PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS.doc

download PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS.doc

of 16

Transcript of PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS.doc

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS

Sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pemenuhan aktifitas perawat terlebih dahulu harus mempelajari konsep konsep tentang mobilisasi. Di bawah ini akan di bahas beberapa uraian penting antara lain :

Pengertian mobilisasiMobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan bebas (kosier, 1989).tujuan dari mobilisasi antara lain :1.Memenuhi kebutuhan dasar manusia2. Mencegah terjadinya trauma3. Mempertahankan tingkat kesehatan4.Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari hari5. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.Faktor faktor yang mempengaruhi obilisasiGayahidupGayahidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengangayaberbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.Proses penyakit dan injuriAdanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban.Adakalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.

KebudayaanKebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anakkotayang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.Tingkat energiSetiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.Usia dan status perkembanganSeorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.Macam macam posisi klien di tempat tidur1.Posisi fowler (setengah duduk)2. Posisi litotomi3. Posisi dorsal recumbent4. Posisi supinasi (terlentang)5. Posisi pronasi (tengkurap)6. Posisi lateral (miring)7. Posisi sim8.Posisi trendelenbeg (kepala lebih rendah dari kaki)tipe persendian dan pergerakan sendiDalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).Toleransi aktifitasPenilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau pada klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisai, saat mobilisasi dan setelah mobilisasi.Tanda tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976).1.Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur2.Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatic.3.Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.4.Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.5.Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan posisi tubuh.6.Status emosi labil.MOBILISASI DENGAN MEMBERIKAN POSISI MIRINGTujuan :1. Mempertahankan bady aligment2. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi3. Mengurangi Meningkatkan rasa nyaman4. kemungkinan terjadinya cedera pada perawat maupun klien5. Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap

Indikasi :1. Penderita yang mengalami kelumpuhan baik hemiplegi maupun para plegi2. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi3.Penderita yang mengalami pengobatan (immobilisasi)4. Penderita yang mengalami penurunan kesadaranPersiapan :1.Berikan penjelasan kepada klien maksud dan tujuan di lakukan tindakan mpobilisasi ke posisi lateral.2.Cuci tangan sebelum melakukan tindakan untuk membatasi penyebaran kuman ? micro organisme.3.Pindahkan segala rintangan sehingga perawat leluasa bergerak.

4.Siapkan peralatan yang di perlukan.

5.Yakinkan bahwa klien cukup hangat dan privasy terlindungi.

Saran saran atau hal hal yang harus di perhatikan :1. Perawat harus mengetahui teknik mobilisasi yang benar2. Bila klien terlalu berat pastikan mencari pertolongan3. Tanyakan kepada dokter tentang indikasi dan kebiasaan dilakukannya mobilisasi

Persiapan alat :1. Satu bantal penopang lengan2. Satu bantal penopang tungkai3. Bantal penopang tubuh bagian belakang

Cara kerja :1.Angkat / singkirkan rail pembatas tempat tidur pada sisi di mana perawat akan melakukan mobilisasi

2.Pastikan posisi pasien pada bagian tengah tempat tidur, posisi supinasi lebih mudah bila di lakukan mobilisasi lateral

3.Perawat mengambil posisi sebagai berikut :

1)Perawat mengambil posisi sedekat mungkin menghadap klien di samping tempat tidur lurus pada bagian abdomen klien sesuai arah posisi lateral (misalnya; mau memiringkan kekana, maka perawat ada di samping kanan klien

2)Kepala tegak dagu di tarik ke belakang untuk mempertahankan punggung pada posisi tegak.

3)Posisi pinggang tegak untuk melindungi sendi dan ligamen.

4)Lebarkan jarak kedua kaki untuk menjaga kestabilan saat menarik tubuh klien

5)Lutut dan pinggul tertekuk / fleksi

4.Kemudian letakan tangan kanan lurus di samping tubuh klien untuk mencegah klien terguling saat di tarik ke posisi lateral (sebagai penyangga).

5.Kemudian letakan tangan kiri klien menyilang pada dadanya dan tungkai kiri menyilang diatas tungkai kanan dengan tujuan agar memberikan kekuatan sat di dorong.

6.Kemudian kencangkan otot gluteus dan abdomen serta kaki fleksi bersiap untuk melakukan tarikan terhadap tubuh klien yakinkan menggunakan otot terpanjang dan terkuat pada tungkai dengan tujuan mencegah trauma dan menjaga kestabilan.

7.Letakan tangan kanan perawat pada pangkal paha klien dan tangan kiri di letakan pada bahu klien.

8.Kemudian tarik tubuh klien ke arah perawat dengan cara :

1).Kuatkan otot tulang belakang dan geser berat badan perawat ke bagian pantat dan kaki.

