Pembuatan Ekstrak Dan Identifikasi (Prak FarFit 3)
-
Upload
meryza-sonia -
Category
Documents
-
view
286 -
download
1
description
Transcript of Pembuatan Ekstrak Dan Identifikasi (Prak FarFit 3)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) adalah tanaman rempah dan obat yang sudah
lama dikenal masyarakat Indonesia. Selain digunakan sebagai bumbu penyedap masakan
dan ramuan tradisional, tanaman ini juga menjadi komoditas perdagangan sebagai bahan
industri obat-obatan, kosmetik, minuman, makanan ringan dan kebutuhan dapur. Jahe
Indonesia diekspor ke beberapa negara tujuan antara lain Jepang, Emirat Arab, Malaysia
dan banyak negara lainnya dalam bentuk jahe segar, jahe kering dan olahan.
Jahe dikenal baik di masyarakat Indonesia sebagai salah satu rempah. Hampir
semua wilayah di tanah air umumnya memanfaatkan jahe sebagai salah satu bahan
masakan penting. Dalam taksonomi tanaman, jahe (Zingiber officinale) termasuk dalam
divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, klas Monocotyledonae, ordo
Zingiberales, famili Zingiberaceae, dan genus Zingiber.
Genus Zingiber sendiri terdiri dari sekitar 100 spesies, yang tersebar di daratan
tropis Asia, di antaranya yang banyak memiliki manfaat adalah Zingiber officinale atau
yang kita kenal sebagai Jahe, Zingiber zerumbet (lempuyang gajah), Zingiber
aromaticum (lempuyang wangi), dan Zingiber purpureum yang kita kenal sebagai bangle.
Jahe dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan ginger, ada dalam bahasa
Bengali, jeung, ciang, atau jiang dalam bahasa Cina, zenzero dalam bahasa Italia, dan
jengibre dalam bahasa Spanyol. Di beberapa daerah di Indonesia juga dikenal dengan
sebutan aliah (Sumatra), jahi (lampung), jae (Jawa, sasak), jhai (Madura), cipakan (Bali),
sipados (Kutai), dan pese (Bugis).
Menurut data dari Bagian Riset dan Pengembangan PT Sido Muncul, jahe
mengandung satu sampai empat persen minyak atsiri dan oleoresin. Komposisi minyak
yang terkandung bervariasi tergantung dari geografi tanaman berasal. Kandungan
utamanya yaitu zingiberene, arcurcumene, sesquiphellandrene, dan bisabolene. Juga
memiliki kandungan Zingiberol, Zingiberene, Phellandrene, Curcumene, Borneol,
Champhene, Citral, Garanial, Galanolactone, Furanogermenone, Pipecolic Acid, Aspartic
Acid, Glutamic Acid, dll.
Secara tradisional jahe digunakan sebagai peluruh dahak atau obat batuk, peluruh
keringat, peluruh angin perut, diare, dan pencegah mual. Baik untuk menghilangkan mual
dan kembung karena perjalanan jauh (mabuk darat, mabuk udara, atau mabuk laut)
bahkan pada beberapa buku teks pengobatan menganjurkan wanita hamil agar
mengonsumsi jahe untuk menghilangkan rasa mual dan muntah selama kehamilan.
Pembuktian ilmiah telah dilakukan di Inggris yang menunjukkan jahe efektif mengurangi
mual bahkan mual yang timbul setelah operasi.
Penelitian di Denmark membuktikan bahwa pemberian jahe pada pasien rematik
dan gangguan muskuloskleletal sangat bermanfaat dalam menghilangkan nyeri dan gejala
yang berhubungan dengan rematik. Beberapa pengujian telah memberikan hasil yang
baik dengan menghilangnya rasa nyeri, sakit serta peradangan/pembengkakan. Dan, pada
percobaan in vitro, jahe Indonesia ternyata mengandung bahan antirhinovirus yaitu beta-
sesquiphelandrone.
Diketahui bahwa rhinovirus adalah salah satu virus penyebab utama penyakit
common cold atau influenza. Kalau diperhatikan banyak obat-obat OTC (obat bebas)
yang beredar baik di Indonesia maupun di Eropa mengandung ekstrak Jahe. Mengunyah
jahe dapat merangsang pengeluaran air liur dan cairan pencernaan, juga mengurangi mual
dan muntah.
