PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI...

69
PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh: RIZZA ZULFA AL WAHIDA NIM. 125080601111049 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI...

Page 1: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI PELABUHAN

TANJUNG EMAS SEMARANG

SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh:

RIZZA ZULFA AL WAHIDA

NIM. 125080601111049

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI PELABUHAN

TANJUNG EMAS SEMARANG

SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan

di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Oleh:

RIZZA ZULFA AL WAHIDA

NIM. 125080601111049

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 3: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

iii

Page 4: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rizza Zulfa Al Wahida

NIM : 125080601111049

Program Studi : Ilmu Kelautan

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan

saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 19 Januari 2017

Mahasiswa

Rizza Zulfa Al Wahida NIM. 125080601111049

Page 5: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

v

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunianya, sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa sholawat serta

salam untuk junjungan kita nabi Muhammad SAW.

2. Sujud dan terimakasih pada kedua orang tua dan saudara yang telah

memberikan dorongan semangat, motivasi dan doa yang tak pernah

putus sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak M A.Zainul Fuad, S.Kel., M.Sc dan Bapak Dhira K Saputra, S.Kel.,

M.Sc, selaku dosen pembimbing yang sangat sabar dalam membimbing

demi terselesainya skripsi ini.

4. Tim Survey dari PT.Pelindo III, Surabaya yang selalu membantu,

mendukung dan memberikan semangat selama pengambilan data dan

penyusunan laporan skripsi.

5. Seluruh teman seperjuangan Poseidon Ilmu Kelautan angkatan 2012 UB

yang telah memberikan dukungan, doa dan bantuannya dalam

penyusunan laporan ini.

6. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penulisan laporan ini.

Page 6: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

vi

RINGKASAN

RIZZA ZULFA AL WAHIDA. Pemetaan Batimetri Kolam Dan Alur Pelayaran Di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang(dibawah bimbingan M.A.Zainul Fuad dan Dhira K Saputra ).

Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis

untuk pertumbuhan industri dan perdagangan.Tetapi seringkali waktu tunggu

untuk berlabuh jauh lebih lama ketimbang waktu untuk berlayar.Akibatnya,

distribusi barang antarpulau pun tersendat. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang

termasuk dalam kategori pelabuhan C, yaitu pelabuhan yang dapat melayani

bongkar muat dan keluar masuk kapal selama 24 jam apabila diperlukan.

Kegiatan arus bongkar muat barang yang ada di Pelabuhan Tanjung Emas

Semarang terus mengalami peningkatan.Berdasarkan hal tersebut diperlukan

informasi mengenai kondisi perairan untuk optimalisasi pelabuhan salah satunya

adalah informasi kedalaman perairan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

tipe pasang surut di pelabuhan Tanjung Emas, kedalaman perairan Pelabuhan

Tanjung Emas serta mengetahui nilai kelerengan peta kontur pada perairan

Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

Pengambilan data lapang dilakukan pada tanggal 27 Mei – 2 Juni 2016 di

Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Data kedalaman diperoleh dengan

menggunakan alat Multibeam Echosounder Teledyne Odom (180-220Hz) dan

data Pasang Surut diperoleh dengan menggunakan alat Palem dan Tide gauge.

Data primer yang diukur adalah kedalaman perairan dan data pasang

surut.Pengambilan data kedalaman pada penelitian ini menggunakan metode

akustik.Pengolahan data Pasang surut menggunakan metode Admiralty,

diperoleh muka air laut rata-rata (MSL) memiliki nilai sebesar 1.43 m, sedangkan

HHWL dan LLWL berturut-turut memiliki nilai elevasi sebesar 1.99 m dan 0.87 m.

Berdasarkan perbandingan nilai amplitudo komponen harian tunggal

(𝐾1dan 𝑂1) dengan komponen harian ganda (𝑀2 dan 𝑆2), diperoleh nilai bilangan

Formzahl sebesar F = 1.35 meter. Menurut klasifikasi tipe pasang surut

bedasarkan nilai Formzhal dimana nilai 0,25< F < 1,5, maka tipe pasang surut di

perairan Semarang adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda.

Hasil pengukuran kedalaman secara keseluruhan berkisar antara 9 hingga 16

meter dengan rata-rata -12 meter, maka pada pelabuhan Tanjung Emas menurut

peraturan pemerintah tentang kepelabuhan telah sesuai standart kedalaman

pelabuhan di Indonesia.Perbedaan kedalaman perairan pada lokasi penelitian

diduga disebabkan oleh relief dasar laut.Nilai kelerengan Perairan Pelabuhan

Tanjung Emas diperoleh nilai kelerengan berturut-turut yaitu 0.37, 0.32, 0.22 dan

0.03. Nilai kelerengan tersebut menurut Zuidam (1985) masuk dalam kategori

landai atau hampir rata.

Page 7: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul

“Pemetaan Batimetri Kolam Dan Alur Pelayaran Di Pelabuhan Tanjung Emas

Semarang”. Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi

latar belakang penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, serta hasil dan

pembahasan.

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang

dimiliki penulis, walaupun telah dikerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti,

tetapi masih dirasakan banyak kekurang tepatan, oleh karena itu penulis

mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang

membutuhkan.

Malang,19 Januari 2017

Penulis

Page 8: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

viii

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................................... v

RINGKASAN ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3

1.4 Manfaat ...................................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 4

2.1 Pelabuhan .................................................................................................. 4

2.2 Macam-macam Pelabuhan ......................................................................... 5

2.2.1 Pelabuhan Utama ................................................................................ 5

2.2.2 Pelabuhan Pengumpul ......................................................................... 5

2.2.3 Pelabuhan Pengumpan ....................................................................... 6

2.3 Macam-macam Terminal pelabuhan .......................................................... 6

2.3.1 Terminal Khusus .................................................................................. 6

2.3.2 Terminal Untuk Kepentingan Sendiri .................................................... 6

2.3.3 Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri ................. 6

2.4 Batimetri ..................................................................................................... 7

2.4.1 Peta Batimetri ...................................................................................... 8

2.4.2 Aplikasi Batimetri ................................................................................. 9

2.5 Echosounder ............................................................................................ 10

2.5.1 Multibeam Echosounder .................................................................... 11

2.5.2 Singlebeam Echosounder .................................................................. 14

2.6 Pasang Surut ........................................................................................... 15

2.7 Perangkat Lunak Sebagai Alat Bantu Pengolahan Data ........................... 18

2.7.1 Hypack ............................................................................................... 19

2.7.2 Surfer ................................................................................................. 19

2.7.3 ArcGIS ............................................................................................... 20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 22

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian................................................................... 22

Page 9: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

ix

3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 22

3.2.1 Alat .................................................................................................... 22

3.2.2 Bahan ................................................................................................ 23

3.3 Pengambilan Data .................................................................................... 24

3.3.1 Pengambilan Data Pasang Surut ....................................................... 24

3.3.2 Pengambilan Data Kedalaman .......................................................... 25

3.4 Analisa Data ............................................................................................. 28

3.4.1 Pengolahan Data Pasang Surut ......................................................... 29

3.4.2 Pengolahan Data Sounding ............................................................... 31

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 34

4.1 Hasil ......................................................................................................... 34

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................ 34

4.1.2 Pasang Surut ..................................................................................... 34

4.1.3 Data Kedalaman ................................................................................ 39

4.2Pembahasan ............................................................................................. 42

4.2.1Pasang Surut ...................................................................................... 42

4.2.2Kedalaman Pelabuhan ........................................................................ 43

BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 47

5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 47

5.2 Saran ....................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 49

LAMPIRAN ........................................................................................................ 51

Lampiran I.......................................................................................................... 51

Lampiran II......................................................................................................... 52

Lampiran III ........................................................................................................ 55

Page 10: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perbedaan Cakupan ........................................................................ 10

Gambar 2. Sapuan Multibeam Echosounder ..................................................... 13

Gambar 3. sapuan singlebeam Echosounder .................................................... 14

Gambar 4. Lokasi Penelitian .............................................................................. 22

Gambar 5. Sounding Line .................................................................................. 26

Gambar 6. Proses cleaning ............................................................................... 28

Gambar 7. Posisi chart datum............................................................................ 30

Gambar 8. Tampilan MB Max ............................................................................ 31

Gambar 9. Diagram Alir Penelitian ..................................................................... 33

Gambar 10. Gabungan data pasut Tide gauge dan palem ................................. 37

Gambar 11. Peta Kontur Batimetri Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang ......... 40

Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang ............... 41

Gambar 13. Peta titik Grid Slice ......................................................................... 44

Gambar 14. Grid Slice A-B C-D E-F................................................................... 45

Gambar 15. Grid Slice G-H ................................................................................ 45

Gambar 16. Pelabuhan Tanjung Emas .............................................................. 51

Gambar 17. Terminal TPKS Semarang ............................................................. 51

Gambar 18. Multibeam Echosounder ................................................................. 52

Gambar 19. Pemasangan alat ........................................................................... 52

Gambar 20. Alat SVP (Sound Velocity Profile) ................................................... 53

Gambar 21. Monitor Controller Sounding ........................................................... 53

Gambar 22. Stasiun Pengamatan Pasang Surut ............................................... 54

Gambar 23. Download Data Pasang Surut dari Tide Gauge .............................. 54

Page 11: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian .................................................. 23

Tabel 2. Spesifikasi Multibeam Teledyne Odom Hydrographic .......................... 23

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam Penelitian ............................................. 24

Tabel 4. Rumus Perhitungan Elevasi Pasang Surut ........................................... 31

Tabel 5. Data pasut pengukuranTide gauge ...................................................... 36

Tabel 6. Data pasut pengukuran Palem ............................................................. 36

Tabel 7. Konstanta Harmonik Pasut................................................................... 38

Tabel 8. Nilai-nilai elevasi dengan metode Admiralty ......................................... 38

Tabel 9. Nilai kelerengan Perairan Pelabuhan Tanjung Emas ........................... 45

Tabel 10. Data hasil sounding............................................................................ 55

Page 12: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah pesisir merupakan tempat pemusatan berbagai kegiatan, seperti

pemukiman, pertambakan, rekreasi dan sarana perhubungan.Kota Semarang

menjadi pintu gerbang menuju ke propinsi Jawa Tengah baik jalan darat (antar

propinsi di Jawa) maupun lewat jalan laut (antar pulau). Kota Semarang sebagai

kota pantai mempunyai arti yang strategis baik untuk kegiatan pemukiman,

perdagangan, pelabuhan dan industri.

Pelabuhan Tanjung Emas adalah sebuah pelabuhan di Semarang, Jawa

Tengah. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang terletak di pantai Utara Jawa

Tengah pada posisi lintang 06º - 57' - 00” Selatan sampai dengan lintang 06º -

57' - 00” Selatan, bujur 110º - 24' - 00” Timur sampai dengan bujur 110º - 26' -

00” Timur. Pelabuhan Tanjung Emas, dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia III

(Persero) sejak tahun 1985. Fasilitas-fasilitas yang berada di pelabuhan Tanjung

Emas antara lain: 1. Pemecah Gelombang 2. Alur Pelayaran 3. Kolam

Pelabuhan 4. Dermaga 5. Fender 6. Gudang 7. Pelabuhan Tanjung Emas juga

didukung dengan peralatan Kapal Tunda, Kapal Pandu, Kapal Kepil, Gudang,

Lapangan Penumpukan dan alat Bongkat, serta dengan pelayanan meliputi:

Pelayanan Kapal, Pelayanan Barang, Pelayanan Terminal, Palayanan Tanah,

Bangunan, Air, dan Listrik.

Fungsi dan peran Pelabuhan Tanjung Emas Semarang ini tidak terlepas

sejarah perkembangan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang itu sendiri dimana

tingginya aktivitas pelabuhan membuat pemerintah pada tahun 1982 mulai

membangun dan mengembangkan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

Pelabuhan Tanjung Emas juga merupakan pintu gerbang ekspor dan impor

untuk berhubungan dengan pelabuhan internasional. Disamping itu juga

Page 13: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

2

merupakan pelabuhan embarkasi, transmigrasi asal jawa tengah, dan pintu

gerbang wisatawa luar negeri (Perum III Tanjung Emas Semarang) (Maskur,

2003).

Survei batimetri merupakan proses untuk mendapatkan data kedalaman

dan kondisi topografi dasar laut, termasuk lokasi obyek-obyek yang mungkin

membahayakan. Pembuatan peta batimetri ada tiga tahap, yaitu tahap

pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian data (Rismanto,2001). Untuk

memperoleh peta batimetri yang akurat di perairan, diperlukan pengamatan

pasut dan survei batimetri yang sesuai spesifikasi pekerjaan. Hal tersebut

dilakukan agar kedalaman yang terdapat dalam peta batimetri terdefinisi dengan

baik terhadap MSL atau bidang referensi.

Pemeruman adalah proses dan aktivitas yang ditujukan untuk

memperoleh gambaran bentuk permukaan (topografi) dasar perairan (seabed

surface). Proses penggambaran dasar perairan tersebut (sejak pengukuran,

pengolahan hingga visualisasi) disebut dengan survei batimetri. Model batimetri

diperoleh dengan menginterpolasikan titik-titik pengukuran kedalaman

bergantung pada skala model yang hendak dibuat. Titik-titik pengukuran

kedalaman berada pada lajur-lajur pengukuran kedalaman yang disebut sebagai

lajur perum (sounding line) (Hidayat, 2014).

