PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO BADAN … 2018.pdf · Kulon Progo serta ketaatannya terhadap...
Transcript of PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO BADAN … 2018.pdf · Kulon Progo serta ketaatannya terhadap...
BAB I. PENDAHULUAN
1.
1)
2)
Tujuan laporan keuangan :
1)
a.
b.
2)
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l
m
Peraturan Bupati Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah ;
Peraturan Bupati Nomor 37 Tahun 2007 tentang Batas Waktu Penerbitan Surat Pengesahan dan Sanksi
Keterlambatan Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban ;
Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Akuntansi Keuangan daerah ;
Peraturan Bupati Nomor 58 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor 58 Tahun 2006
tentang Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ;
Peraturan Bupati Nomor 106 Tahun 2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Akuntansi Keuangan Daerah ;
Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penetapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah ;
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 59 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah ;
Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2014 ;
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pokok-pokok Keuangan Daerah ;
Peraturan Daerah Nomor 88 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Tahun Anggaran 2014 ;
Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Kulon Progo berkaitan dengan sumber penerimaannya per 31 Desember
2017.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kulon Progo menyediakan informasi mengenai belanja, aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Landasan hukum penyusunan laporan keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Kulon Progo
Pelaporan keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo diselenggarakan
Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daeraha. Undang-undang No 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang – undang
Nomor 12 Tahun 2008 ;
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan ;
Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kulon Progo
Maksud penyusunan laporan keuangan :
Laporan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo disusun untuk
menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan
sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2017.
Laporan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo digunakan untuk
membandingkan realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai
kondisi keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Kulon Progo serta ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
Menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam menilai akuntabilitas dan
membuat keputusan ekonomi , sosial maupun politik dengan:
Menyediakan informasi mengenai pertanggungjawaban pelaksanaan APBD bagi Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran 2017.
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Jl.Perwakilan No.1 Wates, Telp. (0274)773247, Fax (0274)774126 Kode Pos 55611
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
TAHUN ANGGARAN 2017
BAB IV
KEBIJAKAN AKUNTANSI
A. Entitas Akuntansi
Entitas akuntansi adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai pengguna
anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan
menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya
yang ditujukan kepada entitas pelaporan.
Kepala SKPD sebagai entitas akuntansi melimpahkan wewenangnya kepada Pejabat
Penatausahaan Keuangan SKPD/PPK-SKPD untuk menyelenggarakan akuntansi
pengelolaan keuangan dan secara periodik menyiapkan laporan keuangan berupa Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Keuangan tersebut disampaikan secara intern dan berjenjang kepada unit yang
lebih tinggi dalam rangka penggabungan laporan keuangan oleh entitas pelaporan.
Produk dari entitas akuntansi adalah laporan keuangan SKPD berupa Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas
Laporan Keuangan.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ditunjuk sebagai entitas akuntansi yang
bertugas menyusun Laporan Keuangan Tahun 2017 sebagai wujud pertanggungjawaban
dari pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2017.
Penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2017 mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Permendagri Nomor 21 Tahun
2011.
B. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Basis akuntansi yang dipergunakan dalam penyusunan laporan keuangan Tahun 2017
adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas.
Dalam hal peraturan perundangan mewajibkan disajikannya laporan keuangan dengan basis
kas, maka entitas wajib menyajikan laporan demikian. Basis akrual untuk LO berarti bahwa
pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun
kas belum diterima di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban
diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah
terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah atau entitas
pelaporan. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula
pada LO.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun
berdasarkan basis kas, berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada
saat kas diterima di Rekening Kas Umum Daerah atau oleh entitas akuntansi/entitas
pelaporan; serta belanja, transfer dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas
dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah. Namun demikian, bilamana anggaran disusun
dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual.
Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat
pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh
pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar.
C. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan
Laporan keuangan entitas akuntansi harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan
dapat dinilai dengan satuan uang sehingga dapat dilakukan pengukuran dan analisis
akuntansi.
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap
pos dalam Laporan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Aset
dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar
dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai
wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang
bersangkutan.
Pos-pos dalam Laporan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Tahun 2017
diukur dengan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang
asing (jika ada) akan dikonversikan terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah
berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pertanggal neraca.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Pos – pos LRA
a. Pendapatan LRA :
• Akuntansi Pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
• Pendapatan diakui pada saat diterima oleh Rekening Kas Umum Daerah
dengan interpretasi sebagai berikut :
a) Pendapatan kas yang telah diterima pada RKUD.
b) Pendapatan kas yang diterima oleh bendahara penerimaan sebagai
pendapatan daerah dan hingga tanggal pelaporan belum disetorkan ke
RKUD, dengan ketentuan bendahara penerimaan tersebut merupakan
bagian dari BUD.
c) Pendapatan kas yang diterima SKPD dan digunakan langsung tanpa
disetor ke RKUD, dengan syarat entitas penerima wajib
melaporkannya kepada BUD untuk dapat disahkan/diakui sebagai
pendapatan daerah.
d) Pendapatan kas yang berasal dari hibah langsung yang berasal dari
dalam/luar negeri yang digunakan untuk mendanai pengeluaran
entitas dengan syarat entitas penerima wajib melaporkannya kepada
BUD untuk dapat disahkan/diakui sebagai pendapatan daerah.
e) Pendapatan kas yang diterima entitas lain di luar entitas pemerintah
berdasarkan otoritas yang diberikan oleh BUD, entitas lain tersebut
dan BUD mengakuinya sebagai pendapatan.
Pendapatan yang tidak masuk pada interpretasi di atas diungkapkan
dalam CALK.
• Dalam hal BLUD, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai BLUD.
b. Belanja :
• Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan diukur
berdasarkan nilai nominal yang dikeluarkan dan tercantum dalam dokumen
pengeluaran yang sah.
• Belanja diakui pada saat :
1. terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah.
2. Kas atas belanja yang bersangkutan telah dikeluarkan oleh Bendahara
Pengeluaran dan pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
telah disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan pada
saat diterbitkannya SP2D.
3. Kas yang dikeluarkan untuk belanja yang digunakan langsung oleh
SKPD/Unit Kerja yang berbentuk BLUD, dimana pendapatan yang
digunakan langsung untuk pengeluaran Belanja tersebut tidak disetor
ke RKUD terlebih dahulu, dengan syarat entitas penerima wajib
melaporkannya kepada BUD.
4. Kas yang digunakan untuk mendanai pengeluaran entitas yang berasal
dari hibah langsung dalam/luar negeri, dengan syarat entitas wajib
melaporkannya kepada BUD.
• Suatu pengeluaran belanja akan diperlakukan sebagai belanja modal jika
memenuhi seluruh kriteria sebagai berikut :
a) Manfaat ekonomi barang yang dibeli lebih dari 12 (dua belas) bulan.
b) Perolehan barang tersebut untuk operasional dan pelayanan, serta
tidak dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada pihak lain. Jika
perolehan barang direncanakan untuk diserahkan kepada pihak ketiga
maka penganggarannya melalui belanja barang dan jasa.
c) Nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk
pembelian barang tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset
tetap yang telah ditetapkan.
• Nilai aset tetap dalam belanja modal yang disebut biaya perolehan aset tetap
yaitu sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait
dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan.
• Biaya perolehan yang dapat dianggarkan melalui rekening belanja modal
SKPD, meliputi biaya konstruksi, honor Pejabat Pembuat Komitmen, honor
pejabat dan/atau panitia pengadaan, honor panitia penerima barang, atk,
penggandaan, biaya makan minum rapat, biaya perjalanan dinas dalam
rangka pengadaan, biaya perencanaan dan pengawasan.
• Biaya perolehan dalam pengadaan barang yang dilakukan oleh ULP tidak
menambah nilai aset, sehingga tidak dianggarkan pada belanja modal.
• Suatu pengeluaran belanja pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja
modal (dikapitalisasi menjadi aset tetap) jika memenuhi seluruh kriteria
sebagai berikut :
1) Manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang dipelihara :
a) Bertambah ekonomis/efisien, dan/atau
b) Bertambah umur ekonomis, dan/atau
c) Bertambah volume, dan/atau
d) Bertambah kapasitas produksi.
2) Nilai rupiah pengeluaran belanja atas pemeliharaan barang/aset tetap
tersebut material/melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang
telah ditetapkan.
• Pemberian hibah dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang atau jasa
dicatat dan diakui sebesar nilai belanja hibah yang dikeluarkan.
• Pemberian bantuan sosial dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang atau
jasa dicatat dan diakui sebesar nilai belanja bantuan sosial yang dikeluarkan.
• Belanja bagi hasil dicatat dan diakui sebesar nilai yang dikeluarkan.
• Belanja tidak terduga dalam bentuk uang, barang dan jasa dicatat dan diakui
sebagai belanja tidak terduga sebesar nilai yang dikeluarkan.
Kriteria untuk belanja tidak terduga ialah Belanja untuk kegiatan yang sifatnya
tidak biasa atau tidak diharapkan berulang, seperti kebutuhan tanggap darurat
bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, dan
pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan atau hal yang
sangat mendesak dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah
daerah, termasuk pengembalian atas kelebihan Penerimaan Daerah tahun-
tahun sebelumnya yang telah ditutup.
2. Pos – pos Neraca
a. Kas dan Setara Kas
• Kas diukur dan dicatat sebesar nilai nominal. Nilai nominal artinya disajikan
sebesar nilai rupiahnya. Apabila terdapat kas dalam bentuk valuta asing,
dikonversi menjadi rupiah menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal
neraca.
• Kas Pemerintah Daerah mencakup :
(1) Uang daerah yang dikuasai oleh Bendahara Umum Daerah, yang meliputi
rupiah dan valuta asing.
Uang daerah terdiri dari :
(a) Kas di Kas Daerah;
(b) Kas dalam Kas Daerah berada di bawah penguasaan BUD yang
disimpan pada RKUD (Rekening Kas Umum Daerah). RKUD ditujukan
untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh
pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
(c) Kas di Bendahara Penerimaan;
Saldo kas di bendahara penerimaan dapat terdiri dari kas tunai dan
kas di rekening penerimaan. Saldo kas di Bendahara Penerimaan akan
bertambah apabila terdapat uang masuk dari penerimaan pendapatan
dan saldo kas di Bendahara Penerimaan akan berkurang apabila
terdapat uang keluar yang berasal dari penyetoran penerimaan
pendapatan ke RKUD.
(d) Kas di Bendahara Pengeluaran;
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran terdiri dari kas tunai dan kas di
rekening pengeluaran.
(2) Kas Pemerintah di Luar Pengelolaan Bendahara Umum Daerah
(a) Kas di Bendahara Penerimaan, apabila Bendahara Penerimaan bukan
merupakan bagian dari BUD.
(b) Kas di Bendahara Pengeluaran, apabila Bendahara Pengeluaran bukan
merupakan bagian dari BUD
(c) Saldo Kas Lainnya yang Diterima karena Penyelenggaraan Pemerintahan
(d) Saldo kas lainnya yang Diterima karena Penyelenggaraan Pemerintah
dipergunakan untuk menampung sisa kas atas penerimaan tertentu
lainnya yang diterima karena penyelenggaraan pemerintahan.
(e) Kas di BLUD
2) Pengakuan Kas dan Setara Kas
a) Memenuhi definisi kas dan/atau setara kas.
b) Penguasaan dan/atau kepemilikan telah beralih kepada Pemerintah
Daerah, diakui pada saat diterima dan/atau dikeluarkan oleh
bendahara/rekening kas umum daerah
b. Piutang
• Pengukuran Piutang
a) Piutang dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai rupiah piutang yang
belum dilunasi.
b) Untuk piutang pajak dicatat berdasarkan Surat Ketetapan Pajak yang
pembayarannya belum diterima, untuk piutang retribusi dicatat berdasarkan
tagihan retribusi yang tercantum dalam Surat ketetapan Retribusi Daerah
yang sampai tanggal laporan keuangan belum dilunasi oleh wajib retribusi,
untuk bagian lancar pinjaman kepada BUMD/bagian lancar tagihan penjualan
angsuran/bagian lancar TP/TGR dicatat berdasarkan reklasifikasi nilai bagian
lancar nominal jangka panjang yang jatuh tempo pada tahun berjalan, dan
untuk piutang lainnya dicatat berdasarkan nilai nominal surat tagihan/dokumen
yang diperlakukan sama yang belum dilunasi oleh pihak ketiga (informasi atas
piutang lainnya diperoleh dari satuan kerja yang berhubungan).
c) Piutang pemberian pinjaman dinilai dengan jumlah yang dikeluarkan dari kas
daerah dan/atau apabila berupa barang/jasa harus dinilai dengan nilai wajar
pada tanggal pelaporan atas barang/jasa tersebut.
d) Apabila dalam naskah perjanjian pinjaman diatur mengenai kewajiban bunga,
denda, commitment fee dan atau biaya-biaya pinjaman lainnya, maka pada
akhir periode pelaporan harus diakui adanya bunga, denda, commitment fee
dan/atau biaya lainnya pada periode berjalan yang terutang (belum dibayar)
pada akhir periode pelaporan
• Piutang diakui pada saat munculnya hak pemerintah daerah yang dapat dinilai
dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah
• Untuk dapat diakui sebagai piutang harus memenuhi kriteria :
(1) Diterbitkan surat ketetapan; atau
(2) Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; atau
(3) Belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.
• Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
a) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus dibentuk
sebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan umur piutang.
b) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih diperhitungkan dan dibukukan dalam periode
yang sama dengan periode timbulnya piutang, sehingga dapat menggambarkan
nilai yang betul-betul diharapkan dapat ditagih.
c) Penyisihan piutang yang kemungkinan tidak tertagih diprediksi berdasarkan
pengalaman masa lalu dengan melakukan analisa terhadap saldo-saldo piutang
yang masih outstanding.
d) Penyisihan piutang tidak tertagih dilakukan berdasarkan umur piutang dan jenis
piutang.
e) Besarnya persentase penyisihan piutang tidak tertagih adalah sebagai berikut :
No Uraian % Penyisihan berdasarkan umur piutang
1 s/d 2 thn
> 2 thn s/d 3 thn
> 3 thn s/d 4 thn
> 4 thn s/d 5 thn
> 5 thn
1 Piutang pajak 20 % 40 % 60 % 80 % 100 %
2 Piutang retribusi
20 % 40 % 60 % 80 % 100 %
3 Piutang lainnya
20 % 40 % 60 % 80 % 100 %
c. Persediaan
• Pengukuran persediaan
a) Persediaan disajikan sebesar :
(1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan,
biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat
dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya
yang serupa mengurangi biaya perolehan.
Biaya perolehan persediaan dianggarkan dalam rekening/akun belanja
barang dan jasa.
Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan yang
terakhir diperoleh.
Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan untuk
dijual, seperti karcis, dinilai dengan biaya perolehan terakhir.
(2) Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Harga
pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan
persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan
secara sistematis.
(3) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai dengan
menggunakan nilai wajar. Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset
atau penyelesaian kewajiban antarpihak yang memahami dan berkeinginan
melakukan transaksi wajar.
• Pengakuan persediaan
a) Persediaan diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
pemerintah daerah, mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal,
dan telah diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya
berpindah
b) Pada akhir periode akuntansi, dilakukan inventarisasi fisik persediaan sebagai
dasar penilaian persediaan
• Beban Persediaan
(1) Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan.
(2) Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian Laporan
Operasional (pada akun beban barang).
(3) Pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik,
yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan
persediaan, dikurangi dengan saldo akhir persediaan, dikalikan harga
pembelian terakhir.
(4) Penyesuaian beban persediaan dilakukan pada setiap akhir semester.
d. Aset Tetap
• Pengukuran Aset Tetap
a) Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Jika tidak memungkinkan maka nilai
aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
b) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat
perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk digunakan.
Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung antara lain :
(1) Biaya persiapan tempat;
(2) Biaya import;
(3) Biaya pengiriman awal dan biaya simpan dan bongkar muat;
(4) Biaya pemasangan;
(5) Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur;
(6) Biaya konstruksi;
(7) Biaya administrasi;
(8) Biaya kepanitiaan.
c) Setiap SKPD/unit kerja harus melakukan kapitalisasi terhadap belanja barang
dan jasa yang berakibat :
(1) Memperoleh aset tetap hingga siap pakai;
(2) Meningkatkan kapasitas/efisiensi barang milik daerah; dan/atau
(3) Memperpanjang umur teknis barang milik daerah.
d) Adapun pengeluaran yang dikapitalisasi terdiri atas :
(1) Perolehan awal aset tetap melalui pengeluaran belanja modal yang nilainya
sama/lebih dari batasan nilai minimum kapitalisasi aset tetap dan
dimanfaatkan untuk kegiatan pemerintah daerah serta tidak untuk dijual,
meliputi :
(a) Pengadaan tanah;
(b) Pembelian/pembuatan peralatan dan mesin;
(c) Pembelian/pembangunan gedung dan bangunan;
(d) Pembelian/pembangunan jalan/irigasi/jaringan; atau
(e) Pembelian/pembangunan aset tetap lainnya.
(2) Pengeluaran setelah perolehan awal jika mengakibatkan peningkatan
kualitas, kapasitas, kuantitas dan/atau umur aset yang telah dimiliki dan
bernilai sama/melebihi batasan minimum nilai kapitalisasi aset tetap,
dikapitalisasi sebagai aset tetap.
e) Adapun pengeluaran yang tidak dikapitalisasi terdiri atas :
(1) Pengeluaran belanja pemeliharaan rutin (rehabilitasi) yang bertujuan untuk
mempertahankan fungsi aset tetap yang sudah ada ke dalam kondisi normal
tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja, contohnya biaya
pengecatan bangunan/kendaraan/meubelair, penggantian suku cadang
kendaraan (ban, accu, busi), servis peralatan dan mesin rutin, penambahan
assesoris kendaraan (kecuali AC, power steering, audio dan audio visual),
servis peralatan/perlengkapan kantor (komputer, mesin tik, AC, TV, LCD,
sound system, dll).
(2) Pengeluaran belanja barang dan jasa yang digunakan untuk memproduksi
barang dan jasa baik untuk dipasarkan maupun tidak dipasarkan, meliputi:
(a) Pengeluaran untuk membiayai proses produksi.
(b) Pembelian/pengadaan barang pakai habis seperti ATK.
(c) Pengeluaran langganan daya dan jasa.
(d) Lain-lain pengeluaran untuk membiayai pekerjaan yang bersifat non-fisik
dan secara langsung menunjang tugas pokok dan fungsi SKPD dengan
nilai tidak memenuhi batasan minimum nilai kapitalisasi aset tetap.
f) Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara
gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut
berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang
bersangkutan. Atribusi biaya perolehan diperhitungkan secara
proporsional sesuai dengan nilai barang.
• Pengakuan aset Tetap
a) Semua biaya perolehan aset tetap dianggarkan dalam rekening/akun belanja
modal.
b) Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus memenuhi kriteria :
(1) Berwujud;
(2) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
(3) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
(4) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
(5) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan;
(6) Memenuhi nilai satuan minimum kapitalisasi;
(7) Batas Minimum Kapitalisasi Aset Tetap dikecualikan terhadap pengeluaran
untuk :
✓ pengadaan/pembelian tanah;
✓ pembelian/pembangunan jalan/irigasi/jaringan; atau
✓ pengadaan/pembelian/pembuatan aset tetap lainnya berupa koleksi
perpustakaan, barang bercorak kesenian, hewan/ternak, dan tumbuhan.
c) Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua pengeluaran
untuk memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk meningkatkan
kapasitas/efisiensi dan memperpanjang umur teknisnya dalam rangka
menambah nilai aset tersebut. Kapitalisasi memperhatikan batasan nilai
minimum kapitalisasi aset.
d) Barang milik daerah yang memenuhi batasan nilai minimum kapitalisasi aset
tetap dicatat secara intrakomptabel dan disajikan dalam neraca, barang milik
daerah yang tidak memenuhi batasan nilai minimum kapitalisasi aset tetap yang
diperoleh dari belanja modal dengan nilai dibawah satuan minimum kapitalisasi
aset dicatat secara ekstrakomptabel dan disajikan dalam catatan atas laporan
keuangan (CaLK).
d1) Apabila terjadi penambahan nilai aset karena pemeliharaan (di atas batas
kapitalisasi) yang mengakibatkan nilai aset tetap ekstrakomptabel menjadi diatas
batas nilai kapitalisasi maka pencatatannya direklas ke aset tetap intrakomptabel
dan penilaian penyusutan atas aset ekstra komptabel yang beralih menjadi
intrakomptabel dihitung dari nilai buku.
e) Penghapusan barang milik daerah yang dicatat dalam pembukuan
ekstrakomptabel dapat dilakukan oleh pengguna dan/atau kuasa pengguna
dalam hal aset tetap tersebut dimaksud sudah tidak berada dalam penguasaan
pengguna dan/ atau kuasa pengguna.
• Perolehan aset tetap secara gabungan.
Jika aset tetap diperoleh secara gabungan, biaya perolehan dari masing-masing
aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan
harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset
yang bersangkutan. Atribusi biaya perolehan diperhitungkan secara proporsional
sesuai dengan nilai barang
• Penghentian dan Pelepasan Aset Tetap.
a) Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara
permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomi di masa
yang akan datang.
b) Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari
Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
c) Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah daerah tidak
memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai
dengan nilai tercatatnya.
d) Aset tetap yang masih dalam proses penghapusan, sepanjang SK Bupati tentang
penghapusan belum terbit, pencatatannya direklas ke aset lainnya.
• Penyusutan.
a. Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.
Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai
tercatat aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan
operasional.
b. Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan
sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
c. Aset Tetap Lainnya berupa hewan, tanaman, dan buku perpustakaan tidak
dilakukan penyusutan secara periodik, melainkan diterapkan penghapusan pada
saat Aset Tetap Lainnya tersebut sudah tidak dapat digunakan atau mati.
d. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus dengan estimasi
masa manfaat sesuai tabel dalam Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun 2016
e. Penambahan masa manfaat akibat pemeliharaan, yang menyebabkan jumlah
masa manfaat baru melebihi masa manfaat awal, dianggap sama dengan masa
manfaat awal.
f. Formula penghitungan penyusutan barang milik daerah adalah sebagai berikut :
Nilai yang dapat disusutkan
Penyusutan per periode =
Masa manfaat
Keterangan :
(1) Penyusutan per periode merupakan nilai penyusutan untuk aset tetap suatu
periode yang dihitung pada akhir tahun;
(2) Nilai yang dapat disusutkan merupakan nilai buku per 31 Desember 2017
untuk Aset Tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2017, tanpa
memperhitungkan adanya penambahan masa manfaat pada tahun – tahun
sebelumnya. Untuk Aset Tetap yang diperoleh setelah 31 Desember 2017
menggunakan nilai perolehan;
(3) Masa manfaat adalah periode suatu Aset Tetap yang diharapkan digunakan
untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik atau jumlah
produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset untuk aktivitas
pemerintahan dan/atau pelayanan publik;
g. Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan dapat ditinjau secara periodik
dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya, penyusutan
periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan penyesuaian.
h. Untuk Aset Tetap yang dicatat secara intra komptabel dilakukan penyusutan dan
tetap dicatat dalam catatan intra komptabel walaupun nilai akhir aset dibawah
nilai kapitalisasi dan/atau bernilai nol.
i. Untuk Aset Tetap yang dicatat secara ekstra komptabel dilakukan penyusutan,
dan apabila ada biaya pemeliharaan yang melebihi nilai kapitalisasi dan
memenuhi kriteria aset intra komptabel akan masuk ke aset intra komtabel.
j. Untuk pelaksanaan penyusutan dapat dikelompokkan sebagai berikut :
(1) Aset yang diperoleh pada tahun dimulainya penerapan penyusutan.
Aset tersebut sudah disajikan dengan nilai perolehan. Perhitungan
penyusutannya adalah untuk tahun dimulainya penerapan penyusutan saja.
(2) Aset yang diperoleh setelah penyusunan neraca awal hingga satu tahun
sebelum dimulainya penerapan penyusutan.
Aset tersebut sudah disajikan dengan nilai perolehan. Perhitungan
penyusutannya terdiri dari penyusutan tahun berjalan dan koreksi
penyusutan tahun-tahun sebelumnya.
(3) Aset yang diperoleh sebelum penyusunan neraca awal.
Untuk aset yang diperoleh lebih dari 1 (satu) tahun sebelum saat
penyusunan neraca awal maka aset tersebut disajikan dengan nilai wajar
pada saat penyusunan neraca awal. Untuk menghitung penyusutannya,
pertama ditetapkan sisa masa manfaat pada saat penyusunan neraca awal,
selanjutnya dihitung masa antara neraca awal dengan saat penerapan
penyusutan.
k. Nilai aset yang diperoleh pada semester I (satu) disusutkan satu tahun dan nilai
aset yang diperoleh pada semester II (dua) disusutkan setengah tahun.
e. Aset Lainnya
• Pengukuran :
(a) Tuntutan Perbendaharaan dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keputusan
Pembebanan setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh
bendahara yang bersangkutan ke kas umum daerah.
(b) Tuntutan Ganti Rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan
Tanggungjawab Mutlak (SKTJM) setelah dikurangi dengan setoran yang telah
dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas umum daerah.
(c) Kemitraan dengan Pihak Ketiga.
