PEMERIKSAAN NEUROLOGI

42
PEMERIKSAAN NEUROLOGI KESADARAN · Org normal dpt berada dlm keadaan : sadar, mengantuk atau tidur. · Jika tidur, dapat disadarkan oleh rgs nyeri / bunyi / gerak. · Rgs ini disampaikan o/ sistem aktv retikuler, yg berfungsi mempertahankan kesadaran. · Sistem ini tdp di bgn atas batang otak yaitu mesensefalon & hipotalamus. · Pemeriksaan kesadaran dpt dinyatakan scr : a. kwantitatif menggunakan Glasgow Coma Scale b. kwalitatif scr subyektif · Glasgow Coma Scale dipandang baik o.k : a. dpt dipercaya (reliable) b. sgt teliti & dpt membedakan kelainannya hingga tdk tdp byk perbedaan antara dua penilai. c. dgn sdkt latihan dpt jg dipki o/ perawat shg observasi mereka jg lbh cermat.

description

neurologi revisi

Transcript of PEMERIKSAAN NEUROLOGI

PEMERIKSAAN NEUROLOGI

PEMERIKSAAN NEUROLOGIKESADARAN Org normal dpt berada dlm keadaan : sadar, mengantuk atau tidur. Jika tidur, dapat disadarkan oleh rgs nyeri / bunyi / gerak.

Rgs ini disampaikan o/ sistem aktv retikuler, yg berfungsi mempertahankan kesadaran.

Sistem ini tdp di bgn atas batang otak yaitu mesensefalon & hipotalamus. Pemeriksaan kesadaran dpt dinyatakan scr :

a. kwantitatif

menggunakan Glasgow Coma Scale

b. kwalitatif

scr subyektif

Glasgow Coma Scale dipandang baik o.k :

a. dpt dipercaya (reliable)b. sgt teliti & dpt membedakan kelainannya hingga tdk tdp byk perbedaan antara dua penilai.

c. dgn sdkt latihan dpt jg dipki o/ perawat shg observasi mereka jg lbh cermat.

GLASGOW COMA SCALE1974, Teadsdale & Jennet di Glasgow, membuat sistem u/ menilai tingkat kesdran, berdsr pd :A. MEMBUKA MATA1. tdk tdp rx (rgs nyeri tdk membuka mata)

2. rgs nyeri (tekan pd supraorbita/kuku jari)

3. dgn bicara (suruh px membuka mata)

4. spontan

B. RESPON VERBAL/ BICARA

1. Tdk tdp jawaban

2. Mengerang (tdk mengucapkan kata, hny mengerang)

3. Tdk tepat (dpt mengucapkan kata2, tp tdk berupa kalimat & tdk tepat)

4. Kacau (dpt bicara dlm kalimat, tp tdp disorientasi waktu & tempat)

5. Baik & tdk tdp disorientasi (dpt menjawab dgn kalimat yg baik & tahu dimana ia berada, tahu wkt, hari, bulan)

C. RESPON MOTORIK/ GERAKAN

1. Tdk tdp rx2. Rx extensi/ deserebrasi

3. Rx flexi/ decorticasi

4. Rx menghindar

5. Mengetahui lokasi nyeri

6. Menuruti perintah

Dekortikasi

Lengan dlm keadaan flexi & adduksi, tungkai ekstensi.

Sbg tanda tdp lesi yg dlm pd hemisfer/ tepat di atas mesensefalon.

Deserebrasi

Lengan dlm keadaan ekstensi, adduksi & endorotasi, tungkai dlm sikap ekstensi.

Sbg tanda tdp lesi di batang otak bgn atas, diantara nukleus ruber & nukleus vestibuler.

PEMERIKSAAN KESADARAN KWALITATIF

1. Composmentis

Kesadaran normal.

2. ApatisKesadaran sedikit menurun, acuh tak acuh.

3. Somnolen/ Letargi/ ObtundasiKeadaan mengantuk, kesadaran dapat pulih penuh jika dirangsang. Mudahnya px dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal & menangkis rasa nyeri.4. Sopor/ StuporKeadaan mengantuk yang mendalam, px dpt dibangunkan jk dirangsang dgn kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi.

5. Koma Ringan/ Semi-koma

Tdk tdp respon verbal, reflex kornea, pupil baik. Grkn timbul sbg respon thd rgs nyeri. Px tdk dpt dibangunkan6. Koma/ GCS 1 1 1

Tdk tdp respon membuka mata, bicara maupun gerakan sama sekali.

TEST UNTUK MENGETAHUI ADANYAPERANGSANGAN MENINGEAL1. Kaku Kuduk/ Nuchal Rigidity Tgn pmks ditempatkan di bwh kepala px yg berbaring, kepala difleksikan & usahakan agar dagu mencapai dada. Saat penekukan nilai adanya tahanan. Lakukan pd saat ekspirasi krn pd inspirasi tdp sdkt tahanan.

Pd miositis otot kuduk, arthritis servikalis, tetanus & parkinson, kepala tdk dpt dirotasi & gerak hiperekstensi kepala terganggu, sdkan pd iritasi selaput otak tdk terganggu.

2. Tanda Kernig Px berbaring dgn kedua tungkai lurus. Tungkai yg 1 difleksikan dgn ( 90, kmdn tungkai bawah diekstensikan pd persendian lutut.

Positip jk tdk dpt melakukan ekstensi ( 135 & timbul tahanan & nyeri.

3. Tanda Brudzinski

a. Brudzinski I/ Brudzinskis Neck Sign

Tangan ditmptkan di bwh kepala px yg berbaring, kita tekukkan kepala sejauh mgkn sampai dagu mencapai dada. Tangan yg 1 lg di dada px u/ mcgh diangkatnya bdn. Positip jk fleksi kedua tungkai.

b. Brudzinski II/ Brudzinskis Contralateral Leg Sign

Px berbaring , 1 tungkai difleksikan pd sendi panggul, tungkai yg 1 lg dlm keadaan ekstensi/ lurus. Positip jk tungkai yg ekstensi ikut fleksi.

c. Brudzinski III/ Tanda pipi

Penekanan pd pipi kedua sisi tepat di bwh os zygomaticus akan disusul o/ grkn fleksi scr reflektorik di kedua siku dgn grkn reflektorik ke atas sejenak dr ke2 lengan.d. Brudzinski IV/ Tanda symphisis pubis

Penekanan pd simfisis pubis akan disusul o/ timbulnya grkn fleksi scr reflektorik pd kedua tungkai di sendi lutut & panggul.4. Tanda Lasegue

Px berbaring dgn kedua tungkai diluruskan, tungkai yg satu diangkat lurus, Tungkai yg satu lg hrs ekstensi/ lurus. Tungkai yg diangkat, angkat sampai ( 70. Positip jk timbul rasa sakit & tahanan < 60. Tdp pd iritasi selaput otak, HNP, isialgia.

PITTSBURGH BRAIN STEM SCORE U/ menilai refleks brainstem pd px koma. Cara pemeriksaan :

Reflex bulu mata(+) kedua sisi(-)21

Reflex kornea(+) kedua sisi

(-)21

Dolls eye movement/ ice water calories(+) kedua sisi

(-)21

Rx pupil kanan thd chy(+)(-)21

Rx pupil kiri thd chy(+)(-)21

Refleks muntah/ batuk(+)(-)21

Nilai minimum= 6Nilai maksimum = 12 (makin tinggi makin baik)

SARAF OTAK

Tdp 12 psg, dinyatakan dgn romawi, I-XII

Memeriksa saraf otak membantu kita menentukan lokasi & jenis penyakit.

Lesi dapat tjd pd serabut/ bgn perifer (infranuklir), pada inti (nuklir), atau hubungannya ke sentral (supranuklir).

N. OLFACTORIUS/ N.I

Mrpkn saraf sensorik, yang fungsinya sbg penciuman, pembauan. Neuron I/ sel bipolar terltk di mukosa hidung bgn atas, Pd 1 sisi tdp 20 serat yg kmdn msk ke bulbus olfactorius disini bersinaps dgn neuron II/ sel mitral & sel tufted, kmdn ke tractus olfactorius & mel trigonum olfactorius ke gyrus hypocampus. Pd gyrus ini tdp neuron III. Melalui area pyriformis berputar msk ke hypocampus. Di dlm hypocampus tdp hubungan dgn corpora amygdala, limbic sistem, corpus mamilare.

N.I terltk di fossa cranialis ant sbl atas dr lobus frontalis di bwh os ethmoidalis.

