Pemeriksaan_fisik_sistem_pencernaan.pdf

26
 PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN A. Pe ng er ti an Si stem Pe ncernaan Sist em pencer naa n ter dir i atas salu ran pen cer naa n dan kel enj ar-k elen jar  pencernaan. Fungsi sistem pencernaan adalah memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkan bagi tubuh. Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural tertentu yang terdiri atas 4 lapisan utama yaitu: lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot, dan lapisan serosa (Junqeira (2000). 1. Lap isan muko sa terd iri ata s (1) epit el pembat as; (2) la min a propria ya ng terd iri dari jaringan penyambung jarang yang kaya akan pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos, kadang-kadang mengandung juga kelenjar-kelenjar dan jaringan limfoid; dan (3) muskularis mukosa. 2. Sub muk osa terdiri atas jarin gan penya mbu ng jaran g denga n banyak pembulu h dar ah dan limfe, ple ksus sara f sub muk osa (juga din ama kan Mei ssne r), dan kelenjar-kelenjar dan/atau jaringan limfoid. 3. La pi san otot tersusun atas: (1) sel-sel ot ot polos, berdasarkan susunannya dibedakan menjadi 2 sublapisan menurut arah utama sel-sel otot yaitu sebelah dalam (dekat lumen ), umumnya tersusun melin gkar (sirku ler); pada sublapisan luar, kebanyakan memanjang (longitudinal). (2) kumpulan saraf yang disebut  pleksus mienterik (Auerbach), yang terletak antara 2 sublapisan otot. (3)  pembuluh darah dan limfe. 4. Serosa me rupaka n lapi san tipi s yang terdir i at as (1) jar ingan penyambung  jarang, kaya akan pembuluh darah dan jaringan adiposa; dan (2) epitel gepeng selapis (mesotel). 1

Transcript of Pemeriksaan_fisik_sistem_pencernaan.pdf

  • PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN

    A. Pengertian Sistem Pencernaan

    Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar

    pencernaan. Fungsi sistem pencernaan adalah memperoleh zat-zat makanan yang

    dibutuhkan bagi tubuh. Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural

    tertentu yang terdiri atas 4 lapisan utama yaitu: lapisan mukosa, submukosa, lapisan

    otot, dan lapisan serosa (Junqeira (2000).

    1. Lapisan mukosa terdiri atas (1) epitel pembatas; (2) lamina propria yang terdiri

    dari jaringan penyambung jarang yang kaya akan pembuluh darah kapiler dan

    limfe dan sel-sel otot polos, kadang-kadang mengandung juga kelenjar-kelenjar

    dan jaringan limfoid; dan (3) muskularis mukosa.2. Submukosa terdiri atas jaringan penyambung jarang dengan banyak pembuluh

    darah dan limfe, pleksus saraf submukosa (juga dinamakan Meissner), dan

    kelenjar-kelenjar dan/atau jaringan limfoid.3. Lapisan otot tersusun atas: (1) sel-sel otot polos, berdasarkan susunannya

    dibedakan menjadi 2 sublapisan menurut arah utama sel-sel otot yaitu sebelah

    dalam (dekat lumen), umumnya tersusun melingkar (sirkuler); pada sublapisan

    luar, kebanyakan memanjang (longitudinal). (2) kumpulan saraf yang disebut

    pleksus mienterik (Auerbach), yang terletak antara 2 sublapisan otot. (3)

    pembuluh darah dan limfe.4. Serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas (1) jaringan penyambung

    jarang, kaya akan pembuluh darah dan jaringan adiposa; dan (2) epitel gepeng

    selapis (mesotel).

    1

  • B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan

    1. Rongga mulut.

    Rongga mulut adalah pintu awal masuknya makanan ke dalam tubuh.

    Rongga mulut sebagai salah satu bagian dari sistem pencernaan yang merupakan

    2

  • pintu gerbang di mana di dalamnya terjadi proses kompleks yang dijalankan oleh

    fungsi gigi, kelenjar ludah dan lidah. Pada saat di rongga mulut terjadi proses

    pencernaan mekanik dan kimiawi. Adapun empat fungsi penting rongga mulut

    adalah sebagai pemilih makanan, pengunyahan untuk menghaluskan makanan,

    pelumas makanan.

    2. Esofagus.

    Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan

    lambung. Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Pada saluran

    esophagus terdapat gerakan peristaltic untuk mendorong makanan ke lambung.

    3

  • 3. Lambung.

    Lambung berbentuk seperti kantung. Pada lambung terjadi pencernaan secara

    mekanik dan secara kimiawi. Senyawa kimiawi yang dihasilkan lambung adalah:

    a. Asam HCl, mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan, serta

    merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada usus halus

    b. Lipase, memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase yang

    dihasilkan sangat sedikit

    c. Renin, mengendapkan protein pada susu (kasein)

    d. Mukus , melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.

    Di lambung terdapat banyak asam HCL. Adapun fungsinya yaitu:

    a. Merangsang keluamya sekretin

    b. Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin untuk memecah protein.

    c. Desinfektan

    d. Merangsang keluarnya hormon Kolesistokinin yang berfungsi merangsang empdu

    mengeluarkan getahnya.

