Pemeriksaan Parameter Air & Udara Mikroorganisme Air Dan Pm10
-
Upload
paper2paper -
Category
Documents
-
view
676 -
download
8
Transcript of Pemeriksaan Parameter Air & Udara Mikroorganisme Air Dan Pm10
TUGAS
PEMERIKSAAN PARAMETER AIR DAN UDARA
MIKROORGANISME AIR DAN PM10
KELOMPOK 7
Neisa N H E2A006014
Novi Maulina W E2A006078
Pipit Yuli A E2A006086
Ra’fiu R D E2A006090
Yunita S N E2A006119
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
A. MIKROORGANISME AIR
1. Parameter
2. Bentuk di Alam
2.1 Ganggang
Alga (jamak Algae) atau ganggang adalah sekelompok organisme autotrof yang
tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat
dianggap tidak memiliki organ seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun
dan sebagainya). Karena itu, alga digolongkan pula sebagai tumbuhan talus.
Ganggang meliputi organisme bersel satu (uniselular) maupun bersel banyak
(multiselular).
Jenis-jenis Ganggang
a. Ganggang prokariotik
Ganggang hijau-biru atau Cyanobacteria masuk ke dalam kelompok bakteri.
Cyanobacteria memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, dan bisa
melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil. Sebelumnya,
ganggang ini dikenal dengan sebutan Cyanophyta dan bersama bakteri masuk
ke dalam kingdom Monera. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya,
diketahui bahwa ganggang ini memiliki karakteristik bakteri sehingga
dimasukkan ke dalam kelompok bakteri (Eubacteria).
b. Ganggang eukariotik
Ganggang lainnya memiliki struktur sel eukariotik dan mampu berfotosintesis
melalui kloroplas.
Ganggang eukariotik meliputi:
Rhodophycophyta
Chlorophycophyta
Glaucophyta
Euglenophyta
Chlorarachniophyta
Heterokont
Haptophyta
Cryptomonadophyta
Dinoflagellata
Jenis Ganggang menurut pigmen yang dikandungnya:
a. Ganggang Coklat
Ganggang coklat atau Phaeophyceae adalah adalah salah satu kelas dari dari
ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Pigmen yang lebih
dominan adalah pigmen xantofil yang menyebabkan ganggang berwarna coklat.
Pigmen lain yang terdapat dalam Phaeophyceae adalah klorofil dan karoten.
Semua ganggang coklat berbentuk benang atau lembaran, bahkan ada yang
menyerupai tumbuhan tingkat tinggi dengan bagian-bagian serupa akar, batang,
dan daun. Umumnya ganggang coklat bersifat makroskopis, dan dapat
mencapai ukuran lebih dari 30 meter, dan mempunyai gelembung-gelembung
udara yang berfungsi sebagai pelampung.
Hampir semua ganggang coklat terdapat di laut terutama di laut yang dingin.
Perkembangbiakan ganggang coklat ada 2 cara, yaitu:
Perkembangbiakan vegetatif (aseksual) dengan fragmentasi dan
pembentukan spora (aplanospora dan zoospora). Zoospora yang dihasilkan
memilki 2 flagel yang tidak sama panjang dan terletak di bagian lateral.
Perkembangbiakan generatif (seksual) dengan isogami, anisogami, atau
oogami.
Contoh ganggang coklat:
Fucus vesiculosus, banyak terdapat di laut dalam. Ganggang ini
berkembangbiak secara oogami dengan menghasilkan sel gamet betina
(ovum) dan sel gamet jantan (spermatozoid) . Sel gamet jantan dan betina
masing-masing dihasilkan oleh tumbuhan yang berbeda. Sel gamet
dihasilkan oleh alat pembiak yang disebut konseptakel. Konseptakel ini
berkumpul dalam badan penghasil alat pembiak yang disebut reseptakel.
Reseptakel dibentuk di ujung lembaran/talus fertil.
Sargasum siliquosum, hidup dengan baik di tepi laut yang dangkal.
Umumnya menempel pada batu karang. Di pantai yang bersuhu sedang,
Sargasum tumbuh subur sehingga menutupi permukaan laut. Laut yang
demikian disebut laut sargaso.
Turbinaria australis, hidup dengan baik di tepi laut yang dangkal. Umumnya
menempel pada batu karang.
Fucus distichus
Laminaria
Macroystis
b. Ganggang hijau
Ganggang hijau atau Chlorophyceae adalah salah satu kelas dari dari ganggang
berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang hijau ada yang bersel
tunggal dan ada pula yang bersel banyak berupa benang, lembaran, atau
membentuk koloni. Spesies ganggang hijau yang bersel tunggal ada yang dapat
berpindah tempat, tetapi ada pula yang menetap. Sel-sel ganggang hijau bersifat
eukariotin (materi inti dibungkus oleh membran inti). Pigmen klorofil terdapat
dalam jumlah terbanyak sehingga ganggang ini berwarna hijau, pigmen lain yang
dimiliki adalah karoten dan xantofil. Klorofil dalam pigmen lain terdapat dalam
kloroplas yang bentuknya bermacam-macam antara lain mangkuk, gelang, pita
spiral, jala dan bintang. Di dalam kloroplas terdapat butiran padat yang disebut
pirenoid yang berfungsi untuk pembentukan tepung. Ganggang hijau merupakan
golongan terbesar di antara ganggang dan kebanyakan hidup di air tawar.
Sebagian lagi hidup di darat, di tempat yang lembab, di atas batang pohon, dan
di laut. Beberapa genus dari ganggang hijau mempunyai alat gerak berupa flagel
dan bintik mata (stigma)
Perkembangbiakan ganggang hijau ada 2 cara:
o Vegetatif (aseksual), yaitu: pembelahan sel, fragmentasi, pemisahan koloni
dan pembentukan spora.
o Generatif (seksual), yaitu: isogami, anisogami, oogami.
Beberapa contoh ganggang hijau:
Ganggang hijau bersel tunggal: Chlamydomonas, Chlorococcum, Chlorella
dan Euglena viridis.
Ganggang hijau berbentuk koloni: Volvox, Hydrodictyon, Scenedesmus,
Pediastrum dan Dictyosphaerium.
Ganggang hijau berbentuk filament: Spirogyra, Ulothrix, Oedogonium,
Derbesia dan Zygnema.
Ganggang hijau berbentuk lembaran atau tumbuhan tinggi: Ulva, Halimeda,
Chara dan Nitella.
c. Ganggang merah
Ganggang merah atau Rhodophyta adalah salah satu kelas dari ganggang
berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada ganggang ini
disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen
klorofil, karoten, dan xantofil.
Ganggang ini pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis.
Ganggang ini dapat mencapai panjang antara 10 sentimeter sampai 1 meter dan
berbentuk benang atau lembaran.
Sebagian besar ganggang merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika.
Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak
oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau. Ganggang merah yang
banyak ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria, sedang
Euchema spinosum ditemukan di laut dangkal.
Ganggang merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif.
Perkembangbiakan vegetatif ganggang merah berlangsung dengan
pembentukan spora haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau talus
ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh menjadi ganggang
jantan atau betina yang sel-selnya haploid. Perkembangbiakan generatif
ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin betina (ovum)
oleh sel kelamin jantan (spermatium). Alat perkembangbiakan jantan
disebut spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tak berflagel.
