan

f) Mengembalikan eksistensi kenegaraan bagi umat Islam

g) Kepeloporan internasional dengan menyebarkan dakwah Islam

ke seluruh penjuru dunia (Al-Banna, 2009: 169).

4) Jihad, bai’at untuk melakukan jihad.

Jihad menurut Al-Banna adalah sebuah kewajiban yang

tetap hukumnya hingga hari kiamat. Hal ini merupakan kandungan

dari apa yang disabdakan Rasulullah saw: “Barangsiapa mati

sementara ia belum pernah berperang atau berniat untuk berperang,

ia mati dalam keadaan jahiliyah”. Urutan pertama jihad adalah

pengingkaran hati, dan puncaknya adalah berperang di jalan Allah,

dan di antara keduanya terdapat jihad dengan lisan, pena, tangan,

dan kata-kata yang benar di hadapan penguasa yang zhalim.

Page 50: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

36

5) Pengorbanan, bai’at untuk berkorban dengan segala yang dimiliki.

Tadhhiyah (pengorbanan) adalah pengorbanan jiwa harta, waktu,

kehidupan, dan segala sesuatu yang dimiliki oleh seseorang untuk

meraih tujuan. Tidak ada perjuangan di dunia ini, kecuali harus

disertai dengan pengorbanan (Al-Banna, 2009: 171).

6) Kepatuhan, bai’at untuk taat.

Taat (kepatuhan) adalah menjalankan perintah dan

merealisasikannya dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit

maupun mudah, saat bersemangat maupun malas.

7) Keteguhan, bai’at untuk teguh.

Yang dikehendaki dengan tsabat (keteguhan) adalah bahwa

seorang ikhwan hendaknya senantiasa bekerja sebagai mujahid di

jalan yang mengantarkan pada tujuan, betapa pun jauh

jangkauannya dan lama waktunya, sehingga bertemu dengan Allah

dalam keadaan demikian, sedangkan ia telah berhasil mendapatkan

salah satu dari dua kebaikan; meraih kemenangan atau syahid di

jalan-Nya.

8) Loyalitas, bai‟at untuk memberikan loyalitas.

Al-Banna menjelaskan yang dimaksud dengan tajarrud

(loyalitas) adalah bahwa seseorang harus membersihkan pola pikirnya

dari berbagai prinsip nilai dan pengaruh lain selain Islam, karena Islam

adalah setinggi-tinggi dan selengkap-lengkap fikrah.

Page 51: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

37

9) Ukhuwwah/persaudaraan, bai‟at untuk berukhuwwah

Yang dimaksud dengan ukhuwwah menurut Al-Banna adalah

berpadunya hati dan ruhani dengan ikatan aqidah. Aqidah merupakan

ikatan yang paling kokoh dan berharga. Ukhuwah merupakan wujud

keimanan, sedangkan perpecahan adalah wujud kekufuran. Kekuatan

yang paling utama adalah kekuatan persatuan, tidak ada persatuan

tanpa didasari kecintaan. Cinta yang paling rendah terwujud dengan

lapang dada, sedangkan puncaknya adalah itsar (mementingkan orang

lain dari pada diri sendiri). Al-Banna mengutip sebagaimana yang

terdapat dalam QS. Al-Hasyr: 9.

Artinya: “…dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,

mereka Itulah orang orang yang beruntung (Departemen

Agama RI, 2005:546).

Al-Banna juga memberi penjelasan bahwa ikhwan yang tulus

menganggap saudara-saudaranya yang lain lebih berhak daripada

dirinya sendiri (Al-Banna, 2009: 175). Al-Banna mengutip

QS. At-Taubah ayat 71;

....

Artinya: “dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,

sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi

sebahagian yang lain…” (Departemen Agama RI,

2005:198).

Page 52: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

38

10) Percaya, bai‟at untuk tsiqah (percaya) kepada pemimpin.

Tsiqah (kepercayaan) menurut Al-Banna adalah rasa puasnya

seorang tentara atas komandannya, dalam hal kapasitas

kepemimpinan maupun keikhlasannya, dengan kepuasan mendalam

yang menghasilkan perasaan cinta, penghargaan, penghormatan,

dan ketaatan (Al-Banna, 2009: 175).

b. Wajibat Al-Akh„amil

Adapun wajibat al akh „amil (kewajiban-kewajiban aktifis)

merupakan hal yang harus ditunaikan ikhwan sebagai bentuk

implementasi pada arkan al-bai‟at/rukun-rukun bai‟at (Al-Banna,

2009: 177). Kata wajib yang dimaksud dalam risalah ini bukan berarti

wajib secara syar’i, melainkan berarti segala bentuk komitmen yang

harus dipegang teguh seorang ikhwan (Hawwa, 2002:141). Al-Banna

melalui dua bagian dari risalahnya itu telah berhasil menjelaskan hal-

hal yang sangat diperlukan oleh setiap pribadi muslim dewasa ini

untuk bangkit secara benar bersama kaum muslimin lainnya demi

meraih cita-cita. Dalam kedua bagian ini, Risalah Ta’alim merinci

segala sesuatu yang diperlukan oleh pribadi muslim dewasa ini agar

tidak mengulangi kesalahan–kesalahan masa lalu, di samping

menjelaskan petunjuk-petunjuk untuk meniti masa depan.

Adapun bagian kedua dari risalah ta‟alim (wajibat al-akh al-

„amil) memuat sejumlah kewajiban yang harus dikerjakan oleh setiap

orang yang meyakini arkan al-baiat tersebut dan berusaha

Page 53: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

39

merealisasikannya. Kewajiban-kewajiban itu disarikan dari nash-nash

Al-Qur’an dan Sunnah yang mengharuskan setiap muslim dengan hak-

hak tersebut, baik secara wajib, sunah, maupun sekedar anjuran. Hal-

hal tersebut merupakan penyempurna kepribadian Islam yang ideal

(Al-Washli, 2001:21). Kewajiban-kewajiban itu, sebagai berikut:

1) Memiliki wirid harian dari Al-Qur’an tidak kurang dari satu juz

dan berusaha untuk khatam dalam waktu tidak lebih dari satu bulan

dan tidak kurang dari tiga hari.

2) Memperbaiki bacaan Al-Qur'an, memperhatikan dan merenungkan

artinya. Selain itu dianjurkan mengkaji sirah Nabi dan sejarah para

salaf, membaca hadits Rasul Allah saw, menghafal minimal empat

puluh hadits ditekankan untuk al-arba'in al-nawawiyah dan

mengkaji risalah tentang pokok-pokok aqidah dan cabang-cabang

fiqih.

3) Bersegera melakukan general check up secara berkala atau

berobat, saat terasa ada penyakit, memperhatikan faktor-faktor

penyebab kekuatan dan perlindungan tubuh, dan menghindari

faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan.

4) Menghindari berlebihan dalam mengkonsumsi kopi, teh, minuman

suplemen dan semisalnya, boleh meminum hanya dalam keadaan

darurat dan hendaknya menghindar sama sekali dari rokok.

5) Memperhatikan urusan kebersihan dalam segala hal.

6) Jujur dalam berkata, tidak diperbolehkan berdusta sekalipun.

Page 54: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

40

7) Menepati janji dan tidak mengingkarinya dalam kondisi apapun.

8) Pemberani dan tahan uji.

9) Senantiasa bersikap tenang dan berkesan serius, dengan tidak

menghalangi diri dari canda yang benar dan tertawa dalam

senyum.

10) Memiliki rasa malu yang kuat, berperasaan sensitif, sangat peka

dengan kebaikan dan keburukan, bersikap rendah hati tanpa

menghina diri.

11) Bersikap adil dan benar dalam memutuskan perkara dalam setiap

situasi.

12) Menjadi pekerja keras dan terlatih dalam menangani Aktifitas

sosial.

13) Berhati kasih, dermawan, toleran, pemaaf, lemah lembut kepada

manusia maupun binatang, berperilaku baik dalarn berhubungan

dengan semua orang.

14) Pandai membaca dan menulis, memperbanyak menelaah terhadap

risalah ikhwan, koran, majalah, dan tulisan-tulisan lainnya.

15) Memiliki proyek usaha ekonomi, utamakan proyek mandiri

meskipun kecil, dan mencukupkan dengan apa yang ada betapa

pun tingginya kapasitas keilmuan yang dimiliki.

16) Tidak berharap untuk menjadi pegawai negeri dan tidak menolak

jika diberi peluang untuk itu. Tidak boleh melepas pekerjaan

Page 55: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

41

tersebut kecuali jika ia benar-benar bertentangan dengan tugas-

tugas dakwah.

17) Memperhatikan penunaian tugas-tugas, kualitas dan

kecermatannya, tidak boleh menipu, dan hendaklah menepati

kesepakatan.

18) Memenuhi hak diri sendiri dengan baik, memenuhi hak-hak orang

lain dengan sempurna dan tidak boleh menunda-nunda penunaian

hak tersebut.

19) Menjauhi judi dengan segala macamnya dan hendaklah menjauhi

mata pencaharian yang haram.

20) Menjauhi riba dalam setiap aktifitas.

21) Memelihara kekayaan umat Islam secara umum dengan

mendorong berkembangnya pabrik-pabrik dan proyek-proyek

ekonomi Islam.

22) Memiliki kontribusi finansial dalam dakwah dan menunaikan

kewajiban zakat sesuai dengan kemampuan.

23) Menyimpan sebagian dari penghasilan untuk persediaan masa-

masa sulit walaupun sedikit.

24) Bekerja semampu yang bisa dilakukan untuk menghidupkan tradisi

Islam dan mematikan tradisi asing dalam setiap aspek kehidupan

dan berusaha menjaga sunnah dalam setiap Aktifitas.

25) Memboikot peradilan-peradilan setempat atau seluruh peradilan

yang tidak islami.

Page 56: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

42

26) Senantiasa merasa diawasi oleh Allah dan mendekatkan diri

kepada-Nya dengan ibadah-ibadah sunah, seperti shalat malam,

puasa tiga hari di tiap bulan (minimal) dan dzikir dalam setiap

keadaan.

27) Memperbaiki kualitas bersuci dan berusaha untuk senantiasa dalam

keadaan berwudhu.

28) Memperbaiki kualitas shalat, senantiasa tepat waktu dalam

menunaikannya dan berusaha berjamaah di masjid jika

memungkinkan.

29) Berpuasa Ramadhan, berhaji jika mampu dan berusaha

menyiapkannya jika saat ini belum mampu.

30) Senantiasa menyertai diri dengan niat jihad dan cinta mati syahid.

31) Senantiasa memperbarui taubat dan istighfar serta berhati-hati

terhadap segala dosa, baik kecil maupun besar.

32) Berjihad melawan hawa nafsu dengan sungguh-sungguh agar dapat

mengendalikannya, menundukkan pandangan, menahan emosi dan

mengarahkannya pada hal-hal yang halal.

33) Menjauhi khamr dan seluruh makanan atau minuman yang

memabukkan sejauh-jauhnya.

34) Menjauhi pergaulan dengan orang jahat dan sahabat yang tidak

bermoral serta menjauhi tempat-tempat maksiat.

35) Memerangi tempat-tempat hiburan yang haram serta menajuhi

gaya hidup glamour dan bersantai-santai.

Page 57: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

43

36) Mengetahui anggota katibah satu persatu dengan pengetahuan

yang lengkap, berusaha senantiasa hadir di majelis mereka dan

tidak absen, kecuali karena udzur darurat, dan memegang teguh

sikap itsar dalam pergaulan dengan mereka.

37) Menghindari hubungan dengan organisasi atau jamaah apapun jika

hubungan itu tidak membawa maslahat bagi fikrah, terutama jika

diperintahkan untuk itu.

38) Menyebarkan dakwah di mana pun dan memberi informasi kepada

pemimpin tentang segala kondisi yang melingkupinya (Al-Banna,

2009: 177-182).

3. Penutup

Pada bagian akhir risalah ta‟alim Al-Banna mengatakan,

Inilah bingkai global dakwahmu dan penjelasan ringkas fikrahmu. Engkau

dapat menghimpun prinsip-prinsip ini dalam lima slogan: Allah ghayatuna

(Allah adalah tujuan kami), Ar-Rasul qudwatuna (Rasul adalah teladan

kami), Al-Qur'an syir'atuna (Qur’an adalah undang-undang kami), Al-

Jihad sabiluna (jihad adalah jalan kami), dan Asy-Syahadah umniyyatuna

(Mati syahid adalah cita-cita kami). Engkau pun juga bisa

menghimpunnya dalam lima kata berikut: kesederhanaan, tilawah, shalat,

keprajuritan, dan akhlak (Al-Banna, 1991:302).

Al-Banna dalam penutup Risalah Ta’alim juga berpesan agar

ikhwan bersungguh-sungguh dalam mengamalkan bimbingan-bimbingan

tersebut sehingga tidak terjatuh dalam barisan qa’idin (yang duduk-duduk

santai) yang akan mengantarkan menjadi pribadi yang pemalas. Al-Banna

yakin bahwa jika ikhwan menjadikan bimbingan tersebut sebagai cita-cita

dan orientasi hidup maka balasannya adalah kehormatan hidup di dunia

Page 58: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

44

dan kebajikan serta ridha di akhirat. Penutup ini diakhiri Al-Banna dengan

mengutip QS. Ash-Shaff: 10-14, berbunyi: (Al-Banna, 2009: 183)

Artinya: “10. akan tetapi Barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-

curi (pembicaraan); Maka ia dikejar oleh suluh api yang

cemerlang. 11. Maka Tanyakanlah kepada mereka (musyrik

Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah

apa [malaikat, langit, bumi dan lain-lain] yang telah Kami

ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka

dari tanah liat. 12. bahkan kamu menjadi heran (terhadap

keingkaran mereka) dan mereka menghinakan kamu. 13. dan

apabila mereka diberi pelajaran mereka tiada mengingatnya. 14.

dan apabila mereka melihat sesuatu tanda kebesaran Allah,

mereka sangat menghinakan.

B. Pendidikan Akhlak dalam Risalah Ta’alim

1. Tujuan

Sebagaimana yang telah dijelaskan di pembahasan lalu bahwa

dalam Risalah Ta’alim terdapat dua pembahasan pokok yakni pembahasan

tentang arkan al baiat (rukun-rukun bai’at) dan wajibat al akh al „amil

(kewajiban seorang aktifis). Adapun rukun-rukun bai‟at berjumlah 10

yang ketiganya adalah al amal. Hasan Al-Banna telah meletakkan rukun al

amal setelah al-fahmu (pemahaman) dan al-ikhlash (keikhlasan) sebab al-

amal (Aktifitas) harus dilaksanakan berdasarkan pemahaman dan tidak

akan diterima jika dikerjakan tanpa keikhlasan (Thahan, 2007:193). Amal

yang dimaksud Al-Banna adalah buah dari ilmu dan keikhlasan, ia

mengutip QS. At-Taubah ayat 105,

Page 59: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

45

Artinya: “dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya

serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan

kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan

yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu

apa yang telah kamu kerjakan” (Departemen Agama RI,

2005:203).

