PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN ....

48
PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INDUKSI FEGA IKEN AMALIA DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Transcript of PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN ....

Page 1: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN

MENGGUNAKAN SISTEM INDUKSI

FEGA IKEN AMALIA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...
Page 3: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pemijahan Ikan

Sumatra Puntius tetrazona dengan menggunakan Sistem Induksi” adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, November 2016

Fega Iken Amalia

NIM C14144006

Page 4: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...
Page 5: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

ABSTRAK

FEGA IKEN AMALIA. Pemijahan Ikan Sumatra Puntius tetrazona dengan

menggunakan Sistem Induksi. Dibimbing oleh MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR

dan HARTON ARFAH.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh induksi dari induk ikan

sumatra yang sedang memijah ke induk betina ikan sumatra lainnya. Penelitian ini

dilakukan dengan dua tahap. Pada tahap awal, sebagai penginduksi digunakan

perlakuan berupa pasangan induk ikan sumatra dimana jantan, betina atau keduanya

disuntik dengan ovaprim, serta sepasang induk ikan sumatra tanpa disuntik sebagai

perlakuan kontrol. Pada tahap kedua, sebagai penginduksi digunakan perlakuan

berupa induk ikan sumatra jantan disuntik ovaprim, ikan sumatra jantan tanpa

disuntik, ikan sumatra betina disuntik, dan ikan sumatra betina tanpa disuntik, serta

sepasang ikan sumatra tanpa disuntik sebagai perlakuan kontrol. Induk ikan sumatra

penginduksi dipijahkan di dalam spawning trap sesuai perlakuan. Setelah itu

ditambahkan 10 ekor ikan sumatra betina penerima induksi yang ditempatkan di

luar spawning trap di dalam setiap akuarium dan diberi substrat eceng gondok.

Hormon ovaprim yang digunakan sebanyak 0.01 ml per ekor ikan. Setelah

pemijahan, dilakukan stripping terhadap induk ikan sumatra penerima induksi

untuk melihat adanya ovulasi. Penelitian tahap satu menunjukkan bahwa

rangsangan dari induk yang sedang berovulasi ataupun sedang memijah mampu

merangsang betina penerima induksi untuk berovulasi, namun belum diketahui

apakah sumber rangsangan berasal dari jantan atau betina yang sedang memijah.

Pada penelitian tahap kedua, digunakan penginduksi berupa induk ikan sumatra

jantan yang disuntik ovaprim maupun tidak, serta sepasang induk tanpa suntikan

sebagai kontrol. Ikan penerima induksi ditempatkan di luar spawning trap yang

diberi eceng gondok. Stimulasi dari induk betina ikan Sumatra yang sedang

berovulasi karena disuntik ovaprim maupun tidak disuntik, tanpa kehadiran jantan,

tidak memberikan stimulasi yang kuat pada induk betina penerima induksi di luar

spawning trap. Stimulasi terbesar bagi induk betina penerima induksi, diperoleh

pada perlakuan induk jantan penginduksi yang disuntik hormon. Pada penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa ikan sumatra dapat dirangsang memijah oleh jantan yang

sedang mengalami spermiasi atau betina yang sedang berovulasi. Namun induksi

yang terkuat didapatkan berasal dari jantan yang sedang mengalami spermiasi.

Kata kunci: ikan sumatra, Puntius tetrazona, pemijahan, sistem induksi.

Page 6: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...
Page 7: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

ABSTRACT

FEGA IKEN AMALIA. Stimulation of Spawning in Tiger Barb Puntius tetrazona

by Induction System. Supervised by MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR and

HARTON ARFAH.

This study aimed to determine the effect of induction in tiger barb that are

spawning to the other females of tiger barb. This research was done in two phase as

follows. In the first phase, inducers used a mature couple of male tiger barb, female

or both injected by ovaprim, as well as a pair of tiger barb pair without injection as

a control. The second phase, as inducers used mature male injected by ovaprim,

mature male without injection, mature female injection, and mature female without

injection, as well as a pair of tiger barb without injection as a control. Tiger barb

inducers spawn in the spawning trap according to treatment. Thereafter females

tiger barb that act as induction receiver were placed in outside of the spawning trap

in each aquarium and provided by water hyacinth as spawning substrat. Ovaprim

hormones were used as much as 0.01 ml per fish. After spawning the inducers tiger

barb occurred, tiger barb recipient were stripped to see their ovulation. The result

of this research showed that in the stimulation phase one, tiger barb that are

ovulating were being capable to induce ovulation of females recipient, but was not

yet known whether the source of stimulation came from inducers male or female.

In the second phase of this research, used inducers were mature males or females

tiger barb that were injected by ovaprim or not, as well as a pair of mature without

injections as a control. Then mature females of tiger barb as induction receiver were

placed in outside of the spawning trap in each aquarium and provide by water

hyacinth. Stimulation of the mature female that were ovulating by ovaprim injection

or not, without the presence of males, do not provide strong induction stimulation

to the mature female recipients outside the spawning trap. The stimulation for the

mature female recipint were obtained from treatment of mature male inducer that

were injected by ovaprim. In this research it can be concluded that the tiger barb

may be induced to spawn by males that were undergoing spermiation or ovulating

females, but the strongest induction were obtained from males that were undergoing

spermiation.

Keyword: induction system, Puntius tetrazona, spawning, tiger barb.

Page 8: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...
Page 9: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN

MENGGUNAKAN SISTEM INDUKSI

FEGA IKEN AMALIA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 10: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...
Page 11: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...
Page 12: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

Judul : Pemijahan Ikan Sumatra Puntius tetrazona dengan

menggunakan Sistem Induksi

Nama : Fega Iken Amalia

NIM : C14144006

Program studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Prof Dr Ir M Zairin Jr., MSc

Pembimbing I

Ir Harton Arfah, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 13: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...
Page 14: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

PRAKATA

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul

“Pemijahan Ikan Sumatra Puntius tetrazona dengan Menggunakan Sistem Induksi.”

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2016 hingga Juli 2016 di Teaching

Farm, Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik Departemen

Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penelitian dan penyusunan tugas akhir ini, diantaranya orang tua

beserta keluarga yang telah banyak memberikan doa dan motivasi secara moril

maupun materil yang tak ternilai. Prof Dr Ir Muhammad Zairin Jr., MSc selaku

dosen pembimbing akademik maupun ketua pembimbing skripsi yang telah

memberikan bimbingan dan dukungan serta motivasi dalam perjalanan studi dan

penyusunan karya tulis ini, dan Ir Harton Arfah, MSi selaku dosen pembimbing II,

atas segala masukan ilmu dan dukungannya selama pelaksanaan penelitian dan

penyusunan skripsi ini serta Dr Ir Widanarni, MSi selaku dosen penguji tamu atas

segala masukan untuk skripsi ini. Geky Rizkia Alrifly, SPi yang telah banyak

membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini serta dukungan

dan motivasinya. Teman-teman seperjuangan Alih Jenis BDP 2014 atas semangat,

motivasi, dan kebersamaan selama kuliah. Semua pihak yang telah membantu saya

dalam menyelesaikan laporan ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan

semua pihak yang telah membantu penulis.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun

penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dalam menambah ilmu dan

informasi bagi seluruh pihak yang membutuhkan.

Bogor, November 2016

Fega Iken Amalia

Page 15: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...
Page 16: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL 2 DAFTAR GAMBAR 2 DAFTAR LAMPIRAN 2 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang ................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 1

BAHAN DAN METODE 2 Rancangan Penelitian ......................................................................................... 2 Persiapan Wadah ................................................................................................ 3

Ikan Uji ............................................................................................................... 3 Penyuntikan Induk .............................................................................................. 4 Pemijahan Induk ................................................................................................. 5 Parameter Pengamatan ....................................................................................... 6 Analisis Data ...................................................................................................... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Hasil .................................................................................................................... 7 Pembahasan .................................................................................................. 1415

KESIMPULAN 1919 DAFTAR PUSTAKA 1919 LAMPIRAN 1721 RIWAYAT HIDUP 3130

Page 17: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

2

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Rancangan tahap 1 perlakuan induksi pemijahan ikan sumatra terhadap ikan

sumatra betina lainnya. ....................................................................................... 2 2 Rancangan tahap 2 perlakuan induksi ikan sumatra jantan dan betina terhadap

ikan sumatra betina lainnya. ............................................................................... 2 3 Keberhasilan induksi pemijahan ikan sumatra terhadap ikan sumatra betina

penerima. ............................................................................................................. 8 4 Kinerja reproduksi induk ikan sumatra penginduksi yang berperan sebagai ..... 8 5 Kinerja reproduksi induk ikan sumatra yang menerima stimulasi

ovulasi/pemijahan dari ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah. ............ 9

6 Keberhasilan induksi ikan sumatra jantan dan betina terhadap ikan sumatra .. 10 7 Kinerja reproduksi induk ikan sumatra penginduksi yang berperan sebagai ... 11 8 Kinerja reproduksi induk ikan sumatra yang menerima stimulasi

ovulasi/pemijahan dari ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah. .......... 11 9 Waktu ovulasi induk ikan sumatra yang menerima stimulasi ovulasi/pemijahan

dari ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah. ........................................ 13 10 Waktu ovulasi induk ikan sumatra yang menerima stimulasi ovulasi/pemijahan

dari ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah. ........................................ 14 11 Hasil pengamatan kualitas air parameter suhu, pH, dan kelarutan oksigen ..... 14

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Induk jantan ikan sumatra .................................................................. 4 2 Induk betina ikan sumatra 4

3 Induk ovulasi ................................................................................ 6

4 Induk tidak ovulasi 6

5 Mekanisme hormon seks pada ikan sumatra jantan yang menstimulasi ........... 16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Skema rancangan penelitian pendahuluan ..................................................... 1721 2 Skema rancangan penelitian utama ............................................................... 1822

3 Hasil analisa statistik tahap 1 (individu penerima) ........................................ 1923 4 Hasil analisa statistik tahap 2 (individu penerima) ........................................ 2327

Page 18: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sumatra (Puntius tetrazona) yang memiliki nama lain barbus sumatra

(sumatra barb atau tiger barb) merupakan komoditas ikan hias air tawar Indonesia

yang mempunyai tingkat serapan pasar cukup tinggi, baik di pasar dalam negeri

maupun ekspor. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),

tahun 2012 nilai perdagangan ikan hias melebihi target yang telah ditetapkan yaitu

sebesar 850 juta ekor dan sudah mencapai 978 juta ekor atau 115.16 % dari target

semula dan meningkat menjadi 1.04 miliar ekor pada tahun 2013. Namun demikian,

upaya untuk memproduksi benih dengan skala besar masih menghadapi kendala

yaitu pemijahan pada wadah yang terlalu besar menyulitkan pemijahan secara

serentak. Selain itu, pemberian hormon secara massal sukar dilakukan karena

ukuran ikan sumatra relatif kecil, juga hormon harganya mahal. Hal ini

mempengaruhi ketersediaan benih ikan sumatra secara kontinyu sehingga tidak

dapat memenuhi permintaan pasar. Bagi pembudidaya, untuk menghasilkan

keuntungan yang besar maka produksi harus tinggi, sehingga harus didukung

dengan metode pemijahan yang mampu menghasilkan benih yang lebih banyak

secara serentak.