(1) Kemitraan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai
komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan
menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki.
(2) Bentuk kemitraan tersebut antara lain dapat berupa :
(a) Sewa.
− Pengakuan :
Kemitraan dengan pihak ketiga berupa sewa diakui pada saat terjadi
perjanjian kerjasama/kemitraan, yaitu dengan perubahan klasifikasi aset
dari aset tetap menjadi aset lainnya kerjasama/kemitraan – sewa.
− Pengukuran :
Sewa dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita acara sewa.
(b) Kerjasama pemanfaatan.
− Pengakuan :
Kemitraan dengan pihak ketiga berupa kerjasama pemanfaatan diakui
pada saat terjadi perjanjian kerjasama/kemitraan, yaitu dengan
perubahan klasifikasi aset dari aset tetap menjadi aset lainnya
kerjasama/kemitraan – kerjasama pemanfaatan.
− Pengukuran :
Kerjasama pemanfaatan dinilai dari nilai bersih yang tercatat pada saat
perjanjian atau nilai wajar pada saat perjanjian, dipilih yang paling obyektif
atau yang paling berdaya uji.
(c) Bangun, Kelola/Guna, Serah.
− Pengakuan :
Bangun, Kelola/Guna, Serah dicatat sebesar nilai aset yang diserahkan
oleh Pemerintah daerah kepada pihak ketiga/investor untuk membangun
aset Bangun, Kelola/Guna, Serah tersebut. Aset yang berada dalam
Bangun, Kelola/Guna, Serah ini disajikan terpisah dari aset tetap.
− Pengukuran :
Dicatat sebesar nilai buku aset tetap yang diserahkan oleh pemerintah
kepada pihak ketiga/investor untuk membangun aset Bangun,
Kelola/Guna, Serah tersebut.
(d) Bangun, Serah, Kelola/Guna.
− Pengakuan :
Bangun, Serah, Kelola/Guna diakui pada saat pengadaan/pembangunan
gedung dan/atau sarana berikut fasilitasnya selesai dan siap digunakan
untuk digunakan/dioperasikan.
− Pengukuran :
Bangun, Serah, Kelola/Guna dicatat sebesar nilai perolehan aset yang
dibangun, yaitu sebesar nilai aset yang dipisahkan dari aset tetap
ditambah dengan jumlah aset yang dibangun oleh pihak ketiga/investor
sesuai dengan perjanjian kerjasama.
f. Aset tidak berwujud
• Pengukuran :
a) Aset tak berwujud dicatat sebesar harga perolehan, namun jika tidak dapat
ditelusuri maka dapat dicatat sebesar nilai wajar.
b) Pengeluaran atas aset tak berwujud yang awalnya telah diakui oleh entitas
sebagai beban tidak dapat dianggap sebagai bagian dari harga perolehan aset
tak berwujud tersebut dikemudian hari.
c) Penghitungan masa manfaat Aset Tidak Berwujud berupa software selama 5
tahun.
d) Penghitungan amortisasi menggunakan metode garis lurus tanpa nilai residu.
• Pengakuan :
Sesuatu diakui sebagai aset tak berwujud jika dan hanya jika :
− Kemungkinan besar diperkirakan manfaat ekonomi di masa datang yang
diharapkan atau jasa potensial yang diakibatkan dari aset tak berwujud
tersebut akan mengalir kepada Pemerintah Daerah atau dinikmati oleh
entitas ; dan
− Biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur dengan andal.
g. Aset Lain-Lain
• Pos Aset Lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran,
Tuntutan Perbendaharaan, Tuntutan Ganti Rugi, dan Kemitraan dengan Pihak
Ketiga. Contoh dari aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan dari
penggunaan aktif Pemerintah Daerah.
• Aset lain-lain yang berasal dari reklasifikasi aset tetap dicatat sebesar nilai
tercatat/nilai bukunya.
• Pengakuan :
Aset lain-lain diakui pada saat dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah dan
direklasifikasikan kedalam aset lain-lain.
• Penerapan penyusutan awal pada aset lain-lain adalah :
− Aset lain – lain per 31 Desember 2017 merupakan hasil reklas aset tetap yang
dihentikan penggunaannya karena rusak berat dan sebab lain, tidak dihitung
penyusutannya.
− Reklas ke aset lainnya karena usulan penghapusan pada semester I 2017 dicatat
sebesar nilai perolehan dan akumulasi penyusutannya sampai dengan 31
Desember 2017. Sedangkan yang berasal dari usulan penghapusan pada
semester II 2017 dicatat sebesar nilai perolehan dan akumulasi penyusutannya
sampai dengan semester I 2018.
h. Kewajiban
• Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.
• Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa PFK yang belum
disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan keuangan sebesar jumlah
yang masih harus disetorkan.
• Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya
ekonomi akan dilakukan atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang
ada sekarang, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai
penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Kewajiban diakui pada saat dana
pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.
• Pengakuan Utang (Account Payable) pada saat pemerintah daerah menerima hak
atas barang, termasuk barang dalam perjalanan yang telah menjadi haknya,
pemerintah daerah harus mengakui kewajiban atas jumlah yang belum dibayarkan
untuk barang tersebut.
• Utang jangka pendek lainnya :
a) Utang jangka Pendek Lainnya adalah utang jangka pendek yang tidak
dapat diklasifikasikan sebagai utang jangka pendek.
b) Termasuk Utang Jangka Pendek Lainnya adalah pendapatan diterima
dimuka, utang biaya, utang belanja dan kewajiban kepada pihak lain.
c) Pendapatan Diterima Dimuka diakui pada saat terdapat/timbul klaim pihak
ketiga kepada pemerintah terkait kas yang telah diterima pemerintah dari
pihak ketiga tetapi belum ada penyerahan barang/jasa dari pemerintah.
d) Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah sebesar bagian
barang/jasa yang belum diserahkan oleh pemerintah kepada pihak ketiga
sampai dengan tanggal neraca.
e) Utang biaya adalah utang pemerintah yang timbul karena entitas secara
rutin mengikat kontrak pengadaan barang atau jasa dari pihak ketiga yang
pembayarannya dikemudian hari. Utang biaya ini pada umumnya terjadi
karena pihak ketiga memang melaksanakan praktik menyediakan barang
atau jasa dimuka dan melakukan penagihan dibelakang, seperti
penyediaan barang berupa listrik, air PAM, telpon oleh masing-masing
perusahaan untuk suatu bulan baru ditagih oleh yang bersangkutan kepada
entitas selaku pelanggannya pada bulan atau bulan-bulan berikutnya.
f) Utang biaya diakui pada saat klaim pihak ketiga, biasanya dinyatakan
dalam bentuk surat penagihan atau invoice, kepada pemerintah terkait
penerimaan, barang/jasa yang belum diselesaikan pembayarannya oleh
pemerintah.
g) Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah sebesar biaya
yang belum dibayar oleh pemerintah sampai dengan tanggal neraca. 85
h) Utang belanja adalah utang pemerintah yang timbul karena kewajiban
kepada pihak ketiga sampai dengan akhir periode pelaporan belum
terpenuhi.
i) Kewajiban kepada Pihak Lain adalah saldo dana yang berasal dari SPM LS
kepada Bendahara Pengeluaran yang belum seluruhnya diserahkan
kepada yang berhak pada akhir tahun misalnya : SPM LS di Bendara
Pengeluaran yang belum seluruhnya dibayarkan kepada yang berhak.
j) Kewajiban kepada Pihak Lain diakui apabila pada akhir tahun masih
terdapat dana yang berasal dari SPM LS kepada Bendahara Pengeluaran
yang belum diserahkan kepada yang berhak.
k) Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah sebesar biaya
yang belum diserahkan kepada yang berhak.
i. Ekuitas Dana
• Ekuitas adalah kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang merupakan selisih antara
aset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada tanggal pelaporan. Saldo Ekuitas di
Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas.
• Saldo Ekuitas berasal dari Ekuitas awal ditambah (dikurang) oleh Surplus/Defisit LO
dan perubahan lainnya seperti koreksi nilai persediaan, selisih evaluasi Aset Tetap
dan lain-lain.
3. Penyajian kembali Neraca.
• Penyajian kembali adalah perlakuan akuntansi yang dilakukan atas pos-pos dalam
Neraca yang perlu dilakukan penyajian kembali pada awal periode ketika
Pemerintah daerah untuk pertama kali akan mengimplementasikan kebijakan
akuntansi yang baru dari semula basis kas menuju akrual menjadi basis akrual
penuh.
• Penyajian kembali dilakukan antara lain untuk akun-akun sebagai berikut :
1) Piutang;
2) Beban dibayar dimuka;
3) Persediaan;
4) Investasi jangka panjang;
5) Aset tetap;
6) Aset tidak berwujud;
7) Utang bunga;
8) Pendapatan diterima dimuka;
9) Ekuitas.
• Tahapan penyajian kembali :
1) Menyiapkan data-data yang relevan untuk dasar pengakuan akun-akun terkait.
2) Menyajikan kembali akun-akun neraca yang belum sama perlakuan
kebijakannya, dengan cara menerapkan kebijakan akuntansi yang berlaku yaitu
basis akrual.
4. Laporan Operasional.
a. Pendapatan – LO.
• Pendapatan-LO diakui pada saat : (1) Timbulnya hak atas pendapatan;
(2) Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
• Pengakuan Pendapatan – LO pada level SKPD yang berasal dari Pendapatan
Asli Daerah :
(1) Pendapatan – LO pada level SKPD yang berasal dari Pendapatan Pajak
Daerah yang ditetapkan Kepala Daerah (Official Assesment) diakui pada
saat terbitnya surat ketetapan pajak daerah. (Pajak Reklame, Air Tanah,
PBB).
(2) Pendapatan – LO pada level SKPD yang berasal dari Pendapatan Pajak
Daerah yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Self Assesment) diakui pada
saat kas diterima.
(3) Pendapatan – LO pada level SKPD yang berasal dari Pendapatan Retribusi
Daerah diakui pada saat terbitnya Surat Ketetapan Retribusi Daerah. Apabila
pendapatan retribusi daerah dipungut selain menggunakan Surat Ketetapan
Retribusi Daerah maka pendapatan diakui pada saat pembayaran diterima.
(4) Pendapatan – LO pada level SKPD yang berasal dari Lain lain PAD yang
Sah diakui pada saat direalisasikannya pendapatan tersebut.
(5) Pendapatan – LO pada level SKPD yang berasal dari Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan untuk bagian laba atas penyertaan
modal ke Badan Usaha Milik Daerah diakui pada saat Laporan Keuangan
atau Laporan Kinerja Tahunan telah diaudit KAP, untuk pendapatan dari
pengelolaan BUKP diakui pada saat diterbitkannya Keputusan Gubernur DIY
tentang Pembagian Laba Bersih BUKP.
(6) Pendapatan - LO berasal dari hibah berbentuk barang dan barang rampasan
diakui pada saat barang tersebut diterima, dan diukur dengan nilai wajar
barang tersebut.
(7) Pendapatan - LO berbentuk jasa diterima diakui pada saat jasa diterima atau
dinikmati pemerintah, diukur dengan nilai wajar jasa tersebut.
• Pengukuran Pendapatan – LO.
a) Akuntansi pendapatan - LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
b) Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan - LO bruto (biaya) bersifat
variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih
dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat
dikecualikan.
c) Dalam hal BLUD, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai BLUD.
b. Beban.
• Pengakuan Beban.
a) Beban diakui pada saat : (1) timbulnya kewajiban;
Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain
ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah. Contohnya
tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum dibayar pemerintah.
(2) terjadinya konsumsi aset;
Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas
kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/ atau konsumsi
aset nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah.
(3) terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan
nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/ berlalunya
waktu. Contoh penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah
penyusutan atau amortisasi.
b) Beban Penyisihan Piutang
Beban Penyisihan Piutang merupakan cadangan yang harus dibentuk sebesar
persentase tertentu dari akun piutang terkait ketertagihan piutang. Beban
Penyisihan Piutang diakui saat akhir tahun.
c) Beban Penyusutan dan Amortisasi
Beban Penyusutan dan Amortisasi adalah alokasi yang sistematis atas nilai
suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa
manfaat aset yang bersangkutan. Beban Amortisasi adalah alokasi yang
sistematis atas nilai suatu aset tak berwujud selama masa manfaat aset yang
bersangkutan.
Beban penyusutan dan Amortisasi diakui dan disajikan pada saat periode
pelaporan.
• Pengakuan Beban Pada SKPD :
(1) Beban Pegawai
Beban pegawai merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk
uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pejabat negara, pegawai
negeri sipil, dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah daerah yang
belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah ditugaskan.
Beban pegawai (gaji dan tunjangan) diakui pada saat timbulnya kewajiban
pemerintah daerah.
