PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI...

24

Click here to load reader

Transcript of PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI...

Page 1: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANGNOMOR 26 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN DAN JARINGANNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PINRANG,

Menimbang : a. bahwa kesehatan sebagai hak azasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat;

b. bahwa masyarakat Kabupaten Pinrang dengan ciri masyarakat perkotaan, dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar perlu mendapat perhatian yang lebih spesifik berdaya guna dan berhasil guna;

c. bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang melalui Dinas Kesehatan dan Jaringannya menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pencegahan dan upaya penyembuhan penyakit sehingga perlu ditunjang dengan sarana dan prasarana serta pembiayaan yang memadai;

d. bahwa tarif pelayanan kesehatan dasar dalam wilayah Kabupaten Pinrang saat ini tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini, sementara tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar yang prima harus dan mendesak untuk dilaksanakan, kemudian untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pelayanan kesehatan, perlu adanya pengaturan perizinan dibidang kesehatan;

e. bahwa dengan berlaku efektifnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 9 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan perlu penyesuaian dengan regulasi tersebut;

f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Dinas Kesehatan dan Jaringannya.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Page 2: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049);

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Taun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4975);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

15. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Pinrang (Lembaran Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2008 Nomor 3);

Page 3: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

16. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pinrang (Lembaran Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2008 Nomor 4);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Pemerintah Kabupaten Pinrang (Lembaran Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2008 Nomor 27).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PINRANG

dan

BUPATI PINRANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN DAN JARINGANNYA

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Pinrang.2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang.3. Bupati adalah Bupati Pinrang.4. Dinas Kesehatan dan Jaringannya adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang

beserta unit pelayanan kesehatan lainnya yang memberikan upaya pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat.

5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pinrang6. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.7. Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah dan atau masyarakat.8. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

9. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan yang berkesinambungan dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara praupaya.

10. Sarana Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.

11. Biaya Pelayanan Kesehatan adalah seluruh biaya yang dibebankan Kepada Orang/Pasien yang meliputi biaya administrasi, pemeriksaan, perawatan dan pengobatan, jasa medis dan para medis serta penggunaan sarana dan prasarana Kesehatan milik Pemerintah Daerah.

12. Tarif adalah nilai nominal dalam rupiah yang ditetapkan pada setiap Pelayanan Kesehatan.

13. Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat, yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah Unit pelaksana teknis kesehatan yang melaksanakan upaya Pelayanan

Page 4: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

Kesehatan Dasar yang meliputi Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif kepada Masyarakat.

14. Pasien adalah setiap orang yang datang ke sarana kesehatan pemerintah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

15. Puskesmas Pembantu adalah Unit sarana pelayanan kesehatan yang membantu Puskesmas untuk melaksanakan tugas dalam wilayah tertentu.

16. Puskesmas Keliling adalah Upaya Pelayanan Kesehatan oleh Tenaga Puskesmas dengan menggunakan Kendaraan Roda 4 (Empat), Kendaraan Roda 2 (Dua) atau sarana transportasi lainnya ke Lokasi/Daerah yang jauh dari sarana Pelayanan Kesehatan yang bertujuan mendekatkan Pelayanan Kesehatan kepada masyarakat.

17. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada seseorang dalam rangka pemeriksaan, diagnosa, pengobatan, perawatan dan pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan Kesehatan lainnya pada sarana kesehatan milik pemerintah.

18. Pelayanan Rawat Jalan adalah Pelayanan kepada Pasien untuk pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan Pelayanan Kesehatan lainnya tanpa ruang rawat inap.

19. Pelayanan Rawat Darurat adalah Pelayanan Kesehatan yang harus diberikan segera untuk mencegah/menanggulungi resiko kematian atau cacat.

20. Pelayanan Rawat Inap adalah Pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan Pelayanan Kesehatan lainnya dengan inap.

21. Pelayanan Medik adalah Pelayanan terhadap pasien yang dilaksanakan oleh dokter dan dokter gigi.

22. Pelayanan Paramedis adalah Pelayanan terhadap pasien yang dilakukan oleh Perawat, Perawat Gigi dan Bidan.

23. Pelayanan Penunjang adalah pelayanan untuk menunjang penegakan diagnosis dan terapi.

24. Jasa Pelayanan adalah Imbalan yang diterima oleh Petugas Kesehatan dalam rangka observasi, diagnosa, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik, dan pelayanan lainnya.