Sedangkan alat kelamin betina disebut karpogonium, yang menghasilkan
ovum. Hasil pembuahan sel ovum oleh spermatium adalah zigot yang
diploid. Selanjutnya, zigot itu akan tumbuh menjadi ganggang baru yang
menghasilkan aplanospora dengan pembelahan meiosis. Spora haploid
akan tumbuh menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi pada ganggang
merah terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan gametofit.
Ganggang merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak bagi ikan
dan hewan lain yang hidup di laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan bagi
manusia misalnya Chondrus crispus (lumut Irlandia) dan beberapa genus
Porphyra. Chondrus crispus dan Gigortina mamilosa menghasilkan karagen
yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat krem, dan obat
pencuci rambut. Ganggang merah lain seperti Gracilaria lichenoides, Euchema
spinosum, Gelidium dan Agardhiella menghasilkan bahan bergelatin yang
dikenal sebagai agar-agar. Gelatin ini digunakan oleh para peneliti sebagai
medium bakteri, untuk pengental dalam banyak makanan, perekat
d. Ganggang Keemasan
Nama Chrysophyceae diambil dari bahasa Yunani, yaitu Chrysos yang berarti
emas. Ganggang keemasan atau Chrysophyceae adalah salah satu kelas dari
ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Ganggang ini berwarna
keemasan karena kloroplasnya mengandung pigmen karoten dan xantofil dalam
jumlah banyak dibandingkan dengan klorofil. Kloroplas ganggang ini berbentuk
cakram, pita, atau oval. Sel-sel ganggang keemasan memiliki inti sejati
(eukarion), dinding sel umumnya mengandung silika (SiO2) atau kersik. Tubuh
ganggang ini ada yang terdiri atas satu sel (uniseluler) dan ada yang terdiri atas
banyak sel (multiseluler). Ganggang yang bersel satu bisa hidup sebagai
komponen fitoplankton yang dominan. Ganggang yang multiseluler berupa koloni
atau berbentuk filamen. Ganggang ini ditemukan di air tawar, di laut, dan di
tanah yang lembab.
Perkembangbiakan ganggang keemasan ada 2 cara. Perkembangbiakan
vegetatif (aseksual) dengan pembelahan sel, fragmentasi, pemisahan koloni,
dan pembentukan spora (aplanospora atau zoospora). Perkembangbiakan
generatif (seksual) dengan konjugasi, isogami, anisogami, dan oogami.
Contoh ganggang keemasan:
Ganggang keemasan bersel tunggal
Ochromonas
Sel tubuhnya berbentuk bola yang dilengkapi dengan 2 flagel sebagai alat
gerak. Kedua flagel tersebut tidak sama panjang. Di dalam sitoplasmanya
terdapat beberapa organel penting, seperti kloroplas yang berbentuk
lembaran melengkung, vakuola, stigma, dan nukleus. Ochromonas
berkembangbiak dengan membelah diri.
Navicula sp
Ganggang ini dikenal sebagai diatomae atau ganggang kersik karena dinding
sel tubuhnya mengandung zat kersik. Kersik merupakan komponen penting
dalam plankton. Navicula sp hidup di air tawar dan di laut.
Tubuh Navicula sp terdiri atas dua bagian yaitu kotak (hipoteka) dan tutup
(epiteka). Di antara kotak dan tutup terdapat celah yang disebut rafe.
Perkembangbiakan Navicula sp:
Perkembangbiakan vegetatif Navicula dengan membelah diri. Setiap inti
diatomae membelah menjadi dua, diikuti pembagian sitoplasma menjadi dua
bagian. Selanjutnya, dinding sel Navicula memisah menjadi kotak dan tutup.
Pada sel anakan, baik kotak maupun tutup akan berfungsi menjadi tutup, dan
masing-masing akan membentuk kotak baru. Dengan demikian setiap sel
anakan yang berasal dari kotak akan mempunyai ukuran lebih kecil daripada
sel asalnya. Peristiwa ini berlangsung berulang kali.
Perkembangbiakan generatif Navicula berlangsung dengan konjugasi. Bila
ukuran tubuh Navicula tidak memungkinkan untuk mengadakan pembelahan
lagi, inti selnya akan mengalami meiosis dan menghasilkan gamet. Gamet itu
kemudian akan meninggalkan sel dan setelah terjadi pembuahan di dalam air
akan menghasilkan zigot. Zigot selanjutnya tumbuh menjadi sel Navicula
baru dan membentuk tutup dan kotak baru.
Bila Navicula mati, dinding selnya akan mengendap membentuk tanah
diatom yang kaya zat kersik. Tanah ini merupakan bahan dinamit, isolator,
dan bahan gosok penghalus.
Ganggang keemasan berbentuk filamen
Vaucheria
Tubuhnya berupa benang bercabang-cabang dan tidak bersekat, memiliki inti
sel banyak, dan menyebar. Vaucheria tumbuh melekat pada substrat dengan
menggunakan alat yang berbentuk akar. Habitatnya di air tawar maupuan di
air payau.
Perkembangbiakan Vaucheria:
Perkembangbiakan vegetatif Vaucheria berlangsung dengan pembentukan
zoospora yang berkumpul dalam sporangium pada ujung filamen.
Selanjutnya, inti di dalam sporangium membelah secara meiosis dan
menghasilkan zoospora. Zoospora tersebut berinti banyak dan mempunyai
flagel yang tumbuh di seluruh permukaannya. Setelah sporangium masak,
zoospora akan keluar dan tumbuh menjadi Vaucheria baru.
Perkembangbiakan generatif Vaucheria berlangsung dengan pembuahan
ovum oleh spermatozoid. Ovum dibentuk di dalam oogonium, sedang
spermatozoid dibentuk dalam anteridium, keduanya terdapat pada benang
yang sama (homotalus). Zigospora hasil pembuahannya akan membelah
secara meiosis dan menghasilkan spora yang selanjutnya terlepas dari
induknya dan tumbuh menjadi ganggang baru.
2.2 Bakteri
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar
luas dibandingkan mahluk hidup yang lain . Bakteri memiliki ratusan ribu spesies
yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri
ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-
ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup yang lain. Bakteri adalah
organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan
berukuran renik (mikroskopis).
Ciri-ciri Bakteri
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :
1. Organisme multiselluler.
2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel).
3. Umumnya tidak memiliki klorofil.
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron
umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasit
7. Yang hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau
gambut dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan
8. Yang hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya
mengandung peptidoglikan
Struktur Bakteri
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:
1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri)
Meliputi: dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA dan
granula penyimpanan.
2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu) Meliputi kapsul,
flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora.
Struktur dasar sel bakteri
Struktur sel bakteri :
1. Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan
polisakarida (ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram
positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila
peptidoglikannya tipis).
2. Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun
atas lapisan fosfolipid dan protein.
3. Sitoplasma adalah cairan sel.
4. Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas
protein dan RNA.
5. Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang
dibutuhkan.
Granula
Struktur tambahan bakteri :
1. Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis
bakteri tertentu, bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis
disebut lapisan lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida
dan air.
2. Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral
yang menonjol dari dinding sel.
3. Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang
menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek,
kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya
terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus
tetapi lebih pendek daripada pilus.
4. Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan
mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis.
Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
5. Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
6. Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram
positif dan terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan
bagi kehidupan bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi
genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein
dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya,
suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora
akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.
Bentuk Bakteri
Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral
(spirilia) serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil.
Berbagai macam bentuk bakteri:
1. Bakteri Kokus :
a. Monokokus yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal
b. Diplokokus yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan
c. Tetrakokus yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi
empat.
d. Sarkina yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus
e. Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan
membentuk rantai.
f. Stapilokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti
buah anggur.