Beban pegawai (selain gaji dan tunjangan) diakui pada saat terjadinya
konsumsi aset (pengeluaran kas kepada pihak lain) yaitu ketika bukti
pembayaran pengeluaran telah disahkan pengguna anggaran (bend 26 telah
ditandatangani pengguna anggaran ).
(2) Beban Barang
Beban Barang merupakan penurunan manfaat ekonomi dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Beban barang melalui mekanisme UP/GU diakui pada saat terjadinya
konsumsi aset (pengeluaran kas kepada pihak lain) yaitu ketika bukti
pembayaran pengeluaran telah disahkan pengguna anggaran (bend 26 telah
ditandatangani pengguna anggaran ).
Beban barang melalui mekanisme LS diakui pada saat terjadinya kewajiban
pemerintah daerah, yaitu ketika Berita Acara Serah Terima (BAST) diterima.
• Pengukuran Beban
a) Beban diukur berdasarkan besaran timbulnya kewajiban, besaran terjadinya
konsumsi aset dan besaran terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa.
b) Beban dari transaksi non pertukaran diukur sebesar aset yang digunakan atau
dikeluarkan yang pada saat perolehan tersebut diukur dengan nilai wajar.
c) Beban dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan harga
sebenarnya (actual price) yang dibayarkan ataupun yang menjadi tagihan
sesuai dengan perjanjian yang telah membentuk harga.
d) Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
• Surplus/Defisit Dari Kegiatan Operasional
1) Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara pendapatan dan
beban selama satu periode pelaporan.
2) Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara pendapatan dan
beban selama satu periode pelaporan.
3) Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode
pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional.
• Surplus/Defisit Dari Kegiatan Non Operasional
1) Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan tersendiri
dalam kegiatan non operasional.
2) Termasuk dalam pendapatan/beban dari kegiatan non operasional antara lain
surplus/defisit penjualan aset non lancar, surplus/defisit penyelesaian kewajiban
jangka panjang, dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional lainnya.
3) Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan
surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan surplus/defisit sebelum
pos luar biasa.
• Pos Luar Biasa
1) Pos luar biasa adalah pendapatan atau beban luar biasa yang terjadi karena
kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan
sering terjadi dan berada diluar kendali atau pengaruh entitas yang
bersangkutan.
2) Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan
Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa.
3) Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
• Surplus/Defisit-LO
1) Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara
surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan kejadian
luar biasa.
2) Saldo Surplus/Defisit-LO pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke Laporan
Perubahan Ekuitas.
D. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan
Pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah pada Tahun Anggaran 2017 di Kabupaten
Kulon Progo mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011.
Dalam pelaksanaan sistem akuntansi keuangan daerah, Pemerintah Kabupaten Kulon
Progo telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang SAP, dan penyusunan laporan
keuangan ini telah sesuai dengan amanat peraturan pemerintah tersebut.
Dalam rangka penerapan akuntansi berbasis akrual yang dimulai pada tahun 2016,
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah mengawalinya dengan menetapkan kebijakan
akuntansi keuangan daerah yang berbasis akrual yang tertuang dalam Peraturan Bupati
Kulon Progo Nomor 24 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Akuntansi Pemerintah
Daerah dan Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 53 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah. Dengan adanya dinamika perkembangan dlam pelaksanaan akuntansi
keuangan daerah berbasis akrual sebagaimna diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah,
maka Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 24 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Akuntansi Pemerintah Daerah telah disesuaikan denga terbitnya Peratuan Bupati Kulon
Progo Nommor 69 Tahun 2016.
Untuk selanjutnya, juga telah diselenggarakan sosialisasi tentang penerapan akuntansi
berbasis akrual kepada seluruh pihak-pihak yang terkait dalam penatausahaan dan
pengelolaan keuangan daerah, diklat tentang penerapan akuntansi berbasis akrual, serta
pelatihan penggunaan SIMDA Keuangan berbasis akrual bagi seluruh pelaksana SIMDA di
SKPD.
Dengan berubahnya kebijakan akuntansi ke basis akrual, atas Neraca per 31
Desember 2014 telah dilakukan restatement atau penyajian kembali.
n.
o.
p
q.
r.
3.
BAB I PENDAHULUAN
BAB II EKONOMI MAKRO, KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PENCAPAIAN TARGET KINERJA APBD
BAB III IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN SKPD
BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI
BAB V PENJELASAN POS-POS LAPORAN KEUANGAN
BAB VI PENJELASAN ATAS INFORMASI NONKEUANGAN
BAB VII PENUTUP
2.1. Ekonomi Makro
2.2 Kebijakan Keuangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.3 Indikator Pencapaian Target Kinerja APBD
No Anggaran Target Reali sasi Capaian (%)
1 3 4 5 6
Uraian
Program/Kegiatan dan
indikator
2
Penunjukkan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan sesuai tugas pokok dan fungsi.
Pembentukan Tim/Panitia Pengadaan Barang dan Jasa, dan Panitia Pemeriksa secara efektif dan efisien.
Pelaksanaan belanja barang dan jasa.
Melaksanakan evaluasi terhadap pencapaian realisasi keuangan dan realisasi fisik kegiatan, pada setiap
bulan.
Melaksanakan pengawasan secara periodik terhadap pencapaian realisasi keuangan dan keadaan Kas di
Bendahara Pengeluaran, pada setiap triwulan.
Pencapaian Indikator yang digunakan sebagai tolok ukur pencapaian kinerja Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo sesuai dengan Program dan Kegiatan yang telah ditetapkan
pada Tahun Anggaran 2014 adalah sebagai berikut:
BAB II. Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja APBD
Laporan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo ini disusun
dengan memperhatikan pada kondisi ekonomi makro dalam Tahun Anggaran 2017 sebagai berikut:
Dalam rangka meningkatkan kinerja , efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan belanja pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo diupayakan melalui :
Penyelenggaraan koordinasi rutin.
Pelaksanaan koordinasi lintas program/ kegiatan pada awal dan setiap tahapan pelaksanaan program/
kegiatan.
Penyusunan Anggaran Kas dan rencana penggunaan anggaran per triwulan untuk masing-masing
kegiatan.
Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 17 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran 2016
Perturan Bupati Kulon Progo Nomor 73 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016
Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran 2016
Perturan Bupati Kulon Progo Nomor 48 Tahun 2016 tentang PeruPenjabaran Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahunbahan Anggaran 2016
Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kulon Progo
Penulisan Catatan Laporan Keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon
Progo disajikan sebagai berikut:
Peraturan Bupati Nomor 72 Tahun 2013 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah ;
A. Rp 7.397.322.260 Rp 7.397.322.260 Rp 6.933.389.511 93,73
1. Rp 7.397.322.260 Rp 7.397.322.260 Rp 6.933.389.511 93,73
1.1 Rp 2.999.459.125 Rp 2.999.459.125 Rp 2.974.291.760 99,16
Rp 2.999.459.125 Rp 2.999.459.125 Rp 2.974.291.760 99,16
B. Rp 4.397.863.135 Rp 4.397.863.135 Rp 3.959.097.751 90,02
1. Rp 279.679.800 Rp 279.679.800 Rp 252.779.044 90,38
1.1 Rp 93.362.000 Rp 93.362.000 Rp 91.146.658 97,63
1.2 Rp 33.100.000 Rp 33.100.000 Rp 32.350.000 97,73
1.3 Rp 153.217.800 Rp 153.217.800 Rp 129.282.386 84,38
2. Rp 934.612.660 Rp 934.612.660 Rp 823.556.378 176,54
2.4 Rp 443.250.000 Rp 443.250.000 Rp 404.240.916 91,20
2.5 Rp 491.362.660 Rp 491.362.660 Rp 419.315.462 85,34
3 Rp 65.951.250 Rp 65.951.250 Rp 63.348.000 291,94
3.6 Rp 37.201.375 Rp 37.201.375 Rp 34.843.000 93,66
3.7 Rp 13.750.000 Rp 13.750.000 Rp 13.611.500 98,99
3.8 Rp 14.999.875 Rp 14.999.875 Rp 14.893.500 99,29
4 Rp 33.898.000 Rp 33.898.000 Rp 24.786.150 97,25
4.9 Rp 3.898.000 Rp 3.898.000 Rp 3.790.750 97,25
4.10 Rp 30.000.000 Rp 30.000.000 Rp 20.995.400 294,63
5 Rp 330.254.350 Rp 330.254.350 Rp 324.796.500 196,15
5.11 Rp 276.986.350 Rp 276.986.350 Rp 272.765.700 98,48
Program Peningkatan
Kapasitas Sumber
Daya Manusia SKPD
Penilaian Prestasi Kerja
Fungsional Lewat
Angka Kredit
Pendidikan dan
Pelatihan Non Formal
Program Kerjasama
Pengembangan
IPTEK
Jaring Penelitian (Jarlit)
Tingkat Kabupaten
Pengadaan Sarana dan
Prasarana Perkantoran
Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana
Perkantoran
Program
Perencanaan,
Pengendalian dan
Evaluasi Kinerja
Penyusunan
Perencanaan Kinerja
SKPD
Penyusunan Laporan
Keuangan
Pengendalian, Evaluasi
dan Pelaporan Kinerja
Belanja Barang dan
Jasa
Program Pelayanan
Administrasi
Perkantoran
Penyediaan Jasa dan
Peralatan Perkantoran
Penyediaan Jasa
keuangan
Penyediaan Rapat-
Rapat, Konsultasi dan
Koordinasi
Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Perkantoran
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Gaji dan
Tunjangan
5.12 Rp 53.268.000 Rp 53.268.000 Rp 52.030.800 97,68
6 Rp 2.753.467.075 Rp 2.753.467.075 Rp 2.469.831.679 89,70
6.13 Rp 645.774.450 Rp 645.774.450 Rp 480.517.666 74,41
6.14 Rp 34.313.200 Rp 34.313.200 Rp 33.464.200 -
6.15 Rp 381.198.850 Rp 381.198.850 Rp 365.131.861 95,79
6.16 Rp 176.600.000 Rp 176.600.000 Rp 162.809.400 92,19
6.17 Rp 173.911.500 Rp 173.911.500 Rp 169.099.273 97,23
6.18 Rp 99.212.900 Rp 99.212.900 Rp 83.840.821 84,51
6.19 Rp 51.902.800 Rp 51.902.800 Rp 48.211.225 92,89
6.20 Rp 58.351.375 Rp 58.351.375 Rp 57.835.600 99,12
6.21 Rp 92.851.700 Rp 92.851.700 Rp 86.755.678 93,43
6.22 Rp 82.365.000 Rp 82.365.000 Rp 78.345.023 95,12
6.23 Rp 42.928.200 Rp 42.928.200 Rp 40.855.371 95,17
6.24 Rp 56.233.750 Rp 56.233.750 Rp 53.971.542 95,98
6.25 Rp 56.142.500 Rp 56.142.500 Rp 53.721.953 95,69
6.26 Rp 72.201.850 Rp 72.201.850 Rp 66.478.800 92,07
6.27 Rp 71.746.400 Rp 71.746.400 Rp 63.217.400 88,11
Perencanaan
Pembangunan Sub.
Bidang Pendidikan dan
Kebudayaan
Perencanaan
Pembangunan Sub
Bidang Sosial
Kesehatan dan
Pemberdayaan
Perencanaan
Pembangunan Sub
Bidang Pemerintahan
Perencanaan
Pembangunan Sub
Bidang Penunjang
Pemerintahan
Penyusunan KUA PPAS
Perencanaan
Pembangunan Sub.
Bidang Penanaman
Modal Tenaga Kerja
dan Pariwisata
Perencanaan
Pembangunan Sub.
Bidang Pertanian
Perdagangan dan
Koperasi
Perencanaan
Pembangunan Sub.
Bidang Prasarana
Wilayah
Perencanaan
Pembangunan Sub.
Bidang Penataan
Ruang Permukiman
dan perkotaan
Perencanaan
Pembangunan Sub.
Bidang Sumber Daya
Alam
Program
Perencanaan
Pembangunan
Penyusunan RPJMD
Sinkronisasi Upaya
Pencegahan dan
Pemberantasan
Korupsi
Penyusunan RKPD
Perencanaan dan
Pengendalian WISMP
Perencanaan dan
Pengendalian
Penanggulangan
Kemiskinan
Pengembangan Kerja
sama Pemerintah
Daerah Dengan
Perguruan Tinggi
6.28 Rp 16.930.200 Rp 16.930.200 Rp 14.404.500 85,08
6.29 Rp 92.468.900 Rp 92.468.900 Rp 89.241.457 96,51
6.30 Rp 164.151.950 Rp 164.151.950 Rp 157.708.642 96,07
9.31 Rp 88.955.800 Rp 88.955.800 Rp 84.458.909 94,94
6.32 Rp 69.825.800 Rp 69.825.800 Rp 63.432.909 90,84
6.33 Rp 110.010.350 Rp 110.010.350 Rp 108.378.666 98,52
6.34 Rp 74.407.100 Rp 74.407.100 Rp 73.340.100 98,57
6.35 Rp 40.982.500 Rp 40.982.500 Rp 34.610.683 84,45
Dilihat dari pencapaian indikator kinerja kegiatan :
1.
2.
1.
1.1
1.2
1.3
2.
2.4
2.5
3
3.6
3.7
3.8
4
4.9
4.10
5
5.11
5.12
6
Pengembangan Kerja sama Pemerintah Daerah Dengan Perguruan Tinggi
Program Perencanaan Pembangunan
Penilaian Prestasi Kerja Fungsional Lewat Angka Kredit
Pendidikan dan Pelatihan Non Formal
Program Kerjasama Pengembangan IPTEK
Jaring Penelitian (Jarlit) Tingkat Kabupaten
Penyusunan Laporan Keuangan
Pengendalian, Evaluasi dan Pelaporan Kinerja
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia SKPD
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Perkantoran
Program Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Kinerja
Penyusunan Perencanaan Kinerja SKPD
Penyediaan Jasa dan Peralatan Perkantoran
Penyediaan Jasa keuangan
Penyediaan Rapat-Rapat, Konsultasi dan Koordinasi
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkantoran
Pengadaan Sarana dan Prasarana Perkantoran
* Sumber dari laporan fungsional kegiatan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon
Progo
Belanja Tidak Langsung ; berupa Belanja Pegawai yang meliputi Biaya Gaji dan Tunjangan dengan
realisasi 99.16 %
Belanja Langsung :
Belanja langsung digunakan untuk membiayai 6 Program dengan jumlah kegiatan sebaynak 35 Kegiatan
dan realisasi kinerja kegiatan sampai bulan Desember 2017 mencapai 90,02 %.
Adapun program dan kegiatan APBD Tahun Anggaran 2017, antara lain adalah :
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Pengendalian Kebijakan
dan Pelaksanaan
Pembangunan Daerah
Pengelolaan Sistem
Informasi
Pembangunan ( SIPD )
Penyusunan Analisis
Data Perencanaan
Pembangunan Daerah
Evaluasi Hasil
Pelaksanaan Rencana
Pembangunan
Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan
Danais, Bantuan
Keuangan Khusus dan Penyusunan Rencana
DAK, Danais, Bantuan
Keuangan Khusus dan
Tugas Pembantuan
Pemantauan dan
Evaluasi Pencapaian
SDGs
Pengendalian, Evaluasi
dan Pelaksanaan DAK
6.13
6.14
6.15
6.16
6.17
6.18
6.19
6.20
6.21
6.22
6.23
6.24
6.25
6.26
6.27
6.28
6.29
6.30
6.31
6.32
6.33
6.34
6.35
1. Pengadaan Peralatan Kantor
2.
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada PT. Astra Graphia Xprins Indonesia dengan alamat Jl. Kramat Raya
Senen Jakarta , untuk pengadaan Laptop 3 unit
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada PT. Bhineka Mentari Dimensi dengan alamat Jl. Gunung Sehari Raya
Jakarta , untuk pengadaan Printer portable 1 unit
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Perkantoran
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada CV. COMPUTA dengan alamat Jl. Cik Di Tiro No. 10 Yogyakarta,
untuk pengadaan alat studio visual Camera
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada PT. ASTRA International TBK dengan alamat Jl. Magelang Km 7,2
Yogyakarta, untuk pengadaan Kendaraan roda dua 5 unit
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada CV. AKBAR dengan alamat Karangjati Indah I B-8/89 Bangunjiwo
Kasihan Bantul Yogyakarta, untuk pengadaan motor kawasaki 1 unit
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada CV. KANA dengan alamat Jl. Gejayan Deresan CT X/IA YK untuk
pengadaan Computer PC 2 unit, Lapto 1 unit dan Printer 2 Unit
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada PT. Citra Total Proteksindo dengan alamat Sugengjeroni No. 72
Yogyakarta, untuk pengadaan alat pemadam kebakaran 2 unit
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada CV. Aero Gis Plantation dengan alamat Bogem Kraton Rt 008
Mulyodadi Bambanglipuro Bantul , untuk pengadaan Drone 1 unit
Penyusunan Rencana DAK, Danais, Bantuan Keuangan Khusus dan Tugas
Pembantuan
Dan Kegiatan-kegiatan yang pelaksanaannya bekerjasama dengan Pihak ketiga (Jasa Pengadaan Barang dan
Jasa / Jasa Konsultansi) sesuai dengan Perubahan APBD tahun 2017, diantaranya adalah :
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada A. TKRIB GRUP dengan alamat Jl. Kyai Mojo No. 44-48 Bumijo,
Yogyakarta, untuk pengadaan AC 1 unit
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada CV. MITRA KARYA UTAMA dengan alamat Jl. Kebon agung Km 3
Kalongan Tlogoadi Mlati Sleman, untuk pengadaan Almari 3 unit , Pantry 4 unit, Meja Kabid 4 unit , Meja
Kasubid 12 Unit, kursi kasubid 2 unit, kursi staf 26 unit,
Penyusunan Analisis Data Perencanaan Pembangunan Daerah
Evaluasi Hasil Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Danais, Bantuan Keuangan Khusus dan
Tugas Pembantuan
Pengendalian, Evaluasi dan Pelaksanaan DAK
Pengendalian Kebijakan dan Pelaksanaan Pembangunan Daerah
Pengelolaan Sistem Informasi Pembangunan ( SIPD )
Perencanaan Pembangunan Sub Bidang Sosial Kesehatan dan Pemberdayaan
Perencanaan Pembangunan Sub Bidang Pemerintahan
Perencanaan Pembangunan Sub Bidang Penunjang Pemerintahan
Pemantauan dan Evaluasi Pencapaian SDGs
Perencanaan Pembangunan Sub. Bidang Penataan Ruang Permukiman dan
perkotaan
Perencanaan Pembangunan Sub. Bidang Sumber Daya Alam
Perencanaan Pembangunan Sub. Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
Penyusunan KUA PPAS
Perencanaan Pembangunan Sub. Bidang Penanaman Modal Tenaga Kerja dan
Pariwisata
Perencanaan Pembangunan Sub. Bidang Pertanian Perdagangan dan Koperasi
Perencanaan Pembangunan Sub. Bidang Prasarana Wilayah
Sinkronisasi Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
Penyusunan RKPD
Perencanaan dan Pengendalian WISMP
Perencanaan dan Pengendalian Penanggulangan Kemiskinan
Penyusunan RPJMD
3. Penyusunan RPJMD
4.
5.
6.
- Perencanaan Pembangunan Sub. Bidang Prasarana Wilayah
Pelaksanaan kegiatan melalui anggaran APBD dan ada proses rembes ke APBN
3.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan untuk tiap kegiatan setelah perubahan adalah sebagai berikut:
NoTarget Setelah
Perubahan
(Rp)
Reali sasi
(Rp)
Penyerapan
(%)
1 3 4 5
0 7.397.322.260 6.933.389.511 93,73
A. 2.999.459.125 2.974.291.760 99,16
I. 2.999.459.125 2.974.291.760 99,16
1.1 2.999.459.125 2.974.291.760 99,16
B. 4.397.863.135 3.959.097.751 90,02
I. 279.679.800 252.779.044 90,38 1 93.362.000 91.146.658 97,63
2 33.100.000 32.350.000 97,73
Belanja Barang dan Jasa
Program Pelayanan Administrasi Penyediaan Jasa dan Peralatan Perkantoran
Penyediaan Jasa keuangan
Uraian Program/Kegiatan
2
BELANJA
Belanja Operasi
Belanja Pegawai
Belanja Gaji dan Tunjangan
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada CV. PRISTA INFORMATIKA dengan alamat Dukuh, RT 052 RW 015
Wijimulyo Nanggulan pada kegiatan Pemeliharaan Software MonevKU
Kegiatan yang pelaksanaannya mengunakan dana hibah LOAN dan APBD adalah :
BAB III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan
Dalam Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo,
melaksanakan Belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 2.999.459.125,25 berupa Belanja Pegawai yakni Belanja
Gaji dan Tunjangan. Disamping itu juga melaksanakan Belanja Langsung sebesar Rp. 4.397.863.135,- yang
meliputi Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa serta Belanja Modal. Belanja Langsung tersebut digunakan
untuk membiayai 6 Program dan dirinci 35 Kegiatan.
Sampai bulan Desember 2017, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo telah
melaksanakan/ merealisasikan Belanja Tidak Langsung sebesar Rp. 2.974.291.760,- ( 99,16 %) berupa Belanja
Pegawai yakni Belanja Gaji dan Tunjangan. Dan juga melaksanakan/ merealisasikan Belanja Langsung
sebesar Rp. 3.959.097.751,- ( 90,02 %) yang meliputi Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa. Belanja
Langsung tersebut digunakan untuk membiayai 6 Program dan dirinci 35 Kegiatan.
Perencanaan dan Pengendalian Penanggulangan Kemiskinan
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada CV. PRISTA INFORMATIKA dengan alamat Dukuh, RT 052 RW 015
Wijimulyo Nanggulan pada kegiatan Pemeliharaan Software Pendataan Keluarga miskin ( evaluasi,
Monev dan pelaporan )
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada PT. PROPORSI dengan alamat Jl. Pakuningratan No 76 Yogyakarta
Kegiatan tersebut adalah Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah ( SPKD )
Penyusunan RKPD
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada CV. PRISTA INFORMATIKA dengan alamat Dukuh, RT 052 RW 015
Wijimulyo Nanggulan pada kegiatan Pemeliharaan Software RencanaKU
Pengendalian Kebijakan dan Pelaksanaan Pembangunan Daerah
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada CV. Papan Indah, alamat Ngruno RT 45 Karangsari Pengasih Kulon
Progo , untuk pekerjaan Rehab atap
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada PT. Mutiara Kencana Murni dengan alamat Jl. Malioboro Yogyakarta
pada kegiatan Sewa ruangan pembahasan RPJMD
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada CV. Kadung Karya Konsultan, alamat Ngramang Kedingsari Pengasih
Kulon Progo, untuk pekerjaan konsultasi pengawasan rehab interior Bappeda
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada CV. ,Mitra Gutama Lima, alamat Jl. Tegalmulyo Gang Teratai D 6 Rt
006, RW 046 Condongcatur , untuk pekerjaan konsultasi Perencanaan rehab interior Bappeda
Belanja Jasa Pihak Ketiga : kepada CV. Trisula, alamat Jl. Godean KM 6,9 Godean Sleman , untuk
pekerjaan Rehab atap, Rehab Interio ruang kerja Bappeda
3 153.217.800 129.282.386 84,38
II 934.612.660 823.556.378 88,12
4 443.250.000 404.240.916 91,20
5 491.362.660 419.315.462 85,34
III 65.951.250 63.348.000 96,05
6 37.201.375 34.843.000 93,66
7 13.750.000 13.611.500 98,99
8 14.999.875 14.893.500 99,29
IV 33.898.000 24.786.150 73,12
9 3.898.000 3.790.750 97,25
10 30.000.000 20.995.400 69,98
V 330.254.350 324.796.500 98,35
11 276.986.350 272.765.700 98,48
12 53.268.000 52.030.800 97,68
VI 2.753.467.075 2.469.831.679 89,70
13 645.774.450 480.517.666 74,41
14 34.313.200 33.464.200 97,53
15 381.198.850 365.131.861 95,79
16 176.600.000 162.809.400 92,19
17 173.911.500 169.099.273 97,23
18 99.212.900 83.840.821 84,51
19 51.902.800 48.211.225 92,89
20 58.351.375 57.835.600 99,12
21 92.851.700 86.755.678 93,43
22 82.365.000 78.345.023 95,12
23 42.928.200 40.855.371 95,17
24 56.233.750 53.971.542 95,98
25 56.142.500 53.721.953 95,69
26 72.201.850 66.478.800 92,07
27 71.746.400 63.217.400 88,11
28 16.930.200 14.404.500 85,08
29 92.468.900 89.241.457 96,51
Perencanaan Pembangunan Sub. Bidang
Pendidikan dan Kebudayaan
Perencanaan Pembangunan Sub Bidang
Sosial Kesehatan dan Pemberdayaan
Perencanaan Pembangunan Sub Bidang
Pemerintahan
Perencanaan Pembangunan Sub Bidang
Penunjang Pemerintahan
Pemantauan dan Evaluasi Pencapaian
SDGs
Pengendalian, Evaluasi dan Pelaksanaan
DAK
Penyusunan KUA PPAS
Perencanaan Pembangunan Sub. Bidang
Penanaman Modal Tenaga Kerja dan
Pariwisata
Perencanaan Pembangunan Sub. Bidang
Pertanian Perdagangan dan Koperasi
Perencanaan Pembangunan Sub. Bidang
Prasarana Wilayah
Perencanaan Pembangunan Sub. Bidang
Penataan Ruang Permukiman dan
perkotaan
Perencanaan Pembangunan Sub. Bidang
Sumber Daya Alam
Program Perencanaan Pembangunan
Penyusunan RPJMD
Sinkronisasi Upaya Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi
Penyusunan RKPD
Perencanaan dan Pengendalian WISMP
Perencanaan dan Pengendalian
Penanggulangan Kemiskinan
Program Peningkatan Kapasitas Sumber
Daya Manusia SKPD
Penilaian Prestasi Kerja Fungsional Lewat
Angka Kredit
Pendidikan dan Pelatihan Non Formal
Program Kerjasama Pengembangan
IPTEK
Jaring Penelitian (Jarlit) Tingkat Kabupaten
Pengembangan Kerja sama Pemerintah
Daerah Dengan Perguruan Tinggi
Pengadaan Sarana dan Prasarana
Perkantoran
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Perkantoran
Program Perencanaan, Pengendalian dan
Evaluasi Kinerja
Penyusunan Perencanaan Kinerja SKPD
Penyusunan Laporan Keuangan
Pengendalian, Evaluasi dan Pelaporan
Kinerja
Penyediaan Rapat-Rapat, Konsultasi dan
Koordinasi
Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Perkantoran
30 164.151.950 157.708.642 96,07
31 88.955.800 84.458.909 94,94
32 69.825.800 63.432.909 90,84
33 110.010.350 108.378.666 98,52
34 74.407.100 73.340.100 98,57
35 40.982.500 34.610.683 84,45
r
Adapun SPP yang dapat direalisasikan terdiri dari :
1. SPP -LS Gaji sebesar 2.974.291.760Rp
2. SPP -UP sesbesar 319.764.000Rp
3. SPP -GU sebesar 2.825.641.535Rp
4. SPP -TU sebesar -Rp
5. SPP -LS Barang dan Jasa sebesar 813.692.216Rp
JUMLAH 6.933.389.511Rp
Dilihat dari pencapaian indikator kinerja keuangan :
1. Belanja Tidak Langsung ;
2. Belanja Langsung :
3.