Dengan adanya pengembangan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang

sebagaimana tersebut diatas maka kinerja pelayanan Pelabuhan Tanjung Emas

Semarangpun juga sangat tinggi, hal ini bisa dilihat pada kegiatan arus bongkar

muat barang yang ada di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang yang mengalami

peningkatan. Pada tahun 1999 arus bongkar barang di Pelabuhan Tanjung Emas

Semarang tercatat sebanyak 4.973.691 ton dan pada tahun 2000 meningkat

menjadi 5.100.900 ton (Semarang dalam angka 2001).

Page 14: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

3

1.2 Rumusan Masalah

Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis

untuk pertumbuhan industri dan perdagangan. Tetapi seringkali waktu tunggu

untuk berlabuh jauh lebih lama ketimbang waktu untuk berlayar. Akibatnya,

distribusi barang antarpulau pun tersendat. Dampak lanjutannya, harga barang

melonjak dan pembangunan ekonomi tersendat. Pelabuhan Tanjung Emas

Semarang dapat melayani bongkar muat dan keluar masuk kapal selama 24 jam

apabila diperlukan. Berdasarkan hal tersebut diperlukan informasi mengenai

kedalaman perairan untuk meningkatkan pelayanan pelabuhan serta untuk

optimalisasi pelabuhan.

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui tipe pasang surut Pelabuhan Tanjung Emas.

2. Mengetahui kedalamanperairan Pelabuhan Tanjung Emas.

3. Mengetahui nilai kelerengan peta kontur perairan Pelabuhan Tanjung

Emas, Semarang.

1.4 Manfaat

Manfaat dari Penelitian ini adalah agar dapat diketahui tahap pengolahan

dan cara pemrosesan data hasil pengukuran Multibeam Echosounder, yang

menghasilkan peta batimetri dengan kedalaman terkoreksi agar dapat digunakan

sebagai informasi kedalaman untuk keperluan pengelolaan / optimalisasi

pelabuhan.

Page 15: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang

Kepelabuhanan yang dimaksud dengan pelabuhan adalah tempat yang terdiri

atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai

tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang,

berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta

sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.

Menurut Triatmodjo (1992) pelabuhan (port) merupakan suatu daerah

perairan yang terlindung dari gelombang dan digunakan sebagai tempat

berlabuhnya kapal maupun kendaraan air lainnya yang berfungsi untuk

menaikkan atau menurunkan penumpang, barang maupun hewan,

reparasi,pengisian bahan bakar dan lain sebagainya yang dilengkapi dengan

dermaga tempat menambatkan kapal, kran-kran untuk bongkar muat barang,

gudang transito, serta tempat penyimpanan barang dalam waktu yang lebih

lama,sementara menunggu penyaluran ke daerah tujuan atau pengapalan

selanjutnya. Selain itu, pelabuhan merupakan pintu gerbang antar daerah, pulau

bahkan benua maupun antar bangsa yang dapat memajukan daerah

belakangnya atau juga dikenal dengan daerah pengaruh. Daerah belakang ini

merupakan daerah yang mempunyai hubungan kepentingan ekonomi, sosial,

maupun untuk kepentingan pertahanan yang dikenal dengan pangkalan militer

angkatan laut.

Page 16: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

5

2.2 Macam-macam Pelabuhan

Pelabuhan Tanjung Emas merupakan salah satu pelabuhan yang

digunakan untuk melakukan aktifitas ekspor impor dan merupakan kategori

pelabuhan khusus. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang juga sudah termasuk

dalam kategori pelabuhan C, yaitu pelabuhan yang dapat melayani bongkar muat

dan keluar masuk kapalselama 24 jam apabila diperlukan. Dengan demikian

Pelabuhan Laut Tanjung Emas merupakan pintu gerbang ekspor dan impor

untuk berhubungan dengan pelabuhan internasional.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang

Kepelabuhanan, Pelabuhan sendiri memiliki fungsi sebagai tempat kegiatan

pemerintahan dan pengusahaan. Jenis pelabuhan terdiri atas pelabuhan laut dan

pelabuhan sungai dan danau. Pelabuhan laut sebagaimana yang dimaksud

yakni terdiri dari:

2.2.1 Pelabuhan Utama

Pelabuhan Utama merupakan pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani

kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut

dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal

tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan

jangkauan antar provinsi.

2.2.2 Pelabuhan Pengumpul

Pelabuhan Pengumpul merupakan pelabuhan yang fungsi pokoknya

melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam

negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang

dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan

antar provinsi.

Page 17: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

6

2.2.3 Pelabuhan Pengumpan

Pelabuhan Pengumpan merupakan pelabuhan yang fungsi pokoknya

melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam

negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama

dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau

barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan provinsi.

2.3 Macam-macam Terminal pelabuhan

Dalam pelabuhan tterdapat terminal yang merupakan suatu kolam sandar

dan tempat kapal bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat

menunggu dan naik turun penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang.

Adapun jenis dari terminal sebagaimana dimaksud terbagi menjadi 2 (dua) jenis

yaitu :

2.3.1 Terminal Khusus

Terminal khusus merupakan terminal yang terletak di luar Daerah

Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang

merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri

sesuai dengan usaha pokoknya.

2.3.2 Terminal Untuk Kepentingan Sendiri

Terminal Untuk Kepentingan Sendirimerupakan terminal yang terletak di

dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan

pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan

sendiri sesuai dengan usaha pokoknya.

2.3.3 Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri

Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (“TUKS”)

dibangun dan dioperasikan hanya bersifat menunjang kegiatan pojok

Page 18: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

7

perusahaan. Pembangunan pelabuhan hanya bertujuan menunjuang usaha

pokok dari perusahaan tersebut. Kegiatan usaha pokok sebagaimana disebutkan

diatas adalah:

Pertambangan

Energy

Kehutanan

Pertanian

Perikanan

Industri

Pariwisata dan

Dok dan galangan kapal.

Dilihat dari penempatan lokasi terdapat perbedaan yang mendasar dari

Terminal Khusus dan TUKS. Terminal Khusus terletak di luar Daerah Lingkungan

Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan laut/ sungai dan danau,

sehingga untuk itu Terminal Khusus tersebut menjadi bagian dari suatu

pelabuhan terdekatnya. Sedangkan TUKS terletak di dalam Daerah Lingkungan

Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan, dengan demikian maka

TUKS menjadi satu kesatuan dengan pelabuhan dimaksud.

2.4 Batimetri

Survei batimetri adalah proses penggambaran garis-garis kontur

kedalaman dasar perairan yang meliputi pengukuran, pengolahan, hingga

visualisasinya. Survei batimetri sendiri hanya menggambarkan bentuk dasar laut

dari suatu perairan, tidak sampai menggambarkan kandungan material dan biota

laut yang hidup disana. Pada survei batimetri akan didapatkan garis-garis kontur

kedalaman, dimana garis-garis tersebut didapat dengan menginterpolasikan titik-

Page 19: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

8

titik pengukuran kedalaman yang tersebar pada lokasi yang dikaji (Djunarsjah,

2005).

2.4.1 Peta Batimetri

Batimetri merupakan ukuran tinggi rendahnya dasar laut, sehingga peta

batimetri memberikan informasi tentang dasar laut, dimana informasi tersebut

dapat memberikan manfaat pada beberapa bidang yang berkaitan dengan dasar

laut, seperti alur pelayaran untuk kapal rakyat. Pengukuran batimetri dengan

metode konvensional menggunakan metode batu duga yaitu sistem pengukuran

dasar laut menggunakan kabel yang dilengkapi bandul pemberat yang massanya

berkisar 25-75 kg. Namun seiring perkembangan zaman dan teknologi, metode

tersebut sudah mulai ditinggalkan khususnya dalam pengukuran perairan yang

luas dan dalam. Perkembangan teknologi saat ini pemetaan batimetri bisa

dilakukan dengan teknologi akustik yaitu dengan menggunakan gelombang

suara sehingga penggunaan teknologi ini lebih baik karena tidak merusak

lingkungan sekitar penelitian (Febrianto, 2015).

Peta batimetri berisi informasi nilai kedalaman suatu perairan. Informasi

yang dihasilkan dari data batimetri antara lain kontur batimetri, topografi dasar

perairan. Peta batimetri memiliki manfaat yang besar yakni dalam hal penentuan

jalur pelayaran yang aman, deteksi dini tsunami, perencanaan bangunan pantai,

penentuan lokasi budidaya perairan dan lain sebagainya. Selain itu, peta

batimetri diperlukan untuk mengetahui kondisi morfologi suatu daerah perairan.

Peta batimetri harus selalu di update sesuai dengan perubahan dan

perkembangan kondisi perairan tersebut, hal ini dikarenakan kondisi laut yang

sangat dinamis (Defrimilsa,2003).

Teknologi untuk pemetaan batimetri terus berkembang seiring

perkembangan zaman. Awalnya data batimetri untuk dipetakan diukur

Page 20: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

9

menggunakan alat konvensional yakni tali dan pemberat sehingga terkadang

data yang didapat kurang akurat disebabkan karena kondisi oseanografi seperti

arus gelombang dan lain sebagainya. Seiring berkembangnya zaman teknologi

pemetaan batimetri berkembang yakni dengan ditemukannya Echosounder,

kemudian dewasa ini teknologi pemetaan batimetri dikembangkan dengan

menggunakan penginderaan jauh (Setiawan, et al. 2014).

2.4.2 Aplikasi Batimetri

Batimetri memiliki banyak sekali manfaat terutama dalam bidang

kelautan. Aplikasi batimetri dalam bidang kelautan antara lain untuk mengetahui

kondisi morfologi dan topografi dasar perairan, pendeteksian adanya tsunami,

penentuan jalur pelayaran yang aman sehingga menunjang keselamatan

pelayaran, perencanaan bangunan pantai, sebagai penentuan lokasi budidaya

ikan dan lain sebagainya.

Dewasa ini, terdapat beberapa penggunaan teknologi pengumpulan data

batimetri yang cukup populer yaitu teknologi Multibeam Echosounder (MBES)

dan singlebeam Echosounder (SBES). Kedua teknologi ini menggunakan prinsip

dasar yang sama yaitu sama-sama memanfaatkan gelombang akustik sebagai

media untuk menentukan kedalaman titik pemeruman yang dipancarkan melalui

transducer. Transducer adalah alat pengirim gelombang akustik menuju dasar

perairan dengan cepat rambat yang telah diketahui sebelumnya, kemudian ketika

telah mencapai dasar laut gelombang akustik tersebut dipantulkan kembali oleh

objek dasar laut dan akhirnya diterima kembali oleh sensor penerima pada

transducer. Nilai kedalaman ukuran diperoleh dari perhitungan setengah kali

selisih waktu pemancaran gelombang hingga penerimaan kembali gelombang

tersebut oleh transducer dikalikan dengan kecepatan rambat gelombang.

Page 21: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

10

Perbedaan utama MBES dan SBES yaitu pada jumlah beam serta

frekuensi gelombang akustik yang digunakan. SBES hanya memancarkan satu

beam sehingga mendapatkan satu titik kedalaman sedangkan MBES

memancarkan lebih dari satu beam sehingga mendapatkan banyak titik

kedalaman untuk satu kali pancaran gelombang akustik. Pola pancaran yang

dimiliki MBES ini melebar dan melintang terhadap badan kapal. Setiap beam

memancarkan satu pulsa suara dan memiliki penerimaannya masing-masing.

Saat kapal bergerak hasil sapuan MBES tersebut menghasilkan suatu luasan

area permukaan dasar laut yang lebih luas dari cakupan area survei

menggunakan SBES (Moustier, 2005).

Gambar 1. Perbedaan Cakupan

2.5 Echosounder

Echosounder merupakan salah satu instrumen kelautan yang memiliki

fungsi untuk melakukan pemeruman pada suatu wilayah perairan untuk

mendapatkan data kedalaman (batimetri) ataupun untuk mendeteksi gerombolan

ikan di suatu perairan. Echosounder ini dapat menghasilkan profil kedalaman

sepanjang jalur pemeruman dengan ketelitian yang cukup baik. Alat ini

Page 22: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

11

menggunakan prinsip akustik dalam merekam kedalaman suatu perairan. Hasil

pengukuran kedalaman dari Echosounder akan direkam dan ditampilkan secara

digital dan berupa profil data kedalaman sepanjang jalur survey kapal. Terdapat

dua tipe Echosounder yakni Singlebeam Echosounder dan Multibeam

Echosounder (Al Kautsar, dkk. 2013).

2.5.1 Multibeam Echosounder

Multibeam Echosounder merupakan salah satu alat yang digunakan

dalamproses pemeruman dalam suatu survei hidrografi. Pemeruman (sounding)

sendiri adalah proses dan aktivitas yang ditunjukan untuk memperoleh gambaran

(model) bentuk permukaan (topografi) dasar perairan (seabed surface).

Sedangkan survei hidrografi adalah proses penggambaran dasar perairan

tersebut, sejak pengukuran, pengolahan, hingga visualisasinya (Poerbandono

dan Djunarsah, 2005).