    4

  • 4. Pankreas.

    Pankreas memiliki 2 fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan

    serta beberapa hormone penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian

    posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum.

    5. Kantung Empedu

    Kantung empedu berbentuk seperti buah pir yang dapat menyimpan 50 ml

    empedu yang dibutuhkan untuk proses pencernaan. Organ ini terhubungkan dengan

    hati dan duodenum melalui saluran empedu.

    5

  • 6. Hati

    Hati memerankan peran penting dalam metabolism dan memiliki fungsi

    menyimpan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat/racun.

    7. Usus Halus

    6

  • Usus halus memiliki panjang sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3

    bagian yaitu duodenum ( 25 cm), jejunum ( 2,5 m), serta ileum ( 3,6 m). Fungsi

    usus halus adalah mengabsorbsi makanan. Di usus halus terdapat pencernaan

    kimiawi, yaitu senyawa yang dihasilkan usus halus dan dari pankreas.

    Senyawa yang dihasilkan oleh usus halus adalah :

    a. Disakaridase, menguraikan disakarida menjadi monosakarida

    b. Erepsinogen. Erepsin yang belum aktif yang akan diubah menjadi erepsin.

    Erepsin mengubah pepton menjadi asam amino.

    c. Hormon Sekretin, merangsang kelenjar pankreas mengeluarkan senyawa kimia

    yang dihasilkan ke usus halus

    d. Hormon CCK (kolesistokinin), erangsang hati untuk mengeluarkan cairan

    empedu ke dalam usus halus.

    Selain itu, senyawa kimia yang dihasilkan kelenjar pankreas adalah :

    a. Bikarbonat, menetralkan suasana asam dari makanan yang berasal dari lambung

    b. Enterokinase, mengaktifkan erepsinogen menjadi erepsin serta mengaktifkan

    tripsinogen menjadi tripsin. Tripsin mengubah pepton menjadi asam amino.

    c. Amilase, mengubah amilum menjadi disakarida

    d. Lipase Mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol

    e. Tripsinogen, merupakan tripsin yang belum aktif.

    f. Kimotripsin, mengubah pepton menjadi asam amino

    g. Nuklease, menguraikan nukleotida menjadi nukleosida dan gugus pospat

    h. Hormon Insulin, menurunkan kadar gula dalam darah sampai menjadi kadar

    normal

    i. Hormon Glukagon, menaikkan kadar gula darah sampai menjadi kadar normal.

    7

  • 8. Usus Besar

    Usus besar berbentuk seperti huruf U terbalik. Usus besar dibagi menjadi 3

    daerah, yaitu: kolon asenden, kolon transversum, dan kolon desenden. Fungsi kolon

    adalah :

    a. Menyerap air selama proses pencernaan.b. Tempat dihasilkannya vitamin K dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil simbiosis

    dengan bakteri usus, misalnya E.coli.c. Membentuk massa fesesd. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh. Pengeluaran

    feses dari tubuh defekasi.

    8

  • 9. Rektum dan Anus

    Rektum adalah penampungan feses setelah dari usus besar. Apabila feses

    sudah siap dibuang maka otot spinkter rectum mengatur pembukaan dan penutupan

    anus. Otot spinkter yang menyusun rektum ada 2 yaitu otot polos dan otot lurik.

    Sedangkan anus adalah saluran pembuangan feses setelah dari rektum.

    10. Regio Abdomen

    9

  • Regio abdomen adalah pembagian daerah pada rongga perut. Regio

    abdomenter bagi menjadi 9 area, meliputi:

    1. Area hipokondrium dexta, meliputi: hepar, esophagus, kantung empedu.2. Area epigastrium, gaster pars pyloricum, corpus pankreas, duodenum

    parscranialis.3. Area hipokondrium sinistra, meliputi: lien, cauda pancrea, gaster pars corpus,

    dan parsfundus.4. Area lumbaris dexta, meliputi: colon ascenden, ren dexta.5. Area lumbilikalis, meliputi: jejenum, ileum, colon tranversum, omentum.6. Area lumbalis sinistra, meliputi: ren sinistra, colon descenden.7. Area inguinal dexta, meliputi: caecum, ovarium, tubavalopi dexta,

    appendixvermiformis.8. Area supra pubis, meliputi: vesika urinaria, uterus.9. Area inguinal sinistra, meliputi: kolon sigmoid, ovarium sinistra

    C. Pendekatan Pengkajian Fisik Sistem Pencernaan

    Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan

    1. Head to toe (kepala ke kaki)

    10

  • Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke

    kaki. Mulai dari keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata,

    telinga, hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen,

    ginjal, punggung, genetalia, rektum, ektremitas.2. ROS (Review of System/sistem tubuh)

    Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu: keadaan

    umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem

    persarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal

    dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu

    perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat

    perhatian khusus.3. Pola fungsi kesehatan Gordon

    Perawat mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola

    fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus

    meliputi persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola

    metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual,

    peran-pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi,

    koping-pola toleransi stress, nilai-pola keyakinan.4. Doengoes (1993)

    Mencakup : aktivitas / istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan

    dan cairan, hygiene, neurosensori, nyeri/ketidaknyamanan, pernafasan,

    keamanan, seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan/pembelajaran.