3.2 Hambatan dan Kendala Pencapaian Target
-
-
-
-
-
-
-
-
Upaya mengatasi kendala/permasalahan antara lain :
Melalukan koordinasi dengan Irda, dan BKAD
Melakukan koordinasi, pengendalian dan pembinaan kepada PPTK agar pembuatan dan
penyampaian SPJ yang lengkap dan benar kepada Bendahara Pengeluaran secepat mungkin dan
tidak menunggu sampai menumpuk.
Melaksanakan koordinasi rutin tentang pengelolaan keuangan di Bappeda.
Memberikan motivasi kepada staf yang mengelola keuangan dan mengirimkan petugas untuk
mengikuti Diklat /Pelatihan.
Melakukan pendidikan dan pelatihan pengelolaan keuangan baik dari segi kelengkapan SPJ atau
besaran dan jenis Pajak yang harus dikenakan.
Hambatan utama kinerja keuangan yang dijumpai dalam pencapaian target yang telah ditetapkan sebagai
berikut:
Terbatasnya jumlah dan kemampuan SDM dibidang keuangan
Belum optimalnya pelaksanaan sistem/ mekanisme dan prosedur dalam pencairan dan
mempertanggunggjawabkan persekot kerja oleh sebagian PPTK, karena keterbatasan tenaga.
Pemberlakuan Spj Tunai dan non tunai , dalam melaksanakan pekerjaan keuangan harus
melakukan verivikasi secara tunai dan non tunai dan dalam pencocokan menemui kesulitan
karena entryan di rekening koran dan di bukti pemindahbukuan atau transfer tidak sama
rinciannya.
Belanja langsung digunakan untuk membiayai 6 Program dengan jumlah kegiatan sebaynak 35 Kegiatan,
dan realisasi kinerja kegiatan mencapai 90,02%
Secara total realisasi keuangan, yang meliputi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung mencapai
93,73%
Dalam rangka pencairan dana, Bendahara pengeleluaran mengajukan SPP kepada PPK dan oleh PPK
diverifikasi dan dibuatkan SPM untuk mengajukan penerbitan SP2D di BUD.
Belanja tidak langsung berupa Belanja Pegawai yang meliputi Biaya Gaji dan Tunjangan dengan realisasi
99,16%
Pengendalian Kebijakan dan Pelaksanaan
Pembangunan Daerah
Pengelolaan Sistem Informasi Pembangunan
( SIPD )
Penyusunan Analisis Data Perencanaan
Pembangunan Daerah
Evaluasi Hasil Pelaksanaan Rencana
Pembangunan
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Danais, Bantuan Keuangan Khusus dan
Tugas Pembantuan
Penyusunan Rencana DAK, Danais,
Bantuan Keuangan Khusus dan Tugas
Pembantuan
3.3. Pengawasan Internal.
Dalam kurun waktu pelaksanaan anggaran tahun 2017 ini , telah dilakukan Pemeriksaan oleh BPK RI
Perwakilan DIY , pada awal triwulan I terhadap kegiatan – Kegiatan tahun 2016 . Dimana Laporan Hasil
Pemeriksaan tidak ditemukan adanya indikasi penyimpangan yang harus diklarifikasi dan ditindak lanjuti.
tetapi dalam pencatatan aset ada yang perlu penjelasan berkaitan dengan pencatatan aset yang berasal
dari kegiatan Pemeliharaan yang dinalai sebagai penambahan modal tetapi pada anggaran masuk pada
rekening anggaran belanja barang dan jasa. Dari arahan BPK bahwa untuk kegiatan pemeliharaan yang
masuk kategori belanja modal seharusnya dari awal penganggaran sudah masuk pada rekening belanja
modal sesuai dengan RABnya. belanja pemeliharaan perbaikan prabot, pengecatan kusen dan jendela
tidak memenuhi batas kapitalisasi asset tetap.
Dari pemeriksaan irda diawal tahun 2017 dilakukan pemeriksaan untuk kegiatan 2016 dan dari hasil
pemeriksaan tersebut terdapat temuan dari bebrapa rekening diantaranya adalah adanya pemberian
honor yang melebihi golongan ruang, adanya kelebihan pemberian jam lembur dan adanya pelaksanaan
perjalanan dinas yang dilaksanakan berbarengan dengan kegiatan lembur atau rapat. dari hasil
pemeriksaan tersebut ada senilai Rp. 3.005.000,- yang harus diserahkan ke kasda dan sudah
ditindaklanjuti dengan setor ke kasda.
5.1.1 P E N D A P A T A N
5.1.1.1 Pendapatan Asli Daerah ( PAD )
5.1.1.2 Pendapatan Transfer
5.1.1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
5.1.2 BELANJA
Anggaran Realisasi Lebih/(Kurang) Realisasi 2016
Rp Rp Rp Rp 6.734.072.260Rp 6.311.242.295Rp 422.829.965Rp 6.779.916.221Rp
663.250.000Rp 622.147.216Rp 41.102.784Rp 825.770.000Rp
-Rp -Rp -Rp -Rp
-Rp -Rp -Rp -Rp
7.397.322.260Rp 6.933.389.511Rp 463.932.749Rp 7.605.686.221Rp
Anggaran Realisasi Lebih/(Kurang) Realisasi 2016
Rp Rp Rp Rp
a. Belanja Pegawai 4.030.998.125Rp 3.978.515.260Rp 52.482.865Rp 4.243.484.869Rp
b. Belanja Barang dan jasa2.703.074.135Rp 2.332.727.035Rp 370.347.100Rp 2.556.431.352Rp
c. Penyusutan dan Amortisasi-Rp -Rp -Rp -Rp
6.734.072.260Rp 6.311.242.295Rp 422.829.965Rp 6.799.916.221Rp
Anggaran Realisasi Lebih/(Kurang) Realisasi 2016
Rp Rp Rp Rp
a. Belanja Pegawai 4.030.998.125Rp 3.978.515.260Rp 52.482.865Rp 4.243.484.869Rp
4.030.998.125Rp 3.978.515.260Rp 52.482.865Rp 4.243.484.869Rp
Jumlah realisasi Belanja Daerah sampai bulan Desember TA 2017 sebesar Rp6.311.389.511,- atau 93,72 % dari
anggaran sebesar Rp 6.734.072.260,-.
5.1.2.1 Belanja Operasi
Belanja Operasi Bappeda Kabupaten Kulon Progo meliputi Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa,
dengan realisasi TA 2017 sebagai berikut :
Belanja Operasi
Jumlah
Jumlah realisasi Belanja Operasi sampai bulan Desember TA 2017 sebesar Rp 6.311.242.295,- atau 93,72 %
dari anggaran sebesar Rp6.734.072.260,-.
a. Belanja Pegawai
Realisasi Belanja Pegawai sebesar Rp 3.978.515.260,-atau 98, 70 % dari total aggaran belanja
pegawai Rp. 4.030.998.125,-
Belanja Operasi
Jumlah
b. Belanja Barang dan jasa
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah merupakan PAD dari berbagai sumber yang
bersifat tidak tetap maupun rutin.
Pendapatan Transfer berasal dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DIY, meliputi Transfer
Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan, Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya dan Transfer Pemerintah
Provinsi .
Realisasi penerimaan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah.
( Badan Perencanaan Pembangunan Daerah bukan merupakan SKPD pendapatan sehingga tidak ada
pendapatan yang di terima BAPPEDA)
Belanja Daerah meliputi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung dalam TA 2017 di Bappeda
Kabupaten Kulon Progo terdapat sebanyak 6 Program dan 35 Kegiatan . Komposisi belanja sampai dengan
bulan Desember 2017 adalah sebagai berikut :
Belanja Daerah
Belanja Operasi
Belanja Modal
Belanja Tak Terduga
Transfer
Jumlah
BAB V. PENJELASAN POS - POS LAPORAN KEUANGAN
5.1 PENJELASAN POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Pendapatan Daerah Kabupaten Kulon Progo meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan
Transfer, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, dan Bappeda bukan merupakan SKPD penghasil
Pendapatan.
a. Pajak Daerah
Pajak Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda).
Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Kulon Progo dikelola oleh DPPKA.
b. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah merupakan PAD yang tarifnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda).
