pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

25
41 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Kualitas Air Tanah di Desa Dauh Puri Kaja Kota Denpasar Desa Dauh Puri Kaja terletak di Kecamatan Denpasar Utara Propinsi Bali. Topografi Desa Dauh Puri Kaja berupa wilayah dataran dengan luas 109 ha, ketinggian tempat 200 dpl, curah hujan 2000 mm/tahun dan suhu rata-ata 27 o C. Populasi penduduk mencapai 10.450 jiwa yang terdiri atas 4209 kepala keluarga, sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai pedagang dan buruh/swasta. Bidang usaha yang dapat ditemui di Desa Dauh Puri Kaja antara lain adalah industri makanan, mini market, toko, restoran, warung kelontong, jasa laundry, usaha hunian kos dan usaha peternakan. Pemenuhan kebutuhan air bersih terdiri atas pemanfaatan sumur gali, sumur pompa dan jaringan PDAM. Terdapat dua aliran sungai yang merupakan anak Sungai Badung berada dalam kondisi tercemar, mengalami pendangkalan dan keruh (Desa Dauh Puri Kaja, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa air tanah pada klaster 1 (permukiman kumuh), 2 (permukiman bantaran sungai), dan 3 (permukiman terencana) mengandung unsur-unsur yang mengakibatkan terjadinya pencemaran. Hasil uji terhadap parameter fisik Total Suspended Solid (TSS) menunjukkan bahwa air pada klaster 1 dan 2 telah melebihi baku mutu air kelas I dan II (50mg/l), sedangkan pada klaster 3 TSS masih berada di bawah baku mutu. TSS terdiri dari partikel-partikel yang ukuran dan beratnya lebih kecil dari sedimen. Rata-rata nilai TSS pada Klaster 1,2 dan 3 dapat dilihat pada Gambar 9.

Transcript of pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

Page 1: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

41

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Kualitas Air Tanah di Desa Dauh Puri Kaja Kota Denpasar

Desa Dauh Puri Kaja terletak di Kecamatan Denpasar Utara Propinsi

Bali. Topografi Desa Dauh Puri Kaja berupa wilayah dataran dengan luas 109 ha,

ketinggian tempat 200 dpl, curah hujan 2000 mm/tahun dan suhu rata-ata 27oC.

Populasi penduduk mencapai 10.450 jiwa yang terdiri atas 4209 kepala keluarga,

sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai pedagang dan buruh/swasta. Bidang

usaha yang dapat ditemui di Desa Dauh Puri Kaja antara lain adalah industri

makanan, mini market, toko, restoran, warung kelontong, jasa laundry, usaha

hunian kos dan usaha peternakan. Pemenuhan kebutuhan air bersih terdiri atas

pemanfaatan sumur gali, sumur pompa dan jaringan PDAM. Terdapat dua aliran

sungai yang merupakan anak Sungai Badung berada dalam kondisi tercemar,

mengalami pendangkalan dan keruh (Desa Dauh Puri Kaja, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa air tanah pada klaster 1

(permukiman kumuh), 2 (permukiman bantaran sungai), dan 3 (permukiman

terencana) mengandung unsur-unsur yang mengakibatkan terjadinya pencemaran.

Hasil uji terhadap parameter fisik Total Suspended Solid (TSS)

menunjukkan bahwa air pada klaster 1 dan 2 telah melebihi baku mutu air kelas I

dan II (50mg/l), sedangkan pada klaster 3 TSS masih berada di bawah baku mutu.

TSS terdiri dari partikel-partikel yang ukuran dan beratnya lebih kecil dari

sedimen. Rata-rata nilai TSS pada Klaster 1,2 dan 3 dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 2: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

Gambar 9. Grafik Nilai Parameter

Rata-rata kandungan TSS pada klaster 2 mencapai 117,67

tinggi jika dibandingkan dengan klaster I

merupakan kawasan hunian di atas bantaran S

klaster 2 berada pada radius rata

Badung. Alih fungsi lahan dari vegetasi (

(non vegetated land) pada DAS Badung, berakibat pada tingginya kontaminasi

TSS air tanah di klaster 2 akibat la

Korelasi antara kekeruhan dan TSS bersifat unik/spesifik untuk setiap

lokasi (Komalig. 2011). Lokasi pengambi

kawasan permukiman

oleh limpasan bahan buangan organik yang masuk (infiltrasi) ke dalam aquifer air

tanah. Terakumulasinya polutan TSS ke dalam air tanah baik sec

maupun tak langsung menurukan kualitas air tanah secara fisik, kimia, maupun

mikrobiologis. TSS dengan kandungan bahan organik tinggi memengaruhi

Grafik Nilai Parameter Total Suspended Solid

rata kandungan TSS pada klaster 2 mencapai 117,67

tinggi jika dibandingkan dengan klaster I (97,00 mg/l). Secara geografis klaster II

awasan hunian di atas bantaran Sungai Badung. Lokasi

klaster 2 berada pada radius rata-rata kurang dari 10 meter dari tepi sungai

Badung. Alih fungsi lahan dari vegetasi (vegetated land) menjadi non veget

) pada DAS Badung, berakibat pada tingginya kontaminasi

TSS air tanah di klaster 2 akibat laju sedimentasi dan erosi tanah.

Korelasi antara kekeruhan dan TSS bersifat unik/spesifik untuk setiap

2011). Lokasi pengambilan sampel pada klaster 1 berada di

permukiman kumuh, nilai TSS pada klaster ini antara lain dipengaruhi

oleh limpasan bahan buangan organik yang masuk (infiltrasi) ke dalam aquifer air

tanah. Terakumulasinya polutan TSS ke dalam air tanah baik sec

maupun tak langsung menurukan kualitas air tanah secara fisik, kimia, maupun

mikrobiologis. TSS dengan kandungan bahan organik tinggi memengaruhi

42

Total Suspended Solid (TSS)

rata kandungan TSS pada klaster 2 mencapai 117,67 mg/l, lebih

Secara geografis klaster II

ungai Badung. Lokasi sampling di

rata kurang dari 10 meter dari tepi sungai

) menjadi non vegetasi

) pada DAS Badung, berakibat pada tingginya kontaminasi

Korelasi antara kekeruhan dan TSS bersifat unik/spesifik untuk setiap

lan sampel pada klaster 1 berada di

kumuh, nilai TSS pada klaster ini antara lain dipengaruhi

oleh limpasan bahan buangan organik yang masuk (infiltrasi) ke dalam aquifer air

tanah. Terakumulasinya polutan TSS ke dalam air tanah baik secara langsung

maupun tak langsung menurukan kualitas air tanah secara fisik, kimia, maupun

mikrobiologis. TSS dengan kandungan bahan organik tinggi memengaruhi

Page 3: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

aktivitas arobik dengan menaikkan populasi mikrororganisme pengurai.

