Modul Prak
-
Author
imas-laili-lestari -
Category
Documents
-
view
140 -
download
13
Embed Size (px)
description
Transcript of Modul Prak
-
PENUNTUN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI DASAR
Disusun oleh :
Dra. Hj. Dewi Rusmiati
Dra. Hj. Sulistianingsih, M. Kes
Dr. Tiana Milanda, M.Si.
Sri Agung Fitri Kusuma, M.Si.
Tina Rostinawati, M.Si.
Dr. Med. Melisa Intan Barliana
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS FARMASI
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JATINANGOR
2015
-
KATA PENGANTAR
Penuntun Praktikum Mikrobologi Dasar ini disusun sebagai penuntun
bagi para mahasiswa dalam melakukan praktikum Mikrobiologi Dasar di
FakuItas Farmasi Universitas Padjadjaran. Tujuan utamanya adalah membantu
para mahasiswa Farmasi dalam mempelajari teknik dan prosedur dasar
laboratorium mikrobiologi.
Materi praktikum Mikrobiologi Dasar meliputi pengenalan mikroskop,
tcknikpewarnaan, penyiapan alat dan media, pengenalan berbagai sifat fisiologis
bakteri sertacara identifikasi bakteri. Materi-materi tersebut disusun dari
berbagai buku Mikrobiologi Dasar, baik teori maupun penuntun praktikum.
Penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, namun
demikian diharapkan tetap dapat membantu mahasiswa atan siapa saja yang
berminat pada bidang mikrohiologi. Akhir kata, tegur sapa dan koreksi untuk
perbaikan buku kami sangat harapkan.
Jatinangor, 2015
Penyusun
-
TATA TERTIB DAN BENTUK LAPORAN
TATA TERTIB LABORATORIUM
Untuk mencegah kontaminasi alat dan bahan serta melindungi diri dari
kecelakaan di laboratorium, para mahasiswa diwajibkan mematuhi tata tertib
laboratorium sebagai berikut :
1. Baca dan pelajari praktikum yang akan dikerjakan, sebelum memasuki
laboratorium.
2. Letakkan tas dan benda-benda lain yang tidak diperlukan di tempat yang
tersedia. Gunakan jas laboratorium selama bekerja di laboratorium.
3. Bersihkan meja laboratorium dengan desinfektan sebelum dan sesudah
praktikum.
4. Cuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah praktikum.
5. Jangan makan, minum atau merokok di laboratorium. Jauhkan tangan dan
mulut, hidung dan telinga selama praktikum.
6. Perlakukan semua mikroorganisme sebagai patogen (mampu menimbulkan
penyakit) Tidak diperkenankan membawa keluar biakan mikroorganisrne dari
laboratorium.
7. Usahakan biakan mikroorganisme tidak tercecer dan tidak tercampur dengan
mikroorganisme lain. Jika tercecer, tuangkan desinfektan di atasnya, biarkan
beberapa menit, lalu bersihkan dengan kertas isap. Jika tabung berisi
mikroorganisme pecah, tuangkan desinfektan ke atasnya, biarkan beberapa
menit, buang ke tempat sampah.
8. Jika mahasiswa terkontaminasi atau terluka, hubungi segera asisten
laboratorium.
9. Ose harus disterilkan dengan memijarkan seluruh kawatnya sebelum dan
sesudah digunakan.
10. Jika pipet yang sama digunakan lebih dan satu kali, letakkan pada penyangga
rak tabung reaksi.
11. Api pada pembakar spirtus harus dimatikan, jika tidak digunakan.
12. Biakan yang sudah tidak diperlukan harus diserahkan kepada asisten.
13. Kaca obyek, kaca penutup dan pipet direndam dalam larutan yang berisi
desinfektan, lalu dicuci dengan air dan sabun. Labu ukur, erlenmeyer dan beker
glass dbasuh dengan desinfektan, lalu dicuci dengan air dan sabun. Tabung
reaksi dan cawan petri diletakkan dalam panci berisi air, rebus sampai mendidih.
lalu cuci dengan air dan sabun.
1 4. Bersihkan lensa-lensa mikroskop menggunakan kapas dan xylene.
15. Rapihkan kembali laboratorium tempat anda bekerja.
-
BENTUK LAPORAN
A. PENGAMATAN MIKROSKOPIS
Semua pengamatan mikroskopis harus digambarkan dan diwarnai sesuai
dengan pengamatan di bawah mikroskop, pada buku gambar khusus. Setiap halaman
diberi garis pinggir lalu dibagi menjadi 2 bagian. Setiap bagian diperuntukkan untuk 1
pengamatan. Pada bagian atas, dituliskan :
- Nomer dan nama kegiatan
- Tanggal pengamatan
- Zat kimia (yang dipakai)
- Sampel (mikroorganisme)
Hasil pengamatan digambarkan dalam sutui zona lingkaran dan diberi
keterangan yang diperlukan. Buku gambar dikumpulkan dan diperiksa pada tengah
semester.
B. LAPORAN
Kegiatan selain pengamatan mikroskopis, diwajibkan untuk diserahkan dalam
bentuk laporan praktikum. Laporan dibuat oleh masing-masing kelompok praktikan
dengan format sebagai berikut:
1. Cover laporan, terdiri dari nomor dan nama kegiatan, fnama dan nomor induk
mahasiswa serta nama laboratorium tempat prakikum berlangsung.
2. Format dalam, terdiri dari :
- tujuan
- teori singkat
- alat dan bahan
- prosedur kerja
- data pengamatan dan hasil perhitunan
- pembahasan
- kesimpulan dan saran
- daftar pustaka
- Laporan dapat ditik maupun ditulis tangan (rapih).
- Laporan harus diserahkan 1 minggu setelah praktikum tersebut berlangsung.
- Perpindahan jam/hari praktikum hanya boleh dilakukan atas seizin Kepala
Laboratorium Mikrobiologi Dasar.