2).Tambahkan fleksi kaki dan pelfis perawat lebih di rendahkan lagi untuk menjaga keseimbangan dan ke takstabil

3).Yakinkan posisi klien tetap nyaman dan tetap dapat bernafas lega

9.Kemudian atur posisi klien dengan memberikan ganjaran bantal pada bagian yang penting sebagai berikut :

10.Tubuh klien berada di sampingdan kedua lengan berada di bagian depan tubuh dengan posisi fleksi, berat badan klien tertumpu pada bagian skakula dan illeum.Berikan bantal pada bagian kepala agar tidak terjadi abduksi dan adduksi ada sendi leher.11.Kemudian berikan bantal sebagai ganjalan antara kedua lengan dan dada untuk mencegah keletihan otot dada dan terjadinya lateral fleksi serta untuk mencegah / membatasi fungsi internal rotasi dan abduksi pada bahu dan lengan atas.

12.Berikan ganjalan bantal pada bagian belakang tubuh klien bila di perlukan untuk memberikan posisi yang tepat

13.Rapikan pakayan dan linen klien serta bereskan alat yang tidak di gunakan.

14.Dokumentasikan tindakan yang telah di kerjakan.

Mobilisasi Dengan Memberikan Posisi SIMLuka tekan (pressure ulcer) atau dekubitus merupakan masalah serius yang sering tejadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang belakang atau penyakit degeneratif. Istilah dekubitus sebenarnya kurang tepat dipakai untuk menggambarkan luka tekan karena asal kata dekubitus adalahde*****bereyang artinya berbaring[13]. Ini diartikan bahwa luka tekan hanya berkembang pada pasien yang dalam keadaan berbaring. Padahal sebenarnya luka tekan tidak hanya berkembang pada pasien yang berbaring, tapi juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan kursi roda atau prostesi[19]. Oleh karena itu istilah dekubitus sekarang ini jarang digunakan di literatur literatur untuk menggambarkan istilah luka tekan.

Adanya luka tekan yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan masa perawatan pasien menjadi panjang dan peningkatan biaya rumah sakit. Oleh karena itu perawat perlu memahami secara komprehensif tentang luka tekan agar dapat memberikan pencegahan dan intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien yang beresiko terkena luka tekan.

Fisiologi dekubitusLuka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya kompressi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama. Kompressi jaringan akan menyebabkan gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel [19].

Daerah daerah yang paling sering terjadi luka tekan tergantung kepada area yang sering mengalami tekanan, yaitu :

a. Pada posisi terlentang yaitu daerah belakang kepala, sakrum dan tumitb. Pada posisi duduk yaitu daerah ischium, atau koksik.c. Posisi lateral yaitu pada daerah trochanter.

Stadium luka tekanMenurut NPUAP ( National Pressure Ulcer Advisory Panel )[9], luka tekan dibagi menjadi empat stadium (gambar 2 ), yaitu :

1. Stadium Satu

Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut : perubahan temperatur kulit ( lebih dingin atau lebih hangat ), perubahan konsistensi jaringan ( lebih keras atau lunak ), perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan yang menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu.

2. Stadium Dua

Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang yang dangkal.

3. Stadium Tiga

Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam

4. Stadium Empat

Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon.Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.Pencegahan dan intervensi awal pasien dengan luka tekan :

1. Kaji resiko individu terhadap kejadian luka tekan

2. Pengkajian resiko luka tekan seharusnya dilakukan pada saat pasien memasuki RS dan diulang dengan pola yang teratur atau ketika ada perubahan yang signifikan pada pasien, seperti pembedahan atau penurunan status kesehatan[5]. Beberapa instrumen pengkajian resiko dapat digunakan untuk mengetahui skor resiko. Diantara skala yang sering digunakan adalah skala Braden dan Norton[18].Saat ini skala Braden telah diuji validitasnya di Indonesia, dan memiliki nilai validitas dan reliabilitas yang tinggi [17].

3. Identifikasi kelompok kelompok yang beresiko tinggi terhadap kejadian luka tekan. Orangtua dengan usia lebih dari 60 tahun, bayi dan neonatal, pasien injuri tulang belakang adalah kelompok yang mempunyai resiko tinggi terhadap kejadian luka tekan[12].

4. Kaji keadaan kulit secara teratura. Pengkajian kulit setidaknya sehari sekalib. Kaji semua daerah diatas tulang yang menonjol setidaknya sehari sekali .c. Kulit yang kemerahan dan daerah diatas tulang yang menonjol seharusnya tidak dipijat karena pijatan yang keras dapat mengganggu perfusi ke jaringan[1].5. Kaji status mobilitas.Untuk pasien yang lemah, lakukanlah perubahan posisi. Ketika menggunakan posisi lateral, hindari tekanan secara langsung pada daerah trochanter. Bila ingin memposisikan pasien pada posisi lateral, maka posisikanlah pasien pada posisi lateral inklin 30 , posisi ini memungkinkan distribusi tekanan pada daerah yang lebih luas[16]. Posisi lateral inklin 30 derajad terdapat pada gambar 5.

