Pemeriksaan Darah Laboratorium Forensik

13
Pemeriksaan Darah Laboratorium Forensik Dalam setiap melakukan visum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memperjelas dan membuktikan kebenaran suatu kasus. Karena sebenarnya, pada setiap kejadian kejahatan hampir selalu ada barang bukti yang tertinggal, seperti yang dipergunakan oleh seorang ahli hukum kenamaan Italia yang bernama E. Ferri, 1859-1927, bahwa ada yang dinamakan ”saksi diam” yang terdiri antara lain atas : 1. Benda atau tubuh manusia yang telah mengalami kekerasan. 2. Senjata atau alat yang dipakai untuk melakukan kejahatan. 3. Jejak atau bekas yang ditinggalkan oleh si penjahat pada tempat kejadian. 4. Benda-benda yang terbawa oleh si penjahat baik yang berasal dari benda atau tubuh manusia yang mengalami kekerasan maupun yang berasal dari tempat kejadian. 5. Benda-benda yang tertinggal pada benda atau tubuh manusia yang mengalami kekerasan atau ditempat kejadian yang berasal dari alat atau senjata yang dipakai ataupun berasal dari si penjahat sendiri. Bila ”saksi diam” tersebut diteliti dengan memanfaatkan berbagai macam ilmu forensik (forensic sciences) maka tidak mustahil kejahatan tersebut akan dapat terungkap dan bahkan korban yang sudah membusuk atau hangus serta pelakunya akan dapat dikenali. Sebagai contoh, pada kasus infantisida, untuk kepentingan pengadilan perlu diketahui apakah bayi tersebut lahir hidup kemudian meninggal karena pembunuhan atau memang lahir mati, dengan mudah dapat kita ketahui dengan melakukan pemeriksaan hidrostatik, dimana bila jaringan paru yang dicelupkan ke dalam air tawar tersebut mengapung maka bayi tersebut dilahirkan dalam keadaan hidup. 1. Pemeriksaan Laboratorium Forensik Darah Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil. Pemeriksaan darah pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut.

description

lab forensik

Transcript of Pemeriksaan Darah Laboratorium Forensik

Page 1: Pemeriksaan Darah Laboratorium Forensik

Pemeriksaan Darah Laboratorium Forensik

Dalam setiap melakukan visum, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memperjelas dan membuktikan kebenaran suatu kasus. Karena sebenarnya, pada setiap kejadian kejahatan hampir selalu ada barang bukti yang tertinggal, seperti yang dipergunakan oleh seorang ahli hukum kenamaan Italia yang bernama E. Ferri, 1859-1927, bahwa ada yang dinamakan ”saksi diam” yang terdiri antara lain atas :

1. Benda atau tubuh manusia yang telah mengalami kekerasan.2. Senjata atau alat yang dipakai untuk melakukan kejahatan.3. Jejak atau bekas yang ditinggalkan oleh si penjahat pada tempat kejadian.4. Benda-benda yang terbawa oleh si penjahat baik yang berasal dari benda atau tubuh manusia yang mengalami kekerasan maupun yang berasal dari tempat kejadian.5. Benda-benda yang tertinggal pada benda atau tubuh manusia yang mengalami kekerasan atau ditempat kejadian yang berasal dari alat atau senjata yang dipakai ataupun berasal dari si penjahat sendiri.

Bila ”saksi diam” tersebut diteliti dengan memanfaatkan berbagai macam ilmu forensik (forensic sciences) maka tidak mustahil kejahatan tersebut akan dapat terungkap dan bahkan korban yang sudah membusuk atau hangus serta pelakunya akan dapat dikenali. Sebagai contoh, pada kasus infantisida, untuk kepentingan pengadilan perlu diketahui apakah bayi tersebut lahir hidup kemudian meninggal karena pembunuhan atau memang lahir mati, dengan mudah dapat kita ketahui dengan melakukan pemeriksaan hidrostatik, dimana bila jaringan paru yang dicelupkan ke dalam air tawar tersebut mengapung maka bayi tersebut dilahirkan dalam keadaan hidup.

1. Pemeriksaan Laboratorium Forensik Darah

Pemeriksaan bercak darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada laboratorium forensik. Karena darah mudah sekali tercecer pada hampir semua bentuk tindakan kekerasan, penyelidikan terhadap bercak darah ini sangat berguna untuk mengungkapkan suatu tindakan kriminil.