Normosmia : kemampuan menghidu normal, tdk terganggu.

Bulbus & traktus olfactorius dpt terganggu o.k tumor spt meningioma.

Meningioma dapat menyebabkan Sindroma Foster Kennedy y/

a. Anosmia ipsilateral o.k tekanan pd bulbus

b. Atrofi optik ipsilateral o.k jejas pd saraf optik ipsilateral.

c. Papiledema kontralateral o.k pe(an TIK akibat tumor.

Kerusakan saraf ini menyebabkan :

Hiposmia/anosmia (kemampuan menghidu ()

Hiperosmia (kemampuan menghidu me()

Dijumpai pd hiperemesis gravidarum, migrain

Parosmia (tdk dpt mengenali bau-bauan, salah-hidu).

Kakosmia (merasa ada bau busuk, tp tdk ada)

Halusinasi Penciuman : berupa bau tdk sedap, dijumpai pd epilepsi dr girus uncinatus lobus temporalis & tdp gerak mengecap-ngecap dsb Epilepsi Jenis Partial Kompleks).

Cara Pemeriksaan :

Periksa lubang hidung, apakah tdp sumbatan/ kelainan spt polip krn dpt me(an ketajaman penciuman.

Zat pengetes spt kopi, tembakau, teh, vanili didekatkan ke hidung px & disuruh ia menciumnya. Tiap lubang hrs diperiksa satu per satu dgn menutup lubang hidung lainnya dgn tangan.

N. OPTIKUS/ N. II

Alat penangkap rangsang cahaya a/ sel batang/ rods & kerucut/cones yg terletak diretina.

N. II bkn mrpk saraf yg sebenarnya tp tonjolan otak. Neuron I tdd sel rods & cones, Neuron II tdd bipolar cells, Neuron III tdd ganglion cells.

Axon dr gangglion cells menuju ke optic disc, kmdn berkumpul mjd n. opticus.

Melalui lamina cribrosa n. opticus kanan & kiri mengadakan decussastio partial.

Neuron III berhenti di corpus geniculatum lateral, sbgn dr ganglion neuron III msk ke area pretectalis kmdn ke colliculus superior.

Neuron IV a/ tractus geniculocalcarina yg terltk pd ventriculi lateralis. Kelainan pd ventriculi lateralis dpt memberikan ggg penglihatan.

Keluhan yg berhubungan dgn ggg N.II :

a. Ketajaman penglihatan berkurang.

b. Lapangan pandang berkurang.

c. Tdp bercak lapangan pandang yg tdk dpt dilihat/ skotoma.

d. Mata mdh mjd silau/ fotofobi.

e. Takut akan cahaya, pd meningitis.

Pemeriksaan N.II

a. Ketajaman Penglihatan Visus

Membandingkan ketajaman penglihatan px dg pmks. Px disuruh melihat benda yg ltknya jauh (mis : jam dinding & tny pkl brp) & membaca huruf yg tdp di buku/ koran. Jika ketajaman mata sama dgn pmks, mk dianggap normal.Pemeriksaan dpt pki kartu snellen (huruf/ gambar yg disusun mkn bwh mkn kecil). Px disuruh membaca gambar snellen ini dr jrk 6 m, kmdn tentukan sampai batas mana dpt dibacanya. Bila ia dpt membaca sampai bwh berarti normal atau 6/6.

Pemeriksaan menggunakan jari2 yg digerakkan hrs dpt dilihat dlm jarak 60 meter. U/ grkn tangan hrs nampak pd jarak 300 m. Sinar lampu hrs nampak pd jarak tak terhingga. Jk dgn sinar lampu px blm dpt melihatnya maka visus 0. Co/ visus 3/300 (px hny dpt melihat pergerakan tangan pd jarak 3 meter); 2/60 (px hny dpt melihat pergerakan jari pd jarak 2 m). Jk hendak melakukan pemerikaan pd mata kanan, maka mata kiri hrs ditutup dgn telapak tangan & sebaliknya.

b. Lapangan Pandang

(Tes Konfrontasi dari Donder)

Slrh lap yg terlihat, bl kita memfixasi mata ke satu benda dsb lapangan pandang.

Px duduk/ berdiri berhadapan dgn pmks dgn jrk 1 m. Jk kita hendak memeriksa mata kanan, mk mata kiri px hrs ditutup dgn tangan, pemeriksa hrs menutup mata kanannya, px disuruh melihat terus pd mata kiri pmks & pmks hrs melihat ke mata kanan px. Kmdn pmks menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pmks dg px. Grkn dari arah luar ke dlm. Jk px mulai melihat grkn jari pmks, ia hrs memberi tahu & hal ini dibandingkan dgn pmks.

Kelainan bentuk lapangan pandang :

Skotoma

a/ bercak ato bidang di dalam lapangan pandang yang tidak dapat dilihat.

Untuk memeriksanya pakai kampimeter, tetapi lebih baik lagi pakai layar Byerrum.

Pada keadaan normal kita punya bercak buta/ blind spot yg disebut skotoma fisiologis.

Skotoma yang terdapat di pusat penglihatan/ skotoma sentral disebabkan o/ ggg di makula.

Skotoma dpt disebabkan o.k kelainan optik, bkn o.k kelainan saraf, biasanya skotoma terlihat sbg bercak hitam (Skotoma Positip).

Skotoma o.k kelainan saraf, bila terletak di luar titik fixasi sering tdk terlihat/ tdk disadari o/ px, kecuali wkt pmksan.

c.Pengenalan Warna

Dgn menggunakan :

a. kartu ichihara/ stelling

b. benang-benang wol berwarna

d.Funduscopy

Untuk memeriksa :

a. miopia, hipermetropia, emetropia

b. pengamatan retina

c. pengamatan pupil n. opticus

Syarat :

a. px mengarahkan pandangannya jauh ke dpn agar sinar lampu tdk dipantulkan fovea centralis ke lubang teropong.

b. opthalmoscope didktkan ke mata dr arah temporal bwh dgn ( 10 thd sumbu anteroposterior bola mata.

N. OCCULOMOTORIUS, N. III

N. TROCHLEARIS, N. IV

N. ABDUCENS, N. VI

Ketiga nervus ini berkaitan & diperiksa bersama-sama. Fungsinya a/ menggerakkan otot mata ekstraokuler & mengangkat kelopak mata. Serabut otonom N. III mengatur otot pupil.

Pemeriksaan meliputi :

1. Pemeriksaan Kedudukan Bola Mata

2. Pemeriksaan Gerakan Bola Mata

3. Pemeriksaan Kelopak Mata

4. Pemeriksaan Pupil1. Pemeriksaan Kedudukan Bola MataPerhatikan :

a. Apakah mata menonjol/ eksoftalmus ?

Ciri : celah mata nampak lebih besar

Didapatkan pada :

Tirotoksikosis, biasanya bilateral

Meningioma, biasanya unilateral

Anerisma intrakranial, fistula arteriovena & angioma ( eksoftalmus yg berdenyut (raba mata & auskultasi terdengar bising)

Trombosis sinus kavernosus disertai edema & kelumpuhan otot mata

b. Apakah mata masuk ke dalam/ enoftalmus ?

Didapatkan pada sindroma Horner

c. Bagaimana posisi bola mata dalam keadaan istirahat, bila satu otot lumpuh, mengakibatkan kontraksi/ tarikan ( Strabismus/ Juling/ Jereng

Kelumpuhan m. rectus eksternus (strabismus konvergen), mata yg lumpuh melirik lebih ke medial.

Kelumpuhan m. rectus internus (strabismus divergen), mata yang lumpuh melirik lebih ke lateral, pd px koma.

Bisa o.k m. rectus eksternus lebih panjang (strabismus konvergen), tdk didapatkan kelumpuhan gerakan bola mata.

Miastenia gravis : kelumpuhan gerakan bola mata & strabismus.

2. Pemeriksaan Gerakan Bola Mataa. Px disuruh mengikuti jari pemeriksa yg digerakkan ke arah lateral, medial, atas, bawah, & miring (atas-lateral, bawah-medial, atas-medial, & bawah-lateral). Perhatikan bgm gerakan bola mata, apakah lancar & mulus atau kaku (jerky pada kelainan serebelum).

b. Lihat ada/ tidaknya nystagmus. Nystagmus a/ gerak bolak-balik bola mata yang tdk disadari & ritmik. Px disuruh untuk melirik terus ke satu arah selama 5 detik.

Nystagmus Jk didptkan vertigo kita hrs mencari adanya nistagmus dgn memeriksa gerakan bola mata.