Untuk menghindari luka tekan didaerah tumit, gunakanlah bantal yang diletakan dibawah kaki bawah. Bantal juga dapat digunakan pada daerah berikut untuk mengurangi kejadian luka tekan :

Diantara lutut kanan dan lutut kiri Diantara mata kaki Dibelakang punggung Dibawah kepala

6. Minimalkan terjadinya tekanan. Hindari menggunakan kasa yang berbentuk donat di tumit[14]. Perawat dirumah sakit diIndonesiamasih sering menggunakan donat yang dibuat dari kasa atau balon untuk mencegah luka tekan. Menurut hasil penelitian Sanada (1998) ini justru dapat mengakibatkan region yang kontak dengan kasa donat menjadi iskemia. Rendahkan kepala tempat tidur 1 jam setelah makan, bila tidak mungkin karena kondisi pasien, maka kajilah daerah sakral lebih sering Tentukanlah jenis matras yang sesuai dengan kondisi pasien[19].

7. Kaji dan minimalkan terhadap pergesekan (friction)dan tenaga yang merobek (shear).

Bersihkan dan keringkan kulit secepat mungkin setelah episode inkontinensia. Kulit yang lembab mengakibatkan mudahnya terjadi pergesaran dan perobekan jaringan. Pertahankan kepala tempat tidur pada posisi 30 atau dibawah 30 derajat untuk mencegah pasien merosot yang dapat mengakibatkan terjadinya perobekan jaringan[19].

8. Kajilah inkontinensia

Kelembapan yang disebabkan oleh inkontinensia dapat menyebabkan maserasi. Lakukanlah latihan untuk melatih kandung kemih (bladder training) pada pasien yang mengalami inkontinesia. Hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya luka tekan adalah :

Bersihkanlah setiap kali lembab dengan pembersih dengan PH seimbang. Hindari menggosok kulit dengan keras karena dapat mengakibatkan trauma pada kulit. Pembersih perianal yang mengandung antimikroba topikal dapat digunakan untuk mengurangi jumlah mikroba didaerah kulit perianal[10].. Gunakalah air yang hangat atau sabun yang lembut untuk mencegah kekeringan pada kulit. Kulit orangtua lebih kecil toleransinya dari efek kekeringan karena sabun dan air panas[19].. Berikanlah pelembab pada pasien setelah dimandikan untuk mengembalikan kelembaban kulit. Bila pasien menggunakan diaper, pilihlah diaper yang memiliki daya serap yang baik, untuk mengurangi kelembapan kulit akibat inkontinensia.

9. Kaji status nutrisi Pasien dengan luka tekan biasanya memiliki serum albumin dan hemoglobin yang lebih rendah bila dibandingkan dengan mereka yang tidak terkena luka tekan[11] Kajilah status nutrisi yang meliputi berat badan pasien, intake makanan, nafsu makan, ada tidaknya masalah dengan pencernaan, gangguan pada gigi, riwayat pembedahan atau intervensi keperawat/medis yang mempengaruhi intake makanan[19].

10. Kaji dan monitor luka tekan pada setiap penggantian balutan luka[19].meliputi :

Deskripsi dari luka tekan meliputi lokasi, tipe jaringan ( granulasi, nekrotik, eschar), ukuran luka, eksudat ( jumlah, tipe, karakter, bau), serta ada tidaknya infeksi. Stadium dari luka tekan Kondisi kulit sekeliling luka Nyeri pada luka

11. Kajilah faktor yang menunda status penyembuhan

Penyembuhan luka seringkali gagal karena adanya kondisi kondisi seperti malignansi, diabetes, gagal jantung, gagal ginjal, pneumonia Medikasi seperti steroid, agen imunosupresif, atau obat anti kanker juga akan mengganggu penyembuhan luka[18].

12. Evaluasi penyembuhan luka Luka tekan stadium II seharusnya menunjukan penyembuhan luka dalam waktu 1 sampai 2 minggu. Pengencilan ukuran luka setelah 2 minggu juga dapat digunakan untuk memprediksi penyembuhan luka.Bila kondisi luka memburuk atau terjadi deteriorasi pada luka, evaluasilah luka secepat mungkin[21]. Parameter untuk penyembuhan luka termasuk dimensi luka, eksudat, dan jaringan luka. Pantaulah perkembangan dari penyembuhan luka dengan menggunakan instrumen/skala. Contoh instrumen yang sering digunakan untuk mengkaji penyembuhan luka adalah PSST (pressure sore status tool ), dan PUSH ( pressure ulcer scale for healing)[4].

13. Kajilah komplikasi yang potensial terjadi karena luka tekan seperti abses, osteomielitis, bakteremia, fistula[19].

14. Berilah pasien edukasi berupa penyebab dan faktor resiko untuk luka tekan dan cara cara untuk meminimalkan luka tekan.

