PENERJEMAHAN BAHASA SUNDA KITAB AL-MA’ṠŪRĀT...
Click here to load reader
Transcript of PENERJEMAHAN BAHASA SUNDA KITAB AL-MA’ṠŪRĀT...
PENERJEMAHAN BAHASA SUNDA KITAB AL-MA’ṠŪRĀT HASAN AL-BANNA
(SEBUAH PERTANGGUNGJAWABAN AKADEMIK PENERJEMAHAN BERBASIS SEMANTIK)
Skripsi ini disusun untuk memenuhi Persyaratan Memperolah
Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)
Disusun oleh:
Musdalifah (1113024000025)
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
i
ABSTRAK
Musdalifah, NIM (11130240000025), Penerjemahan Bahasa Sunda Kitab Al-Ma’ṡūrāt Hasan al-Banna (Sebuah Pertanggungjawaban AkademikBerbasis Semantik), Skripsi Program Studi Tarjamah, FakultasPenerjemahan Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta 2017.
Penulisan ini bertujuan mendeskripsikan penerjemahan kitab al-Ma’ṡūrātkarya Hasan al-Banna, di mana penulis menerjemahkannya sendiri dari bahasaArab ke dalam bahasa daerah (Sunda), dalam hal ini penulis menerapkan metodepenerjemahan semantik dalam penerjemahannya. Permasalahan yang diteliti yaitubagaimana penerapan metode semantik penerjemahan al-Ma’ṡūrāt ke dalambahasa Sunda berdasarkan dengan analisis semantik Metode yang digunakandalam penulisan ini adalah metode penulisan kualitatif, dengan pendekatandeskriptif yang berlandaskan pada penulisan terhadap teks al-Ma’ṡūrāt karyaHasan al-Banna serta terjemahannya sebagai objek penulisan. Teknik analisis datadalam penulisan ini, yaitu dengan menerjemahkan kitab al-Ma’ṡūrāt ke dalambahasa Sunda, kemudian menerapkan metode penerjemahan semantik dalampenerjemahannya. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan teori semantikatau’ilm al-dilalah yang dikemukakan oleh Ahmad Mukhtar, yakni ilmu yangmembahas tentang makna, dan teori penerjemahan semantik yang dikemukakanoleh Peter Newmark, yakni Semantic translation take more account of theaesthetic value. Hasil terjemahan menunjukkan bahwa metode penerjemahansemantik untuk menerjemahkan kitab al-Ma’ṡūrāt adalah sesuai, karena kitabtersebut berisikan kumpulan ayat Al-Qur’an dan hadis, serta bacaan doa-doadengan memperhaatikan unsur estetika teks sumber.
Kata kunci: Terjemahan bahsa Sunda, al-Ma’ṡūrāt, metode semantik
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat AllahSwt, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikanskripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada NabiMuhammad Saw., berikut keluarga serta para sahabatnya dan para pengikutnyahingga akhir zaman.
Kesulitan dan hambatan telah penulis lalui dalam menyelesaikan skripsiini, begitu juga kemudahan dan harapan yang membuat penulis menemukansemangat baru. Tentunya harapan tersebut tidak akan datang tanpa dukungan danbantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis haturkan kepada:
1. Prof. Dr. Sukron Kamil, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Adab danHumaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Moch. Syarif Hidayatullah. M. Hum. Selaku Ketua Jurusan Tarjamahyang telah memberikan arahan dan nasihat kepada penulis.
3. Dr. (C) Rizqi Handayani, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah yangtelah memberikan arahan dan nasihat kepada penulis.
4. Prof. Dr. Sukron Kamil, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing yang telahmeluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk membimbing,memberikan arahan, nasihat, serta ilmu yang sangat bermanfaat bagipenulis.
5. Dosen penguji Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag. dan Drs. Ikhwan Azizi, M.Ayang telah memberikan saran dan masukan untuk skripsi penulis, agarmenjadi lebih baik lagi.
6. Seluruh Dosen Program Studi Tarjamah yang telah memberikan banyak ilmukepada penulis selama berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Orang tua penulis, Ayahanda Alm Sukarmadi dan Ibunda Sudarmi yang takhenti untuk selalu berdo’a, memberikan cinta dan kasih sayangnya, sertamemberikan dukungan baik berupa moril maupun materil. Saudara-saudaripenulis (Istiro’ah, Slamet Riyadi, Nur’aisyah, Soswati, Mulyati, danRistyaningsih) yang selalu memberi motivasi, masukan, serta dukungankepada penulis.
8. K.H. Muzhoffar, SMHK dan Hj. Rohmah, S.E. Selaku Pengasuh PonpesDarul Hikam, guru, dan pengasuh panti asuhan yatim yang telah memberikandukungan baik berupa moril maupun materil.
9. Semua pihak yang terkait dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, dan kepadaseluruh pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini, semoga selalu
iii
diberikan kesehatan, dimantapkan Iman, Islam, dan Ihsan dari Allah Swt.
Jakarta, 21 November 2017
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 3
C. Tujuan dan Manfaat Penulisn................................................................. 3
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 4
E. Metodologi Penulisan ............................................................................ 5
F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 7
BAB II KERANGKA TEORI
A. Teori Semantik ...................................................................................... 9
1. Pengertian Semantik .......................................................................... 10
B. Teori Penerjemahan Semantik .............................................................. 10
C. Teori Penerjemahan Teks Keagamaan ................................................. 12
D. Perspektif Bahasa Sunda ...................................................................... 14
BAB III GAMBARAN UMUM KITAB AL-MA’ṠŪRĀT DAN
PENYUSUNNYA
A. Seputar Al-Ma’ṡūrāt ........................................................................... 23
B. Tentang Penyusun Al-Ma’ṡūrāt ........................................................... 23
1. Biogafi Hasan al-Banna...................................................................... 23
2. Karya-karya Hasan al-Banna .............................................................. 33
BAB IV PENERAPAN METODE SEMANTIK PENERJEMAHAN AL-
MA’ṠŪRĀT KE DALAM BAHASA SUNDA BERDASARKAN DENGAN
ANALISIS SEMANTIK
A. Teks Al-Ma’ṡūrāt dan Terjemahannya dalam Bahasa Sunda ................ 34
v
B. Penerapan Metode Semantik Penerjemahan Kitab Al-Ma’ṡūrāt ............ 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 47
B. Rekomendasi ...................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah mengalihaksarakan suatu tulisan ke dalam aksara lain.
Misalnya, dari aksara Arab ke aksara Latin.
Berikut ini adalah Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1997
tentang Transliterasi Arab-Latin yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi
ini.
A. Konsonan
ARAB NAMA Latin KETERANGAN
ا Alif - -
ب Ba’ B Be
ت Ta’ T Te
ث Ṡa’ Ṡ Es dengan titk di atas
ج Jim J Je
ح Ḥa’ Ḥ Ha dengan titik di bawah
خ Kha Kh Ka dan ha
د Dal D De
ذ Żal Ż Zet dengan titik di atas
ر Ra’ R Er
ز Zai Z Zet
س Sin S Es
ش Syin Sy Es dan ye
ص Ṣad Ṣ Es dengan titik di bawah
ض Ḍaḍ Ḍ De dengan titik di bawah
ط Ṭa Ṭ Te dengan titik di bawah
ظ Ẓa Ẓ Zet dengan titik di bawah
ع ‘Ain ‘ Koma terbalik di atas
غ Gain G Ge
ف Fa F Fa
vii
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L El
م Mim M Em
ن Nun N En
و Wau W We
ه Ha’ H Ha
ء Hamzah ’ Apostrof
ي Ya’ Y ye
B. Vokal
1. Vokal Tunggal
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
◌ Fatḥah A A
◌ Kasrah I I
◌ Ḍammah U U
2. Vokal Rangkap
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
◌
ىي
Fatḥah dan
ya’ sakin
Ai A dan I
◌
ىو
Fatḥah dan
wau sakin
Au A dan U
3. Vokal Panjang
Tanda Vokal Nama Latin Keterangan
ىا Fatḥah dan alif Ā A dengan garis di atas
ىي Kasrah dan ya’ Ī I dengan garis di atas
ىو Ḍammah dan
wau
Ū U dengan garis di atas
viii
C. Ta’ Matrbuṭah
1. Transliterasi untuk ta’ matrbuṭah hidup
Ta’ matrbuṭah yang hidup atau yang mendapat harakat Fatḥah, Kasrah,
dan Ḍammah, transliterasinya adalah “T/t”.
2. Transliterasi untuk ta’ matrbuṭah mati
Ta’ matrbuṭah yang mati atau mendapat harakat sakin, transliterasinya
adalah“h”
3. Transliterasi untuk ta’ matrbuṭah jika diikuti oleh kata yang menggunakan
kata sandang “al-” dan bacaannya terpisah maka ta’ matrbuṭah
ditransliterasikan dengan “h”.
D. Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydīd)
Transliterasi Syaddah atau Tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab
dilambangkan dengan tanda tasydīd ( ى◌ ), dalam transliterasi dilambangkan
dengan huruf yang sama (konsonan ganda).
E. Kata sandang alif-lam “ ال ”
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan hurug alif-
lam ma‘rifah .”ال“ Namun dalam transliterasi ini, kata sandang dibedakan atas
kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti
oleh huruf qamariyah.
1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyi yaitu ”ال“ diganti huruf yang sama dengan huruf yang
mengikuti kata sandang tersebut.
2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan
sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan
bunyinya. Huruf sandang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya
ix
dan dihubungkan dengan tanda sambung (-). Aturan ini berlaku untuk kata
sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah maupun kata sandang yang
diikuti oleh huruf qamariyah.
F. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah yaitu menjadi apostrof (’) hanya
berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Bila hamzah
terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab
ia berupa alif.
G. Huruf Kapital
Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam
transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan
sebagainya seperti keterangan-keterangan dalam EYD. Awal kata sandang
pada nama diri tidak menggunakan huruf kapital kecuali jika terletak di awal
kalimat.
H. Lafẓ al-Jalālah (هللا)
Kata Allah yang didahului dengan partikel seperti huruf jar dan huruf
lainnya, atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nomina), ditransliterasi
tanpa huruf hamzah. Adapun ta’ matrbuṭah di akhir kata yang bertemu
dengan lafẓ al-jalālah,ditransliterasikan dengan huruf “t”.
x
PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA SUNDA YANG
DISEMPURNAKAN
A. AbjadAbjad dalam Bahasa sunda disusn dengan huruf-huruf sebagai berikut:
Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama
A a J jé S és
B bé K ka T té
C cé L él U u
D dé M ém V vé
E é N én W wé
F éf O o X éks
G gé P pé Y yé
H ha Q ki Z zét
I i R ér
B. Vokal
Lambang Contoh
Fonemis Ortgorafis Di depan Di tengah Di akhir
/ a / a ari mana aya
/ i / i iang ping haji
/ u / u ulah mulung manggu
/ é / é éra m ér é bal é
/ ð / e ema mekel akte
/ ø / eu euweh beuleun sampeu
/ o / o orok montok sawo
xi
C. Konsonan
Lambang Contoh
Fonemis Ortografis Di depan Di tengah Di akhir
/ b / b bau ubar sasab
/ c / c cara kincir -
/ d / d darat rada bejad
/ f / f fonem tafsir aktif
/ g / g guru tugar totog
/ h / h hayang dahar waluh
/ j / j jalma bagja mi’raj
/ k / k kawas siki batuk
/l / l limus alit bijil
/ m / m mun ama anom
/ n / n naha maneh dusun
/ ng / ng ngan angon soang
/ ny / ny nyiar anyar -
/ p / p pajar bapa hilap
/ q / q qur’an furqan buraq
/ r / r rea urang pasir
/ s / s sayur asin awis
/ t / t teuas batan arit
/ v / v vokal lava -
/ w / w wates rawa riceuw
/ x / x xenon luxor xerox
/ y / y yaktos aya lalay
/ z / z zat azab juz
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai penerjemahan, maka secara tidak langsung erat
hubungannya dengan persoalan bahasa. Sebelum mengenal percetakan, kegiatan
menerjemahkan bahasa Sunda sudah banyak dilakukan,1 terbukti dengan adanya
judul-judul naskah Sunda yang dihimpun oleh Edi S. Ekadjati dan kawan-kawan.
Saat ini, kebutuhan terjemahan bahasa Sunda semakin diperlukan. Hal ini untuk
mengakomodir peningkatan kemampuan berbahasa seseorang. Tidak hanya bahasa
negara, tetapi juga bahasa daerah.
Kata Sunda sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang berarti air atau cahaya.
Kata Sunda ini digunakan sejak sekitar tahun 536 SM, sebagaimana terlihat dalam
naskah kebon kopi2.2 Oleh karena itu, kata Sunda dipakai untuk menyebut kepulauan
yang dikenal dengan kepulauan Sunda Besar dan Kecil, di mana di kepaulauan
tersebut melimpah air dan cahaya matahari sebagai daerah tropis. Bahasa Sunda
adalah salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di Indonesia. Sunda besar
berarti pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, sementara Sunda kecil
berarti Nusa Tenggara dan Bali. Akan tetapi, yang dimaksud masyarakat yang bahasa
1 Henri Chambert Loir, Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia, terjemahanWinarsi Arifin dkk, (Jakarta: Gramedia, 2010), h.299
2 Sukron Kamil, Islam dalam dinamika Sunda. Jurnal Refleksi vol 7, h. 48.
2
ibu atau kesehariannya menggunakan bahasa Sunda yang umumnya tinggal di
privinsi Jawa Barat, Banten, dan bagian paling barat Jawa Tengah.
Sehubungan dengan hal itu, penulisakan melakukan penelitian penerjemahan al-
Ma’ṡūrāt ke dalam bahasa Sunda dengan alasan, pertama untuk memudahkan
masyarakat Sunda khususnya daerah Jawa Barat dalam memahami isi kandungan
al-Ma’ṡūrāt , kedua karena bahasa Sunda merupakan bahasa dengan jumlah penutur
kedua terbanyak setelah bahasa Jawa yaitu ± 43.053.732 jiwa (berdasarakan sensus
tahun 2010).
Kitab al-Ma’ṡūrāt adalah kitab karangan Hasan al-Banna. Kitab ini juga
merupakan kitab yang sangat populer di kalangan kaum muslimin di seluruh dunia,
tidak terkecuali di Indonesia. Bahkan wirid-wirid yang terkandung di dalamnya
dijadikan amalan harian wajib bagi para pengikut kelompok Ikhwanul Muslimin3 dan
kebanyakan para aktivis pergerakan Islam di Indonesia.4
Pemilihan al-Ma’ṡūrāt sebagai korpus data menjadi pertimbangan tersendiri oleh
peneliti; Pertama, al-Ma’ṡūrāt merupakan kitab kecil yang berbentuk buku saku dan
isinya sangat ringkas dan praktis. Kedua, al-Ma’ṡūrāt banyak dibaca oleh kalangan
para aktivis di samping Al-Quran dan hadis. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti,
al-Ma’ṡūrāt tersebut merupakan salah satu bacaan yang menjadi agenda yang biasa
dibaca ±1.467 orang aktivis LDK (Lembaga Dakwah Kampus) dan ±1.320 orang
3Ikhwanul Muslimin adalah pergerakan Islam yang didirikan oleh Hasan Al Banna (1906-1949 M)di Mesir pada tahun 1941 M.
4Syaikh Said bin Ali Al-Qathani, Shahih Al-Ma’tsurat, (Jakarta: Nashirus Sunnah Pubisher, 2008),h. 4
3
Komunitas Al-Ma’ṡūrāt (KOMA) se-Jabodetabek. Ketiga, kitab al-Ma’ṡūrāt ini
berisikan bacaan-bacaan doa dan zikir Rasulullah. Keempat kitab al-Ma’ṡūrāt ini juga
biasa dijadikan sebagai souvenir pernikahan oleh kebanyakan orang.
Dari latar belakang tersebut, penulis akan melakukan penerjemahan, yaitu
“Penerjemahan Al-Ma’ṡūrāt ke Dalam Bahasa Sunda (Sebuah
Pertanggungjawaban Akademik Penerjemahan Berbasis Semantik)”.
Penerjemahan ini sangat bermanfaat umumnya bagi para pembaca, masyarakat
Sunda, dan khususnya bagi mahasiswa Tarjamah.
B. Rumusan Masalah
Agar pokok permasalahan tidak meluas penulisakan membatasi rumusan masalah,
yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode semantik penerjemahan al-Ma’ṡūrāt ke dalam
bahasa Sunda berdasarkan dengan analisis semantik?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulisyaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan metode semantik penerjemahan al-Ma’ṡūrāt ke
dalam bahasa Sunda berdasarkan dengan analisis semantik.
Penelitian penerjemahan ini juga diharapkan dapat memberi manfaat dan
kontribusi keilmuan bagi para pembacanya umumnya bagi masyarakat Sunda,
khususnya untuk mahasiswa Tarjamah.
4
D. Tinjauan Pustaka
Adapun penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Muhammad
Hilman (2010) dengan judul “Analisis Semantik Terhadap Terjemahan Al-Qur’an
(Surat adh-Dhuha dan al-Insyirah): Studi Komparatif antara Terjemahan Mahmud
Yunus dengan T.M. Hasbi ash Shiddieqy. Penelitian ini memaparkan bahwa
terjemahan Mahmud Yunus dengan T.M. Hasbi ash Shiddieqy sama-sama
memadankan kata secara semantik leksikal yang cocok dengan kondisi umat muslim.
Virginia (2011) dengan judul “Ali Audah dan Metode Penerjemahannya
(Analisis Terjemahan buku Abu Bakr As-Shidiq karya M. Husain Haekal pada Bab
Abu Bakr pada Masa Nabi)” penelitian ini memaparkan tentang metode-metode
penerjemahan yang terdapat dalam terjemahan buku Abu Bakr As-Shidiq pada bab
Abu Bakr Pada Masa Nabi, di antaranya yaitu metode penerjemahan semantik,
metode penerjemahan komunikatif, dan metode penerjemahan bebas.
Penelitian oleh Nur’aini (2010) dengan judul “Analisis Semantik pada kata یحكم
dan حكم dalam Al-Qur’an Terjemahan Depag dengan H.B. Jassin (Studi Kasus Surat
al-Maidah). Penelitian ini memaparkan bahwa kata یحكم dan حكم dalam Al-Qur’an
Terjemahan Depag dengan H.B. Jassin memiliki perbedaan makna, yaitu terjemahan
depag dengan memaknai ‘menetapkan’ sedangkan terjemahan H.B. Jassin
memaknainya dengan ‘memenuhi’.
Penelitian oleh Rumsari Marjtsari (2010) dengan judul “Analisis Semantik
Leksikal Pada Padanan Arab-Indonesia dalam Kamus Al-Munawir dan Al-‘Ashri.
5
Penelitian ini memaparkan apabila dilihat dari segi semantik leksikal Kamus Al-
Munawir dan Al-‘Ashri masih mempunyai kesepdanan makna dalam menerjemahkan
bahasa sumber ke bahasa sasaran.
Penelitian oleh Sa’adah (2011) dengan judul “Analisis Semantik Kontekstual
Atas Penerjemahan Kata Serapan (Studi Kasus Kata Fitnah, Hikmah dan Amanah)
dalam “Al-Quran dan Maknanya” karya M. Quraish Shihab”. Penelitian ini
memaparkan berdasarkan makna semantik kontekstual kata serapan fitnah, hikmah
dan amanah pada Al-Qur’an dan Maknanya sudah mempunyai makan yang tepat dan
sesuai dalam masing-masing ayat.
Di antara penelitian tersebut, penulisbelum menemukan tentang penelitian kajian
perbandingan terjemahan bahasa Indonesia dan Sunda. Oleh karena itu, penulisingin
menyajikan penelitian mengenai kajian perbandingan terjemahan Indonesia dan
Sunda. Dengan terjemahan Indonesia karya Ibnu Nizhamudin dengan terjemahan
Bahasa Sunda oleh penulissendiri.
Dari banyaknya penelitian yang membahas mengenai al-Ma’ṡūrāt tersebut,
penulisbelum menemukan penelitian tentang penerjemahan. Oleh karena itu,
penulisingin menyajikan sebuah penelitian mengenai penerjemahan al-Ma’ṡūrāt ke
dalam bahasa Sunda.
E. Metodologi Penelitian
Dalam hal ini penulisakan menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan
pendekatan deskriptif yang berlandaskan pada penelitian terhadap teks al-Ma’ṡūrāt
6
karya Hasan al-Banna serta terjemahannya sebagai objek penelitian. Metode ini
dipergunakan untuk mendeskripsikan pemahaman tentang sesuatu yang sebelumnya
belum diketahui sedikit pun. Begitu pun metode kualitatif dapat memaparkan secara
rinci dan kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode
kuantitatif.5
Metodologi penelitian ini akan membahas sumber data, adapun metode
pengumpulan data dan metode analisis data pemaparannya adalah sebagai berikut:
1. Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan terdapat dua macam, yaitu:
Pertama, data primer yaitu kitab al-Ma’ṡūrāt karya Hasan al-Banna yang
diterjemahkan oleh tim Al-I’tishom. Namun disini penulisakan mengambil teks yang
berbahasa Arab untuk dijadikan sumber teks yang akan diterjemahakan.
Kedua, data sekunder yaitu sumber-sumber lain selain data sekunder. Data
sekunder ini berupa buku-buku, kamus, internet, jurnal, dan tafsir Al-Qur’an yang
nantinya akan menjadi pendukung data primer.
Kitab al-Ma’ṡūrāt karya Hasan al-Banna ini sudah banyak beredar dipasaran
dengan berbagai ragam penerbit dan penerjemah yang berbeda. Namun,
penulismemilih kitab ini untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Sunda, karena
penulisingin mempertahankan bahasa daerah terutama bahasa Sunda.
2. Teknik Pengumpulan Data
5 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif Tata Langakah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 5.
7
Dalam penelitian ini, tahap yang akan penulislakukan untuk pengumpulan data
yaitu membaca dengan saksama kitab al-Ma’ṡūrāt karya Hasan al-Banna dengan
fokus ke teks Arabnya. Kemudian dilanjutkan dengan menerjemahkan teks yang
berbahasa Arabnya ke dalam bahasa daerah (Sunda) dengan metode semnatik dengan
memperhatikan tata bahasa Sundanya. Kemudian setelah itu, penulismembandingkan
antara terjemahan bahasa Indonesia dan Sundanya serta menganalis
terjemahannyanya secara semantik.
3. Analisis Data
Analisis data yang akan dilakukan penulis yaitu dengan cara mengumpulkan
buku-buku tentang penerjemahan, kamus bahasa Arab-Indonesia, kamus Indonesia-
Sunda, KBBI, dan tafsir Al-Qur’an. Setelah itu kemudian penulis akan
menerjemahkannya ke dalam bahasa Sunda dengan metode penerjemahan semantik.
Adapun secara teknis dalam penyusunan penelitian ini penulis berpedoman pada
buku pedoman penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang disusun oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terbitan CeQDA (Center for Quality Development and
Assurance) 2013.
F. Sistematika Penelitian
BAB I: Pendahuluan. Dalam pendahuluan ini penulis akan menulis mengenai latar
belakang masalah sebagai asumsi awal penulis dalam melakukan penelitian
penerjemahan al-Ma’ṡūrāt karya Hasan al-Banna dalam bahasa Sunda. Selain itu
penulisakan menulis tinjauan pustaka, sebagai informasi pembanding antara
penelitian sebelumnya dan juga berfungsi sebagai tanggungjawab ilmiah. Setelah itu
8
penulisakan membatasi dan merumuskan masalah agar nantinya tujuan penelitian
tercapai dengan baik. Penulisjuga menulis metodologi penelitin dan sistematika
penelitian.
BAB II: Kerangka Teori. Dalam kerangka teori ini yang akan dibahas adalah teori
mengenai metode penerjemahan semantik, serta teori penerjemhn Al-Quran dan
Hadis. Selain itu penulisjuga akan membahas mengenai perspektif bahasa Sunda.
BAB III: Gambaran al-Ma’ṡūrāt sughra karya Hasan al-Banna. Dalam gambaran
tersebut, akan membicarakan seputar al-Ma’ṡūrāt sughra, biografi dan riwayat
pendidikan Hasan al-Banna, serta karya-karya Hasan al-Banna
BAB IV: Penerapan metode semantik penerjemahan al-Ma’ṡūrāt ke dalam bahasa
sunda
BAB V: Penutup. Penutup ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah
dilakukan, serta saran untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
9
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Teori Semantik
1. Pengertian Semantik
Istilah semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu semantike, yang merupakan
bentuk muannats dari semantikos yang berarti menunjukkan, memaknai atau to
signify.6 Semantik merupakan telaah makna, yang di dalamnya menelaah lambang-
lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, baik hubungan antara makna
yang satu dengan makna yang lainnya serta pengaruhnya terhadap manusia dan
masyarakat. Oleh sebab itu, semantik berarti mencakup makna-makna kata,
perkembangannya, dan perubahannya.7
Kata semantik dalam bahasa Arab diterjemahkan menjadi ‘ilm al-dilalah, yang
terdiri dari dua kata yaitu; ‘ilm yang berarti ilmu pengetahuan, dan al-dilalah atau al-
dalalah yang berarti penunjukkan atau makna. Jadi, menurut bahasa ‘ilm al-dilalah
adalah ilmu yang membahas tentang makna.
Ahmad Mukhtar Umar mengartikan ‘ilm al-dilalah sebagai berikut:
هو العلم الذي يدرس املعىن أو ذلك الفرع من علم اللغة الذي يتناول دراسة املعىن أو الفرع
لذي يدرس الشروط الواجب توافرها ىف الرمز حىت يكون قادرا على محل املعىن.ا
6 Farid ‘Audh Haidar, ‘Ilmu al-Dilalah Dirasah Nazhrahiyyah wa Tathbiqiyyah, (Kairo: Maktabahal-Nahdhah al-Mishriyyah,1999), h. 12.
7 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Semantik, (Bandung: Angkasa, 1995), cet. Ke-3, h. 7.
10
“Ilm al-dilalah yaitu ilmu yang membahas tentang makna, kajian tentang makna,
cabang linguistik yang mengkaji tentang teori makna, atau cabang linguistik yang
mengkaji syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mengungkap lambang-lambang
bunyi sehingga mempunyai suatu makna.”8
2. Pengertian Metode Penerjemahan Semantik
Metode adalah cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu dan
mendapatkan target yang ingin dicapai. Seorang penerjemah pasti akan
menggunakan metode atau cara tertentu yang terkait dengan penerjemahan, agar
target dalam menerjemahkan dapat tercapai.9 Banyak metode penerjemahan yang
dipakai oleh para penerjemah tergantung kecenderungan dan kapasitas
kemampuannya. Oleh karena itu, dapat dipastikan bahwa antara satu penerjemah
dengan penerjemah yang lain tentu memiliki metode atau cara yang berbeda.
Metode penerjemahan semantik merupakan metode penerjemahan yang harus
mempertimbangkan unsur estetika teks bahasa sumber dengan
mengkompromikan makna selama masih dalam batas kewajaran.10 Metode
penerjemahan semantik ini berfokus pada pencarian padanan dalam tataran kata,
akan tetapi tetap terikat pada budaya bahasa sumber. Dalam hal ini penerjemah
berusaha mengalihkan makna kontekstual bahasa sumber dengan sedekat
mungkin antara struktur sintaksis dan semantik bahasa target. Berbeda dengan
penerjemahan setia, metode penerjemahan semantik ini lebih luwes dan
8 Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilm al-dilalah, (Kuwait: Dar al-Arubah, 1982), h.11.9 M. Faisol Fatawi, Seni Menerjemah, (Malang: UIN Press, 2009) cetakan ke-1, h 57.10 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 52.
11
memperkenankan intuisi penerjemah untuk berempati dengan teks sumber.11
Dengan kata lain metode penerjemahan semantik lebih berorientasi pada teks
sumber dan tetap dalam ruang lingkup budaya teks sumber, penerjemah bias
memberi sedikit konsesi dalam Bahasa sasaran dengan sekedar mengubah makna
yang bersifat tidak begitu penting dan tidak mengkhianati pesan teks sumber itu
sendiri. 12
Sebagaimana menurut Peter Newmark:
“Semantic translation take more account of the aesthetic value.
Semantck translation is more flexible, admits the creative exception 100% fidelity
and allows for the translator’s intuitive emphaty with the original. Semantic
translations is used for expressive texts. Semantic translation it personal and
individual, follows the thought processes of the author, tends to over-translate,
pursues nuances of meaning yet aims at concision in order to reproduce
pragmatic impact.”
Metode penerjemahan semantik merupakan metode penerjemahan yang
berorientasi pada teks sumber. Proses penerjemahannya dilakukan melalui
pengetahuan tentang pola-pola dasar bahasa sumber yang mencakup unit kata,
frasa/kolokasi, dan klausa serta konteks untuk mendapatkan makna yang sesuai
budaya Bahasa sumber. Secara umum, metode penerjemahan semantik ini
mempertimbangkan tingkat kematangan berbahasa penulis teks sumber dan
mengikuti proses pemikiran penulis teks sumber yang bersifat personal dan
11 A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Kansisius, 1989), h. 22.12 Zuchridin suryawinata dan Sugeng Hariyanto, Translation Bahasan Teori & Penuntun Praktis
Menerjemahkan, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), h. 53.
12
individual. hal ini dapat disimpulkan bahwa penerjemahan semantik mencoba
untuk mengalihkan sedekat mungkin makna kontekstual Bahasa sasaran yang
tepat sama dengan struktur semantik dan sintaksis Bahasa sumber, serta makna
kata dan makna kalimat ditinjau dari sudut konteks Bahasa sumber.13
B. Teori Penerjemahan Teks Keagamaan
Teks keagamaan adalah teks yang substansinya disominasi oleh tema dan topik-
topik yang bersumber pada satu agama atau lebih. Teks keagmaaan ini bentuknya
beragam. Dalam Islam, teks keagamaan bisa ditemukan pada al-Quran, hadis, kitab
tafsir, kitab fikih, kitab tasawuf, kitab akhlah, dan lain sebagainya. Teks keagamaan
dalam Islam biasanya didominasi oleh teks yang berbahasa Arab. Namun, dalam hal
ini penulishanya memfokuskan pada penerjemahan al-Quran dan hadis.
a. Penerjemahan Al-Quran
Menerjemahkan teks Al-Quran dinilai sangat sulit apabila dibandingakan
dengan menerjemahkan teks-teks yang lainnya, karena dalam menerjemahkan teks
Al-Quran menilai juga mukjizatnya. Oleh karena itu, masih banyak terjadi
kesalahan dalam terjemahan-terjemahan Al-Quran.14
Al-Quran diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia telah dilakukan oleh
Abdul Ra’uf al-Fansuri, ia merupakan seorang ulama dari Singkel, pada
pertengahan abad ke 17 M jelasnya ke dalam bahasa Melayu. Terjemahan tersebut
apabila dilihat dari segi ilmu bahasa atau tata bahasa Indonesia modern belum
13 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: LembagaPenelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 92-93.
14 M. Hadi Ma’rifat, Sejarah Al-Quran, (Jakarta: al-Huda, 2007), h. 268.
13
sempurna, namun pekerjaan itu sungguh besar artinya terutama sebagai perintis
jalan.
Upaya terjemahan Al-Quran menjadi perhatian oleh pemerintahan RI. Hal
tersebut terlihat semenjak pola I pembangunan semesta berencana, sampai pada
masa pemerintahan sekarang ini. Al-Quran dan terjemahannya telah beredar di
masyarakat dan telah berulang kali dicetak ulang dengan penyempurnaan-
penyempurnaannya, ini merupakan bukti nyata dari besarnya perhatian pemerintah
terhadap penerjemahan Al-Quran. 15
b. Teori penerjemahan Hadis
Apabila hadis diartikan sebagai “suatu informasi yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad Saw., baik berupa uacapan, tindakan, deskripsi, maupun
ketetapannya”, maka penerjemahan hadis dapat diartikan sebagai “pengalihan
pesan dari teks sumber (Tsu) yang berisi segala informasi yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad Saw., baik berupa ucapan, tindakan, deskripsi, maupun
ketetapan”.16
Hadis merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Quran, karena hadis
merupakan penjelas terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih umum. Namun,
hadis juga dapat berfungsi sebagai penetap suatu hukum yang belum ditetapkan
oleh Al-Quran. Hadis secara berurutan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1)
hadis sahih, 2) hadis Hasan, dan 3) hadis daif. Secara struktur hadis terdiri atas dua
15 M. Ali Hasan dan Rif’at Syauqi Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: PT. Bulan Bintang,1988), h. 177.
16Moch. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemprer (Jakarta:UIN PRESS, 2014), h. 107.
14
komponen utama yaitu sanad (rantai atau deretan nama-nama informan/rawi yang
menghubungkan antara guru dan murid sampai ke Nabi Muhammada Saw.) dan
matan (suatu informasi mengenai diri Nabi Muhammad Saw). Hadis sahih
merupakan hadis yang mengacu pada informasi mengenai Nabi Muhammad Saw.,
yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dlabth ( kuat
daya hafalan), tidak syadz (asing), dan tidak beri’lat (cacat).
Sedangkan hadis hasan merupakan hadis yang menempati posisi di bawah
hadsi sahih. Hadis sahih ini dapat dijadikan sebagai landasan argumen, namun
hanya akan berfungsi sebagai hadis pendukung saja apabila terdapat hadis sahih
dalam topik yang sama. Kemudian hadis daif, yaitu hadis yang menandakan
bahwa informasi yang dimaksud tidak dapat dipercaya, karena terdapat kecacatan
pada sanad maupun matannya. Hadis daif ini merupakan tingkatan hadis terendah
setelah hadis sahih dan hadis hasan, hadis daif ini biasa juga disebut dengan hadis
maudhu’. Hadis maudhu’ biasa dipadankan dengan hadis palsu. 17
C. Perspektif Bahasa Sunda
Bahasa daerah merupakan bahasa yang digunakan oleh sekelompok orang dan
anggota-anggotanya yang secara relatif dapat memperlihatkan frekuensi interaksi
yang lebih tinggi di antara mereka, apabila dibandingkan dengan mereka yang tidak
bertutur kata dalam bahasa daerah.18
Setiap bahasa memiliki sistem gramatika dengan kaidah-kaidah yang khusus
berlaku bagi bahasa yang bersangkutan, unsur-unsur bahasa sebagai alat komunikasi
17Ahmad Amarullah, Kumpulan Hadis-Hadis Nabi (Jakarta: Trans Press, 1990), h. 2014.18Sugihastuti, Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai wartawan, (Yogyakarta: Gamma
Media, 2003), cetakan ke-1, h. 52.
15
suatu masyarakat bahasa dapat ditelusuri kesemestaannya (universalitasnya) baik
dilihat dari segi gramatika maupun dari segi semantik.
1. Kata Ganti dalam Bahasa Sunda
Kata ganti dalam bahasa di antaranya dalah:
a. Kata Ganti Orang Pertama Tunggal
Kata ganti ini digunakan untuk kedua jenis kelamin. Adapun macam-
macamnya sebagai berikut:
b. Abdi (saya)
Dalam bahasa Sunda kata abdi mempunyai arti sama seperti kuring tetapi
dipandang lebih hormat. Karena itulah kiranya bahwa beberapa orang
lebih menyukainya. Di Bandung sekitar ibu kota, kata tersebut terdengar
lebih banyak dipakai.
c. Kuring (saya)
Kata kuring berasal dari kata ka dan urang, yang ternyata dari
perbandingan dengan iring berarti “abdi bawahan”. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa kata tersebut digunkan dalam berbicara yang sopan,
merndahkan diri (hormat) atau digunakan oleh bawahan terhadap
atasannya.
d. Aing (saya)
Kata ini digunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya.
16
Contoh: eh, anak aing Patimah “ah anakku Patimah”. Ungkapan anak
aing ini biasa diperhalus menjadi anaking.19
2. Kata Ganti Orang Kedua Tunggal
a. Hidep (kamu)
Kata hidep sebenarnya bukan merupakan kata ganti, tetapi digunakan
sebagai demikian.
b. Maneh (kamu)
Kata ini paling banyak digunakan terhadap bawahan baik laki-laki
maupun perempuan, tua maupun muda, terutama terhadap orang-orang
terdekat, sehingga sebaiknya tidak dipergunakan terhadap orang yang
belum dikenal.
c. Sia (kamu)
Kata ganti ini digunakan oleh orang tua kepada anak, yang pada umumnya
digunakan kepada nak-anak dan pemuda dari lapisan rakyat, oleh orang
besar, terhadap orang kecil, oleh seseorang yang marah kepada seseorang,
dan oleh orang yang sedang bertengkar. Dalam kata ganti ini, ketika
digunakan kepada anak-anak akan menjadi biasa saja, tetapi apabila
digunakan terhadap orang yang berusia tertentu maka kata ini menjadi
sangat kasar dan menghina (menyakiti).20
3. Kata Ganti Orang Ketiga Tunggal
19 S. Coolsma, Tata Bahasa Sunda, (Jakarta: IKAPI, 1985), h. 178.20 S. Coolsma, Tata Bahasa Sunda, h. 181
17
Kata ganti untuk orang ketiga tunggal, kebanyakan dibentuk dari kata ganti
orang kedua dengan ditambah akhiran pemilikan –na, yang selalu
menunjukkan persona ketiga. Terkadang kata ganti persona kedua itu
berakhiran –an, dan dalam hal ini -na diperpanjang menjadi –ana. Tak ada
perbedaaan antara bentuk yang pendek dan panjang. Contohnya: manehna dan
manehanana untuk bawahan, anjeunna dan anjeunanana bagi orang
terhormat. 21
4. Kata Ganti Jamak
Urang (kita) merupakan kata ganti orang pertama jamak satu-satunya. Kata
urang yang jamak mencakup juga orang yang diajak bicara, maka tidak boleh
digunakan kepada atasan, dengan demikian kita menyampaikannya dengan
diri sendiri merupakan suatu hal yang terlarang oleh sopan santun. Jadi kata
ini hanya dapat digunakan antara sesama, atau oleh atasan kepada bawahan.22
Perhatikan tabel berikut:
Keterangan Tunggal Jamak
Halus kasar halus kasar
Pertama Abdi Aing - Urang
Kedua Hidep Sia, Maneh - Maraneh
Ketiga Anjeunna Manehna Aranjeunna Maranehna
21 S. Coolsma, Tata Bahasa Sunda, h. 184.22 S. Coolsma, Tata Bahasa Sunda, h. 180.
18
Selain itu, bahasa Sunda juga memiliki unsur-unsur bahasa yang belum
ditelusuri kesemestannya sehingga beberapa unsur di dalam sistem gramatika
bahasa Sunda ini menuntut pengertian dasar supaya tidak dirasakan asing bagi
masyarakat bahasa di luar masyarakat Sunda. Beberapa unsur tersebut adalah
undak usuk ‘tingkat tutur’ kecap anteuran ‘kata antar’, dan sistem
pengulangan. 23
Bahasa Sunda lahir bersama dengan lahirnya masyarakat Sunda beserta
kebudayaannya.24 Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa Sunda memiliki
banyak aneka ragamnya, salah satunya dapat dilihat dari sikap pembicaranya.
Ragam bahasa menurut sikap pembicaranya saling berkaitan dengan
kekuasaan, kedudukan, serta akrabnya antara pembicara, pendengar, dan
orang yang diceritakannya. Ragam bahasa tersebut disebut undak usuk basa
atau tatakrama basa. Di mana undak usuk basa merupakan sopan santun
dalam menggunakan bahasa.
1. Undak-usuk “Tingkat tutur”
Istilah undak-usuk ‘ tingkat tutur’ ini menyakngkut bidang sosiolingustik.
Unsur ini mengacu pada gagasan bahwa bahasa Sunda mengenal tingkat
sosial kawan bicara (orang yang diajak bicara) dan tingkat sosial yang
dibicarakan. Sistem ini cenderung mempengaruhi kosakata bahasa Indonesia.
(pertimbangkan kata beliu dan berkenan yang digunakan atau bervalensi
23 S. Coolsma, Tata Bahasa Sunda, (Bandung: Djambatan, 2009), h. 624 Jurnal Iik Ikmaliyah, Kamampuh Ngalarapkeun Undak Usuk Basa Sunda Dina Nulis Paguneman
Siswa Kelas VII A SMP Negeri 1 Kutawaluya, h. 4, diakses pada 2 desember 2016 pukul 20.17.
19
dengan pesona yang dimiliki status sosial lebih tinggi).25 Sistem ini
mengakibatkan pilihan kata (diksi) kasar atau lemes ‘halus’ sesuai dengan
ukuran tingkat sosial kawan bicara atau yang dibicarakan.secara pragmatis,
dilihat dari segi pembicaraan pendengar yang dibicarakan, tingkat tutur ini
memiliki tingkat kosakata kasar bagi pembicara (persona I), pendengar
(persona II), yang dibicarakan (persona III); dan kosakata lemes bagi persona
I, persona II, dan persona III. Hal tersebut berlaku pula bagi karya-karya
dalam tulisan (peneliti-pembaca yang dibicarakan). Perhatikan contoh berikut:
a. Kasar
Kosakata persona I Persona II Persona III
(kuring) (maneh) (manehna)
dahar (makan) dahar dahar dahar
nginum (minum) nginum nginum nginum
diuk (duduk) diuk diuk diuk
b. Lemes ‘Halus’
Kosakata persona I Persona II Persona III
(abdi) (anjeun) (anjeunna)
tuang (makan) neda tuang tuang
ngaleueut (minum) nginum ngaleueut ngaleueut
calik (duduk) diuk calik calik
Kosakata untuk persona II (pendengar, yaitu anjeun (anda) cenderung
dihindari pemakaiannya sebagai pronominal persona sapaan. Hal ini dirasakan
25 S. Coolsma, Tata Bahasa Sunda, (Bandung: Djambatan, 2009), h. 6
20
seolah-olah anjeun (kamu) memuat makna meremahkan dan disfemisme.
Alasan lain, anjeun cenderung tidak frekuentatif munculnya Karen memiliki
makna ketaksaan (abiguitas) dengan anjeun sebgai unsur gramatikal yang
menyatakan refeksif. Misalnya, “Na meni ku anjeun, kersaan” (Mengapa
dikerjakan sendiri, rajin), di samping hal itu, dalam sistem pemilihan kosakata
bahasa Sunda ada pula kata-kata netral yang digunakan baik di dalam bahasa
kasar maupun halus tanpa perubahan bentuk dan makna. kecenderugan lain
adalah kosakata halus bagi persona I yang dirasakan sama dengan kosakata
kasar biasa diganti dengan bahasa anak-anak, seperti pada nginum menjadi
eueuet (bukan menjadi ngaleueut).
2. Kecap Anteuran ‘Kata Antar’
Kata antar biasa disebut kecap anteuran di dalam sistem gramatika Sunda
yang merupakan unsur bahasa yang memarkahi verba untuk makna keaspekan
inkoaktif ± Aktionsart(en)/cara.26 Kata antar (selanjutnya disebut K.A)
memiliki makna keaspekan inkoaktif secara generik. Sedangkan makna
Aktionsart (en) ‘ragam tindakan’ dipunyai oleh K.A tertentu, sama halnya
dengan cara. Bandingkan contoh berikut:
(1) am emam ‘makanlah’
KA V(erba)
‘makan’
(2) kuniang hudang ‘bangunlah’ (dengan lamban dan bermalas-malasan)
KA + V
26 S. Coolsma, Tata Bahasa Sunda, (Bandung: Djambatan, 2009), h 19.
21
Aktionsart
(3) korejat hudang ‘bangunlah’ (dengan terburu-buru dan tiba-tiba)
KA + V
Aktionsart
(4) bleg labuh ‘jatuhlah’ (objek yang jatuh berat dan padat)
KA + V
anomatope
(5) blek labuh ‘jatuhlah’ (objek yang jatuh berat dan empuk)
KA + V
anomatope
3. Kecap Rajekan ‘Kata Ulang’
Kecap rajekan adalah istilah yang biasa digunakan dalam sistem gramatika
Sunda untuk menyebut bentuk-bentuk ulang. Kata ulang tersebut di dalam
bahasa Sunda sebagai hasil pengulangan bentuk dasar yang accidental (yang
lazim disebut kata ulang semu), dan pengulangan bentuk dasar yang
fungsional atau pengulangan yang termasuk ke dalam proses morfemis sebab
hasilnya mendukung makna. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara
functional reduplication dengan accidental reduplication.
Pengulangan fungsional merupakan pengulangan bentuk dasar baik
sebagian maupun seluruhnya, dan bentuk yang dihasilkan mempunyai
hubungan semantis dengan salah satu dari ketiga dari fungsi pengulangan,
yaitu 1) diffuseness atau indenfiniteness, 2) simile, dan 3) intensity or the idea
22
of approaching a limit. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
pengulangan fungsional dan accidental berhubungan dengan fungsi semantis.
Di dalam sistem pengulangan terdapat perbedaaan istilah antara
duplication dan reduplication. Kecenderungan menunjukan bahwa yang
disebut pertama (duplikasi) adalah istilah untuk menyebut pengulangan
penuh, sedangkan yang kedua (reduplikasi) adalah untuk menyebut
pengulangan sebagian (silabe awal atau akhir). Hal tersebut juga dibuktikan
dengan pemilihan pengulangan sebgai berikut: 1) pembentukan kata dengan
pengulangan pokok kata, 2) pembentukuan katadengan reduplikasi, 3)
pembentukan kata dengan pengulangan bentuk bersusun, 4) pengulangan
upaya kategori gramatikal jumlah. Dalam hal ini pengulangan bentuk
merupakan pembentukan kata.
Menurut para ahli pengulangan dibedakan menjadi pengulangan penuh
(duplikasi) dan pengulangan sebagian (reduplikasi). Reduplikasi dapat berupa
pengulangan sebagian (inisial-final) dari bentuk dasar yang diulang, baik
dengan atau tanpa perubahan bunyi. Mathew mengemukakan bahwa “process
of repetition are generally refered to under the heading of reduplication”.
23
BAB III
GAMBARAN UMUM KITAB AL-MA’ṠŪRĀT DAN PENYUSUNNYA
A. Seputar al-Ma’tsurat
Al-Ma’tsurat merupakan sebuah kitab yang berupa kumpulan-kumpulan doa
yang disusun oleh Hasan al-Bana yang beriisikan doa-doa yang bersumber dari al-
Quran dan As-Sunnah. Dalam penerbitan era modern, apabila dibandingkan dengan
kitab sejenisnya kitab al-Ma’tsurat merupakan kitab yang paling luas penyebarannya
di dunia Islam dan jumlah ekslamparnya paling banyak dengan naik cetak berkali-
kali. Doa al-Ma’tsurat dianjurkan untuk di baca setiap pagi dan sore, sehingga yang
membacanya akan mendapatkan berbagai macam dan suasana hati yang tenang. Al-
Ma'tsurat dibagi menjadi dua yaitu al-Ma'tsurat sugrah dan al-Ma'tsurat kubra. Al
Ma'tsurat kecil yang bacannya lebih sedikit sedangkan al ma'tsurat kubra artinya al
ma'tsurat besar yang bacaannya lebih banyak dari al ma'tsurat sugra.27
B. Tentang Penyusun Al-Ma’ṡūrāt
1. Biogafi Hasan al-Banna
Nama lengkap Hasan al-Banna adalah Hasan bin Ahmad Abdurrahman
Muhammad al-banna lahir pada tanggal 17 bulan oktober 1906 M di
Mahmudiyah,28 sebuah kota kecil di provinsi Buhairah. Hasan al-Banna
27Ridho Satria, www.academia.edu/9951627/Al-Matsurat Dalam Membangun Karakter Prestatif,diakses pada 26 Febuari 2017 pukul 12.48.
28Farid Nu’man, Ikhwanul Muslimin Anugrah Allah yang Terzhalimi, (Depok: Pustaka Nauka,2004), h. 137.
24
merupakan anak sulung dari pasangan Syaikh Ahmad dan seorang wanita dari
keluarga Abu Quara.29
Hasan al-Banna memulai pendidikannya dengan menghafal Al-Qur’an dan
sebagian hadis-hadis Nabi, serta dasar-dasar ilmu bahasa Arab di Madrasah
Ar-Rasyad Ad-Diniyyah yang dibimbing oleh Asy-Syaikh Zahran. Hasan al-
Banna sangat mengagumi gurunya dengan sifatnya yang mendidik, sehingga
ketika gurunya menyerahkan kepemimpinan madrasah tersebut kepada orang
lain, Hasan al-Banna juga ikut meninggalkan madrasah. Kemudian setalah itu,
Hasan al-Banna masuk ke Madrasah I’dadiyyah di Mahmudiyah. Menginjak
tahun ketiga di Madrasah inilah Hasan al-Banna mulai mengikuti gerakan-
gerakan dakwah melalui sebuah organisasi yang bernamakan Jum’iyyatul Akhlak
al-Adabiyyah, di mana Hasan al-Banna sendirilah yang menjadi ketuanya.
Setelah itu Hasan al-Banna melanjutkan pendidikannya di Madrasah
al-Mu’allim al-Ula di kota Damanhur. Di Madrasah inilah Hasan al-Banna
mengenal tarekat Shufi al-Hashafiyyah, majelis dzikir dan lantunan nasyid yang
didendangkan secara bersamaan oleh pengikut tarekat tersebut membuat Hasan
al-Banna terkagum-kagum bahkan ketika ia mengetahui bahwa guru lamanya
yaitu As-Syaikh Zahran merupakan salah satu di antara pengikut tarekat tersebut.