- Mahasiswa yang mengikuti praktikum kurang dari 80% atau tidak menyerahkan
hasil pengamatan mikroskopis dan laporan, tidak diperkenankan mengikuti
ujian praktikum.
-
Berbagai prosedur umum kerja dalam mikrobiologi yang membutuhkan teknik
Gambar 1
-
Saran saran Kerja Aseptis :
1. Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam
tabung/cawan/Erlenmeyer sebaiknya bagian mulut (bagian yang
memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih dahulu.
2. Pinset, batang pengaduk dll dapat disemprot dengan alcohol 70% terlebih
dahulu lalu dibakar.
3. Ujung jarum inoculum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin dahulu atau
dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk mempercepat transper
panas yang terjadi.
4. Usahakan bagian alat yang diharapka dalam kondisi steril didekatkan ke
bagian api.
5. Jika kerja di Safety Cabinet tidak perlu memakai pembakar Bunsen tetapi jika
kerja di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka semakin
terjamin kondisi aseptisnya.
-
KEGIATAN I
MIKROSKOP MEDAN TERANG
TUJUAN
Memperkenalkan prinsip-prinsip penting Mikroskopi cahaya, bagian-bagian
mikroskop majemuk, penanganan dan pemeliharaan serta penggunaan mikroskop yang
baik.
TEORI SINGKAT
Mikroskop Medan Terang
Mikroskop Medan Terang (bright field microscope) adalah mikroskop dengan medan
rnikroskopis atau medan yang mengelilingi spesimen terlihat terang, sedangkan obyek
yang diamati tampak lebih gelap dari latar belakangnya. Hal ini disebabkan cahaya dari
suatu sumber masuk melalui sistem-sistem lensa tanpa mengalami perubahan, sehingga
terbentuk medan yang terang. Mikroskop yang dipakai saat ini umumnya menggunakan
dua sistem lensa terpish, yaitu lensa obyektif dan lensa okular, maka mikroskop ini
disebut pula sebagai mikroskop majemuk.
Pada umumnya, mikroskop ini menghasilkan perbesaran maksimum sekitar 1000X.
Ketajaman bayangan pada perbesaran maksimum tergantung pada pengaturan
diafragma, kondensor, minyak emersi dan faktor-faktor lain
Gambar l. Mikroskop Majemuk
1
-
Lensa dan Perbesaran
Lensa mikroskop terdapat pada kondensor, obyektif dan okular. Kondensor
merupakan lensa pengumpul cahaya di bawah pentas yang memusatkan cahaya pada
spesimen. Lensa obyektif merupakan lensa yang terletak dekat dengan spesirnen dan
lensa okular merupakan lensa pada ujung atas mikroskop, dekat dengan mata.
Lensa pada kondensor memusatkan kerucut cahaya pada medan specimen.
Sebagian berkas cahaya daam kerucut cahaya akan langsung menembus lensa obyektif,
untuk mcmbentuk cahaya latar belakang atau medan terang. Berkas cahaya yang
mengenai obyek akan difokuskan lensa obyektif sehingga membentuk bayangan nyata.
Bayangan tersebut diperbesar oleh lensa okular untuk menghasilkan bayangan maya.
Kebanyakan mikroskop laboratorium dilengkapi tiga lensa obyektif, yaitu lensa
16 mm (berkekuatan rendah 10 X), lensa 4 mm (berkekuatan tinggi 40-45 X) dan lensa
celup minyak 1,8 mm (97-100 X). Lensa-lensa tersebut terletak pada suatu bidang yang
dapat diputar. Angka 16, 4 dan 1,8 menyatakan jarak fokus (focal length), sedang angka
10 X, 45 X dan 100 X nenyatakan daya perbesaran. Perbesaran total diperoleh dengan
mengalikan perbesaran obyeklif dengan perbesaran okular.
Ujung lensa obyektif celup minyak sangat kecil sehingga hanya sedikit cahaya
yang masuk, maka diafragma iris kondensor harus dibuka penuh dan penghematan
cahaya dilakukan dengan bantuan minyak emersi.
Resolusi dan Daya Pisah
Bila lensa difokuskan pada suatu obyek, maka dua titik terpisah pada benda
tersebut akan membentuk dua bayangan. Tetapi kedua bayangan tersebut dapat terlihat
sebagai satu titik akibat adanya difraksi. Resolusi adalah kemampuan lensa untuk
memisahkan kedua bayangan sebagai bagian-bagian yang terpisah. Difraksi
menyebabkan resolusi tidak mungkin sempurna.
Jarak terpendek yang masih mungkin untuk melihat dua bayangan sebagai
bagian-bagian terpisah disebut daya pisah lensa. Daya pisah ditentukan oleh panjang
gelombang cahaya dan tingkap numeris (numerical aperlure atau NA) sistem lensa
obyektif dan kondensor. Hubungan tersebut dinyatakan daam persamaan berikut :
Dari persamaan tersebut terlihat, bahwa makin pendek panjang gelombang atau makin
besar tingkap numeris, maka makin kecil nilai r (dayapisah) atau makin tinggi resolusi
mikroskop.
Tingkap numeris (NA) adalah pernyataan matematis kerucut cahaya yang
dihantarkan kondensor pada spesimen dan dikumpulkan oleh lensa obyektif.
NA = n sin , dimana n adalah indeks bias medium diantara lensa obyektif dan
spesimen, sedang sin O adalah sinus setengah sudut yang dibentuk kerucut cahaya dari
kondensor yang melewati spesimen menuju lensa obyektif. Bila digunakan lensa
obyektif kering, maka n adalah indeks bias udara (n = 1). Sedang untuk Obyektif celup
minyak n adalah indeks bias minyak emersi celup (n=1,56).