DORSAL RECUMBENT

A. Pengertian:Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidurB. Tujuan :1. Perawatan daerah genitalia2. Pemeriksaan vagina3. Posisi pada proses persalinan4.Pemasangan kateterC. Alat dan Bahan:1. Bantal2. Tempat tidur khusus (fungsional bad)3. SelimutD. Langkah:1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan2. Cuci tangan3. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang4. Pakaian bawah dibuka5. Tekuk lutut dan di renggangkan6. Pasang selimut untuk menutupi area genitalia7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukanSumber;Perry, Peterson, Potter; Buku Saku Keterampilan dan Prosedur DasarAzis Alimul Hidayat, S.Kp; Buku Saku Praktikum KDM

Posisi Semi Fowlerposisi semi fowler adalah posisi tubuh pasien, yaitu setengah duduk, dengan sudut sekitar 45-60derajat..posisi kaya gini biasanya berfungsi untuk pasien-pasien yang sesak nafas karena penyakit jantung, untuk merilekskan otot perut, juga buat pasien-pasien setelah melahirkan untuk memperlancar keluarnya darah sisa-sisa dari proses melahirkanObat Batuk

BAB IVTUGAS KHUSUSPENGGUNAAN OBAT BATUK PADA ANAK4.1 Pendahuluan4.1.1 PengertianBatuk adalah suatu refleks fisiologi pada keadaa sehat maupu sakit dan dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab. Refleks batuk umumnya diakibatkan oleh rangsangan dari selaput lendir saluran pernapasan, yang terletak di beberapa bagian di tenggorokan. Bagian ini sangat peka terhadap berbagai zat perangsang yang dapat mencetuskan batuk.Karena rangsangan saluran pernapasan, maka terjadilah pengeluaran napas secara tiba-tiba dengan kekuatan besar, otot dalam dinding perut dan sekat rongga badan ditekan dengan tiba-tiba ke atas, sehingga angin yang dikeluarkan menggetarkan selaput suara, maka terjadilah batuk. Maka dari itu Batuk bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak, zat-zat perangsang asing, dan unsur infeksi. Dengan demikian batuk merupakan suatu mekanisme perlindungan.Batuk juga merupakan suatu penyakit yang dapat menyebabkan gejala yang serius di dalam paru-paru. Batuk yang tidak berat biasanya akan sembuh tanpa menimbulkan kerusakan yang permanen, tetapipenyakit tersebut tetap harus dicegah atau diatasi sedini mungkin. Pencegahan dan penyembuhan yang tepat sangat diperlukan, terutama pada anak-anak karena mungkin adanya komplikasi dengan penyakit lain4.1.2 PatofisiologiRefleks batuk dapat timbul karena radang, alergi (asma), sebab-sebab mekanis (asap rokok, debu, tumor paru-paru), perubahan suhu yang mendadak, dan rangsangan kimiawi (gas, bau). Batuk terutama disebabkan oleh infeksi virus, misalnya virus salesma, influenza, dan juga oleh peradangan pada cabang dan hulu tenggorokan. Virus-virus ini dapat merusak mukosa saluran pernapasan sehingga menciptakan pintu masuk untuk infeksi virus dan kuman, misalnya Pneumococci dan Haemophilus. Batuk dapat mengakibatkan menjalarnya infeksi dari suatu paru-paru ke yang lain dan juga merupakan beban tambahan pada pasien yang menderita penyakit jantung. Batuk dapat juga akibat efek samping beberapa obat, gejala dari penyakit kanker paru-paru, penyakit tuberkulosa, penyakit asma, dan penyakit cacing pada anak-anak.

4.1.3 Jenis-Jenis Batuk1. Batuk Produktif atau Batuk BerdahakBatuk merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dan sebagainya) dan dahak dari batang tenggorokan. Dahak ini terdapat di saluran pernafasan dengan bagian bawah (tenggorokan dan paru-paru). Maka jenis batuk ini tidak boleh ditekan, tetapi kenyataannya batuk yang hebat dapat mengganggu tidur dan melelahkan pasien atau pun berbahaya, misalnya setelah pembedahan. Untuk mengurangi dan meringankan frekuensi batuk diberikan terapi simptomatis dengan obat-obat pereda batuk.2. Batuk Non-Produktif atau Batuk KeringBatuk ini bersifat kering tanpa adanya dahak, seperti pada batuk rejan atau pada tumor. Tenggorokan terasa gatal, sehingga merangsang timbulnya batuk. Batuk jenis ini tidak bermanfaat, maka haruslah dihentikan. Batuk ini disebabkan karena infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti hidung dan tenggorokan. Namun pada beberapa kasus batuk ini juga bisa muncul karena infeksi saluran pernafasan bawah seperti bronchiolitis dan peradangan saluran udara kecil di paru-paru atau pneumonia, batuk ini bisa jadi memburuk ketika cuaca panas, saat berada di ruangan yang hangat atau panas.