25. Jasa Sarana adalah Imbalan yang diterima oleh Puskesmas dan Jaringannya atas pemakaian sarana dan prasarana serta fasilitas Puskesmas dan Jaringannya.

26. Retribusi adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

27. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

28. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

29. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa Pemerintah Daerah.

30. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah Surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

31. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

32. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

33. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan SKRDLB yang diajukan oleh wajib retribusi.

34. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data dan/atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan

Page 5: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

pemenuhan kewajiban retribusi daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan retribusi daerah.

35. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB IIDASAR KEBIJAKAN

Pasal 2(1) Pemerintah Daerah dan masyarakat bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.(2) Biaya pelayanan kesehatan pada Dinas Kesehatan dan Jaringannya menjadi beban

bersama antara Pemerintah Daerah dan masyarakat.(3) Setiap orang yang memerlukan pelayanan kesehatan pada Dinas Kesehatan dan

Jaringannya berhak mendapatkan pelayanan sebagaimana mestinya.

BAB IIIPELAYANAN KESEHATAN DI DINAS KESEHATAN DAN JARINGANNYA

Pasal 3(1) Pelayanan Kesehatan di Dinas Kesehatan dan Jaringannya meliputi :

a. rawat jalan;b. pelayanan kesehatan gigi;c. rawat inap;d. tindakan medik;e. pemeriksaan laboratorium;f. pelayanan persalinan;g. pelayanan kesehatan khusus;h. pelayanan rujukan;i. pengujian kesehatan;j. pelayanan perizinan tenaga dan sarana kesehatan;k. pelayanan pemeriksaan kualitas air; danl. rekomendasi bidang kesehatan.

(2) Tingkatan pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan dan Jaringannya disesuaikan dengan jenis pelayanan dan jenis sarana dan prasarana pelayanan yang digunakan.

Pasal 4Jenis pelayanan dan jenis sarana dan prasarana bagi orang/pasien peserta asuransi kesehatan, akan ditentukan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku

BAB IIIPERIZINAN

Pasal 5(1) Setiap orang pribadi atau Badan yang mendirikan dan/atau menyelenggarakan sarana

pelayanan kesehatan dan yang akan bekerja pada pelayanan kesehatan di Daerah wajib memiliki izin dari Pemerintah Daerah.

(2) Izin penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari :a. izin pengobatan tradisional;b. izin optik;c. izin rumah sakit bersalin;d. izin rumah bersalin;e. izin industri rumah tangga, katering, restoran/rumah tangga, dan TPM lainnya;

Page 6: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

f. izin toko obat;g. izin apotik;h. izin salon (pemeliharaan);i. izin praktek dokter umum;j. izin praktek dokter gigi;k. izin praktek dokter spesialis;l. izin apoteker;m. izin asisten apoteker;n. izin bidan;o. izin perawat;p. izin perawat gigi;q. izin fisioterapi;r. izin laboratorium kesehatan;s. izin praktek berkelompok doktek spesialis/dokter gigi spesialis;t. izin depot air minum isi ulang;u. surat keterangan laik sehat TTU/TPM, pestisida dan mobil tinja; danv. surat rekomendasi bidang kesehatan.

(3) Tata cara dan persyaratan permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di atas diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 6(1) Perizinan dibidang kesehatan berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat berperbaharui

kembali 3 (tiga) bulan sebelum habis masa berlakunya.(2) Izin diberikan atas nama pemohon dan memuat ketentuan-ketentuan yang harus

dipenuhi dan dipatuhi oleh pemegang izin.(3) Izin tidak dapat dipindantangankan kepada pihak lain.(4) Pemegang izin wajib mematuhi segala ketentuan Perundang-undangan yang berlaku

dibidang kesehatan.

Pasal 7(1) Izin penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan dapat dicabut apabila :

a. pemegang izin memperoleh izin secara tidak sah;b. terjadi perubahan lokasi/tempat yang tercantum pada izin;c. pemegang izin tidak memenuhi kewajiban yang telah ditentukan; ataud. tidak memenuhi ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didahului dengan Surat Teguran/Pemberitahuan.

(3) Pelaksanaan pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas dan instansi teknis terkait.

BAB IVNAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI

Pasal 8Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan dan Jaringannya.