Sebelum melanjutkan studinya ke Universitas Dar Al-‘Um, al-Banna terkebih
dahulu menyelesaika studinya di sekolah guru Damanhur sejak tahun 1923
sampai tahun 1927. Kegiatan sehari-harinya ia sibukkan dengan mengikuti
29Abbas Assisi, Biografi Dakwah Hasan al-Banna, terjemahan Nandang Burhanudin, (Bandung:Harokatuna Publishing, 2006), h. 382
25
berbagai kegiatan di Sekolahnya, hingga akhirnya ia mendirikan sebuah
organisasi yang bernama Muharabah Al-Munkarat (Organisasi Pemeberantas
Kemungkaran).
Kegiatan dalam berorganisasi tidak mebuat al-Banna lupa akan tugasnya
sebagai seorang pelajar, justru kegiatannya tersebut malah semakin membuat al-
banna memiliki pengetahuan lebih daripada para pelajar yang lain. Hal ini
terbukti dengan diperolehnya predikat lulusan terbaik ke-5 dsri seluruh Sekolah
Menengah Umum (SMU) di Mesir.
Sejak remaja kecerdesan otak al-banna memang sudah tidak diragukan lagi
keabsahannya, karena ia ikut serta menjadi bagian dalam tarekat sufi Hashafiyah.
Kemudian al-banna juga dinobatkan sebagai mahasiswa yang lulus dengan
yusidium terbaik pertama tingkat Universitas yang didirikan oleh Muhammad
Abduh.30 Selain itu, keinginan besar Hasan al-Banna dalam perjalanan hidupnya
adalah menegakkan amar makruf nahi munkar. Hal inilah yang menjadikan
Hasan al-Banna giat dalam medalami ilmu agama dengan bergabung ke berbagai
organisasi. Pada masa hidup al-banna Mesir dalam situasi masih menganut
sistem kerajaan, di mana kepala Negara masih ditentukan melalui garis
keturunan. Halini tidaklah berdasarkan dengan syari’at Islam, karena dalam
syariat Islam sistem pemerintahan harus berdasarkan dengan bay’ah dan syura.31
Hasan al-Banna menegasakan bahawa sistem pemerintahan ini menyimpang dari
cita-cita Islam yang sebenarnya. Pada saat itu juga al-banna melihat bentuk
30 Fathi Yakan, Revolusi Hasan al-Banna, (Jakarta: Harakah, 2002), cet. Ke-1h. 431 Hasan Hanafi, Fundamentalisme Islam, (Yogyakarta: Islamika, 2008), h. 134.
26
pengaruh modernisasi sekuler Barat terhadap kehidupan Islam serta lemahnya
pemerintahan dalam menghadapi kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat Mesir.
Hasan al-Banna sangat ingin untuk menerapkan syari’at Islam di tengah-
tengah kehidupan masyarakat. Al-banna sama sekali tidak mempunyai niat untuk
melakukukan kudeta atau pun mengubah bentuk pemerintahan yang ada, ia
hanya ingin menjadikan syari’at Islam sebagai landasan hukum Negara. Demi
mencapai keinginannya tersebut al-banna ikut serta mencalonkan diri menjadi
anggota parlemen. Keikutsertaan al-banna dalam pemilu tahun 1942 merupakan
jawaban atas kebutuhan praktis pergerakan dan perubahan demi kepentingan
dakwah semata.32
Pemikiran Hasan al-Banna tentang penerapan Islam ini menjadi tujuan
agenda gerakannya. Menurut al-banna, apapun bentuk negara baik itu berbentuk
republik maupun kerajaan harus berdasarkan dengan asas-asas Islam yang kuat
dan benar. Adapun asas-asas yang harus dipenuhi oleh pemerintahan negara
yaitu tanggungjawab penguasa terhadap kekuasaaannya, persatuan masyarakat,
dan sikap tanggap terhadap keinginan masyarakat.33 Dalam Islam, pemerintah
diwajibkan untuk bekerja demi kemaslahatan rakyat dengan menengakkan
kebenaran dan menggugurkan kebathilan, Islam juga mengharuskan semua
rakyat untuk mentaati pemerintahnya selama pemerintah menjalankan
kewajibannya. Rakyat mempunyai kewajiban untuk meluruskan pemerintah yang
menyimpang dari kebenaran, agar pemerintah kembali pada kebenaran dan
32 Fathi Yakan, Revolusi Hasan al-Banna, (Jakarta: UI-Press, 1990), h. 42.33 Fathi Osman, Ikhwan dan Demokrasi, (Yogyakarta: Titian Wacana, 2005), h. 15.
27
berkomitmen pada undang-undang Islam yang bersumber pada hukum Al-Quran
dan As-Sunnah.34Hasan al-Banna sangat lekat dengan pola kehidupan yang
berilmu, tekun beribadah serta beramal. Hal inilah yang mendominasi pemikiran
Hasan al-Banna dalam memahami konsep Islam dan Iman. Hasan al-Banna
menawarkan sebuah metode pemahaman sebuah konsep fiqih yang berujung
pada tuntutan kehidupan secara praktis dalam perjalanan dakwah menuju amar
makruf nahi munkar.35
Kuatnya Iman Hasan al-Banna terhadap Allah Swt membawanya ke dalam
sebuah pemikiran terhadap Negara, bangsa, keadilan sosial, dan masyarakat. Al-
banna berpendapat bahwa, Islam adalah sebuah agama yang universal karena
dapat mengatur segala kehidupan manusia di muka bumi berikut
permasalahannya. Dalam hal ini, al-banna tidak memisahkan anatar agama dang
kehidupan. Hingga akhirnya, gerakan yang dibentuk olehnya menggunakan
slogan, “Al-Quran Undang-Undang Dasar Kami”, dan “Hanya Al-Quran
Konstitusi Kami”, “Al-Quran Hukum Kami dan Muhammad Teladan Kami”.
Hasan al-Banna menolak terhadap gerakan sekularisasi, nasionalisme Arab
sekularisasi, dan desistematisasi. Al-banna juga anti akan nasionalisme modern,
khususnya fasisme Eropa atau nazisme. Dalam masalah “jihad” atau berjuang di
jalan Allah, al-banna sangat jauh dari pengertian yang beraroma kekerasan. Ia
pernah mendeklarasikan bahwa perang adalah wajib, akan tetapi hal itu ia
katakan pada saaat bangsa Mesir berhadapan dengan colonial Inggris. Kemudian
34 Hasan al-Banna, Kumpulan Risalah Dakwah, (Jakarta: Al-I’tishom,2008), h. 257-258.35 Anwar Al-Jundi, Biografi Hasan al-Banna, (Solo: Media Insani Press, 2003), cet. Ke-1, h. 25
28
ia juga menegaskan bahwa untuk saat ini jhad merupakan suatu kewajiban
individual bagi semua (fardhu ‘ain) dan bukan kewajiban kolektif (fardhu
kifayah) yang sebagian orang dapat mewakili yang lain.36
Banyak yang menyebut Hasan al-Banna sebagai neo-salafie dengan
pemikiran 3 pandangan dasar; 1) Islam merupakan sebuah sistem komprehensif
yang mampuberkembang sendiri, 2) Islam memancar dari dua sumber
fundamental yaitu al-Quran dan al-Hadis, dan 3) Islam berlaku untuk segala
tempat. 37Dalam mengembangkan konsep tersebut, al-banna memulai langkah
awalnya melalui konsep tarbiyah nafsiahi (pembinaan jiwa) dengan metode
pendidikan qurani sembari bersandar secara kuat kepada kategorisasi al-Hadis.
Hasan al-Banna berpandangan, bahwa Islam memiliki keutamaan bagi umat
manusia dengan membeikan metode yang tepat dan sempurna bagi pendidikan
rohani, pendidikan generasi, pembentukan umat, dan pembangunan budaya, serta
penerapan prinsip-prinsip kemuliaan dan madaniyah. Maksudnya, bagaimana
pembentukkan generasi rabbani masa depan mampu menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi tanpa meninggalkan nilai-nilai iman dan akhlak.
Hasan al-Banna membagi fase pembinaan ke dalam 3 tahapan, yaitu: 1) fase
pengenalan seluruh lapisan masyarakat, 2) fase pembentukan kader dari elemen
pilihan yang sudah terkumpul, dibentuk regu-regu pejuang dakwa, 3) fase
36John L.Esposito, Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan, 2001), cet. Ke-1,h. 267
37Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme hinggaPostmodernisme, (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 116.
29
realisasi dengan melakukan gerakan dakwa bersama-sam mewujudkan hukum
Allah Swt di muka bumi. 38
Pemikiran Hasan al-Banna yang berkaitan dengan politik terbagi menjadi 3,
yaitu; 1) reformasi sosial dengan asas akidah, 2) tidak adanya pemisahan agama
dan Negara, 3) syariat Islam sebagai undang-undang tertinggi dalam
pemerintahan Islam.39 Maksud reormasi sosial dengan asas akidah adalah al-
banna benar-benar meyakini bahwa sesungguhnya perubahan sosial dan
perbaikannya harus dimulai dengan sesuatu yang terdapat dalam diri. Dengan
acuan surat al-Rad:11 konsep ini menjadikan satu model perubahan sosial
dengan fase yang disebutkan di atas, bahwa perubahan pada fase awal berpusat
pada diri sendiri. Kemudian perubahan pada keluarga; dan selanjutnya menuju
masyarakat secara kaffah. Perubahan berdasarkan asas akidah ternyata
memberikan implikasi yang luas, setidaknya dalam mempertahankan keimanan
dan akhlak pada kondisi Negara dalam perubahan apapun. Asas ini terbukti pada
ketahanan Mesir dalam menghadapi modernisasi Barat pada masa hidupnya.
Tidak adanya pemisahan agama dan Negara, maksudnya bagi Hasan al-
Banna agama tidak dapat berpisah dengan agama. Umara sebagai pelaku utama
dalam hal pemerintahan wajib berkolaborasi dengan para ulama. Suatu
pemerintahan menjadi kuat apabila peran para ulama diposisikan pada
kedudukan yang sesuai. Ulama menjadi tempat guna mempartimbangkan semua
38 Fathi Yakan, Gerakan Ikhwanul Muslimi: Dari Sayyid Quthb Sampai Rasyid al-Ghannussyi,(Jakarta: Harakah, 2002), h. 2.
39 Muhammad Azhar, Filsafat Politik, Perbandingan Antara Islam dan Barat, (Jakarta:RajGrafindo Persada, 1997), h. 121.
30
kebijakan yang berkenaan dengan kemaslahatan umat Islam. Menurutnya, sebuah
pemerintahan akan hancur karena para ulama dimarjinalkan dalam posisi lemah
danhanya sebgai tameng sebuah keputusan.
Syariat Islam sebagai undang-undang tertinggi dalam pemerintahan,
maksunya Islam sebagai agama paripurna mempunya tataran nilai hukum
tersendiri yang wajib diikuti oleh semua umat Islam. Oleh karena itu, kedudukan
syariat Islam sebagai dustur al-a’la dalam pemerintahan Islam sangat mutlak.
Gagasan-gagasan cemerlang menjadi wacana dasar Ikhwanul Muslimin, dan
dengan gerakan Ikhwanul Muslimin dilakukan ceramah rutin, menerbitkan
majalah dan brosur atas eksistensi Islam dan pembaharuan, serta secara bertahap
melakukan rekonstruksi organisasi tersebut. Oleh karena itu, sebagian analisis al-
Husaini dan Yakan menilai bahwa gerakan awal al-banna dan Ikhwanul
Muslimin mulai membangkitkan kesadaran beragama bangsa Mesir saat itu,
kesadaran kembali pada ajaran murni Islam dan menumbuhkan spirit pejuang
untuk satu pembebasan terutama dari ekspansi kerajaan Inggris.
2. Karya-karya Hasan al-Banna
Karya-karya Imam Hasan al-Bana ada yang berbentuk karya tulis dan ada
yang berbentuk kumpulan-kumpulan pesan. Di antara karyanya yang berupa
karya tulis yaitu:
a. Alhaditsul Jum’ah (Pesan Setiap Jumat)
b. Mudzakkiratu ad-Dakwah wa Da’iah (Pesan Dakwah dan Da’i)
c. Al-Ma’tsurat (Wasiat-wasiat)
Sedangkan karya Hasan al-Bana yang berupa kumpulan pesan, yaitu:
31
a. Da’watuna (Misi Kita)
b. Nahwan Nur (Menuju Kecerahan)
c. Ila asy-Syahab (Kepada Para Pemuda)
d. Bainal al-Amsi wa al-Yaum (Antara Kemarin dan Hari Ini)
e. Risalatu al-Jihad (Pesan Jihad)
f. Risalatu at-Ta’alim (Pesan-pesan Pendidikan)
g. Al-Mu’tamar al-Khamis (Konferensi Kelima)
h. Nizhamu al-Usar (Sisem Kelompok Kecil Pergerakan)
i. Al-‘Aqaid (Prinsip-prinsip)
j. Nizhamu al-Hukm (Sistem Pemerintahan)
k. Al-Ikhwan Tahta Rayati al-Quram (Ikhwan di Bawah Bendera Al-Quran)
l. Da’watuna fi Thaurin Jadid (Misi Kita dalam Masa Baru)
m. Ila Ayyi Syai’in Nad’un Nas (Ke Arah Mana Kita Menyeru Manusia)
n. An-Nizham al-Iqtishadi (Sistem Perekonomian)40
40 Fathi Yakan, Revolusi Hasan Al-Bana, (Jakarta: Harakah, 2002), cet. Ke-1, h. 3
32
BAB IV
PENERAPAN METODE SEMANTIK PENERJEMAHAN AL-MA’ṠŪRĀT KE
DALAM BAHASA SUNDA
A. Teks Al-Ma’ṡūrāt dan Terjemahannya dalam Bahasa Sunda
Mengingat akan pentingnya bahasa daerah dalam ranah kehidupan masyarakat,
maka oleh karena itu penulis menyajikan terjemahan bahasa Sunda kitab al-Ma’ṡūrāt
Hasan al-Banna yang menjadi bahan untuk dianalisis ke dalam semantik leksikal.
Berikut adalah teks al-Ma’ṡūrāt dan terjemahannya dalam bahasa Sunda oleh peneliti.
Q.S Al-Fatihah 1-7
يم ( ـن الرح م اهللا الرمح يم بس يطان الرج ن الش يع العليم م ني (1أعوذ باهللا السم د هللا رب العالم ) 2) احلم
يم ( ـن الرح لك ) 3الرمح ين (م تعني (4يـوم الد بد وإياك نس نــــا الص 5) إياك نـع يم ) اهد راط املستق
ال الضالني (6( م و م غري املغضوب عليه راط الذين أنعمت عليه 41)7)ص
“Sim abdi nyalindung ka gusti Allah anu Maha Ngadangu tur Maha Uninga tina
godaan setan anu dilaknat ◌Kalayan nyebat asma Allah anu Maha welas tur Maha
Asih )1( Sadaya pujian kagungan Allah Pengeran anu ngurus sadaya alam )2( Anu
Maha Welas tur anu Maha Asih )3( Pangeran anu ngagaduhan dinten kiyamah )4(
Mung ka Gusti abdi sadaya nyembah sareng mung ka Gusti abdi sadaya neda
pitulung )5( Nun Gusti tunjukeun jalan anu lempeng s )6( Nyaeta jalanna jalma-jalma
anu diridoan ku Gusti sanes jalanna jalma-jalma anu dibenduan ku Gusti, sareng
sanes jalana jalma-jalma anu salasar. )7( ”
Q.S al-Baqarah ayat 284
41 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, (Jakarta: AL-I’tishom Cahaya Umat, 2005), h. 4-6.
33
ن ي هللا ما يف ر لم م به اهللا فـيـغف بك م أو ختفوه حياس ك أنفس ا يف وا م إن تـبد األرض و ا يف م اوات و اء السم ش
ء قدير( ي ل ش اهللا على ك اء و ن يش يـعذب م )284و
Saniskara anu aya di langit sareng saniskara anu aya di bumi mangrupikeun
kagungan Allah. Sareng upama ditembrakeun saeusining hate aranjeuna, boh upama
disumputkeun ku aranjeuna oge, sadayana bakal dihisab ku Allah. Mangka Allah
bakal ngahampura sing saha jalma anu dikersakeun ku Anjeuna. Sareng Allah anu
Maha Kawasa kana sagala perkara (284)
H.R Nasa’i dan Bazar
على دين نبيـنا حممد صلى اهللا عليه الص و خ ة اإل لم الم وك س ة اإل نا / أمسينا على فطر بح على أص لم و س و
ن املش ان م ا ك م ا و نيف يم ح نا إبـراه لة أبيـ 42ركنيم
Abdi sadaya di waktos enjing/sore ieu aya dina kaayaan fitrah Islam, kalimah anu
ikhlas tur netep dina agama nabi Muhammad Saw. sareng aya dina ajaran anu
lempeng ti rama abdi sadaya Ibrahim. Anjeuna sanes mangrupikeun jalma anu
musyrik.