Tradisi ngemut jahe ini tetap dilakukan sampai sekarang pada beberapa tukang
masak profesional Cina yang selalu mengunyah jahe untuk mencegah terjadinya mual
karena terpapar dalam waktu lama dengan bau masakan yang kuat. Jahe bisa dikonsumsi
dalam bentuk teh untuk memperbaiki pencernaan, menghilangkan gas dalam saluran
pencernaan, dan merangsang nafsu makan. Begitu akrabnya kita, sehingga tiap daerah di
Indonesia mempunyai sebutan sendiri-sendiri bagi jahe. Nama-nama daerah bagi jahe
tersebut antara lain halia (Aceh), bahing (Batak karo), sipadeh atau sipodeh (Sumatera
Barat), Jahi (Lampung), jae (Jawa), Jahe (sunda), jhai (Madura), pese (Bugis), lali (Irian),
dan sipados (Kutai).
1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui kandungan kimia apakah yang terdapat dalam rimpang jahe dengan cara
Maserasi dan Sokletasi.
1.3 MANFAAT
Memberikan informasi ilmiah tentang manfaat tanaman obat yang bermanfaat
bagi kesehatan.
Untuk dijadikan masukan dan penambahan pengetahuan masyarakat tentang
kandungan dan penggunaan rimpang jahe sebagai alternatif dalam pengobatan
tradisional.
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang penggunaan obat-obatan
tradisional terutama rimpang jahe sebagai alternatif dalam pengobatan tradisional.
Sebagai khasanah perpustakaan dan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan
penelitian tentang penggunaan jahe sebagai obat tradisional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan teori
Pembuatan ekstrak merupakan suatu langkah awal yang sangat penting dalam
proses pengambilan kandungan kimia dari suatu bahan alam. Ekstrak adalah sediaan
kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani dengan cara
yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung.
Cairan penyari (pelarut) dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik
untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, yang dapat memisahkan dari
senyawa kandungan lainnya sehingga ekstrak yang didapat hanya mengandung sebagian
besar senyawa yang diinginkan saja. Sebagai cairan penyari biasanya digunakan air, eter,
atau campuran etanol dan air.
Untuk mendapatkan ekstrak dapat menggunakan beberapa metode, diantaranya:
1. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian senyawa dari simplisia tumbuhan dengan
metode perendaman. Dalam proses ini, bubuk kasar/halus simplisia ditempatkan
dalam wadah bertutup dengan pelarut dan dibiarkan pada suhu kamar selama
minimal 3 hari dan terhindar dari matahari. Setelah 3 hari, campuran kemudian
disaring dengan penyaringan atau dengan proses dekantasi.
2. Perkolasi
Ini adalah cara yang paling sering digunakan untuk mengekstraki bahan aktif
dalam membuat tincture dan ekstrak cair. Perkolasi ini dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut perkolator. Perkolator yang umumnya digunakan
sebuah bejana bentuk kerucut terbuka pada kedua ujungnya. Sample dibasahi
dengan pelarut spesifik dalam jumlah yang tepat dan didiamkan selama kurang
lebih 4 jam dalam wadah tertutup, setelah itu dimasukan ke alat dan bagian atas
perkolator ditutup. Prinsipnya adalah pelarut yang telah jenuh dalam perkolator
akan digantikan dengan pelarut yang baru dan segar. Bila pelarut yang ditambahkan
sudah cukup untuk menghasilkan volume yang diperlukan, maka campuran dapat
disaring dengan penyaringan atau dengan dekantasi.
3. Soxhletasi
Merupakan cara ekstraksi yang digunakan pada bahan alam yang kasar, dimana
senyawa kimianya tahan terhadap panas. Ekstraksi ini menggunakan pelarut yang
mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik secara berulang-ulang.
Soxhlet terdiri daril labu (untuk menampung hasil ekstraksi), soxhlet extraktor, dan
sabuk kondensor refluks.
Proses kerja dari Soxhletasi adalah sebagai berikut :
a. Bahan alam yang masih dalam bentuk kasar dimasukkan ke dalam Thimble
yang terbuat dari kertas saring yang kuat, di mana Thimble tersebut
diletakkan dalam ruang pada alat Soxhlet.
b. Pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi di dalam labu dipanaskan dan
uapnya mengembun pada kondenser.
c. Uap yang telah mengembun kemudian menetes ke dalam Thimble yang
mengandung bahan kasar, dan mengekstraknya melalui kony=tak langsung
antara pelarut dan bahan alamyang kasar.
d. Ketika level cairan meningkat sampai puncak pada siphon (penyedot) ,
seluruh volume dari siphon akan mengalir ke dalam labu .
e. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai tidak ada lagi tetesan yang
keluar dari siphon ke dalam labu.
4. Infus
Infus adalah metode ekstraksi dengan cara merendam sample pada bejana infus
dalam air mendidih selama waktu tertentu.