Adapun pendidikan akhlak yang terdapat dalam Risalah Ta’alim

bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang ideal berada di rukun

ketiga yakni al amal. Pribadi muslim tersebut hendaknya memiliki sepuluh

kriteria, sebagai berikut:

a. Kuat fisiknya

b. Kokoh akhlaknya

c. Luas wawasannya

d. Mampu mencari penghidupan

e. Benar akidahnya

f. Benar ibadahnya

g. Mujahadah terhadap dirinya sendiri

h. Penuh perhatian akan waktunya

i. Rapi urusannya

j. Bermanfaat bagi yang lain (Al-Banna, 2008:302).

Sepuluh kriteria tersebut merupakan konsep Al-Banna dalam rangka

membentuk pribadi muslim yang saleh secara individual maupun sosial,

aktif dan dinamis. Dalam konsep tersebut Al-Banna memperhatikan

Page 60: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

46

seluruh aspek yang dibutuhkan manusia yakni aspek ketuhanan, aspek

akhlak, aspek akal, aspek jasmani, aspek sosial, dan aspek ekonomi

sebagaimana pemikirannya tentang pendidikan Islam yang tidak terbatas

pada salah satu aspek kehidupan manusia yang biasanya setiap aspek

tersebut menjadi fokus para pakar pendidikan.

Pendidikan Islam tidak memfokuskan seluruh perhatiannya pada

aspek rohani atau jasmani saja seperti yang dilakukan oleh kaum sufi dan

pakar etika, atau aspek pemikiran rasional saja seperti yang biasa

dilakukan oleh para filsuf dan kaum rasionalis, atau aspek pelatihan fisik

dan kemiliteran saja seperti yang dilakukan oleh kalangan militer, atau

aspek pendidikan sosial saja sebagaimana yang dilakukan oleh para

reformis sosial.

Sesungguhnya pendidikan Islam memperhatikan seluruh aspek

tersebut. Karena ia adalah tarbiyah (pendidikan) untuk segenap eksistensi

manusia, baik akal dan hati, rohani dan jasmani maupun akhlak dan

perilaku. Sebagaimana tarbiyah ini menyiapkan manusia untuk

menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan keburukannya,

dengan segala pahit dan manisnya. Oleh karena itu, harus ada perhatian

terhadap pendidikan jihad (tarbiyah jihadiyah) dan pendidikan sosial

secara serentak, agar seorang muslim tidak hidup terpisah dari relita

masyarakat sekitarnya (Al-Qaradhawi, 2005:57-59).

2. Materi

Pada dasarnya pendidikan yang dikonsep Hasan al-Banna adalah

pendidikan yang bersifat rabbaniyah, integral dan holistik, Aktif dan

Page 61: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

47

membangun, proporsional dan seimbang serta bersemangat ukhuwah

dan jamaah (Al-Qaradhawi, 2005:13). Demikian pula penjelasan tentang

pendidikan akhlak yang terdapat dalam Risalah Ta’alim. Adapun materi

pendidikan akhlak dalam Risalah Ta’alim adalah sebagai berikut:

a. Dalam arkan al-bai‟at

1) Pengarahan untuk berikhlas

Yang kami kehendaki dengan ikhlas adalah bahwa seorang

al-akh muslim dalam setiap kata-kata, Aktifitas, dan jihadnya,

semua harus dimaksudkan semata-mata untuk mencari ridha Allah

dan pahala-Nya (Al-Banna, 2008:301).

2) Pengarahan untuk berukhuwah

Yang saya maksud dengan ukhuwah adalah terikatnya hati dan

ruhani dengan ikatan aqidah (Al-Banna, 2008:314-315).

b. Dalam ushul al „isyrin

1) Ma‟rifah (mengenal) kepada Allah dengan cara mentauhidkanNya

dan menyucikan (dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah Islam.

Ma‟rifah (mengenal) Allah, mengesakan-Nya dan Maha sucikan-Nya adalah setinggi tinggi akidah Islam (Al-Banna, 2008:296).

2) Penghormatan kepada Nabi Muhammad dan Salafussalih

Setiap orang boleh diambil atau ditolak katakatanya, kecuali Al-

Ma'shum (Rasulullah) saw. Setiap yang datang dari kalangan salaf dan sesuai dengan Kitab dan Sunah, kita terima. Jika tidak sesuai

dengannya, maka Kitabullah dan Sunnah RasulNya lebih utama untuk diikuti (Al-Banna, 2008:294).

3) Berpedoman kepada Al Qur’an dan sunnah

Al Qur’an Al Karim dan sunnah yang suci adalah rujukan setiap muslim dalam mengenali hukum-hukum Islam (Al-Banna, 2008:292).

Page 62: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

48

4) Menggunakan sarana selama bukan sarana jahiliyyah

Jimat, jampi, wada’, ramal, mengaku hal yang gaib dan semisalnya adalah kemungkaran yang wajib diberantas. Kecuali jimat yang berasal dari ayat Al-Qur’an atau jampi yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW (Al-Banna, 2008:293).

5) Menyikapi bid‟ah

Segala bentuk bid’ah dalam agama yang tidak mempunyai dasar pijakan, tetapi dianggapbaik oleh hawa nafsu manusia, baik berupa

penambahan maupun pengurangan, adalah kesesatan yang wajib

diperangi dan diberantas menggunakan cara yang sebaik-baiknya, yang tidak menimbulkan keburukan yang lebih parah (Al-Banna,

2008:296).

Bid‟ah idhafiyah, bida‟ah tarkiyah dan iltizam (menentukan waktu,

tempat dan jumlah bilangan) terhadap ibadah-ibadah yang

muthlaqah (ibadah yang tidak ditentukan waktu, tempat dan

bilangannya) adalah masalah khilafiyah dalam bab fiqih. Masing-

masing orang memiliki pendapat dalam masalah tersebut. Namun

tidaklah mengapa jika dilakukan penelitian untuk sampai pada

hakikatnya dengan adil dan argumentasi (Al-Banna, 2008:297).

6) Etika dalam perbedaan hal furu‟

Perbedaan paham dalam masalah furu‟ hendaklah tidak menjadi faktor pemecah belah agama, tidak menyebabkan permusuhan, dan tidak juga kebencian (Al-Banna, 2008:295).

7) Mencintai orang saleh

Mencintai orang-orang salih, menghormati mereka dan memuji mereka karena amal-amal baik mereka yang tampak adalah bagian dari taqarrub kepada Allah SWT (Al-Banna, 2008:297).

8) Ziarah kubur sesuai syari‟at

Ziarah kubur, kubur siapa saja adalah sunnah yang disyariatkan dengan cara-cara yang diajarkan oleh Rasulullah SAW (Al-Banna,

2008:298). 9) Berdoa dan tawassul

Berdoa kepada Allah disertai tawassul dengan salah satu makhluk- Nya adalah perbedaan dalam masalah furu’ tentang tata cara berdo’a bukan termasuk masalah akidah (Al-Banna, 2008:298).

Page 63: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

49

c. Dalam wajibat al-akh al-amil

1) Menjaga kebersihan

Hendaklah engkau memperhatikan masalah kebersihan dalam

segala hal, menyangkut tempat tinggal, pakaian, tempat makan, badan, dan kerja karena agama ini dibangun atas dasar kebersihan

(Al-Banna, 2008:320).

2) Jujur dalam berkata

Hendaklah engkau jujur dalam berkata, janganlah sekali-kali berdusta (Al-Banna, 2008:320).

3) Menepati janji

Hendaklah engkau menepati janji, jangan mengingkarinya dalam kondisi apapun (Al-Banna, 2008:321).

4) Pemberani, bersedia mengakui kesalahan, adil terhadap diri sendiri,

dan mampu mengendalikan diri saat marah.

Hendaklah engkau menjadi pemberani dan tahan uji. Keberanian yang paling utama dalah sikap terus terang dalam kebenaran dan

ketahanan dalam menyimpan rahasia, mengakui kesalahan adil terhadap diri sendiri, dan menguasai diri ketika marah (Al-Banna,

2008:321).

5) Serius tanpa menghalangi canda yang benar

Hendaklah engkau menjadi orang yang memiliki wibawa yang lebih mengutamakan keseriusan. Akan tetapi, hendaklah kewajiban tersebut tidak menghalangimu dari canda yang benar dan tertawa dalam senyum (Al-Banna, 2008:321).

6) Malu dalam keburukan

Hendaklah engkau memiliki rasa malu yang kuat, perasaan yang halus, peka terhadap kebaikan dan keburukan, yakni bahagia untuk yang pertama dan merasa tersiksa untuk yang kedua (Al-Banna, 2008:321).

7) Tawadhu’ secara proporsional

Hendaklah engkau menjadi orang yang rendah hati (tawadhu‟) tanpa harus menjadi hina, rendah dan menjilat. Dan hendaklah

Page 64: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

50

engkau menuntut posisi yang lebih rendah dari martabatmu agar engkau mencapai martabatmu yang sesungguhnya (Al-Banna, 2008:321).

8) Adil dalam memutuskan hukum

Hendaklah engkau menjadi orang adil, yang memutuskan hukum dengan benar dalam segala keadaan (Al-Banna, 2008:322).

9) Pemaaf

Hendaklah engkau menjadi orang yang berhati lembut, dermawan, lapang dada, pemaaf, melupakan kesalahan orang lain, lemah lembut, santun dan berkasih sayang terhadap sesama manusia maupun hewan (Al-Banna, 2008:322).

10) Menyeimbangkan hak dan kewajiban

Hendaklah engkau baik-baik dalam menuntut hakmu dan

tunaikanlah hak orang lain dengan sempurna, tanpa dikurangi, tanpa harus diminta, dan jangan sekali-kali menunda-

nunda/penunaian hak tersebut (Al-Banna, 2008:324).

11) Melaksanakan tugas dengan baik

Hendaklah engkau benar-benar memperhatikan pelaksanaan kerjamu, dalam hal kualitas, profesionalisme, kejujuran, dan ketepatan waktu (Al-Banna, 2008:324).

12) Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis

Hendaklah engkau meningkatkan kemampuan baca tulis. Dan

hendaklah engkau memperbanyak mengkaji risalah-risalah, majalah-majalah ikhwan dan sejenisnya (Al-Banna, 2008:323).

13) Spesialisasi keilmuan

Dan hendaklah engkau memperdalam (menekuni) keilmuan dan keahlianmu, bila engkau memiliki spesialisasi (Al-Banna, 2008:322).

14) Mengekang hawa nafsu

Hendaklah engkau berjihad melawan hawa nafsumu dengan keras, agar dapat dengan mudah mengendalikannya (Al-Banna, 2008:328).

Page 65: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

51

15) Mengoptimalkan waktu untuk hal yang bermanfaat

Bersungguh-sungguhlah memelihara waktu, karena ia adalah kehidupan, jangan gunakan waktumu untuk hal yang tidak bermanfaat (Al-Banna, 2008:328).

16) Menghidupkan tradisi Islam

Hendaklah engkau berusaha semampunya untuk menghidupkan tradisi-tradisi Islam dan menghilangkan tradisi-tradisiasing dalam setiap aspek kehidupan (Al-Banna, 2008:326).

17) Aktif dalam agenda-agenda sosial

Hendaklah engkau menjadi orang yang banyak Aktifitas, yang terlatih memberikan pelayanan-pelayanan sosial (Al-Banna,

2008:322).

18) Berpartisipasi secara finansial dalam dakwah

Hendaklah engkau ikut berpartisipasi dalam dakwah dengan memberikan sebagian hartamu (Al-Banna, 2008:325).

19) Menunaikan kewajiban zakat dan menyisihkan sebagian harta

untuk orang yang membutuhkan.

Tunaikanlah kewajiban zakat hartamu, dan sisihkanlah sebagian

yang jelas dari hartamu untuk orang yang meminta dan orang fakir

yang tidak meminta, betapapun kecilnya penghasilanmu (Al-Banna, 2008:325).

3. Metode

Adapun metode yang di gunakan Hasan Al-Banna dalam

membentuk pribadi yang berakhlak mulia adalah dengan amalan-amalan,

sebagai berikut:

a. Membiasakan diri dengan memiliki wirid harian dari Al-Qur’an untuk

dibaca, didengarkan, dan dihayati maknanya.

b. Menghafal minimal 40 hadits (disarankan) al-arba‟in al-nawawi

c. Mengkaji sirah nabawi dan sirah salafus shalih

Page 66: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

52

d. Mengkaji risalah pokok-pokok akidah dan cabang-cabang dalam fiqh

(Al-Banna, 2012:177).

e. Memperbaiki kualitas shalat dan berusaha melaksanakannya secara

berjamaah di masjid.

f. Merasa diawasi oleh Allah dan mengingat akhirat serta memperbanyak

amalan sunnah yakni shalat malam, berpuasa sunnah minimal 3 hari

tiap bulan dan memperbanyak dzikir dalam berbagai kesempatan.

g. Berusaha senantiasa dalam keadaan berwudhu.

h. Senantiasa memperbarui taubat dan istighfar serta menyediakan waktu

sebelum tidur untuk bermuhasabah.

i. Menjaga diri dari hal-hal yang haram.

j. Menekuni usaha ekonomi dan bersemangat wiraswasta.

k. Memperhatikan faktor-faktor penyebab kekuatan dan perlindungan

tubuh serta menghindari faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan

(Al-Banna, 2012:182).

Page 67: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis Pemikiran Hasan Al-Banna

1. Analisis Tujuan Pendidikan

Khasanah dunia pendidikan tujuan merupakan salah satu hal yang

sangat penting, karena tujuan pendidikan menentukan arah yang akan

dituju dan sasaran yang hendak dicapai melalui proses pendidikan.