    Pengkajian pada riwayat kesehatan pasien dapat dilakukan dengan cara,

    perawat mulai dengan mengambil riwayat lengkap, memfokuskan pada gejala-gejala

    umum disfungsi gastrointestinal. Gejala-gejala dimana pengkajian difokuskan

    mencakup nyeri, kembung, bising usus, mual dan muntah, hematemesis, perubahan

    kebiasaan defekasi serta karakteristik feses.

    a. Nyeri

    Nyeri sering merupakan gejala utama dari penyakit gastrointestinal. Kaji lokasi,

    durasi, pola, frekuensi, distribusi penyebaran dan waktu nyeri indigesti. Indigesti

    dapat diakibatkan oleh gangguan kontrol saraf lambung dan bagian lain GI.

    Makanan berlemak cenderung menimbulkan ketidaknyamanan karena lemak

    berada di lambung lebih lama Sendawa dan flatulensi. Akumulasi gas di saluran

    GI dapat menimbulkan sendawa (pengeluaran gas melalui mulut bila gas

    11

  • mencapai lambung) dan flatulensi (pengeluaran gas dari rektum). Keluhan yang

    sering dirasakan: kembung, distensi atau merasa penuh.

    b. Mual dan muntah

    Muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat dicetuskankan oleh bau,

    aktifitas, atau makanan yang masuk. Muntah dapat berupa partikel yang tidak

    dapat dicerna atau darah (hematemesis).

    c. Diare dan konstipasi

    Diare secara umum terjadi bila isi saluran pencernaan bergerak terlalu cepat dan

    terdapat ketidakadekwatan waktu untuk absorbsi. Konstipasi adalah reternsi atau

    perlambatan pengeluaran feses dari rectum. Absorpsi berlebihan air dari bahan

    fekal menghasilkan feses yang yang keras, kering dan volume yang lebih kecil

    dari normal. Dikatakan konstipasi jika pada saat BAB sering mengejan,

    frekuensi dua kali setiap minggu. Riwayat lain yang perlu dikaji adalah riwayat

    kesehatan terdahulu, kesehatan keluarga dan riwayat psikososial.

    D. Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan

    Pemeriksaan fisik dikaji untuk memastikan data subyektif dan data obyejtif

    yang didapat dari pasien. Abdomen diinspeksi, diauskultasi, dipalpasi dan diperkusi.

    Pasien ditempatkan pada posisi supinasi. Kontur dan simetrisitas dari abdomen

    dilihat dengan identifikasi penonjolan lokal, distensi atau gelombang peristaltik.

    Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi untuk mencegah terjadi perubahan

    motilitasi usus. Karakter, lokasi dan frekuensi usus dicatat, timpani atau pekak

    dicatat selama perkusi. Palpasi digunakan untuk mengidentifikasi massa abdomen

    atau area nyeri tekan.

    1 Pengertian Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada bagian tubuh dari

    kepala sampai kaki (Hidayati, 200:38). Pemeriksaan fisik adalah salah satu teknik

    pengumpul data untuk mengetahui keadaan fisik dan keadaan kesehatan. Ketika

    12

  • melakukan pemeriksaan fisik, terdapat beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan oleh

    perawat yaitu:

    a. Selalu meminta kesediaan/izin pada pasien untuk setiap pemeriksaanb. Jagalah privasi pasien c. Pemeriksaan harus seksama dan sistematisd. Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan, cara

    dan bagian yang akan diperiksa)e. Beri instruksi spesifik yang jelas f. Berbicaralah secara komunikatif g. Ajaklah pasien untuk bekerja sama dalam pemeriksaanh. Perhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari pasien

    Pengkajian kesehatan yang lengkap biasanya dilakukan dari kepala hingga

    jari kaki. Prosedur dapat berubah dalam banyak cara sesuai usia individu, keparahan

    penyakit, pilihan perawat, dan prioritas serta prosedur institusi. Tanpa menghiraukan

    prosedur yang digunakan, pengkajian dilakukan secara sistematis dan efisien

    sehingga menghemat energi dan waktu serta membutuhkan sedikit perubahan posisi

    pada klien (Berman, Snyder, Kozier, dan Erb, 2009:56).

    2 Tujuan Pemeriksaan Fisik

    Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi

    mengenai status kesehatan pasien. Tujuan definitif pemeriksaan fisik adalah pertama

    untuk mengidentifikasi status normal dan kemudian mengetahui adanya variasi

    dari keadaan normal tersebut dengan cara memvalidasi keluhan-keluhan dan gejala-

    gejala pasien, penapisan/skrining keadaan well being pasien, dan pemantauan

    masalah kesehatan/penyakit pasien saat ini. Informasi ini menjadi bagian dari

    catatan/rekam medis (medical record) pasien, menjadi dasar data awal dari temuan-

    temuan klinis yang kemudian selalu diperbarui (updated) dan ditambahkan

    sepanjang waktu.

    Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dapat dilakukan dengan

    wawancara ataupun observasi pada pasien langsung. Pemeriksaan fisik adalah pada

    kemampuan fungsional pasien. Misalnya pada sistem persarafan yaitu pasien

    mengalami gangguan sistem saraf maka perawat dapat mengkaji apakah gangguan

    tersebut mempengaruhi pasien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau tidak.

    Manfaat dari pemeriksaan fisik yaitu memperoleh informasi mengenai status

    13

  • kesehatan pasien, mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan pasien,

    menentukan status kesehatan pasien, mengidentifikasi masalah pasien, mengambil

    data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan. Sehingga perawat dapat

    mengetahui keadaan pasien dan dapat melakukan tidakan untuk proses penyembuhan

    pasien.Pengkajian abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.

    Perawat melakukan inspeksi lebih dahulu diikuti auskultasi, palpasi, dan/atau

    perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi karena palpasi dan

    perkusi dapat menyebabkan gerakan atau menstimulasi usus yang meningkatkan

    motilitas usus sehingga bising usus bertambah, mengakibatkan hasil pemeriksaan

    salah (Berman, Snyder, Kozier, dan Erb, 2009:133).

    Inspeksi adalah pemeriksaan secara visual yaitu pengkajian menggunakan

    indra penglihatan. Perawat menginspeksi dengan mata telanjang dan dengan alat

    pencahayaan seperti otoskop (digunakan untuk melihat telinga). Penggunaan indra

    pendengaran dan penciuman dapat juga dianggap bagian dari inspeksi. Inspeksi

    harus sistematik sehingga tidak ada yang terlewatkan (Berman, Snyder, Kozier, dan

    Erb, 2009:56).

    Observasi kritis atau inspeksi adalah teknik pengkajian yang paling sering

    digunakan. Jika dilakukan dengan benar, inspeksi juga memberi lebih dari teknik-

    teknik pengkajian lainnya. Tetapi, inspeksi yang tidak lengkap atau inspeksi yang

    tergesa-gesa dapat mengabaikan detil yang penting atau bahkan hasil yang palsu atau

    temuan yang salah. Untuk mendapatkan informasi yang akurat dan berguna, perawat

    harus melakukan inspeksi dengan cara yang cermat, tidak tergesa-gesa, memberi

    perhatian pada hal-hal mendetil dan mencoba untuk menarik kesimpulan logis dari

    temuan-temuan yang didapat (Morton, 2005:32).

    Palpasi adalah pemeriksaan tubuh menggunakan indra peraba. Bantalan jari

    digunakan karena konsentrasi ujung saraf membuat bagian ini sangat sensitif

    terhadap perbedaan taktil. Palpasi digunakan untuk menentukan tekstur (misal

    rambut); suhu misal area kulit; vibrasi (misal pada sendi); posisi, ukuran,

    konsistensi, dan mobilitas organ atau massa; distensi misal pada kandung kemih;

    adanya dan frekuensi denyut nadi perifer; dan nyeri tekan atau nyeri (Berman,

    Snyder, Kozier, dan Erb, 2009:56).

    14

  • Selama palpasi, perawat menyentuh tubuh untuk merasakan denyutan dan

    getaran, untuk mencari struktur tubuh (terutama dalam abdomen), dan untuk

    mengkaji ciri-ciri seperti ukuran, tekstur, kehangatan, mobilitas, dan nyeri tekan.

    Palpasi memungkinkan kita untuk mendeteksi nadi, kekakuan otot, pembesaran

    limfe nodus, kekeringan kulit dan rambut, nyeri tekan organ atau pembengkakan

    payudara dan mengukur naik turunnya dada setiap kali pernapasan.

    3 Teknik Pemeriksaan Fisik

    Priharjo (2007), pemeriksaan fisik pada sistem pencernaan dapat dilakukan

    dengan 4 cara syaitu inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi.

    a. Inspeksi

    Inspeksi dilakukan pertama kali untuk mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan

    abdomen.

    Cara kerja Inspeksi :

    1. Atur posisi yang tepat 2. Lakukan pengamatan bentuk abdomen secara umum, kontur permukaan

    abdomen, dan adanya retraksi, penonjolan, serta ketidaksimetrisan.3. Amati gerakan kulit abdomen saat inspirasi dan ekspirasi.4. Amati pertumbuhan rambut dan pigmentasi pada kulit secara lebih teliti

    b. Auskultasi

    Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara

    yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan

    stetoskop. Dalam sistem pencernaan, perawat melakukan auskultasi untuk

    mendengarkan dua suara abdomen, yaitu bising usus (peristaltik) yang disebabkan

    oleh perpindahan gas atau makanan sepanjang intestinum dan suara pembuluh darah.