Mikroorganisme dalam lingkun

bahan buangan organik yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air.

Pencemaran bahan organik pada air tanah menyebabkan defisit oksigen,

ini kadar (Biological Oxygen Demand

Demand (COD) akan naik (Warlina, 2004).

Nilai parameter BOD (2,53

klaster 1 telah melebihi baku mutu

yang dibutuhkan oleh mikroo

limbah organik di dalam air tanah pada klaster 1

BOD dan COD berada di bawah batas ambang baku mutu dan semakin menurun

kuantitasnya pada klaster 3.

klaster 1, 2, dan 3, disajikan pada Gambar 10

Gambar 10. Grafik Distribusi Nilai Chemical Oxygen Demand

aktivitas arobik dengan menaikkan populasi mikrororganisme pengurai.

Mikroorganisme dalam lingkungan air tanah berfungsi memecah (mendegradasi)

bahan buangan organik yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air.

Pencemaran bahan organik pada air tanah menyebabkan defisit oksigen,

Biological Oxygen Demand) BOD selanjutnya nilai Chemical Oxygen

akan naik (Warlina, 2004).

Nilai parameter BOD (2,53 mg/l) dan COD (15,2 mg/l

klaster 1 telah melebihi baku mutu, hal ini menunjukkan tingginya jumlah oksigen

yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dan reaksi kimia untuk mengoksidasi

limbah organik di dalam air tanah pada klaster 1. Pada klaster 2 Nilai parameter

BOD dan COD berada di bawah batas ambang baku mutu dan semakin menurun

kuantitasnya pada klaster 3. Grafik distribusi rata-rata nilai BOD dan COD pada

, dan 3, disajikan pada Gambar 10.

. Grafik Distribusi Nilai Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD).

43

aktivitas arobik dengan menaikkan populasi mikrororganisme pengurai.

gan air tanah berfungsi memecah (mendegradasi)

bahan buangan organik yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air.

Pencemaran bahan organik pada air tanah menyebabkan defisit oksigen, dalam hal

Chemical Oxygen

mg/l) pada air tanah

al ini menunjukkan tingginya jumlah oksigen

rganisme dan reaksi kimia untuk mengoksidasi

klaster 2 Nilai parameter

BOD dan COD berada di bawah batas ambang baku mutu dan semakin menurun

lai BOD dan COD pada

(BOD) dan

Page 4: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

Parameter BOD dan COD merupakan indikator terjadinya penemaran

limbah organik. Limbah organik berasal dari

water merupakan limbah rumah tangga non kakus

mandi, dapur yang mengandung sisa makanan d

kawasan permukiman

Hasil kajian dari Kelompok Kerja Sanitasi Kota Denpasar Tahun 2008

menunjukkan bahwa 62% masyarakat cenderung membuang limbah cair

domestiknya ke saluran drainase (sungai), 26 % melalui tangki septic dan 12%

masyarakat membuang limbah cair domestiknya ke halaman.

organik di dalam air tanah dibuktikan dari hasil analisis parameter beberapa

kandungan bahan organik (N, NH

ditunjukkan pada Gambar 11

Gambar 11. Grafik Kandungan Bahan Organik (N, NH

Parameter BOD dan COD merupakan indikator terjadinya penemaran

Limbah organik berasal dari grey water dan black water

merupakan limbah rumah tangga non kakus yang bersumber dari kamar

mandi, dapur yang mengandung sisa makanan dan tempat cuci,

permukiman dibuang langsung ke selokan tanpa diolah terlebih dahulu.

Hasil kajian dari Kelompok Kerja Sanitasi Kota Denpasar Tahun 2008

menunjukkan bahwa 62% masyarakat cenderung membuang limbah cair

saluran drainase (sungai), 26 % melalui tangki septic dan 12%

masyarakat membuang limbah cair domestiknya ke halaman. Keberadaan bahan

organik di dalam air tanah dibuktikan dari hasil analisis parameter beberapa

kandungan bahan organik (N, NH3, dan H2S) pada sampel di klaster 1,2 dan 3

ditunjukkan pada Gambar 11.

. Grafik Kandungan Bahan Organik (N, NH3, dan H2S)

44

Parameter BOD dan COD merupakan indikator terjadinya penemaran

black water. Grey

yang bersumber dari kamar

an tempat cuci, grey water dari

dibuang langsung ke selokan tanpa diolah terlebih dahulu.

Hasil kajian dari Kelompok Kerja Sanitasi Kota Denpasar Tahun 2008

menunjukkan bahwa 62% masyarakat cenderung membuang limbah cair

saluran drainase (sungai), 26 % melalui tangki septic dan 12%

Keberadaan bahan

organik di dalam air tanah dibuktikan dari hasil analisis parameter beberapa

da sampel di klaster 1,2 dan 3

, dan H2S)

Page 5: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

Gambar 11

amoniak/amoniak bebas) pada klaster 1 dan 2 berada di bawah batas

mutu (0,5mg/l), sedangkan pada klaster 3 telah melebihi baku mutu yaitu 1,26

mg/l. Pencemaran amoniak bebas pada air sumur penduduk merupakan dampak

dari sanitasi yang buruk berupa peresapan limbah yang mengandung unsur

protein, lemak, karbohi

parameter NH3-N pada klaster 3 antara lain dipengaruhi oleh intensitas

pembuangan limbah

terkelola dengan baik.

Pencemaran air tanah mempunyai hubun

mikroorganisme dalam perairan tersebut.

air minum kelas I adalah maksimal 1000 di setiap 100 ml air sampel

Propinsi Bali No 8

Coliform pada klaster 1, 2 dan 3 masih di bawah batas ambang baku mutu (1000

MPN/100 ml). Nilai total

Gambar 12.