Cara u/ menimbulkan nistagmus dgn tes kalori.

Nistagmus pny ciri sesuai grknnya, bidang grknnya (horisontal, rotatoar, vertikal, campuran), arah grkn, amplitudo & lamanya nistagmus berlgs. Selain itu pengaruh dr sikap kepala jg perlu diperhatikan.

Nistagmus dpt lbh mdh dievaluasi dgn lensa Frenzel (kacamata dgn lensa + 20 dioptri, berfx sbg kaca pembesar).

Mata jgn terll jauh dilirikkan krn dpt menimbulkan nistagmus pd org normal (End Position Nystagmus/ Nistagmus Posisi Ujung)

3. Pemeriksaan Kelopak Mata

Kelumpuhan N.III ( ptosis/ kelopak mata terjatuh, mata tertutup & tidak dapat dibuka, o.k kelumpuhan m. levator palpebrae.

Didapatkan pd miastenia gravis & sindroma horner.

Miastenia gravis, ggg terltk pd hub saraf-otot/ myoneural junction. Ciri khas a/ mudahnya otot menjadi lelah yg bermanifestasi sbg lumpuh & pulih setelah istirahat lama, dgn prostigmin ptosis dpt dihilangkan/ berkurang.

Tanda Sindroma Horner :

a. Ptosis ringan, o.k lumpuhnya m. tarsalis

b. Miosis, o.k lumpuhnya otot dilator pupil

c. Enoftalmus, o.k lumpuhnya otot dari muller

d. Vasodilatasi pemb darah kepala, kuduk & konjungtiva sisi ipsilateral

e. Anhidrosis pd kepala & muka ipsilateral

4. Pemeriksaan Pupil

Pupil yg melebar sesisi & tdk bereaksi menandakan tekanan pd saraf otak ke-3/ herniasi tentorial/unkusPerhatikan :a. diameter pupil, normal 3 mm.

b. miosis/ midriasis/ sama besar

c. bandingkan kiri & kanan (isokor/ unisokor)

d. bentuk bulatan pupil teratur atau tidak

e. reflex pupil

reflex cahaya langsung & tidak langsung

Cara pemeriksaan :

Px disuruh melihat jauh stl itu mata kita senter & lihat apakah apakah ada reaksi pada pupil, jk lgs mengecil maka reaksi cahaya langsung (+), kmdn perhatikan pupil mata yg satu lg apakah ikut mengecil, jk mengecil mk reaksi cahaya tdk langsung (+).

reflex akomodasiCara Pemeriksaan :

Px disuruh melihat telunjuk pemeriksa pd jarak yg cukup jauh, kmdn dgn tiba-tiba dekatkanlah pada px. Positip pd org normal bila pupil mengecil. Pd kelumpuhan N.III reflek ini mengecil

reflek thd obat-obatan

Atropin & skopolamine ( midriasis

Pilocarpine & acetylcholine ( miosis

Reflex pupil (-) tapi reflex akomodasi (+) dsb sbg gejala Argyll Robertson/ Pupil Argyll Robertson. Dijumpai pada sifilis, diabetes melitus, arteriosklerosis, tumor otak, alkoholisme kronik.

Bila reaksi cahaya langsung (-) sedangkan reaksi cahaya tidak langsung (+) maka kerusakan pada nervus II. Jika reaksi cahaya langsung & tidak langsung (-) maka kelumpuhan nervus III.

N. TRIGEMINUS/ N. V

Tdd 2 bagian : sensorik (yg besar, portio mayor) & motorik (yg kecil, portio minor)

Bagian motorik mengurus otot u/ mengunyah, yaitu :

a. m. masseter

b. m. temporalis

Fx : menarik rahang ke belakang

c. m. pterigoideus medialis

Fx : menutup mulut

d. m. ptergoideus lateral

Fx : menggerakkan rahang bawah ke samping & membuka mulut

Inti motorik saraf V mendapat persarafan dari kedua hemisfer. Lesi pada 1 hemisfer tidak melumpuhkan otot mengunyah karena persarafan dapat dilakukan hemisfer yg lainnya.

Px disuruh menggigit kuat-kuat, kita dapat meraba serta menilai trofik m. masseter. Bila m. pterygoideus lateralis kanan lumpuh px tdk dpt menggerakkan rahang bawahnya ke lateral kiri. Bila rahang bawah berdeviasi ke kanan ketika membuka mulut, disebabkan o.k kelemahan m. pterigoideus lateralis kanan

Bagian sensorik mengurus sensibilitas dari muka melalui ketiga cabangnya, y/

a. Ramus oftalmik : dahi, mata, hidung, kening, selaput otak, sinus paranasal & sebagian mukosa hidung.

b. Ramus maksilaris : rahang atas, gigi atas, bibir atas, pipi, palatum durum, sinus maxilaris & mukosa hidung

c. Ramus mandibularis : rahang bawah, gigi bawah, bibir bawah, mukosa pipi, 2/3 bgn depan lidah, sbgn dr telinga, meatus & selaput otak.

Pemeriksaan N. Trigeminus :

a. Pemeriksaan Motorik

Px diminta merapatkan gigi sekuatnya, kmdn meraba m. masseter & m. temporalis. Normalnya kiri & kanan kekuatan, besar & tonusnya sama.

Px diminta membuka mulut & perhatikan apakah ada deviasi rahang bawah, jika ada kelumpuhan maka rahang bawah akan berdeviasi ke arah yg lumpuh. Sebagai pegangan diambil gigi seri atas & bawah yg harus simetris. Bila tdp parese di sbl kanan, rahang bawah tdk dpt digerakkan ke samping kiri. Cara lain px diminta mempertahankan rahang bawahnya ke samping & kita beri tekanan u/ mengembalikan rahang bawah ke posisi tengah.

U/ memeriksa m. pterygoideus lateralis, gerakan mandibula ke kanan-kiri.

b. Pemeriksaan sensorik

Dengan kapas & jarum dapat diperiksa rasa raba, nyeri & suhu, kmdn dilakukan pemeriksaan pada dahi, pipi & rahang bawah.

c. Pemeriksaan reflek

Reflek kornea, berasal dari sensorik N.V

Kornea disentuh dengan kapas, bila normal px akan berkedip kanan & kiri/ menanyakan apakah px dapat merasakan.

Reflek maseter/ Jaw reflek, berasal dari motorik N. V

Dengan menempatkan satu jari pemeriksa melintang pada bagian tengah dagu, lalu px dlm keadaan mulut membuka dipukul dgn hammer reflek normalnya didapatkan sdkt aja gerakan, malah kadang tidak ada. Bila ada gerakannya hebat yaitu kontraksi m. masseter, m. temporalis, m. pterygoideus medialis yg menyebabkan mulut menutup ini disebut reflek meninggi ( lesi pd UMN

Reflek supraorbital

Dengan mengetuk jari pd supraorbital, normalnya akan menyebabkan mata menutup homolateral (tetapi sering diikuti dengan menutupnya mata lain).N. FACIALIS/ N. VII

Pemeriksaan Fungsi Motorik

Wajah px kiri & kanan, simetris/ tidak.

Perhatikan kerutan dahi, pejaman mata, lebarnya celah mata, lipatan kulit nasolabial & sudut mulut. Jk muka asimetris o.k kelumpuhan jenis perifer, u/ kelumpuhan jenis sentral bila muka simetris saat istirahat, kelumpuhan nyata jk px disrh menyeringai/menunjukkan gigi geligi.

Minta px u/ mengerutkan dahi (di bgn yg lumpuh lipatannya tdk dlm) & mengangkat alis.

Menutup mata dgn rapat & coba buka dgn tangan pemeriksa. Pd org normal ada yg tdk dpt memejamkan matanya satu per satu.

Minta px u/ menyeringai, bersiul, dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri & kanan apakah sama kuat (bila ada yang lumpuh maka angin akan keluar ke bagian sisi yang lumpuh). Jk px tdk sadar, maka u/ menyeringai dpt diberi rgs nyeri dgn menekan pd sudut rahangnya (m. masseter)

Gejala Chvostek, dibangkitkan dgn mengetok N.VII, ketokan dilakukan di bgn depan telinga. Positip jk tdp kontraksi otot yg disarafinya, misal pd tetanus & org normal.

Pemeriksaan Fungsi Sensorik

Kerusakan N. VII, sblm percabangan chorda tympani dpt tjd ageusi/ hilangnya pengecapan pada 2/3 lidah bgn depan.