    Teknik ini juga digunakan untuk mendeteksi fungsi pencernaan pasien setelah

    menjalani operasi. Pada keadaan tertentu, suara yang didengar melalui askultasi

    mungkin melemah. Auskultasi juga dapat dilakukan untuk mendengarkan denyut

    jantung janin pada wanita hamil.

    Cara kerja auskultasi :

    15

  • 1. Siapkan stetoskop, hangatkan tangan dan bagian diagrafma stetoskop bila ruang

    pemeriksaan dingin.2. Tanya pasien tentang waktu terakhir makan. Bising usus dapat meningkat

    setelah makan.3. Tentukan bagian stetoskop yang akan digunakan, bagian diafragma digunakan

    untuk mendengarkan bising usus, sedangkan bagian bel (sungkup) untuk

    mendengarkan suara pembuluh darah.4. Letakkan diafragma stetoskop dengan tekanan ringan pada setiap area empat

    kuadran abdomen dan dengarkan suara peristaltik aktif dan suara deguk

    (gurgling) yang secara normal terdengar setiap 5 sampai 20 detik dengan durasi

    kurang atau lebih dari satu detik. Frekuensi suara bergantung pada status

    pencernaan atau ada/tidaknya makanan dalam saluran pencernaan. Dalam

    pelaporannya, bising usus dapat dinyatakan dengan terdengar, tidak

    ada/hipoaktif, sangat lambat (misalnya, hanya terdengar sekali permenit) dan

    hiperaktif atau meningkat (misalnya, terdengar setiap 3 detik). Bila bising

    usus terdengar jarang sekali/tidak ada, dengarkan dahulu selama tiga sampai

    lima menit sebelum dipastikan.5. Letakkan bagian sel (sungkup) stetoskop di atas aorta, arteri renalis, dan arteri

    iliaka. Dengarkan suara-suara arteri (bruit). Auskultasi aorta dilakukan dari arah

    superior ke umbilikus. Auskultasi arteri renalis dilakukan dengan cara

    meletakkan stetoskop pada garis tengah abdomen atau kearah kanan kiri garis

    abdomen bagian atas mendekati panggul. Auskultasi arteri iliaka dilakukan

    dengan cara meletakkan stetoskop pada area bawah umbilikus sebelah kanan

    dan kiri garis tengah abdomen.6. Letakkan bagian sel stetoskop diatas area preumbilikal (sekeliling umbilikus)

    untuk mendengarkan bising vena (jarang terdengar).7. Dalam melakukan auskultasi pada setiap tempat, khususnya area hepar dan

    limpa, kaji pula kemungkina terdengar suara-suara gesekan seperti suara

    gesekan dua benda. Untuk mengkaji suara gesekan pada area limpa, letakkan

    stetoskop pada area batas bawah tulang rusuk di garis aksila anterior dan minta

    pasien menarik napas dalam. Untuk mengkaji suara gesekan pada area hepar,

    letakkan stetoskop pada sisi bawah kanan tulang rusuk.

    c. Perkusi

    16

  • Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh

    tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan

    tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran,

    bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai

    alat untuk menghasilkan suara.

    Perkusi dalam sistem pencernaan dilakukan untuk mendengarkan/

    mendeteksi adanya gas, cairan atau massa didalam abdomen. Perkusi juga dilakukan

    untuk mengetahui fungsi limpa dan hepar. Bumyi perkusi pada abdomen yang

    normal adalah timpani, namun bunyi ini dapat berubah pada keadaan-keadaan

    tertentu, misalnya, apabila limpa dan hepar membesar, bunyi perkusi akan menjadi

    redup, khususnya perkusi diarea bawah arkus kostalis kanan dan kiri. Apabila

    terdapat udara bebas pada rongga abdomen, daerah pekak pada hepar akan hilang.

    Pada keadaan usus terlalu banyak cairan, bunyi yang dihasilkan pada perkusi seluruh

    dinding abdomen adalah hipertimpani sedangkan daerah hepar tetap pekak. Perkusi

    pada daerah yang berisi cairan juga akan menghasilkan suara pekak.

    Cara perkusi abdomen secara sistematis:

    1. Perkusi dimulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum jam

    (dari sudut pandang/perspektif pasien).2. Perhatikan reaksi pasien dan catat bila psien merasa nyeri atau nyeri tekan.3. Lakukan perkusi pada area timpani dan redup. Suara timpani mempunyai ciri

    nada lebih tinggi daripada resonan. Suara timpani dapat didengarkan pada

    rongga atau organ yang berisi udara. Suara redup mempunyai ciri nada lebih

    rendah atau lebih datar daripada resonan. Suara ini dapat didengarkan pada

    massa yang padat, misalnya keadaan asites, keadaan distensi kandung kemih,

    serta pembesaran atau tumor hepar dan limpa.

    Perkusi Hati

    Perkusi memungkinkan perawat mengidentifikasi batasan-batasan hati guna

    mendeteksi adanya pembesaran organ. Perawat memulainya pada bagian krista iliaka

    kanan dan perkusi ke atas sepanjang garis midklavikular kanan. Catat adanya

    perubahan dari timpani ke pekak yang terdapat di tepi bawah hati, yang biasanya

    berada di tepi kostal kanan. Perluasan melewati tepi kostal kanan harus segera

    dilaporkan.