Pasal 9(1) Objek Retribusi adalah pelayanan kesehatan yang meliputi:

a. pelayanan kesehatan di Puskesmas;b. pelayanan kesehatan di Puskesmas Pembantu;c. pelayanan kesehatan di Puskemas Keliling;d. pelayanan kesehatan melalui sarana kesehatan lainnya;e. pengujian kesehatan; danf. pelayanan pemeriksaan kualitas air.kecuali pelayanan pendaftaran.

(2) Dikecualikan dari objek retribusi pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Page 7: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

Pasal 10Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang mendapatkan pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan dan Jaringannya.

BAB VGOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 11Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

BAB VICARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 12Tingkat Penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan dan tingkat pelayanan kesehatan yang dipergunakan pada Dinas Kesehatan dan Jaringannya.

BAB VIIPRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 13Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

BAB VIIISTRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 14Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan kesehatan pada Dinas Kesehatan dan Jaringannya secara rinci terdapat pada Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Daerah ini.

Pasal 15(1) Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.(3) Penetapan perubahan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan

dengan Peraturan Bupati.

BAB IXWILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 16Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan dan Jaringannya dipungut di wilayah Daerah.

BAB XMASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 17Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan atau ditetapkan lain oleh Bupati.

Page 8: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

Pasal 18Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XITATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 19(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan.(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

karcis, kupon, dan kartu langganan.(3) Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi diatur kemudian dalam Peraturan Bupati.

BAB XIIPENENTUAN PEMBAYARAN, TEMPAT PEMBAYARAN, ANGSURAN, DAN

PENUNDAAN PEMBAYARAN

Pasal 20(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.(2) Pembayaran retibusi daerah dilakukan di kas daerah atau ditempat lain yang ditunjuk

sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi daerah harus disetorkan ke kas daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.

Pasal 21(1) Pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 diberikan tanda bukti

pembayaran.(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.(3) Bentuk isi, ukuran buku dan tanda bukti pembayaran retribusi akan diatur kemudian

dalam Peraturan Bupati.

Pasal 22(1) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang

ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

(2) Ketentuan mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran retribusi diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB XIIISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 23(1) Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang

membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

(2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.

Page 9: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

BAB XIVKEBERATAN

Pasal 24(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang

ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-

alasan yang jelas.(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak

tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 25(1) Bupati dalam jangka paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan

diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 26(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan

pembayaran retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

BAB XVPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 27(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan

permohonan pengembalian kepada Bupati.(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya

permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi.

(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur kemudian dalam Peraturan Bupati.

Page 10: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

BAB XVITATA CARA PENAGIHAN

Pasal 28(1) Retribusi ditagih dengan menggunakan STRD.(2) Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenisnya sebagai awal

tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dilakukan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak diterimanya SKRD oleh Wajib Retribusi.

(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(4) Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB XVIIKEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 29(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui

jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:a. diterbitkan surat teguran; ataub. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik langsung maupun tidak

langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,

kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan dari Wajib Retribusi.

BAB XVIIITATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA

Pasal 30(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan

penagihan sedah kedaluwarsa dapat dihapuskan.(2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi daerah yang sudah

kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).(3) Ketentuan mengenai tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa

diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB XIXTATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN

DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 31(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), diberikan dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi diatur dalam Peraturan

Bupati.

Page 11: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

BAB XXPEMERIKSAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 32(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan dan pengawasan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka melaksanakan Peraturan Perundang-undangan retribusi.

(2) Wajib retribusi yang diperiksa wajib :a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang

menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan obyek retribusi yang terutang;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c. memberikan keterangan yang diperlukan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan dan pengawasan retribusi

diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB XXIPEMANFAATAN

Pasal 33(1) Pemanfaatan dari penerimaan retribusi pelayanan kesehatan pada Dinas Kesehatan

dan Jaringannya diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada Dinas Kesehatan dan Jaringannya.

(2) Alokasi pemanfaatan penerimaan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain untuk :a. pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan di Dinas

Kesehatan dan Jaringannya;b. penyediaan alat-alat kesehatan, obat-obatan dan infrastruktur di Dinas

Kesehatan dan Jaringannya;c. pelayanan administrasi pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan dan

Jaringannya; dand. insentif pemungutan retribusi.

BAB XXIIINSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 34(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi dapat diberi insentif atas dasar

pencapaian kinerja tertentu.(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur kemudian dalam Peraturan Bupati sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XXIIIPEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Bagian KesatuPembinaan Pengelolaan Retribusi

Pasal 35(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan

pelayanan kesehatan, pengelolaan retribusi dan pemanfaatan sarana dan prasarana di Dinas Kesehatan dan Jaringannya yang dikoordinasikan oleh Kepala Dinas.