Gambar 12. Rata-rata Nilai Total

dan 3

Gambar 11 menunjukkan nilai parameter NH

amoniak/amoniak bebas) pada klaster 1 dan 2 berada di bawah batas

), sedangkan pada klaster 3 telah melebihi baku mutu yaitu 1,26

. Pencemaran amoniak bebas pada air sumur penduduk merupakan dampak

dari sanitasi yang buruk berupa peresapan limbah yang mengandung unsur

protein, lemak, karbohidrat, minyak, deterjen dan sulfaktan. Tingginya nilai

N pada klaster 3 antara lain dipengaruhi oleh intensitas

pembuangan limbah deterjen skala usaha maupun rumah tangga

terkelola dengan baik.

Pencemaran air tanah mempunyai hubungan dengan jenis dan jumlah

mikroorganisme dalam perairan tersebut. Jumlah minimum total coliform air baku

air minum kelas I adalah maksimal 1000 di setiap 100 ml air sampel

Propinsi Bali No 8, 2007). Data hasil penelitian menunjukkan bahwa total

pada klaster 1, 2 dan 3 masih di bawah batas ambang baku mutu (1000

MPN/100 ml). Nilai total Coliform pada masing-masing klaster dapat dilihat pada

rata Nilai Total Coliform Sampel Air Tanah p

45

menunjukkan nilai parameter NH3-N (nitrogen

amoniak/amoniak bebas) pada klaster 1 dan 2 berada di bawah batas ambang baku

), sedangkan pada klaster 3 telah melebihi baku mutu yaitu 1,26

. Pencemaran amoniak bebas pada air sumur penduduk merupakan dampak

dari sanitasi yang buruk berupa peresapan limbah yang mengandung unsur

drat, minyak, deterjen dan sulfaktan. Tingginya nilai

N pada klaster 3 antara lain dipengaruhi oleh intensitas

deterjen skala usaha maupun rumah tangga yang belum

gan dengan jenis dan jumlah

minimum total coliform air baku

air minum kelas I adalah maksimal 1000 di setiap 100 ml air sampel (Pergub

. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa total

pada klaster 1, 2 dan 3 masih di bawah batas ambang baku mutu (1000

ter dapat dilihat pada

Sampel Air Tanah pada Klaster 1,2,

Page 6: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

46

Keberadaan bakteri Coliform pada klaster 2 dipengaruhi oleh letak

geografis kawasan ini di sepanjang aliran Sungai Badung. Sungai Badung telah

tercemar oleh Echericia coli (E. coli) pada semua titik pantau, dengan kepadatan

tertinggi pada titik pantau 2, kawasan titik pantau 2 tersebut berada pada daerah

pertengahan atas, yaitu pada saat aliran sungai melewati kabupaten Badung dan

masuk ke kota Denpasar bagian utara (BLH Denpasar, 2009). Keberadaan bakteri

coliform disebabkan oleh adanya pencemar black water yang bersal dari feses,

baik feses manusia maupun peternakan di sepanjang aliran sungai, hasil temuan di

lokasi penelitian masih dijumpai kebiasaan atau perilaku masyarakat yang

melakukan buang air besar (Open defication) langsung di perairan Sungai

Badung.

Gas H2S terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik oleh bakteri.

Keberadaan bakteri Coliform di dalam air diasosiasikan dengan organisme

penghasil hidrogen sulfide/H2S (Sobsay, 2001). Nilai parameter H2S tertinggi

dijumpai pada klaster 2 (0,02 mg/l), kemudian diikuti oleh klaster 1 (0,01 mg/l),

sedangkan pada klaster 3 tidak terdeteksi adanya gas H2S.

Hasil analisis parameter logam berat Kromium Val 6+ (Cr 6+) dan

Kadmium (Cd). pada sampel air tanah menunjukkan bahwa pada klaster 1, 2, dan

3 tidak dijumpai adanya unsur tersebut (0,0 mg/l), artinya air tanah di lokasi

penelitian tidak terkontaminasi oleh logam berat Cd dan Cr. Cd dan Cr merupakan

bahan pencemar anorganik yang sukar terdegradasi dan secara akumulatif

membahayakan organisme hidup (Walina, 2004).

Hasil analisis terhadap parameter Cl- menunjukkan Angka tertinggi

dijumpai pada klaster 2 (68,75mg/l), diikuti oleh klaster 3 (37,58 mg/l) dan

Page 7: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

kemudian klaster 1 (32,58

bawah baku mutu. Nilai

pada Gambar 13.

Gambar 13

6.2 Klasifikasi Status Padat Permukiman Desa Dauh Puri Kaja

6.2.1 Klasifikasi Status

Sampel air tanah pada klaster 1 diambil dari sumur yang berlokasi di

tengah-tengah permukiman

semi permanen. Hasil analisis evaluasi berdasarkan nilai indeks pencemaran

menunjukkan bahwa status mutu air tanah pada klaster 1 berada dalam kategori

cemar ringan (Pij=3,29

faktor penyebab pencem

parameter fisika, kimia, mikrobiologi yang menunjukkan tingginya keberadaan

zat organik pada sampel air tanah. Beberapa parameter telah melampaui baku

mutu yang dipersyaratkan , yaitu padatan terlarut

kemudian klaster 1 (32,58 mg/l), secara umum kandungan Cl-

Nilai parameter Cl- pada masing-masing klas

Gambar 13. Grafik Rata-rata Nilai Klorida (Cl-)

6.2 Klasifikasi Status Mutu Air Tanah dan Karakteristik KlasterPermukiman Desa Dauh Puri Kaja

Status Mutu Air Tanah dan Karakteristik Klaster I

Sampel air tanah pada klaster 1 diambil dari sumur yang berlokasi di

permukiman kumuh, sebagian besar permukiman terdiri atas

semi permanen. Hasil analisis evaluasi berdasarkan nilai indeks pencemaran

menunjukkan bahwa status mutu air tanah pada klaster 1 berada dalam kategori

cemar ringan (Pij=3,29 (1,0≤PIj<5,0)). Masalah sanitasi lingkungan menjadi

faktor penyebab pencemaran, hal ini dibuktikan dari hasil pengukuran sejumlah

parameter fisika, kimia, mikrobiologi yang menunjukkan tingginya keberadaan

zat organik pada sampel air tanah. Beberapa parameter telah melampaui baku

mutu yang dipersyaratkan , yaitu padatan terlarut (TSS) 97,00 mg/l

47

masih berada di

masing klaster dapat dilihat

dan Karakteristik Klaster di Kawasan

Klaster I

Sampel air tanah pada klaster 1 diambil dari sumur yang berlokasi di

terdiri atas rumah

semi permanen. Hasil analisis evaluasi berdasarkan nilai indeks pencemaran

menunjukkan bahwa status mutu air tanah pada klaster 1 berada dalam kategori

lingkungan menjadi

aran, hal ini dibuktikan dari hasil pengukuran sejumlah

parameter fisika, kimia, mikrobiologi yang menunjukkan tingginya keberadaan

zat organik pada sampel air tanah. Beberapa parameter telah melampaui baku

mg/l, BOD (2,53

Page 8: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

48

mg/l), COD (15,20 mg/l), Nitrit sebagai N (0,09 mg/l) dan H2S (0,01). Kondisi

lingkungan klaster 1, disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Kondisi Lingkungan Klaster 1