Adapun tujuan pendidikan yang paling pokok menurut Hasan Al-Banna

sebagaimana yang ia jelaskan dalam Risalah Ta’alim adalah perwujudan

anak didik yang mampu memimpin dunia dan membimbing manusia

kepada ajaran Islam. Hasan Al-Banna menjelaskan tujuan pendidikan ini

dalam beberapa tingkatan yang meliputi tingkat individu, keluarga,

masyarakat, organisasi, politik, negara sampai tingkat dunia (Al-Banna,

2009:170). Dalam pembahasan ini tentunya yang paling relevan untuk

dikaji adalah tujuan pendidikan dalam tingkat individu karena individu

merupakan sasaran utama porgram pendidikan. Menurut Hasan Al-Banna

tujuan pendidikan individu mengarah pada perwujudan nilai-nilai Islam

dalam membentuk pribadi muslim yang ideal.

Tujuan pendidikan menurut Hasan Al-Banna berorientasi untuk

merealisasikan identitas Islam, yakni membentuk kepribadian muslim.

Kepribadian muslim menurut Hasan Al-Banna haruslah pribadi yang saleh

secara individual (ahli ibadah) maupun sosial yang dijiwai semangat Al-

Qur’an dan Al-Hadits, artinya kepribadian muslim yang aktif dan

53

Page 68: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

54

responsif bekerja untuk menegakkan agama, membangun umat dan

menghidupakan kebudayaan dan peradaban Islam. Sehingga, tujuan

pendidikan yang dikonsep Hasan Al-Banna merupakan realisasi atas

pemahaman Islam yang syamil. Kepribadian Muslim yang demikian akan

merefleksikan kesalehan ritual dengan menerapkan amalan-amalan ibadah

baik yang wajib maupun yang sunnah dan juga menerapkan kesalehan

pada aspek-aspek sosial.

Adapun kriteria pribadi muslim menurut Hasan Al-Banna

sebagaimana yang ia tuliskan dalam risalah ta‟alim adalah pribadi yang

memiliki kriteria kuat fisiknya, kokoh akhlaknya, luas wawasannya,

mampu mencari penghidupan, benar aqidahnya, benar ibadahnya, pejuang

bagi dirinya sendiri, penuh perhatian akan waktunya, teratur urusannya

dan bermanfaat bagi yang lain (Al-Banna, 2009:168). Dengan demikian,

bisa dipahami bahwa pribadi muslim yang dikehendaki Hasan Al-Banna

meliputi empat aspek tujuan pendidikan yakni pendidikan jasmani,

pendidikan akhlak, pendidikan akal dan pendidikan sosial.

a. Aspek jasmani

Aspek jasmani merupakan salah satu aspek yang mendapat

perhatian dalam risalah ta‟alim, sebab menurut Al-Banna tubuh

merupakan sarana dalam melaksanakan kewajiban dunia dan akhirat.

Tentunya tubuh yang sehat menjadi salah satu syarat terlaksananya

kewajiban tersebut, karena tubuh yang sakit tidak akan mampu untuk

berAktifitas. Adapun tujuan pendidikan jasmani dalam risalah ta‟alim

adalah:

Page 69: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

55

1) Kesehatan badan dan terhindar dari penyakit, karena kesehatan

badan mempunyai pengaruh terhadap jiwa dan akal. Oleh karena

itu, seorang muslim membiasakan diri dalam menjaga kesehatan

dengan menjaga kebersihan dan berpola hidup sehat dengan

mengurangi minum teh dan kopi serta meninggalkan rokok.

2) Ketahanan tubuh. Kesehatan dan ketrampilan tubuh saja tidaklah

cukup, tubuh pun harus tahan dalam menghadapi berbagai macam

situasi. Al-Banna mengatakan,

hendaklah engkau menjauhi berlebihan dalam menkonsumsi

kopi, teh dan minuman stimulan dan semisalnya, janganlah

engkau meminumnya kecuali karena terpaksa dan hendaklah engkau tidak merokok sama sekali (Al-Banna, 2008:320).

Dalam hal ini Al-Banna menekankan tidak hanya menghindari

minuman-minuman yang memabukkan, tetapi juga melarang

mengonsumsi kopi maupun the secara berlebihan karena hal tersebut

pun berdampak tidak baik bagi kesehatan. Adapun rokok Hasan Al-

Banna pun mengingatkan untuk meninggalkannya.

b. Aspek Akhlak

Aspek pendidikan yang terpenting dalam risalah ta‟alim adalah

aspek akhlak. Hasan Al-Banna menamainya dengan “tongkat komando

perubahan”, karena akhlak menurut Al-Banna merupakan tonggak

pertama perubahan masyarakat. Al-Banna mengatakan Islam

menggantungkan perubahan urusan umat ini kepada perubahan akhlak

dan kebersihan jiwanya (Al-Banna, 2009:170). Akhlak yang

ditanamkan dalam Risalah Ta’lim, antara lain: kesediaan untuk berkata

Page 70: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

56

jujur, mengendalikan jiwa, ihsan dalam berbuat, amanah dalam

bermuamalah, berani dalam berpendapat, adil dalam menetapkan

hukum, berpegang teguh pada kebenaran, menjaga kebersihan, toleran

dan saling menolong dalam kebaikan dan takwa.

c. Aspek Akal

Sistem pendidikan menurut Hasan Al-Banna memberi perhatian

besar pada aspek akal, hal ini karena Islam menjadikan akal sebagai

syarat taklif dan dasar pemberian dosa maupun pahala bagi manusia.

Akal juga merupakan sarana untuk mendapatkan bukti tentang Tuhan.

Oleh karena itu, Hasan Al-Banna menjadikan al-fahmu (paham)

sebagai rukun baiat yang pertama yang lebih dulu dari al-ikhlas, al-

amal, al-jihad dan arkan al-bai‟at yang lain. Karena al-fahmu

(pemahaman) mendahului semua itu, dan manusia tidak akan ikhlas

dengan kebenaran, mangamalkan dan memperjuangkannya kecuali ia

telah mengenal dan memahaminya.

Al-Qur’an menempatkan ilmu lebih awal dari iman dan

kepatuhan, karena dua hal terakhir merupakan buah dari ilmu atau

cabang yang tumbuh darinya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-

Hajj ayat 54;

Artinya: “dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini

bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu

mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan

Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-

orang yang beriman kepada jalan yang lurus” (Departemen

Agama RI, 2005:338)

Page 71: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

57

Dengan pemahaman-pemahaman terhadap ayat Al-Qur’an tentang

akal sebagaimana tersebut di atas, maka Hasan Al-Banna

mengembangkan pemikiran ilmiah dalam kurikulum yang ia terapkan

dalam jamaah Ikhwanul Muslimin sebagai pengembangan aspek lainnya.

Pembangunan akal dan pemikiran yang diaplikasikan dalam jamaah

Ikhwanul Muslimin didasari dengan ajaran agama dan peradaban Islam

untuk membangun kekuatan peradaban yang dapat membentengi dari

pengaruh peradaban matrealistis. Pendidikan akal mendapatkan

perhatian utama oleh Hasan Al-Banna dalam rangka untuk mengejar

ketertinggalan dan bangkit dari ketertindasan oleh imperialis (Al-Banna,

2009:169).

d. Aspek Sosial

Pendidikan dalam risalah ta’lim menekankan bahwa amal

untuk kebaikan masyarakat merupakan bagian dari misi seorang

muslim. Dalam hal ini Al-Banna menjadikan nafi‟ li ghoirih

(bermanfaat bagi yang lain) sebagai salah satu kriteria pribadi muslim

yang ideal. Al-Banna mengatakan,

Hendaklah engkau menjadi pekerja keras dan terlatih dalam

menangani aktifitas sosial. Hendaklah engkau merasa bahagia jika

dapat mempersembahkan bakti untuk orang lain, gemar

membesuk orang sakit, membantu orang yang membutuhkan,

menanggung orang yang lemah, meringankan beban orang yang

tertimpa musibah meskipun hanya dengan kata-kata yang baik

dan senantiasa bersegera berbuat kebaikan (Al-Banna, 2009: 179).

Al-Banna juga mengatakan;

Hendaklah engkau memiliki kontribusi finansial dalam dakwah, engkau tunaikan kewajiban zakatmu dan jadikan sebagian dari hartamu itu untuk orang yang meminta dan orang yang

Page 72: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

58

kekurangan, betapa pun kecil penghasilanmu (Al-Banna, 2009: 179).

Pendidikan sosial dalam risalah ta‟alim bertujuan agar seorang muslim

mampu berperan dalam kehidupan bermasyarakat (Qaradhawi,

1983:78).

Pendapat Al-Banna tentang tujuan pendidikan Islam tersebut

sejalan dengan tujuan pendidikan menurut Abdurrahman Saleh

Abdullah. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam dibagi ke

dalam empat tujuan pokok yakni tujuan pendidikan jasmani, tujuan

pendidikan rohani, tujuan pendidikan akal dan tujuan pendidikan sosial

(Abdullah, 2007:137).

Secara eksplisit Abdurrahman Saleh Abdullah tidak

mencantumkan tujuan pendidikan akhlak sebagaimana yang

disebutkan Al-Banna, yang ia cantumkan adalah pendidikan rohani.

Akan tetapi dari penjelasan tentang pendidikan rohani yang ia jelaskan

bisa dipahami bahwa pendidikan rohani menurutnya memiliki

kesamaan pengertian dengan pendidikan akhlak. Ia mengatakan,

Diakui orang-orang yang betul menerima ajaran Islam, tentu akan

menerima keseluruhan cita-cita ideal yang terdapat dalam Al-

Qur’an. Peningkatan jiwa dari kesetiaannya yang hanya kepada

Allah semata, melaksanakan moralitas Islami yang telah

diteladankan ke dalam tingkah laku dan sepak terjang kehidupan

Nabi SAW merupakan bagian pokok dalam tujuan umum

pendidikan (Abdullah, 2007:141).

Sedangkan menurut Hamka, pendidikan adalah sarana untuk

mendidik watak pribadi-pribadi. Kelahiran manusia di dunia ini tidak

hanya untuk mengenal apa yang dimaksud dengan baik dan buruk.

Page 73: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

59

Tetapi juga beribadah kepada Allah, berguna bagi sesama dan alam

lingkungannya (Muhammad dkk, 2006:64)

Dengan demikian tujuan pendidikan menurut Hamka adalah

membentuk pribadi-pribadi manusia yang saleh secara individual

dengan beribadah kepada Allah maupun secara sosial dengan

bermanfaat bagi sesama sebagaimana konsep tujuan pendidikan yang

digagas Al-Banna.

2. Analisis Materi Pendidikan Akhlak

Dalam penutup risalah ta‟alim Al-Banna menjelaskan bahwa apa

yang terdapat dalam risalah ta’alim merupakan bingkai global dakwah dan

penjelasan ringkas fikrah jamaah Ikhwanul Muslimin. Al-Banna

menambahkan pula bahwa prinsip-prinsip tersebut dapat dihimpun dalam

lima slogan yakni: Allah ghayatuna (Allah adalah tujuan kami), Ar-Rasul

qudwatuna (Rasul adalah teladan kami), Al-Qur'an syir'atuna (Al-Qur’an

adalah undang-undang kami), Al-Jihad sabiluna (jihad adalah jalan kami),

dan Asy-Syahadah umniyyatuna (Mati syahid adalah cita-cita kami).

Selain itu, pinsip-prinsip tersebut juga bisa dihimpun dalam lima kata;

kesederhanaan, tilawah, shalat, keprajuritan dan akhlak.

Bagian penutup risalah ta‟alim tersebut dapat dipahami bahwa

dalam risalah ta’alim terdapat lima pembahasan penting dan akhlak

merupakan salah satunya. Pokok-pokok akhlak dalam risalah ta’alim yang

dalam pembahasan ini mengacu pada konsep pribadi muslim yang ideal

atau bisa dikatakan pribadi yang berakhlak Islami dapat diklasifikasikan

menjadi tiga pembahasan:

Page 74: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

60

a. Akhlak kepada Allah

1) Dalam salim al aqidah

Salim al aqidah dalam pandangan Al-Banna merupakan

konsep yang dengannya seorang muslim memiliki aqidah yang

benar. Pokok-pokok salim al-aqidah menurut Al-Banna meliputi:

a) Ma'rifah kepada Allah dengan cara mentauhidkan-Nya dan

menyucikan (dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah

Islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan haditshadits

shahih tentangnya, serta berbagai keterangan mutasyabihat

yang berhubungan dengannya, cukup diiimani sebagaimana

adanya tanpa ta'wil dan ta'thil (pengingkaran), serta tidak

memperuncing perbedaan yang terjadi di antara para ulama.

Hal terbaik adalah mencukupkan diri dengan keterangan yang

ada, sebagaimana Rasulullah saw dan para sahabatnya

mencukupkan diri dengannya (Al-Banna, 2009: 165).

Ada beberapa ayat maupun hadits yang

mengidentifikasi sifat-sifat Allah SWT yang secara lahir berupa

tasybih (penyerupaan) Allah dengan makhluk-Nya, contoh kata

al wajhu dan aidiina (al yadd) yang terdapat dalam ayat-ayat

berikut:

- QS. Ar-Rahman ayat 26-27;

Page 75: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

61

Artinya: 26. semua yang ada di bumi itu akan binasa. 27. dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (Departemen Agama RI, 2005:532).

- QS. Yaasin ayat 71;

Artinya: “dan Apakah mereka tidak melihat bahwa

Sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka Yaitu sebahagian dari apa

yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan

Kami sendiri, lalu mereka menguasainya?”(Departemen Agama RI, 2005:445).

Dalam menyikapi hal tersebut ulama salaf bersikap mengimani

dengan diam dan menyerahkan pengetahuan tentang makna-

maknanya kepada Allah. Adapun ulama khalaf mereka

berpendapat bahwa makna ayat-ayat dan hadits sifat tidak

dapat diartikan secara dhahir, melainkan sebuah kiasan (majaz)

yang boleh untuk ditakwilkan, sehingga mereka menakwilkan

lafal al wajhu (wajah) dengan dzat, al yadd (tangan) dengan

kekuasaan, dan seterusnya. Hal ini dilakukan dalam upaya agar

terhindar dari sikap tasybih atau menyerupakan(Thahan,

2007:82-83).

Hasan Al-Banna dalam hal ini tampak lebih memilih

pendapat ulama salaf yang mengimani sebagaimana adanya

dan menyerahkan maknanya kepada Allah dengan keyakinan

Page 76: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

62

untuk menyucikan Allah dari penyamaan dengan

makhlukNya, hal ini karena pendapat itulah yang diamalkan

para salafus salih. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan

Asy Syaukani yang dikutip oleh Abdullah bin Qasim al Washly;

Sesungguhnya madzhab salaf dan para sahabat, tabiin, dan

pengikut mereka, ialah mendatangkan dalil-dalil sifat

Allah sesuai lahirnya tanpa mengubahnya, tanpa

penafsiran yang menyimpang terhadap sifat apapun, tanpa

tasybih dan tanpa ta‟thil yang disebabkan oleh banyak

penafsiran (Al-Washly, 2001:317).