2
Daya pisah = panjang gelombng
Tingkap numeris
r =
NA obyektif + NA kondensor
-
Iluminasi
Bola pijar lebih disukai sebagai cahaya, sebab warna, dan intensitasnya lebih
mudah dikendalikan. Bila mikroskop dilengkapi dengan cermin, maka selalu
menggunakan sisi cermin yang datar. Sisi cermin yang datar dapat memantulkan
berkas-berkas cahaya paralel yang diperlukan mikroskopyang menggunakan
kondensor.
Manipulasi kondensor dan diafragma iris diperlukan untuk mendapatkan
kontras kedalaman medan dan daya pisah yang optimum. Agar kondensor dapat
memusatkan semua berkas cahaya pada spesimen, maka harus terletak pada posisi
tertinggi.
Jumlah berkas cahaya yang memasuki lensa obyektif tergantung pada jenis
obyektifnya. Semakin besar daya pembesaran obyektif, semakin banyak cahaya yang
diperlukan. Jumlah cahaya yang masuk dapat diatur dengan membuka dan menutup
diafragma iris, yang terletak antara kondensor dan sumber cahaya. Sebaliknya, bila
menggunakan obyektif celup celup, diafraglna harus dibiarkan terbuka penuh.
ALAT DAN BAHAN
1. Mikroskop majemuk medan terang.
2. Spesimen jadi bakteri.
3. Kapas dan kertas saring.
4. Minyak emersi dan xylene.
5. Air suling
PROSEDUR KERJA
A. PENANGANAN DAN PEMELIHARAAN MIKROSKOP
1. Mikroskop dibawa dalam posisi tegak dengan dua tangan, satu tangan
memegang tangkai dan tangan yang lain menyangga dasar mikroskop
2. Hindarkan mikroskop dari benturan tiba-tiba.
3. Jangan menyentuh lensa dengan tangan atau melepaskan lensa dari tempatnya.
4. Jangan memiringkan mikroskop, bila bekerja dengan lensa obyektif celup
minyak.
5. Jangan melakukan penyetelan mikroskop dengan paksa.
6. Jangan menukarkan lensa obyektif atau okular mikroskop.
7. Lensa okular harus dibersihkan setiap selesai penggunaan, dengan kertas saring
yang dibasahi air suling, lalu dikeringkan dengan kertas lain.
8. Bersihkan minyak emersi dari pentas dan penjepit kaca obyek dengan kapas.
9. Bersihkan lensa obyektif celup minyak dengan kertas saring atau kapas yang
dibasahi sedikit xylene (xylol), setiap selesai menggunakan mikroskop. Xylene
yang terlalu banyak akan menyebabkan perekat lensa menjadi larut.
10. Pasang lensa obyektif berkekuatan rendah pada posisi kerja, bila mikroskop
tidak digunakan
3
-
11. Simpan mikroskop di dalam kotak setelah diselubungi dengan plastik. Simpan
kotak tersebut di tempat yang kering atau mempunyai kelembaban yang
rendah.
B. PENGGUNAAN MIKROSKOP
1. Letakkan mikroskop pada jarak tertentu dari tepi meja sehingga mudah untuk
melakukan pengamatan.
2. Atur iluminasi dengan menjauhkan atau mendekatkan sumber cahaya.
3. Letakkan spesimen di atas pentas mikroskop.
4. Buka diafragma iris dengan penuh dan naikkan kondensor sampai sama tinggi
dengan pentas.
5. Bila diperlukan sumber cahaya dari luar; maka atur sisi datar cenninmikroskop
sehingga cahaya terlihat pada lensa kondensor.
6. Mulailah pengamatan dengan lensa obyektif berkekuatan rendah (10X). Dengan
bantuan tombol pengatur kasar, rendahkan lensa atau naikkan pentas sampai
lensa obyektif terletak 54 mm dari specimen.
7. Perbaiki letak cermin dan setel diafragma iris sampai area obyektif terletak di
tengah-tengah dan penuh cahaya. Jauhkan lensa obyektif secara perlahan-lahan
dengan tombol pengatur kasar sampai terlihat bayangan. Perjelas bayangan
dengan memutar tombol pengatur halus secara perlahan.
8. Untuk-mikroskop majemuk dengan sumber cahaya terpasang, putar pengatur
filter kerapatan netral (neutral density filter), sehingga lensa es (frosted lense)
terpasang pada tempatnya.
9. Jika ingin menggunakan lensa obyektifkering tinggi (40-45 X), putar lensa ke
posisi kerja, rendahkan lensa obyektif atau naikkan pentas dengan tombol
pengatur kasar, sampai hampir menyentuh kaca obyek. Jauhkanljensa obyektif
dari spesimen dengan menggunakan tombol pengatur kasar. Stel cahaya dan
fokus seperti pada lensa obyektif berkekuatan rendah.
10. Unfuk obyektif celup minyak, putar lensa obyektif kering tinggi menjauhi posisi
kerja, Taruhlah setetes minyak celup di atas spesimen. Putarlah obyektif celup
minyak pada posisi kerja, Lakukan penyetelan sepeti pada lensa obyektif
berkekuatan rendah.
11. Usahakan memulai pengamatan spesimen dengan lensa berkekuatan rendah,
lalu dilanjutkan dengan lensa berkekuatan tinggi.
12 Gambarkan sel-sel yang diamati dengan skala yang sesuai.
4
-
HASIL PENGAMATAN
-
KEGIATAN 2
PENYIAPAN PREPARAT MIKROORGANISME
TUJUAN
Mempelajari teknik lekapan basah dan tetes gantung untuk mengamati morfologi, pola
penataan dan motilitas mikroorganisme hidup di bawah mikroskop.
TEORI SINGKAT
Untuk mengamati mikroba dengan mikroskop cahaya dapat disiapkan dua
macam preparat, yaitu preparat basah (wel mount preparation) dan olesan yang
diwarnai. Cara kedua lebih sering digunakan, tetapi memiliki beberapa kelemahan.