5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan.
6. Dekok
Dekok adalah proses penyarian dengan cara merebus simplisia dalam volume air
tertentu selama waktu tertentu kemudian didinginkan dan disaring. Cara ini cocok
untuk mengekstraksi senyawa yang tahan panas.
7. Destilasi uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri) dari
simplisia dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan
menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna diakhiri
dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut
terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah
sempurna atau memisah sebagian.
Setelah ekstrak didapat maka dilakukan standarisasi ekstrak. Tujuan dari
standarisasi ekstrak adalah mempertahankan konsistensi kandungan senyawa aktif yang
terkandung dalam ekstrak. Mutu ekstrak dipengaruhi oleh bahan asal/simplisia,
karenanya sebelum diproses menjadi ekstrak, simplisia/bahan awal yang akan diekstraksi
harus pula distandarisasi. Stadarisasi ekstrak adalah penentuan parameter kualitatif dan
kuantitatif baik terhadap senyawa aktif maupun senyawa khas lain dan sifat kimianya.
Penentuan parameter yang pertama dilakukan adalah identitas dan organoleptik
ekstrak. Penentuan identitas ekstrak bertujuan untuk memberikan identitas obyektif dari
nama dan spesifik senyawa. Sedangkan penentuan parameter organoleptik ekstrak
bertujuan untuk melakukan pengenalan awal yang seobyektif mungkin.
Uraian Tanaman Asal Simplisia
Nama simplisia : Zingiber officinale
a. Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
b. Nama umum/dagang : Jahe
c. Nama daerah : halia (Aceh), beeuing (Gayo), bahing (Batak Karo), sipodeh
(Minangkabau), jahi (Lampung), jahe (Sunda), jae (Jawa dan Bali),
jhai (Madura), melito (Gorontalo), geraka (Ternate).
d. Deskripsi tanaman : Terna berbatang semu, tinggi 30 cm sampai 1 m, rimpang bila
dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit, panjang 15 – 23 mm, lebar
8 – 15 mm ; tangkai daun berbulu, panjang 2 – 4 mm ; bentuk lidah daun
memanjang, panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak berbulu; seludang agak berbulu.
Perbungaan berupa malai tersembul dipermukaan tanah, berbentuk tongkat atau
bundar telur yang sempit, 2,75 – 3 kali lebarnya, sangat tajam ; panjang malai
3,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 1,75 cm ; gagang bunga hampir tidak berbulu, panjang 25
cm, rahis berbulu jarang ; sisik pada gagang terdapat 5 – 7 buah, berbentuk lanset,
letaknya berdekatan atau rapat, hampir tidak berbulu,v panjang sisik 3 – 5 cm;
daun pelindung berbentuk bundar telur terbalik, bundar pada ujungnya, tidak
berbulu, berwarna hijau cerah, panjang 2,5 cm, lebar 1 – 1,75 cm ; mahkota bunga
berbentuk tabung 2 – 2,5 cm, helainya agak sempit, berbentuk tajam, berwarna
kuning kehijauan, panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 – 3,5 mm, bibir berwarna ungu,
gelap, berbintik-bintik berwarna putih kekuningan, panjang 12 – 15 mm ; kepala
sari berwarna ungu, panjang 9 mm ; tangkai putik 2.
e. Kandungan kimia : Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak atsiri dan oleoresin
jahe. Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya
menyebabkan rasa pedas. Minyak atsiri dapat diperoleh atau diisolasi dengan
destilasi uap dari rhizoma jahe kering. Ekstrak minyak jahe berbentuk cairan
kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki
komponen pembentuk rasa pedas. Kandungan minyak atsiri dalam jahe kering
sekitar 1 – 3 persen. Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau
harum adalah zingiberen dan zingiberol. Oleoresin jahe banyak mengandung
komponen pembentuk rasa pedas yang tidak menguap. Komponen dalam oleoresin
jahe terdiri atas gingerol dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi
rasa pedas dalam jahe yang utama adalah zingerol.
f. Khasiat :
Penelitian modern telah membuktikan secara ilmiah berbagai manfaat jahe, antara lain :
Menurunkan tekanan darah.
Membantu pencernaan
Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah.
Mencegah mual
Membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan membantu
mengeluarkan angin.
Jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak
yang disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Hari dan Tanggal :
Waktu :
Tempat : Laboratorium PNA
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Cara Kerja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Total seluruh jahe 2005,9 gram
Jahe yang diekstrak dengan metode soxhletasi 49,6 gram
Jahe yang diekstrak dengan metode maserasi 1492,29 gram
Jahe sisa 464 gram
Bobot ekstrak cair hasil soxhletasi
Bobot erlemeyer + ekstrak cair
Bobot erlemeyer 109,3 gram
Bobot ekstrak
Bobot ekstrak setelah di evaporasi
Bobot vial + ekstrak 10,7 gram
Bobot vial kosong 9,8 gram
Bobot ekstrak 0,9 gram
Rendemen : berat ekstrak
berat simplisia awal X 100 %
0,9
49,6 X 100 %
= 1,8 %
Bobot ekstrak cair hasil maserasi
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan proses ekstraksi tanaman jahe yaitu dengan
metode ektraksi maserasi dan soxhletasi. Bobot jahe keseluruhan adalah 2005,9 gram, bobot jahe
yang diekstraksi secara maserasi adalah 1492,29 gram sedangkan bobot yang digunakan untuk
sokhletasi adalah 49,6 gram. Sebelum diekstrak jahe segar dirajang terlebih dahulu tetapi tidak
terlalu halus karena akan merusak komponen kandungan senyawa pada jahe. Maserasi dilakukan
selama tiga hari dengan sesekali di aduk. Pelarut yang digunakan adalah methanol karena
methanol pelarut yang paling polar sehingga semua komponen yang terkandung di dalam jahe
dapat tertarik semua. Setelah tiga hari hasil ekstraksi dipisahkan dari ampas nya dengan
penyaringan. Penyaringan dilakukan dua kali agar didapatkan ekstrak yang jernih dan terbebas
dari pengotor. Setelah itu hasil ekstrak di kentalkan dengan alat vacuum rotary evaporpator untuk
memisahkan ekstrak dengan pelarutnya sehingga didapatkan ekstrak kental. Ekstrak kental yang
didapat adalah. Nilai rendemen yang didapat adalah
Ekstraksi dengan metode sokhletasi dilakukan dengan alat yang disebut sokhlet dimana
ekstraksi yang kami lakukan sebanyak empat siklus. Hasil dari sokhletasi di kentalkan hingga
didapat ekstrak kental. Ekstrak kental yang didapat adalah 0,9 gram sehingga rendemen yang
didapat adalah 1,8 %
Ekstrak yang telah kami peroleh selanjutnya ditentukan identitas dan organoleptik nya.
Kedua hal ini sangat penting bila kita ingin mendapatkan ektrak yang baik, karena kedua hal ini
adalah tahapan awal bila kita ingin melakukan standardisasi ekstrak. Ada dua parameter apabila
kita ingin melakukan proses standardisasi. Yang pertama adalah parameter spesifik dan non
spesifik. Pada parameter spesifik dilakukan penentuan identitas ektrak dan organoleptis dari
ekstrak.
1. Identitas ekstrak
Nama tumbuhan : Zingiber officinale
Kingdom : plantae
Divisi : spermatophyte
Kelas : angiospermae
Marga : zingiber
Jenis : Zingiber officinale
Nama lain : jahe, bohing, jahi
Nama ekstrak : ekstrak methanol
Bagian tumbuhan yg digunakan : rimpang
Senyawa identitas :
Minyak atsiri : zingiberin, kamfer, sineol, borneol, geraniol, zingiberol
Pemberi rasa pedas dan pahit : gingerol, zingeron
2. Pengamatan awal terhadap ekstrak yang dihasilkan
Bentuk : kental
Warna : coklat kehitaman
Rasa :
Bau : aromatik
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dari kedua metode yang
digunakan, metode maserasi mendapatkan hasil ekstrak kental lebih banyak jika dibandingkan
dengan metode sokhletasi. Hal ini disebabkan oleh jumlah jahe yang digunakan dalam metode
ekstraksi jauh lebih banyak daripada yang digunakan dalam metode sokhletasi. Ekstrak yang di
dapat dari masing-masing metode ekstraksi adalah maserasi dan sokhletasi adalah 0,9 gram.
Setelah ekstrak diperoleh, didapatkan data organolpetis sebagai berikut :
Bentuk : kental
Warna : coklat kehitaman
Rasa :
Bau : aromatik
5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya lebih baik ada pengaturan jadwal untuk praktikum yang memakan waktu lumayan lama, agar tidak terjadi rebutan dan ketidak merataan pemakaian alat. Dan untuk alat-alat yang diperlukan, alangkah baiknya kalau laboran lebih siap terlebih dahulu agar pada saat praktikum, para praktikan tidak harus berkeliling mencari alat dan malah memakan waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Ed. III. Jakarta; Depkes RI
Anonim . 2008 .Extraction Technologies for Medicinal and Aromatic Plants. Italy; ICS
UNIDO