Mengambil pendapat salaf sebagai pilihan bukan berarti

menganggap pendapat ulama khalaf adalah pendapat yang salah

dan penganutnya merupakan patut dianggap kafir maupun fasik.

Hal tersebut karena pada dasarnya ulama khalaf menambahkan

pembatasan makna yang dikandung dengan tetap menjaga

kesucian Allah dengan maksud menjaga aqidah orang awam dari

keterjerumusan tasybih. Sehingga tidak seharusnya perbedaan ini

menimbulkan perpecahan di antara umat Islam.

b) Aqidah adalah pondasi aktifitas; aktifitas hati lebih penting

daripada aktifitas fisik. Namun, usaha untuk menyempurnakan

keduanya merupakan tuntutan syariat, meskipun kadar tuntutan

masing-masingnya berbeda (Al-Banna, 2009:167).

Ada tiga bahasan utama dalam pembahasan ini yakni,

(1) Aqidah sebagai landasan amal.

Hal ini karena aqidah adalah apa yang diyakini oleh

seseorang (Al-Fauzan, 2012:3). Aqidah adalah iman yang

Page 77: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

63

merupakan keyakinan dan dasar yang melandasi,

menumbuhkan dan menjadi pokok bagi seluruh cabang

syariat Islam, sedangkan amal perbuatan merepresentasikan

syariat dan cabang-cabang yang merupakan perpanjangan

dari aqidah (Al-Washly, 2001:414). Dengan demikian

tampak bahwa amal merupakan manifestasi dari aqidah

seseorang.

(2) Aktivitas hati lebih penting dari aktifitas fisik.

Ada beberapa alasan yang menjadikan aktifitas hati lebih

penting dari aktifitas fisik, antara lain karena hati adalah

pokok, sedangkan anggota tubuh adalah cabang

sebagaimana hadits berikut;

ع أب عبدا هلل اعا ب بشر رض هللا عا لاي: سعج

رسي هللا م:... أال إ ف اجسد ضغت إذا صحج صح

اجسد و. إذا فسدث فسد اجسد و: أال امب )را

ابخاري س(Artinya: “Ketahuilah bahwa di dalam jasad manusia

terdapat segumpal daging, jika ia baik makai baik pula seluruh jasadnya dan jika ia rusak, rusak

pula seluruh jasadnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati” (An-Nawawi,

2008:16).

Alasan kedua adalah ayat yang menerangkan bahwa

hanya hati yang bersihlah yang bermanfaat di sisi Allah,

QS. Asy-Syuara ayat 88-89;

Page 78: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

64

Artinya: 88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, 89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Departemen Agama RI, 2005:371)

Alasan ketiga adalah dalam banyak ayat Allah tidak

menyebutkan amal saleh kecuali mendahuluinya dengan

iman. Ayat tersebut, antara lain:

- QS. Al-Ashr ayat 3;

Artinya: “kecuali orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal saleh dan nasehat

menasehati supaya mentaati kebenaran dan

nasehat menasehati supaya menetapi

kesabaran” (Departemen Agama RI, 2005:

601).

- QS. Al-Baqarah ayat 277;

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman,

mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat

dan menunaikan zakat, mereka mendapat

pahala di sisi Tuhannya. tidak ada

kekhawatiran terhadap mereka dan tidak

(pula) mereka bersedih hati (Departemen

Agama RI, 2005:48).

Page 79: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

65

Dengan demikian, bisa dipahami bahwa penyebutan

berulang-ulang di banyak tempat menunjukkan pentingnya

amal perbuatan hati.

(3) Kesempurnaan hati dan amal adalah tuntutan syariat.

Keterpaduan hati dan amal adalah sebuah

keniscayaan, masing-masing dari keduanya memiliki ruang

lingkup yang harus diamalkan sesuai tuntunan syariat.

Amalan hati perlu didahulukan tanpa mengabaikan amalan

fisik.

c) Jimat, mantera, guna-guna, ramalan, perdukunan,

penyingkapan perkara ghaib, dan semisalnya, adalah

kemunkaran yang harus diperangi, kecuali mantera dari ayat

Al-Qur'an atau ada riwayat dari Rasulullah saw (Al-Banna,

2008:293).

Jimat, mantera dan yang tersebut di atas adalah

kemungkaran yang harus dihindari karena merupakan penipuan

dan kebohongan yang dapat memalingkan seorang muslim dari

aqidah yang benar. Dalam jimat, mantra dan guna-guna

terdapat penyimpangan berupa keyakinan bahwa benda-benda

tersebut mampu melindungi seseorang dari bala’. Hal ini

sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnul Atsir yang dikutip oleh

Abdullah bin Qasim al Washly, “Semua itu disebut syirik

karena mereka hendak menolak ketentuan-ketentuan (taqdir)

yang telah tertulis dan mencari perlindungan dari gangguan dan

Page 80: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

66

penyakit kepada selain Allah, padahal hanya Allah yang

mampu melindunginya” (Al-Washly, 2001:192). Akan tetapi

dalam hal ini ada pengecualian yakni ruqyah (mantra) yang

berasal dari Al-Qur’an di antaranya terdapat dalam beberapa

ayat di surah al Baqarah dan Muawwidzatain atau ada riwayat

dari Nabi SAW seperti doa berikut:

أعذ بىاث هللا اخا اث شر اخك

Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari keburukan yang Ia ciptakan (Al-Banna, 2008:267)

Sedangkan dalam ramalan, perdukunan dan

penyingkapan perkara ghaib termasuk dalam kategori

mengklaim mengetahui akan hal yang ghaib, padahal

pengetahuan tentangnya hanya milik Allah.

Sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Jin ayat 26;

Artinya: “(dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu”(Departemen Agama RI, 2005:543)

Selain itu terdapat pula hadits yang menjelaskan

larangan perdukunan yakni:

ع عبد هللا ع ا فع ع صفت ع بعض أز ا ج اب

صى هللا ع س ع اب صى هللا ع س لاي

أحى عرا فا فسأ ع شء حمب صالة أربع

Artinya: “Dari Abdillah dari Nafi‟ dari Shafiyyah sebagian istri Rasulullah, dari Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mendatangi „araf kemudian bertanya

Page 81: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

67

tentang sesuatu dan membenarkannya, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari” (HR. Muslim No.4137).

Dengan demikian, sudah sepantasnya seorang muslim yang

berpegang teguh dengan aqidah Islam akan menghindari hal-

hal tersebut dalam rangka menjaga kemurnian aqidah.

d) Doa apabila diiringi tawassul kepada Allah dengan salah satu

makhluk-Nya adalah perselisihan furu' menyangkut tata cara

berdoa, bukan termasuk masalah aqidah (Al-Banna, 2008:298).

Tawassul merupakan salah satu permasalahan furu‟

yang menjadi khilafiyah sejak lama. Ulama bersepakat atas

kebolehan tawassul dengan amal saleh, dengan asmaul husna,

dengan doa orang saleh/ketika masih hidup (Al-Washly,

2001:402) dan bertawassul dengan Al-Qur’an (Arifin,

2008:125). Adapun perbedaan pendapat tentang tawassul

terangkum pada tiga pendapat yakni pertama, pelarangan

secara mutlak, ulama yang berpendapat tersebut adalah Imam

Abu Hanifah. Kedua, boleh tawassul dengan pengkhususan

terhadap pribadi Rasulullah SAW, pendapat ini dikatakan oleh

Imam Ahmad, dan Ibnul Arabi dari kalangan Maliki. Ketiga,

boleh secara mutlak, baik dengan diri Nabi, dan setiap wali

yang saleh dari kalangan mukminin baik yang masih hidup

maupun yang sudah meninggal, Asy Syaukani termasuk salah

satu ulama yang mendukung pendapat ini (Al-Washly,

2001:402).

Page 82: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

68

Sedangkan KH. Ali Ma’shum dalam kitabnya Hujjah

Ahlussunnah Wal Jama’ah justru menjelaskan bahwa pendapat

tentang kebolehan mutlak tawassul baik kepada Nabi maupun

para wali dari kalangan mukmin adalah pendapat mayoritas

ulama salaf maupun khalaf, kecuali Ibnu Taimiyyah (Ma’shum,

1983:93). Pendapat yang terakhir ini memiliki pemahaman

bahwa tawassul adalah memohon datangnya kebaikan atau

terhindarnya bahaya (keburukan) kepada Allah dengan

menyebut seorang Nabi, atau wali untuk memuliakan (ikram)

terhadap keduanya (Arifin, 2008:4).

Dengan demikian tawassul dalam pemahaman pendapat

yang terakhir ini tetap menjadikan Allah sebagai tujuan

dikabulkannya doa, bukan berdoa kepada Nabi ataupun ulama

yang disebut dalam doanya. Hasan Al-Banna berpendapat

bahwa tawassul adalah bukan merupakan permasalahan aqidah

melainkan tata cara berdoa, hal ini karena pada dasarnya yang

menjadi pokok aqidah adalah kepada siapa ditujukannya doa.

Dengan demikian, hendaknya perbedaan pendapat tentang hal

ini tidak menjadikan terpecah belahnya kaum muslim, karena

hal ini hanya masalah furu‟.

e) Cinta kepada orang-orang yang shalih, memberikan

penghormatan kepadanya dan memuji karena perilaku baiknya

adalah bagian dari taqarrub kepada Allah swt. Sedangkan

Page 83: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

69

karamah pada mereka itu benar terjadi jika memenuhi syarat-

syarat syar'inya. Itu semua dengan suatu keyakinan bahwa

mereka tidak memiliki madharat dan manfaat bagi dirinya,

baik ketika masih hidup maupun setelah mati, apalagi bagi

orang lain (Al-Banna, 2009: 166).

Para ulama memasukkan pembahasan ini dalam bagian

kenabian, hal tersebut karena kesalehan dan kewalian lahir dari

mengikuti ajaran para Rasul dan karamah merupakan

perpanjangan dari mu‟jizat. Keyakinan seorang muslim dalam

mencintai orang salih adalah karena ketaaatan dan jasa mereka

dalam menyampaikan kebaikan bukan karena anggapan bahwa

mereka memiliki karamah tertentu. Hal ini sesuai dengan

firman Allah QS. Yunus ayat 62-63 berbunyi;

Artinya: “62. Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)

mereka bersedih hati. 63. (yaitu) orang-orang yang

beriman dan mereka selalu bertakwa” (Departemen Agama RI, 2005:216).

Hal tersebut bukan berarti tidak mempercayai adanya

karamah, dalam pandangan Al-Banna karamah tetap ada

dengan syarat-syarat syar‟i yakni karamah yang didapat karena

keimanan dan ketakwaan kepada Allah, sebagaimana yang

dialami oleh Ashabul Kahfi. Adapun menurut Ibnu

Page 84: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

70

sebagimana yang dikutip Musthafa Muhammad Thahan adalah

bahwa sebagian orang memang ada yang memilki karamah

berupa sesuatu yang luar biasa, akan tetapi yang harus digaris

bawahi adalah mereka tetap manusia yang tidak ma’shum dan

tidak bias memberikan manfaat dan madharat kepada diri

sendiri maupun orang lain (Thahan, 2007:112-113).

2) Dalam shahih al-ibadah

Dalam shahih al ibadah Al-Banna menjelaskan, sebagai

berikut:

a) Al-Qur'an Al Karim dan Sunah Rasul yang suci adalah tempat

kembali setiap muslim untuk memahami hukum-hukum Islam.

Seorang muslim harus memahami Al-Qur'an sesuai dengan

kaidah-kaidah bahasa Arab, tanpa takalluf (memaksakan diri)

dan ta'assuf (serampangan). Selanjutnya ia memahami Sunah

yang suci melalui rijalul hadits (perawi hadits) yang terpercaya

(Al-Banna, 2009: 163).

Tidak ada keraguan bagi orang yang beriman bahwa Al-

Qur’an dan Sunnah adalah pedoman dalam berIslam. Al-

Qur’an hendaknya dipahami tanpa takalluf maupun ta‟assuf.

Takalluf adalah membebani diri dengan hal-hal yang berat dan

menjatuhkan perkara yang berlawanan dengan adat, adapun

termasuk perbuatan takalluf adalah membicarakan Al-Qur’an

Page 85: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

71

tanpa ada nash yang jelas dan hanya berpegang pada pendapat

tanpa bersandar pada ilmu bahasa Arab (Al-Washly, 2001:157).

b) Ilham, lintasan perasaan, kasyaf, dan mimpi, ia bukanlah bagian

dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap dalil

dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama

dan teks-teksnya (Al-Banna, 2008: 292).

Telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa

Al-Qur’an dan Sunnah adalah pedoman kaum muslim dalam

mengambil hukum Islam. Adapun ilham, lintasan pikiran

kasyaf, maupun mimpi seorang muslim tidaklah termasuk

dalam sumber yang bisa dijadikan dasar, akan tetapi dalam

kondisi tertentu hal tersebut bisa saja menjadi dasar dengan

syarat tidak bertentangan dengan dalil syariat.

c) Pendapat Imam atau wakilnya tentang sesuatu yang tidak ada

teks hukumnya, tentang sesuatu yang mengandung ragam

interpretasi dan tentang sesuatu yang membawa kemaslahatan

umum, bisa diamalkan sepanjang tidak bertentangan dengan

kaidah-kaidah umum syariat (Al-Banna, 2009: 163).

Pendapat apapun yang di dasarkan kepada

kemashlahatan umum, kebiasaan, atau tradisi selama tidak ada

nash yang jelas tentangnya dapat berubah sesuai perubahan

kemaslahatan, kebiasaan dan tradisi masyarakat setempat.

Page 86: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

72

Sebagaimana yang dikatakan para ahli ushul “hukum-hukum

yang berkaitan dengan hukum adat tetap berlaku selama adat

masih berlaku dan demikian sebalikya” (Al-Washly, 2001:200).

d) Menyikapi bid‟ah

Bid‟ah secara etimologi adalah setiap hal baru yang

diadakan baik terpuji mapun tercela tanpa ada contoh

sebelumnya. Sedangkan menurut pengertian syari’at telah

terjadi perbedaan ungkapan antara para ulama dalam

mendefinisikannya. Definisi-definisi tersebut dengan berbagai

lafadz maupun redaksinya memiliki persamaan mendasar yakni

berbeda dengan syari’at Allah SWT dengan tujuan keagamaan.