4.1.4 Penggolongan Obat BatukObat batuk dapat dibagi menurut titik kerjanya dalam dua golongan besar, yaitu :1. Zat-zat SentralObat-obat ini menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sumsum lanjutan dan mungkin bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi di otak dengan efek menenangkan (sedatif). Zat-zat ini dibedakan antara zat-zat yang menimbulkan adiksi dan non-adiksi.a. Zat-zat adiktifYang termasuk zat-zat ini adalah candu dan kodein, zat ini termasuk kelompok obat opioid, yaitu zat yang memiliki sebagian sifat farmakologi dari opium atau morfin. Berhubungan obat ini mempunyai efek ketagihan (adiksi) maka penggunaanya harus hati-hati dan untuk jangka waktu yang singkat.b. Zat-zat non-adiktifYang termasuk zat-zat ini adalah noskapin, dekstrometorfan, pentoksiverin. Antihistamin juga termasuk, misalnya prometazin dan difenhidramin.2. Zat-zat PeriferObat-obat ini bekerja di perifer dan terbagi dalam beberapa kelompok yaitu :a. EkspektoranEkspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran pernapasan. Obat ini bekerja melalui suatu refleks dari lambung yang menstimulasi batuk. Sekresi dahak yang bersifat cair diperbanyak secara reflektoris atau dengan jalan efek langsung terhadap sel-sel kelenjar. Obat yang termasuk golongan ini adalah ammonium klorida, gliceryl guaiacolat, ipeka, dan minyak terbang.b. MukolitikMukolitk ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran pernapasan dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Mukolitik memiliki gugus sulfhydryl bebas dan berdaya mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkannya. Mukolitik digunakan dengan efektif pada batuk dengan dahak yang kental sekali.Zat-zat ini mempermudah pengeluaran dahak yang telah menjadi lebih encer melalui proses batuk atau dengan bantuan gerakan cilia dari epitel. Tetapi pada umumnya zat ini tidak berguna bila gerakan silia terganggu, misalnya pada perokok atau akibat infeksi. Obat-obat yang termasuk kelompok ini adalahasetilkarbosistein, mesna, bromheksin, danambroxol.c. EmoliensiaMemperlunak rangsangan batuk dan memperlicin tenggorokan agar tidak kering, serta memperlunak selaput lendir yang teriritasi. Zat-zat yang sering digunakan adalah sirup (thymi dan altheae), zat-zat lendir (infus carrageen), dan gula-gula, seperti drop (akar manis), permen, pastilles isap, dan sebagainya.

4.1.5 Pengobatan BatukTerapi batuk pertama hendaknya ditujukan pada mencari dan mengobati penyebabnya, misalnya pemberian antibiotik terhadap infeksi bakterial dari saluran pernapasan. Kemudian baru diberikan terapi simptomatif untuk meniadakan atau meringankan gejala batuk, dan harus dibedakan antara batuk produktif dan non-produktif.Untuk batuk produktif dapat dilakukan pengobatan dengan menghirup uap air mendidih guna memperbanyak sekret yang diproduksi di tenggorokan, menggunakan zat-zat atau obat yang bersifat emolien, ekspektoran, dan mukolitik. Sedangkan untuk batuk kering atau non-produktif dapat menggunakan obat antitusiv dan antihistamin.

4.1.6 Mekanisme Kerja1. Ekspektoran, mekanisme kerjanya didasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks merangsang sekresi kelenjar saluran napas lewat N-Vagus sehingga menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak.2. Mukolitik, mekanisme kerjanya merombak dan melarutkan dahak sehingga viskositasnya dikurangi dan pengeluarannya dipermudah.3. Antitusiva, mekanisme kerja dengan menekan rangsangan batuk di pusat muntah yang terletak di sum-sum lanjutan atau bekerja terhadap lebih tinggi di otak dengan efek menenangkan.

4.2 Evaluasi Penggunaan Obat Batuk Pada Anak4.2.1 Obat-obat Batuk1. KodeinAlkaloida ini memiliki sifat menyerupai morfin, tetapi efek analgetik dan meredakan batuknya jauh lebih lemah, begitu pula efek depresinya terhadap pernapasan. Obat ini banyak digunakan sebagai pereda batuk dan penghilang rasa sakit. Sama dengan morfin kodein juga membebaskan histamin.Resorpsinya dari usus jauh lebih baik dari pada morfin, dalam hati zat ini diuraikan menjadi norkodein dan 10% menjadi morfin yang mungkin memegang peranan efek analgetiknya. Metabolitnya diekskresikan sebagai glukuronida melalui kemih. Efek samping yang sering tead pada dosis biasa yaitu obstipasi, mual dan muntah, pusing, dan termangu-mangu. Pada anak kecil terjadi konvulsi dan depresi pernapasan.Dosis sebagai pereda batuk dan analgetik 3-5 kali sehari 10-40 mg.2. NoskapinAlkaloid ilmiah ini tidak memiliki rumus fenantren, seperti kodein dan morfin, melainkan termasuk kelompok benzilisokinolin. Efek meredakan batuknya tidak sekuat kodein tetapi tidak mengakibatkan depresi pernapasan atau obstipasi sedangkan efek sedatifnya dapat diabaikan.Noskapin tidak bersifat analgetik dan merupakan pembebas histamin yang kuat dengan efek bronchokonstriksi dan hipotensi pada dosis besar. Efek sampingnya berupa sakit kepala, reaksi kulit. Dosis oral 3-4 kali sehari 15-50 mg, maksimal 250 mg sehari.