Pada olesan yang diwamai, hanya dapat diamati mikroba yang mali, dengan ukuran dan
pola penataan yang sering berubah serta tidak dapat diamati pergerakannya (motilitas).
Untuk pengamatan mikroba hidup, maka mikroba tersebut harus tersuspensi
dalam lingkungan cair yang memadai. Ada dua teknik penyiapan preparat, yaitu
lekapan basah (wel mount) dan tetes gantung. Kedua teknik ini menggunakan setetes
cairan yang mengandung mikroba hidup. Pada preparat basah dapat diamati morfologi,
pola penataan khas dan gerak bakteri (motil) dalam keadaan alami yang tidak
terganggu.
Pada pengamatan motilitas, seringkali pergerakan mikroba dikelirukan dengan
gerak Brown. Beberapa macam alga dan protozoa dapat bergerak bebas karena
memiliki flagela. Sedangkan beberapa jenis protozoa dapat bergerak karena memiliki
silia atau pseudopodia (pergerakan amuboid). Pergerakan sejati umumnya lebih
progresif dan terarah. Sedang gerak Brown merupakan gerakan menggetar partikel-
partikel secara acak dan tidak terarah. Gerakan it tidak mengubah posisi mikroba
nonmotil terhadap benda-benda lain di sekelilingnya.
Pergerakan sejati juga sering dikelirukan dengan pergerakan oleh arus Cairan. Bila
preparat tersebut mengandung gelembung udara atau tidak tersegel baik, maka arus
udara dapat menyebabkan arus cairan.
Apabila preparat basah diperiksa dengan mikroskop medan terang, maka
diperlukan penyesuaian sumber cahaya. Intensitas cahaya dapat dikurangi dengan
menggunakan filter khusus.
Selain pengamatan mikroskopis yang menggunakan lekapan basah, motilitas
mikroba juga dapat diamati secara makroskopis. Bakteri ditanam dalam medium
setengah padat (mediun semi solid) dalam tabung reaksi. Penanaman dilakukan dengan
jarum penusuk yang ditusukkan secara tegak ke dalam medium tersebut. Biakan
diinkubasikan pada suhu yang sesuai selama 18-24 jam. Jika terdapat motilitas, maka
seluruh medium menjadi keruh, Tetapi jika bakteri hanya hidup pada daerah tusukan
saja, maka motilitas negatif
5
-
ALAT DAN BA HAN
l. Mikroskop majemuk
2. Suspensi bakteri Bacillus subtilis
3. Kaca obyek dan kaca obyek cekung
4. Kaca tutup
5. Vaselin
6. Air suling
7. Kapas dan kertas saring
PROSEDUR KERJA
A. PENYIAPAN LEKAPAN BASAH
1. Letakkan setetes suspensi bakteri di tengah-tengah kaca obyek.
2. Usapkan sedikit vaselin pada tepi telapak tangan kiri, lalu sentuhkan secara
bergantian pada ke empat sisi kaca tutup sehingga terlapisi vaselin.
3. Letakkan kaca tutup dengan bagian bervaselin ke arah kaca obyek, sehingga
mengelilingi suspensi bakteri, lalu tekan perlahan-lahan.
4. Amati di bawah mikroskop dengan lensa obyektif kering tinggi (40-45 X).
Gambarkan pengamatan morfologi, pola penataan sel dan motilitas dengan
skala yang sesuai.
B. PENYIAPAN PREPARAT TETES GANTUNG
1. Ambil sebuah kaca tutup yang bersih, lalu lapisi ke empat sisinya dengan
Vaselin.
2. Taruhlah setetes suspensi bakteri di tengah-tengah kaca tutup tersebut.
3. Pegang kaca obyek cekung dengan bagian cekung menghadap ke bawah.
Dekatkan kaca obyek pada kaca tutup, sehingga bagian cekung akan
mengelilingi suspensi bakteri. Tekan perlahan-lahan sampai vaselin menyebar
dan membentuk segel.
4. Balikkan kaca obyek tersebut dengan cepat, sehingga suspensi bakteri akan
menggantung di kaca tutup tanpa menyentuh kaca obyek.
5. Amati di bawah mikroskop dengan lensa obyektif kering tinggi (40-45 X).
Gambarkan pengamatan morfologi, pola penataan sel dan motilitas dengan
skala yang sesuai.
6
-
HASIL PENGAMATAN
-
KEGIATAN 3
PENYIAPAN OLESAN BAKTERI
TUJUAN
Mempelajari cara menyiapkan olesan bakteri yang baik, sebagai prasyarat untuk
berbagai pewarnaan.
TEORI SINGKAT
Olesan bakteri yang baik merupakan prasyarat bagi berhasilnya berbagai teknik
pewarnaan. Olesan yang baik adalah olesan tidak terlalu tebal alau terlalu tipis dan
tahan pencucian satu kali atau lebih, setelah difiksasi dengan panas. Bakteri tidak hilang
tercuci, dengan bentuk tetap dan tidak menyusut.
Kaca obyek yang digunakan harus bersih dari debu dan lemak serta tidak boleh
tergores. Partikel-partikel debu dan goresan pada kaca obyek dapat dikelirukan dengan
mikroorganisme. Di samping itu, olesan pada kaca obyek yang berlemak atau berdebu
akan cenderung mengumpul dan tidak menyebar dengan baik.
Hal penting lainnya ialah kemampuan menaruh sejumlah mikroorganisme yang
tepat pada kaca obyek, sehingga olesan tidak terlalu tebal atau terlalu tipis. Pada olesan
yang terlalu tebal, sel-sel bakteri akan bertumpuk sehingga sukar diamati secara
individu. Jumlah cahaya yang lewat melalui spesimen juga berkurang sehingga
menyulitkan pengamatan. Keadaan ini sering tejadi pada olesan-olesan dari biakan
yang diambil dari medium padat. Sedang pada olesan yang terlalu tipis, akan sulit
menemukan sel-sel tersebut. Keadaan tersebut cenderung terjadi pada olesan-olesan
yang dibuat dari biakan dalam medium cair.