Px disuruh u/ menjulurkan lidah, kmdn pd sisi kanan & kiri diletakkan gula, asam, garam/ sesuatu yg pahit, scr bergiliran. Px cukup menuliskan apa yg terasa diatas secarik kertas/ memberi kode. Bahannya a/ glukosa 5%, NaCl 2.5%, Asam sitrat 1%, kinine 0.075%

Sekresi air mata

Kerusakan pd/ diatas n. petrosus major dpt menyebabkan kurangnya produksi air mata & lesi khorda tympani dpt menyebabkan kurangnya produksi ludah.

Menggunakan schirmer test/ lakmus merah dgn ukuran 0.5 cm x 1.5 cm, warna berubah jadi biru normal 10 15 mm (lama 5 menit)

N. VESTIBULO-KOKHLEARIS/

N. STATO-AKUSTIKUS/ N. VIII

Pemeriksaan Saraf Kokhlearis

A. Rinne Test

Membandingkan konduksi tulang dgn konduksi udara.

Garputala dibunyikan dan pangkalnya ditekankan pd tulang mastoid px. Ia disuruh mendengarkan bunyinya. Bila tdk terdengar lagi, garputala segera didekatkan pd MAE.

Normal, konduksi udara lbh baik drpd konduksi tulang. Didptkan juga pd tuli perseptif/ tuli saraf. Tuli konduktif, konduksi tulang lbh baik (getaran tdk terdengar lg).

Jika msh terdengar bunyi, maka konduksi udara lbh baik drpd konduksi tulang, Rinne (+).

B. Schwabach Test Membandingkan pendengaran px dengan pemeriksa yg dianggap normal.

Garputala dibunyikan, kmdn ditempatkan di dekat telinga px. Stl px tdk mendengarkan bunyi lg, garputala ditempatkan di dekat telinga pemeriksa. Bila msh terdengar bunyi o/ pemeriksa, maka dikatakan bahwa schwabach lbh pendek (u/ konduksi udara), kmdn garputala dibunyikan lg & pangkalnya ditekankan pd tulang mastoid px. Disuruh ia mendengarkan bunyinya. Bila sudah tdk mendengar lg, maka garputala ditempatkan di tulang mastoid pemeriksa. Bila pemeriksa msh mendengarkan bunyinya maka dikatakan schwabach (u/ konduksi tulang) lbh pendek.

C. Weber Test Garputala yg dibunyikan ditekankan pangkalnya pd dahi px, tepat dipertengahan, kmdn mintalah px u/ membandingkan getaran tsb (lbh terasa di kanan/ kiri).

Normal, akan didengar/ dirasakan ditengah.

Jk tdp pe(an pendengaran 1 sisi krn pykt telinga tengah/ tuli konduksi, maka akan dirasakan pd sisi yg terkena, sdkan pd tuli saraf getaran akan dirasakan di sisi telinga yg normal.

Tes weber berlateralisasi ke kiri (atau ke kanan), bila bunyi lbh keras terdengar di telinga kiri (atau kanan)

Pemeriksaan Saraf Vestibularis

A. Kalori Test

Berfungsi u/ mengetahui apakah keadaan labirin normal, hipoaktif/ tdk berfungsi.

Kepala px diangkat ke belakang 60. Tabung suntik 20 cc diisi dgn air 30C, disemprotkan ke liang telinga, shg gendang telinga tersiram kira-kira 20 detik. Amati bola mata px, ada nistagmus atau tdk. Bila telinga kiri yg dipanaskan maka nistagmus ke kiri

Telinga yg satu diberi 5 ml air es diinjeksikan ke telinga scr lambat. Amati ada nistagmus atau tdk. Jika tdk ulangi. Jk msh blm berarti labirin tdk berfungsi. Bila telinga kiri yg didinginkan maka nistagmus ke kanan, krn air yg disuntikkan lbh dingin dari suhu badan)

Catatlah arah gerak nistagmus, frekuensi (biasanya 3-5x/ detik) & lamanya nistagmus berlsg (biasanya - 2 menit) tiap org beda.

B. Past Pointing Test/ Salah Tunjuk

Px diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dgn jari telunjuknya, kmdn dgn mata tertutup dgn mengangkat/ menurunkan lengan sampai vertikal, px diminta u/ mengulangi. Normalnya px hrs dpt melakukannya.

Didptkan pd ggg vestibular & serebelar.

C. Stepping Test/ Test melangkah di tempat

Px disuruh berjalan di tempat, dgn mata tertutup, sbyk 50 langkah dengan kecepatan spt berjalan biasa. Selama test ini px berusaha agar tetap ditempat & tidak beranjak dari tempatnya selama test berlangsung. Dikatakan abnormal bila kedudukan akhir px beranjak > 1 m dr tempatnya semula/ badan berputar > 30.

D. Romberg Test

Px berdiri dgn kaki yg satu di depan kaki yg lainnya. Tumit kaki yg satu berada di depan jari kaki yg lainnya, lengan dilipat pd dada & mata kmdn ditutup. Org yg normal mampu berdiri dlm sikap romberg yg dipertajam selama 30 detik/ lebih.

N. GLOSSOPHARINGEUS/ N. IX

N. VAGUS/ N. X

Pemeriksaan Motorik :

Perhatikan kualitas suara px, apakah suaranya normal/ berkurang/ serak (disfonia)/ tdk sama sekali (afonia)

Px diminta u/ membuka mulut & mengatakan huruf aaaaaaaaaaaa. Pembentukan suara ini dilakukan o/ pita suara yg dipersarafi N.X

Kelumpuhan cabang N.X y/ N. laringeus rekurens didapatkan disfonia, tjd o.k tekanan pada saraf tsb o.k tumor, kelenjar yang membengkak.

U/ mengucapkan kata2 dibutuhkan otot2 artikulasi spt otot mulut, lidah, laring & faring. Jd mrpkn kerjasama antara N. V, VII, IX, X & XII. Kelumpuhan otot mengakibatkan px tdk mampu mengucapkan kata dgn baik/ disartria.

Kelumpuhan N.IX & X, palatum molle tdk sanggup menutup jalan ke hidung waktu bicara, & didptkan suara hidung/ bindeng. Selain itu bila mengejan/ menggembungkan pipi tdk dpt melakukan dgn baik krn udara terlepas melalui hidung, dpt dicegah bila lubang hidung ditutup.

Kelumpuhan N.IX & X dpt tjd disfagia/ tersedak.

Perhatikan palatum molle & faring. Bila tdp parese otot faring & palatum molle, maka palatum molle, uvula & arkus faring sisi yg lumpuh letaknya lbh rendah drpd yg sehat & bila bergerak uvula & arkus seolah-olah tertarik ke arah yg sehat. Bila tdp parese pd keduanya tdk didptkan gerakan & posisi uvula lbh rendah.

Reflex Faring

Px membuka mulut, Pemeriksa meraba dinding pharynx dgn tong-spatel, terlihat faring terangkat dan lidah ditarik (reflek positip) & bila diberi rgsan yg keras dpt timbul refleks muntah. Bila ada ggg N.IX & X refleks dpt (-).

Refleks Wahing

Mukosa hidung dirangsang dgn sentuhan kapas, timbul wahing (N.X dibantu o/ N. VII & IX)

Cekukan/ Hiccup/Singultus

Mrpk kontraksi diafragma yg menyebabkan udara diinspirasi dgn kuat, spasme faring & berhentinya inspirasi krn menutupnya glotis. Hal ini memberikan suara cekukan.

Dpt timbul pd iritasi lambung, diafragma & laring. N. frenikus berperan penting.Pengecapan

N.IX mengandung serabut aferen khusus u/ pengecapan y/ 1/3 bgn posterior lidah.

Dilakukan pmks di blk lidah, tdk diperiksa scr rutin, krn sukar.

Menggunakan elektroda dari kawat tembaga yg ditempatkan sbg anoda pd lidah posterior, Pd org normal akan terasa asam.

Fungsi Autonom

Paralisa N. Vagus ( takikardia (o.k anemia, suhu yg tinggi), sedang iritasi ( bradikardia (TIK yg tinggi, mekanisme belum jelas)

Penting u/ pmks frekuensi nadi.Refleks Sinus Karotikus

Kita tekan sinus karotikus dgn tangan pd percabangan a. karotis komunis. Hal ini memberi rangsang reflek pd N.X & pusat-pusat di otak yg mengurus fx vegetatif.

Rangsang dihantar o/ serabut aferen N.IX ke medula & impuls eferen dihantar o/ N.X & serabut simpatis.