3. Dekstrometorfan` Derivat fenantren ini berkhasiat menekan batuk, yang sama khasiatnya dengan kodein tetapi bertahan lebih lama dan tidak bersifat analgetik, sedatif, dan adiktif. Berbeda dengan kodein zat ini jarang menimbulkan kantuk atau gangguan saluran cerna. Dalam dosis terapi dekstrometorfan tidak menghambat aktivitas silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6 jam.Toksisitas zat ini rendah sekali tetapi dosis sangat tinggi mungkin menimbulkan depresi napas. Efek samping ringan dan terbatas, seperti mengantuk, termangu-mangu, pusing, nyeri kepala, dan gangguan lambung usus. Dekstrometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan sirop dengan kadar 10 mg dan 15mg/5 ml. Dosis oral 10-20 mg diberikan 3-4 kali sehari, anak-anak 2-6 tahun 3-4 kali sehari 8 mg, 6-12 tahun 3-4 kali 15 mg.4. DifenhidraminSebagai zat antihistamin persenyawaan ini bersifat hipnotip-sedatif dan dengan demikian meredakan rangsangan batuk. Pada bayi dapat menimbulkan perangsangan paradoksal, misalnya mengeringnya selaput lendir karena efek antikolinergiknya. Dosis yang diberikan 3-4 kali sehari 25-50 mg.

5. PrometazinDerivat fenotiazin ini sebagai antihistamin berdaya meredakan rangsangan batuk akibat sifat sedatif dan kolinergiknya yang kuat. Obat ini terutama digunakan pada batuk malam yang menggelitik pada anak-anak. Obat ini tidak boleh diberikan pada anak-anak dibawah 1 tahun karena dapat menimbulkan depresi pernapasan dan kematian mendadak.Efek samping antikolinergiknya dapat menyebabkan gangguan buang air kecil dan akomodasi pada manula. Dosis 3 kali sehari 25-50 mg, anak-anak diatas 1 tahun 2-4 kali sehari 0,2 mg/kg.6. AsetilsisteinDerivat dari asam amino alamiah sistein ini bekhasiat mencairkan dahak yang liat dengan jalan memutuskan jembatan disulfida, sehingga rantai panjang antara mukoprotein-mukoprotein panjang terbuka dan lebih mudah dikeluarkan melalui batuk. Obat ini diberikan secara inhalasi atau obat tetes hidung. Aktivitas mukolitik terbesar antara pH 7-9. Setelah inhalasi sputum menjadi encer dalam waktu 1 menit dan efek maksimal dicapai dalam waktu 5-10 menit.Asetilsistein juga mampu memperbaiki gerakan bulu getar (cilia) dan membantu efek antibiotik. Resorpsinya pesat, seperti semua asam amino distribusinya dalam tubuh baik dengan mencapai kadar tinggi, antara lain di saluran pernapasan dan sekret bronchi. Dalam hati zat ini diubah menjadi sistein, sistin, dan taurin, sedangkan ekskresinya berlangsung melalui kemih.Efek samping yang sering terjadi adalah mual dan muntah, spasme bronkus terutama pada pasien asma, dan terbentuknya sekret berlebihan sehingga perlu di sedot. Obat ini tidak boleh diberikan bila tidak tersedia alat penyedot lendir napas. Dosis yang diberikan 3-6 kali sehari 200 mg, anak-anak 2-7 tahun 2 kali sehari 200 mg, anak dibawah 2 tahun 2 kali sehari 100 mg.7. BromheksinBromheksin ialah derivat sikloheksil yang berkhasiat mukolitik pada dosis yang cukup tinggi. Obat ini digunakan di bronkus secara lokal untuk mempermudah pengeluaran dahak dengan mengurangi viskositas denganjalan depolimerisasi serat mukopolisaccharidanya. Bila digunakan inhalasi efeknya tampak setelah 20 menit. Sedangkan bila dipakai oral efeknya setelah beberapa hari dengan berkurangnya rangsangan batuk.Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit aktif ambroksol yang juga digunakan sebagai mukolitik. Efek samping berupa gangguan saluran cerna, perasaan pusing, dan berkeringat. Pada inhalasi dapat terjadi bronchokontriksi.Dalam hati zat ini dirombak menjadi metabolit aktif ambroksol yang juga digunakan sebagai mukolitik. Efek samping berupa gangguan saluran cerna, perasaan pusing, dan berkeringat. Pada inhalasi dapat terjadi bronchokontriksi ringan. Dosis yang diberikan 3-4 kali sehari 8-16 mg, anak-anak 3 kali sehari 1,6-8 mg.8. AmbroxolAmbroksol merupakan suatu metabolit bromheksin yang penggunaan dan cara kerjanya sama. Ambroksol merupakan zat mukolitik yang berkhasiat mukokinetik dan sekretolitik, dengan mengeluarkan sekret yang kental dari kelenjar mokusa dalam saluran pernafasan. Ambroksol mempunyai tolerabilitas yang baik sehingga dapat digunakan untuk jangka waktu panjang.Efek samping yang mungkin terjadi yaitu gastrointestinal dan reaksi alergi.9. AmoniumkloridaObat ini bersifat asam, ammonium klorida jarang digunakan sendiri sebagai ekspektoran tetapi biasanya dikombinasi dengan dengan ekspektoran lain atau antitusif . ammonium klorida dalam dosis besar dapat menyebabkan acidosis metabolik, yaitu kelebihan asam dalam darah. Keasaman darah merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi napas meningkat dan gerakan bulu getar (cilia) disaluran napas di stimulasi sehingga sekresi dahak meningkat. Maka senyawa ini sering digunakan dalam sediaan sirop batuk.Efek samping terjadi pada dosis tinggi berupa acidosis dan gangguan lambung, seperti mual dan muntah karena sifatnya yang merangsang mukosa. Dosis yang diberikan 3-4 kali sehari 100-150 mg. Maksimum 3 g sehari.10. Gliceryl GuaiacolatPenggunaan obat ini hanya didasarkan kesan subjektif pasien dan dokter. Efek samping obat yang timbul pada dosis besar berupa kantuk, mual dan muntah. Dosis yang dianjurkan 2-4 kali sehari 200-400 mg.11. GuaifenesinGuiafenesin merupakan derivat guaiakol yang banyak digunakan sebagai ekspektoran dalam bermacam-macam sediaan batuk. Pada dosis tinggi bekerja merelaksasi otot. Dosis yang dianjurkan 4-6 kali sehari 100-200 mg.