Ikan sumatra termasuk famili Siprinidae yang biasa hidup bergerombol

(schooling) dan memiliki kebiasaan berkembang biak secara massal. Ikan-ikan

siprinid yang di alam bereproduksi secara massal, biasanya memijah mengandalkan

zat feromon sebagai perangsang untuk memijah. Proses pemijahan massal ini

terjadi akibat adanya rangsangan dalam lingkungan pemijahannya berupa interaksi

antara lawan jenis sehingga individu lawan jenisnya ikut terangsang karena adanya

zat feromon yang dikeluarkan/dilepaskan dari individu/ikan lainnya yang berada

disekitarnya. Kehadiran lawan jenis menjadi pemicu ovulasi dan atau pemijahan

karena pelepasan feromon yaitu sesaat sebelum dan selama pemijahan (Zairin et al.

2005). Selain merangsang, feromon yang dilepaskan akan membantu

penyeragaman aktivitas seksual yang maksimum, peningkatan kemungkinan

pembuahan dan waktu kematangan telur. Menurut Zairin et al. (2005), sistem

pemijahan induksi dapat memicu ikan untuk memijah secara serentak. Pada

penelitian ini diharapkan bahwa ikan yang memijah akan merangsang ikan lainnya

yang berada disekitarnya untuk ikut memijah. Metode ini dinilai sederhana, murah

dan sangat efektif untuk spesies tertentu. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui kemampuan induksi pasangan yang memijah terhadap pemijahan

ikan lainnya pada ikan sumatra. Diharapkan dengan metode pemijahan ini induk

ikan sumatra dapat memijah dengan serentak sehingga dapat menghasilkan benih

berukuran seragam, memudahkan pemeliharaan, dan menjamin ketersediaan benih

untuk memenuhi permintaan pasar.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh rangsangan induksi

induk ikan sumatra yang sedang memijah ke induk betina ikan sumatra lainnya.

Page 19: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

2

BAHAN DAN METODE

Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap menggunakan rancangan acak

lengkap (RAL) dengan empat perlakuan termasuk kontrol dan tiga kali ulangan

pada tahap awal (Tabel 1), sedangkan pada tahap kedua dilakukan dengan lima

perlakuan termasuk kontrol dan lima ulangan yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 1 Rancangan tahap 1 perlakuan induksi pemijahan ikan sumatra terhadap

ikan sumatra betina lainnya.

Perlakuan Keterangan

K Induk jantan dan betina tidak disuntik

P1 Induk jantan disuntik + betina tidak disuntik

P2 Induk jantan tidak disuntik + betina disuntik

P3 Induk jantan dan betina disuntik

Tabel 2 Rancangan tahap 2 perlakuan induksi ikan sumatra jantan dan betina

terhadap ikan sumatra betina lainnya.

Perlakuan Keterangan

K Induk jantan dan betina tidak disuntik

P1 Induk jantan tidak disuntik

P2 Induk jantan disuntik

P3 Induk betina tidak disuntik

P4 Induk betina disuntik

Penelitian tahap awal dilakukan untuk melihat stimulasi induk yang memijah

atau berovulasi terhadap induk betina lainnya. Selanjutnya dilakukan penelitian

tahap dua untuk mengetahui kemampuan rangsangan zat feromon dilepaskan oleh

induk jantan tahap spermiasi atau induk betina ikan sumatra yang sedang berovulasi

dalam merangsang pemijahan ikan betina sumatra.

Page 20: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

3

Persiapan Wadah

Ikan uji (jantan dan betina) dipelihara secara terpisah di dalam akuarium

berukuran 100 x 50 x 50 cm3. Pada proses pemijahan, digunakan akuarium

berukuran 50 x 30 x 25 cm3 yang didalamnya terdapat spawning trap berupa jaring

yang terbuat dari bahan nylon halus berukuran 25 x 20 x 15 cm3 pada penelitian

tahap awal. Pada penelitian tahap kedua, digunakan double spawning trap (25 x 20

x 15 cm3 dan 30 x 25 x 20 cm3).

Sebelum digunakan, wadah-wadah tersebut didesinfeksi menggunakan

Kalium Permanganat (KMnO4 atau PK) dengan konsentrasi 0.03 g/l untuk sanitasi

akuarium dan jaring. Eceng gondok dibersihkan menggunakan Methylene Blue

(MB). Setelah akuarium direndam dengan larutan PK selama satu hari (24 jam),

kemudian akuarium dicuci dan digosok menggunakan spons setelah itu dicuci dan

dibilas dengan air bersih. Akuarium dibiarkan kering selama satu hari. Akuarium

pemijahan diisi air dari tandon hingga ketinggian 20 cm. Setelah itu instalasi aerasi

disiapkan pada setiap akuarium yang digunakan.

Pemasangan spawning trap berukuran 25 x 20 x 15 cm3 dan 30 x 25 x 20 cm3

pada akuarium dilakukan dengan membuat keempat sisi atas jaring menjadi kaku

menggunakan tongkat kayu (lidi bambu) sebagai penyangga kemudian dipasang di

dalam akuarium dan diberi batu pada dasar spawning trap sebagai pemberat agar

terdapat ruang di dalam spawning trap. Setelah itu diletakkan substrat berupa eceng

gondok yang diletakkan di dalam dan di luar spawning trap dengan posisi masing-

masing ditengah-tengah untuk peletakkan telur ikan sumatra yang bersifat adhesif

(menempel pada substrat) dan agar sesuai dengan habitat di alamnya saat pemijahan

ikan sumatra. Kemudian akuarium diberi penutup berupa jaring untuk menghindari

terjadinya ikan yang lompat keluar.

Ikan Uji

Induk ikan sumatra diperoleh dari pembudidaya ikan sumatra di daerah

Kampung Setu, Parung, Bogor. Induk yang sudah diperoleh dari pembudidaya,

dipelihara dan diadaptasikan terlebih dahulu selama dua minggu dengan

pemeliharaan intensif induk hingga ikan memiliki nafsu makan yang baik

(tingginya respon makan) dan siap untuk dipijahkan. Pakan yang diberikan berupa

bloodworm Chironomus Sp. secara ad libitum dengan frekuensi pemberian dua kali

sehari pada pukul 08.00 dan 16.00 WIB. Selama proses pematangan induk

dilakukan penyiponan dan pergantian air sebanyak 50 % setiap hari dan

penambahan methylene blue (MB) untuk mencegah adanya jamur dan mengurangi

risiko penyakit.

Induk ikan sumatra yang digunakan adalah induk yang sudah matang gonad

dengan rerata bobot ikan betina 4 gram dan memiliki rerata panjang baku 4.3 cm.

Sedangkan ikan jantan yang dipilih mempunyai bobot rerata 3 gram dengan panjang

baku 4 cm. Pengamatan kematangan gonad ikan dilakukan terhadap beberapa ciri-

ciri morfologi, diantaranya bentuk perut atas dan warna daerah genital. Ciri

morfologi induk ikan sumatra yang sudah matang gonad, yaitu pada ikan jantan

bagian mulut dan ujung sirip berwarna merah cerah, dan bersifat agresif terhadap

ikan lainnya (Gambar 1). Induk betina ikan sumatra memiliki warna tubuh yang

Page 21: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

4

relatif lebih pucat atau memudar dan bagian perut atas (di bawah linea lateralis)

induk betina yang membesar dan menggembung mulai dari pangkal sirip pektoral

hingga urogenital. Selain itu, warna daerah genital yang cenderung berwarna

kuning bening dan kemerahan sehingga terlihat beberapa butir telur berwarna putih

kekuningan yang mengindikasikan bahwa induk siap dipijahkan (Gambar 2). Induk

betina yang siap dipijahkan relatif tidak agresif bila dibandingkan dengan induk

yang belum siap dipijahkan dan perutnya lembek.

Gambar 1 Induk jantan ikan sumatra Gambar 2 Induk betina ikan sumatra

yang matang gonad yang matang gonad

Ikan sumatra yang sudah dipelihara dan telah diseleksi dipisahkan antara

jantan dan betina untuk selanjutnya dilakukan pemijahan. Sebelum dipijahkan,

induk-induk dipuasakan (diberok) sehari sebelum perlakuan untuk memeriksa

kemungkinan menggembungnya perut induk ikan bukan karena berisi telur

melainkan feses serta untuk membuang feses yang masih berada dalam saluran

pencernaan induk ikan sumatra.

Penyuntikan Induk

Penyuntikan dilakukan dengan menggunakan hormon sebagai perangsang

ovulasi yaitu hormon sintetik produk dari Syndel Kanada yang berisi hormon

GnRH dan domperidon (ovaprim®). Dosis yang diberikan sebanyak 0.01 ml/ekor

untuk setiap perlakuan induk yang diinduksi karena dosis tersebut sudah efektif

sesuai dengan yang telah diteliti oleh Novianto (2004), dosis yang paling efektif

untuk penyuntikan ikan sumatra adalah 0.5 ml/kg. Dosis ini sesuai dengan bobot

rata-rata induk yang digunakan dalam penelitian ini. Sebelum penyuntikan, induk

terlebih dahulu dipingsankan untuk mengurangi resiko induk stress dan mati.

Pemingsanan dilakukan menggunakan 2-phenoxyethanol dengan dosis 0.3 ml/l.