H. R. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I dan Hakim
رسوال نبيا و د م مبح دينا و م ال س اإل ب اهللا ربا و ب يت 43رض
Abdi rido Allah Pangeran abdi, Islam agama abdi, Muhammad nabi sareng rasul
abdi.
H.R Abu Dawud dan Tirmidzi
42 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 32-3443 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 42
34
م اهللا الذي ال يع العليمبس و السم ه اء و السم ال يف األرض و ء يف ي ه ش ع امس 44يضر م
Kalayan nyebat asma Allah anu teu aya hiji oge anu tiasa ngadatangkeun cilaka, di
bumi atanapi di langit. Gusti anu Maha Ngadangu sareng anu Maha Uninga.
H.R Ahmad
بصري م عافين يف مسعي الله م عافين يف الله ين بد م عافين يف 45الله
Nun Gusti paparin kasehatan pikeun awak sim abdi, nun Gusti paparin kasehatan
pikeun pangadangu sim abdi, nun Gusti paparin kasehatan pikeun panenjo sim abdi.
H.R Bukhari
تطعت ا اس عدك م و دك و أنا على عه ك و أنا عبد تين و لق ، ال إله إال أنت خ يب م أنت ر ر الله ن ش أعوذ بك م
فإنه ال ر يل ف فاغ نيب تك علي و أبوء بذ م ا صنـعت أبوء لك بنع ر الذنوب إال أنت م 46يـغف
Nun Gusti, Gusti Pangeran sim abdi, henteu aya pangeran salian ti Gusti, Gusti anu
nyiptakeun sim abdi, sim abdi hamba Gusti, sim abdi aya dina jangji sareng ikrar ka
Gusti samampuh abdi. Sim abdi nyalindung ka Gusti tina kajahatan anu parantos
dilakonan ku sim abdi, sim abdi ngangken kana nikmat Gusti anu Gusti parantos
maparinkeun ka sim abdi, sim abdi ngangken kana dosa-dosa sim abdi, mangka
hapunten si abdi, saestuna teu aya anu ngahapunten kajaba Gusti.
H.R Thabrani
44 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 44.45 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 48.46 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 50-52.
35
ع يم و يدنا إبـراه ا صليت على س م يدنا حممد ك على آل س يدنا حممد و م صل على س يدنا الله لى آل س
يد ت على س ا بارك م يدنا حممد ك على آل س يدنا حممد و بارك على س يم و يدنا إبـراه على آل س يم و نا إبـراه
يد يد جم ني إنك مح العالم يم يف 47إبـراه
Nun Gusti, limpahkeun solawat pikeun junjungan abdi sadaya Muhammad sareng
kulawargina sakumaha Gusti ngalimpahkeun solawat pikeun Ibrahim sareng
kulawargina. Sareng berkahi Muhammad sreng kulawargina sakumaha Gusti
parantos ngaberkahi Ibrahim sareng kulawargina dina alam ieu, saestuna Gusti Maha
Pinuji tur Maha Mulya.
Q.S Ali Imran: 27-28
اء ن تش تعز م اء و لك ممن تش تـنزع الم اء و ن تش لك م الم لك تـؤيت الك الم م م اء قل الله ن تش تذل م و
ر يـ ء قدير (بيدك اخل ي ل ش ن 27إنك على ك خترج احلي م الليل و ار يف تولج النـه ار و النـه ) تولج الليل يف
اب ( س اء بغري ح ن تش زق م تـر ن احلي و يت م خترج الم يت و 48)28الم
Carioskeun, “nun Gusti anu kagungan karajaan, anu maparinkeun karajaan ka sing
saha jalma anu dikersakeun ku Gusti sareng nya Gusti nyabut kakawasaan pikeun
jalma anu dikersakeun ku Gusti. Gusti anu maparin kamulyaan pikeun sing saha
jalma anu dikersakeun ku Gusti, sareng nya Gusti anu maparin kahinaan pikeun sing
saha jalma anu dikersakeun ku Gusti. Nya dina panangan Gusti saniskanten kasaean.
Saestuna Gusti Maha kawasa kana sagalana. (26) Gusti ngajantenkeun wengi kana
siang, sareng Gusti anu ngajantenkeun siang kana wengi, sareng nya Gusti anu
ngaluarkeun zat nu hirup tina ujud anu paeh, sareng nya Gusti anu ngalurakeun ujud
paeh tina zat anu hirup. Sareng Gusti anu maparin rezeki pikeun sing saha bae anu
dikersakeun ku Gusti. (27)
47 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 54-56.48 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 64-66.
36
Do’a
ذه الق ا لم أن ه م إنك تـع لله ت على ◌ تـوحد التـقت على طاعتك و عت على حمبتك و تم لوب قد اج
ا بـله ا س ده اه ا و ده أدم و ا و م رابطتـه ثق الله ريعتك فـو ة ش ر ت على نص د تـعاه تك و و ا بنورك دع ه أل أم و
ا عل الذي ال خيب ه تـ أم رفتك و ع ا مب يه أح يل التـوكل عليك و مج ان بك و مي يض اإل ا بف ه ور رح صد اش ى و و
يد م على س صل الله ني و م آم ري الله م النص نع م املوىل و بيلك إنك نع س ادة يف على آله نا الشه حممد و
به وسلم صح 49و
Nun Gusti, saestuna Gusti uninga kana hate anu cinta ka Anjeuna, anu pendak dina
kaayaan taat ka Gusti, anu nyatu pikeun dakwah ka Gusti, anu sasarengan dina
ngabela syariat Gusti. Kuatkeun Gusti beungkeutana. Langgengkeun kanyaah sareng
kadeudeuhna. Tunjukkeun jalana. Pinuhan hate-hatena ku seminar cahaya Gusti anu
moal leungit. Lapangkeun harigu-harigu abdi sadaya ku iman ka Gusti sareng
nikmat tawakkal ka Gusti. Hirupkeun ieu hate pikeun ma’rifat ka Gusti. Pupuskeun
dina kaayaan syahid di jalan Gusti. Gusti pangsae-saena pinulung. Sareng mugia
solawat sareng salam ka junjungan abdi sadaya Mughammad, kulawargina, sareng
para sohabatna.
B. Penerapan Metode Semantik Penerjemahan kitab Al-Ma’ṡūrāt
Teks(BSU)
Terjemahan bahasaSunda oleh peneliti
Terjemahan bahasaIndonesia oleh tim Al-
I’tishom
ني د هللا رب العالم احلم Sadaya pujian kagunganAllah Pengeran anungurus sadaya alam
Segala Puji bagi AllahTuhan semesta Allah
ين م الد ـلك يـو م Pangeran anungagaduhan dintenpembalasan
Yang menguasai haripembalasan
49 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, (Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat, 2005), h. 68-72.
37
Kata الحمد secara leksikal berarti pujian,50 namun oleh penulisdiartikan menjadi
sadaya pujian namun dalam terjemahan bahasa Indonesia menjadi segala puji.
Penulismenerjemahkan الحمد sadaya pujian, karena terdapat ال al-ta’rif yang menempel
pada kata Selanjutnya pada kata lafadz .حمد yang berartiإیاك hanya kepada Engkau oleh
penulisdiartikan menjadi Mung ka Gusti, karena dalam bahasa Sunda kata Engkau
biasa diartikan menjadi anjeun atau maneh, namun dalam hal ini penulislebih memilih
kata Gusti.
Ungkapan یم ح الر مـن ح olehالر penulis diterjemahkan Maha Welas tur Maha Asih dan
dalam terjemahan bahasa Indonesia berarti Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Penulismengartikan Maha Welas tur Maha Asih, karena lafazh مـن ح الر merupakan
isim yang berakar dari bentuk mashdar Ar-Rahman yang berarti sifat mubalagah.
Sifat mubalagah ini adalah isim fail yang maknanya transitif.
Lafazh ین الد م terdiri dariیو kata م yang berartiیو hari51 dan kata ین yang berartiالد
agama. Namun, oleh penulisditerjemahkan dengan dinten kiyamah, karena sesuai
dengan tafsir Ibnu Kasir disebutkan bahwa Ibnu Abbas mengatakan, yaumid din
adalah hari semua makhluk untuk menjalani hisab, yaitu hari kiamat. Allah membalas
mereka sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.52
50 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia. (Yogyakarta: PustakaProgresif, 1984), h. 123.
51 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia. (Yogyakarta: PustakaProgresif, 1984), h. .1123.
52Al-Imam Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, (Bandung: Sinar Baru Algensindo), h. 120
38
Teks(BSU)
Terjemahan bahasaSunda oleh peneliti
Terjemahan bahasaIndonesia oleh tim Al-
I’tishom
تعني بد وإياك نس إياك نـع Mung ka Gusti abdisadaya nyembah sarengmung ka Gusti abdisadaya neda pitulung
Hanya Engkaulah yangkami sembah dan hanyaEngkaulah yang kamimohon pertolongan
م راط الذين أنعمت عليه صال م و غري املغضوب عليه
الضالني
Nyaeta jalan jalma-jalma anu diridoan kuGusti sanes jalannajalma-jalma anudibenduan ku Gusti,sareng sanes jalanajalma-jalma anu salasar
(Yaitu) jalan orang-orangyang telah Engkauanugerahkan nikmatkepada mereka, bukan(jalan) mereka yangdimurkai dan bukan (pulajalan) mereka yang sesat.
Lafazh merupakanإیاك maf’ul yang didahulukan dan diulangi untuk menunjukkan
makna perhatian dan pembatasan, lafazh بد menunjukan makna berlepas diriإیاك نع
dari segala bentuk kemusyrikan, sedangkan lafazh ین تع menunjukan maknaوإیاك نس
berlepas diri dari upaya dan kekuatan serta berserah diri kepada Allah Swt
sepenuhnya.53 Oleh karena itu penulismenerjemahkanya menjadi Mung ka Gusti abdi
sadaya nyembah sareng mung ka Gusti abdi sadaya neda pitulung.
Kemudian kata یر غ pada الین الض ال و لیھم وب ع یر المغض bermaknaغ istisna
(pengecualian) dan وب merupakanالمغض isim maf’ul jadi penulismenerjemahkannya
menjadi sanes jalanna jalma-jalma anu dibenduan ku Gusti, sareng sanes jalana
jalma-jalma anu salasar.
Teks(BSU)
Terjemahan bahasaIndonesia oleh tim Al-
I’tishom
Terjemahan bahasa Sundaoleh peneliti
53 Al-Imam Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, h. 124
39
ا يف م اوات و السم هللا ما يف األرض ا يف وا م إن تـبد و
م بك م أو ختفوه حياس ك أنفساء ن يش ر لم به اهللا فـيـغفاهللا على اء و ن يش يـعذب م و
ء قدير ي ل ش ك
Kepunyaan Allah-lahsegala apa yang ada dilangit dan apa yang ada dibumi. dan jika kamumelahirkan apa yang adadi dalam hatimu atau kamumenyembunyikannya,niscaya Allah akanmembuat perhitungandengan kamu tentangperbuatanmu itu. MakaAllah mengampuni siapayang dikehendaki-Nya;dan Allah Maha Kuasaatas segala sesuatu
Saniskara anu aya dilangit sareng saniskaraanu aya di bumimangrupikeun kagunganAllah. Sareng upamaditembrakeun saeusininghate aranjeuna, bohupama disumputkeun kuaranjeuna oge, sadayanabakal dihisab ku Allah.Mangka Allah bakalngahampura sing sahajalma anu dikersakeun kuAnjeuna. Sareng Allah anuMaha Kawasa kanasagala perkara
Pada ungkapan اوات فيما االسم م ض فيو األر penerjemah tim al-I’tishom
menerjemahkannya menjadi Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan
apa yang ada di bumi. Namun, penulisdalam menerjemahkannya menggunakan takdim
takhir menjadi Saniskara anu aya di langit sareng saniskara anu aya di bumi
mangrupikeun kagungan Allah. Dalam hal ini penulismenerjemahkan اوات فيما االسم م و
ض في األر terlebih dahulu, kemudian baru lafazh .
Teks(BSU)
Terjemahan bahasa Sundaoleh peneliti
Terjemahan bahasaIndonesia oleh tim Al-
I’tishom
نا على بح الم أص س ة اإل فطرنا على دين نبيـ الص و خ ة اإل لم وك
د لى حمم ع لم و س لیھ و لى هللا ع ص
ن م ان ا ك م نیفا و اھیم ح لة أبینا إبر مركین ش الم
Abdi sadaya di waktosenjing/sore ieu aya dinakaayaan Islam anu suci,kalimah anu ikhlas turnetep dina agama nabiMuhammad Saw. sarengaya dina ajaran anu
Di pagi hari kami beradadalam keadaan fitrah Islamdan kalimat yang ikhlasdan tetap dalam agamanabi Muhammad Saw. dandalam ajaran bapak kamiIbrahim yang lurus. Diabukanlah termasuk orang
40
lempeng ti rama abdisadaya Ibrahim. Anjeunasanes mangrupikeun jalmaanu musyrik.
musyrik (yangmenyekutukan Allah. 54
Dalam menerjemahkan الم س ة اإل penerjemahفطر tim Al-I’tishom menerjemahkannya
dengan fitrah Islam, sedangkan penulismenerjemahkannya dengan Islam anu suci.
Meskipun kata fitrah sudah dipadankan dalam bahasa Arab ke dalam kata bahasa
Indonesia, namun menurut penuliskata fitrah lebih cocok diartikan “suci” yang sesuai
dengan kamus besar bahasa Indonesia.
Teks(BSU)
Terjemahan bahasa Sundaoleh peneliti
Terjemahan bahasaIndonesia oleh tim Al-
I’tishom
يت باهللا بارض ينا ر الم د س باإل ورسوال نبيا و د م مبح و
Abdi rido Allah Pangeranabdi, Islam agama abdi,Muhammad nabi sarengrasul abdi.
Aku rela Allah Tuhanku,Islam agamaku, danMuhammad sebagai nabidan Rasulku.55
Lafazh با ر pada یت ض بار ا ر ب oleh penulisditerjemahkan menjadi Pangeran,
sedangkan dalam terjemahan bahasa Indonesia menjadi Tuhan. Kata با sendiriر secara
mutlak adalah salah satu nama di antara nama-nama Allah yang Maha indah (Asma’ul
Husna), sedangkan dalam bahasa Sunda kata با ر yang berarti Tuhan yang identik
dengan sebutan Pangeran.
Teks Terjemahan bahasa Sunda Terjemahan bahasa
54Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, (Jakarta: AL-I’tishom Cahaya Umat, 2005), h. 33-3555 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, (Jakarta: AL-I’tishom Cahaya Umat, 2005), h. 43
41
(BSU) oleh peneliti Indonesia oleh tim Al-I’tishom
م اهللا الذي ه بس ع امس ال يضر مء ي اء ش السم ال يف األرض و يفو ه يع العليم و السم
Kalayan nyebat asmaAllah anu teu aya hiji ogeanu tiasa ngadatangkeuncilaka, ti bumi atanapi tilangit. Gusti anu MahaNgadangu sareng anuMaha Uninga.
Dengan menyebut namaAllah yang tidak adasesuatu pun yang dapatmendatangkan bahaya,baik di bumi maupun dilangit. Dialah yang MahaMendengar lagi MahaMengetahui.56
Lafazh ء ھ شي م ع اس م ر dalam terjemahan bahasa Indonesia menjadiال یض tidak ada
sesuatu pun yang dapat mendatangkan bahaya, namun penulismenerjemahkannya
menjadi teu aya hiji oge anu tiasa ngadatangkeun cilaka, karena menurut penulisyang
lebih pas untuk membandingkan lafazh Allah adalah tidak ada satu pun (teuaya hiji
oge). Kemudian penulismenerjemahkan لیم یع الع ’Maha Ngadangu tur Maha Uninga‘السم
karena یع sendiri mengandung artiالسم mendengar’57 yang dalam bahasa Sunda berarti
ngadenge atau ngadangu (Sunda lemes),58 dan لیم الع ‘mengetahui’ dalam bahasa Sunda
berarti uninga.59
Teks(BSU)
Terjemahan bahasa Sundaoleh peneliti
Terjemahan bahasaIndonesia oleh tim Al-
I’tishom
م عافين الله ين بد م عافين يف الله بصري م عافين يف مسعي الله يف
Nun Gusti paparinkasehatan pikeun awaksim abdi, pangadangu simabdi, sareng panenjo sim
Ya Allah berilah kesehatanpada badanku, ya Allahberilah kesehatan padapendengaranku, ya Allah
56 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 4557Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka
Progresif, 1984), h. 665.
