PEMERIKSAAN SARAF.pdf

7
PEMERIKSAAN NERVE KRANIALES Cara pemeriksaan Interpretasi I (olfaktorius) Mata ditutup lubang hidung yg tidak diperiksa ditutup pasien diminta mengidentifikasi bahan yang dipakai (kopi, teh, tembakau) Anosmia: hilangnya daya pembauan Hiposmia: daya pembauan kurang tajam Hiperosmia daya pembauan teramat peka Parosmia: bila tercium bau yang tidak sesuai dengan bahan yg dicium Kakosmia: parosmia yang tidak menyenangkan (bau pesing, bau busuk) II (opticus) Daya penglihatan: menggunakan Snellen chart Normal: membaca hitungan jari pada jarak maximal (60meter) Medan penglihatan III (okulomotor) Ptosis: Pasien disuruh mengangkat kelopak mata atasnya secara volunter Ptosis: penyempitan fisura palpebra karena turunnya kelopak mata atas akibat kelemahan m.levator palpebra Gerakan bola mata/strabismus divergen N.III inervasi m.rectus superior, inferior, m.obliquus inferior Parese: bola mata fiksasi ke temporal Fungsi dan reaksi pupil inervasi saraf parasimpatetis untuk m.sfingter pupil (miosis) Adanya kelainan pada pemeriksaan refleks cahaya dan refleks akomodasi IV (troklearis) Inervasi m.obliquus superior (gerakan mata ke bawah lateral) A : anopsia ipsilateral B : homonymous hemianopsia (bitemporal) C : heteronymous hemianopsia D : quadrantic hemianopsia

description

deskripsi cara pemeriksaan saraf kranial dan tes sindrom nyeri

Transcript of PEMERIKSAAN SARAF.pdf

Page 1: PEMERIKSAAN SARAF.pdf

PEMERIKSAAN NERVE KRANIALES

Cara pemeriksaan Interpretasi

I (olfaktorius) Mata ditutup lubang hidung yg tidak diperiksa ditutup pasien diminta mengidentifikasi bahan yang dipakai (kopi, teh, tembakau)

Anosmia: hilangnya daya pembauan

Hiposmia: daya pembauan kurang tajam

Hiperosmia daya pembauan teramat peka

Parosmia: bila tercium bau yang tidak sesuai dengan bahan yg dicium

Kakosmia: parosmia yang tidak menyenangkan (bau pesing, bau busuk)

II (opticus) Daya penglihatan: menggunakan Snellen chart Normal: membaca hitungan jari pada jarak maximal (60meter) Medan penglihatan

III (okulomotor) Ptosis: Pasien disuruh mengangkat kelopak mata atasnya

secara volunter Ptosis: penyempitan fisura palpebra karena turunnya kelopak mata atas akibat kelemahan m.levator palpebra

Gerakan bola mata/strabismus divergen N.III inervasi m.rectus superior, inferior, m.obliquus inferior

Parese: bola mata fiksasi ke temporal

Fungsi dan reaksi pupil inervasi saraf parasimpatetis untuk m.sfingter pupil (miosis)

Adanya kelainan pada pemeriksaan refleks cahaya dan refleks akomodasi

IV (troklearis) Inervasi m.obliquus superior (gerakan mata ke bawah lateral)

A : anopsia ipsilateral B : homonymous hemianopsia (bitemporal) C : heteronymous hemianopsia D : quadrantic hemianopsia

Page 2: PEMERIKSAAN SARAF.pdf

VI (abdusen) Inervasi m.rectus lateralis (gerakan mata ke lateral)

V (trigeminus) Trismus Spasme otot-otot rahang

Reflek maseter-rahang bawah Pasien buka mulut dgn santai sambil mengeluarkan suara “aaaa” tempatkan telunjuk tangan kiri di garis tengah dagu ketuk jari tsb dgn hammer reflex

(+): kontraksi m.maseter + m.temporalis anterior penutupan mulut secara tiba-tiba

Reflek zygomaticus Ketuk os.zygomaticus dgn hammer reflex

Normal: tidak ada respon Abnormal: gerakan rahang bawah ipsilateral lesi supranuklearis N.V

Mengigit Disuruh mengigit sekuatnya palpasi m.maseter + m.temporalis, kontraksi?

Parese unilateral: serabut motorik ipsilateral tidak mampu kontraksi m.maseter + m.temporalis

Reflek kornea Pasien diminta lirik ke atas atau ke samping gorskan kapas pada satu sisi korneo (jangan pd konjungtiva bulbi) muncul gerakan reflek kedipan mata bilateral

Parese: kelopak mata tidak berkedip

VII (fasialis) Motorik Parese N. VII

Sentral Perifer

Kerutan kulit dahi Kerutan klit masih tampak Kerutan kulit dahi sisi lesi hilang

Kedipan mata Baik Lagoftalmos: kedipan mata lambat, tidak gesit, tidak adekuat

Lipatan nasolabial Lipatan pada sisi lumpuh = mendatar

Sudut mulut Sudut mulut sisi lumpuh = lebih rendah

Mengerutkan dahi Masih mampu mengerutkan dahi Tidak mampu mengerutkan dahi unilateral dan bilateral