Pd org yg peka & biasanya pd px arteriosklerosis rgs dr sinus karotikus ini mengakibatkan bradikardia, menurunnya curah jantung, menurunnya TD, & timbul vasodilatasi.

Pd keadaan patologis tekanan pd bifurcatio a. karotis komunis dpt menyebabkan vertigo, pucat, hilangnya kesadaran & kadang kejang.

Refleks Okulokardiak

Bila kita tekan enteng biji mata, hal ini mengakibatkan berkurangnya detak jantung.

Serabut aferen refleks ini melalui N. trigeminus sedang impuls eferen melalui N. vagus.

Digunakan sebagai petunjuk adanya kepekaan vagus, dipengaruhi o/ emosi. Tidak ada patokannya. Meningkat pd orang vagotonik.

N. AKSESORIUS/ N.XI

Hanya dari serabut motorik/ somatomotorik.

Dalam foramen jugulare, serabut yg berasal dari inti medula oblongata & inti spinal servikal bergabung mjd 1 dan keluar dari foramen jugulare sbg 1 berkas saraf.

Menginervasi m. sternokleidomastoideus (menyebabkan gerakan menoleh) & trapezius (menarik kepala ke sisi yg sama, mengangkat, menarik & memutar skapula, membantu mengangkat lengan dr posisi horisontal ke atas)

Cara Pemeriksaan :

Memeriksa m. sternocleidomastoideus. Px diminta u/ menoleh ke kanan & ke kiri & ditahan o/ pemeriksa, kmdn dilihat & diraba tonus dari m. sternocleidomastodeus.

Memeriksa kekuatan otot dari m. trapezius. Dengan menekan pundak px & px diminta u/ mengangkat pundaknya.

N. HYPOGLOSSUS/ N. XII

Mengandung serabut somatomotorik yg menginervasi otot ekstrinsik & intrinsik lidah.

Fx otot ekstrinsik lidah a/ menggerakkan lidah & otot instrinsik lidah mengubah-ubah bentuk lidah.

Saraf ini menerima serabut dari kortex traktus piramidalis dari satu sisi y/ sisi kontralateral.

Lesi nervus ini dpt bersifat supranuklir mis pd lesi di kortex/ kapsula interna yg dpt disebabkan o/ stroke, tanpa adanya atrofi & fasikulasi sdkan pd lesi nuklir terdapat.

Cara Pemeriksaan :

Px membuka mulut, perhatikan lidah dalam keadaan istirahat & bergerak.

Perhatikan besarnya lidah, kesamaan bgn kiri & kanan & adanya atrofi.

Pd lesi perifer didapatkan lidah berkerut & atrofi.

Apakah lidah mencong ke sisi yg lumpuh, supaya tdk bingung dgn mulut yg mencong maka sudut mulut perlu diangkat & setelah itu baru lidah disuruh dijulurkan.

Adakah tremor, fasikulasi & gerakan tdk terkendali pada lidah. Untuk membedakan tremor dgn fasikulasi maka lidah diistirahatkan pd dasar mulut, pd keadaan ini tremor biasanya berkurang/ menghilang

Dengan adanya ggg pergerakan lidah, maka perkataan tdk diucapkan dgn baik hal demikian dsb dysarthria/ pelo/ cadel & kesukaran menelan.

Dlm keadaan diam lidah tdk simetris, biasanya tergeser ke daerah lumpuh karena tonus disini menurun.

Bila lidah dijulurkan maka lidah akan membelok ke sisi yang sakit.

Kekuatan otot lidah dpt diperiksa dengan menekan lidah ke samping pada pipi & dibandingkan kekuataanya pd kedua sisi pipi.

SISTEM MOTORIK

Sindrom Lower Motor Neuron, gejala :

a. dari/di luar cornu anterior ke perifer/ otot.b. lumpuh (flaccid/tdk tdp tahanan sama sekali)

c. atoni (hilangnya tonus/ kekuatan otot),

d. atrofi (hilangnya/mengecilnya btk otot) disertai fasikulasi/ grkn seklpk serabut otot.e. klonus (-).f. reflek patologis (-), g. reflek fisiologis (/ hiporefleksia /arefleksi (tdk adanya reflex).h. Ada gangguan sensoris, tropik, autonom.i. perubahan2 pd enzim2 otot, EMG & biopsi otot.

Sindrom Upper Motor Neuron, gejala :

a. kelainan kortex cerebri cornu anterior.b. lumpuh (spastik/ kaku/ tahanan meningkat).c. hipertonia (keadaan tonus otot yang meninggi dpt bersifat spatik/ rigid).d. atrofi (-), fasikulasi (-).e. klonus/ kontraksi & relaksasi otot bergantian dgn cepat (+).f. refleks patologis/reflek abnormal (+).g. reflek fisiologis (/ hiperreflexia.h. tak ada gangguan sensoris, tropik, autonom.i. tdk ada kelainan pd enzim2 otot, EMG & biopsi otot. Kelumpuhan bukanlah merupakan kelainan yang harus ada pada tiap gangguan gerak. Pada gangguan gerak oleh kelainan di sistem ekstrapiramidal dan serebelar, kita tidak mendapatkan kelumpuhan

Gangguan yg ditimbulkan sistem ekstrapiramidal a. gangguan pada tonus otot,

b. gerakan otot abnormal yg tdk dpt dikendalikan,

c. gangguan pada kelancaran gerakan otot volunter

d. gangguan gerak-otot asosiatif.

Gangguan yg ditimbulkan serebelum :

a. gangguan sikap dan tonus,

b. ataksia/ ggg koordinasi gerakanc. dismetria/ grkn yg tdk mampu dihentikan tepat pd waktunya/ tepat pd tmpt yg ditujud. tremor intensi. tremor yg timbul wkt melakukan grkn volunter & mjd lebih nyata ketika gerakan hampir mencapai tujuannya,Tiga fx penting dr serebelum a/ keseimbangan pengatur tonus otot & pengelola serta pengkoordinasi gerakan volunter.PEMERIKSAAN SISTEM MOTORIK1. INPEKSIDiperhatikan sikap, bentuk, ukuran & tdp gerakan abnormal yg tdk dpt dikendalikan.Sikap

Perhatikan, bagaimana sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak dan berjalan.

BentukPerhatikan adanya deformitas.

UkuranPerhatikan apakah pjg bgn tbh sblh kiri = kanan. Org dws yg mengalami lumpuh sejak masa kanak, ukuran ekstremitas yg lumpuh lbh pendek drpd yg sehat.

Perhatikan besar (isi) kontur (bentuk) otot. Adakah atrofi / hipertrofi ? Pd atrofi besar otot berkurang & bentuknya berubah.Perhatikan besarnya otot. bandingkan dengan otot sisi lainnya. Bila dicurigai atrofi, ukurlah kelilingnya. Pengukuran dilakukan dgn menyebutkan tempat di mana dilakukan pengukuran. Biasanya digunakan tonjolan tulang sbgi patokan.

Misalnya 3 cm di atas olekranon/ patela. Stlh itu perhatikan pula bentuk otot. Hal dilakukan dalam keadaan otot beristirahat & sewaktu berkontraksi. Bila didptkan atrofi, kontur biasanya berubah/ berkurang.Pada pseudo-hipertrofi, ukuran otot tampak lbh bsr namun tenaganya berkurang, o.k jaringan otot diganti o/ jar lemak/ jar ikat. Didapatkan pd distrofia muskulorum progresiva, dan terjadi di otot betis & gluteus.Kelumpuhan & atrofi otot pd anggota gerak menimbulkan bentuk & sikap abnormal yg khas. Perubahan2 btk bgn anggota gerak a/

a. Winging skapula krn paralisis otot trapezius.

b. Winging skapula krn paralisis otot seratus anterior.

c. Tangan yg menjulai akibat paralisis n. radialis.

c. tangan monyet akibat paralisis n. medianus.

d. Claw hand akibat paralisis n.ulnaris.

e. Drop foot akibat paralisis n. peroneus.

f. Claw foot akibat paralisis n. tibialis.

Grkn abnormal tdk terkendali/ Grkn involunterDi antara gerakan abnormal yg tdk terkendali a/ tremor, khorea, atetose, distonia, balismus, spasme, tik, fasikulasi, dan miokloni.Timbul o.k dikeluarkannya aktv o/ suatu nukleus ttt dlm susunan ekstrapiramidal yg kehilangan kontrol akibat lesi pd nukleus pengontrolnya. Mencakup kortex ekstrapiramidal, nukleus kaudatus, globus palidus, putamen, corpus luysi, substantia nigra, nukleus ruber, nukleus ventrolateralis thalami substantia retikularis & serebelum.

