Pemeriksaan Fisik Dan Penunjang
-
Upload
bara-kharisma -
Category
Documents
-
view
66 -
download
30
description
Transcript of Pemeriksaan Fisik Dan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling,
sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut
(Bickley. 2008).
b. Auskultasi
Peristaltik usus sering normal. Peristaltik dapat hilang karena ileus
paralitik pada peritonitis generalisata akibat appendicitis perforate
(Bickley. 2008).
c. Palpasi
Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri.
Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan
bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut
kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut
tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawah
dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini disebut
tanda Blumberg (Blumberg Sign) (Bickley. 2008).
Tanda-tanda khas yang didapatkan pada palpasi appendicitis
yaitu :
1) Nyeri tekan (+) Mc.Burney
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan
bawah atau titik Mc Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.
2) Rebound tenderness (Nyeri lepas) (+)
Rebound tenderness (nyeri lepas tekan ) adalah rasa nyeri
yang hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen kanan
bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya
dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc Burney.
3) Defens musculer (+)
Defence muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan
abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale.
4) sign (+)
Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah,
apabila kita melakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah,
hal ini diakibatkan oleh adanya tekanan yang merangsang peristaltik
dan udara usus, sehingga menggerakan peritoneum sekitar appendix
yang meradang sehingga nyeri dijalarkan karena iritasi peritoneal
pada sisi yang berlawanan (somatik pain).
5) Psoas sign (+)
Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas
oleh peradangan yang terjadi pada apendiks
Ada 2 cara memeriksa :
a) Aktif : Pasien telentang, tungkai kanan lurus ditahan
pemeriksa, pasien memfleksikan articulatio coxae kanan
maka akan terjadi nyeri perut kanan bawah.
b) Pasif : Pasien miring kekiri, paha kanan
dihiperekstensikan pemeriksa, nyeri perut kanan bawah
6) Obturator Sign (+)
Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan
lutut difleksikan kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar
(endorotasi articulatio coxae) secara pasif, hal tersebut menunjukkan
peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium.
d. Pemeriksaan colok dubur
pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan
letak apendiks, apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan
pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan apendiks yang
meradang terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci
diagnosis pada apendisitis pelvika (Markum, 2005).
2. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium terdiri dari pemeriksaan darah lengkap
dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap
ditemukan jumlah leukosit antara10.000-20.000/ml (leukositosis) dan
neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum
yang meningkat. Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya eritrosit,
leukosit dan bakteri di dalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu
dalam menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih
atau batu ginjal yang mempunyai gejala klinis yang hampir sama dengan
appendicitis (Sacher, 2008.).
b. Radiologi
Pemeriksaan radiologi terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan
CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memanjang
pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan pada
pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan
apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta
adanya pelebaran sekum (Sudoyo, 2007).
c. Abdominal X-Ray
Pemeriksaan abdominal X-Ray digunakan untuk melihat adanya
fecalith sebagai penyebab appendicitis.Pemeriksaan ini dilakukan terutama
pada anak-anak (Sudoyo, 2007).
d. USG
Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat dilakukan
pemeriksaan USG, terutama wanita, juga bila dicurigai adanya abses.
Dengan USG dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding
seperti kehamilan ektopik, adnecitis dan sebagainya (Sudoyo, 2007).
e. Barium enema
Yaitu suatu pemeriksaan X-Ray dengan memasukkan barium ke
colon melalui anus.Pemeriksaan ini dapat menunjukkan komplikasi-
komplikasi dari appendicitis pada jaringan sekitarnya dan juga untuk
menyingkirkan diagnosis banding. Dapat menunjukkan tanda-tanda dari
appendicitis. Selain itu juga dapat menunjukkan komplikasi dari
appendicitis seperti bila terjadi abses (Sudoyo, 2007).
e. Laparoscopi
Yaitu suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang
dimasukkan dalam ndix dapat divisualisasikan secara langsung.Tehnik ini
dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan
tindakan ini didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga
dapat langsung dilakukan pengangkatan appendix (Mansjoer,A. 2005).
Daftar pustaka
Mansjoer,A. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Bickley. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Edisi 5
. Jakarta: EGC
Sacher RA, McPherson RA. 2008. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Ed11.Jakarta :EGC
Markum, H.M.S. 2005. Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis. Jakarta:
FKUI.
Sudoyo W Aru, dkk.2007. Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat PenerbitanDepartemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI