PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA UTARA_4_2008.pdf1 pemerintah kabupaten luwu utara peraturan daerah...
Transcript of PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA UTARA_4_2008.pdf1 pemerintah kabupaten luwu utara peraturan daerah...
1
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2008
TENTANG
PERUBAHAN STATUS DESA MAROBO, SALASSA, SUKAMAJU DAN BONE-BONE MENJADI KELURAHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LUWU UTARA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 9 Peraturan Daerah
Kabupaten Luwu Utara Nomor 14 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Perubahan Status Desa dan Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Luwu
Utara Nomor 16 Tahun 2005 tentang Kelurahan yang ditindaklanjuti oleh Pemerintah Desa dan BPD masing-
masing, maka perlu dibentuk Kelurahan Marobo,
Salassa, Sukamaju, dan Bone-Bone sebagai Perangkat Daerah Kabupaten di bawah Kecamatan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu membentuk Peraturan
Daerah Kabupaten Luwu Utara tentang Perubahan Status Desa Marobo, Salassa, Sukamaju dan Bone – Bone menjadi Kelurahan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Luwu
Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3826);
2. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);
2
3. Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4587);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4588);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 89, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006
tentang Jenis–Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah;
3
10. Peraturan Daerah Nomor 53 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah Kabupaten Luwu Utara sebagai Daerah Otonom (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara Tahun 2003 Nomor 82);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 14 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Perubahan Status
Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara Tahun 2007 Nomor 14);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 16
Tahun 2007 tentang Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara Tahun 2007 Nomor 16).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA
dan
BUPATI LUWU UTARA
MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA
MAROBO, SALASSA, SUKAMAJU DAN BONE - BONE MENJADI KELURAHAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Luwu Utara.
2. Bupati adalah Bupati Kabupaten Luwu Utara.
3. Kabupaten adalah Kabupaten Luwu Utara.
4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah.
4
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut dengan DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Luwu Utara.
6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah di
Kabupaten Luwu Utara.
7. Camat adalah kepala kecamatan.
8. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dalam wilayah kerja Kecamatan.
9. Lurah adalah Kepala Kelurahan.
10. Perangkat Kelurahan adalah unsur Pembantu Lurah di Kelurahan.
11. Pembentukan Kelurahan adalah Perubahan Status Desa menjadi
Kelurahan atau Pemekaran dari satu Kelurahan menjadi dua Kelurahan atau lebih atau Pembentukan di luar Kelurahan yang telah ada.
12. Musyawarah masyarakat Kelurahan adalah musyawarah yang dilakukan oleh Kelurahan yang dihadiri oleh Lembaga Kemasyarakatan serta unsur masyarakat lainnya.
13. Lembaga kemasyarakatan atau sebutan lainnya adalah lembaga yang
dibentuk oleh masyarakat yang merupakan mitra Lurah dalam
memberdayakan masyarakat.
BAB II
PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG
Bagian Kesatu
Pembentukan dan Kedudukan
Pasal 2
(1) Kelurahan merupakan perangkat Daerah Kabupaten yang berkedudukan di wilayah Kecamatan.
(2) Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Lurah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Camat.
5
(3) Desa yang dibentuk menjadi Kelurahan terdiri dari:
a. Desa Marobo Kecamatan Sabbang
b. Desa Salassa Kecamatan Baebunta
c. Desa Sukamaju Kecamatan Sukamaju
d. Desa Bone-Bone Kecamatan Bone-Bone
(4) Pelaksanaan pembentukan Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) dilaksanakan secara efektif bersamaan dengan berakhirnya masa
jabatan masing –masing Kepala Desa yang bersangkutan.
(5) Kelurahan dibentuk untuk meningkatkan pelayanan masyarakat,
melaksanakan fungsi-fungsi Pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat
dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
Pasal 3
(1) Kelurahan merupakan perangkat daerah kabupaten yang berkedudukan di wilayah kecamatan.
(2) Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh Lurah yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Camat.
(3) Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat oleh Bupati atas usul
Camat dari Pegawai Negeri Sipil.