Sifat gerakan dipengaruhi o/ letak lesi & kelainan patologiknya. Lesi pd tmpt yg berlainan kdg dpt menyebabkan grkn yg sama & proses patologis yg berlainan pd tempat yg sama kdg dpt mengakibatkan bermacam btk grkn abnormal.Tremor

a/ serentetan grkn involunter, agak ritmis, mrpkn getaran, yg timbul krn berkontraksinya otot2 yg berlawanan scr bergantian, dpt melibatkan 1/ lbh bgn tbh. Jenis tremor a/ tremor normal/ fisiologis, tremor halus/ tremor toksik & tremor kasar. Tremor fisioiogis, jk anggota gerak ditmptkan pd posisi yg sulit/ bl kita melakukan grkn volunter dgn sgt lambat. Co/ pd org normal yg sedang marah/ ketakutan. Tremor halus/ essential/ striatal, ada pd wkt diam/ istirahat, o.k ggg mekanisme feedback o/ serebelum thd aktv korteks pyramidalis & ekstrapiramidalis. Tremor pd hipertiroidi. Tremor trtm tjd pd jari & tangan. Didptkan jg pd keracunan nikotin, kafein, obat2an spt adrenalin, efedrin, atau barbiturat. Tremor kasar/ Parkinson tremor, tremor pd Parkinson. Mrpkn tremor yg lambat (3-5 siklus/detik), kasar & majemuk. Memberat pd wkt istirahat/ diam & mungkin hilang sewaktu pergerakan yg bertujuan. Lesi di ganglia basalis. Pd Parkinson, grkn jari2 spt grkn menghitung duit/ pill rolling tremor & tremor intensi. Tremor intensi/ serebellar a/ tremor yg timbul wkt melakukan grkn volunter & mjd lebih nyata ketika grkn hampir mencapai tujuannya. Pd tes tunjuk-hidung tremor mjd lbh nyata pd saat telunjuk hampir mencapai hidung.Khorea Dr kata Yunani : menari. Khorea a/ gerak otot berlgsg cepat, sekonyong-konyong, aritmik & khas;dpt melibatkan 1 ekstremitas, badan/ slrh badan. Khorea disebabkan o/ lesi di corpus striatum, substantia nigra, corpus subtalamicus. Pmksan khorea jelas dgn melakukan 2 mcm gerakan y/ ia disuruh menaikkan lengannya ke atas sambil menjulurkan lidah. Didptkan dlm keadaan istirahat & mjd lbh hebat bl ada aktivitas & ketegangan khorea menghilang jk pxnya tidur. Dijumpai pd px khorea Sydenham, khorea Huntington, & khorea gravidarum.Atetose Dari kata Yunani : berubah. Ditandai o/ grkn yg lbh lamban, spt gerak ular, & melibatkan otot bgn distal Biasanya bersama2 dgn khorea. Cenderung menyebar juga ke proksimal. Atetosis dpt dijumpai pd byk penyakit yg melibatkan ganglia basal.Distonia

Jk tjd kerskan besar pd ekstrapiramidal, melibatkan ganglia basal, didptkan gjl yg kompleks. Dijumpai pd distonia muskulorum deformans, didptkan gerakan distonia. Biasanya distonia ini dimulai dgn gerak otot berbtk atetose pd lengan/ anggota gerak lain, kmdn grkn otot btk atetose ini mjd kompleks, y/ menunjukkan torsi yang keras & berbelit. Grkn torsi otot (memutar berbelit) tjd jg pd otot leher & punggung, shg didptkan tortikolis & tortipelvis. Gerak ini dpt ( tjdnya skoliosis, pes ekuinovarus, pes valgus & kontraktur.Balismus/ Hemibalismus

a/ gerak otot yg dtg sekonyong2, kasar & cepat, trtm pd otot2 skelet yg ltknya proksimal Grkn px spt melempar cakram, o.k lesi corpus subthalamicus, corpus luysi, prerubral.Tik (tic)

Penyebab blm diketahui. pakar menganggap sbg conditioned reflex, faktor psikogen, ekstrapiramidal memainkan peranan pula. a/ grkn yg terkoordinir, berulang, & melibatkan seklpk otot dlm hub yg sinergistik. Ada tik yg menyerupai spasme klonik dsb sbg spasme-kebiasaan (habit spasm).Spasme

a/ grkn abnormal yg tjd o.k kontraksi otot2 yg biasanya disarafi o/ 1 saraf. Spasme klonik mulai sekonyong-konyong, berlgsg sebentar & dpt berulang-ulang. Spasme tonik dpt berlgsg lama & terus menerus. Spasme dpt timbul krn iritasi saraf perifer/ otot, ttp dpt jg timbul krn iritasi di suatu tmpt, mulai dr korteks sampai ke serabut otot. Co/ trismus, rhisus sardonikus & hiccup. Trismus a/ spasme tonik otot pengunyah, Rhisus sardonikus a/ spasme tonik otot fasial.Fasikulasi

a/ grkn halus, cepat & berkedut dr 1 berkas (fasikulus) serabut otot/ 1 unit motorik. 1 unit motorik a/ 1 sel neuron motorik, aksonnya & sma serabut otot yg disarafinya. Gerak fasikulasi biasanya tdk menyebabkan grkn pd persendian, kecuali bila fasikulasi tdpt di jari2. Dlm hal sdmkn kdg tjd grkn pd persendian. Penyebab fasikulasi blm jelas. intasi pd sel neuron motorik dpt menimbulkan fasikulasi. Adanya fasikulasi dapat dibuat lebih nyata dng jln memberikan rgs mekanis pd otot tersebut, misalnya dgn pukulan. Mkn byk fasikulasi, mkn cepat progresivitas pykt. Kdg fasikulasi dijumpai pd org yg normal., bs didptkan pd mata & betis. Dlm hal demikian fasikulasi tdk disertai o/ atrofi. Fenomena yg serupa (miokimia) dpt ( kontraksi spasmodik m. orbikularis okuli, m. levator palpebra sup/ otot wjh lain. Ini keadaan yg benigna & dpt dicetuskan o/ kelelahan atau kecemasan serta berlgs lama dr fasikulasi.

Miokloni a/ grkn involunter yg timbul krn kontraksi otot scr cepat, sekonyong-konyong, sebentar, aritmik, asinergik & tdk terkendali. Otot yg berkontraksi dpt meliputi sbgn dr 1 otot, slrh otot/sekelompok otot2 tanpa memandang asosiasi fungsional otot tsb. Gerak mioklonia ini trtm pd otot2 ekstremitas & bdn, ttp srg jg difus & meluas, & melibatkan otot muka, rahang, lidah, faring dan laring. la timbul secara paroksismal.2. PALPASI OTOT Pengukuran bsr otot & pengukuran pjg anggota gerak kedua sisi hrs dilakukan (polimielitis, koksitis TB, pykt Perthes)

Nyeri tekan ada/ tdk ?

Kontraktur ada/ tdk ?

Konsistensi/ Kekenyalan, Normal = kenyal.

Konsistensi otot yg meningkat/keras tdp pada

a. Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal meningitis, HNP

b. Perubahan patologik pd otot sendiri spt miotonia, jenis distrofia muskulorum, pykt penimbunan glikogen di otot (McArdle Disease)

c. Kelumpuhan UMN, adanya spastisitas

d. Gangguan UMN ekstrapiramidal yg diiringi o/ rigiditas

e. Pd kelumpuhan UMN srg tjd kontraktur otot o.k tdk dilakukan fisioterapi.

Konsistensi otot yg menurun (lembek/ kendor) tdp pada :

a. Kelumpuhan LMN akibat denervasi otot o.k lesi di akson motorneuron/ motor neuronnya sendiri

a. Kelumpuhan LMN akibat lesi di motor end plate spt paralisis periodik & paralisis akibat infeksi botulismus.

3. PERKUSI OTOT Normal (otot yg diperkusi akan berkontraksi yg bersifat setempat & berlgsg hny 1 atau 2 detik saja).

Miodema (penimbunan sejenak tempat yg tlh diperkusi, tdp pd mixedema, px gizi buruk)

Miotonik (tmpt yg diperkusi mjd cekung u/ bbrp detik o.k kontraksi otot yg bersangkutan lbh lama drpd biasa).

4. TONUS OTOT Px diminta melemaskan ekstremitas yg hendak diperiksa kmdn kita gerak-gerakkan fleksi & ekstensi pd sendi siku & lutut. Pd org normal thd tahanan yg wajar.