58Ginanjar Sukarna, Kamus Lengkap Sunda Indonesia, Indonesia Sunda, Sunda-Sunda, (Bogor:Garda Media: 2012), h. 360
59 Ginanjar Sukarna, Kamus Lengkap Sunda Indonesia, Indonesia Suda, Sunda-Sunda, h. 508
42
abdi. berilah kesehatan daripenglihatanku.60
Pada tabel di atas terjemahan bahasa Indonesia cenderung mengulang terjemahan
افني ع اللھم Ya Allah berilah kesehatan, sedangkan terjemahan penulisdalam bahasa
Sunda cenderung hanya sekali dalam menerjemahkan افني ع اللھم Nun Gusti paparin
kasehatan yaitu pada awal kalimat saja, meskipun lafazh ini diulang sebanyak tiga kali.
Teks(BSU)
Terjemahan bahasa Sundaoleh peneliti
Terjemahan bahasaIndonesia oleh tim Al-
I’tishom
، ال إله إال أنت يب م أنت ر اللهأنا على ك و أنا عبد تين و لق خ
دك تطعت عه ا اس عدك م و وا صنـعت ر م ن ش أعوذ بك متك علي و أبوء م أبوء لك بنعر فإنه ال يـغف ر يل فاغف نيب بذ
الذنوب إال أنت
Nun Gusti, GustiPangeran sim abdi, henteuaya pangeran salian tiGusti, Gusti anunyiptakeun sim abdi, abdihamba Gusti, sim abdi ayadina ikrar sareng jangjika Gusti salami abdi. Simabdi nyalindung ka Gustitina kajahatan anuparantos dilakonan ku simabdi, sim abdi ngangkenkana nikmat Gusti anuGusti parantosmaparinkeun ka sim abdi,sim abdi ngangken kanadosa-dosa sim abdi,mangka hapunten si abdi,saestuna teu aya anungahapunten kajaba Gusti.
Ya Allah, EngkauTuhanku, tidak ada Tuhanmelainkan Engkau,Engkau menciptakanku,aku hamba-Mu, akuberada dalam perjanjiandengan-Mu dan ikrarpada-Mu semampuku.Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apayang aku perbuat, akumengakui nikmat-Mu yangEngkau curahkanterhadapku, dan akumengakui atas dosaku,maka ampunilah aku,karena sesungguhnya tidakada yang mengampunidosa-dosa selain Engkau.61
60 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 4961 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, (Jakarta: AL-I’tishom Cahaya Umat, 2005), h. 51-53
43
Pada tabel di atas berbeda dengan terjemahan Indonesia, penulisdalam
menerjemahkan ت تطع ا اس دك م ع و ھدك و sim abdi aya dina ikrar sareng jangji ka Gustiع
salami abdi, sedangkan terjemahan Indonesia aku berada dalam perjanjian dengan-Mu
dan ikrar pada-Mu semampuku. Penulismendahulukan kata ikrar sebelum kata janji.
Maksud penulismenerjemahkan ikrar adalah sebagai ketetapan, dan ketetapan yang di
maksud adalah ketetapan yang diambil oleh Allah dari hamba-hamba-Nya dalam asal
penciptaan mereka, ketika mengeluarkan mereka dari tulang punggung (sulbi) bapak
mereka dan mempersaksikan,
Teks(BSU)
Terjemahan bahasa Sundaoleh peneliti
Terjemahan bahasaIndonesia oleh tim Al-
I’tishom
م صل على يدناالله حممد سعلى آل يدناو ا س م حممد كيدناصليت على على س يم و إبـراه
يدناآل بارك على س يم و إبـراهيدنا على آل س د و يدناحمم س
ت على ا بارك م يدناحممد ك سعلى آل يم و ي إبـراه يم دنا س إبـراه
يد يد جم ني إنك مح العالم يف
Nun Gusti, limpahkeunsolawat pikeun junjunganabdi sadaya Muhammadsareng kulawarginasakumaha Gustingalimpahkeun solawatpikeun Ibrahim sarengkulawargina. Sarengberkahi Muhammadsareng kulawarginasakumaha Gusti parantosngaberkahi Ibrahimsareng kulawargina dina Ieu alam, saestuna GustiMaha Pinuji tur MahaMulya.
Ya Allah, curahkanlahshalawat atas junjungankami Muhammad dankeluarganya sebagaimanaEngkau mencurahkanshalawat kepada Ibrahimdan keluarganya. Danberkatilah Muhammad dankeluarganya sebagaimanaEngkau memberkatiIbrahim dan keluarganyapada sekalian alam ini.Sesungguhnya EngkauMaha Terpuji dan Mulia.62
Pada tabel di atas terjemahan bahasa Indoonesia dan Sunda tidak jauh berbeda
dalam menerjemahkan نا ید س yaitu junjungan. Kata نا ید س sendiri berasal dari kata ید س
62 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, (Jakarta: AL-I’tishom Cahaya Umat, 2005), h. 55-57
44
yang berarti seorang pemimpin, namun dalam hal ini diksi yang tepat untuk kata نا ید س
adalah junjungan. Kata ید س sendiri jika dimaknai secara mutlak, maka yang dimaksud
adalah Allah. Akan tetapi, jika dimaknai dengan makna lain maka bisa bermakna
orang yang diikuti di kaumnya, orang yang banyak pengikutnya, atau orang yang
mulia di antara relasinya.
Teks(BSU)
Terjemahan bahasa Sundaoleh peneliti
Terjemahan bahasaIndonesia oleh tim Al-
I’tishom
لك تـؤيت الك الم م م قل اللهلك تـنزع الم اء و ن تش لك م الم
اء اء ممن تش ن تش تعز م تذل و واء ن تش ر إنك على م يـ بيدك اخل
ء قدير ( ي ل ش ) 62ك
Carioskeun, “nun Gustianu kagungan karajaan,anu maparinkeunkarajaan ka sing sahajalma anu dikersakeun kuGusti sareng nya Gustinyabut kakawasaan pikeunjalma anu di kersakeun kuGusti. Gusti anu maparinkamulyaan pikeun singsaha jalma anudikersakeun ku Gusti,sareng nya Gusti anumaparin kahinaan pikeunsing saha jalma anudikersakeun ku Gusti. Nyadina kawasa Gustisaniskara kasaean.Saestuna Gusti Mahakawasa kana sagalana.(26)
Katakanlah, “WahaiTuhan yang mempunyaikerajaan, Engkau berikankepada orang yang Engkaukehendaki dan Engkaucabut kerajaan dari orangyang Engkau kehendaki.Engkau muliakan orangyang Engkau kehendakidan Engkau hinakan orangyang Engkau kehendaki.Di tangan Engkaulahsegala kebajikan.Sesungguhnya EngkauMaha Kuasa atas segalasesuatu.(26)63
Pada tabel diatas اء تش ن م ل تذ اء و تش ن م ز تع terjemahan bahasa Indonesia menjadiو
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. Dengan maksud Allah memuliakan orang yang ia kehendaki dan
63 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, (Jakarta: AL-I’tishom Cahaya Umat, 2005), h. 65-67
45
Allah juga menghinakan orang yang ia kehendaki. Berbeda dengan hal tersebut,
penulismenerjemahkanya menjadi Gusti anu maparin kamulyaan pikeun sing saha
jalma anu dikersakeun ku Gusti, sareng nya Gusti anu maparin kahinaan pikeun sing
saha jalma anu dikersakeun ku Gusti. Dengan maksud bahwa Allah memeberikan
kemiliaan bagi siapa saja yang ia kehendaki dan memberikan kehinaan bagi siapa saja
yang ia kehendaki. Dalam hal ini, kata ز sendiriع mempunyai arti kemuliaan. Namun,
kata ز juga dapat diartikanع gengsi, prestise atau wibawa. Sedangkan kata berartiذل
kehinaan. Kata ذل juga bisa diartikan jiwa rendah, yang tidak dapat disembunyikan
walaupun disalut dengan emas.
Teks(BSU)
Terjemahan bahasa Sundaoleh peneliti
Terjemahan bahasaIndonesia oleh tim Al-
I’tishom
ه القلوب ذ لم أن ه م إنك تـع الله
عت عل تم ى حمبتك قد اج
ت تـوحد التـقت على طاعتك و و
ت على د تـعاه تك و و على دع
م ثق الله ريعتك فـو رة ش نص
ا ه د اه ا و ده أدم و ا و رابطتـه
ا بـله ا بنورك الذي ال س ه أل أم و
ا بف وره رح صد اش يض خيبو و
يل التـوكل عليك مج ان بك و مي اإل
Nun Gusti, saestuna Gustiuninga kana hate anucinta ka Anjeuna, anupendak dina kaayaan taatka Gusti, anu nyatu pikeundakwah ka Gusti, anusasarengan dina ngabelasyariat Gusti,. Nun Gustikuatkeun beungkeutana.Langgengkeun kanyaahsareng kadeudeuhna.Tunjukkeun jalana.Pinuhan hate-hatena kuseminar cahaya Gusti anumoal leungit. Lapangkeunharigu-harigu abdi sadayaku iman ka Gusti sarengnikmat tawakkal ka Gusti.Hirupkeun ieu hate pikeunma’rifat ka Gusti.Pupuskeun dina kaayaansyahid di jalan Gusti.Gusti pangsae-saenapinulung. Sareng mugia
Ya Allah sesungguhnyaEngkau mengetahui hati-hati ini tertimpun dalamcinta pada-Mu, telahberjumpa dalam taat pada-Mu, telah bersatu dalamdakwah pada-Mu, telahberpadu dalam membelasyariat-Mu. Teguhkanlahya Allah ikatannya.Kekalkanlah cintakasihnya. Tunjukanlahjalan-jalannya. Penuhilahhati-hati tersebut dengancahaya-Mu yang tidakpernah hilang.Lapangkanlah dada-dadakami dengan kelimpahaniman kepada-Mu danindahnya bertawakalkepada-Mu. Hidupkanlahhati ini dengan ma’rifatkepada-Mu. Matikanlah iadalam syahid di jalan-Mu.
46
ا على ه تـ أم رفتك و ع ا مب يه أح و
م بيلك إنك نع س ادة يف الشه
ني م آم ري الله م النص نع املوىل و
يدنا حممد م على س صل الله و
ص على آله و به وسلمو ح
solawat sareng salam kajunjungan abdi sadayaMughammad,kulawargina, sareng parasohabatna.
Engkaulah sebaik-baikPelindung dan sebaik-baikPenolong. Ya Allahkabulkanlah. Dansampaikan shalawatkepada junjungan kami,Nabi Muhammad Saw.,kepada keluarga, parasahabatnya, dan jugasampaikanlah salam.64
Harf إ ن dalam lafazh ه القلوب ا ھذ أن لم إنك تع merupakan sebuah penegasan danللھم
menerangkan bahwa sesungguhnya Allah Maha Hati-hati orang yang tertimpun rasa
cinta kepada-Nya, sehingga dalam hal ini penulismenerjemahkannya dengan saestuna
Gusti uninga kana hate anu cinta ka Anjeuna (Allah). Sedangkan kata ذق da lam lafazh
بتك ح لى م ع ت ع تم اج olehقد penulistidak diterjemahkan karena pada awal sudah ada
penegesan dengan sehingga ,إن penulisdalam mernerjemahkanya menjadi anu pendak
dina kaayaan taat ka Gusti dengan maksud telah berjumpa dalam keadaan taat
kepada Allah.
64 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, (Jakarta: AL-I’tishom Cahaya Umat, 2005), h. 69-73
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penerjemahan mengenai “Penerjemahan Al-
Ma’ṡūrāt ke dalam Bahasa Sunda”, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
dalam menerjemahkan kitab al-Ma’ṡūrāt karya Hasan al-Banna, metode
penerjemahan semantik yang berfokus pada pencarian padanan dalam tataran kata,
akan tetapi tetap terikat pada budaya bahasa sumber, merupakan metode
penerjemahan yang sesuai dengan kitab al-Ma’ṡūrāt ini. Kendala yang penulis
temukan dalam menerjemahkan kitab al-Ma’ṡūrāt adalah kesepadanan kata
anatara bahasa Arab dan bahasa Sunda agar pembaca dapat dengan mudah
memahami karya tersebut di dalam bahasa Sunda. Kelebihan menerjemahkan kitab
al-Ma’ṡūrāt dengan menggunakan metode semantik adalah metode penerjemahan
semantik ini lebih luwes dan memperkenankan intuisi penerjemah untuk berempati
dengan teks sumber, selain itu metode ini juga mempertimbangkan unsur estetika
teks bahasa sumber dengan mengkompromikan makna selama masih dalam batas
kewajaran.
B. Rekomendasi
Dari uraian penelitian penerjemahan yang telah dilakukan oleh penulisterhadap
penerjemahan al-Ma’ṡūrāt ke dalam bahasa Sunda, menurut penulispenelitian ini
masih perlu ditindak lanjuti, karena uraian hasil penelitian yang penulisberikan
dalam skripsi ini hanya menerjemahkannya dengan menggunaka metode
48
penerjemahan semantik, alangkah baiknya apabila ada yang menerjemahkannya ke
bahasa Sunda dengan meggunakan metode penerjemahan yang berbeda misalnya
metode penerjemahan komunikatif atau dapat menganalisisnya dari segi semantik
amupun morfologis.
Penulismenyadari bahwa penelitian ini masih belum begitu komperhensif,
maka penulisberharap penelitian penerjemahan ini dapat dijadikan bahan penelitian
lanjutan oleh para penulisselanjutnya yang akan meneliti mengenai produk
terjemahan atau membandingkan penerjemahannya antara terjemahan bahasa
Indonesia dan Sunda.
49
DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dimsyaqi, Al-Imam Ibnu Kasir. Tafsir Ibnu Kasir. Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2000.
Al-banna, Hasan. Al-Ma’ṡūrāt . Jakarta: Gema Insani, 2007.
Al-banna, Hasan. Al-Ma’ṡūrāt Sughra. Jakarta: AL-I’tishom, 2005.
Al-Farisi, M. Zaka. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011.
Al-Jundi, Anwar. Biografi Hasan al-Banna. Solo: Media Insani Press, 2003.
Al-Sha’idi, ‘Abd al-Muta’al. Bughyah al-Idhah li Talkhis Al-Miftah fi’Ulum al-
Balaghah, Kairo: Maktabah al-Adab.
Amarullah, Ahmad. Kumpulan Hadis-Hadis Nabi. Jakarta: Trans Press, 1990.
Assisi, Abbas. Biografi Dakwah Hasan al-Banna, terjemahan Nandang Burhanudin.
Bandung: Harokatuna Publishing, 2006.
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Mudlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 1996.
‘Awadh Haidar, Farid. Ilmu al-Dalalah; Dirasah Nazhariyyah wa Tathbiqiyyah,
Kairo: Maktabah al-Adab, 2005.
Azhar, Muhammad. Filsafat Politik, Perbandingan Antara Islam dan Barat. Jakarta:
RajGrafindo Persada, 1997.
Azra, Azyumardi. Pergolakan Politik Islam dari Fundamentalisme, Modernisme
hingga P ostmodernisme. Jakarta: Paramadina, 1996.
Burdah, Ibnu. Menjadi Penerjemah Wawasan dan Metode Menerjemah, Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2004.
50
Coolsma, S. Soendaneesche Spraakkunst (Tata Bahasa Sunda), terjemahan Husein
Wijaya Kusumah dan Yus Rusyana. Bandung: Djambatan, 1985.
Chambert Loir, Henri. Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia,
terjemahan Winarsi Arifin dkk, Jakarta: Gramedia, 2010.
Fatawi, M. Faisol. Seni Menerjemah. Malang: UIN Malang Press, 2009.
Guntur Tarigan, Henry. Pengajaran Semantik, Bandung: Penerbit Angkasa, 1985.
Haryati, Pipih. Kamus Bahasa Sunda. Jakarta: Bintang Indonesia, 2010.
Hasan, Tammam. Al-Lughah al-Arabiyyah Ma’naha wa Mabnaha, Kairo: Alam al-
Kutub, 1998.
Hidayatullah, Moch Syarif. Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indoenesia. Pamulang
Barat: Dikara, 2010.
Larson, Mildred L. Penerjemahan Berdasar Makna. Jakarta: Arcan, 1989.
L.Esposito, John. Ensiklopedi Oxford, Dunia Islam Modern. Bandung: Mizan, 2001.
Ma’rifat, M. Hadi. Sejarah Al-Quran, Jakarta: al-Huda, 2007.
M. Ali Hasan dan Rif’at Syauqi Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir, Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 1988.
Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Grasindo, 2000.
Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984.
Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi). Ciputat: CeQDA, 2007.
51
Nu’man, Farid. Ikhwanul Muslimin Anugrah Allah yang Terzhalimi, Depok: Pustaka
Nauka, 2004.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif Tata Langkah
dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Said, Syaikh bin Ali Al-Qathani, Shahih Al-Ma’ṡūrāt , Jakarta: Nashirus Sunnah
Pubisher, 2008.
Sayogi, Frans. Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
Sugihastuti. Bahasa Indonesia dari Awam, Mahasiswa sampai Wartawan,
Yogyakarta: Gamma Media, 2003.
Sukarna, Ginanjar. Kamus Lengkap Sunda-Indonesia, Indonesi-Sunda, Sunda-Sunda.
Bogor: Garda Media, 2012.
Sutopo, H.B., Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: UNS, 2006.
Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktik), Bandung:
Humaniora, 2005.
Tochija, Itoc. Pergumulan Islam dengan Kebudayaan Lokal di Tatar Sunda,
Bandung: Kaki Langit, 2005.
Yakan, Fathi. Revolusi Hasan al-Banna. Jakarta: Harakah, 2002.
Warsito, Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Pedoman Mahasiswa,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Yakan, Fathi. Gerakan Ikhwanul Muslimi: Dari Sayyid Quthb Sampai Rasyid al-
Ghannussyi. Jakarta: Harakah, 2002.
Widyamartaya, A. seni Menerjemakan. Yogyakarta: Kanisius, 1989.
52
Zuhdi Mustafa, Ahmad. Kandungan Hadis-Hadis Sahih, Malang: Insan Mulia Press,
1998.
53
Lampiran!
Q.S Al-Fatihah 1-7
يم ( ـن الرح م اهللا الرمح يم بس يطان الرج ن الش يع العليم م ني (1أعوذ باهللا السم د هللا رب العالم ) 2) احلم
يم ( ـن الرح لك ) 3الرمح ين (م تعني (4يـوم الد بد وإياك نس نــــا الص 5) إياك نـع يم ) اهد راط املستق
ال الضالني (6( م و م غري املغضوب عليه راط الذين أنعمت عليه )7)ص
“Sim abdi nyalindung ka gusti Allah anu Maha Ngadangu tur Maha Uninga tina
godaan setan anu dilaknat ◌Kalayan nyebat asma Allah anu Maha welas tur Maha
Asih )1( Sadaya pujian kagungan Allah Pengeran anu ngurus sadaya alam )2( Anu
Maha Welas tur anu Maha Asih )3( Pangeran anu ngagaduhan dinten kiyamah )4(
Mung ka Gusti abdi sadaya nyembah sareng mung ka Gusti abdi sadaya neda
pitulung )5( Nun Gusti tunjukeun jalan anu lempeng s )6( Nyaeta jalanna jalma-jalma
anu diridoan ku Gusti sanes jalanna jalma-jalma anu dibenduan ku Gusti, sareng
sanes jalana jalma-jalma anu salasar. )7( ”
Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari
godaan setan yang terkutuk. ◌ Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. )1( Segala Puji bagi Allah Tuhan semesta Allah. )2( Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang )3( Yang menguasai hari pembalasan )4( Hanya
Engkaulah yang kami sembah dan hanya Engkaulah yang kami mohon
pertolongan. )5( Tunjukanlah kami jalan yang lurus )6( (Yaitu) jalan orang-orang yang
telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. )7( 65
Q.S al-Baqarah: 1-5
65Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 5-7
54
ى) ذلك الكتاب ال 1(امل د تقني (ريب فيه ه مما 2للم ون الصالة و يم يق نون بالغيب و م ) الذين يـؤ
قون ( م ينف ناه قـ ز م يوقنون (3ر ة ه ر باآلخ ن قـبلك و ا أنزل م م ا أنزل إليك و نون مب م لـئك 4) والذين يـؤ ) أو
ن ر ى م د ى ه ون (عل لح ف م الم لـئك ه أو )5م و
Alif laam miim (1) Ieu kitab (al-Quran) henteu aya kamang-mangan dina isina pituduh
pikeun jalma-jalma anu tarakwa (2) (nyaeta) jalana jalma-jalma anu ariman kanu
goib anu ngaradegkeun solat sareng anu ngainfakkeun sabagian rezekina anu tos
dipaparinkeun ka aranjeuna (3) Sareng aranjeuna anu ariman kana (quran) anu
parantos diturunkeun ka anjeun (Muhammad) tur kana kitab-kitab anu parantos
diturunkeun kanu samemeh anjeuna, sarta aranjeuna yakin kana ayana DINTEN
aherat (4) Nyaeta aranjeuna anu kenging pituduh ti Pangeranna sareng aranjeuna
jalma-jalma anu kenging kabagjaan (5)
Alif laam miim (1) Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa (2) (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan salat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada
mereka (3) Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan
kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan
adanya (kehidupan) akhirat (4) Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari tuhan
mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung. (5)66
Q.S al-Baqarah: 255-257
ال نة و ه س ذ يوم ال تأخ و احلي الق ن ذا الذي اهللا ال إلـه إال ه األرض م ا يف م ات و او السم ا يف م له م نـو
ه ء من علم ي يطون بش ال حي م و ه لف ا خ م م و أيديه ا بـني لم م نه يـع ه إال بإذ ع عند ف ع يش س اء و ا ش إال مب
األرض ات و او يه السم س ر ا وك م ظه ف وده ح ال يـؤ يم (و و العلي العظ ه ين قد 255◌ الد راه يف ) ال إك
66 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, (Jakarta: AL-I’tishom Cahaya Umat, 2005), h. 7-11
55
ثـق ة الو و ك بالعر س تم د اس ن باهللا فـق يـؤم ر بالطاغوت و ف ن يك ن الغي فم د م الرش اهللا تـبـني ا و صام هل ى ال انف
م الط 256يع عليم (مس ه ليآؤ وا أو ر ف الذين ك ر و ات إىل النـو م من الظلم ه نوا خيرج الذين آم يل اغوت ) اهللا و
ون ( الد ا خ م فيه اب النار ه ح لـئك أص ات أو م من النور إىل الظلم ونـه )257خيرج
Henteu aya Pangeran anu lian salian ti Allah anu jumeneng, henteu keuna ku tunduh
sareng henteu kulem. Saniskara anu aya di langit sareng saniskara anu aya di bumi
kagungan Allah. Henteu aya anu tiasa masihan sapa’at di payuneun Allah anging
kalawan idin-Na. Allah uninga kana saniskara anu aya payuneun sareng kana
saniskara anu aya pengkereun aranjeuna, tapi aranjeuna henteu aya anu tiasaeun
ngungkulan (ngaliputan) kauninga-Na, aranjeuna mung tiasa terang naon anu
dikersakeun ku Gusti. Kursi-Na jembar ngungkulan langit sareng bumi. Sareng Allah
henteu ngarasa abot ngurus duanana, Sareng Allah anu Maha Luhung tur anu Maha
Agung (255) Dina perkara agama Islam henteu aya paksaaan, sabab parantos tetela
(bedana) jalan anu bener sareng jalan anu sasar. Kusabab eta, sing saha anu kupur
ka Thagut sarta iman ka Allah, mangka aranjeuna parantos muntang kana tali anu
kacida pageuhna, anu moal pegat-pegat. Sareng Allah Maha Ngadangu tur anu
Maha Uninga (256) Allah anu mingpin jalma-jalma anu ariman, anu ngaluarkeun
aranjeuna tinu paroek ka nu caang, sareng upama jalma-jalma anu kapir mah anu
mingpina nyaeta Thagut anu ngaluarkeun aranjeuna tinu caang ka nu paroek.
Aranjeuna (jalma-jalma kapir) mangrupikeun ahli naraka baris langgeng di dinyana
(257)
Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah melainkan Dia yang hidup kekal lagi
terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan bumi. tiada yang dapat memberi syafaat di
sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan
apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit d an bumi. Dan Allah tidak
merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar (255)
56
Tidak ada paksaaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar dari jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thagut
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali
yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui (256) Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan
mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir
pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada
kegelapan (kekafiran), mereka itulah penghuni neraka; Mereka kekal di dalamnya
(257) 67
Q.S al-Baqarah ayat 284-286
ك أنفس ا يف وا م إن تـبد األرض و ا يف م اوات و السم اء هللا ما يف ن يش ر لم غف م به اهللا فـيـ بك م أو ختفوه حياس
ء قدير( ي ل ش اهللا على ك اء و ن يش يـعذب م ن 284و ل آم نون ك م ؤ الم ن ربه و ا أنزل إليه م ن الرسول مب ) آم
له ال رس تبه و ته وك آلئك م ري باهللا و ص إليك الم بـنا و رانك ر نا غف أطع نا و ع قالوا مس له و د من رس أح رق بـني نـف
نا إن ن 285( ذ اخ بـنا ال تـؤ بت ر تس ا اك ا م ه عليـ بت و س ا ك ا م ا هل عه س ا إال و س لف اهللا نـف ينا أ ) ال يك و س
ل ال حتم بـنا و ن قـبلنا ر ا محلته على الذين م م را ك نا إص ل عليـ ال حتم بـنا و طأنا ر اعف أخ ا ال طاقة لنا به و نا م
اف م الك و نا على الق والنا فانصر ارمحنآ أنت م ر لنا و ف اغ )286رين (عنا و
Saniskara anu aya di langit sareng saniskara anu aya di bumi mangrupikeun
kagungan Allah. Sareng upama ditembrakeun saeusining hate aranjeuna, boh upama
disumputkeun ku aranjeuna oge, sadayana bakal dihisab ku Allah. Mangka Allah
bakal ngahampura sing saha jalma anu dikersakeun ku Anjeuna. Sareng Allah anu
Maha Kawasa kana sagala perkara (284) Rasul teh iman kana saniskara anu
parantos diturunkeun ka anjeuna ti Pangeranna, sareng pon kitu deui kaom
mu’minin, sadaya pada ariman ka Gusti Allah, ka malaikat-malaikat-Na, kana kitab-
67 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, (Jakarta: Al-I’tishom, 2005), h. 11-17
57
kitab-Na, sareng ka para rasul-Na. (Aranjeuna nyarios), “Kaula sadaya henteu
ngabeda-bedakeun saurang oge ti antara para rasul.” Sareng cariosana, “Abdi
sadaya nguping sareng abdi sadaya taat, sareng mugi Gusti ngahapunten abdi
sadaya, margi ka Gusti abdi sadaya marulang.” (285) Allah henteu
ngabeungbeuratanan hiji jalma anging sakadar anu baris kasanggemanana. Anjeuna
baris kenging ganjaran tina anu diusahakeunana sareng anjeuna baris kenging
siksaan tina anu diusahakeunana. (Ngadoa aranjeuna), “Nun Gusti Pangeran abdi
sadaya. Mugi Gusti henteu nyiksa abdi sadaya, upami abdi sadaya hilap atanapi
kaliru. Nun Gusti Pangeran abdi sadaya, mugi Gusti henteu ngabeungbeuratanan
abdi sadaya sapertos ngbeungbeuratanan ka jalma-jalma kapungkur samemeh abdi
sadaya. Nun Gusti, mugi Gusti henteu maparin beungbeurat ka abdi sadaya anu
moal sanggem dilakonan, mugi Gusti ngahapunten sareng ngalebur dosa-dosa abdi
sadaya, sareng mugi Gusti masihan rahmat ka abdi sadaya. Panyaluuhan abdi
sadaya nyaeta Gusti, ku margi eta mugi Gusti maparin pitulung ka abdi sadaya
kanggo ngelehkeun kaom kapir (286)
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan
jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya,
niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.
Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu (284) Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan
kepadanya dari tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka mengatakan), “Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan
yang lain) dari rasul-rasul-Nya,” dan meraka mengatakan, “Kami dengar dan kami
taat.” (Mereka berdooa), “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah
tempat kembali.” (285) Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
58
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah
kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau lah Penolong kami, maka
tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (286) 68
Q.S al-Ikhlas ayat 1-4
د ( و اهللا أح د (1قل ه يولد (2) اهللا الصم د (3) مل يلد ومل ا أح و ف ن له ك يك )4) ومل
Carioskeun (Muhammad), “Saestuna Allah Maha Tunggal” (1) Allah pamuntangan
(sakabeh makhluk) (2) Henteu ngababarkeun sareng henteu dibabarkeun (3) Sareng
henteu aya saurang oge anu nyaruaan Anjeuna (Allah) (4)
Katakanlah, “Dia-lah Allah Yang Maha Esa (1) Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu (2) Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan (3) Dan
tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (4) 69
Q.S al-Falaq ayat 1-5
لق ( لق (1قل أعوذ برب الف ا خ ر م ن ش قب (2) م ق إذا و ر غاس ن ش م ر النـفاثات 3) و ن ش م د ) و العق يف
د (4( س د إذا ح اس ر ح ن ش م )5) و
68 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, (Jakarta: AL-I’tishom Cahaya Umat, 2005), h. 19-25.
69Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 27
59
Carioskeon (Muhammad), “Kaula nyalindung ka Pangeran anu ngagaduhan subuh.”
(1) Tina kajahatan makhluk-Na (2) Sareng tina kajahatan wengi dina mangsa
DINTENk mongkleng (3) Sareng tina kajahatan tukang cangreud-cangreud (tukang
tenung) (4) Sareng tina kajahatan jalma anu hasud nalika hasudna (5)
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh” (1) Dari kejahatan
makhluk-Nya (2) dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita (3) dan dari
kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya)
(4) dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki (5) 70
Q.S an-Naas ayat 1-6
لك الناس (1قل أعوذ برب الناس ( ر 3) إله الناس (2) م ن ش ناس () م اس اخل و س وس 4الو س ) الذي يـو
ور الناس ( صد نة و الناس (5يف ن اجل )6) م
Carioskeon (Muhammad), “Abdi nyalindung ka Gusti anu ngaraksa-ngariksa
manusa (1) Rajana sakabeh manusa (2) Pangerana sakabeh manusa (3) Tina
kajahatan setan anu ngaharewos, anu ngadodoho (4) Anu ngaharewos, dina dada
manusa (5) Tina bangsa jin sareng manusa (6)
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai)
manusia (1) Raja manusia (2) Sembahan manusia (3) dari kejahatan (bisikan) setan
yang biasa bersembunyi (4) Yang membisikan (kejahatan) ke dalam dada manusia (5)
Dari (golongan) jin dan manusia (6)71
H.R Nasa’i dan Bazzar
و ريك له، ال إله إال ه د هللا ال ش احلم لك هللا و بح / أمسينا وأمسى الم أص نا و بح إليه النشورأص و
70 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 27-2971 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 29-31
60
Dina waktos enjing/ dina waktos sore ieu urang sadaya aya di tempat kagungan
Allah. Sadaya puji mung hungkul kagungan Allah. Henteu aya sekutu pikeun Allah.
Henteu aya Pangeran anu lian salian Allah. Mung ka Allah tempat pangbalikan.
Di pagi hari kami berada dan kerajaan (langit dan segala isinya) adalah milik Allah.
Segala puji hanya milik Allah. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada ilah ‘Tuhan’
selain Dia. Kepada-Nya lah tempat kembali.72
H.R Nasa’i dan Bazar
نا / أمسينا بح على أص لم و س على دين نبيـنا حممد صلى اهللا عليه و الص و خ ة اإل لم الم وك س ة اإل على فطر
ركني ن املش ان م ا ك م ا و نيف يم ح نا إبـراه لة أبيـ م
Abdi sadaya di waktos enjing/sore ieu aya dina kaayaan fitrah Islam, kalimah anu
ikhlas tur netep dina agama nabi Muhammad Saw. sareng aya dina ajaran anu
lempeng ti rama abdi sadaya Ibrahim. Anjeuna sanes mangrupikeun jalma anu
musyrik.
Di pagi hari kami berada dalam keadaan fitrah Islam dan kalimat yang ikhlas dan
tetap dalam agama nabi Muhammad Saw. dan dalam ajaran bapak kami Ibrahim yang
lurus. Dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang menyekutukan Allah).73
H.R Nasa’i
رت فأمت علي س عافية و ة و م نع نك يف بحت / أمسيت م م إين أص نـيا الله الد رك يف تـ س عافيتك و تك و م نع
رة اآلخ و
72 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 3173Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 33-35
61
Nun Gusti, saestuna di waktos enjing/sore ieu abdi aya dina kaayaan kenging nikmat,
waras, sareng aya dina pangjagaan rasiah. Mangka paparin abdi nikmat anu
sampurna ti Gusti, sareng pangjagaan rasiah ti Gusti di dunya sareng aherat.