2. Bakteri Basil :
a. Monobasil yaitu berupa sel bakteri basil tunggal.
b. Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan.
c. Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk
rantai.
3. Bakteri Spirilia :
a. Spiral yaitu bentuk sel bergelombang
b. Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup
c. Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma
Alat Gerak Bakteri
Alat gerak pada bakteri berupa flagellum atau bulu cambuk adalah struktur
berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel. Flagellum
memungkinkan bakteri bergerak menuju kondisi lingkungan yang
menguntungkan dan menghindar dari lingkungan yang merugikan bagi
kehidupannya.
Flagellum memiliki jumlah yang berbeda-beda pada bakteri dan letak yang
berbeda-beda pula yaitu:
1. Monotrik : bila hanya berjumlah satu
2. Lofotrik : bila banyak flagellum disatu sisi
3. Amfitrik : bila banyak flagellum dikedua ujung
4. Peritrik : bila tersebar diseluruh permukaan sel bakteri
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan peningkatan
ukuran populasi. Faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau
kondisi untuk pertumbuhan optimum adalah :
1. Suhu
2. Derajat keasaman atau pH
3. Konsentrasi garam
4. Sumber nutrisi
5. Zat-zat sisa metabolisme
6. Zat kimia
Hal tersebut diatas bervariasi menurut spesies bakterinya.
Cara Perkembangbiakan bakteri:
Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara
aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada
bakteri adalah pembelahan biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua.
Reproduksi bakteri secara seksual yaitu dengan pertukaran materi genetik
dengan bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik
atau rekombinasi DNA. Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu:
1. Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen
saja dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya.
2. Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel bakteri
lainnnya dengan perantaraan organisme yang lain yaitu bakteriofage (virus
bakteri).
3. Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara
langsung melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan
diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri
gram negatif.
Peranan Bakteri
Dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai peranan yang menguntungkan
maupun yang merugikan. Bakteri yang menguntungkan adalah sebagai berikut :
1. Pembusukan (penguraian sisa-sisa mahluk hidup contohnya Escherichia
colie).
2. Pembuatan makanan dan minuman hasil fermentasi contohnya Acetobacter
pada pembuatan asam cuka, Lactobacillus bulgaricus pada pembuatan
yoghurt, Acetobacter xylinum pada pembuatan nata de coco dan
Lactobacillus casei pada pembuatan keju yoghurt.
3. Berperan dalam siklus nitrogen sebagai bakteri pengikat nitrogen yaitu
Rhizobium leguminosarum yang hidup bersimbiosis dengan akar tanaman
kacang-kacangan dan Azotobacter chlorococcum.
4. Penyubur tanah contohnya Nitrosococcus dan Nitrosomonas yang berperan
dalam proses nitrifikasi menghasilkan ion nitrat yang dibutuhkan tanaman.
5. Penghasil antibiotik contohnya adalah Bacillus polymyxa (penghasil antibiotik
polimiksin B untuk pengobatan infeksi bakteri gram negatif, Bacillus subtilis
penghasil antibioti untuk pengobatan infeksi bakteri gram positif,
Streptomyces griseus penghasil antibiotik streptomisin untuk pengobatan
bakteri gram negatif termasuk bakteri penyebab TBC dan Streptomyces
rimosus penghasil antibiotik terasiklin untuk berbagai bakteri.
6. Pembuatan zat kimia misalnya aseton dan butanol oleh Clostridium
acetobutylicum.
7. Berperan dalam proses pembusukan sampah dan kotoran hewan sehinggga
menghasilkan energi alternatif metana berupa biogas. Contohnya
methanobacterium.
8. Penelitian rekayasa genetika dalam berbagai bidang.sebagai contoh dalam
bidang kedokteran dihasilkan obat-obatan dan produk kimia bermanfaat yang
disintesis oleh bakteri, misalnya enzim, vitamin dan hormon.
2.3 Fungi
Fungi
Fungi adalah nama regnum dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik
heterotrof yang mencerna makanannya di luar tubuh lalu menyerap molekul
nutrisi ke dalam sel-selnya. Fungi memiliki bermacam-macam bentuk. Awam
mengenal sebagian besar anggota fungi sebagai jamur, kapang, khamir, atau
ragi, meskipun seringkali yang dimaksud adalah penampilan luar yang tampak,
bukan spesiesnya sendiri. Kesulitan dalam mengenal fungi sedikit banyak
disebabkan adanya pergiliran keturunan yang memiliki penampilan yang sama
sekali berbeda. Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual.
Perbanyakan seksual dengan cara dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu
membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan
perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau
fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam
sporangium terdapat spora.
Fungi hidup dengan cara menyerap zat organik dari lingkungannya. Berdasarkan
cara memperoleh makannya, fungi mempunyai sifat saprofit, parasit dan mutual.
Fungi hidup pada lingkungan yang beragam namun sebagian besar jamur hidup
di tempat yang lembab. Habitat fungi berada di darat (terestrial) dan di tempat
lembab. Meskipun demikian banyak pula fungi yang hidup pada organisme atau
sisa-sisa organisme di laut atau di air tawar, juga dapat hidup di lingkungan yang
asam.
Fungi melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara
aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup atau tunas pada jamur uniseluler
serta pemutusan benang hifa (fragmentasi miselium) dan pembentukan spora
aseksual (spora vegetatif) pada fungi multiseluler. Reproduksi jamur secara
seksual dilakukan oleh spora seksual. Spora seksual dihasilkan secara singami.
Singgami terdiri dari dua tahap, yaitu tahap plasmogami dan tahap kariogami.
Jamur Air
Jamur air atau Oomycota adalah kelompok protista uniseluler yang berfilamen.
Jamur air secara fisik mirip dengan fungi. Mereka mikroskopik. Nama jamur air
yang diberikan berdasarkan fakta bahwa mereka tumbuh dengan baik dalam
kondisi kelembaban yang tinggi dan berair.
Jamur air pada awalnya dikelompokkan sebagai fungi, tetapi sekarang diketahui
telah berkembang terpisah dan menunjukkan banyak perbedaan. Dinding sel
mereka tersusun atas selulosa, bukan chitin. Juga, dalam reproduksi vegetatif,
mereka memiliki nuklei diploid, sedangkan fungi memiliki nuklei haploid.
Jamur air memiliki hubungan dengan organisme seperti ganggang coklat dan
diatom, membuat suatu kelompok yang dikenal dengan heterokon. Namanya
berasal dari susunan umum dan struktur sel yang mampu bergerak, yang berciri
memiliki dua flagella tidak sama. Di antara jamur air, ini diproduksi sebagai spora
aseksual yang disebut zoospora. Mereka juga memproduksi spora seksual yang
disebut oospora. Jamur air secara ekonomi dan sains berguna sebab mereka
adalah patogen tumbuhan yang agresif. Secara umum dapat dikelompokkan
dalam tiga kelompok, yaitu:
Kelompok Phytophthora adalah genus yang menyebabkan penyakit seperti
dieback, potato blight, sudden oak death dan rhododendron root rot.
Kelompok Phythium adalah genus yang lebih mudah ditemui di mana-mana
daripada Phytophthora.
Kelompok ketiga adalah downly mildews, yang dapat dengan mudah dikenali
karena fisik "mildew" putih pada permukaan daun.