(4) Syarat-syarat Lurah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi :
a. pangkat/golongan minimal Penata (III/c);
b. masa kerja minimal 10 tahun;
c. kemampuan teknis dibidang administrasi Pemerintahan dan memahami sosial budaya masyarakat setempat.
6
Bagian Kedua
Tugas dan Fungsi
Pasal 4
(1) Lurah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan.
(2) Selain tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Lurah melaksanakan
urusan Pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati.
(3) Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disesuaikan dengan kebutuhan Kelurahan dengan memperhatikan prinsip efisiensi
dan peningkatan akuntabilitas. (4) Pelimpahan urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
disertai dengan sarana, prasarana, pembiayaan dan personil.
Pasal 5
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Lurah mempunyai fungsi :
a. pelaksanaan kegiatan Pemerintahan Kelurahan;
b. pemberdayaan masyarakat;
c. pelayanan masyarakat;
d. penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
e. pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; dan
f. pembinaan lembaga kemasyarakatan.
7
Pasal 6 Rincian pelimpahan urusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
adalah :
1. Wewenang dalam Bidang Pemerintahan :
a. pembinaan ideologi negara dan kesatuan bangsa;
b. pembinaan ketentuan dan ketertiban serta kemasyarakatan;
c. pelaksanaan koordinasi dan perlindungan masyarakat wilayah
kerjanya;
d. fasilitasi pembinaan kerukunan hidup antar umat beragama;
e. pengkoordinasian kegiatan unit kerja Pemerintahan diwilayah kerjanya;
f. penataan dan kebersihan lingkungan;
g. menyelenggarakan kerjasama antara Kelurahan dan Desa tetangga;
h. pelaksanaan inventarisasi Asset Daerah atau Kekayaan Daerah
lainnya yang ada di wilayah kerjanya;
i. penegakan dan pelaksanaan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati
serta peraturan perundang–undangan lainnya di wilayah kerjanya;
j. pemberian rekomendasi dan perijinan tertentu;
k. melaksanakan tugas Pemerintahan lainnya yang diberikan Bupati.
2. Wewenang Bidang Pembangunan :
a. koordinasi penyelenggaraan pembangunan di wilayah kerjanya;
b. pengembangan perekonomian masyarakat Kelurahan;
c. mengkoordinasikan dan melaporkan langkah–langkah penanggulangan terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan;
d. pelaksanaan pungutan atas pajak dan retribusi Daerah di wilayah kerjanya;
e. pembinaan dan pengembangan serta pemantauan kegiatan Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Kepariwisataan, Perkoperasian, Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Golongan
Ekonomi Lemah, Peternakan, Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Kelautan;
8
f. pengawasan penyaluran dan pengembalian kredit dalam rangka
menunjang keberhasilan program produksi pertanian;
g. pelaksanaan pencegahan atas pengambilan sumber daya alam tanpa
ijin dan dapat mengganggu serta membahayakan lingkungan hidup;
h. pengkoordinasian pelaksanaan pembangunan swadaya masyarakat;
i. melaksanakan tugas pembangunan lainnya yang diberikan Bupati.
3. Wewenang Bidang Pendidikan dan Kesehatan :
a. fasilitasi penyelenggaraan Taman Kanak – Kanak dan Pendidikan
Dasar;
b. pembinaan dan pengawasan kegiatan program pendidikan, generasi
muda, keolahragaan, kebudayaan, kepramukaan serta peranan wanita;
c. pembinaan dan pengawasan kegiatan program kesehatan masyarakat;
d. fasilitasi penyelenggaraan sarana pendidikan dan pelayanan
kesehatan;
e. penyelenggaraan Keluarga Berencana;
f. pencegahan dan penganggulangan penyalahgunaan obat, narkotika,
psikotropika, zat aktif dan bahan berbahaya;
g. pelaksanaan penyuluhan program wajib belajar;
h. melaksanakan tugas bidang pendidikan dan kesehatan lainnya yang
diberikan Bupati.
