Pemicu3_kel14_respi
-
Upload
erneserlyanasuryawijaya -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
description
Transcript of Pemicu3_kel14_respi
Kelompok 14Kamis, 3 Juni 2010
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Pemicu 3
Kelompok 14 Tutor : dr. Sudiro TirtoKetua : Thomas Khosasih (405080111) Sekertaris : Stephanie Octavia (405080056)Penulis : Hendra Widjaya (405080158) Anggota :1. Dewi Sulistia Handayani (405070049)2. Trisnawaty W (405080067) 3. Veibryn Helena Rahaded (405080108) 4. Julius Calvin Herjanto (405080109) 5. Gabriela Reginata (405080110)6. Ayu Kartikasari (405080161) 7. Fressy Theresia (405080202)8. Ray Leonard (405080203)9. Kartikasari Pratiwi (405080213)
Pemicu 3Bobi, 6 thn, dibawa berkonsultasi ke donter karena batuk
selama 3 minggu. Ia juga mengalami demam ringan, terutama malam hari, dan anoreksia dalam 3 bulan terakhir.
Yang membuat ibunya ceman, sehari-hari Bobi sangat sering bermain dengan opa Miko, tetangga sebelah rumah. Tiap kali mereka bermain selalu terdengar suara batuk opa Miko, yang tampaknya sudah berlangsung berbulan-bulan. Justru Bobi suka menonton saat opa Miko batuk-batuk sampai terbungkuk-bungkuk. Kadang-kadang opa Miko mengeluh nyeri dada, tapi beliau tidak pernah memeriksakan diri apalagi berobat. Beberapa tahun yang lalu istri opa Miko pernah terdiagnosis TB paru, menjalani pengobatan selam 6 bulan dan telah dinyatakan sembuh.
Saat diperiksa Bobi tampak sakit sedang, BB 26 kg (turun 4 kg selama 1 bulan terakhir), TB 103 cm, TD 90/60 mmHg, N 76 x/menit, RR 24 x/menit, t 37.8⁰ C. Pemeriksaan sistemik dalam batas normal, hanya dijumpai pembesaran KGB regio colli kanan dan kiri yang multipel, tidak nyeri dengan diameter 1 s/d 1,5 cm. Di lengan kanan atas tidak ditemukan parut BCG. Pemeriksaan penunjang: Hb 10,3 g/dL, leukosit 6000/µL, hitung jenis Basofil 1 %, eosinofil 2 %, neutrofil batang 4 %, neutrofil segmen 52%, limfosit 38 %, monosit 3 %, LED 60 mm/jam.
Tes Mantoux yang dilakukan 48 jam sebelumnya menunjukkan indurasi 12 mm.
Foto rontgen dada tampank pembesaran hilus di paratrekeal kiri dan kanan, dan infiltrat difus di kedua sisi parenkim paru.
Apa yang dapat anda pelajari dari kasus di atas?
Learning Objectives• 1. Menjelaskan struktur anatomi dan histologi
saluran napas bawah.• 2. Menjelaskan fisiologi saluran napas bawah
dan batuk.• 3. Menjelaskan penyakit saluran napas bawah.• 4. Menjelaskan TBC.(etiologi, klasifikasi, epidemiologi, patofisiologi,
manifestasi klinik, pemeriksaan, penatalaksanaan, prognosis, KIE)
LO 1. Menjelaskan struktur anatomi dan histologi saluran
napas bawah
Cavum thoracis
• Mediastinum • Cavum pleurae Batas-batas Lateral, anterior & posterior : dinding thoraxKaudal : diafragmaKranial : vertebra Th1
Pleura
• Pleura parietalis : brhub dgn dinding thorax mllui jar subserosa yaitu fascia endothoracia
• Pleura viceralis/pulmonalis : melkat erat pada permukaan paru dan masuk ke dlm fissura interlobaris
• Hilum pulmonalis : pintu masuk p.d dan saraf dri mediastinum, terjadi peralihan dri pleura parietalis menjadi viseralis.
Pleura parietalis
• Pars costovertebralis atau costalis• Pars diafragmatica• Pars mediastinalis• Pleura cervicalis atau cupula pleura
Sinus pleura / resesus pleurae
Celah yg dibentuk antara dua permukaan pleura parietale. Pada inspirasi paru masuk ke dlm sinus tsb, tapi tidak mengisi seluruh ruangan tsb.
• Resesus costomediastinalis : pada bagian kiri terdapat lekukan paru yg di namakan incisura cardiaca setinggi ICS 4-5.
• Resesus costodipragmatica / sinus phrenicocostalis • Resesus phrenicomediastinalis
Paru
• Organ yg ringan, lunak, seperti spons dan elastik yg berbentuk seperti kerucut dgn dasar pd diaphragma dan puncaknya mengisi ruangan cupula pleurae
Paru
• Facies costalis• Facies mediastinalis : impressio cardiaca• Facies diphragmatica • Apex pulmonis
Hilum pulmonalis
TRAKEATRAKEABR. INTRABR. INTRA
PULM.PULM.BRONKIOLUSBRONKIOLUS
TN. MUKOSATN. MUKOSA
bertingkatTorak
++
-(LEI)
++++
bertingkatTorak
+++
++++
bertingkatTorak
+++
-+++
bertingkatTorak
+++
---+
Tl. RawanKel. SeromukosaLimfonodusOtot polos
TN. SUBMUKOSATN. SUBMUKOSA
SiliaSel gobletTn. Musk. Muk.
Epitel
BR.BR.TERMINALTERMINAL
BronkiolusBronkiolusTerminalTerminal
BronkiolusBronkiolusRespiratoriusRespiratorius
DuktusDuktusAlveolaAlveola
risrisAlveoliAlveoli
TN. MUKOSATN. MUKOSA
Selapis torak
rendah
+
-
+
-
-
-
+
Selapis
kubis
+
-
+
-
-
-
+
Selapis
Kubis+Alv
-
-
+
-
-
-
+
Pulm.
Sac.
-
-
-
-
-
-
+
SokusSokusAlveola Alveola
risris
Alveol.
-
-
-
-
-
-
-
Gepen
g,
Alv.
-
-
-
-
-
-
-
Tl. Rawan
Kel.Seromuko
sa
Limfonodus
Otot polos
TN. SUBMUKOSATN. SUBMUKOSA
Silia
Sel goblet
Tn. Musk. Muk.