Ya Allah, sesungguhnya aku di pagi ini dalam keadaan mendapat nikmat, sehat, dan
penjagaan rahasia. Maka sempurnakanlah atas ku nikmat pemberian-Mu, dan
keterjagaan rahasia oleh-Mu di dunia dan akhirat.74
H.R Nasa’i
ريك لك فـلك احلم ك ال ش د ح نك و لقك فم ن خ د م ة أو بأح م ن نع م بح / أمسى يب ا أص م م لك الله د و
ر الشك
Nun Gusti, sadauya nikmat anu parantos Gusti paparin ka abdi dina waktos
enjing/sonten sareng kanu salah sahiji jalmi tina makhluk Gusti, teu aya sanes mung
ti Gusti, henteu aya anu tiasa nandingan Gusti. Maka pikeun Gusti sadaya puji
sareng syukur.
Ya Allah, nikmat apapun yang Engkau berikan di pagi/sore hari kepadaku atau
kepada seseorang dari makhluk-Mu tiada lain hanya dari-Mu, tidak ada sekutu bagi-
Mu. Maka bagi-Mu segala puji dan syukur. 75
H. R Imam Ahmad dan Ibnu Majah
لطانك يم س عظ ك و ه ج ا يـنبغي جلالل و م د ك يب لك احلم يا ر
Gusti Pangeran abdi, sadaya puji pikeun Gusti sakumaha kaluhuran pikeun raray
Gusti sareng saageung kakawasaan Gusti.
74 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 37-3975 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 39-41
62
Ya Rabbku, bagi-Mu lah segala puji sebagaimana ketinggian wajah-Mu dan sebesar
kekuasaan-Mu.76
H. R. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I dan Hakim
ب يت باهللا ر رسوالرض نبيا و د م مبح دينا و م ال س اإل ب ا و
Abdi rido Allah Pangeran abdi, Islam agama abdi, Muhammad nabi sareng rasul
abdi.
Aku rela Allah Tuhanku, Islam agamaku, dan Muhammad sebagai nabi dan Rasulku.77
H.R. Muslim
ان اهللا بح اتهس لم اد ك د م ه و ش زنة عر ه و س رضا نـف ه و لق د خ ه عد د م حب و
Maha Suci Gusti kalayan anu ngamuji-Na, sakumaha jumlah makhluk-Na, sareng
karidoan diri-Na, saimbang abot arsy-Na sareng saseur ucapan-Na.
Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya, sebanyak jumlah makhluk-Nya dan
keridaan-Nya, setimbang berat Arsy-Nya dan sebanyak tinta kalimat-Nya78
H.R Abu Dawud dan Tirmidzi
يع و السم ه اء و السم ال يف األرض و ء يف ي ه ش ع امس م اهللا الذي ال يضر م العليمبس
Kalayan nyebat asma Allah anu teu aya hiji oge anu tiasa ngadatangkeun cilaka, ti
bumi atanapi ti langit. Gusti anu Maha Ngadangu sareng anu Maha Uninga.
76 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 4377 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 4378 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 45
63
Dengan menyebut nama Allah yang tidak ada sesuatu pun yang dapat mendatangkan
bahaya, baik di bumi maupun di langit. Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.79
H.R Imam Ahmad dan Thabrani
ه لم ا ال نـع رك لم تـغف نس ه و لم يئا نـع رك بك ش ن أن نش م إنا نـعوذ بك م الله
Nun Gusti, saestuna abdi sadaya nyalindung ka Gusti tina musyrik pikeun hiji perkara
anu abdi sadaya eling. Abdi sadaya nyuhunkeun pangampura Gusti pikeun naon-naon
anu teu di pika terang.
Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan
sesuatu yang kami sadari. Kami mohon ampun kepada-Mu terhadap apa yang kami
tidak mengetahuinya80
H.R Ibnu Hibban
لق ا خ ر م ن ش ات اهللا التآمآت م لم أعوذ بك
Sim abdi nyalindung ku kalimah-kalimah Allah anu sampurna tina kajahatan makhluk-
Na.
Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-
Nya.81
H.R Abu Dawud
و ن اجلنب أعوذ بك م ل و س الك ز و ن العج أعوذ بك م ن و احلز ن اهلم و م إين أعوذ بك م ل الله أعوذ بك البخ و
ال ر الرج قـه ين و ن غلبة الد م
79 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 4580 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 4781 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 47
64
Nun Gusti, saestuna abdi nyalindung ka Gusti tina kasesah sareng ngangres, abdi
nyalindung ka Gusti tina lemes sareng pangedulan, sim abdi nyalindung ka Gusti tina
sipat leutik wawanen sareng koret, sareng sim abdi nyalindung ka Gusti tina sambetan
sareng anceman batur.
Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari rasa susah dan sedih, aku
berlindung kepada-Mu dari rasa lemah dan malas, aku berlindung kepada-Mu dari sifat
pengecut dan kikir, dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan tekanan orang
lain.82
H.R Ahmad
بصري م عافين يف مسعي الله م عافين يف الله ين بد م عافين يف الله
Nun Gusti paparin kasehatan pikeun awak sim abdi, nun Gusti paparin kasehatan
pikeun pangadangu sim abdi, nun Gusti paparin kasehatan pikeun panenjo sim abdi.
Ya Allah berilah kesehatan pada badanku, ya Allah berilah kesehatan pada
pendengaranku, ya Allah berilah kesehatan dari penglihatanku.83
H.R Abu Dawud
م إين رب ال إله إال أنت الله اب الق ن عذ أعوذ بك م ر و ق الف ر و ف ن الك أعوذ بك م
Nun Gusti sim abdi nyalindung tina kakupuran sareng kapakiran, nun Gusti sim abdi
nyalindung ka Gusti tina siksa kubur. Henteu aya Pangeran salian Gusti.
Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran, ya Allah aku
berlindung kepada-Mu dari siksa kubur. Tidak ada Tuhan selain Engkau.84
82 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 47-4983 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 4984 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 51
65
H.R Bukhari
أنا على ك و أنا عبد تين و لق ، ال إله إال أنت خ يب م أنت ر ر الله ن ش تطعت أعوذ بك م ا اس عدك م و دك و عه
ر الذنوب إال أ فإنه ال يـغف ر يل ف فاغ نيب تك علي و أبوء بذ م ا صنـعت أبوء لك بنع نت م
Nun Gusti, Gusti Pangeran sim abdi, henteu aya pangeran salian ti Gusti, Gusti anu
nyiptakeun sim abdi, sim abdi hamba Gusti, sim abdi aya dina jangji sareng ikrar ka
Gust samampuh abdi. Sim abdi nyalindung ka Gusti tina kajahatan anu parantos
dilakonan ku sim abdi, sim abdi ngangken kana nikmat Gusti anu Gusti parantos
maparinkeun ka sim abdi, sim abdi ngangken kana dosa-dosa sim abdi, mangka
hapunten si abdi, saestuna teu aya anu ngahapunten kajaba Gusti.
Ya Allah, Engkau Tuhanku, tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Engkau
menciptakanku, aku hamba-Mu, aku berada dalam perjanjian dengan-Mu dan ikrar
pada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan apa yang aku
perbuat, aku mengakui nikmat-Mu yang Engkau curahkan terhadapku, dan aku
mengakui atas dosaku, maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang
mengampuni dosa-dosa selain Engkau.85
H.R Abu Dawud, Tirmidzi dan Hakim
أتوب إليه يوم و و احلي الق يم الذي ال إله إال ه ر اهللا العظ تـغف اس
Sim abdi nyuhunkeun hapunten ka Allah anu Maha Agung, teu aya Pangeran salian ti
Gusti anu Jumeneng, anu ngajaga, sareng sim abdi nyuhunkeun hapunten ka Anjeuna.
85 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 51-53
66
Aku memohon ampun kepada Allah yang tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Hidup,
yang terjaga, dan aku memohon ampun kepada-Nya.86
H.R Thabrani
يدنا حممد م صل على س يدنا الله على آل س يم و يدنا إبـراه ا صليت على س م يدنا حممد ك على آل س و
ي يدنا إبـراه ت على س ا بارك م يدنا حممد ك على آل س يدنا حممد و بارك على س يم و يدنا إبـراه على آل س م و
يد إبـ يد جم ني إنك مح العالم يم يف راه
Nun Gusti, limpahkeun solawat pikeun junjungan abdi sadaya Muhammad sareng
kulawargina sakumaha Gusti ngalimpahkeun solawat pikeun Ibrahim sareng
kulawargina. Sareng berkahi Muhammad sreng kulawargina sakumaha Gusti
parantos ngaberkahi Ibrahim sareng kulawargina dina alam ieu, saestuna Gusti Maha
Pinuji tur Maha Mulya.
Ya Allah, curahkanlah shalawat atas junjungan kami Muhammad dan keluarganya
sebagaimana Engkau mencurahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarganya. Dan
berkatilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim dan
keluarganya pada sekalian alam ini. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Mulia.87
H.R Tirmidzi
ر بـ ال إله إال اهللا واهللا أك د هللا و احلم ان اهللا و بح س
Maha Suci Allah, sadaya puji eta kagungan Allah, teu aya Pangeran salian ti Allah,
sareng Allah eta anu Maha Agung.
86 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 53-5587 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 55-57
67
Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, dan tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan
Allah Maha Besar.88
H.R Imam Ahmad dan Thabrani
ء قدير ا إله ل ي ل ش و على ك ه د و له احلم ريك له له امللك و ه ال ش د ح 89إال اهللا و
Henteu aya pangeran anu lian salian ti Gusti Allah, Pangeran anu teu aya
tandinganna. Kakawasaan sareng sadaya puji kagungan Allah. Pangeran anu kawasa
kana sagalana.
Tidak ada Tuhan melainkan Allah yang Maha Esa ti sdak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-
Nya kekuaaan dan bagi-Nya segala puji. Dan Ia berkuasa atas segala sesuatu.90
H.R Nasa’i dan Hakim
د أن ال إله إ ه دك أش م حب م و انك الله بح أتوب إليك س رك و غف تـ ال أنت اس
Maha Suci Allah, kalayan muji Gusti, sim abdi nyakseni yen teu aya Pangeran salian ti
Gusti, sim abdi nyuhunkeun hapunten ka Gusti sareng sim abdi tobat ka Gusti.
Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Engkau, aku mohon ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu.91
Do’a
ل لم تس س به و صح على آله و األمي و رسولك النيب د عبدك و يدنا حمم م صل على س االله د م ا عد اط يم أح
ا عثم ر و عم ر و بك اتنا أيب اد م عن س ارض الله صاه كتابك و أح ك و ط به قـلم خ ك و عن به علم علي و ن و
ين م الد ان إىل يـو س م بإح تابعيه عن التابعني و عني و ابة أمج الصح
88 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 5789 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 58.
90 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 5991 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 59
68
Nun Gusti, limpahkeun solawat ka jungjunan abdi sadaya Muhammad, nu
mangruikeun hamba Gusti, Nabi Gusti, sareng Rasul Gusti, Nabi anu ummi, ka
kulawargina sareng ka para sohabatna. Sareng limpahkeun salam saseur elmu Gusti
anu ngaliputi saseur penah Gusti nyatet, sareng saseur kitab Gusti ngarangkum. Nun
Gusti ridoi para panghulu abdi sadaya, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, para
sohabat, para tabi’in, sareng jalma-jalma anu nuturkeun lengkah aranjeuna dugi ka
DINTEN kiyamah.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan kami nabi Muhammad, hamba-
Mu, Nabi-Mu, dan rasul-Mu, Nabi yang ummi, kepada keluarganya dan sahabatnya.
Dan limpahkanlah salam sebanyak ilmu-Mu yang meliputinya sebanyak pena-Mu
mencatatnya, dan sebanyak kitab-Mu merangkumnya. Ya Allah ridailah para
penghulu kami, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, para sahabat, para tabi’in, dan orang-
orang yang mengikuti jejak langkah mereka dengan baik sampai hari kiamat.92
Perkataan Imam Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar
فون ان ربك رب العزة عما يص بح ني س د هللا رب العالم احلم لني و س الم على املر س و
Maha Suci Pangeran anjeun, Pangeran anu mulya tina naon anu di sipatkeun sareng
mugia kasalametan pikeun para rasul. Sareng sadaya puji kagungan Allah Pangeran
anu ngurus sadaya alam.
Maha Suci Tuhanmu, Tuhan yang mulia dari apa yang mereka sifatkan, dan semoga
salam (keselamatan) untuk para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta
alam.93
Q.S Ali Imran: 27-28
92 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 61-6393 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 63
69
اء ن تش لك م الم لك تـؤيت الك الم م م اء قل الله ن تش تذل م اء و ن تش تعز م اء و لك ممن تش تـنزع الم و
ء قدير ( ي ل ش ر إنك على ك يـ ن 27بيدك اخل خترج احلي م الليل و ار يف تولج النـه ار و النـه ) تولج الليل يف
خترج يت و اب (الم س اء بغري ح ن تش زق م تـر ن احلي و يت م )28الم
Carioskeun, “nun Gusti anu kagungan karajaan, anu maparinkeun karajaan ka sing
saha jalma anu dikersakeun ku Gusti sareng nya Gusti nyabut kakawasaan pikeun
jalma anu di kersakeun ku Gusti. Gusti anu maparin kamulyaan pikeun sing saha
jalma anu dikersakeun ku Gusti, sareng nya Gusti anu maparin kahinaan pikeun sing
saha jalma anu dikersakeun ku Gusti. Nya dina panangan Gusti saniskanten kasaean.
Saestuna Gusti Maha kawasa kana sagalana. (27) Gusti ngajantenkeun wengi kana
siang, sareng Gusti anu ngajantenkeun siang kana wengi, sareng nya Gusti anu
ngaluarkeun zat nu hirup tina ujud anu paeh, sareng nya Gusti anu ngalurakeun ujud
paeh tina zat anu hirup. Sareng Gusti anu maparin rezeki pikeun sing saha bae anu
dikersakeun ku Gusti. (28)
Katakanlah, “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan
orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.(27) Engkau masukkan malam ke siang dan
Engkau masukkan siang ke malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan
Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang
Engkau kehendaki tanpa hisab. (27)94
Do’a
94 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 65-67
70
ت ا تـوحد التـقت على طاعتك و عت على حمبتك و تم ذه القلوب قد اج لم أن ه م إنك تـع لله على ◌
ا و د بـله ا س ده اه ا و ده أدم و ا و م رابطتـه ثق الله ريعتك فـو ة ش ر ت على نص د تـعاه تك و و ا بنورك ع ه أل أم
يه أح يل التـوكل عليك و مج ان بك و مي يض اإل ا بف ه ور رح صد اش ا على الذي ال خيبو و ه تـ أم رفتك و ع ا مب
يد م على س صل الله ني و م آم ري الله م النص نع م املوىل و بيلك إنك نع س ادة يف على آله الشه نا حممد و
به وسلم صح و
Nun Gusti, saestuna Gusti uninga kana hate anu cinta ka Anjeuna, anu pendak dina
kaayaan taat ka Gusti, anu nyatu pikeun dakwah ka Gusti, anu sasarengan dina
ngabela syariat Gusti. Kuatkeun Gusti beungkeutana. Langgengkeun kanyaah sareng
kadeudeuhna. Tunjukkeun jalana. Pinuhan hate-hatena ku seminar cahaya Gusti anu
moal leungit. Lapangkeun harigu-harigu abdi sadaya ku iman ka Gusti sareng
nikmat tawakkal ka Gusti. Hirupkeun ieu hate pikeun ma’rifat ka Gusti. Pupuskeun
dina kaayaan syahid di jalan Gusti. Gusti pangsae-saena pinulung. Sareng mugia
solawat sareng salam ka junjungan abdi sadaya Mughammad, kulawargina, sareng
para sohabatna.
Ya Allah, ini adalah datangnya malam-Mu dan perginya siang-Mu serta suara
permohonan kepada-Mu, maka ampunilah aku. Ya Allah sesungguhnya Engkau
mengetahui hati-hati ini tertimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa dalam taat
pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela
syariat-Mu. Teguhkanlah ya Allah ikatannya. Kekalkanlah cinta kasihnya.
Tunjukanlah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati tersebut dengan cahaya-Mu yang
tidak pernah hilang. Lapangkanlah dada-dada kami dengan kelimpahan iman kepada-
Mu dan indahnya bertawakal kepada-Mu. Hidupkanlah hati ini dengan ma’rifat
kepada-Mu. Matikanlah ia dalam syahid di jalan-Mu. Engkaulah sebaik-baik
Pelindung dan sebaik-baik Penolong. Ya Allah kabulkanlah. Dan sampaikan
71
shalawat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad Saw., kepada keluarga, para
sahabatnya, dan juga sampaikanlah salam.95
95 Hasan al-Banna, Al-Ma’tsurat Sughra, h. 69-73