Awal pengembangan dari sistem ini adalah pada tahun 1970. Sistem ini

dapat menghasilkan data dari wilayah yang luas secara akurat dan efektif, serta

juga dapat dipergunakan untuk aplikasi oseanografi yang lain seperti pemetaan

geologi serta investigasi ilmiah lainnya, survei ZEE dan survei untuk peletakan

kabel bawah laut. Pada tahun 1990 sistem Multibeam Echosounder untuk area

laut dangkal mulai dikembangkan secara pesat untuk keperluan survei laut

dangkal seperti pembangunan dermaga serta survei konstruksi saluran air yang

memerlukan 100% cakupan area dengan akurasi tinggi. Atas dasar keperluan

teknik konstruksi perairan yang berkembang, maka Multibeam Echosounder

mulai dikembangkan secara pesat hingga saat ini.

Multibeam Echosounder bekerja dengan memanfaatkan gelombang

akustik yang dapat merambat dengan baik di bawah air. Secara sederhana

Multibeam Echosounder memancarkan gelombang akustik dan kemudian akan

Page 23: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

12

dipantulkan kembali ketika gelombang tersebut menyentuh material di dasar laut.

Gelombang yang kembali dipantulkan akan diterima kembali oleh sensor dan

akan dihitung beda waktu saat gelombang dipancarkan dan saat gelombang

kembali diterima. Parameter inilah yang nanti akan diproses menjadi informasi

mengenai kedalaman air.

Dalam perkembangannya Multibeam Echosounder memiliki dua macam

sistem pemancaran gelombang yaitu sistem sweep dan sistem swath. Sistem

sweep bekerja dengan memancarkan banyak gelombang single atau dengan

kata lain merupakan multi-single beam, sedangkan sistem swath bekerja dengan

satu pancaran gelombang yang memiliki lebar dan panjang yang membentuk

sebuah kolom dan dapat juga dipakai sebagai Side Scan Sonar (SSS) (de Jong

dkk, 2002). Apabila sistem swath dan sistem sweep dibandingkan, sistem swath

akan menghasilkan area lebih besar pada perairan dalam, namun pada perairan

dangkal kedua sistem tersebut akan menghasilkan cakupan area yang sama.

Multibeam menggunakan sistem penyapuan ketika kapal bergerak maju

untuk menghasilkan luasan yang menggambarkan permukaan dasar laut dari

hasil titik-titik kedalaman yang didapat dari tiap beam yang dipancarkan tersebut

seperti pada Gambar di bawah ini :

Page 24: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

13

Gambar 2. Sapuan Multibeam Echosounder

Multibeam Echosounder umumnya menggunakan teknik interferometrik

untuk mendeteksi arah datangnya gelombang pantul sebagai fungsi dari waktu.

Pendeteksian interferometrik digunakan untuk menentukan sudut sinyal datang.

Dengan menggunakan akumulasi sinyal akustik yang diterima pada dua array

yang terpisah, suatu pola interferensi akan terbentuk. Pola ini menunjukkan

hubungan fase tiap sinyal yang diterima. Berdasarkan hubungan yang ada, suatu

arah akan dapat ditentukan. Bila informasi ini dikombinasikan dengan jarak, akan

dihasilkan data kedalaman. Menurut Sasmita (2008), pada prinsipnya Multibeam

Echosounder menggunakan pengukuran selisih fase pulsa untuk teknik

pengukuran yang digunakan. Selisih fase pulsa ini merupakan fungsi dari selisih

pulsa waktu pemancaran dan penerimaan pulsa akustik serta sudut data sinyal

tiap-tiap tranduser.

Karakteristik-karakteristik dari Multibeam Echosounder secara umum

(Lekkerker et al, 2006) adalah :

1. Frekuensi yang berselang antara 12 hingga 500 kHz.

2. Cakupan survei berselang antara 90° hingga 180° (2 hingga 12 x

kedalaman titik survei).

Page 25: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

14

3. Lebar dari beam berselang antara 0,5° hingga 3°.

4. Resolusi jaraknya 1-15 cm tergantung kedalaman

2.5.2 Singlebeam Echosounder

Singlebeam Echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang

menggunakan pengirim dan penerima sinyal gelombang suara tunggal. Prinsip

kerja dari SBES yaitu menggunakan prinsip pengukuran selisih fase pulsa, yaitu

menghitung selisih waktu dari waktu pemancaran dan penerimaan dari pulsa

akustik. SBES juga cukup akurat, dimana SBES mampu memberikan ketelitian

hingga 0,1 meter pada kedalaman kurang dari 100 meter (Lekkerkerk, dkk,

2006).

Transducer pada singlebeam Echosounder biasanya terpasang pada

lambung kapal, dan pemasangannya juga harus selalu berada di bawah

permukaan air. Transducer mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tertentu

secara langsung menyusuri bawah kolom air. Pulsa tersebut kemudian

dipantulkan oleh objek yang ada dipermukaan dasar laut dan diterima kembali

oleh sensor penerima yang ada di transducer.

Gambar 3. Sapuan singlebeam Echosounder

Transducer terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai fungsi

sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang dipancarkan dan

Page 26: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

15

menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yang diberikan. Transmitter

ini menerima beam secara berulang-ulang dalam kecepatan yang tinggi, sampai

orde kecepatan milisekon. Beam tersebut kemudian diteruskan ke Limiter. Kedua

alat ini akan menyesuaikan intensitas dari beam tersebut hingga dapat

diinterpretasikan oleh SBES. Apabila beam tersebut menempuh jarak pantul

yang jauh, maka sinyal beam tersebut akan melemah dan perlu diamplifikasi,

begitu juga sebaliknya apabila beam tersebut menempuh jarak pendek, maka

sinyal dari beam tersebut akan terlalu kuat sehingga harus direduksi. Detector

kemudian merubah beam yang telah disesuaikan tersebut menjadi rekaman

analog dalam kertas analog. Untuk merubah rekaman analog tersebut menjadi

digital, maka dilakukan pengukuran waktu tempuh sinyal dengan menambahkan

data kecepatan beam di awal.

Pengukuran survei batimetri mencakup sepanjang koridor survei dengan

lebar yang bervariasi.Peralatan survei batimetri berupa Echosounder yang

digunakan untuk mendapatkan data kedalaman optimum yang mencakup

seluruh kedalaman terdalam area survey. Ada tiga tahap pembuatan peta

batimetri, yaitu tahap pengumpulan data, pengolahan data dan penyajian

informasi (Rismanto,2001).

2.6 Pasang Surut

Pasang surut laut (ocean tide) adalah fenomena naik dan turunnya

permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi

benda-benda langit terutama bulan dan matahari.Pengaruh gravitasi benda-

benda langit terhadap bumi tidak hanya menyebabkan pasut laut, tetapi juga

mengakibatkan perubahan bentuk bumi (bodily tides) dan atmosfer (atmospheric

tides). Istilah pasut yang merupakan gerak naik dan turun muka laut dengan

periode rata-rata sekitar 12.4 jam atau 24.8 jam. Fenomena lain yang

Page 27: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

16

berhubungan dengan pasut adalah arus pasut, yaitu gerak badan air menuju dan

meninggalkan pantai saat air pasang dan surut.

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :

1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide).

Dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut secara berurutan.

Periode pasang surut rata-rata 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini

terdapat di selat malaka sampai laut andaman.

2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide).

Dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Periode

pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di

perairan selat karimata.

3. Pasang surut campuran condong keharian ganda (mixed tide prevailing

semidiurnal ).

Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi

tinggi periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat

perairan indonesia timur.

4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing

diurnal ).

Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air

surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali

pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat

berbeda. Pasang surut jenis in biasa terdapat di daerah selat kalimantan

dan pantai utara jawa barat.

Mengingat elevasi di laut selalu berubah satiap saat, maka diperlukan

suatu elevasi yang ditetapkan berdasar data pasang surut, yang dapat

digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pelabuhan. Beberapa elevasi

tersebut adalah sebagai berikut :

Page 28: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

17

1. Muka air tinggi (high water level), muka air tertinggi yang dicapai pada

saat air pasang dalam satu siklus pasang surut.

2. Muka air rendah (low water level), kedudukan air terendah yang dicapai

pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut.

3. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata dari

muka air tinggi selama periode 19 tahun.

4. Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari

muka air rendah selama periode 19 tahun.

5. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air rerata antara

muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan

sebagai referansi untuk elevasi di daratan.

6. Muka air tinggi tertinggi (highest high water level, HHWL), adalah air

tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

7. Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air

terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

8. Higher high water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu

hari, seperti dalam pasang surut tipe campuran.

9. Lower low water level, adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu

hari.

komponen pasang surut digunakan untuk menentukan pasang surut

didasarkan pada bilangan pada bilangan formzahl dimana :

Keterangan:

F = bilangan formzahl

𝐾1 = konstanta harmonik tunggal oleh deklinasi bulan dan matahari

Page 29: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

18

𝑂1 = konstanta harmonik tunggal oleh deklinasi bulan

𝑀2 = konstanta harmonik ganda oleh bulan

𝑺𝟐 = konstanta harmonik ganda oleh matahari

Klasifikasi sifat pasang surut tersebut adalah :

F ≤ 0,25 = semi diurnal

0,25< F ≤ 1,5 = campuran condong semi diurnal

1,5< F ≤ 3,0 = campuran condong diurnal

F > 3,0 = diurnal

Referensi kedalaman laut yang digunakan harus berdasarkan nilai Chart

Datum. Nilai Chart Datum bisa diperoleh melalui pengukuran pasang surut air

laut menggunakan beberapa metode dan peralatan yang memungkinkan. Dari

nilai pasang surut yang didapat bisa ditentukan konstanta pembangkit pasang

surut utama, dimana konstanta tersebut memiliki nilai frekuensi, amplitudo, dan

fase. Konstanta pembangkit pasang surut utama berbeda di tiap – tiap lokasi.

Dari nilai amplitudo konstanta tersebut bisa diperoleh nilai Chart Datum.Nilai

Chart Datum diperoleh dengan rumus 𝑆0-(𝑀2+𝑆2+𝐾1+𝑂1). Ketika nilai CD

didapatkan maka nilai tersebut bisa digunakan sebagai referensi pengukuran

Batimetri.

2.7 Perangkat Lunak Sebagai Alat Bantu Pengolahan Data

Dalam memudahkan mengolah data diperlukan berbagai macam alat

bantu software. Pengolahan data adalah sebuah proses pengalihan informasi

dari kumpulan data-data dan mengubahnya menjadi struktur yang dapat

dimengerti. Aktivitas pengolahan data secara manual menjadi pekerjaan yang

sangat tidak efisien, bahkan bias disebut tidak mungkin. Model-model data

semakin kompleks, bahkan pengolahan data membutuhkan simulasi yang rumit.

Page 30: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

19

Software yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian ini yaitu Hypack,

ArcGIS dan juga Surfer.

2.7.1 Hypack

Hypack adalah software berbasis Windows untuk Hydrographic dan

Industri Pengerukan yang didirikan pada tahun 1984. Hypack juga salah satu

software survei hidrografi yang paling banyak digunakan di dunia, dengan lebih

dari 10.000 pengguna. Hypack memberikan kepada semua surveyor peralatan

yang diperlukan untuk merancang survei hidrografi, mengumpulkan data,

memproses, mengurangi, dan menghasilkan produk akhir. Hypack menyediakan

aplikasi yang diperlukan untuk menyelesaikan data survei hidrografi atau data

lingkungan dalam sebuah proyek rekayasa.

Teledyne Odom Hidrografi MB1 Dirancang dan diproduksi seluruhnya

dalam kelompok Teledyne Kelautan untuk memenuhi kebutuhan Survey

hidrografi. Menggunakan kedua amplitudo dan fase deteksi bawah, MB1 mampu

terdengar petak hingga 120 ° di atas 120m air kedalaman. Dengan 24 bit data

mentah dan proyektor khusus, baik mentah kolom air dan dasar laut data dapat

dikumpulkan dalam controller perangkat lunak. Real Time Appliance (RTA)

meningkatkan waktu sinkronisasi pada semua sensor yang diperlukan untuk

mensurvei ke 0.1ms. Pilihan baru termasuk Sistem GPS pos terpadu dibangun

ke dalam RTA dan TSS sensor gerak ke kepala sonar.Dalam penelitian ini

software Hypack digunakan pada saat survey dan pengolahan data dari

Echosounder (HS2x) menjadi XYZ.

2.7.2 Surfer

Surfer adalah paket pemodelan penuh fungsi visualisasi 3D, contouring

dan permukaan yang berjalan di bawah Microsoft Windows. Surfer digunakan

secara luas untuk pemodelan medan, model batimetri, visualisasi landscape,

Page 31: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

20

analisis permukaan, pemetaan kontur, DAS dan pemetaan permukaan 3D,

gridding, volumetrics, dan banyak lagi.Mesin interpolasi canggih Surfer

mengubah data XYZ ke peta publikasi berkualitas (Nandang, 2015).