4. Wewenang Bidang Pertanahan :
a. pengawasan atas tanah–tanah negara dan tanah aset Pemerintah Daerah di wilayah kerjanya;
b. pembantuan terhadap pelaksaan pembebasan tanah milik dan pelepasan haknya yang akan dipergunakan untuk kepentingan
pembangunan, serta peralihan status tanah dari tanah negara menjadi hak milik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. pembantuan dalam hal penetapan peruntukan, proses pengalihan
dan perubahan status tanah kekayaan Desa yang berubah menjadi
Kelurahan;
9
d. pelaksanaan monitoring dan inventarisasi terhadap setiap kegiatan
yang berkaitan dengan penggunaan tanah terlantar, tanah negara bebas dan tanah timbul diwilayah kerjanya;
e. melaksanakan tugas pertanahan lainnya yang diberikan Bupati.
BAB III
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 7 (1) Kelurahan terdiri dari Lurah dan perangkat Kelurahan.
(2) Perangkat Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari Sekretaris Kelurahan dan Seksi paling banyak 4 (empat) serta jabatan fungsional.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, Perangkat Kelurahan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) bertanggungjawab kepada Lurah. (4) Perangkat Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diisi dari
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Sekretaris Daerah Kabupaten atas usul Camat.
(5) Struktur organisasi Kelurahan sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB IV
TATA KERJA
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Lurah melakukan koordinasi
dengan Camat dan instansi vertikal yang berada di wilayah kerjanya.
10
Pasal 9
(1) Pimpinan satuan kerja tingkat Kelurahan bertanggungjawab memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masing – masing.
(2) Setiap pimpinan satuan kerja di Kelurahan wajib membina dan mengawasi bawahannya masing-masing.
BAB V
PEMBIAYAAN DAN KEUANGAN
Pasal 10
(1) Pembiayaan Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Kelurahan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten.
(2) Keuangan Kelurahan bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten yang dialokasikan
sebagaimana perangkat Daerah lainnya;
b. bantuan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan;
c. bantuan pihak ketiga dan sumber–sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
(3) Alokasi Anggaran Kelurahan yang berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
a. jumlah penduduk;
b. kepadatan penduduk;
c. luas wilayah;
d. kondisi geografis/karakteristik wilayah;
e. jenis dan volume pelayanan; dan
f. besaran pelimpahan tugas yang diberikan.
11
(4) Alokasi anggaran Kelurahan sebagai satuan kerja perangkat Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) setiap tahun ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten.
BAB VI
LEMBAGA KEMASYARAKATAN
Bagian Kesatu
Pembentukan
Pasal 11
(1) Di Kelurahan dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan.
(2) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan atas prakarsa masyarakat melalui musyawarah dan mufakat.
Bagian Kedua
Tugas, Fungsi, dan Kewajiban
Pasal 12
Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 mempunyai tugas membantu Lurah dalam pelaksanaan urusan Pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
Pasal 13
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 lembaga
kemasyarakatan mempunyai fungsi:
a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat;
b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan Pemerintahan kepada masyarakat;
12
d. penyusun rencana, pelaksana dan pengelola pembangunan serta
pemanfaat, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif;
e. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa dan partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat;
f. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya serta keserasian lingkungan hidup;
g. pengembangan kreatifitas, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan obat terlarang (Narkoba) bagi remaja;
h. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga;
i. pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat; dan
j. pendukung media komunikasi, informasi, sosialisasi antara Pemerintah Desa/Kelurahan dan masyarakat.
Pasal 14
Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 mempunyai kewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b. menjalin hubungan kemitraan dengan berbagai pihak yang terkait;
c. mentaati seluruh peraturan perundang-undangan;
d. menjaga etika dan norma dalam kehidupan bermasyarakat; dan
e. membantu Lurah dalam pelaksanaan kegiatan Pemerintahan,
Pembangunan dan Kemasyarakatan.