2.4 Mikroalgae
Mikroalga adalah mikroorganisme fotosintetik dengan morfologi sel yang
bervariasi, baik uni-selular maupun multiselular (membentuk koloni kecil).
Sebagian besar mikroalga tumbuh secara fototroflk, meskipun tidak sedikit jenis
yang mampu tumbuh secara heterotrofik
2.5 Protozoa
Ciri-ciri
Protozoa sering dianggap " hewan " bersel tunggal, berinti sejati ( eukariot ),
dan tidak memiliki dinding sel. Beberapa protozoa memiliki pelikel, yaitu
suatu lapisan protein yang dapat meningkatkan rigiditas membran sel. Selain
bertindak sebagai pelindung sel dari tekanan osmotik, pelikel juga berperan
dalam menentukan morfologi protozoa.
Filum protozoa mencakup lima ribu jenis yang tersebar baik di dalam air
tawar, air laut, maupun di tanah. Walaupun kebanyakan protozoa hidup
soliter, beberapa ada yang hidup membentuk koloni. Ukuran protozoa
bervariasi antara 2µm - 20.000µm ( 2cm ).
Morfologi
Kebanyakan protozoa bersifat polimorfisme, yaitu memiliki bentuk yang
berbeda- beda pada fase yang berbeda dalam siklus hidupnya. Beberapa
protozoa memiliki fase vegetatif yang bersifat aktif yang disebut tropozoit dan
fase dorman dalam bentuk sista.
Tropozoid akan aktif mencari makanan dan bereproduksi selama kondisi
lingkungan memungkinkan. Bila kondisi tidak memungkinkan dan
mengancam kehidupan tropozoid maka protozoa akan membentuk sista.
Dalam bentuk sista, protozoa mampu bertahan hidup dalam lingkungan
kering maupun basah yang tersebar pada jarak yang sangat luas. Sista
dapat terbentuk dalam kondisi lingkungan yang kekurangan nutrisi,
kekeringan temperatur yang tinggi, maupun pH yang rendah. Namun, tidak
semua protozoa membentuk sista, contohnya Trichomonas vaginalis yang
merupakan organisme patogen pada organ seksual.
Beberapa protozoa ada yang bersifat pleomorfik, artinya memiliki bentuk
tropozoid yang berbeda- beda. Umumnya, organisme dengan banyak sel
inang bersifat pleomorfik, tergantung pada jenis inangnya. Morfologi
tropozoid dapat berbeda- beda di dalam jaringan tubuh yang berbeda
walaupun dalam inang yang sama. Misalnya, di dalam cairan tubuh,
organisme tersebut dapat memiliki flagela, sedangkan di dalam jaringan hati,
flagela tersebut dapat hilang.
Nutrisi dan Cara Makan
Protozoa bersifat kemoheterotrof dan mendapatkan nutrisinya melalui salah
satu dari dua cara, yaitu sebagai berikut :
Osmotrof, yaitu menyerap nutrien terlarut langsung melalui membran sel.
Fagotrof, yaitu menelan materi organik atau partikel makanan dengan
membentuk vesikel intra sitoplasma yang disebut vakuola makanan.
Mekanisme pengolahan makanan seperti ini dikenal sebagaifagositosis,
contohnya : Amoeba.
Pada paramecium terdapat struktur yang disebut sitostoma, yang mirip
seperti struktur dan fungsi mulut. Enzim yang tersimpan dalam lisosom akan
dikeluarkan ke dalam vakuola untuk membantu mencerna partikel tersebut
sehingga nutrien yang terkandung dalam makanandapat diserap ke dalam
sitoplasma, sedangkan sisa- sisa makanan yang tidak tercerna di dalam
vakuola akan dikeluarkan dari dalam sel melalui proses ekositosis. Pada
proses tersebut, membran vakuola akan melebur dengan membran plasma
dan mengeluarkan isi vakuola ke luar sel.
Reproduksi
Umumnya, protozoa dapat melakukan reproduksi secara aseksual maupun
seksual. Namun, beberapa protozoa tidak memiliki siklus dan sekelompok
lainnya memiliki siklus seksual, meskipun tidak berkaitan dengan
kelangsungan hidupnya. Reproduksi aseksual dan seksual dapat terjadi di
dalam sel inang yang berbeda.
Pada dasarnya, reproduksi aseksual dilakukan dengan pembelahan ( fission
) yang akan menghasilkan dua atau lebih sel anakan. Beberapa protozoa lain
melakukan pembelahan berulang kali ( multiple fission ). Sebelum sel
membelah masing- masing akan mendapatkan inti sel yang sama. Sejumlah
kecil protozoa memperbanyak diri dengan cara membentuk tunas ( budding )
seperti yang dilakukan oleh sel khamir.
Reproduksi seksual terjadi melalui proses pembuahan yang ditandai dengan
meleburnya sel reproduktif atau inti sel. Kemudian, sel hasil peleburan akan
membelah menghasilkan sel- sel anakan.
Klasifikasi Protozoa
Protozoa secara tradisional dibagi atas empat kelompok filum berdasarkan
kemmpuan gerak serta tipe alat geraknya. Keempat kelompok tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Sporozoa (tidak bergerak aktif)
Semua anggota filum sporozoa tidak memiliki alat gerak dan bersifat parasit
intraseluler. Sporozoa memiliki pergiliran antara fase seksual dan aseksual.
Beberapa jenis sporozoa melangsungkan siklus aseksual dan seksual pada
satu inang yang sama dan beberapa lainnya membutuhkan inang yang
berbeda. Secara umum, siklus hidup sporozoa dapat dibagi atas tiga
stadium, yaitu :
Skizogoni, yaitu tahap perbanyakan secara aseksual yang terjadi setelah
menginfeksi inang.
Gamogoni, yaitu tahap pembentukan sel- sel gamet, dan
Sporogoni, yaitu pembentukan spora di luar inang dan merupakan
stadium infektif.
Berikut ini beberapa contoh sporozoa.
1. Toxoplasma gondii
Jenis ini melakukan fase seksual hanya pada keluarga kucing ( Felidae )
yang merupakan hospes definitif. Fase aseksual berkembang pada
tubuh menusia atau mamalia lainnya yang merupakan hospes
perantara.Biasanya invasi dari parasit terjadi di usus dan menyebar
diseluruh sel atau jaringan tubuh hospes kecuali sel darah merah ( yang
tidak berinti ). Infeksi oleh T. gondii pada kehamilan muda menyebabkan
keguguran atau lahir dengan kematian. Parasit ini menyerang saraf pusat
dan mata yang mengakibatkan kerusakan permanen.
2. Plasmodium
Hospes perantaranya manusia, sedangkan hospes definitifnya nyamuk
Anopheles betina. Ada empat jenis yang dapat menyebabkan penyakit
malaria, yaitu sebagai berikut :
P. vivax, menyebabkan malaria vivaks yang disebut pula malaria
tersiana. Demam penyakit ini biasanya terjadi pada interval 48 jam.
P. falciparum, menyebabkan malaria falciparumyang dapat pula
disebut sebagai malaria tersiana. Demam penyakit ini tidak teratur
dengan periodisitas yang tidak jelas.
P. malariae, menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana
karena serangan demam berulang pada tiap hari keempat.
P. ovale, menyebabkan malaria ovale dengan gejala mirip malaria
vivaks. Malaria ini merupakan jenis ringan dan dapat sembuh sendiri.