Surfer memberikan kemudahan dalam pemuatan berbagai macam peta

kontur atau model spasial 3 Dimensi. Sangat membantu dalam analisis

volumetrik, cut and fill, slope, dan lain-lain. Surfer membantu dalam analisis

kelerengan, ataupun morfologi lahan dari suatu foto udara atau citra satelit yang

telah memiliki datum ketinggian.Aplikasi lain yang sering menggunakan Surfer

adalah analisis spasial untuk mitigasi bencana alam yang berkaitan dengan

faktor topografi dan morfologi lahan. Surfer dapat memberikan gambaran secara

spasial letak potensi bencana. Dalam penelitian ini software Surfer digunakan

untuk membuat kontur baik 2D.

2.7.3 ArcGIS

ArcGIS merupakan produk software GIS paling mutakhir saat ini dari

ESRI (Environment Science & research Institute) dengan segala

kecanggihannya. Software ArcGIS pertama kali diperkenalkan kepada publik

oleh ESRI pada tahun 1999, yaitu dengan kode versi 8.0 (ArcGIS 8.0).ArcGIS

merupakan penggabungan, modifikasi dan peningkatan dari 2 software ESRI

yang sudah terkenal sebelumnya yaitu ArcView GIS 3.3 (ArcView 3.3) dan

Arc/INFO Workstation 7.2.ArcGIS 9.3 digunakan untuk pembuatan peta tematik

yang memiliki data-data yang ada.Data tersebut merupakan penggabungan dari

Spasial dan Non-spasial (Putra, 2013).

Dalam kaitannya dengan ArcGIS ini, secara umum ada dua versi yaitu

ArcGIS Desktop (untuk komputer biasa/PC/Laptop based) dan ArcGIS Server

yaitu untuk GIS berbasis web dan "ditanamkan" pada komputer/software Server.

Dalam keseharian yang disebut ArcGIS sebetulnya adalah ArcGIS Desktop,

Page 32: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

21

berhubung mungkin ArcGIS Server belum banyak yang memakainya.Dalam

penelitian ini software ArcGIS digunakan untuk membuat lokasi penelitian,

membuat peta kontur Batimetri dan juga sebagai layouting / finishing sebuah

peta.

Page 33: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei sampai dengan 2 Juni

2016 di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang Provinsi Jawa Tengah. Peta lokasi

penelitian dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Lokasi Penelitian

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 :

Page 34: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

23

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian

No Alat dan Perangkat Lunak Fungsi

1 Komputer Media pengolahan data

2 MultibeamEchosounderTeledy

ne Odom

Melakukan sounding untuk mendapatkan

data batimetri

3 Perahu Sebagai transportasi ketika melakukan

sounding.

4 Software ArcGIS 10.2 Membuat layout Peta

5 Software Surfer 10 Membuat peta Batimetri

6 Software Hypack_2015 Merubah data HS2x. menjadi .xyz

Dalam penelitian ini Echosounder yang digunakan yaitu Multibeam

Echosounder Teledyne Odom. Spesifikasi dari alat tersebut dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Spesifikasi Multibeam Teledyne Odom Hydrographic

Nama Ukuran

Frekuensi (KHz) Diatur Pemakai, 170–220

Maksimum kedalaman pemeruman 240m

Environment Maximum Deployment Depth 100m

MB1 Sonar Operating Temperature -5 to

+35°C

MB1 Sonar Storage Temperature -20 to

+55°C

RTA Operating Temperature -5 to +50°C

RTA Storage Temperature -20 to +65°C

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

tabel 3 :

Page 35: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

24

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam Penelitian

No Bahan Fungsi

1 Data Kedalaman Data utama sebagai data untuk membuat Peta

Batimetri.

2 Data Pasang Surut Untuk koreksi real depth data kedalaman.

3.3 Pengambilan Data

3.3.1 Pengambilan Data Pasang Surut

Metode pengamatan pasang surut secara langsung untuk verifikasi

dilakukan selama pemeruman menggunakan palem dan Tide gauge.

Pengamatan pasut dilakukan untuk memperoleh data tinggi muka air laut di

suatu lokasi. Cara yang paling sederhana untuk mengamati pasut dilakukan

dengan palem atau rambu pengamat pasut. Tinggi muka air setiap jam diamati

secara manual oleh operator (pencatat) dan dicatat pada suatu formulir

pengamatan pasut. Pada palem dilukis tanda-tanda skala bacaan dalam satuan

desimeter. Pencatat akan menuliskan kedudukan tinggi muka air laut relatif

terhadap palem pada jam-jam tertentu sesuai dengan skala bacaan yang tertulis

pada palem. Muka air laut yang relatif tidak tenang membatasi kemampuan

pencatatan dalam menaksir bacaan skala. Walaupun demikian, cara ini cukup

efektif untuk memperoleh data pasut dengan ketelitian hingga sekitar 2.5 cm.

Alat pengamat pasut mekanik yang digunakan untuk Penelitian ini adalah

Tide gauge. Gerakan naik dan turunnya air laut dideteksi dengan sebuah

pelampung yang digantungkan pada kawat baja. Kawat baja tersebut

digulungkan pada suatu silinder penggulung. Sebuah sistem mekanik melakukan

peredaman dan konversi gerakan silinder penggulung kawat baja dari ke arah

vertikal menjadi ke arah horizontal. Gerakan horizontal bolak-balik tersebut

kemudiandisambungkan pada sebuah pena yang menggoreskan tinta pada

gulungan kertas perekam data yang digulungkan pada suatu silinder.

Page 36: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

25

Untuk skala regional dan global, satelit altimetri Topex/Poseidon yang

bekerja menggunakan pulsa radar kini dapat dimanfaatkan untuk mengukur

tinggi muka air laut yang berada jauh dari pantai.Satelit altimetri adalah satelit

pengamat global dan dipakai untuk memantau tinggi permukaan laut di seluruh

bagian bumi. Sistem ini mempunyai footprint beam pada radius sekitar 7 km dan

sangat rentan terhadap noise yang ditimbulkan oleh daratan, sehingga tidak

memungkinkan untuk pemantauan lokal. Sistem pengamatan pasut lokal dan

dekat pantai yang paling maju saat ini adalah dengan suatu sebaran stasiun

pengamat pasut permanen dengan sensor laser dan perekaman secara digital.

Data pengamatan ditransmisikan melalui jaringan telepon atau gelombang radio

ke suatu stasiun pusat pengolahan data.

3.3.2 Pengambilan Data Kedalaman

Pelaksanaan sounding dilakukan pada tanggal 27 Mei sampai 2 Juni

2016, dengan menggunakan alat Teledyne Odom Multibeam Echosounder dan

software Hypack. Pelaksanaan survei sounding ini juga menentukan posisi

horizontal disamping penentuan posisi vertikal (kedalaman). Ada beberapa

tahapan dalam melakukan proses survey batimetri, tahapan pertama adalah

membuat jalur sounding, jalur ini digunkan untuk acuan jalanya kapal saat

melakukan survey batimetri. Jarak antar jalur sounding tergantung pada resolusi

ketelitian yang diinginkan.

Pemeruman dilakukan dengan membuat profil (potongan) pengukuran

kedalaman. Lajur perum dapat berbentuk garis-garis lurus, lingkaran-lingkaran

konsentrik, atau lainnya. Lajur-lajur perum didesain sedemikian rupa sehingga

memungkinkan pendeteksian perubahan kedalaman yang lebih ekstrem.Untuk

itu, desain lajur-lajur perum harus memperhatikan kecenderungan bentuk dan

topografi pantai sekitar perairan yang akan disurvei agar mampu mendeteksi

Page 37: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

26

perubahan kedalaman yang lebih ekstrem lajur perum dipilih dengan arah yang

tegak lurus terhadap kecenderungan arah garis pantai. Titik-titik pengukuran

kedalaman berada pada lajur-lajur pengukuran kedalaman yang disebut sebagai

lajur perum (sounding line). Jarak antar titik-titik fiks perum pada suatu lajur

pemeruman setidak-tidaknya sama dengan atau lebih rapat dari interval lajur

perum. Pengukuran kedalaman dilakukan pada titik-titik yang dipilih untuk

mewakili keseluruhan daerah yang akan dipetakan.

Gambar 5. Sounding Line

Echosounder selalu membaca kedalaman dengan asumsi bahwa survei

dalam posisi diam sempurna, sehingga harus dilakukan kalibrasi agar nilai

kedalaman tersebut valid. Proses kalibrasi yang dilakukan meliputi proses

kalibrasi uji keseimbangan kapal (roll, pitch, heading) serta kecepatan rambat

akustik. Kalibrasi sensor sensor sistem Multibeam Echosounder akan sangat

menentukan kualitas data. Kalibrasi dilakukan dengan membuat satu jalur

Page 38: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

27

sapuan Multibeam dengan panjang sekitar dua hingga tiga nautical miles. Pada

garis ini dilakukan pengambilan data batimetri sebanyak tiga kali ulangan.

Pengambilan data yang pertama dan kedua dilakukan dengan kecepatan sama,

sedangkan yang ketiga, pengambilan data dilakukan dengan kecepatan

setengah dari sebelumnya.

Tujuan kalibrasi roll adalah untuk mencari besarnya nilai koefisien koreksi

roll, sehingga kedalaman yang terukur menjadi akurat. Kalibrasi ini dilakukan

dengan membuat satu garis sapuan Multibeam dengan memilih dasar laut yang

datar. Pada garis ini dilakukan pengambilan data kedalaman sebanyak dua kali

bolak balik dengan kecepatan sama, dan dibuat koridor untuk memperoleh nilai

koefisien rollnya. Tujuan kalibrasi pitch adalah untuk mencari besarnya nilai

koefisien koreksi pitch dan time delay, sehingga kedalaman yang terukur menjadi

akurat. Tujuan utama dari kalibrasi heading adalah untuk mencari besarnya nilai

koefisien koreksi heading, sehingga kedalaman yang terukur jadi akurat. Karena

beam dipancarkan tidak tegak-lurus, maka ketelitian data kedalaman yang diukur

sangat tergantung pada stabilitas wahana yang digunakan (kapal).

Adanya perbedaan parameter seperti salinitas, suhu, dan tekanan di

setiap kolom air laut mengakibatkan adanya perbedaan kecepatan rambat

akustik di setiap kolom tersebut. Untuk itu dilakukan pengukuran kecepatan

rambat akustik menggunakan alat Sound Velocity Profiler (SVP). Sistem kerja

dari SVP adalah dengan menggunakan reflektor yang diletakkan di dasar laut

dan kemudian dipantulkan sinyal akustik dari SVP yang terpasang di kapal

selama selang waktu tertentu. Kecepatan rambat SVP dibagi menjadi kecepatan

downward untuk kecepatan rambat dari SVP ke reflektor dan upward untuk

kecepatan rambat dari reflektor menuju SVP. Kecepatan tersebut kemudian

dirata-ratakan dan didapatkanlah profil dan koreksi dari kecepatan rambat

akustik di setiap kolom air laut di area survei.

Page 39: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

28

Data kedalaman yang terekam oleh Echosounderbelum dapat dipastikan

kebenarannya, disebabkan jika adanya sesuatu yang mengganggu /

menghalangi transducer saat mengirim gelombang ke dasar laut. Hal yang

mengganggu tersebut dapat berupa hewan-hewan laut, kotoran atau sampah

yang ada di dalam laut yang dapat menyebabkan transducer mengirimkan

gelombang tidak sampai kedasar laut sehingga menghasilkan data yang tidak

valid. Maka dari itu perlunya dilakukan koreksi data dengan cleaning (mengapus)

data-data yang sekiranya tidak valid.

Gambar 6. Proses cleaning

Hasil pengukuran batimetri data yang telah terkoreksi, kemudian

menghasilkan data kedalaman yang akurat. Data kedalaman akurat tersebut

diinterpolasi dengan menggunakan metode Krigging dengan bantuan software

Surfer 10. Kemudian di plot dalam bentuk 3 dimensi.

3.4 Analisa Data

Dalam penelitian yang dilakukan memerlukan beberapa tahapan antara

lain melakukan sounding batimetri menggunakan Echosounder, setelah

mendapatkan data kedalaman. Tahap selanjutnya yaitu merubah data dari

Echosounder .HS2x kedalam format .XYZ, kemudian melakukan koreksi data

kedalaman dengan data pasut dan elevasi muka air untuk mendapatkan data

kedalaman sebenarnya (real depth).

Page 40: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

29

3.4.1 Pengolahan Data Pasang Surut

Pengolahan data pasang surut dilakukan dengan Metode Admiralty dan

di kerjakan dengan menggunakan program Microsoft excel. Pasut biasanya

diamati sebagai gerakan vertikal naik dan turun dari lautan yang mempunya

periode 12,4 jam atau 24,8 jam (de Jong dkk, 2002). Karena fenomena ini

merupakan fenomena periodik, pasut dapat diprediksi menggunakan teori

keseimbangan yang dikembangkan oleh Newton. Menurut Newton, gaya tarik

menarik yang bekerja antara dua benda berbanding langsung dengan perkalian

massa kedua benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Maka

gaya tarik oleh bulan dan matahari yang bekerja pada tempat yang berbeda

letaknya di bumi akan berbeda pula pengaruhnya. Faktor inilah yang menjadi

sebab timbulanya pasut.