    17

  • Tepi atas ditemukan dengan memperkusi ke bawah dari klavikula sepanjang

    rongga interkostal di garis midklavikular. Pada saat ini catat adanya perubahan dari

    resonan (sonor) ke pekak. Tepi atas hati biasanya ditemukan pada rongga iga kelima,

    keenam, atau ketujuh. Jarak antara tepi atas dan tepi bawah harus 6 sampai 12 cm di

    garis midklavikular kanan. Penyakit seperti sirosis, kanker, dan hepatitis

    menyebabkan pembesaran hati.

    Batas Organ Hati

    d. Palpasi

    Palpasi merupakan metode yang paling akhir dalam pengkajian abdomen.

    Cara kerja palpasi.

    1. Letakkan telapak tangan pada abdomen pasien dengan jari-jari paralel

    terhadap abdomen.

    18

  • 2. Gerakkan jari-jari dengan agak melingkar dan tekan kebawah sedalam 1 cm

    atau sedalam jaringan subkutan atau jaringan lemak.3. Kaji ekspresi wajah pasien dan anjurkan pasien untuk memberi tahu area

    yang mengalami nyeri. 4. Catat area yang mengalami nyeri tekan, nyeri superfisial dan adanya masa. 5. Palpasi dilakukan pada 4 kuadran abdomen yang lain

    Macam-macam palpasi ada 3 yaitu palpasi pada hepar, limpa dan ginjal.

    a. Palpasi Hepar1. Berdiri di samping kanan pasien2. Letakkan tangan kiri pada dinding toraks posterior kira-kira pada tulang

    rusuk ke 11 atau ke 123. Tekan tangan kiri anda ke atas sehingga sedikit mengangkat dinding

    dada4. Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk sisi kanan

    dengan membentuk sudut kira-kira 450dari otot rektus abdominalis atau

    paralel terhadap otot rektus abdominis dengan jari-jari mengarah tulang

    rusuk5. Sementara pasien ekshalasi, lakukan penekanan sedalam 4-5 cm ke

    arah bawah pada batas bawah tulang rusuk6. Jaga posisi tangan anda, dan minta pasien menarik nafas dalam7. Sementara pasien inhalasi, rasakan batas hepar bergerak melawan

    tangan anda yang secara normal terasa dengan kontur reguler, bila

    hepar tidak terasa dengan jelas minta pasien menarik nafas dalam,

    sementara anda tetap mempertahankan posisi tangan kanan sedikit

    lebih dalam8. Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk

    kanan9. Catat pembesaran tersebut dan nyatakan dengan satuan centimeter (cm)

    19

  • b. Palpasi Limpa1. Anjurkan pasien untuk miring ke sisi kanan sehingga limpa lebih dekat

    dengan dinding abdomen2. Lakukan palpasi pada batas bawah tulang rusuk kiri dengan

    menggunakan pola seperti palpasi hepar

    4. Data-data Normal dan Abnormal Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan

    a. Inspeksi abdomen

    1) Kontur dan simetrisitas dari abdomen dilihat dengan identifikasi

    penonjolan lokal, distensi, atau gelombang peristaltik.

    2) Abdomen yang normal bersifat simetris dan datar kecuali pada ibu hamil

    dan obesitas. 3) Abdomen yang normal tidak terdapat penegangan massa abdomen dan

    distensi. 4) Abdomen yang normal tidak ada ikterus, pelebaran pembuluh darah,

    herniasi pada abdomen.

    20

  • 5) Abdomen bersifat elastis (terjadi penurunan elastisitas pada lansia dan

    pada keadaan dehidrasi), tidak ada jaringan parut, maupun striae. 6) Tidak ada benjolan lokal sebagai manifestasi adanya hepatomegali,

    splenomegali, kista ovarii, dan hidronefrosis. 7) Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas. 8) Tidak adanya pulsasi akibat pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma

    aorta yang dapat memberikan gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan

    umbilikal. 9) gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus tampak

    padadinding abdomen.10) Warna kebiruan di sekitar umbilicus (Cullen's sign): tanda perdarahan

    dalam cavum peritoneum dan umbilicus menandakan perdarahan di

    periumbilical11) Memar diatas panggul (Grey Turner's sign): retroperitoneal bleeding

    inflamasi dari pancreas12) Jaundice/ikterik : liver disease, obstruksi saluran empedu13) Termasuk daerah inguinal dan femoral: datar, bulat, protuberant/scapoid.14) Penonjolan melengkung akibat acites 15) Penonjolan suprapubik karena kehamilan, kandung kemih penuh, tonjolan

    asimetris akibat pembesaran organ setempat atau masab. Auskultasi

    1) Terdengar suara peristaltik akif (deguk/gurgling) setiap 5-20 detik dengan

    durasi kurang lebih 1 menit2) Bising usus /peristaltik tidak ada: dijumpai setelah tindakan pembedahan,

    peritonitis, ileus paralitik3) Peristaltik usus negatif (tidak ada bunyi peristaltik usus dalam 5 menit ):

    akibat obstruksi intestinal, perforasi usus, infark/iskemik intestinal4) Bising usus / peristaltik meningkat disebabkan hipermotilitas usus pada

    diare atau gastro enteritis, obstruksi usus5) Terdengar bising abdomen (bruit) merupakan bunyi dari pembuluh darah