2. Sarcodina (bergerak dengan kaki semu/pseudopodia)
Filum ini lebih dikenal umum sebagai Amoeba. Jenis ini dapat ditemukan
di perairan tawar maupun di tanah. Ciri kelompok ini bergerak dengan
kaki semu atau palsu yang disebut pseudopodia. Reproduksi dilakukan
secara aseksual melalui pembelahan biner ( binary fission ), tidak
memiliki dinding sel, serta tidak melakukan reproduksi aseksual.
Kaki semu pada Amoeba merupakan penjuluran dari sitoplasma yang
dapat digunakan sebagai alat gerak atau untuk menelan partikel
makanannya. Gerak dari kaki palsu dibantu oleh struktur mikrofilamen
dari aktin dan miosin, seperti yang terdapat pada otot.
Beberapa Amoeba membentuk sista dan di dalam sista terjadi
pembelahan mitosis yang akan menghasilkan empat, delapan, atau lebih
sel Amoeba. Proses tersebut terjadi di dalam saluran pencernaan sel
inang. Sista akan dikeluarkan bersama feses ( tinja ), kemudian tersebar
pada makanan dan minuman, akhirnya disebarkan oleh lalat maupun
kontak langsung.
3. Mastigophora (bergerak dengan flagela)
Kelompok filum ini bergerak dengan flagela atau bulu cambuk sehingga
sering disebut sebagai flagelata. Beberapa anggota filumnya ada yang
membentuk sista dan reproduksi secara aseksual melalui pembelahan
longitudinal. Umumnya anggota mastigophora hidup bebas dan beberapa
lainnya bersifat sebagai parasit serta dapat menyebabkan penyakit pada
manusia.
Ada dua golongan parasit, yaitu sebagai berikut :
Flagelata yang hidup pada saluran pencernaan ( rongga usus dan
mulut ) dan yang hidup pada saluran urogenital ( vagina, uretra, dan
prostat ).
Flagelata yang hidup di dalam darah dan di jaringan tubuh terutama
organ- organ tubuh bagian dalam. Giardia lamblia merupakan parasit
penyebab penyakit giardiasis pada manusia. Organisme ini mampu
membentuk sista yang dikeluarkan bersama fases dan dapat
mengontaminasi makanan maupun minuman yang dihinggapi oleh
lalat. Jenis ini hidup pada rongga usus kecil, yaitupada duodenum
dan bagian proksimal jejenum, tetapi kadang berada di saluran dan
kantong empedu.
4. Ciliophora (bergerak dengan silia)
Sifat khas dari kelompok ini adalah memiliki bulu getar seperti rambut
yang selain berfungsi sebagai alat gerak juga untuk menangkap
makanannya, tetapi kadang- kadang hanya untuk menimbulkan arus air
bagi pernapasan. Struktur silia mirip seperti flagela, namun lebih pendek
dan jumlahnya lebih banyak. Pada Paramecium, silia tersebar di seluruh
permukaan tubuh. Pada jenis ini, silia berkumpul, dan terbatas pada satu
bagian atau silia bergabung membentuk struktur yang disebut cirri.
Sebagian besar anggota ciliata hidup bebas di air tawar maupun di air
laut. Ciliata memiliki keunikan dibandingkana dengan protozoa lain
karena sel memiliki dua macam inti. Makronukleus mengandung banyak
kopi dari setiap gen yang ada dan bertanggung jawab dalam
pertumbuhan serta reproduksi aseksual. Micronukleus mengandung satu
sel materi genetika dan tidak ditranskripsi atau berperan dalam proses
rekomendasi genetika melalui peristiwa konjugasi.
3. Metode Pemeriksaan
Istilah bakteri indikator sanitasi dikenal dalam bidang mikrobiologi pangan.
Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan
menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh kotoran
manusia yang mengingat banyaknya jumlah mikroorganisme ini, maka perlu
dilakukan suatu uji pemeriksaan terhadap bahan pangan tersebut agar aman
dikonsumsi. Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang
lazim terdapat dan hidup pada usus manusia sehingga dengan adanya bakteri
tersebut pada air atau makanan dapat menunjukkan bahwa dalam satu atau
lebih tahap pengolahan air atau makanan pernah mengalami kontak dengan
kotoran yang berasal dari usus manusia dan oleh sebab itu kemungkinan
terdapat bakteri patogen lain yang berbahaya.
Ada tiga jenis bakteri yang dapat digunakan untuk menunjukkan adanya
masalah sanitasi, yaitu Escherichia coli, kelompok Streptococcus
(Enterococcus) fecal, dan Clostridium perfringens (Anonim, 2002).
Terdapat berbagai macam cara untuk menghitung jumlah mikroorganisme,
akan tetapi secara mendasar, ada dua cara yaitu secara langsung dan secara
tidak langsung. Ada beberapa cara perhitungan secara langsung, antara lain
adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana
diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting
chamber). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk
mengetahui jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja
(viabel count). Dalam pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : perhitungan
pada cawan petri (total plate count / TPC), perhitungan melalui pengenceran,
perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN methode), dan kalorimeter
(cara kekeruhan atau turbidimetri) (Cappuccino & Natalie, 1983).
Uji bakteriologik terhadap air minum bisa dilakukan dengan metode MPN
(Most Probable Number). Pengujian bakteri Coliform yang berasal dari
cemaran tinja (faecal coliform) secara serentak dengan uji penegasan yang
menggunakan media BGLB, maka dilakukan juga hal yang sama yaitu 1 ose
kultur yang positif dari LST Broth atau LB, dipindahkan ke dalam tabung EC
medium yang baru. Semua tabung MC medium yang telah diinokulasikan oleh
kultur dari LST-Broth, kemudian diinkubasikan pada suhu 45,5°C selama 24
jam dan hasil pembentukan gas dicatat. Kerapatan bakteri faecal coliform
diperkirakan dengan tabel MPN. Diferensiasi bakteri coliform dapat diarahkan
ke dalam reaksi IMVIC (Buckle, 1987).
Standar plate Count adalah menentukan jumlah bakteri dalam suatu
sampel. Dalam test tersebut diketehui perkembangan banyaknya bakteri
dengan mengatur sampel, di mana total bakteri tergantung atas formasi bakteri
di dalam media tempat tumbuhnya dan masing-masing bakteri yang dihasilkan
akan membentuk koloni yang tunggal (Pelczar & Chan, 1986).
Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas mikrobiologi air
dalam praktikum digunakan kelompok Coliform sebagai indikator. Kelompok
Coliform mencakup bakteri yang bersifat aerobik dan anaeorobik fakultatif,
batang gram negatif dan tidak membentuk spora. Coliform memfermentasikan
laktosa dengan pembentukkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu
35°C (Hadioetomo, 1993).
Coliform total ditentukan dengan teknik MPN (Most Probable Number) atau
JPT (Jumlah Perkiraan Terdekat) dan dengsan metode penyaring membran.
MPN merupakan metode penentuan jumlah bakteri yang tumbuh pada
pengenceran beberapa seri tabung dengan tabel MPN coliform. Metode MPN
ini lebih baik bila dibandingkan dengan metode hitung cawan, karena lebih
sensitif dan dapat mendeteksi coliform dalam jumlah yang sangat rendah di
dalam sampel air (Supardi dan Sukamto, 1999).
Uji kualitas Coliform terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) Uji pendugaan, (2) Uji
penegasan, (3) Uji lengkap. Menurut fardiaz (1993), uji kualitas koliform tidak
harus dilakukan swecara lengkap seperti di atas. Hal ini twergantung dari
berbagai faktor, seperti waktu, mutu, sampel yang diuji, biaya, tujuan analisis,
dam faktor-faktor lainnya.