Pemeriksaan darah pada forensik sebenarnya bertujuan untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut.Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu kita harus dapat memastikan apakah bercak berwarna merah itu darah. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan guna menentukan :

a. Bercak tersebut benar darahb. Darah dari manusia atau hewanc. Golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusiaUntuk menjawab pertanyaan – pertanyaan diatas, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :

Page 2: Pemeriksaan Darah Laboratorium Forensik

a. Persiapan

Bercak yang menempel pada suatu objek dapat dikerok kemudian direndam dalam larutan fisiologis, atau langsung direndam dengan larutan garam fisiologis bila menempel pada pakaian.

b. Pemeriksaan Penyaringan (presumptive test)

Ada banyak tes penyaring yang dapat dilakukan untuk membedakan apakah bercak tersebut berasal dari darah atau bukan, karena hanya yang hasilnya positif saja yang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.Prinsip pemeriksaan penyaringan:H2O2 ——> H2O + OnReagen —-> perubahan warna (teroksidasi)Pemeriksaan penyaringan yang biasa dilakukan adalah dengan reaksi benzidine dan reaksi fenoftalin. Reagen dalam reaksi benzidine adalah larutan jenuh Kristal Benzidin dalam asetat glacial, sedangkan pada reaksi fenoftalin digunakan reagen yang dibuat dari Fenolftalein 2g + 100 ml NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji – biji zinc sehingga terbentuk fenolftalein yang tidak berwarna.Hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Sedangkan hasil negative pada kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan darah.

1. Reaksi Benzidine (Test Adler)Dulu Benzidine test pada forensic banyak dilakukan oleh Adlers (1904). Tes Benzidine atau Test Adler lebih sering digunakan dibandingkan dengan tes tunggal pada identifikasi darah lainnya. Karena merupakan pemeriksaan yang paling baik yang telah lama dilakukan. Pemeriksaan ini sederhana, sangat sensitif dan cukup bermakna. Jika ternyata hasilnya negatif maka dianggap tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan lainnya.Cara pemeriksaan reaksi Benzidin:Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian diteteskan 1 tetes H202 20% dan 1 tetes reagen Benzidin.Hasil:Hasil positif pada reaksi Benzidin adalah bila timbul warna biru gelap pada kertas saring.

2. Reaksi Phenolphtalein (Kastle – Meyer Test)

Prosedur test identifikasi yang sekarang ini, mulai banyak menggunakan Phenolphtalein. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kastle (1901,1906), zat ini menghasilkan warna merah jambu terang saat digunakan pada test identifikasi darah.Cara Pemeriksaan reaksi Fenolftalein:Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung diteteskan reagen fenolftalein.Hasil:Hasil positif pada reaksi Fenoftalin adalah bila timbul warna merah muda pada kertas saring.

Page 3: Pemeriksaan Darah Laboratorium Forensik

c. Pemeriksaan Meyakinkan/Test Konfirmasi Pada Darah

Setelah didapatkan hasil bahwa suatu bercak merah tersebut adalah darah maka dapat dilakukan pemeriksaan selanjutnya yaitu pemeriksaan meyakinkan darah berdasarkan terdapatnya pigmen atau kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen.Terdapat empat jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk memastikan bercak darah tersebut benar berasal dari manusia, yaitu :

1. Cara kimiawi

Terdapat dua macam tes yang dapat dilakukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa itu bercak darah, atas dasar pembentukan kristal-kristal hemoglobin yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan mikroskopik. Tes tersebut antara lain tes Teichmann dan tes Takayama.

a. Test Teichman (Tes kristal haemin)

Pertama kali dilakukan oleh Teicmann (1853). Test diawali dengan memanaskan darah yang kering dengan asam asetat glacial dan chloride untuk membentuk derivate hematin. Kristal yang terbentuk kemudian diamati di bawah mikroskop, biasanya Kristal muncul dalam bentuk belah-belah ketupat dan berwarna coklat. (1)Cara pemeriksaan:Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek tambahkan 1 butir kristal NaCL dan 1 tetes asam asetat glacial, tutup dengan kaca penutup dan dipanaskan.Hasil:Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin HCL yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskopik. (1)Kesulitan :Mengontrol panas dari sampel karena pemanasan yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat menyebabkan kerusakan pada sampel.