Pendapatan Retribusi Daerah dikelola oleh masing - masing SKPD penghasil
c. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Realisasi pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan
PAD dari pembagian atas laba perusahaan milik daerah
d. Lain-lain PAD yang Sah
Anggaran Realisasi Lebih/(Kurang) Realisasi 2016
Rp Rp Rp Rp
a. Belanja Barang dan Jasa 2.703.074.135Rp 2.332.727.035Rp 370.347.100Rp 2.556.431.352Rp
2.703.074.135Rp 2.332.727.035Rp 370.347.100Rp 2.556.431.352Rp
Anggaran Realisasi Sisa Keterangan
279.679.800Rp 252.779.044Rp 26.900.756Rp
93.362.000Rp 91.146.658Rp 2.215.342Rp
33.100.000Rp 32.350.000Rp 750.000Rp
153.217.800Rp 129.282.386Rp 23.935.414Rp Sisa ada pada
rekening rapat
yang dalam
pelaksanannya
sesuai dengan
kebutuhan dan
sudah terpenuhi
dengan anggran
di masing masing
kegiatan
934.612.660Rp 823.556.378Rp 111.056.282Rp
443.250.000Rp 404.240.916Rp 39.009.084Rp
491.362.660Rp 419.315.462Rp 72.047.198Rp pelaksanaan
sesuai dengan
kebutuhan
pemeliharaan dan
servis
65.951.250Rp 63.348.000Rp 2.603.250Rp
37.201.375Rp 34.843.000Rp 2.358.375Rp
13.750.000Rp 13.611.500Rp 138.500Rp
14.999.875Rp 14.893.500Rp 106.375Rp
33.898.000Rp 24.786.150Rp 9.111.850Rp
3.898.000Rp 3.790.750Rp 107.250Rp
30.000.000Rp 20.995.400Rp 9.004.600Rp
330.254.350Rp 324.796.500Rp 5.457.850Rp
276.986.350Rp 272.765.700Rp 4.220.650Rp
53.268.000Rp 52.030.800Rp 1.237.200Rp
2.753.467.075Rp 2.469.831.679Rp 273.423.829Rp
645.774.450Rp 480.517.666Rp 165.256.784Rp Pelaksanaan
cetak tidak semua
dilaksanakan,
hanya cetak
dokumen yang
dilaksanakan dan
cetak materi
pada
pembahasan
cukup dengan soft
copy 34.313.200Rp 33.464.200Rp 849.000Rp Pelaksanan di
TW IV
Program Kerjasama
Pengembangan Iptek
Pendidikan dan Pelatihan Non
Formal
Jaring penelitian (Jarlit) tingkat
kabupaten
Pengembangan Kerjasama
Pemerintah Daerah Dengan
Perguruan Tinggi
Program Perencanaan
Pembangunan
Penyusunan RPJMD
Sinkronisasi Upaya Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi
Penyusunan Perencanaan
Kinerja SKPD
Penyusunan Laporan Keuangan
Pengendalian, Evaluasi dan
Pelaporan Kinerja
Program Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya
Manusia SKPDPenilaian Prestasi Kerja Pegawai
Fungsional Lewat Angka Kredit
Belanja Operasi
Jumlah
Realisasi belanja barang dan jasa Tahun Anggaran 2017 sampai bulan Desember kurang dari target
diantaranya (yang menurut kami cukup signifikan) sebagai berikut:
Kegiatan
Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
Penyediaan Jasa dan Peralatan
Perkantoran
Penyediaan Jasa keuangan
Penyediaan Rapat-Rapat,
Konsultasi dan Koordinasi
Program Peningkatan Sarana
dan Prasarana Perkantoran
Pengadaan Sarana dan
Prasarana Perkantoran
Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana Perkantoran
Program Perencanaan,
Pengendalian dan Evaluasi
Kinerja
Realisasi Belanja Barang dan jasa sebesar Rp 2.332.727.035,- atau 86,30 % dari total aggaran belanja
pegawai Rp 2.703.074.135,-
381.198.850Rp 365.131.861Rp 18.602.827Rp
176.600.000Rp 162.809.400Rp 13.790.600Rp
173.911.500Rp 169.099.273Rp 4.812.227Rp
99.212.900Rp 83.840.821Rp 3.691.575Rp pelaksanaan
lembur tidak bisa
dilaksanakan
secara maksimal
dan ada selisih
perhitungan yang
cukup banyak
antara uang
lembur dengan
makan minum
lembur
51.902.800Rp 48.211.225Rp 3.691.575Rp
58.351.375Rp 57.835.600Rp 515.775Rp
92.851.700Rp 86.755.678Rp 6.096.022Rp
82.365.000Rp 78.345.023Rp 4.019.977Rp
42.928.200Rp 40.855.371Rp 2.072.829Rp
56.233.750Rp 53.971.542Rp 2.262.208Rp
56.142.500Rp 53.721.953Rp 2.420.547Rp
72.201.850Rp 66.478.800Rp 5.723.050Rp
71.746.400Rp 63.217.400Rp 8.529.000Rp efisiensi
pelaksnaan rapat,
ada rapat yang
dilaksanakan
bersamaan
dengan kegiatan
lain dalam bidang
16.930.200Rp 14.404.500Rp 2.525.700Rp Pelaksanaan
kegiatan
disesuaikan
dengan agenda
kegiatan yang
dilakanakan di
pusat dan propinsi
92.468.900Rp 89.241.457Rp 3.227.443Rp
164.151.950Rp 157.708.642Rp 6.443.308Rp
88.955.800Rp 84.458.909Rp 4.496.891Rp
69.825.800Rp 63.432.909Rp 6.392.891Rp
110.010.350Rp 108.378.666Rp 1.631.684Rp
74.407.100Rp 73.340.100Rp 99Rp
40.982.500Rp 34.610.683Rp 6.371.817Rp
Anggaran Realisasi Lebih/(Kurang) Realisasi 2016
Rp Rp Rp Rp
Penyusunan Analisis Data
Perencanaan Pembangunan
Daerah
b. Belanja Modal
Belanja Daerah
Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Danais, Bantuan
Keuangan Khusus dan Tugas
Pembantuan Penyusunan Rencana DAK,
Danais, Bantuan Keuangan
Khusus dan Tugas Pembantuan
Perencanaan Pembangunan Sub
Bidang Sosial Kesehatan dan
Pemberdayaan
Perencanaan Pembangunan Sub
Bidang Pemerintahan
Penyusunan RKPD
Perencanaan dan Pengendalian
WISMP
Perencanaan dan Pengendalian
Penanggulangan Kemiskinan
Penyusunan KUA PPAS
Perencanaan Pembangunan
Sub. Bidang Penanaman Modal
Tenaga Kerja dan Pariwisata
Perencanaan Pembangunan Sub
Bidang Penunjang Pemerintahan
Perencanaan Pembangunan
Sub. Bidang Prasarana Wilayah
Perencanaan Pembangunan
Sub. Bidang Penataan Ruang
Permukiman dan perkotaan
Perencanaan Pembangunan
Sub. Bidang Sumber Daya Alam
Evaluasi Hasil Pelaksanaan
Rencana Pembangunan
Pemantauan dan Evaluasi
Pencapaian SDGs
Pengendalian, Evaluasi dan
Pelaksanaan DAK
Pengendalian Kebijakan dan
Pelaksanaan Pembangunan
Daerah
Pengelolaan Sistem Informasi
Pembangunan ( SIPD )
Perencanaan Pembangunan
Sub. Bidang Pendidikan dan
Kebudayaan
Perencanaan Pembangunan
Sub. Bidang Pertanian
Perdagangan dan Koperasi
663.250.000Rp 622.147.216Rp 41.102.784Rp 309.411.700Rp
663.250.000Rp 622.147.216Rp 41.102.784Rp 309.411.700Rp
Anggaran Realisasi Lebih/Kurang Keterangan -Rp -Rp -Rp
124.070.000Rp 119.884.250Rp 4.185.750Rp
-Rp -Rp -Rp
8.500.000Rp 8.086.396Rp 413.604Rp
20.000.000Rp 19.932.000Rp 68.000Rp
2.000.000Rp 2.000.000Rp -Rp
78.000.000Rp 73.039.930Rp 4.960.070Rp
17.600.000Rp 13.707.340Rp 3.892.660Rp
20.000.000Rp -Rp 20.000.000Rp
80.180.000Rp 80.112.000Rp 68.000Rp
27.400.000Rp 24.222.000Rp 3.178.000Rp
24.000.000Rp 23.892.000Rp 108.000Rp
41.500.000Rp 39.365.000Rp 2.135.000Rp
219.200.000Rp 217.906.300Rp 1.293.700Rp
662.450.000Rp 622.147.216Rp 4.667.354Rp
Rincian lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran ( DAFTAR ASET ).
5.2.1 Aset
5.2.1.1 Aset Lancar
2017 2016
Rp Rp
a. Kas di Kas Daerah 0,00 0,00
b. Kas di Bendahara Pengeluaran 1.030.000,00 3.005.000,00
1.030.000,00 3.005.000,00
No Jumah Keterangan
1
40.000,00Rp
90.000,00Rp
Jumlah tersebut merupakan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran sampai dengan tanggal 31 Desember 2017
dengan rincian sebagai berikut :
Jumlah
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin - Pengadaan Alat Kantor
Lainnya
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin - Pengadaan Alat
Pendingin
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin - Pengadaan Alat Rumah
Tangga Lainnya (Home Use)
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin - Pengadaan Alat
Pemadam Kebakaran
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin - Pengadaan Personal
Komputer
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin - Pengadaan Peralatan
Personal Komputer
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin - Pengadaan Lemari dan
Arsip Pejabat
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin - Pengadaan Kendaraan
Bermotor Beroda Dua
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin - Pengadaan Peralatan
Jaringan
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin - Pengadaan Meja Kerja
Pejabat
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin - Pengadaan Kursi Kerja
Pejabat
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin - Pengadaan Peralatan
Studio Visual
Belanja Modal Gedung dan
Bangunan - Pengadaan
Bangunan Gedung Garasi/Pool
Belanja Modal
Jumlah
Realisasi Belanja Modal Tahun Anggaran 2017 sampai bulan Desember sebesar Rp 622.147.216 atau 93,80
% dari anggaran sebesar Rp 663.250.000,- . dengan rincian sebagai berikut :
Belanja Modal :
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin - Pengadaan Kendaraan
Dinas Bermotor Roda Empat
Ada beberapa rencana pengadaan yang tidk jadi dilaksanakan karena kebiakan adalah pengadaan brankas,
pengadaan mobil dan pengadaan bangunan gedung( garasi )
Kas dan Bank:
Jumlah :
Ada kas di bendahara senilai Rp. 1.030.000,- adalah pengembalian hasil pemeriksaan dan sudah disetor ke
kasda pada tanggal 12 Februari 2018, dengan rincian sebagai berikut :
K Uraian
5.2.2.01.01 Honorarium Tim Pelaksanaan Kegiatan :
Perencanaan Pembangunan Sub,Bidang
Penunjang Pemerintahan
Pengembangan kerjasama Pemerintah
Daerah dengan Pergurunan Tinggi
75.000,00Rp
425.000,00Rp
195.000,00Rp
55.000,00Rp
150.000,00Rp
Jumlah Rp 1.030.000,00
5.2.1.2 Persediaan
2017 2016
Rp Rp
1) Alat Tulis Kantor (ATK) 0,00 1.204.500,00
2) Alat listrik 0,00 238.000,00
3) Belanja Meterai 0,00
4) Belanja Cetak 645.000,00
5) Alat Kebersihan 282.000,00
927.000,00 1.442.500,00
Rincian lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran DAFTAR PERSEDIAAN.
5.2.1.3 Aset Tetap
II. ASET TETAP
Aset Tetap
2017 2016
Rp Rp
1. 0,00 0,00
2. 2.157.110.916,00 2.141.547.720,00
3. 736.057.639,00 610.916.539,00
4. 0,00 0,00
5. 1.728.000,00 1.104.000,00
2.894.896.555,00 2.753.568.259,00
2017 2016
Rp Rp
1. 0,00 0,00
2. 2.152.764.916,00 2.134.266.990,00
3. 736.057.639,00 610.916.539,00
4. 0,00 0,00
5. 1.728.000,00 1.104.000,00
2.890.550.555,00 2.746.287.529,00
2017 2016
Rp Rp
1. - -
2. 4.346.000,00 10.791.600,00
Aset Tetap :
Tanah
Pengelolaan SIPD
Sinkronisasi Upaya Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi
Peralatan dan mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Tanah
Persediaan
Akun ini menggambarkan saldo aset tetap berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
dan digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum per 31 Desember
2017 dan merupakan aset Ekstrakomtable dan intrakomtable, dengan rincian sebagai berikut :
Jumlah
Aset tetap berwujud per 31 Desember 2017 yang merupakan aset Ekstrakomtable, dengan
rincian sebagai berikut :
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Jumlah
Aset tetap berwujud per 31 Desember 2017 yang merupakan aset intrakomtable, dengan rincian
sebagai berikut :
Aset Tetap :
Gedung dan Bangunan
Aset Tetap :
Tanah
Peralatan dan mesin
Peralatan dan mesin
Penyusunan Analisis Data Perencanaan
Pembangunan Daerah
Penyusunan RPJMD
Penyusunan RKPD
Saldo akun ini menggambarkan jumlah persediaan barang yang mempunyai sifat habis pakai dan diperoleh
dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional BAPPEDA.
Rincian saldo persediaan per 31 Desember 2017, sebagai berikut.
3. - -
4. - -
5. - -
4.346.000,00 10.791.600,00
Aset Tetap Per 31
Desember 2017Penyusutan 2017
Saldo Awal
Penyusutan 2016
0,00 - -
2.157.110.916,00 1.233.930.086,00 1.259.680.620,00
736.057.639,00 356.703.774,00 149.726.469,00
0,00 - 0,00
1.728.000,00 - 0
0,00 - -
2.894.896.555,00 1.590.633.860,00 1.409.407.089,00
Aset Tetap Per 31
Desember 2017Penyusutan 2017
Saldo Awal
Penyusutan 2016
0,00 - -
2.152.764.916,00 1.229.584.086,00 1.252.399.890,00
736.057.639,00 356.703.774,00 149.726.469,00
0,00 - 0,00
1.728.000,00 - 0
0,00 - -
2.890.550.555,00 1.586.287.860,00 1.402.126.359,00
Aset Tetap Per 31
Desember 2017Penyusutan 2017
Saldo Awal
Penyusutan 2016
0,00 - -
4.346.000,00 4.346.000,00 7.280.730,00
- 0,00 0,00
0,00 - 0,00
0,00 - 0
0,00 - -
4.346.000,00 4.346.000,00 7.280.730,00
1.
Bappeda tidak memiliki aset yang berupa tanah
2.
Tambah Kurang
Konstruksi dalam Pengerjaan
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Jumlah
Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 40 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Akuntansi Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bupati
Kulon Progo Nomor 50 Tahun 2013 bahwa untuk pelaporan aset tetap berlaku ketentuan sebagai berikut.