Epitel
LO 2. Menjelaskan fisiologi pernapasan bawah dan batuk
Fisiologi
• Respirasi internal atau seluler ; metabolisme intrasel dlm mitokondria
• Respirasi eksternal ; keselurahan rangkaian yg terlibat dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh
• Respiratori quotient aka R.Q ; Rasio CO2 yg dihasilkan thd O2 yg di konsumsi, bervariasi tergantung pd jenis makanan yg di konsumsi
Repirasi eksternal meliputi
• Pertukaran udara keluar-masuk paru yg dilaksanakan oleh kerja mekanis pernapasan atau ventilasi
• Pertukaran O2 dan CO2 di alveolus scra difusi
• Pengangkutan O2 dan CO2 oleh darah di paru dan jaringan
• Pertukaran O2 dan CO2 di jaringan melalui proses difusi melalui kapiler sistemik
Fungsi• Fungsi utama :
– Menjamin tersedianya O2 bagi kebutuhan metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 hasil metabolisme sel-sel secara terus-menerus
• Fungsi tambahan :– Mengeluarkan air dan panas dari dalam tubuh– Meningkatkan aliran balik vena ( sebagai pompa pernapasan )– Membantu proses berbicara, bernyanyi dan vokalisasi– Menjaga keseimbangan asam basa – proteksi – Organ penciuman
Lubang hidung( mulut)↓
Faring, laring , trakea↓
Bronkus primer↓
Bronkus kecil↓
Bronkiolus↓
Bronkiolus terminalis↓
Bronkiolus respiratorius↓
Duktus alveolaris↓
Sakus alveolaris↓
Alveolus
Alveolus• Struktur sesuai Hukum Fick ; <jarak dan >luas penampang
>kecepatan• Luas penampang ≈ 75m2 ≈ lapangan tenis • Dalam lumen alveolus ada makrofag• Pori-pori kohn pada dinding alveolus aliran udara antar
alveolus yg berdekatan di sbt Ventilasi kolateral penting untuk menyalurkan udara pd alveolus yg saluran udaranya tersumbat akibat penyakit
• Sel alveolus :- Sel tipe 1 : selapis epitel pd dinding alveolus- Sel tipe 2 : menghasilkan surfaktan paru kompleks
fosfolipoprotein mempermudah expansi paru
Tekanan dalam sistem respirasi
• Tekanan atmosfer (barometrik) ≈ 760mmHg b↓ dgn p↑ ketinggian
• Tekanan intra-alveolus atau intrapulmonalis• Tekanan intrapleura atau intratoraks ≈
756mmHg
KOHESIVITAS CAIRAN INTRAPLEURA DAN GRADIEN TEKANANTRANSMURAL MENJAGA DINDING PARU DAN TORAKS MENEMPEL ERAT WALAU PARU < RONGGA TORAKS
N. frenikus n. intercostalis
diafragma m. Intercostalis ext
Bergerak ke bawah Rongga toraks
vertikal>>
Costae terangkat ke Atas dan ke luar
Rongga toraksAnteroposterior >>
Paru mengembang
Tek intraalveolus ↓
Udara mengalir k dlm paru
Atmosfer = intraalveolus
Otot inspirasi melemas
Volume toraks ↓ tek intraalveolus↑
Udara keluar paru mengikutip↓ gradien tekanan
MEKANISME RESPIRASI
Otot pernafasan Otot Hasil kontraksi Waktu stimulasi
Inspirasi
Diafragma Turun m↑ dimensi vertikal
Setiap inspirasi (primer)
m.Intercostalis externus Mengangkat costae ke depan dan ke luar
Seriap inspirasi (sekunder)
m. Skalenus dan m.sternocleidomastoideus
Mengangkat sternum dan 2 costae pertama memperbesar bag atas toraks
Inspirasi paksa
Ekspirasi
Otot abdomen m↑ tekanan intra abdomen gaya ke atas diafragma m↓ dimensi vertikal toraks
Ekspirasi aktif
m.Intercostalis interus Menarik costae ke bawah dan dalam toraks datar
Ekspirasi aktif
• Elastisitas paru : compliance dan daya recoil. • Prinsipnya paru cenderung untuk kolaps• Compliance paru : kemampuan paru untuk
meregang atau mengembang• Daya recoil paru : kemampuan paru untuk
kembali kebentuk awal setelah diregangkan
Faktor-faktor mempengaruhi compliance :• Volume paru : makin besar volume paru, makin kecil
compliance• Elastisitas paru yang buruk → iritasi jaringan paru
(paru fibrosis)→ compliance paru menurun• Edema dan kongesti paru→ compliance paru
menurun• Tegangan permukaan alveol ditentukan surfaktan.