Flaccid (tdk ada tahanan sama sekali, dijumpai pd kelumpuhan LMN).

Hipotoni (Tahanan berkurang)

Spastik (Tahanan meningkat & pd awal grkn, dijumpai pd kelumpuhan UMN).

Rigid (Tahanan kuat terus menerus selama gerakan, misal pd Parkinson)

5. KEKUATAN OTOT

Pemeriksaan ini menilai kekuatan (kontraksi) otot. U/ memeriksa kekuatan otot ada 2 cara :a. Px disuruh menggerakkan bgn ekstremitas/bdnnya & kita menahan grkn.

b. Pemeriksa menggerakkan bgn ektremitas bdn px & ia disuruh menahan. Kekuatan otot diukur dgn angka dr 0 5, Y/0 = Tdk Tdp sdktpun kontraksi otot, lumpuh total.

1 = Tdpt sdkt kontraksi otot, namun tdk didptkan grk pd persendian yg hrs digerakkan o/ otot tsb.2 = tdp grkan, ttp grkn ini tdk mampu melawan gaya berat (gravitasi).

3 = Dpt mengadakan grkn melawan gaya berat.4 = Di samping dpt melawan gaya berat ia dpt pula mengatasi sdkt tahanan yg diberikan.

5 = Tdk ada kelumpuhan (normal).

6. FUNGSI KOORDINASI GERAK u/ menilai aktv serebelum, ggg utama dr lesi di serebelum a/ adanya dissinergia/ kurangnya koordinasi antar otot, mskpn tdk tdp kelumpuhan.

2 hal yg hrs diperhatikan a/

a. Dismetria

a/ grkn yg tdk mampu dihentikan tepat pd wktnya/ tepat pd tmpt yg dituju.

Hipermetria (melampaui tujuan)

Hipometria (grkn berhenti sblm smpi pd tujuan)

b. Ggg gerakan

Macam2 Gangguan Gerak Serebelum

a. Gangguan Koordinasi Gerakan/ Ataksia

b. Disdiadokhokinesia (pronasi-supinasi, tapping jari tangan)

c. Tremor intensi

d. Disgrafia (tulisan makin lama makin besar, btk huruf tdk bagus & kaku)

e. Gangguan Sikap (tunjuk hidung, jari-jari, tumit-lutut)

f. Nistagmus

g. Fenomena Rebound (tidak mampu menghentikan grkn tepat pd wktnya)

h. Astenia (Lekas lelah & bergerak lamban)

i. Atonia (hilangnya tonus/ kekuatan normal)

j. Disartria/ Pelo/ Cadel

7. GAIT

Macam macam gait :

Hemiplegik gait (gaya jln dgn kaki yg lumpuh digerakkan scr sirkumduksi)

Spastik/ Scissors gait (gaya jln dgn sirkumduksi kedua tungkai)

Tabetic gait (gaya jln pd px tabes dorsalis)

Steppage gait (gaya jln spt ayam jago, pd paraparese flaccid/ paralisis n. peroneus)

Waddling gait (gaya berjln dgn pantat & pinggang bergoyang berlebihan khas u/ kelemahan otot tungkai proximal misal otot gluteus).

Parkinsonian gait (gaya berjln dgn sikap tubuh agak membungkuk, kedua tungkai berfleksi sedikit pd sendi lutut & panggul. Langkah dilakukan setengah diseret dgn jangkauan yg pendek2).

Pada saat px berdiri & berjalan perhatikan posture, keseimbangan, ayunan tangan & gerakan kaki & mintahlah px u/ melakukan :

a. Jalan diatas tumit

b. Jalan diatas jari kaki

c. Tandem Walking

d. Jalan lurus lalu putar

e. Jalan mundur

f. Hopping/ engklekg. Berdiri dgn 1 kaki

SISTEM SENSORIK

SENSIBILITAS

a/ segala mcm perasaan yg disadarkan melalui susunan ascendens/ susunan aferen

Jenis Jenis Sensibilitas

a. Perasaan Khusus/ Perasaan Pancaindra

Penghiduan

Penglihatan

Pendengaran/ auditorik

Pengecapan/ gustatorik

b. Perasaan Eksteroseptif/ Protopatik

Perasaan Nyeri

Perasaan Suhu (panas & dingin)

Perasaan Raba

Perasaan abnormal di permukaan tubuh

1. Kesemutan/ Parestesia

2. Nyeri-panas-dingin yg tdk keruan/ disestesia-hiperpatia.

c. Perasaan Proprioseptif/ Perasaan Dalam Perasaan gerak/ kinestesia

Perasaan sikap/ statestesia

Perasaan getar/ palestesia

Perasaan tekan/ barestesia

d. Perasaan Interoseptif/ Viseroestesia

Rasa raba yg bangkit o/ krn rgsan dr jar viseropleura (usus, paru, limpa, dsb)

e. Perasaan Diskriminatif/ Multimodalitas

Stereognosis

Barognosis

Topognosis

Gramestesia

Diskriminasi spasial

Autotopognosis

Kemampuan u/ mengenal/ mengetahui bahan benda dgn jalan perabaan

Daya u/ mengetahui & mengenal 2 jns sensibilitas hsl 2 mcm pergsgan pd 2 tmpt.

Tujuan Pemeriksaan Sensorik

1. Menetapkan adanya ggg sensorik

2. Mengetahui modalitasnya

3. Menetapkan polanya

4. Menyimpulkan jenis & lokasi lesi yg mendasari ggg sensorik yg akhirnya dinilai bersama2 dgn pmks motorik, kesadaran dll

PERASAAN NYERI Hilangnya perasaan nyeri/ Analgesia

Berkurangnya perasaan nyeri/ Hipalgesia

Terasanya perasaan nyeri scr berlebihan/ Hiperalgesia.

Test u/ perasaan nyeri superfisial

Alat yg dipakai a/

a. Jarum bundel

u/ memberi rgs tusuk.

Cara pemeriksaan :

Pmks memegang jarum itu spt memegang pensil, diltkkan tegak lurus

b. Rader/ Roda bergigi tukang jahit

Cara menggunakannya adalah dengan menggelindingkan ke kedua arah (dr daerah normal ke daerah defisit sensorik & sebaliknya.

Cara menggunakan jarum bundel & raderlah yg penting & bukannya kwalitas & bentuk alat yg menentukan mutu hasil pemeriksaan

PERASAAN SUHU Hilangnya perasaan suhu/ termoanestesia Berkurangnya perasaan suhu/ termohipestesia

Terasanya perasaan suhu scr berlebihan/ termohiperestesia

Tes untuk Perasaan Suhu

Alat yg dipakai :

a. Botol/ tabung berisi air panas : 40-45C

b. Botol/ tabung berisi air dingin : 10-15C

Cara Pemeriksaan :

Botol2 tsb hrs kering betul. Bgn tbh yg tertutup pakaian lbh sensitif dr bgn tbh yg terbuka. Pd ortu srg dijumpai hipestesia yg fisiologik pd tgn & kakinya o.k sirkulasi drh pd bgn2 distal yg krg baik sbg manifestasi proses menua yg wajar.

PERASAAN RABA

Hilangnya perasaan raba/ anestesia Berkurangnya perasaan raba/ hipestesia

Terasanya perasaan raba scr berlebihan/ hiperestesia

Test untuk Perasaan Raba Halus

Alat yg dipakai a/ kapas.

Cara pemeriksaan :

Permukaan diraba dgn ujung2 kapas tsb, dari atas ke bawah/ sebaliknya & dibandingkan kanan & kiri.

Note : daerah lat krg peka dr daerah medial & erotogenik (sekitar leher, mammae, & genital), dpt membangkitkan nafsu birahi.

PERASAAN GERAK/ KINESTESIA

Yg dimaksud a/ perasaan grk pasif a/ grkn pd anggota grk px yg dilakukan o/ si pmks.

Alat pemeriksa : sendi2/ jari2 tangan-kaki px.PERASAAN SIKAP/ STATESTESIA

Alat yg digunakan : bgn tbh px sendiri.

Cara Pemeriksaan :

a. tempatkan salah satu lengan/ tungkai px pd suatu posisi ttt, kmdn perintahkan pd px u/ menempatkan lengan/ tungkai lainnya dlm posisi yg sama dgn sikap lengan tungkai tsb.

b. Perintahkan u/ menyentuh dgn ujung jari telunjuk kanan, ujung jari kelingking kiri ataupun ibu jari kaki.

c. Test u/ memeriksa serebelum dpt juga dipakai spt test telunjuk ke hidung, tumit ke lutut, jari ke jari.