Dalam Ushul al-„isyrin terdapat dua pembahasan tentang

bid’ah, pertama tentang bid’ah yang harus diberantas Al-Banna

mengatakan, “Setiap bid’ah dalam agama Allah yang tidak

mempunyai dasar dan dianggap baik oleh hawa nafsu manusia,

baik berupa penambahan maupun pengurangan adalah

kesesatan”. Definisi bid‟ah yang demikian sebagaimana yang

pernah disampaikan oleh Imam Syafi’i yang diriwayatkan oleh

Imam Ar-Rabi’ dan dikutip oleh Abdullah bin Qasim Al-

Wasyli. Imam Syafii berkata,

Al-Muhdatsat (hal-hal baru) ada dua bagian. Pertama, hal-

hal yang bertentangan dengan Al-Qur’an, hadits, ijmak atau atsar. Inilah bid’ah yang merupakan kesesatan.

Kedua, kebaikan yang diciptakan dan tidak diperselisihkan

Page 87: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

73

oleh siapa pun. Inilah hal baru yang tidak tercela (Al-Washly, 2001:330).

Adapun pembahasan bid’ah yang kedua mengenai jenis

bid’ah. Al-Banna menyebutkan ada tiga jenis bid’ah, pertama

bid‟ah idhafiyah yaitu segala sesuatu yang disyari’atkan

akarnya namun sifatnya tidak. Kedua, bid‟ah tarkiyah yaitu

meninggalkan hal yang sebenarnya dihalalkan oleh syari‟at

tanpa melihat pertimbangan syar‟i dengan maksud keagamaan,

karena hal itu mengandung makna menolak hukum penghalalan

yang dibuat oleh Allah. Ketiga bid‟ah iltizam dalam ibadah

mutlak yaitu menentukan waktu, tempat, bilangan perbuatan

dan ucapan yang sebenarnya tidak dibatasi oleh syari‟at.

Persoalan semacam ini menurut Al-Banna dan mayoritas ulama

tidaklah termasuk bid‟ah yang tercakup dalam ancaman hadits

“...setiap bid‟ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan adalah

masuk neraka” (Al-Washly, 2001:339-342).

e) Ziarah kubur (kubur siapa pun) adalah sunah yang disyariatkan

dengan cara-cara yang diajarkan Rasulullah saw (Al-Banna,

2009:166).

Kaum muslim sepakat disyariatkannya ziarah kubur,

akan tetapi masih terdapat perbedaan pendapat dalam

menetapkan hukumnya. Dalam pembahasan ini Al-Banna

menekankan pada hal-hal baru yang dilakukan sebagian orang

saat ziarah kubur yang dinilai justru menodai kemurnian

Page 88: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

74

aqidah. Hal-hal tersebut antara lain, meminta tolong pada

kuburan, bernadzar untuk penghuni kubur dan membangun

kuburan dengan tirai. Membangun kubur dengan tirai

merupakan hal yang dilarang Rasulullah (Thahan, 2007:120).

3) Dalam rukun bai’at al ikhlash Ikhlas yang dikehendaki Al-Banna

adalah bahwa seorang muslim dalam setiap kata-kata, aktifitas dan

jihadnya, semua harus dimaksudkan semata-mata untuk mencari

ridha Allah dan pahala-Nya, tanpa mempertimbangkan aspek

kekayaan, penampilan, pangkat, gelar, kemajuan atau

keterbelakangan. Dengan itulah, ia menjadi tentara fikrah dan

aqidah, bukan tentara kepentingan dan ambisi pribadi (Al-Banna,

2009:168). Dalam al-ikhlash ini Al-Banna menekankan akan

ketulusan seorang muslim dalam beramal, tanpa

mempertimbangkan aspek duniawi yang dapat diperoleh dengan

amal itu.

b. Akhlak kepada Diri Sendiri

1) Dalam qawiyy al jism,

Dalam Risalah Ta’alim akhlak terhadap diri sendiri

sebagaimana yang terdapat dalam qawiyy al jism, Al-Banna

mengarahkan seorang muslim untuk senantiasa menjaga kesehatan

dengan menjaga pola makan dan menghindari beberapa minuman

maupun makanan yang dapat berakibat buruk kesehatan bila

dikomsumsi secara berlebihan, Al-Banna menekankan untuk

meninggalkan minuman keras selain karena haram juga alasan

Page 89: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

75

merusak kesehatan, yang tidak kalah pentingnya menurut Al-

Banna adalah meninggalkan rokok (Al-Banna, 2009:177-178).

2) Dalam matin al khuluq terkait akhlak terhadap diri sendiri. Al-

Banna menekankan agar seorang muslim senantiasa

berusaha untuk bersikap pemberani dalam menyampaikan

kebenaran, berani mengakui kesalahan, ketahanan dalam

menyimpan rahasia, adil pada diri sendiri, bersikap serius tanpa

meninggalkan canda yang benar dan tertawa dalam senyum,

bersikap tawadhu‟, memiliki rasa malu, peka terhadap kebaikan

maupun keburukan, menuntut posisi yang lebih rendah dari

martabat yang dimiliki, dan dapat menguasai diri ketika marah (Al-

Banna, 2009:179).

3) Dalam mutsaqqaf al fikr,

Al-Banna menekankan seorang muslim untuk cinta

membaca dan menulis, membaca majalah maupun koran-koran.

Al-Banna juga menyarankan agar seorang muslim memiliki

perpustakaan pribadi meskipun kecil, konsentrasi terhadap

spesialisasi keahlian berbagai yang dimiliki serta menguasai

persoalan Islam secara umum (Al-Banna, 2009:179). Dalam hal ini

penguasaan tentang persoalan Islam, meliputi: masalah-masalah

yang dihadapi dunia Islam.

4) Dalam qadir ala al kasb,

Al-Banna mengarahkan seorang muslim untuk memiliki

usaha ekonomi secara mandiri meskipun kecil, berusaha hidup

Page 90: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

76

sederhana dan menyimpan sebagian penghasilan untuk persediaan

masa-masa sulit.

5) Dalam mujahid li nafsih,

Al-Banna mengarahkan seorang muslim untuk bersungguh-

sungguh dalam mengendalikan hawa nafsu sehingga dapat menjaga

diri dari hal-hal yang diharamkan.

6) Dalam harish ala waqtih,

Al-Banna mengarahkan seorang muslim untuk bersungguh-

sungguh dalam memanfaatkan waktu. Menurut Al-Banna waktu

adalah kehidupan.

7) Dalam munadhdhom fi syuunih.

Al-Banna mengarahkan seorang muslim berusaha untuk

menghidupkan tradisi Islam dalam berbagai aktifitas kehidupan,

misalnya dalam ucapan salam, bahasa, sejarah, pakaian, perabot

rumah tangga, cara kerja dan istirahat, cara makan dan minum, cara

datang dan pergi, serta gaya mengekspresikan rasa suka dan duka.

Hendaklah pula seorang muslim menjaga sunah dalam setiap

Aktifitas tersebut (Al-Banna, 2009:180).

c. Akhlak kepada Sesama

1) Dalam nafi‟ li ghoirih

Hendaklah seorang muslim merasa bahagia jika dapat

membantu orang lain, gemar membesuk orang sakit, membantu

orang yang membutuhkan, menanggung orang yang lemah

Page 91: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

77

meringankan beban orang yang tertimpa musibah meskipun hanya

dengan kata-kata yang baik dan senantiasa bersegera berbuat

kebaikan.

2) Dalam matin al khuluq

Matin al khuluq yang terkait akhlak terhadap sesama adalah

hendaknya seorang muslim menjadi orang yang jujur dalam

berkata, menepati janji, bersikap adil terhadap orang lain, toleran,

berhati lembut, dermawan, lapang dada, pemaaf, melupakan

kesalahan orang lain, lemah lembut, santun dan memiliki rasa kasih

sayang terhadap sesama manusia maupun hewan. Juga baik dalam

pergaulan, berakhlak mulia dengan seluruh manusia dan menjaga

etika-etika Islam dalam melakukan interaksi sosial, menyayangi

yang kecil dan menghormati yang tua, memberi tempat kepada

orang lain dalam majelis, tidak menggunjing, tidak mengumpat,

meminta izin jika mendatangi suatu tempat atau meninggalkannya

(Al-Banna, 2009:322-323).

3) Dalam qadir ala al kasbi

Hendaknya seseorang berusaha untuk bekerja agar dapat

memenuhi kebutuhan sehingga mampu untuk mandiri dan tidak

bergantung pada pihak lain dan hendaknya seorang muslim

berkontribusi secara finansial untuk dakwah, menunaikan

kewajiban zakat dan menyisihkan sebagian harta yang dimiliki

untuk orang yang meminta dan kekurangan meskipun penghasilan

yang didapat tidaklah banyak (Al-Banna, 2009:180). Dalam hal ini

Page 92: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

78

Al-Banna ingin menegaskan sebarapapun penghasilan yang

diperoleh seorang muslim, haruslah disisihkan sebagian untuk

orang lain yang membutuhkan.

4) Dalam rukun bai’at al ukhuwwah

Al Ukhuwwah dalam pandangan Al-Banna adalah

keterikatan hati dan rohani dalam ikatan aqidah. Menurut Al-Banna

aqidah merupakan sekokoh-kokoh dan semulia-semulia ikatan.

Bentuk ukhuwwah yang paling rendah menurutnya adalah lapang

dada dan yang tertinggi adalah sikap itsar yakni kesediaan untuk

lebih mengutamakan orang lain daripada diri sendiri (Al-Banna,

2009:175).

5) Dalam ushul al isyrin

Al-Banna mengarahkan seorang muslim agar tidak

menjadikan khilafiyah dalam masalah fiqih furu' (cabang) sebagai

faktor pemecah belah dalam agama, tidak menyebabkan

permusuhan dan tidak juga kebencian. Setiap mujtahid

mendapatkan pahalanya.

Al-Banna menambahkan bahwa tidak ada larangan

melakukan studi ilmiah yang jujur terhadap persoalan khilafiyah.

Yang terpenting hal tersebut dilaksanakan dalam naungan kasih

sayang dan saling membantu karena Allah untuk menuju kepada

kebenaran. Semua itu tanpa melahirkan sikap egois dan fanatik

(Al-Banna, 2009:164). Al-Banna juga mengarahkan untuk

menerima setiap kata-kata dari Rasulullah SAW serta menghormati

Page 93: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

79

pendapat ulama salaf dan melarang untuk melontarkan kata-kata

makian dan celaan karena hal-hal yang diperselisihkan. Al-Banna

mengatakan, Setiap orang boleh diambil atau ditolak katakatanya,

kecuali Al-Ma'shum (Rasulullah saw). Setiap yang datang dari

kalangan salaf dan sesuai dengan Kitab dan Sunah, kita terima. Jika

tidak sesuai dengannya, maka Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya

lebih utama untuk diikuti. Namun demikian, kita tidak boleh

melontarkan kepada orang-orang-oleh sebab sesuatu yang

diperselisihkan dengannya kata-kata caci maki dan celaan. Kita

serahkan saja kepada niat mereka dan mereka telah berlalu dengan

amal-amalnya (Al-Banna, 2009:164).

Paparan tersebut di atas tampak bahwa konsep pendidikan akhlak

menurut Al-Banna telah memenuhi tiga obyek akhlak yakni akhlak

terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, dan akhlak terhadap sesama.

Akhlak terhadap Allah tampaknya Al-Banna lebih menitik beratkan pada

pemahaman seorang muslim untuk menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah

sebagai sumber utama dalam mengambil hukum dan upaya preventif dari

hal-hal yang dapat merusak akidah. Akhlak terhadap diri sendiri Al-Banna

mengarahkan seorang muslim untuk berpribadi ideal secara lahir batin.

Hal ini tampak pada gagasannya untuk menciptakan pribadi ideal tidak

hanya memperhatikan aspek rohani saja tetapi juga memperhatikan aspek

jasmani. Sedangkan dari segi akhlak terhadap sesama Al-Banna

mengarahkan seorang muslim untuk bisa memberi manfaat kepada orang

Page 94: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

80

lain dengan banyak membantu mereka. Manfaat yang diberikan kepada

orang lain ini berupa tenaga maupun materi sesuai kemampuan.

Akhlak terhadap sesama Al-Banna tidak mencantumkan secara

khusus akhlak terhadap orang tua. Ia menyebutkan secara umum dengan

menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Al-Banna

tampak lebih menekankan aspek toleran dengan tujuan utuhnya persatuan

umat Islam dalam menghadapi khilafiyah masalah furu‟.

3. Analisis Metode Pembentukan Akhlak

Pada dasarnya pembentukan sikap demikian juga dengan akhlak

tidak terjadi dengan sendirinya. Pembentukannya senantiasa berlangsung

dalam interaksi manusia dan berkaitan dengan obyek tertentu. Interaksi

sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompok dapat mengubah sikap

atau membentuk sikap yang baru (Gerungan, 2010:166-167). Semua

tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif. Motif manusia

merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak lainnya

yang berasal dari dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Motif-motif itu

memberikan tujuan dan arahan kepada tingkah laku seseorang (Gerungan,

2010:152). Demikian pula dalam jamaah Ikhwanul Muslimin, Hasan Al-

Banna berupaya membentuk para jamaahnya menjadi pribadi yang

berakhlak mulia dengan beberapa amalan yang terdapat dalam wajibat al

akh al amil (Al-Banna, 2009:177) dan adanya interaksi secara langsung

antar anggota jamaah dalam halaqah yang disebut dengan istilah usrah

(Al-Banna, 2009:185). Usrah mengandung arahan dan motivasi dalam

Page 95: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

81

perwujudan cita–cita ideal jamaah yang diklasifikasikan ke dalam tiga

pembahasan berikut:

a. Pemahaman

Dalam membentuk akhlak yang mulia Al-Banna mengarahkan

seorang muslim agar mengedepankan pemahaman akan pokok-pokok

akhlak. Pemahaman tentang akhlak tersebut diambil dari:

1) Al-Qur’an

Dengan menjadikannya sebagai wirid harian untuk dibaca,

ditadabburi dan diamalkan. Al-Banna mengatakan, “Hendaknya

engkau memperbaiki bacaan Al-Qur’an mu, memperhatikannya

dengan seksama dan merenungkan artinya” (Al-Banna, 2009:177).

Sebagaimana yang sudah diketahui bahwa tema akhlak merupakan

salah satu pembahasan penting yang terdapat dalam Al-Qur’an.