Page 12: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemberian pedoman, bimbingan, konsultasi dan pengembangan sumberdaya manusia tenaga medis dan para medis serta staf pada Dinas Kesehatan dan Jaringannya.

Bagian KeduaPertanggungjawaban Pengelolaan Retribusi

Pasal 36Mekanisme dan tata cara pelaporan dan pertanggungjawaban pengelolaan retribusi pelayanan kesehatan pada Dinas Kesehatan dan Jaringannya dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan.

BAB XXIVKETENTUAN PIDANA

Pasal 37(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan

Keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(2) Setiap orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan sarana pelayanan kesehatan tidak memiliki izin diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).

(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) adalah pelanggaran.(4) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan penerimaan

Negara.

BAB XXVPENYIDIKAN

Pasal 38(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi

wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

Page 13: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

i. memanggil orang untuk didengar keterangan dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atauk. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana

dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XXVIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 39Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Dinas Kesehatan dan Jaringannya yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 9 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2001 Nomor 9) masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutang.

BAB XXVIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 40Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Pinrang Nomor 9 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Pinrang Tahun 2001 Nomor 9) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 41Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati paling lambat 2 (dua) bulan sejak diundangkan.

Pasal 42Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pinrang.

Ditetapkan di Pinrang pada tanggal, 30 Desember 2011

BUPATI PINRANG,

ASLAM PATONANGI

Diundangkan di Pinrang pada tanggal, 30 Desember 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PINRANG

SYARIFUDDIN SIDELEMBARAN DAERAH KABUPATEN PINRANG TAHUN 2011 NOMOR 26

Page 14: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANGNOMOR : 26 TAHUN 2011TANGGAL : 30 DESEMBER 2011 TENTANG : RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

KESEHATAN DAN JARINGANNYA

A. TARIF RAWAT JALAN1. Pemeriksaan Dokter Umum / Dokter Gigi

- Jasa Dokter : Rp. 7.500

2. Pemeriksaan Bidan / Perawat- Jasa Bidan/Perawat : Rp. 5.000

3. Konsul Dokter Ahli : Rp. 20.000

B. PELAYANAN KESEHATAN GIGI

NO JENIS KEGIATAN JASA SARANA

JASA PELAYANAN TARIF

1. Gigi Sulung / Susu 6.000 7.500 13.500 2. Gigi Permanen tapi komplikasi 12.000 11.000 23.000 3. Ekstraksi dengan komplikasi Ringan 17.000 15.500 32.500 4. Ekstraksi dengan komplikasi Berat 22.000 23.000 45.000 5. Tambalan Amalgam/Silikat Civitas

Sedang22.000 18.000 40.000

6. Tambalan Amalgam/Silikat Civitas Berat

30.500 29.500 60.000

7. Perawatan Syaraf Gigi dan anti obat 10.000 10.000 20.000 8. Buka Pulpa,Pengisian Saluran akar 16.000 14.000 30.000 9. Alveolectomy Perregio 24.000 21.000 45.00010. Hecting 5.000 4.000 9.00011. Curet, Incisi, Eksisi 22.500 27.500 50.00012. Scalling 26.500 33.500 60.000

C. TARIF RAWAT INAP

Tarif Rawat Inap Per hari :- Jasa Sarana : Rp. 30.000- Jasa Pelayanan Kesehatan : Rp. 45.000

Total : Rp. 75.000

D. TARIF TINDAKAN PELAYANAN MEDIK

NO JENIS KEGIATAN JASA SARANA

JASA PELAYANA

NTARIF

1. Pasang Infus 4.000 6.000 10.000 2. Pasang Keteter 4.000 7.500 11.500 3. Pasangf Mag Slang 4.000 7.500 11.500 4. Transfusi 2.000 5.000 7.000 5. Bilas Lambung 5.000 15.000 20.000 6. Injeksi/Pasien 1.000 1.500 2.500