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan pada saat alveol mengempis → agar paru lebih mudah mengembang→ compliance paru meningkat.Surfaktan berkurang→ compliance paru menurunSurfaktan mencegah paru agar tidak kolaps
BATUK
Sebuah aktivitas neural yang dimediasi refleks untuk melindungi paru-paru dari akumulasi sekresi dan masuknya substansi-substansi yang mendekstruksi dan mengiritasi
BATUK
• Butuh inspirasi cepat dengan volume udara yang besar (± 2,5 L) + penutupan cepat glotis + kontraksi kuat dari otot abdominal dan ekspiratori (= tekanan intratorak ↑100 mmHg / >)
• Refleks ↓ otot melemah (paralisis), inaktivasi prolongasi, pascaoperasi (mengenai otot abdominal atau respiratori), depresi fungsi pusat medullar (yang mengintegrasikan refleks batuk
Klasifikasi Batuk
Ada 2 jenis : • akut (IRA-atas o.k. Virus-self limiting dalam 2
minggu) • kronik berulang (gejala batuk yang
berlangsung selama 2 minggu atau lebih; atau batuk yang berulang sedikitnya 3 episode dalam 3 bulan)
RANGSANGAN
RESPONS BATUKEFEKTOR BATUK
(OTOT RESPIRATORIK)
SARAF EFERENMEDULLA
OBLONGATAVAGUS
SARAF AFERENRESEPTOR BATUK
MEKANISME BATUK
Etiologi batukAlergi
Infeksi
Akut
Kronik
Airway clearance
Toksin
Lain - lain
Kronik eksaserbasi
akut
Tumor
Obat -obatan
Asap rokok
Aspirasi benda padat
laringomalasia
asma
Pneumonia, TBC, laringitis, faringitis,
bronkhitis, bronkiolitis,
bronchiectasis
LO 3. Menjelaskan penyakit saluran napas bawah
Bronkiektasis
• Suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (ektasis) dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik persisten atau ireversibel
Epidemiologi
• Di indonesia belum ada lapora pasti mengenai penyakit ini. Tapi pada kenyataannya, penyakit ini sering ditemukan di klinik2 baik pada laki maupun perempuan. Penyakit ini dapat diderita mulai sejak anak, bahkan dapat merupakan kelainan kongenital
Etiologi
• Adanya faktor genetik(kongenital)• Infeksi• Obstruksi bronkus(bisa karna corpus alienum,
karsinoma bronkus atau tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus)
Patofisiologi
• Didahului oleh faktor infeksi bakterialSecara ringkas dikatakan bahawa infeksi pada paru/ bronkus akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul bronkiektasis
• Didahului oleh obstruksi bronkusakan memicu bronkiektasis
Patofisiologi
• Destruksi dan inflamasi dinding bronkus
Klasifikasi
• Bronkiektasis ringanbatuk2 dan sputum warna hijau terjadi sesudah deman
• Bronkiektasis sedangbatuk produktif tiap saat, sputum timbul tiap saat
• Bronkiektasis beratbatuk produktif dgn sputum bnyk berwarna kotor&berbau
Manfes
• Batuk kronik dgn produksi sputum• Hemoptisis/ batuk darah• Sesak napas• Demam berulang
Pemeriksaan
• Radiologis terdapat gambaran kista2 kecil dgn fluid level, mirip seperti gambaran sarang tawon (honey comb appearacnce), gambaran akan lebih jelas pada bronkogram
• Dapat jg menggunakan CT scan paru
Komplikasi
• Bronkitis kronik• Pneumonia dgn atau tanpa atelektasis• Pleuritis• Efusi pleura/ empisema• Hemoptisis• Sinusitis• Kor pulmonal kronik• Kegagalan pernapasan• Amiloidosis(perubahan degeneratif)
Prognosis
• Tergantung pd berat ringannya penyakit• Pada kasus berat dan tak diobati, prognosis
buruk, survival tidak akan lebih dari 5-15 tahun
Hemoptisis
• Batuk darah (hemoptisis) atau dahak bercampur darah harus dibedakan dari hematemesis.
• Hemoptisis => lesi di paru-paru, bronkus/ bronkioli
• Hematemesis => lesi pada sal. Cerna (tukak peptik, gastritis, varises esofagus)
Klasifikasi berdasarkan jumlah darahBercak (streaking)• Vol darah < 15-20 ml/hari• Umumnya terjadi pada bronkitisHemoptisis• Vol darah 20-600 ml/hari• Etio : pendarahan pembuluh darah besar, Ca paru,
pneumonia, TB, emboli paruHemoptisis masif• Vol darah > 600ml/hari• Etio : Ca paru, kavitas pada TB, bronkiektaksisPseudohemoptisis• Merupakan batuk darah dari struktur sal.nafas atas/ sal.cerna
atas / karena perdarahan buatan (karena luka disengaja di mulut, faring, atau rongga hidung)
Patofisiologi• Radang mukosa• Infark paru: Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau inflasi
mikroorganisme pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virusdan infeksi oleh jamur.
• Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler • Distensi pembuluh darah: akibat kenaikan tekanan darah
intraluminal seperti pada dekompensasi kordis kiri akut dan mitral stenosis. Pada mitral stenosis, perdarahan dapat terjadi akibat pelebaran vena bronkialis
• Kelainan membran alveolokapiler: Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada Goodpastures syndrome
• Perdarahan kavitas tuberkulosis Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang
dikenal dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial
• Invasi tumor ganas• Cedera dada
Etiologi • Infeksi (60%) • Neoplasma (20%) • Penyakit kardiovaskuler (5-10%) • Lainnya (5-10%)
Gejala Klinis• Harus dibedalan batuk darah dan muntah darah• Batuk darah dari saluran pernapasan bawah• Muntah darah dari nasofaring atau gastrointestinal
Batuk darah Muntah darah
Darah dibatukkan dengan rasa panas dari tenggorokan
Darah dimuntahkan dengan rasa mual
Darah berbuih bercampur udara
Darah bercampur sisa makanan
Darah segar berwarna merah muda
Darah terkena asam lambung berwarna hitam
Darah bersifat alkalis Darah bersifat asam
Kadang-kadang anemia Sering terjadi anemia
Tes Benzidin negatif Tes Benzidin positif
Diagnosis
• Anamnesis• Pemeriksaan fisik• Pemeriksaan nasofaring• Pemeriksaan jantung• Pemeriksaan dinding dan rongga dada• Laboratorium • Pencitraan• Bronkoskopi
Anamnesis
• Vol dan frekuensi btuk mengindikasi kegawatannya dan mengarah ke penyebab
• Sumber, plg umum epistaksis dan paru• Riwayat penyakit sebelumnya• Gejala yang berhubungan,
ex : demam dan batuk produktif (infeksi), sesak nafas dan sakit dada (emboli paru, CHF), kehilangan BB ( Ca paru, TB, bronkiektaksis)
Pemeriksaan
• Pemeriksaan fisik : Ketidakstabilan sirkulasi dg tanda hipotensi dan takikardi