Penyiapan olesan berbeda menurut jenis medium tempat tumbuh
mikoorganisme. yang bersangkutan. Bila medium berupa cairan (kaldu, susu, air liur,
air seni dan sebagainya), maka penyiapan olesan dimulai dengan menaruh satu atau dua
lup penuh biakan di atas kaca obyek.
Bila biakan berasal dari medium padat (agar miring, agar cawan atau bagian-
bagian tubuh), maka taruh satu atau dua lup penuh NaCl fisiologis steril di atas kaca
obyek, lalu campurkan sejumlah kecil biakan organisme. Sel-sel bakteri pada medium
padat cenderung saling melekat, sehingga harus disebarkan dengan baik. Untuk
mengambil biakan, gunakan jarum inokulasi yang lurus sehingga tidak terlalu banyak
biakan yang terambil.
Olesan bakteri harus betul-betul kering di udara terbuka sebelum difiksasi
dengan panas. Fiksasi pada olesan yang belunn kering akan menyebabkan sel-sel
bakteri seakan-akan terebus dan bentuknya menjadi tidak karuan. Fiksasi panas juga
dilakukan secukupnva untuk menghindarkan salah bentuk atau penyusutan sel.
Meskipun kaca obyek untuk penyiapan olesan tersebut tidak steril, namun tetap
digunakan teknik antiseptik. Hal tersebut untuk menghindari tercemarinya biakan yang
digunakan, juga untuk melindungi diri dari kontaminasi mikroorganisme.
7
-
ALAT DAN BAHAN
1. Suspensi bakteri pada medium cair.
2. Biakan bakteri pada medium padat.
3. Kaca obyek dan kapas
4. Alkohol 70 % dan NaCl fisiologis steril.
5. Pembakar spirtus dan spidol
6. Lup inokulasi (ose) dan jarum inokulasi.
PROSEDUR KERJA
1. Bersihkan kaca obyek dengan kapas yang dibasahi alkohol 70 %, lakukan pada
kedua permukaannya.
2. Setelah bersih, peganglah kaca obyek pada pinggir-pinggirnya dan buat
lingkaran di tengah-tengah permukaan bawah kaca obyek dengan spidol
3. Bila biakan dalam medium cair, kocok biakan tersebut dengan baik, tanpa
membasahi sumbat tabung. Taruhlah 1-2 lup penuh suspensi mikroorganisme
pada kaca obyek yang sudah diberi tanda lingkaran di bawahnya. Sebarkan
organisme hingga rata seluas area lingkaran.
4. Bila biakan dalam medium padat, taruhlah 1-2 lup penuh air suling pada kac
obyek yang sudah diberi tanda lingkaran di bawalmya. Dengan jarum inokulasi,
pindahkalah sedikit biakan ke tetesan air, campurkan dan sebarkan hingga rata
seluas area lingkaran.
5. Biarkan olesan tersebut kering di dekat hawa hangat api. Olesan yang
mengering akan tampak lapisan tipis berwarna putih.
6. Setelah olesan benar-benar kering, lalukan kaca obyek tersebut.tiga kali di atas
api. Proses ini disebut fiksasi panas untuk mematikan mikroorganisme yang
bersangkutan dan membuatnya menempel pada kaca obyek.
7. Gunakan olesan-olesan tersebut untuk pewarnaan pada kegiatan-kegiatan
berikutnya.
8
-
HASIL PENGAMATAN
-
KEGIATAN 4
PEWARNAAN SEDERHANA
Mengamati ukuran, bentuk dan struktur-struktur tertentu dari bakteri, dengan
menggunakan satu macam zat pewarna.
TEORI SINGKAT
Sel-sel mikroorganisme umumnya tampak hampir tembus pandang (transparan)
bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa. Hal tersebut diakibatkan indeks bias
sitoplasma sel hampir sama dengan indeks bias lingkungan, yang berupa zat cair.
Kontras antara sel dan latar belakangnya dapat dipertajam dengan cara mewamai sel-
sel tersebut dengan zat warna.
Ada dua golongan zat warna yang umum dipakai untuk pewarnaan
mikroorganisme, yaitu :
l. Zat warna yang bersifat asam, dimana komponen warnanya adalah anion,
biasanya dalam bentuk garam natrium.
2. Zat warn yang bersifat alkalis dengan komponen warna kation, biasanya dalam
bentuk klorida.
Pada pewarnaan bakteri, terjadi proses pertukaran ion-ion zat warna dengan ion-
ion protoplasma bakteri. Pada umumnya digunakan larutan-larutan zat warna yang
encer, jarang lebih dari 1 0%. Suatu larutan zat warna encer yang didiamkan agak lama
pada preparat, umumnya bekerja lebih baik daripada larutan zat warna pekat yang
didiamkan dalam waktu singkat.
Zat pemantek (mordant) sering ditambahkan pada waktu pewarnaan. Zat
tersebut berfungsi untuk menambah gaya gabung, dimana hasil reaksi antara sel dan zat
warna diendapkan oleh pemantek menjadi presipitat berbulir-bulir besar, sehingga tidak
mungkin keluar melalui pori-pori dinding sel.. Contoh zat pemantek adlah amonium
oksalat, fenol, iodium, asam tanat, garam-garam alumunium, besi, timah, sego,
tembaga, krom dan lain-lain. umumnya zat ini diberikan
- Sebelum penambahan zat warna
- Ke dalam larutan zat warna
- Antara pemakaian dua larutan zat warna
Teknik pewarnaan mikroorganisme dapat dibagi menjadi dua, yaitu .