Tujuan dari pengamatan pasut adalah untuk mencatat gerakan vertikal

permukaan air laut secara periodik untuk menentukan referensi kedalaman

seperti muka rata-rata air laut (MSL) atau muka surutan (chart datum).Data pasut

yang diamati juga digunakan sebagai koreksi hasil pengukuran kedalaman pada

peta batimetri.

Untuk keperluan pemetaan batimetri yang menyangkut suatu wilayah

yang cukup luas, penentuan chart datum tidaklah cukup hanya didasarkan pada

suatu stasiun pengamatan pasut saja. Hal tersebut terkait dengan sifat pasut di

suatu perairan tidak akan sama dengan sifat pasut di tempat lain. Sehingga chart

datum di suatu tempat tidak dapat diterapkan untuk tempat lain yang jaraknya

cukup jauh.

MSL adalah permukaan yang didefinisikan sebagai hasil rata-rata tinggi

permukaan laut setiap saat. Sedangkan muka surutan peta atau chart datum

adalah suatu bidang permukaan pada suatu daerah perairan yang didefinisikan

terletak di bawah permukaan air laut terendah yang mungkin terjadi di daerah

Page 41: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

30

yang bersangkutan, atau dengan kata lain permukaan air laut tidak pernah

menyentuh muka surutan peta. Chart datum ditentukan setelah mengetahui data-

data yang diamati pada saat pengamatan pasut muka air laut. Gambar dibawah

ini mengilustrasikan mengenai kedudukan chart datum.

Gambar 7. Posisi chart datum

Teknologi pengamatan pasut yang lebih maju tidak lagi menggunakan

cara manual dan memerlukan orang yang ditugasi untuk mengamati dan

mencatat tinggi muka air. Sebuah alat pengamat pasut mekanik yang digunakan

untuk ini adalah Tide gauge. Gerakan naik dan turunnya air laut dideteksi dengan

sebuah pelampung yang digantungkan pada kawat baja. Kawat baja tersebut

digulungkan pada suatu silinder penggulung. Sebuah sistem mekanik melakukan

peredaman dan konversi gerakan silinder penggulung kawat baja dari ke arah

vertikal menjadi ke arah horizontal. Gerakan horizontal bolak-balik tersebut

kemudian disambungkan pada sebuah pena yang menggoreskan tinta pada

gulungan kertas perekam data yang digulungkan pada suatu silinder.

Penentuan tinggi dan rendahnya pasang surut ditentukan dengan rumus-

rumus seperti pada tabel 4:

Page 42: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

31

Tabel 4. Rumus Perhitungan Elevasi Pasang Surut

Elevasi Symbol Calculation

Higher High Water Level HHWL 𝑆0 + (𝑀2 + 𝑆2 + 𝐾2 + 𝐾1 + 𝑂1 + 𝑃1

Mean High Water Level MHWL 𝑆0+(𝑀2+𝐾1+𝑂1)

Mean Sea Level MSL 𝑆0

Mean Low Water Level MLWL 𝑆0-(𝑀2+𝐾1+𝑂1)

Chart Datum Level CDL 𝑆0-(𝑀2+𝑆2+𝐾1+𝑂1)

Lower Low Water Level LLWL 𝑆0-(𝑀2+𝑆2+𝐾2+𝐾1+𝑂1+𝑃1)

3.4.2 Pengolahan Data Sounding

Tahapan yang dilakukan pada pengolahan data bathimetri mulai dari

pemindahan data hasil sounding, perhitungan reduksi pasut, perhitungan

kedalaman, pengolahan data bathimetri menggunakan software. Software

yangdigunakan yaitu Ms.Excel, Hypack dan Surfer. Ms.Excel berfungsi untuk

melakukan perhitungan data reduksi pasut dan kedalaman. Surfer berfungsi

untuk menampilkan data dalam bentuk 3D.

Pada proses pengolahan data, software yang digunakan adalah Hypack.

Selain digunakan pada pengambilan data pemeruman, software Hypack juga

dapat digunakan untuk pengolahan dan editing data pemeruman. Hypack

merupakan produk dari Hypack.Inc, yakni perusahaan asal Amerika yang

bergerak dalam bidang software hidrografi. Pada proses ini, data yang diolah

menggunakan software Hypack adalah data pemeruman Multibeam

Echosounder.

Gambar 8. Tampilan MB Max

Pada saat data dibuka menggunakan MB Max nilai pitch, roll, heading,

dan heave di tiap lajur pemeruman dapat ditampilkan oleh software. Data-data

Page 43: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

32

tersebut terekam, dan tersimpan secara otomatis dalam raw data MBES. Proses

selanjutnya adalah konversi data ke dalam format yang telah terkoreksi dengan

menggunakan tools (convert raw tocorrected). Raw data yang telah dikonversi

kemudian diolah lebih lanjut dengan mencari dan menghapus titik-titik data yang

dianggap sebagai anomali. Data yang telah dikoreksi kemudian disimpan ke

dalam format txt agar dapat dilakukan analisis kedalaman menggunakan

software Surfer dan juga ArcGIS. Data kedalaman tersebut diinterpolasi dengan

menggunakan metode Krigging dengan bantuan software Surfer 10, lalu di plot

dalam bentuk 3 dimensi yang nantinya akan di bagi menjadi 4 bagian potongan

kontur untuk memudahkan dalam pengamatan profil kontur secara detail.

Kerangka alur Penelitian dapat dilihat dibawah ini :

Page 44: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

33

Persiapan

Pengumpulan Studi

Literatur dan Bahan

Penelitian

Survei

Lapangan

Survei Batimetri

Pengukuran

Pasut

Penentuan

Lajur Perum

Pengolahan data dan

Pembuatan peta Batimetri Kalibrasi

Echosounder

Hasil Berupa Peta

Batimetri

Pemeruman

Download dan Pengolahan data

Kedalam Menggunakan

Hypack_2015

Selesai

Gambar 9. Diagram Alir Penelitian

Page 45: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

34

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Pelabuhan Tanjung Emas dalam perkembangannya sejak dibangun

tahun 1985 merupakan salah satu pelabuhan terbesar di Indonesia yakni seluas

500 hektar yang berfokus pada kegiatan ekspor dan perniagaan domestik

maupun internasional. Pelabuhan Tanjung Emas juga melayani kegiatan

pelayaran transportasi angkutan laut sehingga pelabuhan penumpang terdapat di

dalam kawasan pelabuhan. Sebagai satu-satunya pelabuhan di kota Semarang,

pelabuhan ini merupakan titik utama transportasi laut kota dan simpul

penghubung wilayah-wilayah di sekitar Semarang. Pengembangan pelabuhan

Tanjung Emas mempunyai prospek positif dengan acuan Letak geografis

Semarang yang berada di titik tengah jarak dari bagian timur dan barat

Indonesia, Kelengkapan untuk transportasi yang terintegrasi, Perumbuhan

ekonomi Jawa Tengah yang berkisar pada level 7,5%-12,5% tiap tahun sehingga

dapat ditingkatkan dengan pembangunan infrastruktur lainnya.

Pengembangan pelabuhan sebagai salah satu gerbang masuk kota

Semarang merupakan hal penting dikarenakan jalur masuk kota Semarang

melalui darat sudah sangat penuh karena dipenuhi truk-truk untuk kegiatan

industri, trayek kereta api antar wilayah dari dan ke Semarang juga masih

terbatas sementara untuk jalur udara sudah cukup padat. Dengan pembangunan

pelabuhan penumpang yang tidak hanya fungsional namun juga atraktif akan

menggiatkan aktivitas pelabuhan penumpang.

4.1.2 Pasang Surut

Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya air laut karena

pengaruh gaya tarik bumi dan bulan. Data pasang surut digunakan untuk

Page 46: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

35

mengetahui kedalaman tetap dari proses pemeruman. Perekaman data pasang

surut dilakukan menggunakan alat Valeport Tidemaster Portable Water

Recorder, yang secara otomatis merekam data pasang surut air laut dengan

radar dan juga dengan Palem. Dibawah ini merupakan hasil dari pengukuran

pasang surut 30 hari dan juga hasil pengukuran pasang surut selama survei

berlangsung :

Page 47: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

36

36

Tabel 5. Data pasut pengukuranTide gauge

Tabel 6. Data pasut pengukuran Palem

Jam 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Tanggal

5/25/2016 1.605 1.578 1.577 1.623 1.617 1.595 1.55 1.434 1.335 1.276 1.211 1.199 1.17

5/26/2016 1.199 1.257 1.29 1.327 1.415 1.544 1.606 1.651 1.694 1.75 1.78 1.782 1.778 1.765 1.789 1.836 1.774 1.638 1.564 1.445 1.436 1.338 1.348 1.317

5/27/2016 1.324 1.324 1.316 1.307 1.428 1.509 1.672 1.726 1.753 1.746 1.775 1.756 1.797 1.762 1.706 1.737 1.703 1.605 1.45 1.293 1.236 1.188 1.227 1.152

5/28/2016 1.226 1.248 1.231 1.361 1.282 1.464 1.474 1.544 1.656 1.622 1.612 1.682 1.741 1.858 1.822 1.801 1.85 1.769 1.595 1.436 1.328 1.27 1.158 1.207

5/29/2016 1.224 1.311 1.36 1.392 1.372 1.495 1.598 1.599 1.605 1.634 1.777 1.821 1.849 1.867 1.938 1.989 1.928 1.895 1.791 1.529 1.418 1.244 1.298 1.259

5/30/2016 1.245 1.339 1.4 1.521 1.638 1.572 1.627 1.651 1.712 1.715 1.709 1.693 1.798 1.901 1.96 1.936 1.945 1.899 1.729 1.55 1.395 1.192 1.031 1.008

5/31/2016 1.075 1.122 1.255 1.381 1.475 1.55 1.619 1.569 1.522 1.502 1.487 1.576 1.6 1.706 1.782 1.827 1.817 1.822 1.677 1.481 1.364 1.204 1.009 0.984

6/1/2016 0.991 1.079 1.248 1.396 1.522 1.614 1.637 1.663 1.595 1.584 1.603 1.668 1.697 1.763 1.849 1.909 1.941 1.878 1.821 1.685 1.599 1.348 1.223 1.136

6/2/2016 1.139 1.199 1.331 1.491 1.5746 1.6718 1.769 1.645 1.567 1.596 1.534 1.582 1.595 1.651 1.697 1.76 1.809 1.807 1.774

Jam 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Tanggal

5/1/2016 142.6 143.6 140.6 138.6 144.6 154.6 167.6 176.6 179.6 174.6 169.6 165.6 149.6 126.6 110.6 101.6 95.6

5/2/2016 89.6 96.6 105.6 116.6 130.6 137.6 135.6 135.6 128.6 129.6 131.6 132.6 138.6 150.6 172.6 174.6 178.6 177.6 165.6 156.6 138.6 122.6 104.6 96.6

5/3/2016 94.6 101.6 109.6 119.6 135.6 147.6 149.6 148.6 142.6 136.6 134.6 133.6 142.6 149.6 159.6 172.6 175.6 177.6 173.6 164.6 148.6 124.6 109.6 96.6

5/4/2016 90.6 96.6 107.6 121.6 133.6 145.6 149.6 151.6 149.6 139.6 133.6 129.6 137.6 149.6 161.6 169.6 172.6 177.6 180.6 166.6 157.6 140.6 123.6 110.6

5/5/2016 99.6 98.6 104.6 117.6 133.6 144.6 150.6 156.6 156.6 148.6 138.6 132.6 134.6 142.6 145.6 158.6 166.6 171.6 168.6 167.6 159.6 147.6 136.6 118.6

5/6/2016 107.6 103.6 104.6 112.6 127.6 137.6 140.6 144.6 151.6 147.6 144.6 129.6 132.6 133.6 134.6 141.6 147.6 154.6 156.6 152.6 148.6 141.6 132.6 120.6

5/7/2016 112.6 107.6 105.6 111.6 120.6 133.6 145.6 152.6 154.6 157.6 152.6 147.6 144.6 138.6 140.6 141.6 141.6 147.6 151.6 147.6 143.6 144.6 138.6 129.6

5/8/2016 122.6 113.6 112.6 111.6 114.6 124.6 137.6 147.6 150.6 154.6 157.6 155.6 150.6 147.6 144.6 140.6 135.6 131.6 136.6 136.6 134.6 134.6 132.6 135.6

5/9/2016 130.6 124.6 121.6 117.6 118.6 119.6 128.6 144.6 146.6 157.6 160.6 164.6 162.6 157.6 152.6 147.6 136.6 126.6 123.6 122.6 121.6 119.6 121.6 125.6

5/10/2016 127.6 128.6 123.6 123.6 125.6 122.6 121.6 128.6 138.6 145.6 155.6 161.6 166.6 167.6 164.6 158.6 147.6 134.6 122.6 117.6 116.6 112.6 115.6 120.6

5/11/2016 124.6 134.6 133.6 135.6 138.6 140.6 138.6 137.6 145.6 150.6 160.6 173.6 181.6 182.6 184.6 180.6 172.6 156.6 138.6 118.6 115.6 110.6 108.6 108.6

5/12/2016 114.6 123.6 130.6 135.6 136.6 139.6 137.6 134.6 136.6 142.6 147.6 154.6 171.6 177.6 179.6 181.6 175.6 167.6 148.6 124.6 109.6 100.6 98.6 96.6