PERASAAN GETAR/ PALESTESIA

Alat pmks yg digunakan :

garputala 128 Hz atau 256 Hz.

Cara Pemeriksaan :

Letakkan kaki garputala yg tlh digetarkan itu pd anggota gerak px & tnykan perasaan apa yg ia alami.

PERASAAN TEKAN/ BARESTESIA Dijumpai pd tabes dorsalis & miogenik disease.

Pmks dilakukan dgn memencet otot2 di lengan atas, lengan bawah, paha & betis.

Ciri khas tabes dorsalis

b. Tanda Abadie (penekanan/ pemencetan kuat pd tendon achilles tdk membangkitkan nyeri).

c. Tanda Biernacki (penekanan keras pd n. ulnaris tdk membangkitkan nyeri apapun).

d. Tanda Pitres (pemencetan pd testis tdk menimbulkan nyeri).

TEST-TEST PERASAAN DISKRIMINATIF

Stereognosis (Mengenal bentuk & ukuran sesuatu dgn jalan perabaan, hilangnya daya tsb dinamakan astereognosis)

Barognosis (Daya u/ mengenal & mengetahui berat sesuatu, hilangnya daya tsb dinamakan baragnosis)

Topognosis/ Topestesia (Daya u/ mengenal tempat yg diraba, hilangnya daya tsb dinamakan topagnosia/ topoanestesia)

Autotopognosis (Daya u/ mengenal setiap titik & daerah tubuh diri sendiri)

Sensory extinction (Mrgs scr serentak pd kedua titik di anggota gerak kanan & kiri yg letaknya setangkup dgn mata tertutup)

Grafestesia (Mengenal angka, aksara, & bentuk yg digoreskan diatas kulit, hilangnya daya tsb dinamakan grafanestesia)

Diskriminasi Spasial (diskriminasi 2 titik)

(lidah 1mm, uj jari tgn 2-7mm, telapak tangan 8-12mm, dorsum manus 20-30mm, dada 40mmm, paha 70-75mm, jari kaki 3-8mm)

REFLEKS

(Jawaban atas rangsang)A. REFLEK SUPERFICIAL

1. Reflek Dinding perut

Stimulus : goresan ddg perut daerah epigastrik, supraumbilical, infraumbilical dr lateral ke medial

Respons : Kontraksi ddg perut

Afferent : n. intercostalis T 5-7 (epigastrik), n. intercostalis T 7-9 (supraumbilical), n. intercostalis T 9-11 (umbilical), n. intercostalis T 11 L1 (infraumbilical), n. iliohypogastricus, n. ilioinguinalis.

Efferent : idem

2. Reflex Gluteal Stimulus : bokong digores atau ditusuk dengan jarum/ ujunga gagang palu reflex. Respons : gerakan reflektorik otot gluteus ipsilateral.3. Reflex Anal Stimulus : Penggoresan pada kulit/ mukosa daerah perianal. Respon : kontraksi otot sfingter ani eksterna.4. Reflex Plantar penggoresan thd kulit telapak kaki.5. Reflek Cremaster

Stimulus : goresan pd kulit paha sbl medial dr atas ke bwh.

Repons : elevasi testis ipsilateral

Afferent : n. ilioinguinalis (L12)

Efferent : n. genitofemoralis

B. REFLEK FISIOLOGIS

1. Reflek Biceps/ BPR

Stimulus : ketokan pd jari pmks yg ditmptkan pd tendon m. biceps brachii, posisi lengan setgh ditekuk pd sendi siku.

Respons : fleksi lengan pd sendi siku.

Afferent : n. musculocutaneus (C 5-6)

Efferent : idem

2. Reflek Triceps/ TPR Stimulus : ketukan pd tendon m. triceps brachii, posisi lengan fleksi pd sendi siku & sdkt pronasi.

Respons : ekstensi lengan bawah di sendi siku.

Afferent : n. radialis (C 6-7-8)

Efferent : idem

3. Reflek Periosto radialis

Stimulus : ketukan pd periosteum ujung distal os radii, posisi lengan setengah fleksi & sdkt pronasi

Respons : fleksi lengan bwh di sendi siku & supinasi.

Afferent : n. radialis (C 5-6)

Efferent : idem4. Reflek Periosto ulnaris

Stimulus : ketukan pd periosteum styloigeus ulnea, posisi lengan setengah fleksi & antara pronasi-supinasi.

Respons : pronasi tangan akibat kontraksi m. pronator quadratus.

Afferent : n. ulnaris (C 8 T 1)

Efferent : idem

5. Reflex Pectoralis

Stimulus : ketukan pd jari si pmks yg ditmptkan pd tepi lat m. pectoralis.

Respons : kontraksi m. pectoralis

Afferent : N. pectoralis medialis et lateralis (C 5, T 1)

Efferent : idem

6. Reflek Patella/ KPR

Stimulus : ketukan pd tendon patela.

Respons : ekstensi tungkai bwh krn kontraksi m. quadriceps femoris.

Afferent : n. femoralis (L 2-3-4)

Efferent : idem

7. Reflek Achilles/ APR

Stimulus : ketukan pd tendon achilles.

Respons : plantar fleksi kaki krn

kontraksi m. gactrocnemius.

Afferent : n. tibialis (L 5 S 1-2)

Efferent : idem

8. Refleks Biceps Femoris

Stimulus : ketukan pd jari si pmks yg ditmptkan pd tendon m. biceps femoris.

Respons : kontraksi m. biceps femoris

Afferent : N. ischiadichus (L 4-5, S 1-2).

Efferent : idem

9. Klonus Lutut

Stimulus : pegang & dorong os patella ke arah distal.

Repons : kontraksi reflektorik m. quadriceps femoris selama stimulus berlangsung

10. Klonus Kaki

Stimulus : dorsofleksikan kaki scr maksimal, posisi tungkai fleksi di sendi lutut.

Respons : kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus berlangsung.

C. REFLEK PATOLOGIS

1. Reflek Babinski

Stimulus : penggoresan telapak kaki bgn lat dr post ke ant

Respons : ekstensi ibu jari kaki & pengembangan jari-jari kaki.

2. Reflek Chaddock

Stimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bgn lat, sekitar malleolus lat dr post ke ant.

Respons : seperti babinski.

3. Reflek Oppenheim

Stimulus : pengurutan crista anterior tibia dr proks ke distal.

Respons : seperti babinski.

4. Reflek Gordon

Stimulus : penekanan betis scr keras.

Respons : seperti babinski.

5. Reflek Schaffer

Stimulus : memencet tendon achilles scr keras.

Respons : seperti babinski.

6. Reflek Gonda

Stimulus : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki keempat.

Respons : seperti babinski.

7. Reflek Stransky

Stimulus : penekukan (lateral) maksimal jari kaki kelima.

Respons : seperti babinski.

8. Reflek Rossolimo

Stimulus : pengetukan pd telapak kaki

Respons : fleksi jari-jari kaki pd sendi interphalangealnya.

9. Reflek Mendel-Bechtrew

Stimulus : pengetukan dorsum pedis pd daerah os cuboideum.

Respons : seperti rossolimo.

10. Reflek Hoffman

Stimulus : goresan pd kuku jari tengah pasien.

Respons : ibu jari, telunjuk & jari-jari lainnya berefleksi.

11. Reflek Tromner

Stimulus : colekan pd ujung jari tengah pasien.

Respons : seperti hoffman.

12. Reflek Leri

Stimulus : fleksi maksimal tangan pd pergelangan tangan sikap lengan diluruskan dengan bagian ventral menghadap ke atas.

Respons : tdk tjd fleksi di sendi siku.

13. Reflek Mayer

Stimulus : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan.

Respons : tdk tjd oposisi ibu jari.

D. REFLEX PRIMITIF

1. Sucking Reflex/ Menetek Stimulus : sentuhan pd bibir.

Respons : gerakan bibir, lidah & rahang bawah seolah-olah menyusu.

2. Snout Reflex

Stimulus : ketukan pd bibir atas.

Respons : kontraksi otot-otot di sekitar bibir/ di bawah hidung (menyusu).

3. Graps Reflex

Stimulus : penekanan/ penempatan jari si pmks pd telapak tangan px.

Respons : tangan px mengepal.

4. Palmo-mental Reflex

Stimulus : goresan ujung pena thd kulit telapak tangan bagian thenar.

Respons : kontraksi otot mentalis & orbicularis oculi ipsilateral.