1. Pewarnaan sederhana (tunggal)
2. Pewarnaan diferensial
Pewarnaan yang paling banyak digunakan ialah pewarnaan tungal, yang
mengunakan satu jenis zat warna. Zat-zat warna tersebut umumnya bersifat alkalin,
karena sitoplasma sel bakteri bersifat basofilik (suka akan basa).
Pewarnaan tunggal memungkinkan teramatinya ukuran dan bentuk/tipe
morfologi (kokus, basilus vibrio, spirilium, dsb.) dari bakteri. Selain itu, dapat pula
diamati struktur-struktur tertentu bakteri, seperti endospora. Berbeda dengan spesimen
hidup, sel-sel yang diwamai dan terfiksasi pada kaca obyek dapat dismpan sebagai
dokumentas untuk jangka waktu lama.
9
-
ALAT DAN BAIIAN
1. Sampel air liur
2. Suspensi campuran bakteri S. aureus dan B. subtilis.
3. Suspensi campuran bakteri E. coli dan B. sublilis.
4. Zat warna karbol fuksin, biru metilen dan karbol gentian violet.
5. Kaca obyek, kapas dan kertas saring.
6. Alkohol 70 % dan air suling dalam botol semprot.
7. Ose dan pembakar spirtus.
8. Bak pewarna.
9. Mikroskop majemuk dan minyak celup.
PROSEDUR KERJA
1. Buat masing-masing olesan bakteri dari air liur dan suspensi campuran bakteri
di atas kaca obyek yang bersih serta bebas lemak.
2. Setelah dingin, letakkan preparat tersebut di atas bak wratna, Genangi olesan
tersebut dengan salah satu dari zat warna. Bila digunakan karbol fuksin, biarkan
olesan terwarnai selama 5 menit. Bila digunakan biru metilen, biarkan olesan
terwarnai selama 1-2 tnenit, Sedang bila digunakan karbol gentian violet,
biarkan olesan terwarnai selama 15-30 detik.
3. Tuangkan zat warna yang berlebih dari preparat lalu bilas dengan air sampai
air bilasan berwarna pucat.
4. Keringkan preparat dengan kertas saring.
5. Teteskn sedikit minyak emersi pada preparat, lalu periksa di bawah
mikroskop. Mulailah dengan obyektif berkekuatan terendah 10X. lalu ganti
dengan lensa obyektif berkekuatan 100X. Amati dan gambarkan hasilnya.
Pewarnaan dengan karbol fuksin, sel bakteri akan berwarn merah. Bila
diwarnai dengan karbol gentian violet, sel bakteri akan berwarna ungu, Sedang
pewarnaan dengan biru metilen, sel bakteri akan berwarna biru.
10
-
HASIL PENGAMATAN
-
KEGIATAN 5
PEWARNAAN GRAM
TUJUAN
Menganuti dua kelompok bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif, dengan
menggunakan prosedur pewarnaan Gram, Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi
kimia yang terjadi dalam prosedur tersebut.
TEORI SINGKAT
Pewarnaan tunggal memungkinkan untuk mengamati ukuran dan bentuk bakteri
secara jelas. Tetapi bentuk bakteri-bakteri dengan morfologi yang sama dari jenis yang
berbeda, pewarnaan tersebut tidak dapat membedakannya. Untuk maksud tersebut,
maka dikembangkan teknik pewarnaan diferensial.
Pewarnaan diferensial bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat bakteri terhadap
dua jenis pewarnaan dan untuk mengidentifikasi bakter. Zat-zat warna yang dipakai
lebih dari satu warna, baik dipakai satu-persatu maupun dalam suatu campuran.
Pada tahun 1884, seorang ahli bakteriologi Denmark menemukan pewarnaan
Gram. Melalui metode ini bakteri-bakteri dipisahkan menjadi dua kelompok besar,
yaitu :
1) Bakteri Gram positif, yang dapat menahan kompleks pewarna primer karbol
gentian violet-iodium sampai akhir prosedur (sel benvarna biru gelap atau
ungu).
2) Bakteri Gram negatif, yang kehilangan kompleks warna karbol gentian violet-
iodium dengan pembilasan alkohol dan tenwarnai oleh pewarna tandingan air
fuksin (sel berwarna merah muda).
Sekalipun mekanisme pewarnaan Gram belum diketahui dengan tepat, tetapi
perbedaan komposisi dinding sel bakteri Gram positif dengan Gran negatif, diduga
berperan terhadap reaksi Gram. Dinding sel yang tebal pada bakteri Gram positif akan
menyusut oleh pembi-lasan alkohol (terdehidrasi), sehingga pori-pori dinding sel
menutup dan mencegah larutnya kmpleks pewarna primer pada saat pemucatan.
Sedangkan dinding sel Granm negatif mengandung banyak lipid, yang pada umumnya
larut dalam alkohol dan aseton. Larutnya lipid diduga memperbesar pori-pori dinding
sel dan menyebabkan proses penmucatan berlangsung lebih cepat. Dugaan tersebut
didukung percobaan dimana berubah menjadi Gram negatif.
Walaupun demikian, prrbedaan reaksi tetap didasarkan atas perbedaan laju
lepas kompleks karbol gentian violet-iodium pada langkah pemucatan. jika pemucatan
berlebih bakteri C positif dapat memperlihatkan reaksi Gram negative. Faktor-faktor
lain yang dapat, menimbulkan keragaman pada reaksi Gram ialah :
1) Pelaksanaan fiksasi panas terhadap olesan
Olesan bakteri Yang dipanaskan secara berlebihan akan menyebabkan
pecahnya dinding sel. Akibatnya sel Granm positif akan melepaskan pewarna
primer dan menerima pewarna landingan.
11
-
2) Kerapatan sel pada olesan.
Olesan yangterlalu tebal akan memucat lebih lama dari olesan dengan
kerapatan sel normal.
3) Konsentrasi dan umur reagen yang digunakan.
4) Sifat, konsentrasi dan jumlah pemucat yang dipakai.
Sebagai pemucat, alkohol 95% bekrja paling lambat dan aseton paling cepat.