4.2.2 Obat-obat Batuk yang Dianalisis di Apotek AsriA. Ambroxol (Lapimuc, efexol drop, mucopect drop)1. IndikasiUntuk penyakit saluran pernapasan aktif dan kronis yang disertai dengan sekresi bronkial yang abnormal, terutama dalam keadaan bronkitis kronik, bronkitis asmatik, asma bronkial yang memburuk.2. Cara Kerjaa. Memperlancar pengeluaran sekret yang kental darikelenjar mukosa dalam saluran pernapasan sehingga melegakan pernapasan.b. Mengurangi batuk dan volume dahak sehingga sekresi lendir akan menjadi normal kembali.3. Efek SampingGasintrostinal yang ringan dann reaksi alergi.4. KontraindikasiPenderita yang hipersensitif terhadap ambroxol.

B. Dextrometorphan HBr (lacoldin)1. IndikasiMeringankan gejala-gejala flu seperti demam, sakit kepala, hidung tersumbat, dan bersin-bersin yang disertai batuk.2. Cara KerjaDextrometorphan merupakan antitusif non narkotik penekan batuk non opiate yang bekerja secara sentral dengan jalan meningkatkan ambang rangsang refleks batuk. Dextromethorphan disbsorpsi dengan baik melalui saluran cerna, dimetabolisme dalam hati dan diekskresi melalui ginjal dalam bentuk tidak berubah ataupun bentuk demilated morfinon.3. Efek Sampinga. Mengantuk, gangguan pencernaan, gangguan psikomotor, takikardia, aritmia, dan mulut kering.b. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati.

4. Interaksi ObatPenggunaan bersama antidepresan tipe penghambat MAO dapat mengakibatkan hipertensiC. Guaifenesin (Comtusi, lasal)1. IndikasiUntuk meringankan gejala batuk karena alergi dan batuk berdahak.2. Cara KerjaBekerja dengan membantun mengeluarkan dahak dengan cara mencairkan sekret bronkhi.3. Efek Sampinga. Mengantuk, pusing, sakit kepala, mual, muntah dan diare.

4. DosisDewasa dan anak-anak dengan berat badan lebih dari 40 kg (umur > 12 tahun) 4 kali sehari 2 sendok takar (10 ml).

D. Glyceryl Guaiacolate(Transpulmin)1. IndikasiPengobatan simptomatik batuk yang produktif akibat alergi atau etiologi lainnya.2. Cara KerjaMencairkan mukus yang kental dan dengan mudah dikeluarkan melalui batuk.3. Efek SampingMenyebabkan mengantuk, pusing, mulut kering, penglihatan kabur, muntah, keresahan, insomnia dan takikardia.4. DosisDewasa dan anak diatas 12 tahun : 3-4 kali sehari 2 sendok takar.Anak-anak 6-12 tahun : 2-3 kali sehari, 2 sendok takarAnak-anak 2-6 tahun : 2-4 kali sehari, 2 sendok takar