Hasil penelitian menunjukan air tanah pada klaster I mengandung begitu

banyak partikel bahan tersuspensi (TSS) hingga melebihi baku mutu yang

ditetapkan (50mg/l). Material penyebab kekeruhan terdiri atas bahan organik yang

tersebar dari partikel-partikel kecil tersuspensi. Padatan tersuspensi pada

umumnya terdiri atas fitoplankton, zooplankton, dan limbah domestik yang

berasal dari kotoran hewan dan manusia (Sastrawijaya, 2009).

Potensi kontaminasi limbah domestik pada klaster 1 sangat tinggi,

sebagai sebuah kawasan kumuh, tingkat keterusan pembuangan limbah/ buangan

organik memengaruhi nilai TSS air tanah. Tingginya nilai parameter TSS

meningkatkan proses oksidasi zat organik secara aerobik. Oksidasi zat organik ini

terus berlangsung saat kondisi oksigen dalam air tanah terdapat dalam jumlah

a. Sebagian besar tutupan permukaan lahan (surface) pada klaster 1 adalah berupa tanah dan cenderung dalam keadaan tererendam air (becek).

b. Limpasan Grey water dibuang langsung melalui saluran air menuju ke sungai atau ke permukaan tanah

Page 9: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

49

cukup, produk akhir proses penguraian ini adalah berupa bahan organik stabil , sel

mikroorganisme yang baru dan energi (Sastrawijaya, 2009).

Sawyer dan McCarty, (1978) dalam Effendi (2003) menjelaskan bahwa

semakin banyak limbah organik yang masuk dan tinggal pada lapisan aerobik

maka semakin besar pula kebutuhan oksigen bagi mikroba yang mendekomposisi,

bahkan jika keperluan oksigen bagi mikroba yang ada melebihi konsentrasi

oksigen terlarut maka oksigen terlarut menjadi nol dan mikroba aerobpun akan

musnah digantikan oleh mikroba anaerob dan fakultatif (tidak memerlukan

oksigen). Mikroba/bakteri mendegradasi senyawa organik menjadi karbon

dioksida dan air, serta mengubah amoniak menjadi nitrit dalam daur biogeokimia

air. Proses transformasi tersebut memerlukan oksigen, sehingga meningkatkan

nilai parameter Biological Oxygen Demand (BOD). Kondisi ini sesuai dengan

hasil penelitian yang menunjukkan tingginya nilai rata-rata parameter BOD (2,53

mg/l).

Warlina (2004) menyebutkan bahwa jika pada perairan terdapat bahan

organik yang resisten terhadap degradasi biologis maka zat organik akan

teroksidasi melalui reaksi kimia, hal ini dapat meningkatkan nilai Chemical

Oxygen Demand (COD). Hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata nilai

COD pada Klaster I berada pada angka 15,20 mg/l, melebihi baku mutu yang

dipersyaratkan (10,0 mg/l).

Proses dekomposisi zat organik dalam air tanah menghasilkan senyawa-

senyawa kimia diantaranya NH3-N, Nitrit dan H2S. Hasil uji laboratorium

menunjukkan bahwa nilai parameter NH3-N pada klaster 1 berada pada

konsentrasi yang cukup tinggi yaitu 0,47 mg/l (baku mutu : 0,50 mg/l), hal ini

Page 10: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

50

mengindikasikan tingginya kontaminasi zat organik akibat pengaruh pencemaran

limbah domestik. NH3-N bersumber dari air seni, tinja dan oksidasi zat organik

secara mikrobiologis. (Purba, 2009), selanjutnya nitrogen amoniak akan

ditransformasi dalam bentuk Nitrat (NO3) atau Nitrit (NO2) melalui fiksasi

nitrogen (pengikatan). Sastrawijaya (2000) menjelaskan bahwa kandungan nitrit

pada air dapat dipengaruhi oleh adanya unsur NH3-N (nitrogen amoniak), jika

NH3-N diubah menjadi nitrat oleh bakteri maka akan terdapat nitrit dalam air, hal

ini dibuktikan dengan tinginya nilai parameter Nitrit (NO2) pada klaster 1 hingga

melebihi batas ambang baku mutu yaitu sebesar 0,09 mg/l.

Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pencemaran zat organik pada

klaster 1 adalah kondisi kamar mandi penduduk tidak difasilitasi oleh tangki

septik dan saluran air yang tidak memenuhi syarat. Limpasan Grey water dibuang

langsung melalui saluran air menuju ke sungai atau ke permukaan tanah. Selain

itu, sebagian besar tutupan permukaan lahan (surface) pada klaster 1 adalah

berupa tanah dan cenderung dalam keadaan tererendam air (becek) kondisi ini

memungkinkan terjadinya proses infiltrasi air yang terkontaminasi bahan

pencemar organik hingga mencapai aquifer air tanah.

6.2.2 Klasifikasi Status Mutu Air Tanah dan Karakteristik Klaster 2

Klaster 2 merupakan kawasan hunian di bantaran sungai (kawasan yang

berbatasan langsung dengan sungai). Klaster 2 terletak sepanjang aliran anak

Sungai Badung yang membelah Desa Dauh Puri Kaja, klaster 2 seharusnya

merupakan kawasan penyangga bagi kelestarian ekosistem sungai, namun di Desa

Dauh Puri Kaja sebagian besar telah beralih fungsi menjadi kawasan permukiman.

Bentuk kegiatan masyarakat yang dapat ditemui adalah sentra produksi kuliner

Page 11: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

skala kecil-menengah, warung kelontong, warung makan, serta peternakan (

Dauh Puri Kaja, 2009).