Mengerutkan alis Masih mampu mengerutkan alis Tidak mampu mengerutkan alis unilateral dan bilateral

Menutup mata Mata masih bisa menutup coba membuka mata pasien terdapat perbedaan tonus kanan-kiri

Mata tidak dapat menutup

Meringis Sisi yang lumpuh tidak dapat diangkat

Bersiul Pasien tidak dapat bersiul

Vasomotor: lakrimasi Paralisis perifer hiperlakrimasi

Sensorik: Daya kecap lidah 2/3 anterior 4 rasa pokok: manis, asin, asam, pahit

Page 3: PEMERIKSAAN SARAF.pdf

Fasial reflektorik

Normal Abnormal

Reflek visuopalpebra colokan pada salah 1 mata pejaman kedua mata

Reflek glabela setiap kali glabela diketuk akan membuat kedua mata berkedip setelah berturut-turut diketuk (3-4x) kedipan mata tidak muncul lagi

Demensia: mata akan berkedip terus seiring ketukan glabela berturut2

Reflek aurikulopalpebra Tepuk tangan keras dan tiba-tiba pemejaman mata

Myerson sign Ketukan pada pangkal hidung kedipan mata hanya 1x Parkinson: kedipan mata gencar Chovstek sign Ketuk cabang2 N.VII di depan lubang telinga respon (-) (+): kontraksi otot-otot fasialis khas untuk tetani

VIII (akustikus) Tes Rinne Garpu tala digetarkan di os.mastoid pasien beri tanda bila bunyi sudah tidak terdengar lagi garpu tala dipindahkan ke depan liang telinga

AC > BC (+): normal/SNHL

BC > AC (-): CHL

Tes Weber Garpu tala digetarkan di verteks Lateralisasi (-) Normal

Lateralisasi (+) Sisi tsb = CHL atau sisi lain = SNHL

Tes Scwabach Garpu tala digetarkan di planum mastoideum pemeriksa s/d tidak terdengar lagi dipindah ke planum mastoideum pasien

Pasien masih mendengar (Scwabach diperpanjang)

CHL

Scwabach diperpendek SNHL

IX (glossofaring) Arkus faring: buka mulut lebar, keluarkan lidah sejauhnya perhatikan arkus faring, uvula, dinding faring

Paresi ipsilateral: asimetris, melengkung ke arah yang sehat uvula menunjuk ke arah yang sehat

Dysphonia = adanya parese uni/bilateral N.IX atau N.X Tersedak Gejala dysphagia berat akibat parese epiglottis

X (vagus) Fonasi Suara serak/lemah = akibat paralisis laring (n.laringeus superior dan rekuren)

Menelan Dysphagia = manifestasi gabungan dari ggn. N.IX, X dan XII

XI (acessorius) Memalingkan kepala (m.sternocleidomastoideus) Pasien memalingkan kepala pegang rahang pasien untuk menahan gerakan tsb

Normal: fungsi m.sternocleidomastoideus baik, konsistensi keras Parese: kontur otot tidak jelas, asimetri, tortikolis

Sikap bahu dan trofi (m.trapezius) Minta pasien mengangkat bahu tahan elevasi bahu

Parese: gerakan elevasi lemah, kontur otot tidak ada

XII (hypoglossus) Pasien diminta menjulurkan lidah Parese perifer: lidah menjulur ke arah yang sehat; garis tengah cekung, bagian lidah yg lumpuh tipis dan berkerut (atrofi)

Parese sentral: lidah tak akan lurus ke garis tengah tapi secara volunter dapat digerakkan ke kanan dan kiri; tidak tampak atrofi lidah

Page 4: PEMERIKSAAN SARAF.pdf

TES SINDROM NYERI

Tes Cara Pemeriksaan Interpretasi

Lasegue

(+): sisi yang sakit fleksi < 70o = nyeri iritasi N.ishiciadicus

O’Connell = tes Lasegue silang kaki yang sehat diangkat (+): pangkal n.ishiciadicus tungkai yang sakit = nyeri

Patrick Maleolus yg nyeri ditempatkan di lutut tungkai kontralateral tekan lutut yang difleksikan tsb

(+): nyeri ggn.sendi panggul (-): ischialgia discogenic

Kontra-Patrick Tungkai yang sakit: fleksi ke arah luar endorotasi adduksi tekan sejenak

(+): nyeri ggn.sendi sacroilliaca

Homan (tes DVT) Pasien telentang dgn kedua tungkai lurus kaki di-dorsofleksikan di sendi pergelangan kaki

(+): nyeri trombosis vena tungkai

Brudzinki II Pasien telentang, salah 1 tungkai diangkat fleksi di sendi panggul (+): timbul gerakan reflek pada tungkai kontralateral (fleksi di sendi panggul dan lutut) rangsang meningeal

Guillain Pijat m.quadriceps femoris (+): timbul gerakan reflekstorik pada tungkai kontralateral (fleksi di sendi panggul dan lutut) rangsang meningeal

Kernig

(+): ektensi < 135o + timbul gerakan reflek pada tungkai kontralateral (fleksi di sendi panggul dan lutut) rangsang meningeal

Page 5: PEMERIKSAAN SARAF.pdf
Page 6: PEMERIKSAAN SARAF.pdf
Page 7: PEMERIKSAAN SARAF.pdf