Pemeriksaan Darah

14
Pemeriksaan Laboratorium Forensik Darah Pemeriksaan darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada laboratorium forensik, darah merupakan yang paling penting karena merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia tertentu. Tujuan utamanya untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada objek-objek tertentu (lantai, meja, kursi, karpet, senjata, dan sebagainya), manusia, pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan. Hasil pemeriksaan laboratorium tersebut penting untuk menunjang atau menyingkirkan keterlibatan seseorang dengan TKP dengan catatan walaupun dengan uji modern dan dengan peralatan yang canggih sekalipun, masih sulit untuk memastikan bahwa darah tersebut berasal dari individu tertentu. Selain itu pemeriksaan darah juga berguna untuk membantu menyelesaikan kasus bayi yang tertukar, penculikan anak, ragu ayah (disputed paternity) dan lain-lain. Dari bercak yang dicurigai harus dibuktikan bahwa: Bercak tersebut benar darah. Darah dari manusia atau hewan. Golongan darahnya, bila darah tersebut berasal dari manusia. Darah menstruasi atau bukan.

description

pipipipip

Transcript of Pemeriksaan Darah

Page 1: Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan Laboratorium Forensik Darah

Pemeriksaan darah merupakan salah satu pemeriksaan yang paling sering

dilakukan pada laboratorium forensik, darah merupakan yang paling penting karena

merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan

manusia tertentu. Tujuan utamanya untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut,

dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada objek-objek tertentu

(lantai, meja, kursi, karpet, senjata, dan sebagainya), manusia, pakaiannya dengan darah

korban atau darah tersangka pelaku kejahatan. Hasil pemeriksaan laboratorium tersebut

penting untuk menunjang atau menyingkirkan keterlibatan seseorang dengan TKP

dengan catatan walaupun dengan uji modern dan dengan peralatan yang canggih

sekalipun, masih sulit untuk memastikan bahwa darah tersebut berasal dari individu

tertentu.

Selain itu pemeriksaan darah juga berguna untuk membantu menyelesaikan kasus

bayi yang tertukar, penculikan anak, ragu ayah (disputed paternity) dan lain-lain.

Dari bercak yang dicurigai harus dibuktikan bahwa:

♣ Bercak tersebut benar darah.

♣ Darah dari manusia atau hewan.

♣ Golongan darahnya, bila darah tersebut berasal dari manusia.

♣ Darah menstruasi atau bukan.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, harus dilakukan pemeriksaan

laboratorium sebagai berikut:

Pemeriksaan mikroskopik

Tujuan: melihat morfologik sel-sel darah merah.

Cara ini tidak dapat dilakukan bila telah terjadi kerusakan pada sel-sel darah

tersebut.

Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca objek dan

ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, kemudian ditutup dengan gelas penutup.

Cara lain dengan membuat sediaan hapus dengan pewarnaan wright dan giemsa.

Dari kedua sediaan tersebut dapat dilihat bentuk dan inti sel darah merah.

Pemeriksaan mikroskopik terhadap kedua sediaan tersebut hanya dapat

menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia mempunyai

Page 2: Pemeriksaan Darah

sel darah merah berebentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelas lainnya

berbentuk oval/elips dan berinti.

Keuntungan sediaan hapus dibandingkan dengan sediaan tanpa pewarnaan adalah

dapat terlihatnya sel-sel leukosit berinti banyak. Bila terlihat drum stick jumlah

>0,05% dapat dipastikan darah tersebut berasal dari seorang wanita.

Pemeriksaan kimiawi

Cara ini digunakan bila ternyata sel darah merah sudah dalam keadaan rusak

sehingga pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi.

Pemeriksaan penyaring darah

Prinsip pemeriksaan penyaring darah:

H2O2 ——> H2O + On

Reagen —-> perubahan warna (teroksidasi)

Pemeriksaan penyaringan yang biasa dilakukan adalah dengan reaksi

benzidine dan reaksi fenoftalin. Reagen dalam reaksi benzidine adalah

larutan jenuh kristal benzidin dalam asetat glacial, sedangkan pada reaksi

fenoftalin digunakan reagen yang dibuat dari Fenolftalein 2g + 100 ml.

NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji – biji zinc sehingga terbentuk

fenolftalein yang tidak berwarna. 

Hasil positif pada reaksi benzidin adalah bila timbul warna biru gelap pada

kertas saring. Hasil positif pada reaksi fenoftalin bila warna merah muda.

Hasil negatif pada kedua reaksi tersebut memastikan bercak tersebut

bukan darah, sedangkan hasil positif menyatakan bercak tersebut mungkin

darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Pemeriksaan penentuan darah

Pemeriksaan ini berdasarkan terdapatnya pigmen/kristal hematin (hemin)

dan hemokhromogen.

Reaksi teichman

Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca objek,

tambahkan 1 butir kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glasial,

tutup dengan kaca penutup dan dipanaskan.

Page 3: Pemeriksaan Darah

Hasil postitif dengan dinyatakan tampaknya kristal hemin HCl

yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan

mikroskop.

Reaksi wagenaar

Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca objek, letakkan

juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga anatara

kaca objek dan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat.

Pada satu sisi diteteskan aseton dan pada sisi berlawanan

diteteskan HCl encer, kemudian dipanaskan.

Hasil positif bila terlihat kristal aseton hemin berbentuk

batang berwarna coklat. Hasil negatif selain menyatakan bahwa

bercak tersebut bukan bercak darah, juga dapat dijumpai pada

pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur kimiawinya telah

rusak, misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar dan

sebagainya.

Penentuan spektroskopik

Pemeriksaan spektroskopik memastikan bahan yang diperiksa adalah darah bila

dijumpai pita-pita absorpsi yang khas dari hemoglobin dan turunannya.

Bercak kering dilarutkan dengan akuades dalam tabung reaksi dan kemudian

dilihat dengan spektroskop. Hemoglobin dan derivatnya akan menunjukkan pita-

pita absorpsi yang khas pada spektrum warna.

Suspensi yang mengandung oksihemoglobin berwarna merah terang dengan dua

pita absorpsi berwarna hitam di daerah kuning (pada panjang gelombang 54 dan

59). Bila ditambahkan reduktor (Na-ditionit), akan terbentuk hemoglobin

tereduksi yang berwarna merah keunguan dengan satu pita absorpsi yang lebar di

daerah kuning (pada panjang gelombang 54-59). Bila ditambahkan lagi dengan

alkali encer (NaOH atau KOH) akan terbentuk hemokhromogen berwarna merah

jingga dengan dua pita absorpsi yang menempati daerah kuning (pada panjang

gelombang 56) dan daerah perbatasan dengan hijau (pada panjang gelombang 52).

Darah yang sudah lama atau pada kasus keracunan nitrit, nitrat, nitrobenzena,

anilin dan sulfonal, terkandung banyak methemoglobin berwarna merah

Page 4: Pemeriksaan Darah

kecoklatan dengan empat pita absorpsi yaitu dau pita yang sama dengan pita

absorpsi oksihemoglobin, satu pita di daerah merah (pada panjang gelombang 64)

dan satu lagi di daerah hijau.bila ditambahkan reduktor akan terbentuk

hemoglobin dalam keadaan tereduksi dan bila ditambahkan lagi dengan alkali

encer akan terbentuk hemokhromogen.

Pemeriksaan darah pada kasus keracunan gas CO dengan cara ini akan

memperlihatkan dua pita absorpsi dari karboksihemoglobin (COHb) di daerah

kuning yang mirip dengan pita absorpsi oksihemoglobin tetapi lebih bergeser ke

arah hijau (pada panjang gelombang 53 dan 57). Sifat lain dari COHb adalah tidak

dapat direduksi sehingga dengan penambahan reduktor akan tetap terlihat dua pita

absorpsi.

Pemeriksaan serologik

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah. Untuk

itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin) serta

terhadap protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu.

Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan

antibodi (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau reaksi

aglutinasi.

Penentuan spesies

Lakukan ekstraksi bercak atau darah kering dengan larutan garam faal.