Penyuntikan pada induk betina dan jantan dilakukan satu kali, pada pukul 17.00

WIB. Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung atau di bawah sirip dorsal

(intramuscular) dengan kemiringan 45 derajat menggunakan spuit kecil 1.0 ml dan

jarum yang sesuai (sepasang antara spuit dengan jarum suntik) agar dapat masuk

tubuh induk lebih dalam ke daging sehingga hormon yang disuntikkan benar-benar

Page 22: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

5

masuk dan hormon tersebut dapat sampai ke otak lalu bekerja. Saat ikan disuntik

dilakukan pemijatan pada bagian yang disuntik agar tidak ada hormon yang keluar

saat jarum suntik dilepaskan. Penyuntikan dilakukan pada bagian intramuskular

karena lebih aman terhadap induk ikan sumatra dan lebih cepat merangsang ikan

untuk ovulasi.

Setelah proses penyuntikan, kemudian dilakukan pemulihan (recovery)

dengan memasukkan induk yang pingsan tadi ke dalam air baru dari air tandon yang

tidak tercampur obat bius, kemudian diberi aerasi kuat. Saat induk berada dalam

wadah recovery (1 sampai 2 menit), perlahan induk akan sadar dan bergerak aktif

kembali. Setelah itu induk dapat dilakukan pemijahan.

Pemijahan Induk

Induk ikan sumatra matang gonad yang telah disuntik diletakkan dalam

wadah akuarium (50 x 30 x 25 cm3) sesuai perlakuan. Penebaran induk dilakukan

ke dalam maupun di luar spawning trap. Tahap awal dilakukan pemijahan dengan

rasio jantan dan betina 4:2 menggunakan spawning trap (25 x 20 x 15 cm3) dan

ikan sumatra betina berjumlah 10 ekor ditempatkan di luar spawning trap di dalam

setiap akuarium dan diberi substrat berupa eceng gondok. Rasio ini dipilih untuk

menjamin bahwa pasangan tersebut benar-benar memijah. Setelah penyatuan

induk, selama 1 sampai 2 jam dilakukan pengamatan tingkah laku ikan secara visual

saat proses pemijahan, setelah itu 8 jam kemudian dilakukan pemeriksaan dan

pengamatan kembali terhadap proses pemijahan induk. Saat proses pemijahan

akuarium ditutup menggunakan plastik hitam.

Pada penelitian tahap kedua, digunakan induk ikan sumatra matang gonad

dengan masing-masing perlakuan pada setiap ulangan yaitu berjumlah 6 ekor induk

jantan tanpa induk betina dan 6 ekor induk betina tanpa induk jantan. Induk ikan

sumatra dipijahkan menggunakan double spawning trap (25 x 20 x 15 cm3 dan 30

x 25 x 20 cm3). Ikan sumatra betina berjumlah 10 ekor ditempatkan di luar

spawning trap di dalam setiap akuarium (50 x 30 x 25 cm3) dan diberi substrat

berupa eceng gondok.

Setelah induk ikan sumatra dipijahkan, dilakukan stripping untuk melihat

induk ikan berovulasi. Stripping dilakukan apabila induk sudah tidak mengeluarkan

telur (setelah jam ke-5 saat pengamatan yang dilakukan setiap jam, selama 5 jam

setelah pengeluaran telur pertama pada substrat karena ikan sumatra bertelur secara

parsial). Pada umumnya, ikan sumatra memijah pada pagi hari berkisar antara jam

5 pagi sampai jam 9 pagi. Berdasarkan pengamatan di lapang dan wawancara dari

pembudidaya ikan sumatra, ikan sumatra selesai memijah pada pukul 9 pagi. Selain

itu, Novianto (2004) mengemukakan bahwa pemijahan ikan sumatra menggunakan

suntikan ovaprim dapat berovulasi dan memijah lebih cepat (6-8 jam

pascapenyuntikan) dibandingkan dengan ikan sumatra yang dipijahkan secara

alami atau tanpa disuntik ovaprim (15 jam).

Page 23: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

6

Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi persentase keberhasilan

betina berovulasi, fekunditas, diameter telur, dan parameter kualitas air.

Persentase Keberhasilan Betina Berovulasi

Keberhasilan pemijahan ditandai dengan adanya telur pada substrat. Apabila

ikan berovulasi yang ditandai dengan pengeluaran telur oleh betina pada substrat

maka dilakukan pencatatan terhadap lamanya waktu ikan tersebut berovulasi

berdasarkan pengamatan yang dimulai pada 12 jam pascapenyuntikan dan dapat

dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Pengamatan dilanjutkan pada setiap jam selama 5

jam setelah pengeluaran telur pertama pada substrat karena ikan sumatra bertelur

secara parsial. Apabila induk sudah tidak mengeluarkan telur setelah jam ke-5 saat

pengamatan lanjutan, maka dilakukan stripping induk betina untuk mengetahui

induk tersebut berovulasi yang ditandai dengan telur yang mudah dikeluarkan dan

berwarna kuning bening saat distripping dan tidak menyatu atau menempel dengan

telur lainnya seperti buah anggur (Gambar 3), sedangkan induk ikan sumatra yang

tidak berovulasi sulit untuk distripping dan telur yang dikeluarkan berwarna putih

dan menyatu seperti buah anggur (Gambar 4).

Gambar 3 Induk ovulasi dan telur Gambar 4 Induk tidak ovulasi dan

berwarna kuning telur berwarna putih

Melalui rangsangan stimulasi dari perlakuan yang diberikan, dapat diketahui

pengaruhnya terhadap keberhasilan berovulasi pada induk betina lainnya, dengan

rumus :

Persentase induk berovulasi (%) = 𝚺 𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐨𝐯𝐮𝐥𝐚𝐬𝐢

𝚺 𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐣𝐢 x 100

Jumlah Telur yang Dihasilkan

Jumlah telur yang dihasilkan oleh satu ekor induk yang dipijahkan dihitung

secara manual dari setiap induk betina setelah distripping, kemudian diambil

gambar sebagai dokumentasi untuk dihitung kembali jumlahnya menggunakan

software Image-J.

Page 24: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

7

Diameter Telur

Sampel telur ikan diambil sesaat setelah ikan distripping lalu diukur

diameternya menggunakan mikrometer okuler pada mikroskop dengan pembesaran

40 kali di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik Departemen

Budidaya Perairan Institut Pertanian Bogor. Rata-rata diameter telur dihitung

berdasarkan hasil pengukuran 100 butir telur setiap induk betina yang berovulasi.

Parameter Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air dalam pemijahan ikan sumatra dilakukan dengan

mengukur suhu air setiap hari menggunakan termometer yang terpasang dalam

akuarium, dan dilakukan penyifonan setiap pagi dan sore. Sedangkan parameter

lain yang diukur pada awal dan akhir pengamatan, yaitu DO menggunakan DO

meter dan pH menggunakan pH meter. Parameter kualitas air tersebut diukur untuk

mendapatkan keyakinan bahwa ketiga faktor tersebut tidak mengganggu proses

pemijahan ikan sumatra sehingga sesuai dengan habitat pemijahan ikan sumatra di

alamnya.

Analisis Data

Data yang diperoleh diolah menggunakan Microsoft Excel 2013 dilanjutkan

dengan analisis statistik menggunakan SPSS 16.0 analisis sidik ragam (One-Way

ANOVA). Perbedaan nyata antar perlakuan diuji lanjut dengan uji Duncan

berselang kepercayaan 95%. Rincian analisis statistik disajikan pada Lampiran 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian pendahuluan (tahap 1) dilakukan untuk melihat kemungkinan

adanya stimulasi dari induk ikan sumatra betina yang sedang berovulasi/memijah

terhadap ovulasi/pemijahan induk ikan sumatra betina lainnya. Tabel 3

memperlihatkan pengaruh rangsangan stimulasi dari ikan sumatra yang sedang

berovulasi/memijah terhadap keberhasilan ovulasi pada induk betina lainnya.

Page 25: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

8

Tabel 3 Keberhasilan induksi pemijahan ikan sumatra terhadap ikan sumatra betina

penerima.

Perlakuan

Induk yang berovulasi

Induk Penginduksi Induk Penerima

Σ induk

betina

Σ induk

jantan

%

ovulasi

Σ induk

betina

Σ induk berovulasi

(individu)

%

ovulasi

K 6 12 100 30 22 73.3

P1 6 12 100 30 23 76.7

P2 6 12 100 30 22 73.3

P3 6 12 100 30 23 76.7

K = kontrol induk jantan dan betina tanpa disuntik, dengan perlakuan: induk jantan disuntik dan

betina tidak disuntik (P1), induk jantan tidak disuntik dan betina disuntik (P2), dan induk jantan dan

betina disuntik (P3).

Pada perlakuan K, P1, P2 dan P3 yang ditujukan sebagai penginduksi, semua

induk betina yang berada di dalam jaring (100%) berovulasi/memijah. Perlakuan K

dan P2 berhasil menginduksi induk 73.3% ikan sumatra betina berovulasi/memijah.

Sementara itu, perlakuan P1 dan P3 berhasil memicu 76.7% induk betina ikan

sumatra lainnya untuk berovulasi. Stimulasi ovulasi/pemijahan dari perlakuan

induk jantan disuntik dan betina tidak disuntik (P1) serta stimulasi dari sepasang

induk jantan dan betina yang disuntik (P3) menyebabkan lebih banyak induk betina

penerima (76.7%) yang berovulasi/memijah dibandingkan dengan pasangan induk

ikan sumatra yang tidak disuntik (K) dan yang induk betinanya saja yang disuntik

(P2). Hasil ini menunjukkan bahwa jantan memberikan stimulasi

ovulasi/pemijahan yang lebih kuat terhadap ikan betina penerima. Untuk

memperoleh gambaran mengenai kekuatan stimulasi dari ikan penginduksi, maka

dievaluasi kinerja reproduksi dari ikan penginduksi yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Kinerja reproduksi induk ikan sumatra penginduksi yang berperan sebagai

penginduksi ovulasi/pemijahan ikan sumatra lainnya.