b. Test Takayama (Tes kristal B Hemokromogen)

Apabila heme sudah dipanaskan dengan seksama dengan menggunakan pyridine dibawah kondisi basa dengan tambahan sedikit gula seperti glukosa, Kristal pyridine ferroprotoporphyrin atau hemokromogen akan terbentuk. (2)Cara kerja:Tempatkan sejumlah kecil sampel yang berasal dari bercak pada gelas objek dan biarkan reagen takayama mengalir dan bercampur dengan sampel. Setelah fase dipanaskan, lihat di bawah mikroskop.Hasil :Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal halus berwarna merah jambu yang terlihat dengan mikroskopik.Kelebihan:Test dapat dilakukan dan efektif dilakukan pada sampel atau bercak yang sudah lama dan juga dapat memunculkan noda darah yang menempel pada baju. Selain itu test ini juga memunculkan hasil positif pada sampel yang mempunyai hasil negative pada test Teichmann.Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan untuk memastikan bercak tersebut berasal

Page 4: Pemeriksaan Darah Laboratorium Forensik

dari darah, yaitu :

c. Pemeriksaan Wagenaar

Cara pemeriksaan:Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca obyek dan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Kemudian pada satu sisi diteteskan aseton dan pada sisi lain di tetes kan HCL encer, kemudian dipanaskan.Hasil:Hasil positif bila terlihat Kristal aseton hemin berbentuk batang berwarna coklat. Hasil negative selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak darah, juga dapat dijumpai pada pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur kimiawinya telah rusak, misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar dan sebagainya.

2. Cara serologik

Pemeriksaan serologik berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah. Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin) serta terhadap protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu.Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibody (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi.

a. Test Presipitin Cincin

Test Presipitin Cincin menggunakan metode pemusingan sederhana antara dua cairan didalam tube. Dua cairan tersebut adalah antiserum dan ekstrak dari bercak darah yang diminta untuk diperiksa.Cara pemeriksaan :Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak bercak darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi antiserum. Biarkan pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam. Pemisahan antara antigen dan antibody akan mulai berdifusi ke lapisan lain pada perbatasan kedua cairan. Hasil:Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate pada bagian antara dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun.

b. Reaksi presipitasi dalam agar. Cara pemeriksaan :Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh lubang-lubang sejenis. Masukkan serum anti-globulin manusia ke lubang di tengah dan ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di lubang-lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber) pada temperature ruang selama satu malam.

Hasil :Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan lubang tepi.Pembuatan agar buffer :1 gram agar; 50 ml larutan buffer Veronal pH 8.6; 50 ml aqua dest; 100 mg. Sodium Azide.

Page 5: Pemeriksaan Darah Laboratorium Forensik

Kesemuanya dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tempatkan dalam penangas air mendidih sampai terbentuk agar cair. Larutan ini disimpan dalam lemari es, yang bila akan digunakan dapat dicairkan kembali dengan menempatkan labu di dalam air mendidih. Untuk melapisi gelas obyek, diperlukan kurang lebih 3 ml agar cair yang dituangkan ke atasnya dengan menggunakan pipet.Selain dua tes tersebut terdapat juga tes yang digunakan untuk mengkonfirmasi bercak darah tersebut, yaitu :

3. Pemeriksaan Mikroskopik Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel darah merah.Cara pemeriksaan :Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca obyek kemudian ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, dan ditutup dengan kaca penutup, lihat dibawah mikroskop.Cara lain, dengan membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa.Hasil :Pemeriksaan mikroskopik kedua sediaan tersebut hanya dapat menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut.Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelas lainnya berbentuk oval atau elips dan tidak berinti Bila terlihat adanya drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapat dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita.Kelebihan:Dapat terlihatnya sel –sel leukosit berinti banyak. Dapat terlihat adanya drum stick pada pemeriksaan darah seorang wanita.

Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan setelah suatu bercak merah benar bercak darah dan benar bercak darah manusia, meliputi :

Penentuan Golongan Darah

American Association of Blood Banks mendefinisikan golongan darah sebagai kumpulan antigen yang diproduksi oleh alel gen. Bagaimanapun, golongan darah secara genetic dikontrol dan merupakan karakteristik yang seumur hidup dapat diperiksa karena berbeda pada tiap individual.Darah yang telah mengering dapat berada dalam pelbagai tahap kesegaran.§ Bercak dengan sel darah merah masih utuh.§ Bercak dengan sel darah merah sudah rusak tetapi dengan aglutinin dan antigen yang masih dapat di deteksi;§ Sel darah merah sudah rusak dengan jenis antigen yang masih dapat dideteksi namun sudah terjadi kerusakan aglutinin.§ Sel darah merah sudah rusak dengan antigen dan agglutinin yang juga sudah tidak dapat dideteksi.Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuhPenentuan golongan darah dapat dilakukan secara langsung seperti pada penentuan golongan darah orang hidup, yaitu dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum merupakan golongan darah bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi aglutinasi pada antiserum A maka golongan darah bercak darah tersebut adalah A.

Page 6: Pemeriksaan Darah Laboratorium Forensik

Bila sel darah merah sudah rusakPenentuan golongan darah dapat dilakukan dengan cara menentukan jenis aglutinin dan antigen. Antigen mempunyai sifat yang jauh lebih stabil dibandingkan dengan aglutinin. Di antara system-sistem golongan darah, yang paling lama bertahan adalah antigen dari system golongan darah ABO.Penentuan jenis antigen dapat dilakukan dengan cara absorpsi inhibisi, absorpsi elusi atau aglutinasi campuran. Cara yang biasa dilakukan adalah cara absorpsi elusi dengan prosedur sebagai berikut:

Cara pemeriksaan :2-3 helai benang yang mengandung bercak kering difiksasi dengan metil alcohol selama 15 menit. Benang diangkat dan dibiarkan mengering. Selanjutnya dilakukan penguraian benang tersebut menjadi serat-serat halus dengan menggunakan 2 buah jarum. Lakukan juga terhadap benang yang tidak mengandung bercak darah sebagai control negative.Serat benang dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi. Ke dalam tabung pertama diteteskan serum anti-A dan kedalam tabung kedua serum anti-B hingga serabut benang tersebut teredam seluruhnya. Kemudian tabung-tabung tersebut disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 4 derajat Celcius selama satu malam.Lakukan pencucian dengan menggunakan larutan garam faal dingin (4 derajat Celcius) sebanyak 5-6 kali lalu tambahkan 2 tetes suspense 2% sel indicator (sel daram merah golongan A pada tabung pertama dan golongan B pada tabung kedua), pusing dengan kecepatan 1000 RPM selama 1 menit. Bila tidak terjadi aglutinasi, cuci sekali lagi dan kemudian tambahkan 1-2 tetes larutan garam faal dingin. Panaskan pada suhu 56 derajat Celcius selama 10 menit dan pindahkan eluat ke dalam tabung lain. Tambahkan 1 tetes suspense sel indicator ke dalam masing-masing tabung, biarkan selama 5 menit, lalu pusing selama 1 menit pada kecepatan 1000 RPM.

Hasil :Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik. Bila terjadi aglutinasi berarti darah mengandung

Page 7: Pemeriksaan Darah Laboratorium Forensik

antigen yang sesuai dengan antigen sel indicator.Pemeriksaan golongan darah juga dapat membantu mengatasi kasus paternitas. Hal ini berdasarkan Hukum Mendel yang mengatakan bahwa antigen tidak mungkin muncul pada anak, jika antigen tersebut tidak terdapat pada salah satu atau kedua orang tuanya. Orang tua yang homozigotik pasti meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada anaknya. (Anak dengan golongan darah O tidak mungkin mempunyai orang tua yang bergolongan darah AB).Perlu diingat bahwa Hukum Mendel tetap berdasarkan kemungkinan (probabilitas), sehingga penentuan ke-ayah-an dari seorang anak tidak dapat dipastikan, namun sebaliknya kita dapat memastikan seseorang adalah bukan ayah seorang anak (“singkir ayah”/”paternity exclusion”).