• Pemeriksaan nasofaring : mencari sumber pendarahan dan apakah sal.nafas masih paten
• Pemeriksaan jantung : adanya hipertensi pulmonal akut, kegagalan ventrikel kiri akut, penyakit katup jantung, endokarditis
Pemeriksaan dinding dan rongga dada
• Trauma dinding dada• Adanya ronki, suara nafas berkurang, perkusi
redup adanya konsolidasi (krn pneumonia, infark paru, atelektasis, ca paru)
• Pleural friction rub di apeks => infark paru• Ronki merata, kardiomegali => edema apru
kardiogenik
Laboratorium
• Pemeriksaan darah tepi : Hb dan Ht ↓, leukositosis, trombositopenia
• Pemeriksaan koagulasi : PT, aPTT• Analisa gas darah : sesak dan sianosis• Pemeriksaan dahak : BTA, pewarnaan gram,
sitopatologik
Pencitraan
• Adanya masa/ kavitas/ infiltrat• Arteriografi bronkial selektif (bila dg
bronkoskopi tidak menunjukan lokasi perdarahan masif)
Penyulit
• Sumbatan trakea dan saluran napas paru bagian distal kolaps dan terjadi atelektasis
• Pneumonia aspirasi darah terhisap ke bagian paru yang sehat
• Bila perdarahan banyak hipovolemia
Penatalaksanaan• Bila batuk darah sedikit tanpa pengobatan• Batuk darah masif (600-100cc/24 jam) istirahat total (apabila batuk berlebihan
dapat diberi obat antibatuk dan penenang ringan bila penderita gelisah)• Reflek batuk harus dijaga tetap baik dan penderita diminta jangan takut
membatukkan darah supaya saluran napas tetap bebas• Penderita dibaringkan dalam dalam posisi trendelenburg dan dimiringkan ke sisi
sakit, sambil dilakukan penghisapan (dengan memakai endotracheal tube)• Infus set menjaga segala kemungkinan atau diberi transfusi darah, bila
diperlukan• Obat-obatan hemostatik ≠ gangguan faal hemostatik• Terapi kolaps, membantu menghentikan perdarahan dengan cara :
– Pneumotoraks artifisial pada sisi yang sakit– Operasi frenikus (pemotongan N. Phrenicus pada sisi yang sakit)– Pneumoperitonium– Operasi melakukan segmentektomi atau lobektomi ataupun pneumoktomi
Pertusis• Manusia: hospes “tuan rumah” satu-satunya.• Tidak ada imunitas bawaan. Antibodi terhadap Pertusis tidak
lewat placenta!• Menular via titik-titik pernafasan langsung dr penderita
kepada 90% penduduk serumah (yang tidak imun)• Sering kali bayi & anak kecil kena infeksi dari kakak atau
dewasa yang menderita secara ringan.• Di USA, 71% kasus pertussis < 5 tahun & 38% < 6 bulan. 1.3%
kasus fatal pada yang < 1 bulan. 0.3% fatal pada bayi yang berumur 2-11 bulan
Epidemiolgi Pertussis
• Masa inkubasi / tunas: 6 – 20 hari (rata-rata 7 – 10 hari)
• Masa infektiviti / tular: Paling mudah menular pada Stadium Kataral (sebelum paroksisma)
• Bisa menular selama 3 minggu, atau 5 hari sesudah Erythromicin dimulai.
• Bayi prematur & pasien yang kena penyakit jantung, paru-paru otot atau saraf-otot (neuromuscular) beresiko tinggi menderita pertusis dan kena komplikasinya.
Etiologi• Bakteri Bordetella pertussis, batang gram negatif, tumbuh
pada suhu kamar, wajib aerobe, segera mati diluar saluran nafas.
• Bakteri ini menyerang sel-sel epitelium yang bersilia di bronkus dan menyebabkan– ♦ infiltrat selular – ♦ banyak sekret– ♦ hiperplasia jaringan limpfe– ♦ nekrosis sel.
• Reaksi ini dapat menular kedalam paru-paru• Sindroma “whooping cough” (batuk paroksismal) yg mirip,
namun lebih ringan, dari Pertussis disebabkan– ♦ B. parapertussis,– ♦ Chlamydia trachomatis– ♦ beberapa jenis Adenovirus.
STRUKTUR ANTIGEN1. Pilli2. Lima faktor keganasan yang diatur bvg (Bordetella
Virulensi Gen)a. Fillmentous haemaglutinin – fungsi : perlekatan pada sel epitel
b. Toksin pertusis– fungsi : limfositosis, sensitisasi histamin, meningkatkan
insulin, aktifasi ribolase ADPc. Adenylcyclase toxind. Demonecrotic toxine. Hemolysin
3. Tracheal cytotoxin
PATOGENESIS DAN PATOLOGI
• Pilli berfungsi untuk perlekatan bakteri pada epitel bersilia saluran napas
• Faktor virulensi dikoordinir oleh locus genetic bVg A, bVg B, bVg C (Bordetella Virulensi Gen)
• Haemaglutinin filamentosa berfungsi untuk memudahkan perlekatan dengan sel epitel saluran napas
• Adanya toksin ekstra seluler limfositosis mengganggu kerja silia menimbun toksin dan zat yang mengiritasi permukaan sel reflek batuk nekrosis sel epitel infiltrasi sel polimorfonuklear peradangan peribronchial dan pneumonia intersisial
Gambaran Klinis• Stadium Kataral: 1-2 minggu
Ciri = – Mulai seperti ISPA biasa– Febris absen atau ringan,– Makin lama makin batuk keras terutama batuk malam
• Stadum Paroksisma / Spasmotik: 4-6 minggu (bisa sampai 10 minggu)Ciri = – Batuk berat yg singkat dan rangkaian 5 – 20 batuk tanpa bernafas. Muka bisa
menjadi merah, sianosis & edema, vena-vena leher melebar, mata menonjol & lidah terjulur
– Setelah rangkaian batuk tanpa bernafas itu, pasien menarik nafas keras dengan suara whoop yang melengking tinggi merupai suara burung laut,
– Kemudian proses tersebut dapat terulang lagi.– Proses ini berhenti kalau pasien mengularkan lendir kental atau
muntahmuntah.– Habis semua ini, pasien terbaring kelelahan, berkeringat, & sesak nafas.
• Stadium Konvalesen / Penyembuhan: 2 – 4 minggu– Batuk masih ada, tetapi serangan rangkaian batuk
serta whoop makin berkurang (frekwensi & beratnya)
– Tidak ada muntah-muntah lagi.– Akhirnya batukpun makin berkurang sampai tiada.
Gambaran laboratorium
• Limfosit pada penderita Pertussis dengan nukleus yang “lobulated”.
• Banyak limfosit di Pertussis disebut “atypical”
• Ada koralasi positif diantara jumlah imfosit & beratnya gejala Pertussis
TES DIAGNOSTIK
• a. Bahan : lendir, bilasan hidung dengan saline• b. Biakan : agar bordet gengou• c. Serologi : < 3 minggu belum tampak > 3
minggu baru tampak
Pengobatan Pertusis• Kasus bayi & balita berat perlu MRS untuk perawatan
pernafasan dengan suksion, oksigen, IV (bahaya minum)• Eritromicin (40mg/kg/hari, max: 2 gm, QID X 14 hari) dapat
menolong meringankan perkembangan batuknya asal dimulai pada stadium kataral. Pada stadium Paroksismal antibiotika hanya menolong menghentikan infektiviti.