    (artery narrowing)6) Suara gesekan dua benda pada area hepar dan limpa tidak ada

    c. Perkusi 1) Bunyi perkusi normal: Timpani pada 4 kwadran , timpani diatas hepar dan

    limpa2) Redup pada area bawah arkus kostalis kanan dan kiri: hepar dan limpa

    membesar3) Pekak pada daerah hepar akan hilang : terdapat udara bebas pada rongga

    abdomen

    21

  • 4) Hipertimpani pada seluruh dinding abdomen dan pekak pada hepar: usus

    terlalu banyak cairan5) Panjang hepar normal : 6-12 cm dengan batas bawah terletak pada atau

    sedikit dibawah batas kosta6) Posisi dan ukuran limpa normal : ICS 6 sampai ICS 10 dan panjang 7 cm

    pada orang dewasad. Palpasi

    1) Tidak terdapat nyeri tekan2) Hepar tersasa pada saat pasien menarik napas

    22

  • PSIKUNIVERSITAS

    JEMBER

    PEMERIKSAAN FISIKSISTEM PENCERNAAN

    PROSEDURTETAP

    NODOKUMEN:

    NO REVISI: HALAMAN:

    TANGGALTERBIT:

    DITETAPKAN OLEH:

    PENGERTIAN Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adatidaknya masalah pada organ pencernaan.

    TUJUAN 1. Mendapatkan data objektif dari riwayat kesehatan pasien.

    2. Mengetahui kemampuan fungsional klien.3. Menentukan status kesehatan klien.4. Mengidentifikasi masalah klien.5. Mengambil data dasar untuk menentukan rencana

    tindakan keperawatan.INDIKASI Pasien dengan gangguan pencernaan.KONTRAINDIKASI Tidak adaPERSIAPANPASIEN

    1. Pastikan identitas klien yang akan dilakukan tindakan.2. Kaji kondisi pasien.3. Jelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai

    tindakan yang akan dilakukan.PERSIAPAN ALAT 1. Stetoskop

    2. BolpoinCARA BEKERJA 1. Berikan salam, perkenalkan diri, identifikasi pasien

    dengan memeriksa identitas pasien secara cermat danpanggil pasien dengan nama yang disukainya.

    2. Jelaskan mengenai prosedur, tujuan, dan lama tindakanyang akan dilakukan oleh pasien.

    3. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya hal-halyang ingin pasien ketahui dan jawab seluruh pertanyaanpasien.

    4. Pasang tirai di sekitar tempat tidur pasien dan mintalahpengunjung meninggalkan ruangan untuk menjagaprivacy pasien.

    5. Atur posisi pasien sehingga mendapatkan tempat yangaman dan nyaman.

    23

  • 6. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan ketika akanmemulai tindakan pada pasien.

    7. Periksa alat-alat yang akan digunakan.

    Cara kerja inspeksi:1. Bantu pasien untuk melepaskan baju dan tampakkan

    badan pasien sampai batas pinggang.2. Anjurkan pasien untuk memposisikan diri terlentang.3. Ambil stetoskop yang akan digunakan.4. Anjurkan pasien untuk tetap dalam keadaan rileks.5. Lakukan pengamatan bentuk abdomen secara umum,

    kontur permukaan abdomen, dan adanya retraksi,penonjolan, serta ketidaksimetrisan.

    6. Amati gerakan kulit abdomen saat inspirasi danekspirasi.

    7. Amati pertumbuhan rambut dan pigmentasi pada kulitsecara lebih teliti

    Cara kerja auskultasi pada abdomen:1. Siapkan stetoskop, hangatkan tangan dan diafragma

    stetoskop bila ruangan pemeriksaan dingin.2. Tanya pasien tentang waktu terakhir makan. Bising

    usus dapat meningkat setelah makan.3. Tentukan bagian stetoskop yang akan digunakan.

    Bagian diafragma digunakan untuk mendengarkanbising usus, sedangkan bagian bel (sungkup) untukmendengarkan suara pembuluh darah.

    4. Letakkan diafragma stetoskop dengan tekanan ringanpada setiap area 4 kuadran abdomen dan dengarkansuara peristaltik aktif dan suara deguk (gurgling) yangsecara normal terdengar 5-35 kali/menit.

    5. Letakkan bagian bel (sungkup) stetoskop diatas aorta,arteri renalis, arteri iliaka. Auskultasi aorta dilakukandari arah superior ke umbilikus, auskultasi renalisdilakukan dengan cara meletakkan stetoskop pada garistengah abdomen atau ke arah kanan kiri garis abdomenbagian atas mendekati panggul, auskultasi arteri iliakadilakukan dengan cara meletakkan stetoskop pada areaumbilikus disebelah kanan dan kiri garis tengahabdomen.