Metode MPN ini menggunakan medium cair di dalam tabung reaksi, yang
perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif setelah
diinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung positif dapat
dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas pada
tabung Durham untuk mikroba pembentuk gas, seperti E. coli. Metode MPN ini
biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam sampel cair,
dapat pula dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba untuk sampel yang
bentuknya padat, dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel
tersebut (Siswandi, 2000).
Perhitungan jumlah bakteri coliform dilakukan dengan rumus :
MPN mikroba = Nilai MPN X 1/pengenceran tabung di tengah.
Peralatan yang diperlukan dalam perhitungan MPN coliform ini adalah:
1. Botol sampel steril
2. Pipet ukur 10 ml dan 1 ml steril
3. Pipet filler
4. Pembakar bunsen
5. Inkubator
6. Tabung reaksi
7. Tabung durham
8. Rak tabung reaksi
9. Timbangan
10. Mortar dan penggerus
Bahan yang dibutuhkan:
1. Sampel makanan dan minuman
2. Media Lactosa Broth (LB)
3. Media Brillian Green Bile Lactose Broth (BGLB)
4. Alkohol
5. Kapas
6. Karet
7. Label
8. Kertas payung
9. Kertas aluminium foil
10. Korek api
Cara Kerja :
a. Uji Duga
1. Mensterilkan tangan, alat dan tempat kerja.
2. Bila sampel padat maka harus dilakukan pengenceran. Menimbang
sampel sebanyak 10 gram memasukkannya ke dalam air pengencer 90
ml, sebagai pengenceran 10-1.
3. Mengambil sampel masing-masing 10 ml masukkan ke dalam
kelompok tabung 1/LBDS (double strenght lactose broth/laktosa cair
konsentrasi 2 x lipat).
4. Mengambil sampel masing-masing 1 ml masukkan ke dalam kelompok
tabung 2/LBSS (single strength lactose broth/laktosa cair konsentrasi
normal).
5. Mengambil sampel masing-masing 0,1 ml masukkan ke dalam
kelompok tabung 3/LBSS (single strength lactose broth/laktosa cair
konsentrasi normal).
6. Menghomogenkan dan membungkusnya dengan kertas pembungkus.
7. Menginkubasi semua piaraan pada suhu 370C selama 2 x 24 jam.
8. Mengamati piaraan itu setiap 24 jam. Apabila timbul gas dalam 24 jam
menunjukkan uji positif dan apabila dalam 24 jam belum timbul gas
dilanjutkan sampai dengan 2 x 24 jam. Apabila setelah 2 x 24 jam tidak
terbentuk gas maka uji ini dikatakan hasilnya negatif yang berarti pula
bahwa makanan atau minuman tidak tercemar coliform.
Uji Penegasan
1. Mensterilkan tangan, alat dan tempat kerja.
2. Mengambil tabung yang positif (adanya gelembung gas yang
tertangkap oleh tabung durham) maupun yang meragukan.
3. Inokulasikan dengan jarum ose dari kelompok tabung 1/LBDS yang
positif ke kelompok tabung 1/BGLB.
4. Inokulasikan dengan jarum ose dari kelompok tabung 2/LBSS yang
positif ke kelompok tabung 2/BGLB.
5. Inokulasikan dengan jarum ose dari kelompok tabung 3/LBSS yang
positif ke kelompok tabung 3/BGLB.
6. Menghomogenkan dan bungkus dengan kertas pembungkus.
7. Menginkubasi semua piaraan pada suhu 370C selama 2 x 24 jam.
8. Mengamati piaraan itu setiap 24 jam. Apabila timbul gas dalam 24 jam
menunjukkan uji positif dan apabila dalam 24 jam belum timbul gas
dilanjutkan sampai dengan 2 x 24 jam. Apabila setelah 2 x 24 jam tidak
terbentuk gas maka uji ini dikatakan hasilnya negatif yang berarti pula
bahwa makanan atau minuman tidak tercemar coliform.
9. Catat angka kombinasi MPN dan MPN tabelnya.
10. Masukkan ke dalam rumus MPN sebenarnya.
MPN sebenarnya = MPN tabel x 1/faktor pengenceran n dari tabung
tengah
Analisis Mikrobiologi Air
Permukaan air yang kelihatannya jernih dan bersih, belum tentu air
tersebut bebas dari kontaminan. Bisa saja air ini terkontaminasi oleh
mikroorganisme patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Mikroorganisme kontaminan tersebut dapat dideteksi dengan menggunakan
metode-metode laboratorium. Pengujian macam-macam mikroorganisme
patogen dalam air minum tidaklah praktis (langsung).
Analisis yang digunakan dalam pemeriksaan mikrobiologi antara lain:
1. Total Count Total count bakteri
Total Count Total count bakteri ditentukan berdasarkan penanaman bahan
dalam jumlah dan pengenceran tertentu ke dalam media yang umum untuk
bakteri. Setelah diinkubasikan pada suhu kamar selama waktu maksimal 4
x 24 jam, dilakukan perhitungan koloni. Total count fungi, dilakukan dengan
metode yang sama kecuali suhu inkubasi 28 ± 1ºC. Pada permukaan
media pertumbuhan untuk fungi ditambahkan asam laktat 3% sebelum
memasukkan sampel untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
2. Penentuan Nilai IPB (Indeks Pencemar Biologis).
Makin tinggi nilai IPB, maka makin tinggi kemungkinan deteriosasi/korosi
materi di dalam sistem pabrik (logam-logam yagn mengandung Fe dan S)
ataupun terhadap kemungkinan adanya kontaminasi badan air oleh
organisme patogen.
4. Standar Baku Mutu Air (Kepmenkes Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002)
Parameter Satuan Kadar Maksimum
yang Diperlukan
Keterangan
1 2 3 4
a. Air Minum
E. coli atau Fecal Coli
b. Air yang masuk
sistem distribusi
E. coli atau Fecal Coli
Total Bakteri Coliform
c. Air pada sistem
distribusi
E. coli atau Fecal Coli
Total Bakteri Coliform
Jumlah per
100 ml sampel
Jumlah per
100 ml sampel
Jumlah per
100 ml sampel
Jumlah per
0
0
0
0
0
100 ml sampel
Jumlah per
100 ml sampel
5. Dampak terhadap Lingkungan
6. Dampak terhadap Kesehatan
a. Bakteri
Bakteri patogen
Merupakan kelompok bakteri parasit yang menimbulkan penyakit pada
manusia, hewan dan tumbuhan.
Bakteri penyebab penyakit pada manusia:
No. Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan
1. Salmonella typhosa Tifus
2. Shigella dysenteriae Disentri basiler
3. Vibrio comma Kolera
4. Haemophilus influenza Influensa
5. Diplococcus pneumoniae Pneumonia (radang paru-paru)
6. Mycobacterium tuberculosis TBC paru-paru
7. Clostridium tetani Tetanus
8. Neiseria meningitis Meningitis (radang selaput otak)
9. Neiseria gonorrhoeae Gonorrhaeae (kencing nanah)
10. Treponema pallidum Sifilis atau Lues atau raja singa
11. Mycobacterium leprae Lepra (kusta)
12. Treponema pertenue Puru atau patek
b. Protozoa
Protozoa menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan ternak.