5/13/2016 104.6 113.6 126.6 137.6 140.6 148.6 145.6 149.6 144.6 142.6 145.6 154.6 164.6 179.6 187.6 188.6 186.6 179.6 166.6 148.6 128.6 112.6 107.6 103.6

5/14/2016 109.6 121.6 138.6 146.6 153.6 158.6 161.6 169.6 163.6 156.6 161.6 167.6 174.6 188.6 192.6 190.6 186.6 177.6 172.6 158.6 134.6 118.6 105.6 99.6

5/15/2016 97.6 99.6 112.6 130.6 135.6 153.6 149.6 151.6 147.6 135.6 136.6 136.6 147.6 158.6 165.6 174.6 177.6 170.6 165.6 153.6 138.6 119.6 104.6 97.6

5/16/2016 94.6 103.6 118.6 129.6 148.6 160.6 165.6 164.6 164.6 161.6 158.6 155.6 161.6 172.6 177.6 181.6 183.6 182.6 177.6 165.6 155.6 135.6 119.6 107.6

5/17/2016 96.6 103.6 109.6 124.6 136.6 149.6 158.6 159.6 157.6 153.6 151.6 147.6 151.6 154.6 162.6 168.6 169.6 167.6 159.6 156.6 147.6 139.6 126.6 110.6

5/18/2016 109.6 107.6 117.6 129.6 138.6 150.6 159.6 166.6 162.6 158.6 154.6 148.6 151.6 153.6 157.6 162.6 168.6 168.6 163.6 154.6 143.6 134.6 129.6 122.6

5/19/2016 117.6 119.6 127.6 132.6 145.6 156.6 164.6 166.6 168.6 164.6 156.6 154.6 153.6 155.6 158.6 157.6 161.6 162.6 154.6 150.6 139.6 131.6 123.6 119.6

5/20/2016 115.6 117.6 122.6 128.6 136.6 146.6 151.6 159.6 160.6 159.6 154.6 149.6 150.6 150.6 152.6 149.6 153.6 149.6 149.6 145.6 138.6 130.6 126.6 123.6

5/21/2016 122.6 127.6 131.6 140.6 148.6 154.6 160.6 162.6 165.6 164.6 161.6 155.6 154.6 155.6 156.6 151.6 147.6 144.6 142.6 141.6 132.6 128.6 125.6 122.6

5/22/2016 120.6 121.6 130.6 141.6 148.6 150.6 157.6 162.6 163.6 166.6 165.6 159.6 162.6 158.6 154.6 150.6 147.6 146.6 144.6 142.6 136.6 128.6 122.6 119.6

5/23/2016 111.6 114.6 123.6 131.6 138.6 145.6 146.6 154.6 157.6 160.6 162.6 160.6 159.6 159.6 159.6 156.6 147.6 140.6 133.6 130.6 127.6 119.6 119.6 117.6

5/24/2016 117.6 120.6 126.6 134.6 143.6 146.6 151.6 154.6 160.6 163.6 163.6 165.6 166.6 166.6 166.6 164.6 157.6 147.6 139.6 136.6 127.6 120.6 118.6 115.6

5/25/2016 121.6 123.6 122.6 131.6 146.6 150.6 151.6 156.6 157.6 160.6 163.6 167.6 167.6 166.6 170.6 169.6 159.6 153.6 142.6 132.6 126.6 119.6 118.6 116.6

5/26/2016 119.6 124.6 126.6 131.6 140.6 153.6 159.6 165.6 169.6 173.6 177.6 177.6 178.6 176.6 178.6 182.6 178.6 162.6 154.6 143.6 143.6 134.6 133.6 130.6

5/27/2016 131.6 132.6 132.6 131.6 141.6 150.6 164.6 169.6 174.6 176.6 175.6 175.6 179.6 176.6 169.6 170.6 169.6 160.6 146.6 130.6 123.6 118.6 121.6 114.6

5/28/2016 120.6 123.6 124.6 133.6 127.6 144.6 144.6 153.6 164.6 160.6 162.6 168.6 174.6 184.6 182.6 183.6 184.6 174.6 159.6 144.6 132.6 126.6 115.6 119.6

5/29/2016 120.6 129.6 133.6 137.6 134.6 148.6 158.6 159.6 159.6 164.6 176.6 182.6 187.6 188.6 193.6 200.6 189.6 187.6 179.6 155.6 139.6 127.6 128.6 124.6

5/30/2016 124.6 132.6 136.6 148.6 162.6 155.6 157.6 164.6 168.6 171.6 170.6 167.6 177.6 188.6 194.6 192.6 185.6 185.6 180.6 159.6 147.6 119.6 101.6 101.6

5/31/2016 105.6 109.6 123.6 135.6 146.6 152.6 159.6 156.6 151.6 150.6 147.6 154.6 160.6 168.6 177.6 179.6 180.6 180.6 167.6 149.6 135.6 119.6 101.6 97.6

6/1/2016 98.6 107.6 123.6 137.6 150.6 159.6 161.6 165.6

Page 48: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

37

Gambar 10. Gabungan data pasut Tide gauge dan palem

Hasil Grafik diatas menunjukkan bahwa nilai tinggi air pengukuran lapang

hampir sama persis dengan data otomatis yang di peroleh dari Tide gauge.

Keduanya memiliki pola naik turun atau fluktuasi yang samadari hasil

pengukuran lapang dan pengukuran Tide gauge. Hasil pengukuran pasang surut

secara langsung tidak jauh berbeda dengan hasil prediksi pasang surut dari Tide

gauge, sehingga pasang surut pengukuran lapang dapat dianggap telah sesuai

untuk digunakan.

Metode Admiralty digunakan untuk menganalisis data pasang surut guna

memperoleh nilai MSL, LLWL, HHWL, dan tipe perairan. Metode Admiralty akan

menghasilkan komponen-komponen pasang surut sehingga dapat didapatkan

nilai yang dicari. Dari hasil pengamatan pasang surut selama 30 hari di dapatkan

komponen harmonik pasang surut adalah sebagai berikut :

0

0,5

1

1,5

2

2,5

Pengukuran pasang surut dengan Tide Gauge

Pengukuran pasang surut dengan Palem

Page 49: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

38

Tabel 7. Konstanta Harmonik Pasut

Konstanta Amplitudo

𝑴𝟐 0.09

𝑺𝟐 0.11

𝑲𝟏 0.19

𝑶𝟏 0.08

𝑵𝟐 0.04

𝑷𝟏 0.06

𝑲𝟐 0.03

𝑺𝟎 1.43

𝑴𝟒 0.01

𝑴𝑺𝟒 0,01

Di dalam pengamatan selama 30 hari, rangkaian data dapat dibuatkan

grafik pasang surut yang terjadi. Dari tabel 8 di bawah ini dapat dilihat

perbandingan elevasi pasang surut di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang :

Tabel 8. Nilai-nilai elevasi dengan metode Admiralty

Elevasi Simbol Perhitungan Hasil

Mean Sea Level MSL 𝑆0 1.43

Lower Low Water Level LLWL 1.43-(0.09+0.11+0.03+0.19+0.08+0.06) 0.87

Higher High Water Level HHWL 1.43+(0.09+0.11+0.03+0.19+0.08+0.06) 1.99

Cart Datum Level CDL 1.43-(0.09+0.11+0.19+0.08) 0.95

Menurut Musrifin (2012), Komponen pasang surut digunakan untuk

menentukan pasang surut yang didasarkan pada bilangan formzahl yang

dinyatakan dalam rumus:

𝐹 =(𝑂1 + 𝐾1)

(𝑀2 + 𝑆2)

𝐹 =(0.08 + 0.19)

(0.09 + 0.11)

𝐹 =0.27

0.2

Page 50: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

39

𝐹 = 1.35

Perhitungan bilangan formzahl diatas untuk pasang surut perairan

Pelabuhan Tanjung Emas adalah 1.35 meter. Berdasarkan nilai tersebut dapat

dikatakan pasang surut di Pelabuhan Tanjung Emas tergolong kedalam jenis

campuran condong semi diurnal (Ganda). Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil

penelitian Wirasatriya (2006) juga mendapatkan tipe pasang surut perairan

Semarang adalah campuran condong ke harian ganda yang dilakukan melalui

perhitungan admiralty untuk data pasang surut perairan Semarang bulan

September 2004 - Maret 2005. Hal ini berarti di Perairan Semarang terjadi dua

kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi berbeda dalam tinggi dan

waktunya.

4.1.3 Data Kedalaman

Hasil pemeruman yang telah terkoreksi, kemudian menghasilkan data

kedalaman yang akurat. Data kedalaman akurat tersebut diinterpolasi dengan

menggunakan metode Krigging dengan bantuan software ArcGIS. Angka-angka

yang terdapat pada garis kontur merupakan angka-angka yang menunjukkan

kedalaman perairan dalam satuan meter. Kemudian data tersebut di plot dalam

bentuk kontur dan Visualisasi 3D seperti tampilan berikut :

Page 51: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

40

Gambar 11. Peta Kontur Batimetri Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang

Page 52: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

41

Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang

Kedalaman Perairan Pelabuhan Tanjung Emas ditunjukkan dari

perubahan warna yang tergambar pada peta. Warna yang tergambar pada peta

menunjukkan bahwa kedalaman perairan pelabuhan tidak mengalami perubahan

yang signifikan ketika menjauhi area pantai. Hasil pengukuran kedalaman secara

keseluruhan berkisar antara -9 hingga -16 meter dengan rata-rata kedalaman

perairan -12 meter. Pada gambar 12 memperlihatkan profil batimetri perairan

pelabuhan secara 3D, tujuan dibuatnya model 3D yaitu untuk menganalisa dan

mengetahui morfologi permukaan dasar laut (seabed surface). Dari gambar

tersebut dapat di lihat pola batimetri perairan yang tidak rata.Kedalaman dari

hasil pengukuran diketahui terjadi perubahan nilai kedalaman yang tidak terlalu

signifikan.

Page 53: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

42

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pasang Surut

Berdasarkan perbandingan nilai amplitudo komponen harian tunggal (𝐾1

dan𝑂1) dengan komponen harian ganda (𝑀2 dan 𝑆2), diperoleh nilai bilangan

Formzahl sebesar F = 1.35 meter. Menurut klasifikasi tipe pasang surut

bedasarkan nilai Formzhal dimana nilai 0,25 < F < 1,5, maka tipe pasang surut di

perairan Semarang adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda.

Berdasarkan grafik pasang surut perairan semarang yang dapat dilihat pada

Gambar 10, tipe pasang surut di perairan Semarang dapat ditentukan secara

langsung melalui pola terjadinya siklus pasang surut yang lebih didominasi oleh

dua siklus pasang dan surut dalam satu hari dengan periode dan elevasi muka

air pasang dan surut yang berbeda.

Hasil perhitungan tipe pasang surut di Pelabuhan Tanjung Emas

Semarang yakni tipe Campuran condong harian ganda sesuai dengan hasil

penelitian dari Wirasatriya (2006) yang juga mendapatkan tipe pasang surut

perairan Semarang adalah campuran condong ke harian ganda yang dilakukan

melalui perhitungan admiralty untuk data pasang surut perairan Semarang bulan

September 2004 - Maret 2005 serta penelitian dari Rachman (2015) yang

memperoleh nilai bilangan Formzahl sebesar 1,121 yang berarti tipe pasang

surut campuran condong ke harian ganda.

Berdasarkan perhitungan data pengamatan pasang surut dengan metode

Admiralty, muka air laut rata-rata (MSL) memiliki nilai sebesar 1.43 m,

sedangkan HHWL dan LLWL berturut-turut memiliki nilai elevasi sebesar 1.99 m

dan 0.87 m. Menurut data pengamatan pasang surut yang disajikan pada Tabel

5, diketahui muka air laut tertinggi (HWL) berada pada tanggal 29 Mei 2016 pukul

Page 54: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

43

15.00 WIB yaitu sebesar 2.006 m dan muka air laut terendah (LWL) berada pada

tanggal 2 Juni 2016 pukul 00.00 yaitu sebesar 0.9 m.

Dari nilai pasang surut yang didapat bisa ditentukan konstanta

pembangkit pasang surut utama (𝑀2, 𝑆2, 𝐾2, 𝐾1, 𝑂1, 𝑃1, 𝑑𝑙𝑙), dimana konstanta

tersebut memiliki nilai frekuensi, amplitudo, dan fase. Konstanta pembangkit

pasang surut utama berbeda di tiap-tiap lokasi. Dari nilai amplitudo konstanta

tersebut bisa diperoleh nilai Chart Datum. Ketika nilai Chart Datum didapatkan

maka nilai tersebut bisa digunakan sebagai referensi pengukuran Batimetri.