Dianjurkan untuk memakia 1 cm2 bercak atau 1 g darah kering, tetapi tidak

melebihi separuh bahan yang tersedia. Cara-cara yang dipergunakan adalah:

Reaksi cincin (reaksi presipitin dalam tabung)

Ke dalam tabung reaksi kecil, dimasukkan serum anti globulin manusia,

dan ke atasnya dituangkan ekstrak darah perlahan-lahan melalui tepi

tabung. Biarkan pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam. Hasil positif

tampak sebagai cincin presipitasi yang keruh pada perbatasan kedua

cairan.

Reaksi presipitasi dalam agar

Gelas objek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi

dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang

Page 5: Pemeriksaan Darah

pada agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh

lubang-lubang sejnis. Masukkan serum anti gobulin manusia ke lubang di

tengah dan ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di lubang-

lubang sekitarnya. Letakkan gelas objek ini dalam ruang lembab (moist

chamber) pada temperatur ruang selama satu malam. Hasil positif

memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan lubang

tepi.

Pembuatan agar buffer:

1 gram agar; 50 ml larutan buffer veronal pH 8,6; 50 ml aquadest; 100 mg

sodium azide, ke semuanya dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer,

tempatkan dalam penangas air mendidih sampai terbentuk agar cair.

Larutan ini disimpan dalam lemari es, yang bila akan digunakan dapat

dicairkan kembali dengan menempatkan labu di dalam air mendidih.

Untuk melapisi gelas objek, diperlukan ke atasnya dengan menggunakan

pipet

Penentuan golongan darah

Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan penentuan golongan darah

sebagai tes penyaring apa benar seorang anak mempunyai golongan darah yang

sama dengan orang tuanya. Berikut langkah-langkah melakukan pemeriksaan

laboratorium untuk penentuan golongan darah; Ambil beberapa tetes darah yang

dipisahkan dengan kotak–kotak yang didalamnya kemudian akan diberikan

antibodi dari masing–masing golongan darah. Lihat apakah telah terjadi aglutinasi

atau tidak. Yang tidak beraglutinasi terhadap anti, itulah golongan darah anak

tersebut.

Tabel . Penentuan golongan darah

+ : Aglutinasi- : tidak aglutinasi

Tabel . Pewarisan golongan darah kepada anak

Anti A Anti B Anti AB

A + - +

B - + +

AB + + +

O - - -

Page 6: Pemeriksaan Darah

Darah yang telah mengering dapat berada dalam pelbagai tahap kesegaran.

Bercak dengan sel darah merah masih utuh.

Bercak dengan sel darah merah sudah rusak tetapi dengan aglutinin dan

antigen yang masih dapat di deteksi;

Sel darah merah sudah rusak dengan jenis antigen yang masih dapat

dideteksi namun sudah terjadi kerusakan aglutinin.

Sel darah merah sudah rusak dengan antigen dan agglutinin yang juga

sudah tidak dapat dideteksi.

Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh, maka penentuan golongan

darah dapat dilakukan secara langsung seperti pada penentuan golongan darah

orang hidup, yaitu dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan

dilihat terjadinya aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum

merupakan golongan darah bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi aglutinasi

pada antiserum A maka golongan darah bercak darah tersebut adalah A.

Ibu / Ayah O A B AB

O O O, A O, B A, B

A O, A O, A O, A, B, AB A, B, AB

B O, B O, A, B, AB O, B A, B, AB

AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB

Page 7: Pemeriksaan Darah

Gambar. Penentuan golongan darah ABO cara makroskopik

Bila sel darah merah sudah rusak, maka penentuan golongan darah dapat

dilakukan dengan cara menentukan jenis aglutinin dan antigen. Antigen

mempunyai sifat yang jauh lebih stabil dibandingkan dengan aglutinin. Di antara

system-sistem golongan darah, yang paling lama bertahan adalah antigen dari

system golongan darah ABO.

Penentuan jenis antigen dapat dilakukan dengan cara absorpsi inhibisi, absorpsi

elusi atau aglutinasi campuran. Cara yang biasa dilakukan adalah cara absorpsi

elusi dengan prosedur sebagai berikut: 

2-3 helai benang yang mengandung bercak kering difiksasi dengan metil alcohol

selama 15 menit. Benang diangkat dan dibiarkan mengering. Selanjutnya

dilakukan penguraian benang tersebut menjadi serat-serat halus dengan

menggunakan 2 buah jarum.