Page 15: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

7. Resusitasi Sederhana 5.000 10.000 15.000 8. Perawatan Luka Kotor 4.000 6.000 10.000 9. Perawatan Memandikan Pasien ≤ 5

hari4.000 10.000 14.000

10. Perawatan Luka Bakar 5 - 10% 12.000 10.000 22.00011. Perawatan Luka Bakar 10 – 20% 17.500 17.500 35.00012. Perawatan Luka Gengren 10.000 10.000 20.00013. Ganti Perban Ringan 2.000 3.000 5.00014. Sircum Sisi 40.000 60.000 100.00015. Hecting Luka ≤ 5 5.000 5.000 10.00016. Hecting Luka 5 – 10 7.500 7.500 15.00017. Hecting Luka > 20 10.000 10.000 20.00018. Incisiabses 4.000 4.000 8.00019. Eksplorasi Luka 5.000 5.000 10.00020. Cici Luka 4.000 4.000 8.00021. Pemakaian Oksigen/Pasien 2.000 3.000 5.00022. Spuling Telinga 2.000 3.000 5.00023. Penimbangan Bayi 1.000 1.000 2.00024. Pemasangan / Pencabutan IUD 40.000 60.000 100.00025. Pemasangan / Pencabutan Implant 30.000 30.000 60.000

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

- Pemeriksaan Rutin

JENIS KEGIATAN JASA SARANA

JASA PELAYANAN TARIF

1. Darah Rutin Lengkap 15.000 15.000 30.000 2. Darah Rutin untuk setiap jenis 2.500 2.500 5.000 3. Urine Rutin Lengkap 7.500 7.500 15.000 4. Urine Rutin Per Jenis 2.500 2.500 5.000 5. Feces 5.000 10.000 15.000 6. DDR 7.500 7.500 15.000 7. Golongan Darah 4.000 4.000 8.000 8. Planotest 15.000 5.000 20.000 9. Sputum 5.000 5.000 10.00010. Reitz Serum 5.000 5.000 10.000

- Kimia Darah

NO JENIS KEGIATAN JASA SARANA

JASA PELAYANAN TARIF

1. Glukosa 8.500 6.500 15.000 2. Kolesterol 13.500 6.500 20.000 3. Trigliserida 13.500 6.500 20.000 4. Bilirubin Total 18.500 6.500 25.000 5. Bilirubin Direct 18.500 6.500 25.000 6. Asam Urat 23.500 6.500 30.000 7. Ureum 18.500 6.500 25.000 8. Kreatinin 18.500 6.500 25.000 9. SGOT 13.500 6.500 20.00010. SGPT 13.500 6.500 20.000

Page 16: PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG - BPK RI …makassar.bpk.go.id/wp-content/uploads/2010/10/Perda-No... · Web viewNOMOR 26 TAHUN 20 11 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS

F. TARIF PELAYANAN PERSALINAN

NO JENIS KEGIATAN JASA SARANA

JASA PELAYANAN TARIF

1. Persalinan Normal yang dilayani di dalam gedung- Dokter- Bidan

100.000100.000

310.000250.000

410.000350.000

2. Tindakan Kuret 150.000 400.000 550.000G. TARIF PELAYANAN KESEHATAN MATA

NO JENIS KEGIATAN JASA SARANA

JASA PELAYANAN TARIF

1. Visus (Koreksi) 1.500 3.500 5.000 2. Buta Warna 2.000 3.000 5.000 3. Funduseopi 2.000 5.000 7.000 4. Tonometri 2.000 5.000 7.000 5. Benda Asing 1.500 3.500 5.000

H. TARIF PELAYANAN RUJUKAN

NO JENIS KEGIATAN JASA SARANA

JASA PELAYANAN TARIFSOPIR PARAMEDIS 1. Jarak Tempuh Kurang dari 15

km 20.000 10.000 10.000 40.000

2. Jarak Tempuh diatas 15 km setiap penambahan jarak tempuh Per km

1.000 5.000 5.000 2.000

- Tarif pemakaian mobil Puskesmas tidak termasuk biaya bahan bakar.- Jasa Pelayanan tersebut di atas diberikan langsung Kepada petugas yang

mengantar untuk biaya makan dan uang saku.

I. TARIF PENGUJIAN KESEHATAN

NO JENIS KEGIATAN JASA SARANA

JASA PELAYANAN TARIF

1. Pengujian Kesehatan Umum 2.000 8.000 10.000 2. Pengujian Kesehatan Sekolah 2.000 5.000 7.000 3. Pengujian Kesehatan Calon

Pengantin2.000 13.000 15.000

4. Visum et Refertum 2.000 13.000 15.000 5. Pengujian Kesehatan Haji (TIM) 5.000 25.000 30.000

- Pembagian Tarif di atas terdiri dari Jasa Sarana 50% dan Jasa Pelayanan 50%

BUPATI PINRANG,

ASLAM PATONANGI