4.2.2 Kedalaman Pelabuhan

Hasil penelitian di Pelabuhan Tanjung Emas menunjukkan bahwa

kedalaman secara keseluruhan berkisar antara 9 hingga 16 meter. Model 3D

morfologi dasar laut menampakan bahwa sebagian besar dari dasar perairan

Tanjung Emas ini adalah landai, adanya perbedaan kedalaman yaitu berupa

cekungan ataupun permukaan dasar laut yang lebih tinggi. Perbedaan

kedalaman perairan pada lokasi penelitian diduga disebabkan oleh relief dasar

laut.Menurut Wibisono, (2005) menyatakan bahwa kedalaman suatu

perairandidasari pada relief dasar dari perairan tersebut. Semakin dangkal

perairan semakin dipengaruhi olehpasang surut, yang mana daerah yang

dipengaruhi oleh pasang surut mempunyai tingkat kekeruhan yang tinggi.

Hasil peta kontur perairan Tanjung Emas selanjutnya disajikan pada

grafik Grid Slice. Tujuan dari Grid Slice ini untuk memudahkan/memperjelas

kontur pada setian bagian perairan. Grid Slice dibagi menjadi 4 bagian yaitu A-B,

C-D, E-F dan G-H, dengan asumsi tiap Grid Slice mewakili kontur kedalaman di

sekitar perairan lainnya.

Page 55: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

44

Gambar 13. Peta titik Grid Slice

Page 56: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

45

Gambar 14.Grid Slice A-B C-D E-F

Gambar 15.Grid Slice G-H

Penentuan nilai kelerengan Perairan Pelabuhan Tanjung Emas terbagi

atas 4bagian yaitu A-B, C-D, E-F dan G-H. Hasil perhitungan dari ke-empat

bagian tersebut diperoleh nilai kelerengan berturut-turut yaitu 0.37, 0.32, 0.22

dan 0.033. Nilai kelerengan tersebut menurut Zuidam (1985) masuk dalam

kategori landai atau hampir rata. Nilai kelerengan Perairan pelabuhan Tanjung

Emas ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai kelerengan Perairan Pelabuhan Tanjung Emas

No Profil Nilai Kelerengan Jenis kelerengan

1 A-B 0.37 Rata/Hampir rata

2 C-D 0.32 Rata/Hampir rata

3 E-F 0.22 Rata/Hampir rata

4 G-H 0.033 Rata / Hampir rata

Hasil nilai kelerengan diatas sama dengan hasil penelitian dari Fahrian

(2015) yakni didapatkan informasi bahwa perairan Semarang Utara memiliki

termasuk dalam perairan dangkal. Morfologi dasar perairan memiliki nilai

Page 57: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

46

kelerengan rata-rata 0,35% dan memiliki kategori dasar perairan hampir datar.

Serta penelitian dari Alfi Satriadi (2012) menunjukkan bahwa nilai kelerengan

perairan semarang utara berkisar antara 0,178% – 0,2% yang berarti tingkat

kemiringan dasar perairan tersebut adalah landai.

Berdasarkan Tatanan Kepelabuhan Nasional keputusan menteri

perhubungan tahun 2015, kedalaman minimal alur pelayaran -10m LWS dengan

panjang alur pelayaran 1.728 nautical miles (NM) dan berdasarkan hal tersebut,

ukuran dan sarat (draft) kapal yang dapat melalui alur pelayaran ini pada saat

kedalaman -10m LWS dengan draft maksimum 8.2 meter. Dengan demikian

hasil pengukuran kedalaman Pelabuhan Tanjung Emas pada penelitian ini

secara keseluruhan berkisar antara -9 hingga -16 meter dengan rata-rata

kedalaman perairan -12 meter telah memenuhi tatanan kepelabuhan nasional

Indonesia. Selvi (2012) menuliskan bahwa kedalaman dasar laut Perairan

Semarang secara alamiah semakin kearah utara dasar lautnya semakin dalam,

dan yang paling dalam adalah alur masuk Pelabuhan Tanjung Emas. Salah satu

permasalahan yang terjadi di kawasan pelabuhan adalah adanya proses

pendangkalan di alur pelayaran yang berpengaruh pula pada pola arus dan

pasang surut di sekitar pantai dan pelabuhan, yang berpengaruh pada transport

sedimen yang dapat mempercepat pendangkalan di alur pelabuhan.

Page 58: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

47

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan perbandingan nilai amplitudo komponen harian tunggal

(𝐾1 dan 𝑂1) dengan komponen harian ganda (𝑀2 dan

𝑺𝟐), diperoleh nilai bilangan Formzahl sebesar F = 1.35 meter, maka tipe

pasang surut di Pelabuhan tanjung Emas Semarang adalah pasang surut

campuran condong ke harian ganda.

2. Kedalaman perairan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang pada berkisar

antara -9 hingga -16 meter dengan rata-rata kedalaman perairan -12

meter.Berdasarkan Tatanan Kepelabuhan Nasional keputusan menteri

perhubungan tahun 2015, kedalaman minimal alur pelayaran -10m LWS,

dengan demikian hasil pengukuran kedalaman Pelabuhan Tanjung Emas

pada penelitian ini secara keseluruhan dengan rata-rata kedalaman -12

meter telah memenuhi Tatanan Kepelabuhan Nasional Indonesia.

3. Nilai kelerengan Perairan Pelabuhan Tanjung Emas diperoleh nilai

kelerengan berturut-turut yaitu 0.37, 0.32, 0.22 dan 0.033. Nilai

kelerengan tersebut menurut Zuidam (1985) masuk dalam kategori landai

atau hampir rata.

5.2 Saran

Perlu dilakukan perawatan, pengawasan serta pengecekan kedalaman

secara rutin dan secara berkala terhadap dasar perairan Pelabuhan Tanjung

Emas, serta apabila perlu dilakukan pengerukan pada kolam pelabuhan

sebaiknya segera dilaksanakan karena melihat dari aktivitas Pelabuhan Tanjung

Page 59: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

48

Emas yang kian lama aktivitasnya semakin padat. Hal ini bisa dilihat pada

kegiatan arus bongkar muat barang yang ada di Pelabuhan Tanjung Emas

Semarang yang mengalami peningkatan.

Page 60: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

49

DAFTAR PUSTAKA

Al Kautsar, Muhammad, Sasmito B, Hani’ah. 2013. Aplikasi Echosounder Hi-Target Hd 370 Untuk Pemeruman Di Perairan Dangkal(Studi Kasus : Perairan Semarang). Jurnal Geodesi Undip.Volume 2, Nomor 4.Hal : 222-239.

Defrimilsa, 2003.Studi Perbandingan Profil Batimetri Perairan Utara Belitung

Hasil Deteksi Sistem Akustik Bim Terbagi SIMRAD EY-500 Dengan Profil Batimetri Peta Dishidros TNI-AL. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

De Jong, Lachapelle C.D, G.Skone, S.ElemaI.A., 2002. Hydrography, Delft, Delft

University Press, The Netherlands Shelf C, 2011. The Magic of Multibeam Sonar.

Djunarsjah E. 2005. Kerangka Dasar Vertikal. Penerbit ITB. Bandung.

Fahrian, Ismanto A, Saputro, 2015. Studi Pemetaan Batimetri untuk Perencanaan Pembuatan Sabuk Pantai di Perairan Semarang Utara. Jurnal Oseanografi. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Semarang.

Febrianto, Hestirianoto, Agus, 2015. Pemetaan Batimetri Di Perairan Dangkal Pulau Tunda, Serang, Banten Menggunakan Singlebeam Echosounder. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol.6 No.2. Program Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Hidayat, Sudarsono B, Sasmito B, 2014. Survei Bathimetri Untuk Pengecekan Kedalaman Perairan Wilayah Pelabuhan Kendal. Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro. Semarang.

Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP 475 tahun 2015 tentang penetapan alur pelayaran, system rute, tata cara berlalu lintas dan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya si Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

Lekkerker dan Huibert Jan, 2006.Handbook of Offshore Surveying : Acquisition and Processing, Fugro, Netherlands.

Maskur, 2003. Kajian Pengaruh Keberadaan Pelabuhan Tanjung Emas

Terhadap Lingkungan Masyarakat (Studi Kasus : Kelurahan Bandarharjo Dan Tanjungmas). Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang.

Musrifin, 2012. Analisis Dan Tipepasang Surut Perairan Pulau Jemur Riau.

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Riau. ISSN 0126-4265 Vol. 40 (1) : 101-108.

Moustier, 2005.Course Multibeam Sonar Method.Publication Data.Inggris. Nandang S, 2015. Kemampuan Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Menggunakan Metode Deskriptif dengan Surfer 9.Jurnal Nasional

Page 61: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

50

Ecopedon JNEP Vol. 2 No.2. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Sumatra Barat.

Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan (“PP No.

61/2009 Poerbandono danDjunarsah, 2005. SurveiHidrografi. PT. Refika Aditama.

Bandung.163 hlm Rachman, Ismunarti, Handoyo, 2015. Pengaruh Pasang Surut Terhadap

Sebaran Genangan Banjir Rob di Kecamatan Semarang Utara.Jurnal Oseanografi. Volume 4, Nomor 1. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Universitas Diponegoro

Putra, Suprayogi A, Kahar S,2013. Aplikasi SIG Untuk Penentuan Daerah Quick

Count Pemilihan Kepala Daerah (Studi Kasus : Pemilihan Walikota Cirebon 2013, Jawa Barat). Jurnal Geodesi Undip. Semarang

Rismanto,2001. Pengolahan Data Survei Batimetri Dengan Menggunakan

Perangkat Lunak HydroPro. Skripsi. Program Studi Teknik Geodesi ITB Sasmita, 2008.Aplikasi MultibeamEchosounderSystem (MBES) untuk Keperluan

Batimetri.Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika.Institut Teknologi Bandung.

Satriadi, 2012.Studi Batimetri dan Jenis Sedimen Dasar Laut dI Perairan Marina Semarang, Jawa Tengah.Program Studi Oseanografi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Semarang.

Selvi, 2012.Kajian Pola Arus Akibat Pengembangan Breakwater Di Pelabuhan

Tanjung Emas Semarang.UNDIP. Semarang Setiawan, Osawa T, I.W. Nuarsa, 2014. Aplikasi Algoritma Van Hengel dan

Spitzer untuk Ekstraksi Informasi Batimetri Menggunakan Data Landsat, Magister Ilmu Lingkungan Universitas Udayana, Bali.

Triatmodjo B,1992. Hidraulika, Beta Offset.Yogyakarta. Wibisono, M.S.,2005. Pengantar Ilmu Kalautan. Penerbit PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia, Jakarta. Wirasatriya, Hartoko, Suripin, 2006. Kajian Kenaikanmuka Laut Sebagai

Landasan Penanggulangan Rob Di Pesisir Kota Semarang. Fakultas Teknik Sipil. Universitas Diponegoro. Semarang

Wyrtki, 1961. Physical oceanography of the southeast Asian Waters, Naga report

Vol 2. California, The University of California Scripps Institution of Oceanography. 195p.

Zuidam, 1985. Aerial Photo-Interpretation Terrain Analysis and Geomorphology

Mapping. Smith Publisher The Hague, ITC.

Page 62: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

51

LAMPIRAN

Lampiran I

Gambar 16. Pelabuhan Tanjung Emas

Gambar 17. Terminal TPKS Semarang

Page 63: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

52

Lampiran II

Gambar 18.MultibeamEchosounder

Gambar 19. Pemasangan alat

Page 64: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

53

Gambar 20. Alat SVP (Sound Velocity Profile)