    6. Letakkan bagian bel stetoskop diatas area preumbilikaluntuk mendengarkan bising vena.

    7. Dalam melakukan auskultasi kaji kemungkinan terjadisuara gesekan pada area limpa, letakkan stetoskop padaarea batas bawah tulang rusuk di garis aksila anterordan minta pasien untuk menarik nafas dalam. Untukmengkaji suara gesekan pada hepar, letakkan stetoskoppada sisi bawah kanan tulang rusuk.

    24

  • Cara kerja palpasi untuk abdomen:1. Letakkan telapak tangan pada abdomen pasien dengan

    jari-jari paralel terhadap abdomen.2. Gerakkan jari-jari dengan agak melingkar dan tekan ke

    bawah sedalam 1 cm atau sedalam jaringan subkutanatau jaringan lemak.

    3. Kaji ekspresi wajah pasien dan anjurkan pasien untukmemberi tahu area yang mengalami nyeri.

    4. Catat area yang mengalami nyeri tekan, nyerisuperfisial dan adanya masa.

    5. Palpasi dilakukan pada 4 kuadran abdomen yang lain

    Cara kerja palpasi untuk mengkaji Hepar:1. Berdiri di samping kanan pasien2. Letakkan tangan kiri pada dinding toraks posterior kira-

    kira pada tulang rusuk ke 11 atau ke 123. Tekan tangan kiri anda ke atas sehingga sedikit

    mengangkat dinding dada4. Letakkan tangan kanan pada batas bawah tulang rusuk

    sisi kanan dengan membentuk sudut kira-kira 450 dari otot rektus abdominalis atau paralel terhadap otot rektus abdominis dengan jari-jari mengarah tulang rusuk

    5. Sementara pasien ekshalasi, lakukan penekanan sedalam 4-5 cm ke arah bawah pada batas bawah tulangrusuk

    6. Jaga posisi tangan anda, dan minta pasien menarik nafas dalam

    7. Sementara pasien inhalasi, rasakan batas hepar bergerak melawan tangan anda yang secara normal terasa dengan kontur reguler, bila hepar tidak terasa dengan jelas minta pasien menarik nafas dalam, sementara anda tetap mempertahankan posisi tangan kanan sedikit lebih dalam

    8. Bila hepar membesar, lakukan palpasi di batas bawah tulang rusuk kanan

    9. Catat pembesaran tersebut dan nyatakan dengan satuan centimeter (cm)

    Cara kerja palpasi untuk mengkaji Limpa:1. Anjurkan pasien untuk miring ke sisi kanan sehingga

    limpa lebih dekat dengan dinding abdomen2. Lakukan palpasi pada batas bawah tulang rusuk kiri

    dengan menggunakan pola seperti palpasi hepar

    Cara kerja perkusi abdomen:1. Perkusi dikuadran kanan atas kemudian bergerak

    searah jarum jam.

    25

  • 2. Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasanyeri.Lakukan perkusi pada area timpani dan redup. Suara timpani mempunyai nada lebih tinggi dan dapat didengarkan pada rongga atau organ yang berisi udara. Suara redup memunyai nada lebih rendah dan dapat didengarkan pada masa yang padat.

    Perkusi untuk menentukan posisi dan ukuran hepar.1. Lakukan perkusi dari garis midklavikula pada atau di

    bawah umbilikus menuju ke atas melewati area timpanisampai terdengar suara redup. Ini adalah batas bawahhepar.

    2. Kemudian beri tanda pensil pada tempat mulaiterdengar suara redup.

    3. Lakukan perkusi pada garis midklavikula kanandimulai dari area resonan paru-paru menuju ke bawahsampai ditemukan suara redup yang menunjukkan batasatas hepar dan beri tanda pada tempat mulai ditemukansuara redup.

    4. Ukur jarak antara dua tanda tadi dalam satuansentimeter yang menyatakan ukuran hepar. Normalnyapanjang hepar pada garis midklavikula adalah 6-12sentimeter dengan batas bawah terletak pada atausedikit di bawah batas tulang rusuk.

    Perkusi untuk menentukan posisi dan ukuran limpa1. Lakukan perkusi di sepanjang garis midklavikula kiri

    ke atas dan ke bawah.Catat tempat suara redup terdengar. Normalnya suara redup terdengar di area antara sela tulang rusuk ke-6 sampai sela tulang rusuk ke-10 dengan panjang sekitar 7cm pada orang dewasa.

    Hasil Evaluasi 1. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik2. Berikan penjelasan bahwa hasil pemeriksaan akan

    diberikan setelah dilakukan interpretasi3. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik4. Cuci tangan

    Dokumentasi 1. Catat tindakan yang telah dilakukan dalam dokumentasi keperawatan.

    2. Catat hasil pengkajian: jumlah cairan, warna, respon pasien, dan lain-lain.

    3. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP4. Tanda tangan dan nama perawat.

    26