Perlakuan

Parameter

Panjang

(cm)

Bobot

(g)

Jumlah telur

(butir/induk)

Diameter telur

(mm)

K 4.5 ± 0.12a 4.38 ± 0.41a 798 ± 99.81a 1.08 ± 0.07a

P1 4.4 ± 0.10a 4.62 ± 0.42a 938 ± 150.66a 1.11 ± 0.03a

P2 4.4 ± 0.14a 4.43 ± 0.13a 755 ± 132.89a 1.03 ± 0.03a

P3 4.5 ± 0.13a 4.46 ± 0.41a 928 ± 152.13a 1.14 ± 0.06a

Data ditampilkan dalam bentuk rerata ± simpangan baku dari tiga ulangan. Huruf superskrip yang

berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P<0.05). K =

kontrol induk jantan dan betina tanpa disuntik, dengan perlakuan: induk jantan disuntik dan betina

tidak disuntik (P1), induk jantan tidak disuntik dan betina disuntik (P2), dan induk jantan dan betina

disuntik (P3).

Page 26: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

9

Berdasarkan hasil pada Tabel 4, kinerja reproduksi dari induk ikan sumatra

penginduksi yang disuntik ataupun tidak disuntik, diperoleh jumlah telur dan

diameter telur tidak berbeda nyata. Rerata jumlah telur yang dihasilkan tidak

berbeda nyata antar perlakuan yaitu berkisar antara 755 butir hingga 938 butir untuk

setiap satu ekor induk ikan sumatra betina. Diameter telur rerata yang diperoleh

berkisar antara 1.03 mm hingga 1.14 mm dan tidak berbeda nyata antar perlakuan.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh stimulasi dari ikan

penginduksi terhadap ikan penerima, maka dilakukan evaluasi terhadap kinerja

reproduksi dari ikan penerima yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Kinerja reproduksi induk ikan sumatra yang menerima stimulasi

ovulasi/pemijahan dari ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah.

Perlakuan

Parameter

Panjang

(cm)

Bobot

(g)

Jumlah telur

(butir/induk)

Diameter telur

(mm)

K 4.4 ± 0.15a 4.50 ± 0.63a 845 ± 57.89a 1.06 ± 0.03a

P1 4.5 ± 0.06a 4.47 ± 0.54a 935 ± 143.25a 1.06 ± 0.03a

P2 4.4 ± 0.15a 4.58 ± 0.57a 875 ± 182.26a 1.07 ± 0.02a

P3 4.4 ± 0.06a 4.17 ± 0.05a 699 ± 21.20a 1.04 ± 0.05a

Data ditampilkan dalam bentuk rerata ± simpangan baku dari tiga ulangan. Huruf superskrip yang

berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P<0.05). K =

kontrol induk jantan dan betina tanpa disuntik, dengan perlakuan: induk jantan disuntik dan betina

tidak disuntik (P1), induk jantan tidak disuntik dan betina disuntik (P2), dan induk jantan dan betina

disuntik (P3).

Berdasarkan hasil pada Tabel 5, kinerja reproduksi dari induk ikan sumatra

yang menerima stimulasi ovulasi/pemijahan dari induk ikan sumatra yang sedang

berovulasi/memijah diperoleh jumlah telur rerata yang dikeluarkan setiap ekor

induk betina berovulasi dan ukuran diameter telur yang dihasilkan tidak berbeda

nyata antar perlakuan. Rerata jumlah telur yang dihasilkan tidak berbeda nyata antar

perlakuan yaitu berkisar antara 699 butir hingga 935 butir untuk setiap satu ekor

induk ikan sumatra betina. Diameter telur rerata yang diperoleh berkisar antara 1.04

mm hingga 1.07 mm dan tidak berbeda nyata antar perlakuan.

Dari penelitian tahap awal ini dapat ditunjukkan bahwa rangsangan dari induk

yang sedang berovulasi ataupun sedang memijah mampu merangsang betina

lainnya untuk berovulasi, tetapi belum diketahui apakah sumber rangsangan berasal

dari jantan atau betina yang sedang memijah. Oleh karena itu dilakukan penelitian

lanjutan (tahap 2) untuk mengetahui keterlibatan induk jantan atau induk betina

ikan sumatra yang sedang berovulasi atau spermiasi dalam merangsang pemijahan

ikan betina sumatra.

Penelitian lanjutan (tahap 2) dilakukan untuk mengetahui kemampuan

rangsangan zat feromon yang dilepaskan oleh induk jantan pada tahap spermiasi

atau induk betina ikan sumatra yang sedang berovulasi dalam merangsang

pemijahan ikan betina sumatra. Pengaruh rangsangan stimulasi dari perlakuan yang

diberikan terhadap keberhasilan ovulasi pada induk betina lainnya (penerima) dapat

dilihat pada Tabel 6.

Page 27: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

10

Tabel 6 Keberhasilan induksi ikan sumatra jantan dan betina terhadap ikan sumatra

betina penerima.

Perlakuan

Induk yang bertelur/ovulasi

Induk Penginduksi Induk Penerima

Σ induk

betina

Σ induk

jantan

Σ induk

berovulasi

(individu)

%

ovulasi

Σ induk

betina

Σ induk

berovulasi

(individu)

%

ovulasi

K 10 20 9 90 50 19 38

P1 0 30 0 0 50 22 44

P2 0 30 0 0 50 30 60

P3 30 0 1 3.3 50 0 0

P4 30 0 26 86.7 50 1 2

K = kontrol induk jantan dan betina tanpa disuntik, dengan perlakuan: induk jantan tanpa disuntik

(P1), induk jantan disuntik (P2), induk betina tanpa disuntik (P3), dan induk betina disuntik (P4).

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa tidak semua induk betina ikan

sumatra penginduksi pada perlakuan K, P1, P2, P3, dan P4 berovulasi/memijah.

Pada perlakuan K dan P4, induk betina ikan sumatra berhasil berovulasi/memijah

dengan tingkat keberhasilan tinggi yaitu mencapai 90% pada kontrol dan 86.7%

pada perlakuan induk betina yang disuntik (P4). Pada perlakuan induk betina

penginduksi yang disuntik (P3), induk betina yang memijah hanya 3.3%.

Evaluasi terhadap stimulasi pemijahan pada induk betina lainnya dapat

dijelaskan sebagai berikut. Perlakuan K tanpa suntikan hormon pada induk

penginduksi baik jantan maupun betina menghasilkan 38% induk betina lainnya

berovulasi/memijah. Jika yang digunakan adalah induk jantan saja tanpa suntikan

hormon sebagai penginduksi (P1), menghasilkan 44% induk betina memijah.

Selanjutnya jika yang digunakan adalah induk jantan saja dengan suntikan hormon

sebagai penginduksi (P2), maka dihasilkan 60% induk betina memijah. Sementara

itu penyuntikan hormon pada induk betina penginduksi (P4) hanya menghasilkan

2% induk betina lainnya memijah; sedangkan induk betina saja tanpa suntikan

hormon sebagai penginduksi (P3), tidak menghasilkan induk yang memijah.

Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa stimulasi dari induk betina yang sedang

berovulasi/memijah tanpa kehadiran jantan, tidak memberikan stimulasi yang kuat

pada induk betina lainnya untuk berovulasi/memijah. Sebaliknya, induk jantan saja

tanpa kehadiran induk betina, baik disuntik hormon maupun tidak, memberikan

stimulasi yang kuat pada induk betina lainnya untuk berovulasi/memijah.

Selanjutnya, stimulasi terbesar bagi induk betina penerima stimulasi, diperoleh

pada perlakuan induk jantan yang disuntik hormon.

Evaluasi terhadap kinerja reproduksi dari ikan penginduksi disajikan pada

Tabel 7.

Page 28: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

11

Tabel 7 Kinerja reproduksi induk ikan sumatra penginduksi yang berperan sebagai

penginduksi ovulasi/pemijahan ikan sumatra lainnya.

Perlakuan

Parameter

Panjang

(cm)

Bobot

(g)

Jumlah telur

(butir/induk)

Diameter telur

(mm)

K 4.2 ± 0.07a 4.10 ± 0.22a 646 ± 39b 1.09 ± 0.04b

P1 4.0 ± 0.16a 3.95 ± 0.41a 0 ± 0a 0 ± 0a

P2 3.9 ± 0.32a 4.07 ± 0.44a 0 ± 0a 0 ± 0a

P3 4.3 ± 0.19a 4.43 ± 0.50a 700 ± 313a 1.10 ± 0.49a

P4 4.2 ± 0.13a 4.32 ± 0.56a 687 ± 49b 1.11 ± 0.05b

Data ditampilkan dalam bentuk rerata ± simpangan baku dari lima ulangan. Huruf superskrip yang

berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P<0.05). K =

kontrol induk jantan dan betina tanpa disuntik, dengan perlakuan: induk jantan tanpa disuntik (P1),

induk jantan disuntik (P2), induk betina tanpa disuntik (P3), dan induk betina disuntik (P4).

Berdasarkan hasil pada Tabel 7, bobot dan panjang rerata dari induk ikan

sumatra penginduksi, baik yang disuntik maupun tidak, menunjukkan hasil yang

tidak berbeda nyata antar perlakuan. Sementara itu, jumlah telur dan diameter telur

rerata yang dihasilkan dari setiap ekor induk ikan sumatra yang berovulasi

menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Pada perlakuan kontrol dan P4, dihasilkan

masing-masing sebanyak 646 butir dan 687 butir; sedangkan perlakuan P3

menghasilkan telur sebanyak 700 butir. Diameter telur terbesar diperoleh pada

perlakuan P4 dan K, masing-masing sebesar 1.11 mm dan 1.09 mm; sedangkan

diameter telur dari perlakuan P3 sebesar 1.10 mm.

Selain itu, dilakukan pula evaluasi terhadap kinerja reproduksi dari ikan

penerima untuk melihat gambaran mengenai pengaruh stimulasi dari ikan

penginduksi (Tabel 8).

Tabel 8 Kinerja reproduksi induk ikan sumatra yang menerima stimulasi

ovulasi/pemijahan dari ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah.

Perlakuan

Parameter

Panjang

(cm)

Bobot

(g)

Jumlah telur

(butir/induk)

Diameter telur

(mm)

K 4.34 ± 0.21a 4.49 ± 0.56a 762 ± 101.28b 1.07 ± 0.03b

P1 4.38 ± 0.13a 4.37 ± 0.38a 768 ± 43.66b 1.06 ± 0.03b

P2 4.28 ± 0.24a 4.33 ± 0.09a 747 ± 14.13c 1.02 ± 0.05b

P3 4.36 ± 0.11a 4.26 ± 0.07a 0 ± 0a 0 ± 0a

P4 4.34 ± 0.09a 4.22 ± 0.13a 689 ± 308.13a 1.06 ± 0.47a

Data ditampilkan dalam bentuk rerata ± simpangan baku dari lima ulangan. Huruf superskrip yang

berbeda pada kolom yang sama menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P<0.05). K =

kontrol induk jantan dan betina tanpa disuntik, dengan perlakuan: induk jantan tanpa disuntik (P1),

induk jantan disuntik (P2), induk betina tanpa disuntik (P3), dan induk betina disuntik (P4).