Gambar 21. Monitor Controller Sounding

Page 65: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

54

Gambar 22. Stasiun Pengamatan Pasang Surut

Gambar 23. Download Data Pasang Surut dari Tide Gauge

Page 66: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

55

Lampiran III

Tabel 10. Data hasil sounding

X Y Z

110,415 -6,91057 -9,51

110,4166 -6,89319 -12,42

110,4157 -6,89351 -12,44

110,4161 -6,89436 -12,44

110,4162 -6,89384 -10,66

110,4164 -6,89513 -10,66

110,4164 -6,90057 -10,69

110,4161 -6,89967 -10,7

110,4165 -6,89691 -10,7

110,4159 -6,89777 -10,71

110,4161 -6,89904 -10,72

110,4165 -6,89576 -11,62

110,4165 -6,89835 -11,67

110,4162 -6,89554 -12,42

110,4162 -6,89466 -12,42

110,4158 -6,89403 -12,44

110,4166 -6,90399 -10,66

110,4164 -6,89462 -10,71

110,4161 -6,89915 -10,71

110,4163 -6,90154 -10,71

110,4166 -6,90304 -10,71

110,4162 -6,90071 -10,72

110,4163 -6,89821 -10,73

110,4159 -6,89653 -11,64

110,4159 -6,8957 -11,64

110,4159 -6,89331 -10,71

110,4159 -6,89719 -10,72

110,4175 -6,89731 -12,42

110,4176 -6,89735 -12,42

110,4177 -6,89639 -12,42

110,4172 -6,8953 -12,42

110,4178 -6,89466 -12,42

110,4176 -6,90054 -12,42

110,4173 -6,89584 -12,44

110,4177 -6,89291 -12,44

110,4171 -6,89609 -12,44

110,4177 -6,89448 -12,44

110,4177 -6,89899 -12,44

110,4177 -6,89602 -12,44

110,4177 -6,89715 -12,44

110,4174 -6,89614 -12,44

110,4171 -6,89366 -12,44

110,4175 -6,89738 -12,46

110,4178 -6,89926 -12,46

110,4175 -6,89447 -12,46

110,4174 -6,89345 -12,46

110,4177 -6,89847 -12,58

110,4173 -6,89432 -12,58

110,4174 -6,89503 -12,59

110,4175 -6,89431 -12,62

110,4175 -6,89709 -12,62

110,4172 -6,89455 -12,63

110,4177 -6,89723 -12,63

110,4172 -6,89427 -12,63

110,4177 -6,89419 -12,65

110,4173 -6,89555 -12,66

110,4173 -6,89462 -12,67

110,4171 -6,89341 -12,68

110,4176 -6,89411 -12,69

110,4174 -6,89581 -12,69

110,4178 -6,89798 -12,69

110,4173 -6,89595 -12,7

110,4173 -6,89516 -12,71

110,4175 -6,89551 -12,71

110,4171 -6,89426 -13,54

110,4172 -6,89417 -12,42

110,4173 -6,89677 -12,44

110,4178 -6,8955 -12,59

110,4176 -6,89432 -12,59

110,4177 -6,89448 -12,59

110,4177 -6,89459 -12,6

110,4173 -6,89463 -12,6

110,4178 -6,9002 -12,6

110,4172 -6,89358 -12,6

110,4176 -6,89611 -12,62

110,4177 -6,89668 -12,62

110,4177 -6,89468 -12,68

110,4177 -6,89793 -12,69

110,4176 -6,89502 -12,7

110,4173 -6,89551 -12,7

110,4172 -6,89351 -12,7

110,4174 -6,89302 -12,72

110,4174 -6,8966 -12,72

110,4173 -6,89575 -13,56

110,417 -6,89368 -12,58

110,4173 -6,8936 -12,59

110,4172 -6,8935 -12,59

110,4177 -6,89416 -12,59

110,4175 -6,89469 -12,59

110,4175 -6,89952 -12,59

110,4177 -6,89814 -12,59

110,4174 -6,89664 -12,6

110,4177 -6,89887 -12,6

110,4172 -6,89396 -12,6

110,4176 -6,90056 -12,6

110,4177 -6,89582 -12,6

110,4173 -6,89539 -12,62

110,4174 -6,89641 -12,63

110,4172 -6,89581 -12,68

110,4176 -6,89516 -12,68

110,4176 -6,89443 -12,7

110,4177 -6,89717 -12,7

110,4172 -6,89405 -12,7

110,4174 -6,89658 -12,71

110,4177 -6,89832 -12,71

110,4173 -6,89621 -12,72

110,4172 -6,91261 -9,2

110,4177 -6,89379 -12,59

110,4172 -6,89426 -12,59

110,4175 -6,89347 -12,59

110,4173 -6,89481 -12,59

110,4174 -6,89508 -12,59

110,4176 -6,89538 -12,59

110,4177 -6,89306 -12,59

110,4176 -6,89496 -12,6

110,4174 -6,89292 -12,63

110,4174 -6,89625 -12,67

110,4171 -6,89343 -12,7

110,4174 -6,89632 -12,7

110,4177 -6,89486 -12,7

110,4173 -6,89585 -12,7

110,4171 -6,89325 -12,7

Page 67: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

56

110,4175 -6,89662 -12,71

110,4176 -6,89445 -12,44

110,4175 -6,89678 -12,59

110,4173 -6,89417 -12,59

110,4177 -6,89988 -12,59

110,4177 -6,89597 -12,59

110,4172 -6,89401 -12,59

110,4173 -6,89602 -12,59

110,4177 -6,89491 -12,6

110,4172 -6,89523 -12,69

110,4175 -6,89715 -12,69

110,4174 -6,8941 -12,7

110,4174 -6,89394 -12,7

110,417 -6,89416 -12,71

110,4174 -6,89716 -12,71

110,4174 -6,89415 -12,42

110,4177 -6,89576 -12,59

110,4175 -6,89742 -12,6

110,4171 -6,89371 -12,63

110,4174 -6,89646 -12,7

110,417 -6,89405 -12,7

110,4177 -6,89435 -12,74

110,4175 -6,89393 -12,42

110,4175 -6,89779 -12,44

110,4171 -6,8935 -12,44

110,4176 -6,89753 -12,59

110,4175 -6,89539 -12,65

110,4171 -6,89368 -12,67

110,4177 -6,89782 -12,69

110,4173 -6,89534 -12,71

110,4177 -6,89442 -12,71

110,4174 -6,8953 -12,72

110,4178 -6,89819 -12,73

110,4177 -6,89756 -12,59

110,4178 -6,89827 -12,62

110,4172 -6,89418 -12,7

110,4176 -6,89449 -12,73

110,4175 -6,89914 -12,59

110,4181 -6,90398 -12,42

110,418 -6,90299 -12,42

110,4183 -6,9062 -12,44

110,4178 -6,90382 -12,44

110,4179 -6,90381 -12,58

110,4179 -6,89965 -12,58

110,418 -6,89695 -12,58

110,4187 -6,90993 -12,59

110,4178 -6,89842 -12,59

110,4178 -6,90008 -12,6

110,4181 -6,90343 -12,6

110,4181 -6,90508 -12,66

110,4176 -6,89436 -12,66

110,4184 -6,9066 -12,66

110,4184 -6,90624 -12,67

110,4182 -6,90443 -12,69

110,4179 -6,89664 -12,71

110,4178 -6,90067 -12,72

110,4177 -6,89743 -12,73

110,4178 -6,8985 -12,73

110,418 -6,90229 -12,74

110,418 -6,90317 -12,42

110,4181 -6,9045 -12,42

110,4177 -6,89434 -12,46

110,4188 -6,91012 -12,46

110,4178 -6,90081 -12,58

110,4177 -6,89701 -12,6

110,4179 -6,90121 -12,62

110,4178 -6,90046 -12,62

110,4189 -6,89391 -12,63

110,418 -6,90304 -12,65

110,418 -6,90327 -12,66

110,4176 -6,89761 -12,7

110,4182 -6,90538 -12,44

110,4176 -6,89289 -12,44

110,418 -6,90435 -12,59

110,4179 -6,8966 -12,62

110,4178 -6,89983 -12,71

110,4177 -6,90232 -12,42

110,4176 -6,89804 -12,42

110,4176 -6,89824 -12,44

110,4177 -6,89912 -12,46

110,4179 -6,90162 -12,58

110,418 -6,89895 -12,58

110,4179 -6,89839 -12,62

110,418 -6,90182 -12,62

110,4178 -6,89902 -12,63

110,4177 -6,89428 -12,65

110,4176 -6,89569 -12,66

110,4182 -6,90627 -12,67

110,4181 -6,90365 -12,7

110,4179 -6,90167 -12,42

110,4176 -6,89476 -12,58

110,4177 -6,89361 -12,58

110,4179 -6,90304 -12,59

110,4179 -6,90128 -12,59

110,4179 -6,90083 -12,62

110,4176 -6,8936 -12,62

110,4177 -6,895 -12,65

110,4177 -6,89964 -12,72

110,4177 -6,89317 -12,44

110,4178 -6,90078 -12,46

110,4177 -6,8987 -12,58

110,4182 -6,90592 -12,59

110,4177 -6,89425 -12,63

110,4179 -6,89574 -12,65

110,418 -6,90276 -12,66

110,4178 -6,89991 -12,66

110,4178 -6,9001 -12,66

110,4185 -6,91004 -12,67

110,4178 -6,9001 -12,67

110,4177 -6,89584 -12,68

110,4179 -6,90293 -12,7

110,4178 -6,89871 -12,71

110,418 -6,90184 -12,73

110,4179 -6,8995 -12,74

110,4178 -6,89888 -12,44

110,4176 -6,89302 -12,44

110,4177 -6,89993 -12,46

110,4179 -6,90116 -12,6

110,4178 -6,90006 -12,62

110,4177 -6,89576 -12,62

110,4177 -6,89445 -12,68

110,4176 -6,89364 -12,7

110,4178 -6,8997 -12,73

Page 68: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

57

110,4188 -6,91727 -12,44

110,4176 -6,89815 -12,44

110,4178 -6,89877 -12,44

110,4178 -6,89865 -12,44

110,4179 -6,90134 -12,46

110,4179 -6,90136 -12,62

110,4182 -6,89442 -12,63

110,4177 -6,89829 -12,63

110,4177 -6,8981 -12,63

110,418 -6,90178 -12,66

110,418 -6,90244 -12,66

110,4177 -6,89437 -12,74

110,4178 -6,89953 -12,74

110,4182 -6,90528 -12,44

110,4179 -6,90184 -12,46

110,4176 -6,8947 -12,58

110,4178 -6,89639 -12,58

110,4179 -6,90075 -12,58

110,4178 -6,89423 -12,62

110,4177 -6,89764 -12,62

110,4178 -6,89825 -12,63

110,4179 -6,90092 -12,44

110,4181 -6,90289 -12,44

110,418 -6,90317 -12,44

110,4177 -6,89801 -12,44

110,4177 -6,89946 -12,46

110,4176 -6,89782 -12,58

110,4178 -6,89742 -12,6

110,4178 -6,89841 -12,62

110,4178 -6,89495 -12,65

110,4177 -6,89738 -12,66

110,4178 -6,89919 -12,67

110,4176 -6,89609 -12,44

110,4179 -6,90132 -12,46

110,4183 -6,89314 -12,46

110,4179 -6,90091 -12,58

110,4177 -6,89724 -12,7

110,4181 -6,90243 -12,73

110,4178 -6,89842 -12,44

110,4176 -6,89417 -12,44

110,4185 -6,90473 -12,59

110,4176 -6,89685 -12,62

110,4177 -6,89656 -12,63

110,4177 -6,89449 -12,63

110,4177 -6,89605 -12,67

110,418 -6,90326 -12,42

110,4179 -6,90183 -12,42

110,4177 -6,8954 -12,44

110,4179 -6,89993 -12,62

110,4179 -6,89834 -12,72

110,4177 -6,90503 -12,44

110,4187 -6,90114 -12,58

110,4185 -6,91569 -12,62

110,4186 -6,90018 -12,62

110,4184 -6,91402 -12,62

110,4181 -6,90853 -12,62

110,4186 -6,91191 -12,63

110,4186 -6,91661 -12,63

110,418 -6,91175 -12,67

110,4185 -6,89425 -12,7

110,4184 -6,91866 -14,91

110,4186 -6,90389 -15,37

110,4198 -6,92757 -12,42

110,4197 -6,92661 -12,44

110,4198 -6,92596 -12,44

110,4196 -6,92812 -12,44

110,4198 -6,92901 -12,44

110,4196 -6,92615 -12,46

110,4196 -6,92409 -12,46

110,4199 -6,92916 -12,46

110,4194 -6,92743 -12,6

110,4193 -6,92297 -12,6

110,4199 -6,92874 -12,63

110,4197 -6,9291 -12,63

110,4199 -6,93046 -12,66

110,4197 -6,92924 -12,67

110,4198 -6,92971 -12,69

110,4194 -6,92746 -12,71

110,4196 -6,92531 -12,46

110,4198 -6,92733 -12,71

110,4199 -6,92783 -12,44

110,4198 -6,9293 -12,6

110,4201 -6,89318 -12,65

110,4203 -6,89235 -12,65

110,4205 -6,93647 -12,65

110,4203 -6,93172 -12,65

110,4202 -6,93306 -12,65

110,42 -6,92936 -12,65

110,4206 -6,93639 -12,65

110,42 -6,93075 -12,65

110,4206 -6,93609 -12,65

110,4208 -6,93705 -12,65

110,4201 -6,92933 -12,65

110,4198 -6,93056 -12,65

110,4204 -6,93162 -12,65

110,4204 -6,9348 -12,65

110,42 -6,89321 -12,65

110,4199 -6,93037 -12,65

110,4206 -6,93238 -12,65

110,4201 -6,92977 -12,65

110,4205 -6,93638 -12,65

110,4198 -6,92769 -12,65

110,4203 -6,93321 -12,65

110,4207 -6,93625 -12,65

110,4199 -6,89325 -12,65

110,4199 -6,93006 -12,65

110,42 -6,89439 -12,65

110,4206 -6,93625 -12,65

110,4204 -6,93553 -12,65

110,4203 -6,93362 -12,65

110,4206 -6,9324 -12,65

110,4207 -6,9367 -12,65

110,4204 -6,91795 -14,97

110,4221 -6,91105 -14,61

110,4219 -6,91047 -14,74

110,4221 -6,91164 -14,74

110,422 -6,90939 -15,01

110,4221 -6,91146 -15,01

110,4219 -6,91146 -13,53

110,4221 -6,91139 -14,96

110,4233 -6,93573 -9,01

110,4233 -6,93906 -9,04

110,4233 -6,93781 -9,11

Page 69: PEMETAAN BATIMETRI KOLAM DAN ALUR PELAYARAN DI …repository.ub.ac.id/135939/1/Rizza%20Zulfa%C2%A0Al%20... · 2020. 7. 27. · Gambar 12. Peta Batimetri 3D Pelabuhan Tanjung Emas,

58

Data sounding diatas merupakan sebagian data dari hasil sounding di

Pelabuhan Tanjung Emas, dibawah ini merupakan jumlah semua data sounding

yang disajikan dalam grafik Histogram :

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

Frek

uen

si

Range Kedalaman