• Trimethoprim-sulfamethoxazole pada pasien yang tidak tahan eritromicin tetapi manfaatnya belum dibuktikan
• Steroid dan Beta2 Agonis mungkin dapat menolong.• Pencegahan = imunisasi DPT
DD
• Bronkiolitis (RSV) pada bayi < 6 bulan• Asma• Obstruksi di trakea, benda asing, penekanan
dari kelenjar limf hilus karena TBC atau tumor mediastinal
• Pneumonia virus atau Pneumonia H. Influenza• Lukemia akut (reaksi lukomoid). Bentuknya
limfosit bukan limfoblast
Komplikasi Pertusis• Pneumonia (20%): B. pertussis (jarang) atau bakteri
sekunder.– ♦ Penyebab kematian utama pada bayi & balita.– ♦ Biasanya pneumonia diserta febris baru & tinggi.
hipoxia serebral, pedarahan intrakranial atau keracunan pertusis.
• Perdarahan: Retina, Subkonjungtiva,Serebrum, Purpura, Petikia pada air muka
• Pneumotoraks• Edema muka, jarang• Prolaps rektum, jarang
Histoplasmosis
• Disebabkan oleh jamur Histoplasma kapsulatum yg bersifat dimorfik, hidup dalam tanah yg mengandung kotoran ayam burung kelelawar
• Hidup tumbuh sangat baik pada suhu 220C-290C
Klasifikasi gejala
• Histoplasmosis asimptomatik (90%)Tidak mnimbulkan gejala walau Histoplasma ber(+).
• Histoplasmosis paru akutInfeksi primer bs trjadi pada sekelompok org yg mengunjungi daerah endemik. Setelaha masa inkubasi, bisa >90% mnunjukan gejala mirip flu(gk khas)
• Histoplasmosis Paru kronikbiasany pd org dewasa umur paruh baya riwayat penyakit paru kronik, mis TBC. Bisa jg pada pasien DM dan penyakit mikosis paru lainnya
• Histoplasmosis Diseminatabiasa timbul pada pasien dgn penyakit yg disertai gangguan fungsi sel T, AIDS, transplantasi organ, kortikosteroid.Organ lain yg bisa terkena adalah meningen dan endokardium.Rontgen dada mungkin normal.
Pemeriksaan
• Tes kulit histoplasmin untuk kepentingan epidemiologi
• Tes serologik membantu diagnosis• Pada H. diseminata, diagnosa sulit, yg
membantu adalah antigen di urin yg + pada 90% dari pasiennya.
LO 4. Menjelaskan tentang TBC
Tuberkulosis
• Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
EPIDEMIOLOGI • WHO memperkirakan, 1/3 populasi dunia
terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. • Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian
akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara berkembang.
• Kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan da nifas.
• Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun).
• Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC.
Epidemiologi
MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
Klasifikasi ilmiahKerajaan: BacteriaFilum: ActinobacteriaOrdo: ActinomycetalesSubordo: CorynebacterineaeFamili: MycobacteriaceaeGenus: MycobacteriumSpesies: M. tuberculosisNama binomial:Mycobacterium tuberculosis
Koloni bakteri M. tuberculosis
Berbentuk batang halus berukuran 3 x 0,5 um
Mycobacterium tuberkulosa
• Berbentuk batang.
• Cepat mati oleh sinar matahari langsung (± 5 menit).
• Tahan hidup berbulan-bulan di tempat yang gelap & lembab.
• Kuman bersifat tahan asam → BASIL TAHAN ASAM (BTA).
• Bersifat “dormant” (tidur) dalam jaringan tubuh selama bertahun-tahun.
• Mikroskopik– berbentuk batang halus berukuran 3 x 0.5 um– Tidak berspora dan tidak bersimpai– Pewarnaan Ziehl Nielsen kuman berwarna merah
dengan latar belakang berwarna biru.– Pewarnaan Fluorochrom kuman berflouresensi
dengan warna kuning orange• Pertumbuhan lambat, waktu pembelahan sekitar 20 jam.• Suhu pertumbuhan optimum 37⁰ C.• Pada perbenihan pertumbuhan tampak setelah 2-3 minggu.• Daya tahannya lebih besar dari kuman lain karena
mempunyai sifat hidrofobik permukaan sel
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
1) Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi lagi dalam: 1)Tuberkulosis Paru BTA Positif 2)Tuberkulosis Paru BTA Negatif
2) Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
KlasifikasiKlasifikasi • Tuberkulosis primer
– Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB
– Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya – Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks
primer adalah 4 sampai 6 minggu
• Tuberkulosis pasca primer ( post primary TB )– terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer
( reinfeksi )– Adanya Kavitas / efusi pleura
KlasifikasiKlasifikasi secara radiologi secara radiologi
1. Minimal lesion Tidak ada cavitas / unilateral / apex
sampai vert thoracal 4-52. Moderate Unibilateral / jarang melebihi satu paru /
bila bercak pada paru kurang dari 1/3 paru / bila cavitas diameter kurang dari 4 cm.
3. Far advance Process lebih dari moderate.4. Chronic Fibrosis ( diluar ATA ).
Klasifikasi TBC Klasifikasi TBC (menurut The American Thoracic Society, 1981)(menurut The American Thoracic Society, 1981)Derajat Keterangan