Bila dicurigai penyebab kematian adalah keracunan maka dapat dilakukan pemeriksaan darah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan CO (karbon monoksida)

a. Untuk penentuan COHb secara kualitatif dapat dikerjakan uji difusi alkali.

i. Ambil 2 tabung reaksi. Masukkan ke dalam tabung pertama 1-2 tetes darah korban dan tabung kedua 1-2 tetes darah normal sebagai kontrol. Encerkan masing-masing darah dengan menambahkan 10 ml air sehingga warna merah pada kedua tabung kurang lebih sama.

ii. Tambahkan pada masing-masing tabung 5 tetes larutan NaOH 10-20%, lalu dikocok. Darah normal segera berubah warna menjadi merah hijau kecoklatan karena segera terbentuk hematin alkali, sedangkan darah yang mengandung COHb tidak berubah warnanya untuk beberapa waktu, tergantung pada konsentrasi COHb, karena COHb lebih bersifat resisten terhadap pengaruh alkali. COHb dengan kadar saturasi 20% memberi warna merah muda (pink) yang bertahan selama beberapa detik, dan setelah 1 menit baru berubah warna menjadi coklat kehijauan.

iii. Perlu diperhatikan bahwa darah yang dapat digunakan sebagai kontrol dalam uji dilusi alkali ini haruslah darah dengan Hb yang normal. Jangan gunakan darah foetus karena dikatakan bahwa darah foetus juga bersifat resisten terhadap alkali.

b. Dapat pula dilakukan uji formalin (Eachloz-Liebmann).

Darah yang akan diperiksa ditambahkan larutan formalin 40% sama banyaknya. Bila darah mengandung COHb 25% saturasi maka akan terbentuk koagulat berwarna merah yang mengendap pada dasar tabung reaksi. Semakin tinggi kadar COHb, semakin merah warna koagulatnya. Sedangkan pada darah normal akan terbentuk koagulat yang berwarna coklat.

c. Cara Gettler-Freimuth (semi-kuantitatif)

Prinsipnya sebagai berikut :Darah + Kalium ferisianida à CO dibebaskan dari COHbCO + PdCl2 + H2O à Pd + CO2 + HClPaladium (Pd) ion akan diendapkan pada kertas saring berupa endapan berwarna hitam. Dengan membandingkan intensitas warna hitam tersebut dengan warna hitam yang diperoleh dari pemeriksaan terhadap darah dengan kadar COHb yang diketahui, maka dapat ditentukan

Page 8: Pemeriksaan Darah Laboratorium Forensik

konsentrasi COHb secara semi kuantitatif.

2. Pemeriksaan Alkohol

Bau alkohol bukan merupakan diagnosis pasti keracunan. Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan kuantitatif kadar alkohol darah. Kadar alkohol dari udara ekspirasi dan urin dapat dipakai sebagai pilihan kedua. Untuk korban meninggal sebagai pilihan kedua dapat diperiksa kadar alkohol dalam otak, hati, atau organ lain atau cairan tubuh lain seperti cairan serebrospinalis.Penentuan kadar alkohol dalam lambung saja tanpa menentukan kadar alkohol dalam darah hanya menunjukkan bahwa orang tersebut telah minum alkohol. Pada mayat, alkohol dapat didifusi dari lambung ke jaringan sekitarnya termasuk ke dalam jantung, sehingga untuk pemeriksaan toksikologik, diambil darah dari pembuluh darah vena perifer (kubiti atau femoralis).

Salah satu cara penentuan semikuantitatif kadar alkohol dalam darah yang cukup sederhana adalah teknik modifikasi mikrodifusi (Conway), sebagai berikut :Letakkan 2 ml reagen Antie ke dalam ruang tengah. Reagen Antie dibuat dengan melarutkan 3,70 gr kalium dikromat ke dalam 150 ml air. Kemudian tambahkan 280 ml asam sulfat dan terus diaduk. Encerkan dengan 500 ml akuades. Sebarkan 1 ml darah yang akan diperiksa dalam ruang sebelah luar dan masukkan 1 ml kalium karbonat jenuh dalam ruang sebelah luar pada sisi berlawanan.

Tutup sel mikrodifusi, goyangkan dengan hati-hati supaya darah bercampur dengan larutan kalium karbonat. Biarkan terjadi difusi selama 1 jam pada temperatur ruang. Kemudian angkat tutup dan amati perubahan warna pada reagen Antie.Warna kuning kenari menunjukkan hasil negatif. Perubahan warna kuning kehijauan menunjukkan kadar etanol sekitar 80mg %, sedangkan warna hijau kekuningan sekitar 300mg %.