Page 29: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

12

Berdasarkan hasil pada Tabel 8, kinerja reproduksi dari induk ikan sumatra

yang menerima stimulasi dari induk ikan sumatra jantan yang sedang spermiasi dan

atau betina yang berovulasi, menunjukkan jumlah telur rerata dan ukuran diameter

telur yang dihasilkan dari setiap ekor induk betina berovulasi adalah berbeda nyata

antar perlakuan. Jumlah telur rerata terbanyak ada pada perlakuan P1 (768 butir)

untuk setiap satu ekor induk ikan sumatra betina. Pada perlakuan kontrol dan P2,

dihasilkan masing-masing sebanyak 762 butir dan 747 butir; sedangkan perlakuan

P4 hanya menghasilkan telur sebanyak 689 butir, dan P3 tidak ada telur yang

dihasilkan oleh induk betina ikan sumatra. Nilai rerata diameter telur berkisar antara

1.02 mm hingga 1.07 mm. Diameter telur terbesar diperoleh pada perlakuan K, P1

dan P4, masing-masing sebesar 1.07 mm dan 1.06 mm; sedangkan diameter telur

dari perlakuan P2 memiliki rerata diameter 1.02 mm. Sementara itu, bobot dan

panjang rerata dari induk ikan sumatra penerima, menunjukkan hasil yang tidak

berbeda nyata antar perlakuan.

Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa stimulasi dari adanya induk jantan yang

sedang berada pada tahap spermiasi tanpa kehadiran induk betina, baik disuntik

hormon maupun tidak, mampu meningkatkan jumlah betina berovulasi sehingga

jumlah telur dan ukuran diameter telur yang dihasilkan juga meningkat. Stimulasi

dari induk betina yang sedang berovulasi tanpa kehadiran jantan, tidak memberikan

stimulasi yang kuat pada induk betina lainnya untuk berovulasi dan menghasilkan

telur. Jumlah telur terbanyak yang dihasilkan dari induk betina penerima stimulasi,

diperoleh pada perlakuan induk jantan yang disuntik hormon, sedangkan ukuran

diameter telur terbesar ada pada kontrol yang distimulasi dari induk jantan dan

betina yang sedang berovulasi/memijah tanpa disuntik.

Berdasarkan pengamatan waktu ovulasi induk ikan sumatra yang menerima

stimulasi ovulasi/pemijahan dari ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah,

data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa respon keberhasilan dari stimulasi induk

ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah ternyata berbeda antar perlakuan.

Respon dari induk ikan sumatra (penginduksi) pascapenyuntikan (waktu suntik

pukul 17.00 WIB), mulai terlihat dengan adanya telur pada substrat pada 12 jam

hingga 13 jam yaitu pada pukul 05.20 WIB hingga pukul 06.30 WIB (P1),

sedangkan respon dari stimulasi induk ikan sumatra yang sedang

berovulasi/memijah ke induk ikan sumatra penerima induksi dari perlakuan P1,

mulai terlihat ditandai dengan adanya telur pada substrat pada 13 jam hingga 15

jam yaitu pada pukul 06.40 WIB hingga pukul 08.50 WIB. Selain itu, tidak berbeda

jauh dengan perlakuan P1, respon dari induk ikan sumatra (penginduksi)

pascapenyuntikan pada perlakuan P3, mulai terlihat dengan adanya telur pada

substrat pada 12 jam hingga 13 jam yaitu pada pukul 05.30 WIB hingga pukul 06.00

WIB (P1), sedangkan respon dari stimulasi induk ikan sumatra yang sedang

berovulasi/memijah ke induk ikan sumatra penerima induksi dari perlakuan P3,

mulai terlihat ditandai dengan adanya telur pada substrat pada 13 jam hingga 14

jam yaitu pada pukul 06.00 WIB hingga pukul 06.20 WIB. Selanjutnya, respon dari

induk ikan sumatra (penginduksi) pada perlakuan control, mulai terlihat pada 13

jam hingga 14 jam yaitu pada pukul 05.50 WIB hingga pukul 07.30 WIB, namun

respon dari stimulasi induk ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah ke induk

ikan sumatra penerima induksi dari perlakuan kontrol tidak terlihat adanya telur

pada substrat sehingga pada 18 jam yaitu pada pukul 11.00 WIB dilakukan stripping.

Pada perlakuan P2, respon dari induk ikan sumatra (penginduksi) pascapenyuntikan

Page 30: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

13

mulai terlihat dengan adanya telur pada substrat pada 13 jam hingga 15 jam yaitu

pada pukul 06.00 WIB hingga pukul 07.40 WIB (P1), sedangkan respon dari

stimulasi induk ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah ke induk ikan

sumatra penerima induksi dari perlakuan P2, tidak terlihat adanya telur pada

substrat sehingga pada 18 jam yaitu pada pukul 11.00 WIB dilakukan stripping.

Respon tercepat dari pengaruh stimulasi induk ikan sumatra yang sedang

berovulasi/memijah ke induk ikan sumatra penerima induksi terdapat pada

perlakuan induk ikan sumatra yang distimulasi oleh jantan dan betina yang disuntik

ovaprim (P3), yaitu berkisar antara 30 menit hingga 1 jam. Selanjutnya, respon dari

induk ikan sumatra yang distimulasi oleh jantan yang disuntik ovaprim dan betina

tanpa disuntik (P1), berkisar antara 2 jam hingga 3 jam. Selain itu, respon dari induk

ikan sumatra yang distimulasi oleh jantan tanpa disuntik dan betina disuntik (P2),

berkisar antara 3 jam hingga 5 jam. Respon dari induk ikan sumatra yang

distimulasi oleh jantan dan betina tanpa disuntik ovaprim (kontrol), terlihat pada 3

jam 30 menit hingga 5 jam.

Tabel 9 Waktu ovulasi induk ikan sumatra yang menerima stimulasi

ovulasi/pemijahan dari ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah.

Perlakuan Waktu ovulasi (jam)

Penginduksi Penerima induksi Respon induksi

K (√) 05.50 – 07.30 WIB

(13 – 14.5 jam) (—)

11.00 WIB

(18 jam) 3.5 – 5 jam

P1 (√) 05.20 – 06.30 WIB

(12 – 13.5 jam) (√)

06.40 – 08.50 WIB

(13 – 15 jam) 2 – 3 jam

P2 (√) 06.00 – 07.40 WIB

(13 – 15 jam) (—)

11.00 WIB

(18 jam) 3 – 5 jam

P3 (√) 05.30 – 06.00 WIB

(12.5 – 13 jam) (√)

06.00 – 06.20 WIB

(13 – 14 jam) 0.5 – 1 jam

Keterangan:

(√) = induk bertelur

(—) = tidak ada induk yang bertelur

Waktu ovulasi induk ikan sumatra yang menerima stimulasi

ovulasi/pemijahan dari ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah, pada Tabel

10 menunjukkan bahwa respon keberhasilan dari stimulasi induk ikan sumatra yang

sedang berovulasi/memijah ternyata berbeda antar perlakuan. Respon dari induk

ikan sumatra pada perlakuan kontrol, mulai terlihat dengan adanya telur pada

substrat pada 13 jam hingga 14 jam yaitu pada pukul 05.50 WIB hingga pukul 07.50

WIB, sedangkan respon dari stimulasi induk ikan sumatra yang sedang

berovulasi/memijah ke induk ikan sumatra penerima induksi dari perlakuan kontrol,

mulai terlihat ditandai dengan adanya telur pada substrat pada 16 jam hingga 18

jam yaitu pada pukul 08.50 WIB hingga pukul 11.00 WIB. Selanjutnya, respon dari

induk ikan sumatra (penginduksi) pascapenyuntikan pada perlakuan P4, mulai

terlihat dengan adanya telur pada substrat pada 14 jam yaitu pada pukul 07.30 WIB,

namun respon dari stimulasi induk ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah

ke induk ikan sumatra penerima induksi dari perlakuan P4, tidak terlihat adanya

Page 31: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

14

telur pada substrat sehingga pada 18 jam yaitu pada pukul 11.00 WIB dilakukan

stripping. Pada perlakuan P3, dilakukan stripping terhadap induk ikan sumatra

penginduksi maupun penerima induksi pada 18 jam, yaitu pada pukul 11.00 WIB

karena tidak terlihat respon adanya ovulasi atau pengeluaran telur oleh induk ikan

sumatra betina. Selanjutnya pada perlakuan P1 dan P2, tidak terlihat respon adanya

ovulasi atau pengeluaran telur oleh induk ikan sumatra betina penerima induksi

sehingga dilakukan stripping pada 18 jam, yaitu pada pukul 11.00 WIB. Respon

tercepat dari pengaruh stimulasi induk ikan sumatra yang sedang

berovulasi/memijah ke induk ikan sumatra penerima induksi terdapat pada

perlakuan induk ikan sumatra yang distimulasi oleh jantan dan betina tanpa disuntik

ovaprim (K), yaitu berkisar antara 3 jam hingga 5 jam. Selanjutnya, respon dari

induk ikan sumatra yang distimulasi oleh betina yang disuntik ovaprim (P4), waktu

berovulasi hingga 4 jam. Selain itu, respon dari induk ikan sumatra yang distimulasi

oleh jantan tanpa disuntik (P1) maupun stimulasi dari jantan yang disuntik (P2),

waktu berovulasi mencapai 18 jam.

Tabel 10 Waktu ovulasi induk ikan sumatra yang menerima stimulasi

ovulasi/pemijahan dari ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah.

Perlakuan Waktu ovulasi (jam)

Penginduksi Penerima induksi Respon induksi

K (√) 05.50 – 07.50 WIB

(13 – 14 jam) (√)

08.50 – 11.00 WIB

(16 – 18 jam) 3 – 5 jam

P1 (—)

(—) 11.00 WIB

(18 jam) 18 jam

P2 (—)

(—) 11.00 WIB

(18 jam) 18 jam

P3 (—) 11.00 WIB

(18 jam) (—)

11.00 WIB

(18 jam) 18 jam

P4 (√) 07.30 WIB

(14.5 jam) (—)

11.00 WIB

(18 jam) 4 jam

Keterangan:

(√) = induk bertelur

(—) = tidak ada induk yang bertelur

Data kualitas air pada Tabel 11 menunjukkan bahwa media pemeliharaan dan

pemijahan induk ikan sumatra selama percobaan berada dalam kisaran optimal,

dengan pH berkisar antara 6.6 – 6.9, dan suhu berkisar antara 26 – 27C.

Tabel 11 Hasil pengamatan kualitas air parameter suhu, pH, dan kelarutan oksigen

Parameter Satuan Kisaran Verhoef-Verhallen (2000)

Suhu ◦C 26 – 27 25 - 28

pH - 6.6 – 6.9 6 - 8

Page 32: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

15

Pembahasan

Pengaruh rangsangan berupa induk yang sedang memijah terhadap

keberhasilan ovulasi pada induk betina lainnya dapat dilihat pada Tabel 3 (tahap 1)

dan Tabel 6 (tahap 2). Hasil penelitian tahap 1 menunjukkan bahwa stimulasi dari

adanya pemijahan induk ikan sumatra, dapat merangsang betina lainnya untuk

berovulasi dengan persentase keberhasilan sebesar 76.7%. Hal ini berbeda dengan

persentase induk betina yang berovulasi pada tahap 2 yaitu sebesar 60% (P2). Hal

ini diduga karena pada metode pemijahan tahap 2 digunakan dua lapis spawning

trap untuk menghindari kontak fisik antara induk ikan yang disuntik dengan induk

ikan betina di luar spawning trap, sehingga kemungkinan terjadinya pemijahan

lebih rendah. Hasil penelitian tahap 1 ini tidak berbeda nyata antar perlakuan,

diduga karena ikan uji yang diberi perlakuan sebagai rangsangan pemijahan mampu

berkontak langsung merangsang betina lainnya untuk berovulasi dan semuanya

melibatkan induk jantan. Hal ini menunjukkan bahwa zat feromon yang dilepaskan

oleh induk ikan sumatra apakah jantan atau betina diterima dan dimanfaatkan

sehingga terjadi umpan balik untuk melakukan ovulasi/pemijahan. Secara teknis

pada ikan siprinid yang memijah massal, ikan yang memijah dapat merangsang ikan

lainnya di sekitarnya untuk ikut memijah (Zairin et al. 2005).

Pada penelitian tahap 2, induk betina ikan sumatra yang distimulasi oleh

induk jantan yang disuntik ovaprim (P2), menghasilkan persentase ovulasi tertinggi

mencapai 60 %, sedangkan stimulasi dari induk betina yang disuntik maupun tidak

disuntik (P3 dan P4) tidak berpengaruh terhadap keberhasilan ovulasi induk betina

ikan sumatra lainnya. Stimulasi induk jantan yang tidak disuntik (P1) terhadap

induk betina ikan sumatra menghasilkan persentase betina berovulasi yang lebih

besar daripada perlakuan kontrol, tetapi masih mampu merangsang induk betina

lainnya berovulasi/memijah.

Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 6 dapat dilihat bahwa ikan yang berada di luar

spawning trap yang distimulasi oleh masing-masing perlakuan tidak semua berhasil

berovulasi. Stimulasi rangsangan dari induk jantan ikan sumatra yang disuntik

hormon, memiliki nilai persentase yang lebih besar dibandingkan dengan nilai

persentase stimulasi induk jantan ikan sumatra tanpa disuntik dalam merangsang

induk betina ikan sumatra untuk berovulasi. Sementara itu, stimulasi rangsangan

dari induk betina ikan sumatra yang disuntik hormon maupun tidak, tidak

berpengaruh dalam merangsang induk betina ikan sumatra lainnya untuk

berovulasi.

Ikan sumatra jantan yang matang gonad menstimulasi ikan sumatra betina

untuk berovulasi. Adanya stimulasi atau rangsangan dari jantan yang melepaskan

sinyal kimia dan diterima oleh individu betina ikan sumatra diluar spawning trap

kemudian dimanfaatkan sehingga individu betina berovulasi. Setelah proses ovulasi

kemudian terjadi tingkah laku seksual antara jantan dan betina untuk melakukan

pemijahan. Mekanisme induksi pemijahan dengan stimulasi dari individu jantan

ikan sumatra terhadap individu betina ikan sumatra dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 33: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

16

Keterangan:

= proses jantan menstimulasi betina

= proses menuju pemijahan

Gambar 5 Mekanisme hormon seks pada ikan sumatra jantan yang menstimulasi

ikan sumatra betina (Puntius tetrazona). Gambar dimodifikasi dari

Sorensen & Stacey (1999).

Ikan sumatra jantan yang matang gonad mestimulasi ikan sumatra betina

untuk berovulasi. Adanya stimulasi atau rangsangan dari jantan yang melepaskan

sinyal kimia dan diterima oleh individu betina ikan sumatra kemudian

dimanfaatkan sehingga individu betina berovulasi. Setelah proses ovulasi kemudian

terjadi tingkah laku seksual antara jantan dan betina untuk melakukan pemijahan.

Individu jantan matang gonad yang siap pijah melepaskan Luteinizing

Hormone (LH) yang berperan dalam memicu kematangan oosit dan ovulasi. LH

yang disekresikan akan sampai ke gonad melalui peredaran darah kemudian

merangsang lapisan teka untuk mensekresikan hormon 17α-hidroksi-progesteron.

Setelah itu diubah menjadi Maturation Inducing Steroid (MIS) oleh enzim 20β-

dihidroksi steroid dehydrogenase yang kemudian diubah menjadi 17α,20β-

dihydroxy-4-pregnen-3-one (17α,20β-P) dengan bantuan enzim 20β-

hydroxysteroid dehydrogenase (20β-HSD) dan mendorong produksi peningkatan

Milt (sperma dan cairan mani) untuk dilepaskan ke dalam air.

Hormon seks termasuk feromon yang telah dilepaskan oleh individu jantan

ke dalam air melalui urin atau saat spermiasi, kemudian diterima oleh ikan betina

dan dimanfaatkan sehingga merangsang betina untuk mensekresikan LH.

Selanjutnya LH akan sampai ke gonad melalui peredaran darah kemudian

merangsang lapisan teka untuk mensekresikan hormon 17α-hidroksi progesteron

dan diubah menjadi MIS oleh enzim 20β-dihidroksi steroid dehydrogenase. Setelah

Page 34: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

17

itu, berubah menjadi 17α,20β-dihydroxy-4-pregnen-3-one (17α,20β-P) dengan

bantuan enzim 20β-hydroxysteroid dehydrogenase (20β-HSD) yang akan

merangsang proses peleburan inti dan pecahnya lapisan folikel sehingga telur

keluar menuju rongga ovari atau terjadi ovulasi. Menurut Zairin (2003), steroid

pemicu pematangan akan merangsang pembentukan Maturation Promoting Factor

(MPF) yang akan mendorong inti telur ke pinggir dekat dengan mikrofil kemudian

melebur. Setelah inti melebur (Germinal Vesicle Break Down, GVBD), lapisan

folikel akan pecah dan telur akan dikeluarkan menuju rongga ovari atau dikenal

dengan istilah ovulasi. Pada ovulasi esok harinya, telur dalam saluran reproduksi

merangsang produksi prostaglandin (PGFs) yang bertindak sebagai hormon untuk

merangsang perilaku seksual betina. Metabolit PGFs lepas dan fungsi sebagai

feromon releaser dari individu betina merangsang perilaku seksual individu jantan

(Dulka 1993).

Tingginya persentase keberhasilan ovulasi terhadap induk betina yang

distimulasi oleh jantan menandakan bahwa stimulasi pemijahan dengan teknik

sistem induksi pada ikan sumatra ada pada jantan. Pada Tabel 6 dapat diketahui

bahwa perlakuan induk jantan yang disuntik ovaprim dapat merangsang ovulasi

dengan tingkat keberhasilan paling tinggi mencapai 60 %. Sementara itu, perlakuan

jantan yang tidak disuntik ovaprim tanpa kehadiran betina maupun perlakuan

kontrol memiliki nilai persentase lebih rendah dalam menstimulasi induk betina

ikan sumatra lainnya untuk berovulasi. Sebaliknya, stimulasi rangsangan dari induk

betina ikan sumatra yang disuntik hormon maupun tidak, tidak berpengaruh dalam

merangsang induk betina ikan sumatra lainnya untuk berovulasi.

Hal ini membuktikan bahwa induk ikan sumatra jantan dapat merangsang

induk betina sumatra lainnya untuk berovulasi melalui semacam zat feromon.

Induksi hormon ovaprim diduga membantu memicu ikan sumatra jantan untuk

melepaskan hormon seksnya. Induk jantan ikan sumatra yang disuntik ovaprim

maupun tidak, dapat menstimulasi individu ikan sumatra betina untuk berovulasi.

Kehadiran lawan jenis menjadi pemicu ovulasi dan atau pemijahan karena adanya

pelepasan feromon yaitu sesaat sebelum dan selama pemijahan (Zairin et al. 2005).

Selain merangsang, feromon yang dilepaskan akan membantu proses pemijahan

yang seragam (bersamaan) sehingga proses pemijahan maksimum, selain itu juga

meningkatkan kemungkinan pembuahan dan waktu kematangan telur.

Pada ikan sumatra betina yang disuntik maupun tidak disuntik ovaprim,

suntikan tidak dapat mempengaruhi atau memicu ikan sumatra betina lainnya untuk

berovulasi, sehingga tidak dapat menjadi stimulan terhadap ikan betina lainnya

untuk berovulasi. Berbeda dengan hasil pengamatan yang dilakukan Sorensen dan

Stacey (1999), stimulasi pemijahan pada ikan mas koki Carassius auratus ada pada

betina. Ikan mas koki betina yang matang gonad atau siap pijah melepaskan

feromon seks ke dalam air kemudian diterima dan dimanfaatkan oleh individu

jantan ikan mas koki lalu individu jantan memberikan respons dengan melepaskan

feromon seks untuk kemudian diterima dan dimanfaatkan oleh individu betina yang

kemudian individu betina tersebut berovulasi lalu terjadi perilaku seksual antara

jantan dan betina untuk melakukan pemijahan. Pengamatan mengungkapkan bahwa

ikan mas jantan sangat sensitif (dengan batas picomolar) terhadap hormon steroid

dan prostaglandin serta metabolitnya yang dilepaskan ke dalam air oleh betina.