Umumnya digunakan campuran alkohol 95% dan aseton (l : 1).
5) Sejarah biakan.
Sejarah biakan meliputi umur biakan serta pH medium tempat bakteri tumbuh.
Umumnya reaksi Gram menggunakan biakan berumur 18-24 jam. Biakan Gram
positif yang lebih tua (terutama bila sudah autolisis) dalam medium asam,
seringkali memberikan reaksi Gram positif atau Gram variabel (campuran Gram
positif dan Gram negatif). Hal tersebut diakibatkan perubahan permeabilitas
dinding sel pada biakan tua. Tetapi bakteri Gram negatif tidak terpengaruh oleh
umur atau medium yang digunakan. Jangan dipersoalkan teramatinya beberapa
sel Gram negatif dalam suatu preparat sel Gram positif.
ALAT DAN BAHAN
1. Suspensi campuran bakteri E. coli dan S. aureus.
2. Suspensi campuran bakteri E. coli dan B. subfilis.
3. Zat warna karbol gentian violet, lugol (iodium : kalium iodium : air suling 1 :
2: 100) dan air fuksin.
4. Akohol 95 %
5. Kaca obyek; kapas dan kertas saring.
6. Alkohol 70% dan air suling dalam botol semprot.
7. Ose dan pembakar spirtus.
8. Bak pewarna.
9. Mikroskop majemuk dan minyak celup.
PROSEDUR KERJA
1. Sediakan kaca obyek yang bersih dan buat olesan dari masing-masing campuran
bakteri.
2. Letakkan kaca-kaca obyek di atas rak kawat di atas bak pewarna. Genangi olsan
bakteri dengan pewarna karbol gentian violet selama 1 menit, buangt zat warna
yang berlebih, lalu bilas dengan air suling.
3. Genangi olesan dengan lugol selama 2 menit, buang lugol yang berlebih lalu
bilas dengan air suling.
4. Cuci olesan dengan pemucat alkohol 95% tetes demi tetes selama 30 detik atau
sampai zat warna larut, lalu bilas dengan air suling.
5. Genangi olesan dengan pewarna tandlingan air fuksin selama 30 detik, buang
warna yang berlebih bilas dengan air suling lalu keringkan dengan kertas saring.
6. Teleskan sedikit minyak emersi pada preparat, lal periksa di bawah mikroskop.
Mulailah dengan obyektif berkekuatan terendah 10X, Jalu ganti dengan lensa
12
-
obyektif berkekuatan 100X. Amati dan gambarkan hasilnya.
Bakteri Gram positif akan benwarna ungu dan bakteri Gram negatif akan berwarna
merah.
13
-
HASIL PENGAMATAN
-
KEGIATAN 6
PEWARNAAN TAHAN ASAM
TUJUAN
Mengamati dua kelompok bakteri, yaitu bakteri tahan asam dan bakteri tak tahan asam,
dengan menggunakan prosedur pewarnaan tahan asam pewarnaan (Ziehl-Neelsen).
Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam prosedur
tersebut.
TEORI SINGKAT
Bakteri-bakteri dari genus dan spesies-spesies tertentu dari genus Nocardia
mengandung sejumlah besar lipid dan asam lemak pada dinding- dinding selnya. Hal
tersebut menyebabkan dinding sel relatif tidak permiabel terhadap zat-zat warna,
sehingga sel-sel bakteri tidak terwarnai oleh pewarnaan biasa. Beberapa spesies dari
kedua genus tersebut patogenik terhadap manusia, seperti M. tuberculosis (penyakit
TBC) dan M. leprae (penyakit lepra). Untuk menunjang diagnosis penyakit-penyakit
tersebut, bakteri-bakteri penyebabnya harus dapat diisolasi, mudah diamati dan
dibedakan dari jenis bakteri lainnya. Untuk tujuan tersebut, maka digunakan pewarnaan
khusus yang dapat menembus dinding sel.
Teknik pewarnaan khusus tersebut diberi nama pewarnaan lahan asam, yang
mula-mula dikembangkan oleh Paul Ehrlich pada tahun 1882. Prosedur pewarnaan
yang digunakan sekarang merupakan perbaikan dari teknik Ehrlich ini dikenal dengan
pewarnaan Ziehl Nielsen. Nama tersebut diambil dari nama dua peneliti yang
mengembangkan prosedur tersebut pada akhir 1800-an. Prosedur ini menggunakan
pewarna utama karbol fuksin dengan pemanasan dan biru metilen sebagai pewarna
tandingan. Pada modifikasi lain teknik ini perlakuan panas diganti dengan penggunaan
pembasah (suatu deterjen ntuk mengurangi tegangan permukaan lemak) untuk
menjamin penetrasi pewarna. Pewarna yang mengandung bahan pembasah disebut
pewarna Kinyoun.
Sekali sitoplasma terwarnai, maka sel-sel bakteri, seperti mikrobakteria
menahan zat warna tersebut dan tidak terpucatkan sekalipun oleh zat bersifat keras,
seperti asam alkohol. Asam alkohol merupakan pcmucat yang sangat intensif. Pada
pewarnaan ini, mikroorganisme yang dapat menahan zat warna utama dikatakan tahan
asam dan berwarna merah. Sedang pada bakteri biasa senyawa karbol fuksin mudah
dipucatkan oleh alkohol-asam dan menyerapan biru metilen sehingga sel berwarna
biru. Hal yang harus diperhatlkan dalam pewarnaan ini adalah jangan sampai preparat
mongering, bila dilakukan pemanasan. Dindng sel harus utuh untuk mencegah lipid
yana telah terwarnai meninggalkan sel untuk melarut ke dalam pemucat. Bila dinding
ini pecah maka lipid meninggalkan sel dan sifal tahan asamnya akan hilang.