Sehingga dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai wirid harian untuk

dibaca dan di tadabburi diharapkan seorang muslim dapat

mengetahui pokok-pokok akhlak mulia dalam Al-Qur’an dan

kemudian mengamalkannya.

2) Al-Hadits

Selain pemahaman akan Al-Qur’an, Al-Banna juga

mengarahkan seorang muslim agar mengambil pelajaran pokok-

pokok akhlak mulia dari hadits, dalam hal ini Al-Banna

menyarankan untuk menghafal minimal empat puluh hadits dalam

kitab al Arba‟in Al-Nawawi. Al-Banna mengatakan, “Hendaklah

Page 96: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

82

engkau juga banyak membaca hadits Rasul SAW, minimal hafal

empat puluh hadits, ditekankan al Arbain Nawawi” (Al-Banna,

2009:177).

3) Mengkaji sirah Nabawi dan juga sirah salafus shalih.

Mengkaji sirah Nabawi dan sirah salafus shalih merupakan hal

yang penting menurut Al-Banna. Ia mengatakan, “Hendaklah engkau

juga mengkaji sirah Nabi dan sejarah para salaf sesuai dengan waktu

yang tersedia”. Urgensi mengkaji sirah adalah karena menurutnya

sirah Nabi dan para salaf merupakan contoh aplikatif dari perintah

Allah dan ajaran Islam. Hasan Al-Banna mengatakan;

Dakwah kami memang Islamiyah, dengan segala makna yang

tercakup dalam kata itu. Pahamilah apa saja yang ingin Anda

pahami dari kata itu dengan tetap berpedoman pada Kitab

Allah, Sunah Rasulllah saw. dan sirah salafus shalih (jalan

hidup pendahulu yang shalih) dari kaum muslimin. Kitab Allah

adalah sumber dasar Islam, Sunah Rasulullah saw. adalah

penjelas dari kitab tersebut, sedang sirah kaum Salaf adalah

contoh aplikatif dari perintah Allah dan ajaran Islam (Al-

Banna, 2012:37).

Hasan Al-Banna juga sering memberikan contoh-contoh konkrit

dari perilaku para salafus shalih saat memberikan ceramah yang

bertema akhlak (Asyur, 2004:22). Dengan demikian, Hasan Al-Banna

dengan mengarahkan untuk mengkaji sirah bermaksud memberikan

pemahaman bahwa tema-tema akhlak mulia dalam Islam tidak hanya

berada dalam suatu tataran teoritis, akan tetapi terdapat Suatu

Page 97: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

83

contoh konkrit yang bisa diambil pelajaran dari kehidupan para

salafus salih.

4) Mengkaji pokok-pokok akidah dan cabang-cabang fiqh

1) Mengkaji pokok-pokok akidah dan cabang-cabang fiqh

Mengkaji pokok-pokok akidah dan cabang-cabang fiqh juga

merupakan hal penting yang ditekankan Al-Banna dalam membentuk pribadi

yang berakhlak mulia. Ia mengatakan, “Dan hendaklah engkau mengkaji

risalah tentang pokok-pokok akidah dan cabang-cabang fiqh” (Al-Banna,

2009:177). Hal ini karena banyak dari kalangan orang-orang Islam yang

berpecah belah dan saling menyalahkan karena fanatisme madzhab.

Diharapkan dengan mempelajari pokok-pokok akidah dan cabang-cabang fiqh

seorang muslim memahami pokok-pokok akidah sehingga tidak terjerumus

pada akidah yang salah, dengan pemahaman akan cabang-cabang fiqh,

seorang muslim dapat memahami adanya berbagai pendapat dalam fiqh dan

dasar dari pendapat tersebut sehingga seorang muslim tidak mudah

menyalahkan orang lain yang tidak semadzhab dan tentunya sikap yang lebih

penting lagi adalah kesediaan untuk menghormati pendapat yang dipahami

pihak lain. Al-Banna mengatakan dalam ushul al isyrin;

Khilafiyah dalam masalah fiqih furu' (cabang) hendaknya tidak

menjadi faktor pemecah belah dalam agama, tidak

menyebabkan permusuhan dan tidak juga kebencian. Setiap

mujtahid mendapatkan pahalanya. Sementara itu, tidak ada

larangan melakukan studi ilmiah yang jujur terhadap persoalan

khilafiyah dalam naungan kasih sayang dan saling membantu

karena Allah untuk menuju kepada kebenaran. Semua itu tanpa

melahirkan sikap egois dan fanatik (Al-Banna, 2009:95).

Page 98: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

84

Dengan demikian, Hasan Al-Banna dalam konsep akhlak

terhadap sesama menekankan adanya sikap toleransi yang mana

dengannya akan tercipta saling menghormati meskipun perbedaan

pendapat di antara kaum muslim tetap ada.

b. Pembiasaan

Metode pembiasan bertujuan untuk menanamkan kecakapan

dalam berbuat, tentu saja dalam hal ini tidak lupa didiringi dengan

pemberian pemahaman sebagaimana yang telah dijelaskan dalam

pembahasan terdahulu, sehingga seorang muslim selaras antara teori

dan praktek (Marimba, 1981:82). Dalam hal pembiasaan Al-Banna

menekankan seorang muslim agar membiasakan diri dengan hal-hal

berikut:

1) Memiliki wirid tilawah Al-Qur’an dalam sehari minimal satu juz.

Al-Qur’an memiliki posisi yang sangat penting dalam pandangan

Al-Banna.

Sebagaimana pandangannya yang bersifat syumuliyah

terhadap ajaran Islam, demikian pula pemahamannya terhadap

Al-Qur’an. Al-Banna.mengatakan,

Al-Qur’an Al-Kharim adalah sistem yang komprehensif bagi seluruh hukum Islam. Al-Qur’an adalah sumber mata air yang

senantiasa menyirami hati-hati orang-orang yang beriman

dengan kebijakan dan hikmah. Dan yang paling utama seorang hamba dalam upaya bertaqarrub kepada Allah adalah dengan

membacanya (Al-Banna, 2009:95).

Membaca Al-Qur’an menjadi salah satu hal pokok dalam

pandangan Al-Banna. Hal inilah yang menjadikan ia menekankan

Page 99: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

85

seorang muslim agar memiliki wirid harian berupa tilawah

Al-Qur’an minimal satu juz setiap hari dan berusaha untuk khatam

tidak lebih dari satu bulan serta tidak kurang dari tiga hari.

Al-Banna mengatakan;

Hendaknya engkau memiliki wirid harian dari Kitabullah (Al-Qur’an) yang tidak kurang dari satu juz. Dan berusahalah

dengan sungguh-sungguh untuk mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari

tiga hari (Al-Banna, 2009:95).

Dalam wirid Al-Qur’an Al-Banna membuat ketentuan dalam

mengkhatamkan tidak kurang dari tiga hari, hal ini sesuai dengan

sabda Rasul;

عن عبد هللا بن معرو عن النيب صىل هللا عليه وسمل قال

ل من ثال ث )رواه الرت مذي(مل يفقه من قرأ القر أ ن يف أ ق Artinya: Dari Abdillah bin Amr dari Nabi SAW bersabda:

“Tidaklah faham orang yang menamatkan Al-Qur‟an kurang dari tiga hari” (HR. Tirmidzi Hadits No. 2870).

Menurut Said Hawwa hadits tersebut menjelaskan bahwa kata

“tidak faham” dengan makna tidak memahami artinya, yakni

menafikan pemahaman bukan pahala. Oleh karenanya seorang

muslim yang mengkhatamkan Al-Qur’an kurang dari tiga hari tetap

mendapatkan pahala membaca hanya saja tidak mendapat pahala

penghayatan terhadap Al-Qur’an (Hawwa, 2002:184).

2) Membiasakan diri dalam keadaan berwudhu

Al-Banna menekankan seorang muslim agar senantiasa

berusaha membiasakan diri dalam keadaan berwudhu di sebagian

Page 100: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

86

waktu yang dimiliki dengan terlebih dahulu memperbaiki kualitas

bersuci. Al-Banna mengatakan, “Hendaklah engkau meningkatkan

(kualitas) bersucimu dan usahakan selalu dalam keadaan wudhu di

sebagian besar waktumu” (Al-Banna, 2009: 327).

3) Memperbaiki kualitas shalat dan membiasakan berjamaah.

Al-Banna juga menekankan agar seorang muslim

memperbaiki kualitas shalat serta berusaha melaksanakannya tepat

waktu dan berjamaah di Masjid jika memungkinkan. Al-Banna

mengatakan, “Hendaklah engkau meningkatkan kualitas shalatmu.

Biasakan shalat tepat pada waktunya, dan upayakan berjamaah di

masjid jika memungkinkan” (Al-Banna, 2009: 327).

Al-Banna memposisikan sholat dalam hal yang sangat

urgen dalam membentuk akhlak yang mulia, hal ini karena sahalat

merupakan penenang hati dan penghubung antara hamba dengan

Tuhan. Hal ini seperti yang ia katakan dalam Risalah Da’watuna;

Engkau telah mengetahui bahwa Ikhwanul Muslimin mengenal

Islam sebagai sarana paling mulia untuk membersihkan jiwa,

memperbarui rohani, dan menyucikan akhlak. Dari cahaya-

nyalah mereka mengambil prinsip untuk membangun aqidah.

Anda pun sangat memahami bahwa kedudukan shalat dalam

Islam bagaikan kedudukan kepala pada jasad. Shalat adalah

pilar Islam yang kekal abadi. Ia juga penyejuk jiwa bagi yang

menegakkannya, penenang hati dan penghubung antara hamba

dengan Tuhannya. Ia adalah tangga yang mengantarkan ruh

orang-orang yang hatinya sarat dengan mahabbah menuju

ketinggian yang tiada batasnya. Dialah taman suci yang

menghimpun berbagai unsur kebahagiaan, baik di alam ghaib

maupun di alam nyata (Al-Banna, 2009: 134).

Al-Banna, mengklasifikasikan kaum muslim masa kini dalam

menyikapi shalat menjadi tiga golongan yakni:

Page 101: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

87

a) Golongan yang mengabaikan shalat.

Golongan ini menyia-nyiakan dan meninggalkan shalat. Hal

yang lebih mengherankan lagi menurut Al-Banna adalah sikap

sebagian orang yang bekerja di lahan dakwah maupun lembaga

Islam yang mereka pun juga meremehkan posisi shalat.

b) Golongan yang melaksanakan shalat sebagai rutinitas.

Golongan ini adalah golongan mayoritas, mereka

menunaikan shalat secara reflek, sekedar menerima warisan dari

para pendahuhu mereka. Mereka melakukan kebiasaan itu

sepanjang waktu tanpa mengetahui rahasia di baliknya dan tanpa

merasakan dampaknya. Mereka merasa cukup hanya dengan dapat

mengucapkan bacaan-bacaan shalat serta melakukan gerakan-

gerakannya dan merasa terbebas dari azab dan berhak atas pahala

karena telah melaksanakan kewajiban shalat.

Menurut Al-Banna hal tersebut adalah khayalan yang tidak

akan terwujud sama sekali, karena ucapan dan tindakan shalat itu

hanyalah kerangka fisik yang jiwanya adalah kepahaman, pilarnya

adalah kekhusyukan dan buahnya adalah pengaruh riil. Oleh

karenanya, tidak mengherankan kebanyakan orang tidak dapat

mengambil manfaat dari shalat mereka dan tidak dapat mencegah

dirinya dari kemunkaran.

c) Golongan yang shalat dengan kesungguhan.

Golongan ini jumlahnya paling sedikit, tetapi mereka

memahami rahasia shalat dengan baik. Mereka bersungguh-

sungguh

Page 102: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

88

dalam menunaikan dan gigih dalam usaha menyempurnakannya.

Mereka shalat dengan penuh rasa khusyuk penuh renungan,

ketenangan, dan keluar dari dunia shalatnya dengan merasakan

nikmat ibadah dan ketaatan, serta limpahan cahaya Allah yang

tiada tara. Hal itu tampak pada mereka yang jiwanya telah sampai

kepada ma'rifat kepada-Nya. Dengan shalat yang disempurnakan

inilah mereka akan membuahkan kesucian jiwa dan kebersihan hati

serta menjauhkan pelakunya dari dosa dan kemunkaran (Al-Banna,

2008: 136-138).

Dari penjelasan tersebut tampak jelas bahwa shalat mampu

memberikan dampak positif pada kesucian jiwa dan kebersihan

hati yang tentunya sangat berpengaruh pada akhlak seorang

muslim.

4) Senantiasa memperbarui taubat dan istighfar

Hal lain yang menjadi fokus Al-Banna dalam membentuk

akhlak yang mulia adalah dengan senantiasa memperbarui taubat

dan istighfar dan menjaga diri dari dosa kecil maupun yang besar.

Sebagaimana yang ia katakan, “Hendaklah engkau senantiasa

memperbaharui taubat dan istighfar. Jagalah dirimu dari dosa-dosa

kecil apalagi yang besar” (Al-Banna, 2009: 181).

5) Membiasakan diri dengan Muraqabatullah.

Muraqabatullah menjadi salah satu hal yang ditekankan

Al-Banna dalam upaya pembinaan akhlak. Dengan muraqabatullah

seorang muslim akan senantiasa menjaga diri dalam keadaan

apapun.

Page 103: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

89

Karena merasa senantiasa dalam pengawasan Allah SWT. Tentang

muraqabatullah Al-Banna mengatakan, Hendaklah engkau

senantiasa merasa diawasi Allah, mengingat akhirat,

mempersiapkan diri untuk menghadapinya, menempuh fase demi

fase perjalanan menuju keridhaan Allah dengan melakukan ibadah

sunnah, seperti: shalat malam, berpuasa minimal tiga hari tiap

bulan, memperbanyak berdzikir dengan hati maupun lisan, dan

memperhatikan doa-doa dalam berbagai kesempatan (Al-Banna,

2008: 326-327).

Adapun terkait doa-doa dalam berbagai kesempatan Al-

Banna menyusun Al-Ma‟tsurat yakni tulisan yang berisi doa-doa

yang dinukil dari Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Dalam Al-

Ma‟tsurat terdapat lima pembahasan, yakni:

a) Al-Wazhifah.

Al-Wazhifah adalah rangkaian doa yang dibaca saat pagi dan

sore yang diamalkan Rasulullah yang berasal dari ayat-ayat Al-

Qur’an dan Hadits (Al-Banna, 2009: 251).

b) Wirid Al-Qur’an (Al-Banna, 2009: 273).