Penyakit-penyakit yang disebabkan Protozoa antara lain :
Disentri - Entamoeba histolytica
Diare (Balantidiosis) - Balantidium coli
Penyakit tidur (Afrika) - Trypanosoma gambiense
Toksoplasmosis (kematian janin) - Toxoplasma gondii
Malaria tertiana - Plasmodium vivax
Malaria quartana - Plasmodium malariae
Malaria tropika - Plasmodium falciparum
Kalaazar – Leishmani
B. PARTICULATE MATTER 10 ( PM 10 )
Polusi udara berasal dari berbagai sumber, dengan hasil pembakaran bahan
bakar fosil merupakan sumber utama. Contoh sederhana adalah pembakaran mesin
diesel yang dapat menghasilkan partikulat (PM), nitrogen oksida, dan precursor ozon
yang semuanya merupakan polutan berbahaya. Polutan yang ada diudara dapat
berupa gas (misal SO2, NOx, CO, Volatile Organic Compounds) ataupun partikulat.
Polutan berupa partikulat tersuspensi, disebut juga PM (Particulate Matter)
merupakan salah satu komponen penting terkait dengan pengaruhnya terhadap
kesehatan. PM dapat diklasifikasikan menjadi 3; yaitu coarse PM (PM kasar atau
PM2,5-10) berukuran 2,5-10 μm, bersumber dari abrasi tanah, debu jalan (debu dari
ban atau kampas rem), ataupun akibat agregasi partikel sisa pembakaran. Partikel
seukuran ini dapat masuk dan terdeposit di saluran pernapasan utama pada paru
(trakheobronkial); sedangkan fine PM (<2,5 μm) dan ultrafine (<0,1 μm) berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dan dapat dengan mudah terdeposit dalam unit
terkecil saluran napas (alveoli) bahkan dapat masuk ke sirkulasi darah sistemik.
Klasifikasi berdasar ukuran ini juga terkait dengan akibat buruk partikel tersebut
terhadap kesehatan sehingga WHO dan juga US Environmental Protection Agency
menetapkan standar PM dan polutan lain untuk digunakan sebagai dasar referensi.
Standar polutan udara menurut EPA
Pollutan Waktu
PM10 (μg/m3) 150 (/24jam) 50 (/tahun)
PM2,5 (μg/m3) 65 (/24 jam) 15 (/tahun)
Ozone (ppm) 0.12 (/1jam) 0.08 (/8 jam)
NO2 (ppm) 0.053 (/tahun)
SO2 (ppm) 0.14 (/24 jam) 0.03 (/tahun)
Partikulat adalah padatan atau likuid di udara dalam bentuk asap, debu dan
uap, yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Di samping
mengganggu estetika, partikel berukuran kecil di udara dapat terhisap ke ke dalam
sistem pernafasan dan menyebabkan penyakit gangguan pernafasan dan kerusakan
paru-paru. Partikulat juga merupakan sumber utama haze (kabut asap) yang
menurunkan visibilitas.
1. SIFAT FISIKA DAN KIMIA
Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan
campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang
terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai
dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam
waktu yang relatif lama dalam keadaan melayanglayang di udara dan masuk
kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh
negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus
pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu
SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan
berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber
emisinya. Karena Komposisi partikulat debu udara yang rumit, dan pentingnya
ukuran partikulat dalam menentukan pajanan, banyak istilah yang digunakan untuk
menyatakan partikulat debu di udara.
Beberapa istilah digunakan dengan mengacu pada metode pengambilan
sampel udara seperti : Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended
Particulate (TSP), balack smake. Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di
saluran pernafasan dimana partikulat debu dapat mengedap, seperti
inhalable/thoracic particulate yang terutama mengedap disaluran pernafasan bagian
bawah, yaitu dibawah pangkal tenggorokan (larynx ). Istilah lainnya yang juga
digunakan adalah PM-10 (partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik <10
mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun metode pengambilan sampel.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran udara, baku mutu udara ambien nasional untuk PM10
adalah sebesar 150 µg/m3 (24 jam), untuk PM2,5 adalah sebesar 65 µg/m3.
Perubahan lingkungan hidup pada umumnya disebabkan oleh pencemaran
udara dimana masuknya zat pencemar (berbentuk gas dan partikel kecil yang
dinamakan aerosol) ke dalam udara [6]. Aerosol didefinisikan sebagai partikel cair
maupun padat yang t ersuspensi di dalam gas [7]. Ukuran partikel aerosol antara
0,001 dan 100 µm.
Karakteristik partikulat debu termasuk diantaranya ukuran, distribusi ukuran,
bentuk kepadatan, kelengketan, sifat korosif, reaktivitas dan toksisitas. Salah satu
karakteristik yang paling penting dari suspensi partikel debu adalah distribusi ukuran
partikel aerosol. Ukuran partikel merupakan parameter terpenting untuk memberi ciri
perilaku aerosol. Semua sifat aerosol sangat bergantung pada ukuran partikel.
Partikel yang berdiameter kurang dari 2,5 µm umumnya dianggap halus dan yang
lebih besar dari 2,5 µm dianggap kasar.
Aerosol dapat digolongkan menjadi aerosol primer dan sekunder. Aerosol
primer adalah aerosol yang dipancarkan langsung dari berbagai sumber, seperti
debu yang terbawa oleh udara sebagai akibat adanya angin atau partikel asap yang
dipancarkan dari cerobong. Aerosol sekunder merujuk pada partikel yang dihasilkan
di dalam atmosfir yang mengalami reaksi kimia dari komponen gas.
2. SUMBER DAN DISTRIBUSI
Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang
terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan gunung berapi. Pembakaran
yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon akan
murni atau bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin
disel yang tidak terpelihara dengan baik. Partikulat debu melayang (SPM) juga
dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna sehingga terbentuk
aerosol kompleks dari butir-butiran tar. Dibandingkan dengan pembakaraan batu
bara, pembakaran minyak dan gas pada umunya menghasilkan SPM lebih sedikit.
Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi
partikulat debu. Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah
komersial bisa merupakan sumber SPM yang cukup penting. Berbagai proses
industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu
berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor.
Partikulat diemisikan dari berbagai sumber, termasuk pembakaran bahan
bakar minyak, (gasoline, diesel fuel), pencampuran dan penggunaan pupuk dan
pestisida, konstruksi, proses-proses industri seperti pembuatan besi dan baja,
pertambangan, pembakaran sisa pertanian (jerami), dan kebakaran hutan. Hasil
data pemantauan udara ambient di 10 kota besar di Indonesia menunjukan bahwa
PM10 adalah parameter yang paling sering muncul sebagai parameter kritis.
3. DAMPAK TERHADAP KESEHATAN
Inhalasi merupakan satu-satunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam
hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga
beberapa senjawa lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti timah hitam
(Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui rute lain.
Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat
tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu bentuk padat maupun cair
yang berada diudara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu
yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai
dengan 10 mikron. Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan
partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di
alveoli.
Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5
mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu
saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih
bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di
udara juga.
Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin
akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang
mata (Visibility) Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu
di udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara
yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari
seluruh partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif
dan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu
diketahui pula bahwa logam yang terkandung di udara yang dihirup mempunyai
pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang besaral dari
makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat pada
partikulat patut mendapat perhatian.