Sebagian besar masyarakat beraktivitas memanfaatkan air tanah sebagai

sumber utama pemenuhan kebutuhan sehari

tersebut pada umumnya belum memiliki sistem pembuangan limbah rumah

tangga yang terkoordinasi dengan baik. Kondisi tata lingkungan kawasan kl

disajikan pada Gambar 15

Gambar 15

Pada Gambar 15

bantaran Sungai Badung

masyarakat terhadap

masyarakat memanfaatan

(a)

(c)

menengah, warung kelontong, warung makan, serta peternakan (

, 2009).

Sebagian besar masyarakat beraktivitas memanfaatkan air tanah sebagai

sumber utama pemenuhan kebutuhan sehari-hari, berbagai aktivitas masyarakat

tersebut pada umumnya belum memiliki sistem pembuangan limbah rumah

terkoordinasi dengan baik. Kondisi tata lingkungan kawasan kl

disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15. Kondisi Lingkungan Kawasan Klaster 2

Pada Gambar 15 (a) dan (b) menunjukkan pemanfaatan kawasan

Sungai Badung sebagai kawasan permukiman, ketergantungan

masyarakat terhadap Sungai Badung ditunjukkan pada Gambar 15

masyarakat memanfaatan Sungai Badung untuk mencuci (Gambar 15

(a) (b)

(c) (d)

51

menengah, warung kelontong, warung makan, serta peternakan (Desa

Sebagian besar masyarakat beraktivitas memanfaatkan air tanah sebagai

hari, berbagai aktivitas masyarakat

tersebut pada umumnya belum memiliki sistem pembuangan limbah rumah

terkoordinasi dengan baik. Kondisi tata lingkungan kawasan klaster 2

. Kondisi Lingkungan Kawasan Klaster 2

(a) dan (b) menunjukkan pemanfaatan kawasan

, ketergantungan

ditunjukkan pada Gambar 15 sebagian

untuk mencuci (Gambar 15d), temuan

Page 12: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

52

di lokasi penelitian masih dijumpai kebiasaan atau perilaku masyarakat yang

membuang limbahnya dan melakukan buang air besar langsung di perairan Sungai

Badung (Gambar 15c).

Hasil analisis evaluasi berdasarkan nilai indeks pencemaran

menunjukkan bahwa status mutu air tanah pada klaster 2 berada dalam kategori

cemar berat (Pij= 10,2(PIj>10,0)), uji laboratorium terhadap air tanah di klaster 2

menunjukkan bahwa beberapa parameter telah melampaui baku mutu air Kelas I

Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007, yaitu parameter padatan terlarut

(TSS) 117,67 mg/l, dan H2S (0,02). H2S adalah rumus kimia dari gas Hidrogen

Sulfida yang terbentuk dari dua unsur Hidrogen dan satu unsur Sulfur. Gas H2S

disebut juga asam belerang atau uap bau (Elnusa, 2010), selanjutnya dijelaskan

bahwa Gas H2S terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik oleh bakteri.

Keberadaan bakteri Coliform di dalam air diasosiasikan dengan

organisme penghasil hidrogen sulfide/H2S (Sobsay 2001). Nilai parameter H2S

tertinggi dijumpai pada klaster 2 (0,02 mg/l), kemudian diikuti oleh klaster 1 (0,01

mg/l), sedangkan pada klaster 3 tidak terdeteksi adanya gas H2S. Hal ini berkaitan

erat dengan jumlah total Coliform pada tiap klaster. Hasil analisis uji kualitas

mikrobiologis menunjukkan bahwa total Coliform pada klaster 2 masih di bawah

batas ambang baku mutu (1000 MPN/100 ml), namun pada titik sampling 1 di

klaster 2 dijumpai total Coliform dengan indeks MPN mencapai angka 460

(≥2400 MPN/100ml), jumlah tersebut memengaruhi tingginya rata-rata nilai total

Coliform dan kandungan gas H2S pada klaster 2.

Faktor-faktor yang memengaruhi angka Coliform total dan kadar H2S

pada klaster 2 adalah buruknya sistem sanitasi di kawasan bantaran sungai, dan

Page 13: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

53

masuknya bahan pencemar dari air permukaan/ Sungai Badung ke dalam akuifer

air tanah secara perlokasi. Lingkungan merupakan aspek yang memiliki pengaruh

cukup besar atas terciptanya kondisi air tanah pada daerah perkotaan (Putranto,

1998). Kondisi air tanah pada klaster 2 berkaitan erat dengan kualitas air

permukaan. Kualitas perairan Sungai Badung telah tercemar oleh limbah domestik

sehingga menurunkan kualitas peruntukkannya dengan indikasi nilai BOD yang

relatif tinggi, dan telah melampaui baku mutu air kelas II (BLH Denpasar, 2009).

Keberadaan bakteri E. coli di Sungai Badung, jauh melebihi batas ambang

yaitu diatas 2000 jml/100 ml (baku mutu 1000 jml/ml), dalam bentuk fecal

Coliform maupun total Coliform disebabkan oleh adanya pencemar black water

yang bersal feses manusia maupun hewan yang berasal peternakaan.

Faktor-faktor yang memengaruhi degradasi kualitas lingkungan di klaster

2 adalah adanya alih fungsi lahan pada bantaran Sungai Badung. Konflik

pemanfaatan sempadan sungai di kawasan perkotaan terjadi akibat perubahan cara

pandang manusia dalam memperlakukan lingkungannya Alih fungsi lahan

semakin meluas sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk yang memerlukan

lahan untuk sandang, pangan, papan dan energi. Peningkatan jumlah penduduk di

kawasan DAS yang diikuti dengan peningkatan kebutuhan hidup, berbagai ragam

usaha/aktivitas masyarakat dapat dijumpai di sepanjang aliran Sungai Badung.

Kepadatan populasi penduduk, mengakibatkan alih fungsi bantaran sungai terus

meningkat.

Pemanfaatan bantaran Sungai Badung sebagai kawasan permukiman

berdampak pada tingginya akumulasi limbah domestik grey water dan black

water. Grey water mengandung zat pencemar yang terdiri atas unsur N

Page 14: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

54

(Amonium, Nitrat, Nitrit, Organik N), unsur P (Fosfat), BOD (Biochemical

Oxygen Demand), dan zat organik detergen. Sedangkan Indikator I di perairan

adalah tingkat kepadatan bakteri E. coli.