Wirid Al-Qur’an berisi penjelasan Al-Banna tentang

keutamaan membaca Al-Qur’an, kadar wirid, surat-surat yang

disunnahkan untuk diperbanyak dibaca, majelis istima‟ dan

wirid hafalan.

Page 104: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

90

c) Doa-doa siang dan malam (Al-Banna, 2009: 283).

Doa-doanya meliputi doa bangun tidur, doa memakai

dan melepas baju, doa keluar dan masuk rumah, doa berjalan

menuju ke masjid, masuk dan keluarnya, doa masuk kamar

kecil dan jima’, doa wudhu mandi dan adzan, doa makan, doa

tahajjud, sulit tidur dan mimpi, doa tidur, doa penutup shalat

dan doa penutup majelis.

d) Doa-doa ma’tsur dalam berbagai kesempatan (Al-Banna, 2009:

299).

Doa-doanya meliputi doa istikharah, doa shalat hajat,

doa safar, doa atas kejadian alam, doa pernikahan dan anak-

anak, doa terhadap apa yang dilihat, doa keselamatan dan

penghormatan, doa menghadapi rintangan kehidupan, doa sakit

menjelang wafat, dan doa shalat tasbih.

e) Wirid ikhwan yang lain (Al-Banna, 2009:315-316).

Wirid ini meliputi wirid doa berupa: istighfar) 100x,

shalawat 100x dan tahlil 100x. Kemudian wirid rabithah yang

berisi surat Ali Imran ayat 26-27 dan doa rabitahah yang

dibaca menjelang maghrib. Wirid terakhir yakni wirid

muhasabah yang dilaksanakan menjelang tidur.

c. Refleksi

Salah satu hal penting dalam membentuk akhlak yang mulia adalah

dengan rutin melakukan refleksi dalam bahasa Al-Banna adalah

Page 105: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

91

bermuhasabah. Dengan bermuhasabah seorang muslim akan

senantiasa memperbarui taubat dan istighfar karena mengetahui apa

saja kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan dan tentunya dengan

pengetahuan tersebut ia akan berusaha untuk tidak mengulangi

kesalahan yang sama. Al-Banna mengatakan dalam wajibat al akh al

amil, “Sediakan untuk dirimu beberapa saat sebelum tidur untuk

bermuhasabah terhadap apa-apa yang telah engkau lakukan, yang baik

maupun yang buruk” (Al-Banna, 2009:181).

Muhasabah menjadi salah satu hal penting menurut Al-Banna.

Ia mengelompokkan muhasabah dalam wirid harian seorang muslim

sebagaimana yang terdapat Al-Ma’tsurat. Al-Banna mengatakan,

Muhasabah adalah usaha untuk menghadirkan kembali dalam ingatan

pada saat menjelang tidur, semua amal perbuatan yang dikerjakan

sepanjang hari. Jika seorang akh mendapatkan kebaikan maka

hendaknya ia memuji Allah. Namun, jika tidak mendapati yang

demikian maka beristighfarlah kepadaNya, memohon kepada-Nya,

kemudian memperbarui taubat, lalu tidur dengan niat yang utama (Al-

Banna, 2009:317-318).

Dengan demikian muhasabah menjadi salah satu wirid harian

yang hendaknya dilaksanakan seorang muslim, karena dengannya

seorang muslim akan memiliki upaya untuk senantiasa memperbaiki

diri.

B. Implementasi Pendidikan Akhlak Menurut Hasan Al Banna.

Hampir setiap hari ada pemberitaan tentang berbagai macam-macam

kenakalan remaja, mulai dari tawuran, penyalahgunaan narkotika, tindakan itu

Page 106: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

92

Dalam sudut pandang kejiwaan, keadaan tersebut dapat dikatakan

berhubungan erat dengan tidak adanya ketenangan jiwa. Kegoncangan jiwa

akibat kekecewaan, kecemasan atau ketidakpuasan terhadap kehidupan yang

sedang dilalui dapat menyebabkan remaja menempuh berbagai model

kenakalan seperti hal-hal tersebut di atas, terutama bagi remaja yang tidak

atau kurang mendapatkan pendidikan agama. Kenakalan remaja juga sangat

dipengaruhi oleh pengaruh buruk berbagai media (Daradjat, 1976:117).

Pemahaman akan pendidikan agama merupakan salah satu upaya

dalam rangka pembinaan remaja. Hal tersebut karena pendidikan agama yang

diterima oleh remaja sejak kecilnya akan membentuk pribadi yang sarat akan

pemahaman agama sehingga mampu membantu remaja dalam menghadapi

berbagai kesukaran, kekecewaan dan kegoncangan dalam hidup. Selain itu,

peranan pendidikan agama adalah mampu mengendalikan keinginan-

keinginan dan dorongan-dorongan yang kurang baik. Dengan pemahaman

yang baik akan pendidikan agama tentunya remaja tumbuh menjadi remaja

yang berakhlak karimah, yang dapat mengontrol diri dengan kesadaran bukan

karena paksaan dari pihak lain (Daradjat, 1976:119).

Pendidikan akhlak menurut Al-Banna dalam risalah ta’alim berupaya

membentuk seorang muslim yang berakhlak karimah dengan semangat

bertauhid, mandiri, cerdas, iffah, sehat, toleran dan bermanfaat terhadap

sesama. Seorang muslim tak terkecuali remaja tentunya akan menjadi remaja

yang shalih dengan menerapkan konsep tersebut.

Page 107: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

93

Pemahaman yang baik akan konsep al-ukhuwwah tentunya remaja

tidak akan berlaku tawuran, perkelahian ataupun yang sejenisnya.

Ummat yang telah bangkit sangat membutuhkan akhlak yang mulia

jiwa yang besar, dan cita-cita yang tinggi. Karena ummat tersebut akan

menghadapi berbagai tuntutan dari sebuah mesyarakat baru, suatu tuntutan

dari sebuah masyarakat yang baru, suatu tuntutan yang tidak mungkin bisa

dipenuhi kecuali dengan kesempurnaan akhlak, dan ketulusan jiwa, yang lahir

dari iman yang menghujam dalam dada, komitment yang menancap kuat

dalam hati, pengorbanan besar dan mental yang tahan uji. Hanya islamlah

yang mampu mencetak kepribadian serupa itu, dan ia pula menjadikan

kebersihan jiwa sebagai fondasi bagi bangunan kejayaan ummat. (anis matta,

2006: 86)

Dalam kajian ini dijelaskan bahwa proses pembentukan akhlak

menurut Al-Banna meliputi tiga hal yakni pemahaman, pembiasaan dan

refleksi perilaku dengan bermuhasabah. Ketiga proses tersebut saling

melengkapi satu sama lain. Ketiga proses tersebut hendaknya dapat menjadi

salah satu referensi dalam membentuk akhlak seorang muslim yang baik

secara individual maupun sosial, muslim yang tahu akan hak dan

kewajibannya terhadap Tuhan serta tidak melupakan hubungannya dengan

Page 108: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

94

sesama manusia maupun makhluk Tuhan lainnya. Dalam bermuamalah Al-

Banna menekankan agar seorang muslim memiliki peran dalam aktivitas

sosial baik berupa materi maupun finansial sesuai kemampuan. Al-Banna juga

menekankan untuk toleran dalam menghadapi perbedaan yang ada dengan

semangat persatuan umat Islam.

Pendidikan akhlak juga memiliki beberapa fungsi dan manfaat yang

dijadikan sebagai panduan bagi seorang muslim dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara.

1. Akhlak sebagai bukti nyata keimanan seseorang.

Akhlak merupakan bukti nyata dari keimanan dan keIslaman

seseorang. Apabila seseorang berakhlak mulia (akhlakul karimah) maka ia

terbukti sebagai seorang mukmin yang baik. Sedangkan apabila seseorang

berperangai yang buruk (akhlakul mazmumah) maka ia tidak pantas

disebut seorang muslim yang baik. Jadi akhlak atau perangai seseorang

dapat dijadikan alat ukur bagi kualitas keimanan dan kamusliman

seseorang. Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baiknya kalian

adalah kurun-ku (generasi pada masa-ku), kemudian generasi yang

berikutnya dan generasi yang berikutnya lagi”. (H.R. Al-Bukhari nomor

2651 dan Muslim nomor 4603). Hadits ini secara umum memberikan dua

gambaran bahwa generasi Islam yang terbaik itu adalah di masa hidupnya

Rasulullah SAW bersama para sahabatnya yang setia, kemudian diikuti

oleh para tabi’in dan generasi pengikut para tabi'in (Atba'ut-Tabiin).

Page 109: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

95

Generasi inilah yang disebut dengan Salafus-Shalih, Salaful-Ummah atau

generasi yang utama (Mufadhdhil). Sebagaimana tercantum dalam firman

Allah SWT QS. Maryam ayat 58-59;

Artinya: “58. mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat

oleh Allah, Yaitu Para Nabi dari keturunan Adam, dan dari

orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari

keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah

Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. apabila dibacakan

ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka

mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.59. Maka

datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-

nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka

mereka kelak akan menemui kesesatan”.

Allah SWT menggambarkan generasi yang shalih yakni generasi

yang menyatu jiwa dan raganya untuk taat kepada Allah. Ketika

disampaikan ayat-ayat-Nya kepada mereka, maka seketika itu pula hati

mereka bergetar seraya bersujud tunduk kepada Allah SWT. Kemudian

Allah SWT mengalamatkan bahwa akan datangnya generasi yang jelek

setelah itu. Generasi yang jelek ini ditandai dengan dua ciri pokok, yakni :

Page 110: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

96

a. Generasi yang menyia-nyiakan shalat (adha'us-shalah).

Menurut Ibnu Mas'ud ra., yang dimaksud menyia-nyiakan

shalat adalah "menyia-nyiakan waktu shalat". Dari menyia-nyiakan

waktu shalat ini kemudian akan meninggalkan shalat sama sekali.

Selanjutnya Ibnu Mas'ud berkata: "Kalian (para sahabat) sedang berada

pada zaman dimana hawa nafsu tunduk kepada kebenaran. Namun

akan datang sesudah zaman ini dimana kebenaran akan tunduk kepada

hawa nafsu, maka dari itu kita berlindung dari datangnya zaman

tersebut (na'udzubillahi min dzalikaz-zaman)" (Tafsîr Al-Qurthubî).

b. Generasi yang menuruti hawa nafsunya (ittaba'usy-syahawat).

Mujahid mengungkapkan, “bahwa menjelang akhir zaman

kelak, orang-orang shalih dari ummat Muhammad menjadi langka dan

orang-orang lebih mengedepankan hawa nafsunya”. Pemandangan

keseharian secara kasat mata kita dapat menyaksikan fenomena

masyarakat yang hanya disibukkan dengan urusan dunia dan

tenggelam dengan hiburan. Mereka melalaikan shalat dan

menganggapnya sebagai hal yang tidak begitu penting. Lebih parah

lagi lahir generasi muda yang telah kehilangan identitas ke-Islamannya

sebagai akibat dari proses modernisasi. Generasi muda yang malas

beribadah dan yang dicari hanya hiburan, senangnya nongkrong di

pinggir-pinggir jalan, nonton film dan menyesaki tempat-tempat

konser. Benak mereka dipenuhi oleh khayalan, pacaran dan hiburan.

Page 111: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

97

Kemudian lahirlah generasi yang cengeng, pemalas dan

memperturutkan hawa nafsu. Mereka rela berkorban apapun untuk

memburu hiburan. Jiwanya telah kecanduan dan ketergantungan pada

hiburan, sehingga akibatnya tidak bisa lagi diajak berfikir serius, tidak

bisa diajak merenung dan berfikir mendalam. Akhirnya, akan datang

generasi yang jelek yang memperturutkan hawa nafsunya.

2. Akhlak sebagai amalan yang paling berat timbangannya.

Rasulullah saw tidak pernah berbicara dari hawa nafsunya. Beliau

menjelaskan bahwa amalan yang paling berat di dalam timbangan seorang

mukmin pada hari kiamat adalah Akhlak yang mulia. Rasulullah bersabda:

لبغض الفاحش ء أثقل ف هزاى الوؤهي وم القاهة هي خلق حسي وإى للا ها ش

البذيء

Artinya:“Tidak ada sesuatu apapun yang paling berat di dalam timbangan

seorang mukmin pada hari kiamat nanti daripada akhlak yang mulia.

Sesungguhnya Allah sungguh membenci orang yang berkata kotor lagi

jahat.”

Allah juga telah memuji Nabi Muhammad sebagai orang yang

paling mulia akhlaknya:

وإك لعلى خلق عظن Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung”.

3. Akhlak mulia merupakan simbol segenap kebaikan.

Kebaikan adalah hal yang dapat menenangkan hati dan

menentramkan jiwa, sedangkan keburukan adalah apa saja yang

membuatkan hati ragu dan tidak tenang. Rasulullah shallallahu „alaihi wa

sallam bersabda dari sahabat An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu „anhu,

Page 112: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

98

طع ع ج أ ور ا حان ف فسه اخك , اإلث ابر حس

ااس

Artinya: “Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa

saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” (HR. Muslim).

4. Akhlak merupakan pilar bagi tegaknya masyarakat yang diidam-idamkan.

Karakteristik atau pilar-pilar pemerintahan Islam menurut Hasan

Al-Banna ada tiga, yaitu:

a. Tanggung jawab pemerintah, dalam arti bertanggungjawab kepada

Allah dan rakyatnya. Pemerintahan, tidak lain adalah praktek kontrak

kerja antara rakyat dengan pemerintah, untuk memelihara kepentingan

bersama.

b. Kesatuan umat, artinya memiliki sistem yang satu yaitu Islam dengan

melakukan amar ma’ruf nahi munkar dan nasihat.

c. Menghormati aspirasi rakyat, artinya di antara hak rakyat adalah

mengawasi para penguasa dengan pengawasan yang seketat-ketatnya,

selain memberi masukan tentang berbagai hal yang dipandang baik

untuk mereka. Pemerintah harus mengajak mereka bermusyawarah,

menghormati aspirasi mereka, dan memperhatikan hasil musyawarah

mereka.

Hasan Al-Banna menggambarkan bahwa sumber kekuasaan adalah

satu, yaitu kehendak rakyat, kerelaan merupakan pilihan mereka secara

bebas dan suka rela. Artinya, ikhwan meyakini bahwa rakyat adalah

sumber kekuasaan. Sehingga, sistem politik atau pemerintahan

diselenggarakan sesuai dan dalam kerangka landasan-landasan tertentu

yaitu, Syura (musyawarah), hurriyah (kebebasan), musawwah(persamaan),

Page 113: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

99

„adl (keadilan), ta‟ah (kepatuhan) dan amar ma‟ruf nahi munkar. Selain

itu, Hasan Al-Banna berpendapat bahwa anggota syuro terdiri dari tiga

komponen. Pertama, para ahli fiqh yang mujtahid, yang pernyataan-

pernyataannya diperhitungkan dalam fatwa dan pengambilan hukum.