Penelitian epidemiologis pada manusia dan model pada hewan menunjukan
PM10 (termasuk di dalamnya partikulat yang berasal dari diesel/DEP) memiliki
potensi besar merusak jaringan tubuh. Data epidemiologis menunjukan peningkatan
kematian serta eksaserbasi/serangan yang membutuhkan perawatan rumah sakit
tidak hanya pada penderita penyakit paru (asma, penyakit paru obstruktif kronis,
pneumonia), namun juga pada pasien dengan penyakit kardiovaskular/jantung dan
diabetes. Anak-anak dan orang tua sangat rentan terhadap pengaruh
partikulat/polutan ini, sehingga pada daerah dengan kepadatan lalu lintas/polusi
udara yang tinggi biasanya morbiditas penyakit pernapasan (pada anak dan lanjut
usia) dan penyakit jantung/kardiovaskular (pada lansia) meningkat signifikan.
Penelitian lanjutan pada hewan menunjukan bahwa PM dapat memicu inflamasi
paru dan sistemik serta menimbulkan kerusakan pada endotel pembuluh darah
(vascular endothelial dysfunction) yang memicu proses atheroskelosis dan infark
miokard/serangan jantung koroner. Pajanan lebih besar dalam jangka panjang juga
dapat memicu terbentuknya kanker (paru ataupun leukemia) dan kematian pada
janin. Penelitian terbaru dengan follow up hampir 11 tahun menunjukan bahwa
pajanan polutan (termasuk PM10) juga dapat mengurangi fungsi paru bahkan pada
populasi normal di mana belum terjadi gejala pernapasan yang mengganggu
aktivitas.
PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh
penyakit jantung dan pernafasan, pada konsentrasi 140 µg/m3 dapat menurunkan
fungsi paru-paru pada anak-anak, sementara pada konsentrasi 350 µg/m3 dapat
memperparah kondisi penderita bronkhitis. Toksisitas dari partikel inhalable
tergantung dari komposisinya.
4. PENGENDALIAN
4.1. Pencegahan
a) Dengan melengkapi alat penangkap debu ( Electro Precipitator ).
b) Dengan melengkapi water sprayer pada cerobong.
c) Pembersihan ruangan dengan sistim basah.
d) Pemeliharaan dan perbaikan alat penangkap debu.
e) Menggunakan masker.
4.2. Penanggulangan
a) Memperbaiki alat yang rusak
5. STANDAR BAKU MUTU KUALITAS UDARA PERKOTAAN
Baku mutu udara ambien adalah batas maksimum mutu udara ambien
untuk mencegah pencemaran udara yang standarnya berpedoman pada
ketentuan yang telah ditetapkan pada masing-masing daerah. Kementrian
lingkungan hidup telah mengeluarkan Keputusan Mentri dalam hal Ambang
Batas Baku Mutu Kualitas Udara Ambien Nasional (BMUAN yang menentukan
nilai ambang batas serta metode analisis yang dapat digunakan untuk parameter
pencemar udara kriteria yang utama/umum yaitu SO2, CO, NO2, O3, HC, PM10,
PM2,5, TSP, Pb, debu jatuh, Fluor, Cl dan ClO2, dan sulfat index (Peraturan
Pemerintah RI No.41 tahun 1999. PP No.41/1999), tingkat kebauan untuk
parameter NH3, CH3SH, H2S, (CH3)2S, C6H5CHCH2 (Kep-
50/MENLH/11/1996). BMUAN ini perlu digunakan sebagai acuan awal untuk
menentukan tujuan kualitas udara yang ingin dicapai. Tetapi, dengan adanya
perbedaan kondisi dan karakteristik alam dan perkotaan, di beberapa daerah
mungkin diperlukan peraturan baku mutu yang sesuai dengan kondisi daerah.
Baku Mutu daerah dapat berbeda dari Baku Mutu Nasional, bila hal ini terjadi,
maka ambang batas yang ditetapkan harus lebih ketat dari ambang batas
nasional. Pada saat ini, belum banyak daerah yang memiliki Baku Mutu Daerah.
Penyusunan baku mutu tersebut akan membutuhkan informasi dari studi-studi
dan pengkajian hasil-hasil studi mengenai analisis resiko dan hubungan dosis-
respons antara pencemar udara dan kesehatan manusia,tanaman pertanian, dan
ekosistem. Data-data tersebut pada umumnya belum banyak tersedia.
Asosiasi antara efek pencemar secara umum dengan Kategori ISPU
Kategori dan Warna Skala Efek
a. Baik
b. Sedang
c. Tidak Sehat
d. Sangat Tidak
Sehat
0 – 50
51-100
101-199
200-299
Tidak ada efek bagi kesehatan dan pada
lingkungan
Tidak ada efek kesehatan tapi berpengaruh
pada tumbuhan yang sensitif.
Merugikan manusia dan hewan yang sensitif
dan kerusakan pada tumbuhan dan nilai
estetika.
Tingkat kualitas yang merugikan kesehatan
40
e. Berbahaya
>300 pada sejumlah segmen populasi yang
terpapar.
Secara umum berbahaya dan merugikan
kesehatan yang serius pada populasi.
BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL
No Parameter Waktu
Pengukuran
Baku Mutu Metode
Analisis
Peralatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
Sulfur
dioksida
(SO2)
Karbon
monoksid
a (CO)
Nitrigen
dioksida
(NO2)
Ozon (O3)
Hidrokarb
on (HC)
PM10
PM2,5
Total
1 jam
24 jam
1 tahun
1 jam
24m jam
1 tahun
1 jam
24 jam
1 tahun
1jam
1tahun
3jam
24jam
24jam
1tahun
24jam
900 µg/Nm³
365 µg/Nm³
60 µg/Nm³
30.000 µg/Nm³
10.000 µg/Nm³
400 µg/Nm³
150 µg/Nm³
100 µg/Nm³
235 µg/Nm³
50 µg/Nm³
160 µg/Nm³
150 µg/Nm³
65 µg/Nm³
15 µg/Nm³
230 µg/Nm³
Pararosalin
Spektometri
Pembentukan
kompleks
dengan
pereaksi
Saltzman
Chemilumine
s Cent
Flame
Ionisation
Gravimetri
Gravimetri
Gravimetri
Spectrofotometer
NDIR Analyser
Spectrofotometer
Spectrofotometer
Kromatografi Gas
Hi Volume
High Volume
Sampler
High Volume
41
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Partikel
Tersuspen
si (TSP)
Timbal
(Pb)
Gas Fall
(Debu
Jatuh)
Total
Flourides
(asF)
Flour
Indeks
Clorine
dan
Clorina
dioksida
Sulfat
Indeks
1tahun
24jam
1tahun
30hari
24jam
90hari
30hari
24jam
30hari
90 µg/Nm³
2 µg/Nm³
1 µg/Nm³
10ton/km²/bl
(pemukiman)
20ton/km²/bl
(industri)
3 µg/Nm³
0,5 µg/Nm³
40µg/100cm²
dari kertas
limed filter
150 µg/N³
1mgSO/100c
m² dari lead
peroksida
Gravimetrik
Ekstraktif
Pengabuan
Gravimetri
Spesifik ion
Elektrode
Colourimetric
Spesifik ion
Elektrode
Colourimetric
Sampler
Hi Volume
AAS
Cannister
Impinger atau
Continous
Analyser
Limed Filter
Paper
Impinger atau
Continous
Analyser
Lead Peroksida
Candle
42
DAFTAR PUSTAKA
www.akademik.unsri.ac.id/.../20%20-
%20dampak%20bising%20dan%20kualitas%20udara.pdf
http://www.batan.go.id/ptlr/08id/files/u1/sntpl6/29_Agus_Gindo_pengukuran.pdf.