13
Bagian Ketiga
Kegiatan
Pasal 15
Lembaga kemasyarakatan mempunyai kegiatan:
a. peningkatan pelayanan masyarakat;
b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan;
c. pengembangan kemitraan;
d. pemberdayaan masyarakat meliputi bidang politik, ekonomi, sosial
budaya, dan lingkungan hidup; dan
e. peningkatan kegiatan lainnya sesuai kebutuhan dan kondisi masyarakat
setempat.
Pasal 16 Pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dikelola oleh
Lembaga Kemasyarakatan melalui sistem manajemen pembangunan Kelurahan yang partisipatif.
Bagian Keempat
Kepengurusan dan Keanggotaan
Pasal 17
(1) Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dari
anggota masyarakat yang mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian.
(2) Susunan dan jumlah pengurus disesuaikan dengan kebutuhan.
14
Pasal 18
(1) Keanggotaan lembaga kemasyarakatan adalah warga Negara Republik
Indonesia, penduduk Kelurahan yang bersangkutan.
(2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
bidang lembaga kemasyarakatan.
Bagian Kelima
Tata Kerja
Pasal 19
Tata kerja lembaga kemasyarakatan Kelurahan dengan Lurah bersifat
konsultatif dan koordinatif.
Pasal 20 (1) Hubungan kerja antar lembaga kemasyarakatan bersifat koordinatif dan
konsultatif. (2) Hubungan kerja lembaga kemasyarakatan dengan pihak ketiga bersifat
kemitraan.
Bagian Keenam
Pendanaan
Pasal 21
Sumber pendanaan lembaga kemasyarakatan dapat diperoleh dari :
a. swadaya masyarakat;
b. bantuan dari anggaran pemerintah Kelurahan;
c. bantuan dari pemerintah pusat, pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan;
d. bantuan lainnya yang sah dan tidak mengikat.
15
Pasal 22
(1) Departemen, Lembaga Non Departemen, Dinas, Badan, Lembaga Teknis
Daerah dan Kantor yang mempunyai kegiatan dibidang pemberdayaan
masyarakat di Kelurahan dapat menggunakan Lembaga Kemasyarakatan. (2) Pelaksanaan kegiatan di bidang pemberdayaan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui sistem manajemen
pembangunan Kelurahan partisipatif.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 23
(1) Pembinaan umum penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan dan
lembaga kemasyarakatan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Provinsi.
(2) Pembinaan teknis dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan dan lembaga kemasyarakatan dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Luwu Utara dan Camat.
Pasal 24 (1) Pembinaan dan pengawasan pembentukan, penghapusan, dan
penggabungan Kelurahan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui pemberian pedoman umum, bimbingan, pelatihan, arahan dan supervisi.
16
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 25
(1) Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) adalah Desa yang statusnya diubah menjadi Kelurahan.
(2) Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) adalah Kepala Desa yang Desanya diubah menjadi Kelurahan.
(3) Peraturan Daerah ini berlaku secara efektif pada saat masa jabatan masing-masing Kepala Desa berakhir yaitu:
a. Desa Marobo Kecamatan Sabbang pada tanggal 26 Juli 2008;
b. Desa Salassa Kecamatan Baebunta pada tanggal 24 April 2008;
c. Desa Sukamaju Kecamatan Sukamaju pada tanggal 20 Juni 2013
d. Desa Bone-Bone Kecamatan Bone-Bone pada tanggal 4 Desember 2008.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Hal – hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 27
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan yang berlaku
dan bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
17
Pasal 28
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Utara.