Kedua, pakar yang berpengalaman dalam urusan publik. Ketiga, semua

orang memiliki kepemimpinan terhadap orang lain. Mereka ini disebut

dengan ahlul halli wal „aqdi. Asas-asas yang di atasnya tertegak

masyarakat muslim idaman, yang dianggap sebagai dasar-dasar reformasi

sosial yang lengkap, yaitu :

a. Memperhatikan aspek moral dan melindungi masyarakat dari tindak

kriminal dan kemungkaran.

b. Memperhatikan keluarga dan mendudukkan status perempuan secara

proporsional.

c. Menekankan kesetiakawanan, solidaritas sosial dengan berbagai

jenisnya, juga persatuan.

d. Tanggung jawab negara kepada Islam dan dakwah Islam.

e. Pemberian tanggung jawab reformasi sosial kepada individu.

5. Akhlak merupakan tujuan akhir diturunkannya Islam ke dunia.

Diturunkannya rasulullah saw di muka bumi ini karena salah satu

tujuan Allah mengutus rasulullah untuk menyempurnakan akhlak.

Sebagaimana hadits rasulullah saw :

االخالق ىار ا بعثج ألح إArtinya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemulian

akhlak”.

Page 114: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

100

Firman Allah SWT dalam QS. Al-Anbiya ayat 107

Artinya: “dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam”.

Dari hadits dan firman Allah di atas, maka ada hubungan antara

keduanya yaitu Allah mengatakan bahwa mengutus rasulullah sebagai

rahmat bagi seluruh alam. Rasulullah-pun berkata bahwa beliau di utus

oleh Allah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.

Sesungguhnya setiap ummat yang ingin membina dan membangun

dirinya, serta bejuang mewujudkan cita-citanya serta membela agamanya,

haruslah memiliki kekuatan jiwa yang dahsyat. Kekuatan jiwa itu

terekspresikan dalam beberapa hal. Tekat membaja yang tidak pernah

melemah, kesetiaan yang teguh dan tidak pernah tersusupi penghianatan.

Pengorbanan yang tidak terbatasi oleh keserakahan dan kekikiran,

pengetahuan dan keyakinan, serta penghormatan yang tinggi terhadap

ideologi yang diperjuangkan, menawar-nawarnya dengan yang lain, atau

tertipu oleh ideolgi yang lain Sebab kelemahan suatu bangsa, karena

kelemahan hati dan jiwanya, dan karena hati mereka kosong dari akhlak

yang luhur dan sifat-sifat kesatria, sekalipun jumlah mereka sangat banyak

dan kekayaan mereka melimpah ruah. (Hasan Al-Banna,1987: 52)

Page 115: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

101

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemikiran Hasan Al-Banna mengenai konsep pendidikan akhlak adalah

dengan terbentuknya pribadi Islami yang memiliki kriteria, yang meliputi:

Pribadi yang berakhlak kepada Allah, Pribadi yang berakhlak terhadap

sesama, pribadi yang berakhlak kepada diri sendiri.

Metode yang digunakan Al-Banna dalam membentuk pribadi yang

berakhlak Islami dalam risalah ta’alim, meliputi tiga hal: pemahaman

memahami Al-Qur’an dan Al-Hadits, Sirah Nabawiyah dan Sirah Salafus

Salih; pembiasaan dalam kehidupan sehari memperbaiki kualitas shalat

memperbarui taubat dan istighfar serta muraqabatullah; refleksi perilaku

(muhasabah), senantiasa memperbaiki diri karena mengetahui kesalahan-

kesalahan yang telah diperbuat dan fungsional, dalam hal ini al Banna

mengarahkan seorang muslim agar senantiasa bermujahadah dalam menahan

hawa nafsu.

Page 116: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

102

B. Saran

1. Kepada pemerhati pendidikan untuk berkenan mengkaji lebih mendalam

tentang konsep pendidikan Hasan Al-Banna dalam bidang akhlak dengan

mengadakan perubahan sistem pendidikan memberikan pendidikan moral

dan keagamaan kepada peserta didik.

2. Hendaknya pihak-pihak yang memiliki otoritas dalam lembaga-lembaga

pendidikan Islam berupaya untuk mengadopsi konsep pendidikan akhlak

yang digagas Al-Banna yakni pendidikan akhlak yang bersifat rabbaniyah

(ketuhanan), integral dan holistik, aktif dan membangun serta proporsional

dan seimbang.

Page 117: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Aleh. 2007. Teori-Teori Pendidikan dalam Al-Qur‟an (Jakarta: Rineka Cipta).

Al-Abrasyi, M. Athiyah. 1991. Dasar-Dasar Pendidikan Islam, terj. Tasirun

Sulaiman, cet. II (Ponorogo: PSIA)..

Al-Banna, Hasan. 1991. Risalat Al-Ta‟alim Wa Al-Usrah (Shabra: Dar al Nashr li al Thaba’ah al Islamiyah).

_____________. 1987. Konsep Pembaruan Masyarakat Islam, terj. Su‟adi Sa‟ad

(Jakarta: Media Dakwah).

_____________. 2004. Memoar Hasan Al-Banna, terj. Abu Ridho (Solo: Era Intermedia).

_____________. 2009. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 2, terj. Anis

Matta (Solo: Era Intermedia).

_____________. 2012. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 1, terj. Anis Matta (Solo: Era Intermedia).

Al-Jabari, Abdul Muta'al. 1999. Pembunuhan Hasan Al-Banna (Bandung:

Pustaka, 1999).

Al-Khatib, Muhammad Abdullah. 2006. Pahlawan itu Bernama Al-Banna, terj.

Masrukhin (Depok, Pustaka Nauka).

Al-Wasyli, Abdullah Qasim. 2001. Syarah Ushul Al-„Isyrin, terj. Kamal Fauzi (Solo: Era Intermedia).

An-Nawawi, Imam. 2008. Hadits Arbain An Nawawi, terj. Muhil Mudhofir

(Jakarta: Al-I’tishom).

Arifin, Abdullah Syamsul, dkk. 2008. Membongkar Kebohongan Buku “Mantan Kiai NU Menggugat Shalawat dan Dzikir Syirik” (Jember: Khalista).

Arifin, M. 2003. Ilmu Pendidikan Islam; Tinjauan Teoritis Dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara).

Ashari, Rahmat Tohir. 2001. Islam Garda depan: Mosaik Pemikiran Islam Timur

Tengah (Bandung: Mizan).

Assisi, Abbas. 2006. Biografi Dakwah Hasan Al-Banna, terj. Nandang Burhanudin

(Bandung: Harokatuna Publishing).

Page 118: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

'Asyur, Ahmad Isa. 2000. Hadits Tsulasa' Ceramah-Ceramah Hasan Al-Banna, terj. Salafuddin dan Hawin Murtadho (Solo: Era Intermedia).

Daradjat, Zakiah. 1976. Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang).

_____________. 1976. Pembinaan Remaja (Jakarta: Bulan Bintang).

Departemen Agama RI. 1983. Ensiklopedia Islam di Indonesia (Jakarta: Depag

RI).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet 1 (Jakarta: Balai Pustaka).

Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Bandung: Jumanatul

Art).

Djatnika, Rahmat. 1996. Sistem Etika Islami (Jakarta: Pustaka Panjimas).

Ekosusilo, Madyo. 1990. Dasar-Dasar Pendidikan. (Semarang: Effhar Offset

Semarang)

Hawwa, Sa’id. 2002. Membina Angkatan Mujahid: Studi Analitis atas Dakwah Hasan Al-Banna dalam Risalah Ta‟alim, terj. Abu Ridho (Solo: Era Intermedia).

J. Moleong, Lexy. 1998. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja

Rosdakarya).

Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Yogyakarta: Paradigma).

Kholik dkk, Abdul. 1999. Pemikiran Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar).

Ma’shum, KH. Ali. 1983. Hujjah Ahlus Sunnah wal Jama‟ah (Jogjakarta).

Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia, terj. Abdul Hayyie Al-Kattani (Jakarta: Gema Insani Press).

Marimba, Ahmad D. 1981. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung:

Al-Ma’arif).

Mitchell, Richard Paul. 2005. Masyarakat Al Ikhwan al Muslimun: Gerakan Da‟wah di Cendekiawan terj. Safrudin Edi Wibowo (Jakarta: Gema Insani Press).

Muhammad dkk, Hery. 2006. Tokoh-Tokoh Islam Yang Berpengaruh Abad 20,

(Jakarta: Gema Insani Press).

Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan (Jakarta: Prenada Media).

Page 119: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

Nu’man, Farid. 2004. Ikhwanul Muslimin Anugrah Allah yang Terzhalimi (Depok: Pustaka Nauka).

Poerwadarminto, W.J.S. 1987. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka).

Qaradhawi, Yusuf. 1991. Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna ,ter. Bustani. A Gani (Jakarta: Bulan Bintang).

Riyanto, Theo dan Martin Handoko. 2004. Pendidikan Pada Usia Dini,Tuntunan

Psikologis dan Pedagogis bagi Pendidik dan Orang tua (Jakarta : Grasindo).

Ruslan, Utsman Abdul Mu’iz. 2000. Tarbiyah Siyasiyah: Pendidikan Politik

Ikhwanul Muslimin, terj. Salafudin Abu Sayyid (Solo: Era Intermedia).

Sadily, Hasan. 1989. Enclyclopedia Indonesia ( Jakarta; CV Ikhtisar Baru).

Saputra, Ahmad Munif Surat. 2005. Filsafat Hukum Islam Al-Ghazali (Jakarta:

Pustaka Firdaus).

Susanto, A. 2010. Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah).

Thahan, Musthafa Muhammad. 2007. Pemikiran Moderat Hasan Al-Banna, terj. Akmal Burhanuddin (Bandung: Harokatuna).

Thoha, M. Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar).

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka).

Page 120: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna
Page 121: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna
Page 122: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna
Page 123: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

LAPORAN SKK

Nama : Masrul Hakim

NIM : 111-11-015

Fakultas/Jurusan : Tarbiyah/Pendidikan Agama Islam

No. Jenis Kegiatan Keterangan Pelaksanaan Nilai

1

OPAK STAIN Salatiga 2011

Peserta

20-22 Agustus

2011

2

Achievement Motivation

Training (AMT) STAIN

Salatiga 2011

Peserta

23 Agustus 2011

3

Orientasi Dasar Keislaman

(ODK) STAIN Salatiga 2011

Peserta

24 Agustus 2011

4

Entrepreneurship Koperasi

kopma. (KSEI) Agustus 2011

Peserta

25 Agustus 2011

5

UPT Perpustakaan,

User Education. Septmber

2011

Peserta

19 September 2011

6

TPA AL-IKLAS.

Gendongan, kandangan.

Mulai tugas September 2009

Tenaga

Pengajar

TPA

SK

09/P.TPA/SK/2011

7

HMI, seminar Pendidikan

Desember 2011

Peserta

28 Desember 2011

8

TPA AL-IKLAS.

Gendongan, Kandangan.

Tenaga

Pengajar

SK

10/P.TPA/SK/2012

Page 124: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

Mulai tugas September 2009 TPA

9

TPA AL-IKLAS.

Gendongan, kandangan.

Mulai tugas September 2009

Tenaga

Pengajar

TPA

SK

11/P.TPA/SK/2013

10

TPA AL-IKLAS.

Gendongan, kandangan.

Mulai tugas September 2009

Tenaga

Pengajar

TPA

SK

12/P.TPA/SK/2014

11

Sosialisasi Penanggulangan

Hiv/Aids.

PCNU. April 2014

Peserta

6 April 2014

12

Titi Kecil

Work shop Tides art.

Agustus 2014

Peserta

26 Agustus 2014

13

Titik kecil.

Live sketch Januari 2015

Peserta

05 Januari 2015

14

TPA AL-IKLAS.

Gendongan, Kandangan.

Mulai tugas September 2009

Tenaga

Pengajar

TPA

SK

13/P.TPA/SK/2015

15

Semut Geni

Workshop Dolanan

Tradisional. April 2015

Panitia

12 April 2015

16

Karang taruna karya muda

Lomba 17san. Agustus 2015

Panitia

23 agustus 2015

17 (Diklat Banser) Peserta 27 September 2015

Page 125: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

SATKORCAP BANSER

September 2015

18

Titi Kecil

( Tarian Pena ).

Maret 2016

Peserta

20 Maret 2016

19

Semut Geni

Pameran Dolanan

Tradisional. Mei 2016

Peserta

29 Mei 2016

20

D -Nyoet Art Work

Work Shop Komik , Juli

2016

Panitia

11 Juli 2016

21

Karang taruna karya muda

Halal-Bihalal. Juli 2016

Panitia

15 Juli 2016

22

Bung pring (mural bersama “

kemerdekaan indonesia).

Agustus 2016

Peserta

15 Agustus 2016

23

Karang taruna karya muda

Lomba 17-san. Agustus 2016

Panitia

25 Agustus 2016

24

TPA AL-IKLAS.

Gendongan, Kandangan.

Mulai tugas September 2009

Tenaga

Pengajar

TPA

SK

14/P.TPA/SK/2016

25

D –nyoet,

work shop karikatur.

Februari 2017

Panitia

6 Februari 2017

Page 126: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna

26

Karang Taruna Karya Muda

Lomba 17-san. Agustus 2017

Panitia

27 Agustus 2017

27

Seminar Nasional Mapala

Mitapasa. April 2017

Peserta

29 April 2017

28

Karang Taruna Karya Muda

Bakti Sosial. Maret 2017

Panitia

19 Maret 2017

29

Karang Taruna Karya Muda

Pelatihan Pembuatan Mainan

Tradisional. November 2017

Panitia

5 November 2017

30

Titik kecil Work Shop

Sablon. Oktober 2017

Panitia

08 Oktober 2017

31

Karang Taruna Karya Muda

Halal-halal juli 2017

Panitia

2 juli 2017

32

TPA AL-IKLAS.

Gendongan, Kandangan.

Mulai tugas September 2009

SK

15/P.TPA/SK/2017

Page 127: PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG PENDIDIKAN AKHLAK DALAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3863/1/skripsi fix....pdf · dan jasmani. Selain itu, dalam konsep akhlak Al-Banna