Rata-rata kandungan TSS pada klaster 2 mencapai 117,67 mg/l, lebih

tinggi jika dibandingkan dengan klaster I. Tingginya kadar TSS pada klaster 2

disebabkan oleh adanya material penyebab kekeruhan yang terdiri atas partikel-

partikel kecil tersuspensi. Keberadaan padatan tersuspensi dalam air juga

mencerminkan tingkat produktivitas perairan. Sastrawijaya (2009), menjelaskan

bahwa kenaikan nilai padatan tersuspensi juga dapat disebabkan oleh adanya erosi

tanah akibat aliran permukaan. Intensitas penyadapan air tanah yang tinggi

memungkinkan terjadinya intrusi air permukaan (sungai Badung) hingga

mencapai aquifer air tanah dan mengisi kantung-kantung air tanah.

Hasil analisis terhadap unsur Cl- menunjukkan bahwa secara keseluruhan

kandungan Cl- masih berada di bawah baku mutu air kelas 1 (600 mg/l). Angka

tertinggi dijumpai pada klaster 2 (68,75mg/l), diikuti oleh klaster 3 (37,58 mg/l)

dan kemudian klaster 1 (32,58 mg/l).

Klorida (Cl-) adalah merupakan anion pembentuk Natrium Klorida yang

menyebabkan rasa asin dalam air sumur (Yurman, 2009). Idafi (2009)

menjelaskan bahwa klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor

mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif)

Cl−. Sumber klorida dalam air tanah pada lokasi penelitian kemungkinan besar

berasal dari mineral yang ada dalam tanah, baik itu tanah penutup (top soil) atau

mineral dalam batuan di dalam tanah, namun tidak menutup kemungkinan sumber

klorida juga berasal dari air limbah domestik atau air urine manusia yang

Page 15: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

55

terdispersi dalam konsentrasi rendah. Selanjutnya dijelaskan bahwa pada jumlah

kecil klorida tidak berpengaruh terhadap air tanah, namun peningkatan jumlah

konsentrasi klorida membuat air menjadi asin, dan mengganggu nilai estetis

karena tidak enak diminum (Panjaitan, 2009).

6.2.3 Klasifikasi Status Mutu Air Tanah dan Karakteristik Klaster 3

Klaster 3 adalah suatu kawasan permukiman yang didasari oleh pola dan

proses perencanaan sesuai aturan, secara administratif sebagian besar wilayahnya

berada di Dusun Mejarsari, Terunasari, Lelangon dan Dusun Wangaya Klod.

Tingginya arus urbanisasi menjadikan kawasan ini padat penduduk. Sebagian

besar masyarakat telah memanfaatkan jaringan PDAM sebagai sumber utama

pemenuhan air baku kebutuhan sehari-hari dan sebagian kecil memenfaatkan air

tanah, beberapa kawasan permukiman telah beralih fungsi sebagai pusat bisnis

seperti ruko, usaha laundry, mini market, dan hunian kos, gudang, jasa cuci

motor/mobil, bengkel dan bidang usaha lain.

Tutupan pemukaan lahan (surface) klaster 3 berupa aspal, paving, dan

semen, sehingga aliran air permukaan lebih banyak diteruskan menuju selokan.

Sebagian besar rumah permukiman dilengkapi fasilitas sanitasi (tangki septik)

yang memadai. Berikut ini adalah gambar kondisi lingkungan di klaster 3, yang

tersaji pada Gambar 16.

Page 16: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

Gambar 16

Gambar 16

desa di klaster 3. Status mutu air pada klaster 3 berada pada level yang sama

dengan status mutu air di klaster 1 yaitu cemar ringan

namun demikian hasil kajian terhadap kualitas parameter kimia, ditemukan bahwa

faktor pencemar pada kawasan klaster 3 disebabkan kontaminasi senyawa aktif

NH3-N dan Nitrit.

Potensi pencemaran

tingginya penggunaan deterjen baik skala rumah tangga maupun

Limbah deterjen mengandung senyawa kimia aktif berupa phospat,

nitrogen, mineral oil,

Unsur surfaktan merupakan senyawa kimia pada deterjen yang aktif

rentang pH yang luas.

mengemulsi dan mendispersi lemak, minyak, dan pigment. Senyawa ini bekerja

dengan cara menembus kotoran yang ada sampai kepermukaan peralatan,

(a)

Gambar 16. Kondisi Lingkungan Kawasan Klaster 3

(a) dan (b) adalah kondisi permukiman penduduk dan jalan

desa di klaster 3. Status mutu air pada klaster 3 berada pada level yang sama

dengan status mutu air di klaster 1 yaitu cemar ringan (Pij=4,35 (1,0

namun demikian hasil kajian terhadap kualitas parameter kimia, ditemukan bahwa

faktor pencemar pada kawasan klaster 3 disebabkan kontaminasi senyawa aktif

Potensi pencemaran NH3-N dan Nitrit kemungkinan besar berasal dari

penggunaan deterjen baik skala rumah tangga maupun

mengandung senyawa kimia aktif berupa phospat,

nitrogen, mineral oil, dan ion surfaktan.

Unsur surfaktan merupakan senyawa kimia pada deterjen yang aktif

rentang pH yang luas. Surfaktan atau senyawa pembasah mempunyai sifat dapat

si dan mendispersi lemak, minyak, dan pigment. Senyawa ini bekerja

dengan cara menembus kotoran yang ada sampai kepermukaan peralatan,

(a) (b)

56

. Kondisi Lingkungan Kawasan Klaster 3

penduduk dan jalan

desa di klaster 3. Status mutu air pada klaster 3 berada pada level yang sama

(Pij=4,35 (1,0≤PIj<5,0),

namun demikian hasil kajian terhadap kualitas parameter kimia, ditemukan bahwa

faktor pencemar pada kawasan klaster 3 disebabkan kontaminasi senyawa aktif

N dan Nitrit kemungkinan besar berasal dari

penggunaan deterjen baik skala rumah tangga maupun skala usaha,

mengandung senyawa kimia aktif berupa phospat, NH3-N, Cl2,

Unsur surfaktan merupakan senyawa kimia pada deterjen yang aktif pada

Surfaktan atau senyawa pembasah mempunyai sifat dapat

si dan mendispersi lemak, minyak, dan pigment. Senyawa ini bekerja

dengan cara menembus kotoran yang ada sampai kepermukaan peralatan,

Page 17: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

57

sehingga mampu membasahi permukaan. Surfaktan merupakan suatu molekul

yang memiliki gugus hidrofilik dan sekaligus gugus lipofilik sehingga dapat

mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Wahyudi (2010)

menjelaskan bahwa surfaktan yang berdisosiasi dalam air dan melepaskan kation

dan anion, diistilahkan sebagai surfaktan ionik (kationik, anionik, zwitterionik).