Pada penelitian ini, meskipun ikan sumatra dan ikan mas koki termasuk famili

siprinidae dan hidup bergerombol (schooling) serta berkembang biak secara massal

Page 35: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

18

yang biasanya memijah mengandalkan zat feromon sebagai perangsang untuk

memijah, namun stimulasi untuk pemijahannya berbeda. Feromon seks dihasilkan

dari individu yang matang seksual. Zat feromon dilepaskan dari suatu individu yang

sudah matang seksual kemudian diterima dan dimanfaatkan oleh individu resipien

kemudian terjadi perilaku seksual antar kedua individu lalu terjadi pemijahan.

Berdasarkan pengamatan di lapang, dalam satu populasi ikan sumatra jantan

yang sudah matang seksual akan bergerombol saling mengejar dan sangat agresif.

Namun apabila salah satu ikan tersebut sudah mengetahui bahwa ikan yang

dikejarnya itu adalah jantan, maka ikan tersebut berhenti mengejar. Untuk itu

diperlukan ikan betina yang matang seksual juga sebagai respon dan umpan balik

untuk terjadinya pemijahan. Hal ini juga membuktikan dan memperkuat dugaan

bahwa pada ikan sumatra, stimulasi pemijahan diawali pada induk jantan ikan

sumatra. Hormon-hormon gonad pada gilirannya akan memberikan umpan balik

untuk mengatur aktivitas hipotalamus ataupun hipofisis sehingga siklus reproduksi

dapat berlangsung (Peter dan Yu 1997).

Pada penelitian ini, tidak semua ikan sumatra berovulasi diduga karena

stimulasi dari jantan belum cukup kuat sehingga induk betina ikan sumatra tidak

bisa mencapai tingkat akhir kematangan telur dan berovulasi. Hal ini menimbulkan

kegagalan pada induk ikan sumatra dalam mengalami masa birahi akibat

kekurangan rangsangan yang tepat (Liley dan Stacey 1983). Selain itu, penyebab

lainnya adalah kondisi induk ikan sumatra yang belum cukup matang gonad

meskipun didukung oleh faktor eksternal yang cukup. Faktor eksternal berupa

lingkungan seperti faktor fisika (cahaya, suhu, arus), faktor kimia (pH, kelarutan

oksigen, feromon) dan faktor biologis (lawan jenis). Pada penelitian ini ovaprim

menstimulasi secara internal sedangkan zat feromon yang dihasilkan dari masing-

masing perlakuan dapat menstimulasi secara eksternal terhadap induk betina ikan

sumatra lainnya yang tidak disuntik hormon.

Kuatnya stimulasi dari individu jantan ikan sumatra yang menginduksi

individu betina ikan sumatra lainnya, menjadi tolok ukur dari kualitas suatu induk

betina untuk menghasilkan jumlah telur dengan ukuran diameter telur berkualitas

baik. Nilai jumlah telur dari induk sumatra betina yang terdapat pada Tabel 8

diperoleh rata-rata berkisar antara 14 hingga 449 butir per induk. Berdasarkan data

jumlah telur yang diperoleh dari hasil penelitian ini tampak bahwa jumlah telur

yang dihasilkan dari induk ikan sumatra berbeda antar perlakuan, yaitu pada

perlakuan P3 dan P4. Hal ini disebabkan karena tidak ada induk betina ikan sumatra

yang berovulasi sehingga jumlah telur yang dihasilkan pada perlakuan tersebut

berbeda dengan perlakuan P1, P2, dan K (Tabel 8). Jumlah telur terbanyak ada pada

perlakuan P2, karena jumlah betina berovulasi lebih banyak sehingga hasil rerata

jumlah telurnya menjadi lebih banyak. Menurut Sakurai et al. (1992), ikan sumatra

dapat menghasilkan jumlah telur berkisar antara 300 hingga 1.000 butir per induk.

Induk-induk ikan sumatra yang diuji pada perlakuan ini memiliki bobot dan ukuran

rerata yang hampir seragam karena induk-induk yang digunakan berasal dari stok

populasi yang sudah disiapkan terlebih dahulu agar sama sehingga telur yang

dihasilkan setiap induk tidak berbeda nyata antar perlakuan P1, P2, dan K.

Ukuran diameter telur ikan sumatra dari hasil penelitian menunjukkan nilai

rerata berkisar antara 1.02 mm hingga 1.07 mm. Berdasarkan data diameter telur

yang diperoleh dari hasil penelitian ini tampak bahwa ukuran diameter telur yang

dihasilkan dari induk ikan sumatra berbeda antar perlakuan, yaitu pada perlakuan

Page 36: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

19

P3 dan P4. Hal ini disebabkan karena jumlah betina yang berovulasi pada perlakuan

P3 dan P4 tidak ada sehingga rerata diameter telur yang dihasilkan pada perlakuan

tersebut berbeda dengan perlakuan P1, P2, dan K (Tabel 8). Ukuran diameter telur

terbesar ada pada kontrol, karena diduga dengan adanya induk jantan dan betina

dalam satu wadah menyebabkan ikan betina terstimulasi langsung oleh jantan yang

dapat mendorong proses pematangan dan perkembangan telur di dalam ovari

sehingga dapat menghasilkan diameter telur yang lebih besar.

Waktu ovulasi induk ikan sumatra yang menerima stimulasi

ovulasi/pemijahan dari ikan sumatra yang sedang berovulasi/memijah disajikan

pada Tabel 9 dan Tabel 10. Pengaruh induksi dari induk jantan ikan sumatra yang

disuntik ovaprim dapat mempercepat waktu ovulasi pada induk betina penerima

induksi. Hal ini diduga karena dengan adanya suntikan ovaprim yang diberikan

dengan dosis yang sesuai, dapat mempercepat waktu ovulasi maupun spermiasi

pada induk ikan sumatra penginduksi, sehingga lebih cepat mempengaruhi dan

menginduksi induk ikan sumatra penerima induksi untuk lebih cepat berovulasi.

Selain itu, adanya peranan induk jantan ikan sumatra dalam menstimulasi induk

ikan sumatra betina, menunjukkan bahwa induk ikan sumatra penerima induksi

dapat berovulasi meskipun tidak terjadi pengeluaran produk seks (telur pada

substrat). Hal ini membuktikan bahwa pengeluaran feromon pada jantan saat

spermiasi dapat merangsang betina penerima untuk berovulasi (Zairin et al. 2005).

Nilai kualitas air selama percobaan induksi pemijahan pada ikan sumatra

disajikan pada Tabel 11. Kualitas air media pemijahan pada masing-masing

perlakuan dan kontrol relatif sama dan berada pada kisaran normal. Adanya induk

ikan sumatra yang bertelur menandakan kualitas air pada proses pemijahan dalam

kisaran yang sesuai dan tidak bermasalah. Kondisi lingkungan yang baik untuk ikan

sumatra di alamnya pada perairan tropis adalah pH 6-8, DO ≥ 5 dan temperatur 24-

28oC, dan pemijahan ikan sumatra berlangsung secara optimal pada suhu 28 oC

(Verhoef-Verhallen 2000).

KESIMPULAN

Ikan sumatra Puntius tetrazona dapat dirangsang memijah oleh jantan yang

sedang mengalami spermiasi atau betina yang sedang berovulasi. Namun induksi

yang terkuat didapatkan berasal dari jantan yang sedang mengalami spermiasi.

DAFTAR PUSTAKA

[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Ikan hias primadona baru ekspor

Indonesia. Tersedia pada: http://budidaya-ikan.com/ikan-hias-primadona-

baru-ekspor-indonesia/. [Januari 2014]

Chung Davidson, YW., Huertas M., and Li W. 2011. A review of research in fish

pheromones. Department of Fisheries and Wildlife, Michigan State

University. USA.

Page 37: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

20

Coward K dan Bromage NR. 2000. Reproductive physiology of female tilapia

broodstok. Reviews in Fish Biology and Fisheries. 10:1-25.

Dulka JG. 1993. Sex pheromone systems in goldfish: comparisons to vomeronasal

systems in tetrapods. Department of Anatomy and Neurobiology, University

of Ottawa, Canada. Review. 42(4-5):265-80.

Liley, NR. and NE. Stacey. 1983. Hormones, pheromones, and reproductive

behavior. P:1-62. In: W.S. Hoar and D.J. Randall, (Eds.). Fish Physiology.

Vol IXB. Academic Press. London.

Novianto, Eko. 2004. Evaluasi penyuntikan ovaprim-c dengan dosis yang berbeda

kepada ikan Sumatra Puntius tetrazona. Skripsi. Departemen Budidaya

Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Peter, RE. and KL. Yu. 1997. Neuroendocrine regulation of ovulation in fishes:

basic and applied aspects. Reviews in Fish Biology and Fisheries. 7:173-197.

Rottmann, RW., JV. Shireman, and FA. Chapman. 1991. Hormonal Control of

Reproduction in Fish for Induced Spawning. The Southern Regional

Aquaculture Center through Grant No. 89-38500-4516. United States

Department of Agriculture. Institute of Food and Agricultural Services,

University of Florida. Southern Regional Aquaculture Center (SRAC)

Publication No. 424.

Sakurai, A., Sakamoto Y., dan Mori F. 1992. Aquarium fish in the world (English

translation). Chronicle Books, San Fransisco, California. 298p.

Sorensen PW., Stacey NE. 1999. Evolution and specialization of fish hormonal

pheromones. In: Johnston RE, Muller-Schwarze D, Sorensen PW (eds)

Advances in chemical signals in vertebrates. Kluwer/Plenum, New York, pp

14-47.

Stacey, NE. 2003. Hormones, pheromones and reproductive behavior. Fish Physiol

Biochem 28:229-235.

Verhoef-Verhallen, EJJ. 2000. The complete encyclopedia of tropical fish. Grange

Books PLC, United Kingdom. 255p.

Wyatt, TD. 2003. Pheromones and animal behaviour: communication by smell and

taste. University of Cambridge. Cambridge University Press. United

Kingdom.

Zairin, M. Jr. 2003. Endokrinologi dan perannya bagi masa depan perikanan

Indonesia. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Fisiologi dan Endokrinologi

Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

70p.