Barang milik daerah yang memenuhi batasan nilai minimum kapitalisasi aset tetap dicatat secara
intrakomptabel dan disajikan dalam neraca, barang milik daerah yang tidak memenuhi batasan nilai
minimum kapitalisasi aset tetap dicatat secara ekstrakomptabel dan disajikan dalam catatan atas
laporan keuangan (CALK).
Dalam Akuntansi penyusutan adalah jumlah yang bisa disusutkan dialokasikan ke setiap periode
akuntansi selama masa manfaat aset tetap menggunakan berbagai metode penyusutan
Terkait penyusutan aset tetap tahun 2017 dilakukan penyajian per jenis aset tetap sebagai berikut.
Uraian
JUMLAH
Penyusutan Aset tetap berwujud per 31 Desember 2017 yang merupakan aset intrakomtable, dengan
rincian sebagai berikut :
Penyusutan Aset tetap berwujud per 31 Desember 2017 yang merupakan aset Ekstrakomtable, dengan
rincian sebagai berikut :
Uraian
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Uraian
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jembatan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
JUMLAH
Peralatan dan mesin
Saldo peralatan dan mesin per 31 Desember 2017 disajikan sebesar Rp2.152.764.916,- dengan
rincian sebagai berikut :
NO Bidang Aset 2017MUTASI
2016
Saldo Aset Tetap per 31 Desember 2017 yang tersaji dalam Neraca merupakan nilai aset dalam catatan
intrakomtabel dengan penjelasan rincian aset tetap sebagai berikut :
Tanah
Jalan, Irigasi dan Jembatan
Aset Tetap Lainnya
JUMLAH
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jembatan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
1 834.599.210 119.884.250 35.000.000 749.714.960
2 1.198.938.341 244.991.666 296.405.930 1.250.352.605
-
3 119.227.365 39.365.000 54.337.060 134.199.425
2.152.764.916 404.240.916 385.742.990 2.134.266.990
3.
Tambah Kurang
1. 736.057.639 125.141.100 610.916.539,00
Ju 736.057.639 125.141.100 - 610.916.539,00
Tambahan nilai aset gedung dan bangunan 2017 terdiri dari :
Rehab ruang rapat dan ruang kerja 101.340.800
Perencanaan - 13.500.300
Pengawasan 9.500.000
Honor Pejabat pengadaan 800.000
Jumlah 125.141.100
4.
Bappeda tidak memiliki Aset Jalan, irigasi dan jaringan
5.
Tambah Kurang
1. 1.728.000,00 624000 0 1.104.000,00
5.2.1.4 Aset Lainnya
II. Aset Lainnya
Aset Tidak Berwujud
2017 2016
Rp Rp
1. 0,00 0,00
Saldo aset lainnya per 31 Desember 2017 disajikan sebesar Rp 375.687.500 dengan Amortisasi aset tak
berwujud sebesar Rp279.855.000,00 dengan rincian sebagai berikut.
Aset Tetap :
Tagihan Jangka Panjang
Gedung dan
Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
NO Bidang Aset 2017MUTASI
dalam tahun 2017 ada kegiatan rehab ruang kerja senilai Rp. 194.106.000, Perencanaan Rp. 13.500.300,
honor pejabat pengadaan Rp. 800.000 dan Pengawasan Rp. 9.500.000,- sehingga total biaya rehab Rp.
217.906.300,- dan dari nilai tersebut biaya yang tidak masuk dikapitalisasi sebesar Rp. 92.765.200,-
2016
Aset Tetap
Lainnya
Sejalan dengan Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 40 Tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Akuntansi Keuangan Daerah, saldo aset tetap per 31 Desember 2017 yang tersaji
dalam Neraca Rp 2.890.550.555,00 adalah merupakan nilai aset tetap dalam catatan intrakomtabel,
sedangkan untuk nilai aset tetap yang dicatat secara ekstrakomptabel sebesar Rp 4.346.000,00.
Aset Tidak berwujud adalah aset yang secara fisik tidak dinyatakan atau tidak mempunyai wujud fisik serta
dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya
termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset tidak berwujud dapat diperoleh melalui pembelian atau
dapat dikembangkan sendiri oleh pemerintah.
Ketentuan dalam pengakuan aset tidak berwujud sesuai dengan Perbub Nomor 43 Than 2016 tentang
Perubahan kedua atas peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 24 tahun 2014 Tentang Kebjakan Akuntansi
Pememrintah Daerah dicatat sebesar harga perolehan namun jika tidak bisa ditelusuri maka dicatat
sebesar nilai wajar. Dan biaya yang dikeluarkan setelah biaya perolehan awal dari aset tidak berwujud
tidak menambah masa manfaat namun tetap dikapitalisasi.
Akun ini menggambarkan saldo Tagihan jangka panjang, Kemitraan dengan pihak ke tiga, aset tak
berwujud, Aset lain lain dan amortisasi, yang digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum sampai per 31 Desember 2017, dengan rincian sebagai berikut :
Alat
Angkutan
Darat
Bermotor Alat Kantor
dan Rumah
Tangga
Alat Studio
dan
Komunikasi
Gedung dan Bangunan
Saldo Gedung dan Bangunan per 31 Desember 2017 disajikan sebesar Rp 736.057.639,-
dengan rincian sebagai berikut :
NO Bidang Aset 2017MUTASI
2016
Alat Kantor
dan Rumah
Tangga
lainnya (
home Use )
Jumlah
2. 0,00 0,00
3. 375.687.500,00 265.725.000,00
4. 0,00 2.875.500,00
5. (279.855.000,00) (130.005.000,00)
95.832.500,00 138.595.500,00
- SIM Rencanaku 25.000.000,00
- SIM Monevku 25.000.000,00
- SIM Pendataan Keluarga Miskin 15.000.000,00
-
44.962.500,00
109.962.500,00
Tambah Kurang
1 - - -
2
- - - -
3 375.687.500 109.962.500 - 265.725.000
4 - - - 2.875.500
5 279.855.000 - (409.860.000) (130.005.000)
655.542.500
5.2.2 Kewajiban
5.2.2.1 Kewajiban Janga Pendek
2017 2016
Rp Rp
a. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 0,00 -
b. Utang Beban 3.516.393,00 3.081.551,00
- Beban Listrik 3.353.898,00
- Beban Telephon 162.495,00
c. Utang Jangka Pendek Lainnya 0,00 -
Jumlah :3.516.393,00 3.081.551,00
5.2.2.2 EKUITAS
1. Ekuitas
2017 2016
Ekuitas 1.307.894.571,00 1.391.634.193,00
1.307.894.571,00 1.391.634.193,00
5.2.3 LAPORAN OPERASIONAL
5.2.3.1 Pendapatan LO -
5.2.3.1 Beban LO
2017 2016
a. Beban Pegawai - LO 6.414.386.581,00 4.243.484.869,00
b. Beban Persediaan 3.977.485.260,00
Tagihan Jangka
Panjang
Kemitraan
dengan Pihak
Ketiga
Aset Tidak
Berwujud
Aset Lain lain
Amortisasi
Akun ini menggambarkan jumlah kewajiban daerah yang akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari
satu tahun sejak tanggal 31 Desember 2017, yang meliputi Utang PFK, Bagian Lancar Utang Dalam
Negeri - Pemerintah Pusat, dan Utang Jangka Pendek lainnya .
Utang Jangka Pendek
Akun ini menggambarkan jumlah kekayaan bersih Bappeda Kabupaten Kulon Progo, yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban per 31 Desember 2017. Saldo per 31 Desember
2017 dan 2016 dapat dirinci sebagai berikut.
Beban LO merupakan belanja atau beban yang telah benar-benar dimanfaatkan dan terjadi
pada tahun berkenaan, dengan realisasi sampai 31 Desember 2017 sebagai berikut.
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tidak Berwujud
Aset Lain lain
Amortisasi
Jumlah Aset Lainnya
Aset tidak berwujud di bappeda terdiri dari :
NO Bidang Aset 2017MUTASI
2016
Penyusunan SPKD ( Strategi
Penanggulangan Kemiskinan
Daerah )
c. Beban Jasa 294.238.159,00
d. Beban Pemeliharaan 216.459.566,00
e. Beban Perjalanan Dinas 691.337.565,00
f. Beban Penyusutan dan Amortisasi 141.208.473,00
5.2.3 LAPORAN PERUBAHAN EKUTAS
2017 2016
Ekuitas 1.307.894.571,00 3.266.060.325,00
1.307.894.571,00 3.266.060.325,00
Kepala
Ir. AGUS LANGGENG BASUKI
NIP : 196108011989031005
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Tahun 2016 adalah tahun pertama penyusunan Laporan
Perubahan Ekuitas.
Wates, 31 Desember 2017
BAB VI Penjelasan atas Informasi Non Keuangan
a.
b. Dibentuk bedasarkan :
-
-
-
Susunan Organisasi, Fungsi, Tugas dan Uraian Tugas :
1. Kepala Badan
2. Sekretariat terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian ;
b. Sub Bagian Perencanaan ; dan
c. Sub Bagian Keuangan.
3. Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah
a.
b.
c.
4. Bidang Pemerintahan dan Kesra
a. Sub Bidang Pemerintahan
b. Sub Bidang Penunjang Pemerintahan
c. Sub Bidang Dikbud Kominfo
5. Bidang Sosial Ekonomi
a. Sub Bidang Soskes dan Pemberdayaan
b. Sub Bidang Penenaman Modal Naker dan Pariwisata
c. Sub Bidang Pertanian Perdagangan dan Koperasi
6. Bidang Analisis Data dan Perencanaan Pembangunan
a. Sub Bidang Analisis Data Pembangunan
b. Sub Bidang Perencanaan Pembangunan
7. Bidang Penelitian , Pengembangan dan Pengendalian
a. Sub Bidang Pengendalian.
b. Sub Bidang Evaluasi
c. Sub Bidang Penelitian Pemgembangan
c.
d.
1. Menyusun perencanaan pembangunan ekonomi ;
2. Menyusun perencanaan pembangunan prasarana wilayah ;
3. Menyusun perencanaan tata ruang dan pembangunan lingkungan hidup ;
4. Menyusun perencanaan pemerintahan ;
5. Menyusun perencanaan sosial budaya ;
6. Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan statistik ;
7. Melaksanakan perencanaan dan pengendalian pembangunan ;
8. Melaksanakan kegiatan ketatausahaan.
c.
1.
2.
3.
d.
e.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo mempunyai alamat di Jl. Perwakilan
No. 1 Wates, Kulon Progo. Telp(0274) 773247. Fax(0274) 774126
Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2008 , tentang Urusan
Pemerintahan Daerah ;
Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 4 Tahun 2008 , tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah ;
Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 6 Tahun 2008, tentang Uarian Tugas Pada Unsur
Organisasi Terendah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ;
Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo, adalah sebagai
berikut:
Sub Bidang Prasarana Wilayah
Sub Bidang Penataan Ruang Permukiman dan Perkotaan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai fungsi :
Sub Bidang Sumber Daya Alam
Perumusan Kebijkan Teknis Perencanaan, Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah, Pembinaan
dan Pelaksanaan tugas dibidang perencanaan Pembangunan Daerah, dan pelaksanaan tugas lain yang
diberikan Bupati di bidang Perencanaan Pembangunan Daerah.
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai Tugas
Selain itu dalam melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan bekerjasama dengan pihak ketiga
(rekanan/konsultan) juga didasarkan pada instruksi pemerintah / provinsi yaitu :
Peraturan Presiden 70 tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54
tahun 2010 tentang Pengadaan barang / jasa pemerintah
Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 60 tahun 2010 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas
Pemerintah Daerah
Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 17 tahun 2016 tentang Standarisasi Harga Barang dan Jasa
Selama Tahun Anggaran 2017 Jabatan strutural sejumlah ; yakni Eselon II 1 (satu), Eselon III 6 (enam)
dan eselon IV 16 (Enam belas)
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo, bukan merupakan penggabungan /
pemekaran.
BAB VII PENUTUP
1.
2.
3.
*) Untuk SKPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah tidak ada penerimaan.
ttd.
Dalam Tahun Anggaran 2017, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo
memperoleh alokasi anggaran Belanja Tidak langsung dan Belanja Langusng sebesar
Rp7.397.322.260,25,-Dari jumlah tersebut sampai bulan Desember 2017 telah digunakan sebesar Rp
6.933.389.511,- atau sebesar 93,73 % dari anggaran tersedia.
Dana sebesar Rp 6.933.389.511,- (realisasi) tersebut digunakan untuk menunjang palaksanaan kegiatan
yang menjadi tugas pokok dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo
yang meliputi 6 Program dan dirinci menjadi 35 Kegiatan, yang telah dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Dari target penerimaan Rp 0,- dapat direalisasikan sebesar Rp 0,- atau sebesar 0,- % dari target.
Wates, 31 Desember 2017
Pengguna Anggaran
Ir. AGUS LANGGENG BASUKI
NIP.196108011989031005