Kadar alkohol darah yang diperoleh dari pemeriksaan belum menunjukkan kadar alkohol darah pada saat kejadian. Hasil ini akibat dari pengambilan darah dilakukan beberapa saat setelah kejadian, sehingga yang dilakukan adalah perhitungan kadar alkohol darah saat kejadian. Meskipun kecepatan eliminasi kira-kira 14-15 mg%, namun pada perhitungan harus juga dipertimbangkan kemungkinan kesalahan pengukuran dan kesalah perkiraan kecepatan eliminasi. Gruner (1975) menganjurkan angka 10 mg% per jam digunakan dalam perhitungan. Sebagai contoh, bila ditemukan kadar alkohol darah 50mg% yang diperiksa 3 jam setelah kejadian, akan memberikan angka 80 mg% pada saat kejadian.

Interpretasi Hasil pada Tes Edson.aktifitas AchE darah : 75% – 100% dari normal(Tidak ada keracunan)50% – 75% dari normal(Keracunan ringan)25% – 50% dari normal(Keracunan)0% – 25% dari normal(Keracunan berat)

Cara Acholest :

Ambil serum darah korban dan teteskan pada kertas Acholest bersamaan dengan kontrol serum darah normal. Pada kertas Acholest sudah terdapat Ach dan indikator. Waktu perubahan warna pada kertas tersebut dicatat. Perubahan warna harus sama dengan perubahan warna pembanding (serum normal) yaitu warna kuning telur.

Page 9: Pemeriksaan Darah Laboratorium Forensik

Interpretasi :

Kurang dari 18 menit à tidak ada keracunan20-35 menit à keracunan ringan35-150 menit à keracunan berat

Kromatografi lapisan tipis (TLC)

Kaca berukuran 20 x 20 cm, dilapisi dengan absorben gel silikat atau dengan aluminium oksida, lalu dipanaskan dalam oven 110 derajat celcius selama 1 jam.Filtrat yang akan diperiksa (hasil ekstraksi dari darah atau jaringan korban) diteteskan dengan mikropipet pada kaca. Disertai dengan tetesan lain yang telah diketahui golongan dan jenis serta konsentrasinya sebagai pembanding. Ujung kaca TLC dicelupkan ke dalam pelarut, biasanya n-Hexan. Celupan tidak boleh mengenai tetesan tersebut di atas. Dengan daya kapilaritas maka pelarut akan ditarik ke atas sambil melarutkan filtrat-filtrat tadi. Setelah itu kaca TLC dikeringkan lalu disemprot dengan reagensia Paladium klorida 0,5% dalam HCl pekat, kemudian dengan Difenilamin 0,5% dalam alkohol.

Hasilnya :

Warna hitam (gelap) berarti golongan hidrokarbon terklorinasi. Warna hijau dengan dasar dadu berarti golongan organofosfat. Untuk menentukan jenis dalam golongannya dapat dilakukan dengan menentukan Rf masing-masing bercak.Rf = jarak yang ditempuh bercakJarak yang ditempuh pelarutAngka yang didapat dicocokan dengan standar, maka jenisnya dapat ditentukan. Dengan membandingkan besar bercak dan intensitas warnanya dengan pembanding, dapat diketahui konsentrasi secara semikuantitatif.

4. Pemeriksaan Sianida

Uji kertas saring.

Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan hingga menjadi lembab. Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak mengering, kemudian teteskan Na2CO3 10 % 1 tetes. Uji positif bila terbentuk warna ungu.

Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan HNO3 1%, kemudian ke dalam larutan kanji 1% dan keringkan. Setelah itu kertas saring dipotong-potong seperti kertas lakmus. Kertas ini dipakai untuk pemeriksaan masal pada pekerja yang diduga kontak dengan CN. Caranya dengan membasahkan kertas dengan ludah di bawah lidah. Uji positif bila warna berubah menjadi biru. Hasil uji berwarna biru muda meragukan sedangkan bila warna tidak berubah (merah muda) berarti tidak dapat keracunan.Kertas saring dicelup ke dalam larutan KCL, dan dipotong kecil-kecil. Kertas tersebut dicelupkan ke dalam darah korban, bila positif maka warna akan berubah menjadi merah terang karena terbentuk sianmethemoglobin