0 Tidak pernah terinfeksi, tidak ada kontak, tidak menderita TBC
1 Tidak pernah terinfeksi,ada riwayat kontak,tidak menderita TBC
2 Terinfeksi TBC / test tuberkulin ( + ), tetapi tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif).
3 Sedang menderita TBC
4 Pernah TBC, tapi saat ini tidak ada penyakit aktif
5 Dicurigai TBC
Klasifikasi berdasarkan riwayat penyakit
a. Kasus baru Pasien belum pernah mendapat obat anti TB (OAT) Pasien mendapat OAT < 1 bulanb. Kasus kambuh Pasien pernah dinyatakan sembuh, tetapi kemudian timbul lagi TB aktifc. Pindahan (Transfer in) Penderita yang pindah berobat dari satu tempat ke tempat laind. Default/ drop-out Pasien sudah berobat minimal 1 bulan, kemudian berhenti 2 bulan / lebih, kemudian datang kembali berobate. Kasus gagal Pasien yang sputum BTA nya tetap positif atau kembali positif pada akhir bulan ke 5 (1 bulan sebelum akhir pengobatan)f. Kasus kronik Pasien yang sputum BTA nya tetap positif setelah mendapat pengobatan ulang lengkap yang disupervisi baik
Patogenesis
Inhalasi M.tuberculosis
Kuman matiKuman mati Fagositosis o/ makrofag alveolus paru
Kuman hidup Kuman hidup
Pembentukan fokus primer Penyebaran limfogen
Penyebaran hematogen
Berkembang biak
Kompleks primerTerbentuk imunitas selular spesifik
Kompleks primerTerbentuk imunitas selular spesifikUji tuberkulin (+)
Masa inkubasi
(2-12 mgu)
Sakit TBSakit TB Infeksi Tb
Infeksi Tb
Komplikasi kompleks primerKomplikasi penyebaran hematogen
Komplikasi penyebaran limfogenImunitas optimal
Meninggal Meninggal
Sembuh Sembuh Sakit TB Sakit TB
Imunitas turun, reaktivasi/reinfeksi
TB primerTB primer
PATOGENESIS TB PRIMER (3-8 minggu)Kuman dibatukkan menjadi droplet nuklei (bisa berthan 1-2 jam di udara bebas)
Terisap orang sehat akan menempel pada saluran napas /jar.paru (<5 mikrometer masuk ke alveolar)
Dihadang oleh neutrofil dan makrofag
Menetap di jar paru berkembang dalam mati dibersihkan makrofag
Sitoplasma makrofag (ke organ tubuh lain)
Membentuk sarang TBC pneumonia kecil(fokus ghon)
Limfangitis lokal
Limfangitis regional
Kompleks primer (Ranke)
Sembuh tanpa cacat sembuh dengan komplikasi & menyebarsedikit bekas
PATOGENESIS TB SEKUNDER = POST PRIMER
Kuman yang dormant pada infeksi TB primer
sarang dini yang berlokasi pada regio atas paru (dimulainya TB sekunder)
Invasi ke daerah parenkim paru tidak ke nodus hiler
Sarangnya bisa menjadi tuberkel (3-10 minggu)
Rearbsopsi tanpa cacat sembuh dgn terbentuk cavitas sebukan jar.fibrosis
Gejala Klinis• Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih• Dahak bercampur darah• Batuk darah• Sesak nafas• Badan lemas• Nafsu makan menurun• Berat badan menurun• Malaise• Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik• Demam meriang lebih dari satu bulan
GGejalaejala tuberkulosis ekstra paru tuberkulosis ekstra paru Tempat infeksi Gejala atau komplikasi
Rongga perut Perasaan lelah, sedikit perih, rasa nyeri seperti sakit usus buntu
Kandung kemih Rasa nyeri saat berkemih
Otak Demam, sakit kepala, mual, mengantuk, kerusakan otak yang menyebabkan koma
Pericardium Demam, pembengkakan vena leher, nafas terengah-engah
Tulang sendi Arthritis
Ginjal Kerusakan ginjal, infeksi sekitar ginjal
Reproduksi pria Gumpalan dalam scrotum
Reproduksi wanita Sterilitas
Tulang punggung Nyeri, menyebabkan kolaps pada vertebrata dan paralisis kaki
Faktor resiko Faktor resiko • Umur • Jenis kelamin (laki-laki)• Tingkat pendidikan • Pekerjaan • Kebiasaan merokok• Kepadatan hunian kamar tidur• Pencahayaan • Ventilasi • Kondisi rumah• Kelembapan udara• Status gizi• Keadaan sos-ek• Perilaku
PEMERIKSAAN
• Penegakan Diagnosis pada TBCApabila seseorang dicurigai menderita atau tertular penyakit TBC
• Maka ada beberapa hal pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk memeberikan diagnosa yang tepat antara lain :– Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.– Pemeriksaan fisik secara langsung.– Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).– Pemeriksaan patologi anatomi (PA).– Rontgen dada (thorax photo).– Uji tuberkulin.
Pemeriksaan dahak mikroskopis• Pemeriksaan dahak berfungsi u/ menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.• Pemeriksaan dahak u/ penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
• S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
• P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
• S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Indikasi pemeriksaan foto toraks• Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan
dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut:- Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif (u/ mendukung diagnosis TB paru BTA positif).- Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.- Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (u/ menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
Foto Rontgen TB
UJI TUBERKULIN (MANTOUX)
• Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan TBC• Menyuntikkan 0,1 ml PPD di daerah flexor lengan bawah
secara intra kutan.• Pembacaan dilakukan setelah 48 – 72 jam penyuntikan• Diukur besarnya diameter indurasi di tempat suntikan:
0–4mm :uji mantoux negatif.3–9mm :uji mantoux meragukan.> 10 mm :uji mantoux positif.
Uji tuberkulin• Uji tuberkulin positif :
– Infeksi TB alamiah• Infeksi TB tanpa sakit TB (infeksi TB laten)• Infeksi TB & sakit TB• TB yg telah sembuh
– Imunisasi BCG (infeksi TB buatan)– Infeksi mikobakterium atipik
• Uji tuberkulin negatif:– # ada infeksi TB– Dalam masa inkubasi infeksi TB– Anergi
Positif palsu
Penyuntikan salahInterpretasi # betulRx silang dgn mycobacterium atipik
Negatif palsu
Masa inkubasiPenyimpanan # baik & penyuntikan salahInterpretasi # betulMenderita TBC luas dan beratDisertai infeksi virus (campak,rubella, cacar air, influenza, HIV)Imunoinkompetensi selular, termasuk pemakaian kortikosteroidKekurangan komplemenDemamLeukositosisMalnutrisiSarkoidosisPsoriasisJejunoileal by passTerkena sinar UV Defisisensi pernisiosaUremia
Sebab-sebab hasil positif palsu dan negatif palsu uji tuberkulin mantoux
Prinsip pengobatan
• OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
• Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
• Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.Tahap awal (intensif)- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.Tahap Lanjutan- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Penatalaksanaana) Isoniasid ( H )Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sanat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang,Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kk BB,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.
b) Rifampisin ( R )Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi –dormant ( persister ) yang
tidak dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kal seminggu.
c) Pirasinamid ( Z )Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB ,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
d) Streptomisin ( S )Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggudigunakan dosis yang sama penderita berumur sampai 60 tahun
dasisnya 0,75 gr/hari sedangkan unuk berumur 60 tahunatau lebih diberikan 0,50 gr/hari.e) Etambulol ( E)Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15
mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kaliseminggu digunakan dosis 30 mg/kg/BB.
Panduan OAT
Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)• Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:- Pasien baru TB paru BTA positif- Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif- Pasien TB ekstra paru
Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)• Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya:- Pasien kambuh- Pasien gagal- Pasien dengan pengobatan setelah default (terputus)
• OAT Sisipan (HRZE)Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket
untuk tahap intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
PENCEGAHAN PENULARAN TBC1. Penderita TBC
– Minum obat secara teratur– Menutup mulut sewaktu batuk atau bersin– Tidak meludah disembarang tempat
2. Untuk keluarga– Menjemur perlengkapan tidur bekas penderita secara
teratur– Membuat ventilasi yang baik agar udara dan sinar matahari
dapat masuk3. Pencegahan lain
– Imunisasi BCG– Meningkatkan daya tahan tubuh dengan memakan
makanan yang bergizi
KOMPLIKASI
• Hemoptisis berat• Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial• Bronkiectasis dan fibrosis • Pneumotorak spontan• Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,
tulang, persendian, ginjal dan sebagainya• Insufisiensi Kardio Pulmoner
TBC pada anak• Faktor resiko :
– Anak yg terpajan dgn org.dew dgn TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan, ling yg # sehat, t4 penampungan umum, t4 yg banyak terdapat pasien TB dew aktif.
• Dr sekian banyak f.resiko, sumber infeksi TB pada anak yg terpenting pajanan trhdp org dew yg infeksius, tu dgn BTA (+)
mis: bayi dr seorang ibu dgn BTA sputum (+) memiliki resiko tinggi terinfeksi TB. Semakin erat bayi tsb dgn ibunya, semakin besar pula kemungkinan bayi tsb terpajan percik renik yg infeksius.
• Pasien TB anak jarang menularkan kuman pada anak lain/org.dewasa di sekitarnya :– Krn kuman TB sgt jarang ditemukan di dalam sekret
endobronkial pasien anak,,hal tsb bisa dijelaskan:• Jumlah kuman pada TB anak biasanya sedikit, tapi krn
imunitas anak masih lemah, jumlah yg sedikit tsbt sudah mampu menyebabkan sakit.
• Lokasi infeksi primer yg kemudian berkembang menjadi sakit TB primer biasanya terjadi di parenkim yg jauh dr bronkus, shg # terjadi produksi sputum
• # ada/sedikitnya produksi sputum & # terdapatnya reseptor batuk di daerah parenkim menyebabkan jarangnya terdapat gejala batuk pada TB anak.
• Anak yg terinfeksi TB # selalu akan mengalami sakit TB• Faktor2 yg dapat menyebabkan berkembangnya infeksi TB
menjadi sakit TB:– Usia
• Anak usia < 5th resikonya > besar, krn imunitas selularnya imatur. Akan b(-) seiring dgn pertambahan usia, anak < dr 5 th TB diseminata (TB milier & meningitis TB)
– Infeksi baru yg ditandain dgn adanya konversi uji tuberkulin(dr (– )menjadi( +) ) dlm 1 th terakhir.
– Malnutrisi, keadaan imunokompromais (infeksi HIV, keganasan, transplantasi organ, dan pengobatan imunosupresi, DM, gagal ginjal kronik)
– Status sosioekonomi yg rendah, penghasilan yg kurang, kepadatan hunian, pengangguran, pendidikan yg rendah, kurangnya dana u/ pelayanan msy.
Gejala umum pada TB anak • Demam lama (> 2 mgu) dan berulang tanpa sebab yg
jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria,dll), yg dapat disertai dengan keringat malam. Demam umumnya # tinggi.
• Batuk lama > 3 mgu, dan sebab lain telah disingkirkan• BB turun tanpa sebab yg jelas, atau # naik dlm 1 bln
dgn penanganan gizi yg adekuat• Nafsu makan # ada (anoreksia) dgn gagal tumbuh & BB
# naik dgn adekuat • Lesu/malaise• Diare persisten yg # sembuh dgn pengobatan baku
diare
Lesi tuberkulosis paruKelenjar limfe : hilus, paratrakeal, mediatinum
parenkim : fokus primer, pneumonia, atelektasis, tuberkuloma, kavitas
Saluran napas : air trapping, penyakit endobronkial, trakeobronkitis, stenosis bronkus, fistula bronkopleura, bronkiektasis, fistula bronkoesofagus
pleura : efusi, fistula bronkopleura, empiema, pneumotoraks, hemotoraks
Pembuluh darah : milier, perdarahan paru
Infeksi TB uji tuberkulin positif tanpa kelainan klinis, radiologis, & lab.