Zairin, MJ., Sari RK., dan Raswin M. 2005. Pemijahan ikan tawes dengan sistem

imbas menggunakan ikan mas sebagai pemicu. Jurnal Akuakultur Indonesia,

4: 103–108.

Page 38: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

LAMPIRAN

Lampiran 1 Skema rancangan penelitian pendahuluan

Keterangan:

K (Kontrol) = induk tidak diinduksi

P1 (Perlakuan 1) = induk jantan diinduksi

P2 (Perlakuan 2) = induk betina diinduksi

P3 (Perlakuan 3) = induk jantan dan betina

diinduksi

= ikan yang diinduksi

= ikan yang tidak diinduksi

Skema perlakuan penelitian Tahap 1

2 ekor

10 ekor

4 ekor

K

4 ekor

10 ekor

P2

2 ekor

P1

10 ekor

2 ekor

4 ekor

P3

10 ekor

4 ekor

2 ekor

21

Page 39: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

Lampiran 2 Skema rancangan penelitian utama

Keterangan:

K (Kontrol) = induk jantan dan betina tidak

diinduksi

P1 (Perlakuan 1) = induk betina tidak diinduksi

P2 (Perlakuan 2) = induk betina diinduksi

P3 (Perlakuan 3) = induk jantan tidak diinduksi

P4 (Perlakuan 4) = induk jantan diinduksi

= ikan yang diinduksi

= ikan yang tidak diinduksi

Skema perlakuan penelitian Tahap 2

2 ekor

P1 P2

P4 P3

10 ekor

6 ekor

10 ekor

6 ekor

10 ekor

6 ekor

10 ekor

6 ekor

10 ekor

4 ekor

K

22

Page 40: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

Lampiran 3 Hasil analisa statistik tahap 1 (individu penerima)

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean Minimum

Maximum

Lower Bound Upper Bound

Panjang K 3 4.467 .1528 .0882 4.087 4.846 4.3 4.6

P1 3 4.467 .0577 .0333 4.323 4.610 4.4 4.5

P2 3 4.367 .1528 .0882 3.987 4.746 4.2 4.5

P3 3 4.367 .0577 .0333 4.223 4.510 4.3 4.4

Total 12 4.417 .1115 .0322 4.346 4.487 4.2 4.6

Bobot K 3 4.5567 .63438 .36626 2.9808 6.1325 3.83 5.00

P1 3 4.4700 .53507 .30892 3.1408 5.7992 3.93 5.00

P2 3 4.5767 .56536 .32641 3.1722 5.9811 3.94 5.02

P3 3 4.1667 .05132 .02963 4.0392 4.2941 4.11 4.21

Total 12 4.4425 .46178 .13330 4.1491 4.7359 3.83 5.02

Ovulasi K 3 73.33 5.774 3.333 58.99 87.68 70 80

P1 3 76.67 15.275 8.819 38.72 114.61 60 90

P2 3 73.33 15.275 8.819 35.39 111.28 60 90

P3 3 76.67 5.774 3.333 62.32 91.01 70 80

Total 12 75.00 10.000 2.887 68.65 81.35 60 90

Fekunditas K 3 845.00 57.888 33.422 701.20 988.80 780 891

P1 3 935.33 143.253 82.707 579.47 1291.19 828 1098

P2 3 841.67 157.646 91.017 450.05 1233.28 665 968

P3 3 869.00 146.687 84.690 504.61 1233.39 702 977

Total 12 872.75 119.653 34.541 796.73 948.77 665 1098

23

Page 41: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

Diameter Telur K 3 1.0567 .02887 .01667 .9850 1.1284 1.04 1. 09

P1 3 1.0600 .02646 .01528 .9943 1.1257 1.03 1.08

P2 3 1.0667 .02082 .01202 1.0150 1.1184 1.05 1.09

P3 3 1.0367 .05132 .02963 .9092 1.1641 .98 1.08

Total 12 1.0550 .03119 .00900 1.0352 1.0748 .98 1.09

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Panjang 1.714 3 8 .241

Bobot 2.477 3 8 .136

Ovulasi 1.714 3 8 .241

Fekunditas 1.400 3 8 .312

Diameter Telur 1.484 3 8 .291

24

Page 42: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Panjang Between Groups (Combined) .030 3 .010 .750 .552

Linear Term Contrast .024 1 .024 1.800 .217

Deviation .006 2 .003 .225 .803

Within Groups .107 8 .013

Total .137 11

Bobot Between Groups (Combined) .324 3 .108 .427 .739

Linear Term Contrast .170 1 .170 .671 .436

Deviation .154 2 .077 .305 .746

Within Groups 2.022 8 .253

Total 2.346 11

Ovulasi Between Groups (Combined) 33.333 3 11.111 .083 .967

Linear Term Contrast 6.667 1 6.667 .050 .829

Deviation 26.667 2 13.333 .100 .906

Within Groups 1066.667 8 133.333

Total 1100.000 11

Fekunditas Between Groups (Combined) 17000.917 3 5666.972 .323 .809

Linear Term Contrast 70.417 1 70.417 .004 .951

Deviation 16930.500 2 8465.250 .482 .634

Within Groups 140483.333 8 17560.417

Total 157484.250 11

Diameter Telur Between Groups (Combined) .002 3 .001 .435 .734

Linear Term Contrast .000 1 .000 .371 .559

Deviation .001 2 .001 .467 .643

Within Groups .009 8 .001

Total .011 11

25

Page 43: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

Ovulasi

Duncan

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1

K 3 73.33

P2 3 73.33

P1 3 76.67

P3 3 76.67

Sig. .747

Fekunditas

Duncan

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1

P2 3 841.67

K 3 845.00

P3 3 869.00

P1 3 935.33

Sig. .438

Diameter Telur

Duncan

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1

P3 3 1.0367

K 3 1.0567

P1 3 1.0600

P2 3 1.0667

Sig. .337

24 26

Page 44: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

Lampiran 4 Hasil analisa statistik tahap 2 (individu penerima)

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

Ovulasi K 5 38.00 8.367 3.742 27.61 48.39 30 50

P1 5 44.00 5.477 2.449 37.20 50.80 40 50

P2 5 60.00 7.071 3.162 51.22 68.78 50 70

P3 5 .00 .000 .000 .00 .00 0 0

P4 5 2.00 4.472 2.000 -3.55 7.55 0 10

Total 25 28.80 24.886 4.977 18.53 39.07 0 70

Fekunditas K 5 291.60 82.191 36.757 189.55 393.65 204 391

P1 5 338.20 45.828 20.495 281.30 395.10 286 390

P2 5 448.40 56.087 25.083 378.76 518.04 374 531

P3 5 .00 .000 .000 .00 .00 0 0

P4 5 13.80 30.858 13.800 -24.51 52.11 0 69

Total 25 218.40 189.590 37.918 140.14 296.66 0 531

Diameter Telur K 5 1.0680 .03421 .01530 1.0255 1.1105 1.03 1.12

P1 5 1.0560 .02608 .01166 1.0236 1.0884 1.03 1.09

P2 5 1.0200 .04637 .02074 .9624 1.0776 .98 1.09

P3 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00

P4 5 .2120 .47405 .21200 -.3766 .8006 .00 1.06

Total 25 .6712 .51469 .10294 .4587 .8837 .00 1.12

27

Page 45: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Ovulasi 2.462 4 20 .078

Fekunditas 5.170 4 20 .005

Diameter Telur 6.248 4 20 .002

Ovulasi

Duncan

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

P3 5 .00

P4 5 2.00

K 5 38.00

P1 5 44.00

P2 5 60.00

Fekunditas

Duncan

Perlakuan N Subset for alpha = 0.05

1 2 3

P3 5 .00

P4 5 13.80

K 5 291.60

P1 5 338.20

P2 5 448.40

28

Page 46: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Ovulasi Between Groups (Combined) 14184.000 4 3546.000 104.294 .000

Linear Term Contrast 6728.000 1 6728.000 197.882 .000

Deviation 7456.000 3 2485.333 73.098 .000

Within Groups 680.000 20 34.000

Total 14864.000 24

Fekunditas Between Groups (Combined) 810850.000 4 202712.500 78.246 .000

Linear Term Contrast 399439.220 1 399439.220 154.182 .000

Deviation 411410.780 3 137136.927 52.934 .000

Within Groups 51814.000 20 2590.700

Total 862664.000 24

Diameter Telur Between Groups (Combined) 5.443 4 1.361 29.746 .000

Linear Term Contrast 3.831 1 3.831 83.747 .000

Deviation 1.612 3 .537 11.746 .000

Within Groups .915 20 .046

Total 6.358 24

29

Page 47: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...
Page 48: PEMIJAHAN IKAN SUMATRA Puntius tetrazona DENGAN ... · FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN . INSTITUT PERTANIAN BOGOR . BOGOR . 201. 6. PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER ...

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bekasi pada tanggal 21 Mei 1993 dari ayah

bernama Khozali, SP, MSi dan ibu bernama Krisdiana. Penulis merupakan anak

kedua dari tiga bersaudara. Pendidikan formal penulis di SMA Negeri 59 Jakarta

dan lulus pada tahun 2011, dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program

Diploma III Institut Pertanian Bogor pada progam keahlian Teknologi Produksi dan

Manajemen Perikanan Budidaya melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI). Tahun 2014 penulis meraih gelar Ahli Madya (A.Md) dengan predikat

sangat memuaskan dengan judul tugas akhir “Budidaya Ikan Black Ghost

Apteronotus albifrons dan Sinodontis Synodontis eupterus di Balai Penelitian

dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias. Depok. Jawa Barat”. Pada tahun yang

sama, penulis melanjutkan studi strata satu (S1) pada Program Alih Jenis di

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan di strata satu, penulis ikut aktif

dalam HIMAKUA (Himpunan Mahasiswa Akuakultur) divisi Public Relation

periode 2014-2015. Penulis juga ikut dalam kepanitiaan acara Aquaculture Festival

(AQUAFEST) IPB 2015. Selain itu penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah

Fisiologi Ikan di progam keahlian Teknologi Produksi dan Manajemen Perikanan

Budidaya, Diploma IPB. Penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan

skripsinya ini dengan judul “Pemijahan Ikan Sumatra Puntius tetrazona dengan

menggunakan Sistem Induksi” yang termasuk ke dalam bagian Laboratorium

Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik.

30