Lakukan juga terhadap benang yang tidak mengandung bercak darah sebagai

kontrol negatif.

Serat benang dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi. Ke dalam tabung pertama

diteteskan serum anti-A dan kedalam tabung kedua serum anti-B hingga serabut

Page 8: Pemeriksaan Darah

benang tersebut terendam seluruhnya. Kemudian tabung-tabung tersebut disimpan

dalam lemari pendingin dengan suhu 4 derajat Celcius selama satu malam.

Lakukan pencucian dengan menggunakan larutan garam faal dingin (4 derajat

celcius) sebanyak 5-6 kali lalu tambahkan 2 tetes suspensi 2% sel indikator (sel

daram merah golongan A pada tabung pertama dan golongan B pada tabung

kedua), pusing dengan kecepatan 1000 RPM selama 1 menit. Bila tidak terjadi

aglutinasi, cuci sekali lagi dan kemudian tambahkan 1-2 tetes larutan garam faal

dingin. Panaskan pada suhu 56 derajat Celcius selama 10 menit dan pindahkan

eluat ke dalam tabung lain. Tambahkan 1 tetes suspense sel indicator ke dalam

masing-masing tabung, biarkan selama 5 menit, lalu pusing selama 1 menit pada

kecepatan 1000 RPM.

Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik. Bila terjadi aglutinasi berarti

darah mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indikator.

Pemeriksaan golongan darah juga dapat membantu mengatasi kasus paternitas.

Hal ini berdasarkan Hukum Mendel yang mengatakan bahwa antigen tidak

mungkin muncul pada anak, jika antigen tersebut tidak terdapat pada salah satu

atau kedua orang tuanya. Orang tua yang homozigotik pasti meneruskan gen

untuk antigen tersebut kepada anaknya. (Anak dengan golongan darah O tidak

mungkin mempunyai orang tua yang bergolongan darah AB).

Perlu diingat bahwa Hukum Mendel tetap berdasarkan kemungkinan

(probabilitas), sehingga penentuan ke-ayah-an dari seorang anak tidak dapat

dipastikan, namun sebaliknya kita dapat memastikan seseorang adalah bukan ayah

seorang anak (“singkir ayah”/”paternity exclusion”).

Contoh-contoh kasus.

Bayi tertukar.

Dilakukan pemeriksaan sistim golongan darah dari bayi serta kedua orang

tuanya.

Tabel. Kasus bayi tertukar. Penentuan bercasarkan golongan darah ABO.

Bayi I Bayi II

A O

Pria O AB

Page 9: Pemeriksaan Darah

Wanita O O

Jelas bayi II adalah anak dari pasangan I, sedangkan bayi I anak anak

pasangan II.

Tabel. Kasus bayi tertukar. Penentuan berdasarkan golongan darah ABO.

Bayi I Bayi II

AB A

Pria A AB

Wanita B O

Jelas bayi I adalah anak pasangan I, tidak mungkin sebagai anak pasangan

II, sedangkan bayi II adalah anak dari pasangan II, walaupun pasangan I mungkin

saja mempunyai anak bergolongan darah A.

Ragu ayah (disputed paternity).

Dalam kasus ini siapa saja ayah yang sebenarnya dari seorang anak masih

diragukan.

Tabel. Kasus ragu ayah. Penentuan berdasarkan golongan darah ABO.

Golongan darah

Bayi B MNS Rhesus +

Ibu A MNS Rhesus +

Pria I AB MNS Rhesus +

Pria II O MS Rhesus +

Pria III A MNS Rhesus +

Pria I tidak dapat disingkirkan kemungkinan menjadi ayah si anak,

sedangkan Pria II dan III pasti bukan ayah anak tersebut.

Ayah yang curiga si anak bukanlah anaknya yang sejati.

Tabel. Kasus ragu ayah. Curiga bukan anak yang sejati.

Golongan Darah

Anak O MNS Rhesus +

Page 10: Pemeriksaan Darah

Ibu A MS Rhesus +

“Ayah” B MS Rhesus +

Anak tersebut pasti bukan anak dari “Ayah” tersebut.

Demikian pula kasus-kasus lainnya dapat dibantu penyelesaiannya dengan cara

yang sama seperti diatas.