Ditetapkan di Masamba
pada tanggal 2008
BUPATI LUWU UTARA,
H.M. LUTHFI A. MUTTY
Diundangkan di Masamba pada tanggal 2008
SEKRETARIS DAERAH,
H.A. CHAERUL PANGERANG
LEMBARAN DAERAH
KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2008 NOMOR 4
18
P E N J E L A S A N ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2008
TENTANG
PERUBAHAN STATUS DESA MAROBO, SALASSA, SUKAMAJU DAN BONE-BONE MENJADI KELURAHAN
I. UMUM
Bahwa perubahan status Desa menjadi Kelurahan yang akan
direalisasikan Pemerintah Kabupaten Luwu Utara berdasarkan ketentuan
Pasal 9 Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 14 Tahun 2007
tentang Pembentukan dan Perubahan Status Desa serta Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Kelurahan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka dalam upaya
peningkatan kualitas penyelenggaraan Pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna khsususnya dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat, sebagai realisasi ketentuan Peraturan Daerah di atas
ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Utara tentang Perubahan Status Desa Marobo, Salassa, Sukamaju dan Bone-Bone menjadi Kelurahan di Kabupaten Luwu Utara.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 : Cukup Jelas
Pasal 2 : Cukup Jelas
Pasal 3 : Cukup Jelas Pasal 4 : Cukup Jelas
Pasal 5 : Cukup jelas
Pasal 6 : Cukup jelas
19
Pasal 7 : Cukup Jelas
Pasal 8 : Cukup Jelas
Pasal 9 : Cukup Jelas Pasal 10 : Cukup Jelas
Pasal 11 :
Ayat (1) : Yang dimaksud dengan “lembaga kemasyarakatan”
seperti Rukun Tetangga, Rukun Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Karang
Taruna, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat atau sebutan lain.
Ayat (2) : Musyawarah masyarakat dihadiri oleh Wakil-wakil masyarakat yang terdiri dari Pengurus Lembaga Kemasyarakatan, Pemuka Masyarakat yang
jumlahnya proporsional dari jumlah Kepala Keluarga yang ada.
Pasal 12 : Ayat (1) : Yang dimaksud dengan membantu dalam
pelaksanaan Pemerintahan, pembangunan, sosial
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat adalah membantu dalam pelaksanaan kegiatan
Pemerintahan Kelurahan, pemberdayaan masyarakat, pelayanan masyarakat, penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum, pemeliharaan
prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
Pasal 13 : Cukup Jelas.
Pasal 14 : Cukup Jelas.
Pasal 15 : Cukup jelas.
Pasal 16 : Cukup jelas.
20
Pasal 17 :
Ayat (1) : Yang dimaksud dengan kemauan adalah sesuatu yang
mendorong atau menumbuhkan minat dan sikap seseorang melakukan suatu kegiatan. Yang dimaksud dengan kemampuan adalah kesadaran atau keyakinan
pada dirinya bahwa dia mempunyai kemampuan, bisa berupa pikiran, tenaga/waktu, atau sarana dan
material lainnya. Yang dimaksud dengan Kepedulian
adalah sikap atau prilaku seseorang terhadap hal-hal yang bersifat khusus, pribadi dan strategis dengan ciri keterkaitan, keinginan dan aksi untuk melakukan
sesuatu kegiatan.
Ayat (2) : Cukup Jelas
Pasal 18 : Cukup Jelas
Pasal 19 : Ayat (1) : Yang dimaksud dengan bersifat konsultatif pada
ketentuan ini adalah bahwa lembaga kemasyarakatan
dengan Lurah selalu mengembangkan prinsip musyawarah dan konsultasi yang intensif dalam
pelaksanaan kegiatan. Yang dimaksud dengan bersifat
koordinatif pada ketentuan ini adalah bahwa lembaga kemasyarakatan dengan Lurah selalu
mengembangkan prinsip musyawarah dan koordinasi yang intensif dalam pelaksanaan kegiatan.
Ayat (2) : Yang dimaksud dengan “pihak ketiga” seperti pihak swasta, perbankan, lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi.
Pasal 20 : Cukup Jelas
Pasal 21 : Cukup Jelas
21
Pasal 22 :
Ayat (1) : Cukup Jelas
Ayat (2) : Yang dimaksud dengan sistem manajemen
pembangunan Kelurahan yang partisipatif pada ketentuan ini adalah penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan serta
pengembangan tindak lanjut hasil pembangunan dilakukan secara partisipatif.
Pasal 23 : Cukup jelas
Pasal 24 : Cukup Jelas
Pasal 25 : Cukup Jelas
Pasal 26 : Cukup Jelas
Pasal 27 : Cukup Jelas
Pasal 28 : Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH
KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 175