E. Codein1. IndikasiAntitusiv, analgetik,2. Cara KerjaCodeinmerupakan analgesic agonisopoid.Efekkodeinterjadiapabilakodeinberikatansecaraagonisdenganreseptoropiod di berbagaitempat di susunansarafpusat.Efek analgesic codeintergantungafinitascodeinterhadapreseptor opioid tersebut.Codeindapatmeningkatkanambang rasa nyeridanmengubahreaksi yang timbul di korteksserebripadawaktupersepsinyeriditerimadari thalamus.Codeinjugamerupakanantitusiv yang bekerjapadasusunansarafpusatdenganmenekanpusatbatuk.3. EfekSampinga. Dapatmenimbulkanketergantunganb. Mual, muntah, idiosintrasi, pusingdansembelitc. Depresipernapasanterutamapadapenderitaasmad. Depresijantungdansyok4. DosisDewasa : 10-20 mg, tiap 4-6 jam sesuaikebutuhan, maksimum 60 mg/hariAnak : 6-12 tahun 5-10 mg, tipa 4-6 jam maksimum 60 mg/hariAnak : 2-6 tahun 1 mg/kg BB/hari dalam dosis terbagi, maksimum 30 mg/hari. Sebagai antitusiv tidak dianjurkan untuk anak dibawah 2 tahun.

4.2.1 Tabel Obat Batuk di Apotek Asri

NoNama ObatBentuk Sediaan1 Ambroksol TabletDrop2 Dextrometorphan TabletSyrup3 Guaifenesin Syrup4 GlycerylGuaiacolate Syrup5 Codein Tablet

4.2.2 Tabel Penggunaan Obat Batuk Selama Bulan Juli 2012No NamaObat Bentuk Sediaan Banyak Obat Yang Keluar Persentase

1Ambroxol Tablet 2093 85, 60 % Syrup - - Drop 1 100 %

2Dextromethorphan Tablet 132 5, 39 % Syrup 72 21, 8 % Drop - -

3Guaifenesin Tablet - - Syrup 258 56, 93 % Drop - -

4GlycerylGuaiacolat Tablet - - Syrup 70 21, 2 % Drop - -

5Codein 10 mg Tablet 58 2, 37 % Syrup - - Drop - -

6Codein 20 mg Tablet 162 6, 62 % Syrup - - Drop - -

4.2.3 Grafik Penggunaan Obat Batuk Selama Bulan Juli 2012

4.3 PembahasanDari data tersebut dapat diketahui bahwa obat batuk sediaan tablet yang paling banyak keluar adalah Ambroxol dengan persentase 85,60 %, hal ini dikarenakan ambroxol secara farmakologi termasuk golongan mukolitik yang efektif untuk batuk berdahak dengan mekanisme kerja merombak viscositas secret sehingga pengeluaran dahak akan dipermudah. Serta efek samping yang relative ringan yaitu berupa gastrointestinal yang dapat dicegah dengan diberikan sesudah makan dan efek samping lainnya yaitu berupa reaksi alergi. Selanjutnya obat batuk yang banyak keluar adalah Codein 20 mg dengan persentase 6,62 %, obat ini sering digunakan untuk meredakan batuk dan untuk menghilangkan rasa sakit dengan mekanisme kerja menekan rangsangan batuk di pusat batuk yang terletak di sum sum lanjutan dan mungkin juga bekerja terhadap saraf yang lebih tinggi dengan efek menenangkan. Serta efek samping yang sering terjadi berupa obstipasi, mual muntah, pusing, dan termangu-mangu, pada anak kecil dapat terjadi konvulsi dan depresi pernapasan. Dosis yang biasa diberikan 10-20 mg. Setelah itu di ikuti oleh Dextromethorphan dengan persentase 5,39 % yang merupakan derivate fenantren dengan menekan pusat batuk di otak. Dextromethorphan sering digunakan untuk batuk kering atau tidak berdahak serta efek samping obat yang relative ringan dibanding dengan codein yaitu berupa gangguan lambung usus, nyeri kepala, dan mengantuk. Sedangkan untuk guaifenesin dan glicerylguaiacolat tidak keluar karena di Apotek Asri hanya tersedia syrup.

Untuk obat batuk sediaan syrup yang paling banyak keluar dilihat dari data diatas adalah Guaifenesin dengan persentase 56,39 %, ini dikarenakan guaifenesin merupakan golongan ekspektoran derivate guaiacol yang efektif untuk batuk berdahak dengan mekanisme kerja mencairkan secret di bronchi. Efek samping obat ini relative ringan yaitu berupa sakit kepala, mual muntah, serta diare. Selanjutnya obat yang banyak keluar adalah dextromethorphan dengan persentase 21,8 %, yang efektif untuk batuk kering atau tidak berdahak sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dengan mekanisme kerja berdasar peningkatan ambang rangsang batuk di otak. Sedangkan obat dengan persentase paling kecil adalah glicerylguaiacolat yaitu 21,2 %. Obat ini efektif untuk pengobatan simptomatif batuk yang produktif dengan mekanisme kerja mencairkan mucus yang kental sehingga dapat dikeluarkan melalui batuk.Obat batuk sediaan drop yang terdapat di Apotek Asri adalah ambroxol, sedangkan untuk obat yang lainnya tidak tersedia dalam sediaan drop.4.4 KesimpulanDari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa obat batuk sediaan tablet yang paling banyak keluar adalah Ambroxol, untuk sediaan syrup yaitu guaifenesin, sedangkan untuk sediaan drop ialah Ambroxol