Surfaktan kationik mengandung senyawa golongan amoniak NH3-N yang sulit

terurai, berfungsi sebagai sanitaiser (senyawa antibakteri). Hal tersebut

kemungkinan memengaruhi aktifitas mikrobiologis (sebagai pengendali populasi)

pada air tanah di klaster 3.

6.3 Peta Sebaran Status Mutu Air Tanah di Desa Dauh Puri Kaja Kota Denpasar

Hasil analisis berdasarkan Indeks Pencemaran menunjukkan bahwa

status pencemaran air tanah pada klaster 1 berada dalam kategori cemar ringan.

Pada Gambar 17 ditunjukkan peta lokasi dan status pencemaran air tanah pada

klaster 1. Warna kuning yang ditunjukan pada peta merupakan indikator bahwa

perairan pada klaster tersebut berada pada kondisi cemar ringan. Hasil analisis

menggunakan program ArcView 3.3, menunjukkan bahwa luasan kawasan

kategori klaster 1 mencapai 17,11ha.

Secara administratif klaster 1 berada di bagian kawasan Dusun Wanasari

dan Wangaya Klod, ditinjau dari luas wilayahnya, klaster 1 ini merupakan

kawasan padat permukiman, sebagai besar permukiman terdiri dari rumah semi

permanen (kumuh). Perkembangan kota ini menyebabkan peningkatan jumlah

penduduk, sehingga kebutuhan akan air juga meningkat (Putranto, 1998).

Page 18: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

58

Gambar 17. Peta Lokasi dan Status Mutu Air Tanah pada Klaster 1

Keterangan :

: Wilayah klaster 1 , status pencemaran adalah cemar ringan nilai parameter yang telah melampaui baku mutu yaitu (TSS) 97,00 mg/L, BOD (2,53 mg/L), COD (15,20 mg/L), Nitrit sebagai N (0,09 mg/L) dan H2S (0,01).

Kel. Peguyangan

Desa Dangin Puri Kauh

Desa Pamecutan

Desa Dauh Puri Kangin

Page 19: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

59

Menurut Ismawan (2008), permukiman (kampung) kumuh atau slums

merupakan daerah permukiman padat dalam kota, yang sebagian penduduknya

dihadapkan pada masalah-masalah sosial, ekonomi, fisik dan lingkungan. Bentuk

fisik permukiman kumuh tersebut tidak terlepas dari faktor kemiskinan perkotaan,

bentukkan fisik permukiman tersebut tidak didasari dengan pola dan proses

perencanaan yang sesuai aturan hal ini menyebabkan permasalahan di kemudian

hari, antara lain adalah degradasi kualitas lingkungan hidup di kawasan tersebut.

Daerah urban dan sekitarnya dicirikan dengan adanya ketidakseimbangan

perkembangan antar kawasan serta tidak meratanya pusat-pusat pelayanan untuk

masyarakat. Fenomena yang juga mewarnai perkembangan kota-kota besar lain

tercermin di dalam struktur keruangan dan pola sebaran guna lahan di kawasan

perkotaan (Putranto, 1998).

Padatnya permukiman penduduk menyebabkan berkurangnya salah satu

fungsi lingkungan yaitu sebagai preservasi air tanah. Preservasi air tanah secara

strategis meliputi tindakan secara administratif terhadap pengelolaan air tanah di

suatu kawasan, yang meliputi pengelolaan perencanaan, pemanfaatan, pembinaan,

dan perlindungan serta pelestarian.

Status cemar pada klaster 1 dipengaruhi oleh hilangnya fungsi preservasi

air tanah akibat tingginya intensitas pembuangan limbah domestik, sehingga laju

dekomposisi zat organik berlangsung dalam intensitas tinggi, hal ini dibuktikan

dengan keberadaan parameter BOD (2,53 mg/l) dan COD (15,20 mg/l), yang telah

melampaui baku mutu air kelas 1.

Page 20: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

60

Hasil analisis berdasarkan indeks pencemaran menunjukkan bahwa nilai

total status mutu air tanah pada klaster 2 berada dalam kategori cemar berat.

Gambar 18 adalah peta lokasi dan status pencemaran pada klaster 2.

Gambar 18. Peta Lokasi dan Status Mutu Air Tanah pada Klaster 2

Keterangan :

: Wilayah klaster 2 , status pencemaran adalah cemar berat nilai parameter yang telah melampaui baku mutu yaitu ((TSS) 117,67 mg/L, dan H2S (0,02)

Kel. Peguyangan

Desa Dangin Puri Kauh

Desa Pamecutan

Desa Dauh Puri Kangin

Page 21: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

61

Warna merah yang ditunjukkan pada peta merupakan indikator bahwa

perairan pada klaster tersebut pada kondisi cemar berat. Secara administratif

wilayah klaster 2 meliputi semua dusun di Desa Dauh Puri Kaja yang berbatasan

langsung dengan aliran sungai Badung, aliran Sungai Badung memasuki Desa

Dauh Puri Kaja dengan melewati Dusun Mekarsari, Lumintang, Dusun

Terunasari, Wanasari, Wangaya Klod, Wangaya Kaja, dan Lelangon. Hasil

analisis dengan menggunakan program Arview 3.3, menunjukkan bahwa luasan

kawasan klaster 2 mencapai 15,64 ha terdiri atas hunian permanen dan semi

permanen di atas bantaran aliran sungai Badung. Pembangunan kawasan

permukiman di bantaran Sungai Badung hanya menyisakan ruang terbuka hijau

sebesar 0,8 % dari total luas klaster 2, sepuluh meter dari pinggir sungai

merupakan kawasan ekologis penyangga ekosistem sungai berupa ruang terbuka

hijau (Kemeneg L.H. No. 32, 1990). Menurut Wahyono (2002), bantaran sungai

dalam lansekap ekologi perkotaan, merupakan elemen struktur lansekap dalam

bentuk koridor hijau (vegetasi riparian). Peranan fungsi jasa biologis vegetasi

riparian memberikan jasa sebagai penyaring (filter) materi tanah dan mineral air,

beserta zat hara yang terkadung di dalamnya;

Bantaran sungai berperan atas jasa bio-eko-hidrologis di wilayah

perkotaan Wahyono (2002), selanjutnya dijelaskan bahwa pengembangan

wilayah terhadap kondisi fisik bantaran sungai menyebabkan perubahan-

perubahan terhadap habitat dan proses-proses yang terjadi di dalamnya.