Penyakit TB Paru
di luar paru
TB paru primer (pembesaran kel.hilus dgn/tanpa kel parenkim)TB paru progresif (pneumonia, TB endobronkial)TB paru kronik (kavitas, fibrosis, tuberkuloma)TB miilierEfusi pleura TB
Kel.limfeOtak & selaput otakTulang & sendiSaluran cerna termasuk hati, kantung empedu, pankreasSaluran kemih termasuk ginjalKulitMataTelinga & mastoidJantungMembran serous (peritoneum. perikardium)Kel.endokrin (adrenal)Saluran napas bg atas (tonsil, laring, kel.endokrin)
Bentuk klinis tuberkulosis pada anak
Penyebab batuk kronik berulang pada anak
Bayi Anak kecil Anak besar
GERD Hiperreaktivitas saluran respiratori pascainfeksi virus
Asma
Infeksi Asma Post-nasal drip
Malformasi kongenital Perokok pasif Merokok
PJB GERD TB pulmoner
Perokok pasif Benda asing Bronkiektasis
Polusi lingkungan bronkiektasis Batuk psikogenik
Asma
Frekuensi gejala & tanda TB paru sesuai kelompok umur
Kelompok umur Bayi Anak Akil balik
Gejala
DemamKeringat malamBatukBatuk produktifHemoptisisDispnu
SeringSangat jarangSeringSangat jarangTidak pernahSering
JarangSangat jarangSeringSangat jarangSangat jarangSangat jarang
SeringJarangSeringSeringSangat jarangSangat jarang
Tanda
Ronki basahMengiFremitusPerkusi pekakSuara napas berkurang
Sering Sering Sangat jarangSangat jarangSering
JarangJarangSangat jarangSangat jarangSangat jarang
SangatjarangJarangJarangJarangJarang
Gambaran radiologis pada TB
• Pembesaran kelenjar hilus/paratrakeal dengan/tanpa infiltrat
• Konsolidasi segmental/lobar• Milier• Kalsifikasi dgn infiltrat• Atelektasis• Kavitas• Efusi pleura• Tuberkuloma
Petunjuk WHO u/ diagnosis TB anak
a. Dicurigai tuberkulosa
1. Anak sakit dgn riwayat kontak pasien tuberkulosis dgn diagnosis pasti2. Anak dengan:Keadaan klinis tidak membaik setelah menderita camapak/batuk rejanBB menurun, batuk, dan mengi yg # membaik dgn pengobatan antibiotika u/
penyakit pernapasanPembesaran kel.superfisialis yg tidak sakit
b. Mungkin tuberkulosisAnak yg dicurigai tuberkulosis ditambah: uji tuberkulin (+) (10 mm atau lebih) foto rontgen paru sugestif tuberkulosis pemeriksaan histologis biopsi sugestif tuberkulosis respons yg baik pada pengobatan dengan OAT
c. Pasti tuberkulosis Ditemukan basil tuberkulosis pada pemeriksaan langsung atau biakanIdentifikasi Mycobacterium tuberculosis pada karakteristik biakan
Hal2 yg mencurigakan TB:1.Mempunyai sejarah kontak erat dengan pasien TB dengan BTA (+)2.Uji tuberkulin yg (+) (>10mm)3.Gamabaran foto rontgen sugestif TB4.Terdapat rx kemerahan yg cepat (dalam 3-7hr) setelah imunisasi dgn BCG5.Batuk2 lebih dr 3 mgu6.Sakit dan demam lama/berulang, tanpa sebab yg jelas7.BB turun tanpa sebab yg jelas atau BB kurang baik yg tidak naik dalam 1 bl meskipun sudah dgn penanganan gizi8.Gejala2 klinis spesifik (pada kel.limfe, otak, tulang,dll)9.Skofuloderma10.Konjungtivitis fliktenularis
Bila > 3Bila > 3
Dianggap TBDianggap TB
Beri OAT Observasi 2
Beri OAT Observasi 2
Beri OAT Observasi 2
Beri OAT Observasi 2
Membaik Membaik Memburuk/tetapMemburuk/tetap
TBTB
Teruskan Teruskan
Bukan Bukan TB kebal obatTB kebal obat
Rujuk ke RSRujuk ke RS
Perhatian Bila terdapat tanda2 bahaya:KejangKesadaran menurunKaku dudukBenjolan di punggungDllSegera rujuk ke RS
RS/RS pendidikian:Gejala klinisUji tuberkulinFoto rontgenPemeriksaan mikrobiologi dan serologiPemeriksaan patologi anatomiProsedur diagnosis dan tatalaksana yg sesuai dgn prosedur RS yg bersangkutan
Diagnosis
• Diagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak – anak batuk bukan merupakan gejala utama.
• Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit, maka diagnosis TB anak perlu kriteria lain dengan menggunakan sistem skor .
• Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan , lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang.
Nama obat Dosis harian (mg/kgBB/hari)
Dosis maksimal(mg/hari)
Efek samping
Isoniazid 5-15 300 Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitas
Rifampisin 10-20 600 GIT, rx kulit, hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim hati, cairan tubuh berwarna oranye kemerahan
Pirazinamid 15-30 2000 Toksisitas hati, artralgia, GIT
Etambutol 15-20 1250 Neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah-hijau, penyempitan lapang pandang, hipersensitivitas, GIT
Streptomisin 15-40 1000 Ototoksisk, nefrotoksik
PenatalaksanaanKategori Anak (2RHZ/ 4RH)• Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat
dan diberikan dalam waktu 6 bulan. OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan anak.
Keterangan:• Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah
sakit• Anak dengan BB 15 – 19 kg dapat diberikan 3 tablet.• Anak dengan BB > 33 kg , dirujuk ke rumah sakit.• Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah• OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh
atau digerus sesaat sebelum diminum.
Pengobatan Pencegahan (Profilaksis) untuk Anak
• Pada semua anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB dengan BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan menggunakan sistem skoring.
• Bila hasil evaluasi dengan skoring sistem didapat skor < 5, kepada anak tersebut diberikan Isoniazid (INH) dengan dosis 5 – 10 mg/kg BB/hari selama 6 bulan.
• Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan pencegahan selesai.
Kesimpulan
• Berdasarkan hasil pemeriksaan muali dari fisik sampai foto rontgen, Bobi mengalami batuk kronis yg disebabkan oleh infeksi pada paru.
Saran
• Melakukan pemeriksaan penunjang u/ diagnosis pasti.
• Berikan pengobatan yang sesuai dengan etiologi penyakit.
• Minum obat secara teratur.• Melakukan vaksinasi BCG.• Meningkatkan daya tahan tubuh dengan baik
(makan, minum, istirahat, olah raga teratur ).
Daftar Pustaka• Sherwood, L. (2001). Fisiologi Manusia, 2nd ed. EGC. Jakarta.• Sudoyo, AW, et al. (2009). Ilmu Penyakit dalam, 5th ed. Interna
Publishing. Jakarta.• Rahajoe, NN. Supriyanto, B, et al. (2010). Buku Ajar Respiratologi
Anak. FKUI. Jakarta.• Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis, 2nd ed. (2006). Jakarta.• Lee son, TS. Leeson, CR. Paparo, AA. (1996). Histologi, 5th ed. EGC.
Jakarta.• Price, SA. Wilson, LM. (2005). Patofisiologi, 6th ed. EGC. Jakarta.• Istiantoro, YH. Setiabudy. (2007). Farmakologi dan Terapi,
Tuberkulostatik dan Leprostatik, 5th ed. FKUI. Jakarta.