Perubahan yang terjadi, dicirikan oleh bentuk-bentuk degradasi habitat, akibat

okupasi penduduk. Arsyad (1978) dalam Wahyono (2002), menyebutkan bahwa

tutupan vegetasi berperan dalam siklus hidrologi, dalam proses infiltrasi dan

Page 22: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

62

perkolasi melalui sistem perakaran, hingga terjaminnya pelestarian air tanah

(ground water) yang sangat esensial dalam pengaturan tata air secara alamiah.

Alih fungsi lahan di bantaran sungai menyebabkan gangguan terhadap fungsi

penyaring (filter) sifat fisik dan kimia air. Hasil analisis laboratorium terhadap

karakteristik bahan pencemar yang terdapat pada air tanah di klaster 2

menunjukkan tingginya rata-rata parameter (TSS) 117,67 mg/l dan H2S (0,02),

menunjukkan bahwa sumber pencemar tersebut merupakan bahan organik yang

berasal dari dari limpasan dan air rembesan dari sungai.

Putranto (1998) menjelaskan bahwa air tanah yang ideal adalah air tanah

mengisi air sungai (efluent) namun kondisi di lokasi penelitian menunjukkan

fenomena sebaliknya yaitu, air tanah diisi oleh air sungai (influent) yang telah

tercemar. Aliran air tanah yang influent ini terjadi karena pengambilan air tanah

yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan pada daerah aliran sungai. Menurut

Putranto (1998), pengambilan air tanah yang berlebihan dapat mengakibatkan

turunnya muka air tanah yang melebihi muka air sungai, sehingga polutan yang

berasal dari sungai dengan mudah masuk kedalam air tanah. Polutan yang

mencemari air tanah dapat mengganggu kesehatan bagi yang mengkonsumsinya.

Hasil analisis berdasarkan indeks pencemaran menunjukkan bahwa nilai

total status mutu air tanah pada klaster 3 berada dalam kategori cemar ringan.

Warna kuning yang ditunjukkan pada peta merupakan indikator bahwa perairan

pada klaster tersebut pada kondisi cemar sedang. Secara administratif kawasan

klaster 5 mencakup empat kawasan dusun, yaitu dusun Mekarsari, Terunasari,

Wangaya Klod, dan Lelangon, Sebagaian besar kawasan ini merupakan kawasan

Page 23: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

63

hunian kos, yang diusahakan oleh masyarakat setempat. Gambar 19 adalah peta

lokasi dan status pencemaran pada klaster 3.

Gambar 19. Peta Lokasi dan Status Pencemaran pada Klaster 3

Keterangan :

: Wilayah klaster 3 , status pencemaran adalah cemar ringan nilai parameter yang telah melampaui baku mutu yaitu NH3-N (1,26 mg/L) dan Nitrit (0,07 mg/L)

Kel. Peguyangan

Desa Dangin Puri Kauh

Desa Pamecutan

Desa Dauh Puri Kangin

Page 24: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

64

Hasil analisis menggunakan program ArcView 3.3, diketahui bahwa

luasan klaster 3 mencapai 83,8 ha, jika dibandingkan dengan klaster 1 dan 2,

klaster 3 memiliki lokasi yang paling luas, namun hasil pengamatan menunjukkan

bahwa sebagian besar kawasan yaitu, wilayah Dusun Mekarsari, Wangaya Klod,

dan Lelangon telah terfasilitasi oleh jaringan pipa PDAM, masyarakat yang

mengunakan fasilitas air tanah terdapat di Dusun Terunasari.

Luasan ruang terbuka hijau yang disediakan pada klaster 3 adalah 7,8 ha

atau 4,8% dari luas total klaster 3, ruang terbuka hijau terdiri dari taman kota,

lapangan sepak bola dan tegalan. Jumlah minimal ruang terbuka hijau pada

permukiman padat adalah 10 % dari luas total kawasan (Dwiyanto, 2009).

Berkurangnya ruang terbuka hijau wilayah di perkotaan adalah akibat

pembangunan fisik yang cenderung berorientasi pada untuk kepentingan ekonomi.

Status mutu air pada klaster 3 berada pada level yang sama dengan status

mutu air di klaster 1, namun demikian hasil kajian terhadap kualitas parameter

kimia, ditemukan bahwa faktor pencemar pada kawasan klaster 3 disebabkan

kontaminasi zat aktif dalam limbah deterjen.

Surfaktan merupakan unsur kunci dari deterjen, surfaktan terkonsentrasi

pada batas permukaan antara air dengan gas (udara), padatan-padatan (debu) dan

cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak) ( Lutfi, 2009). Surfaktan

(surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung

berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini

berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan

kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Sufaktan yang paling umum

digunakan adalah alkil benzen sulfonat (ABS suatu produk derivat alkil benzen).

Page 25: pemetaan kualitas air tanah di desa dauh puri kaja kota denpasar

65

ABS sangat tidak menguntungkan karena sangat lambat terurai oleh bakteri

pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada strukturnya (Lutfi, 2009).

Terjadinya pencemaran zat kimia pada air tanah dipengaruhi karakteristik

bahan pencemaran, yang meliputi jenis, kepekatan dan keterusan pembuangan

limbah. Berkembangnya usaha hunian kos yang tidak difasilitas pengolahan

limbah terstandar, menyebabkan intensitas keterusan pembuangan limbah sangat

tinggi, salah satunya adalah limbah deterjen. Pemanfaatan ruang sebagai usaha

hunian kos merupakan upaya efisiensi ruang dengan menambah kuantitas jumlah

hunian dalam kapasitas (luasan) ruang yang tetap/terbatas. Penambahan jumlah

populasi penduduk dalam sebuah kawasan hunian diikuti dengan peningkatan

kebutuhan hidup, jika lingkungan berada pada kondisi homeostasis(

kesetimbangan dinamis yang konstan), maka kontaminasi bahan pencemar pada

air tanah dapat diuraikan melalui proses purifikasi, namun demikian tingginya

keterusan pembungan limbah aktivitas domestik di klaster 3 telah melebihi

kemampuan lingkungan untuk melakukan purifikasi, sehingga menyebabkan

terdeteksinya parameter pencemar pada air tanah melebihi baku mutu yang

dipersyaratkan.