14
-
ALAT DAN BAHAN
1. Suspensi bakteri saprofit.
2. Zat warna karbol fuksin dan biru metilen.
3. Asam alkohol (3% HCL dalam alkohol 95%).
4. Kaca obyek, kapas dan kertas saring.
5. Alkohol 70% dan air suling dalam botol semprot.
6. Ose dan pembakar spirtus.
7. Bak pewarna.
8. Mikroskop majemuk dan minyak celup.
PROSEDUR KERJA
1. Sediakan kaca obyek yang bersih dan buat olesan dari suspensi bakteri, Genangi
olesan bakteri dengan pewama karbol fuksin selama 5 menit, sambil dipanaskan
di atas penangas air. Jaga jangan sampai terlalu panas, mendidih atau kering.
2. Buang zat wama yang berlebih, lalu bilas dengan air suling.
3. Bilas dengan zat pemucat alkohol-asam selama 15 detik atau sampai latar
belakang olesan berwarna merah muda pucat.
4. Genangi olesan dengan pewarna tandingan biru metilen selama 2 menit, buang
zat warna yang berlebih, bilas dengan air suling, lalu keringkan dengan kertas
saring.
5. Teteskan sedikit minyak imersi pada preparat, lalu periksa di bawah
mikroskop. Mulailah dengan obyektif berkekuatan terendah 10X, lalu ganti
dengan lensa obyektif berkekuatan 100X. Amati dan gambarkan hasilnya.
Bakteri tahan asam (ZN + ) akan berwarna merah dan bakteri tidak tahan asam (ZN -)
akan berwarna biru.
15
-
HASIL PENGAMATAN
-
KEGIATAN 7
PEWARNAAN SPORA
TUJUAN
Mengamiati endospora bakteri dengan menggunakan prosedur pewarnaan spora
(pewarnaan Klein). Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi
daam prosedur tersebut.
TEORI SINGKAT
Jenis-jenis bakteri tertentu, khususnya famili Bacillaceae, membentuk suatu
struktur di daam sel pada tempat-tempat khas, disebut endospora. Famili ini terdiri dari
3 genus, yaitu Bacillus, Clostridium dan Sporosarcina. Endospora tersebut dibentuk
daam lingkungan yang tidak menguntungkan. Hal ini
disebabkan endospora dapat bertahan hidup daam kekurangan nutrien, tahan terhadap
panas dan unsur-unsur fisik lain seperti pembekuan, kekeringan, radiasi utraviolet serta
tahan bahan kimia yang dapat menghancurkan bakteri. Bilamana keadaan lingkungan
cukup baik, dinding endospora akan pecah dan membentuk sel vegetative kembali.
Endospora merupakan bentuk kehidupan yang paling resisten sehingga
mikroorganisme yang bersangkutan dapat bertahan hidup dalam debu dan tanah selama
bertahun-tahun. Adanya endospora dalam debu menjelaskan mengapa Bacillus
merupakan kontaminan umum di laboratorium.
Ketahanan endospora disebabkan adanya selubung spora yng keras dan tebal.
Sifat tersebut menyebabkan diperlukan perlakuan yang keras untuk mewarnainya.
Hanya dengan perakuan panas yang cukup, pewarna yag sesuai dapat menembus
endospore. Tetapi sekali pewarna tersebut memasuki maka sukar dihilangkan.
Ukuran dan letak endospora di dalann sel merupakan ciri-ciri untuk
membedakan spesies-spesies bakteri pembentuk spora. Letak spora ada tiga macam,
yaitu sentral (di tengah sel), terminal (di pinggir sel) dan subterminal (antara sentral
dan terminal). Bentuk endospora umumnya bulat atau lonjong. Adanya spora dapat
mengubah bentuk sel bakteri, dimana endospora menonjol keluar seperti pemukul
tambul, misalnya pada Clostridium tetani. Bila endospora
terletak sentral atau sub terminal, dengan diameter yang lebih besar dari diameter
bakteri, maka bentuknya seperti kumparan.
ALAT DAN BAHAN
1. Biakan padat bakteri Bacillus subtilis berumur 72 jam.
2. NaCl fisiologis.
3. Zat warna karbol fiuksin dan biru metilen.
4. H2S04 1%
5. Kaca obyek, kapas dan kertas saring.
6. Alkohol 70 % dan air suling dalam botol semprot.
16
-
7. Ose dan penbakar spirtus.
8. Bak pewarna.
9. Mikroskop majemuk dan minyak celup.
PROSEDUR KERJA
1. Buat suspensi bakteri yang terdiri dari biakan bakteri dan NaCl fisiologis di
tabung reaksi. tambahkan korbol fuksin sebanyak 1:1 ke dalam suspensi
tersebut.
2. Panaskan campuran tersebu dalam pemanas air bersuhu 800C selama 10 menit.
Jaga jangan sampai mendidih atau kering.
3. Sediakan kaca obyek yang bersih dan buat olesan dari campuran tersebut.
4. Genangi olesan dengan H2S04 1% selama 2 detik, lalu cuci dengan air suling.
5. Genangi olesan dengan pewarna tandingan biru metilen selama 5 menit, buang
zat warna yang berlebih, bilas dengan air suling, lalu keringkan dengan kertas
saring.
6. Teteskan sedikit minyak imersi pada preparat, lalu periksa di bawah mikroskop.
Mulailah dengan obyektif berkekuatan terendah 10X, lalu ganti dengan lensa
obyektif berkekuatan 100X. Amati dan gambarkan hasilnya. Endospora akan
berwarna merah dan badan vegetative akan berwarna biru.
17
-
HASIL PENGAMATAN
-
KEGIATAN 8
PEWARNAAN NEGATIF
TUJUAN
Mengamati morfologi bakteri yang sukar diwarnai oleh pewarna-pewarna sederhana,
dengan menggunakan prosedur pewarnaan negatif. Memahami setiap langkah dan
reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam prosedur tersebut.
TEORI SINGKAT
Metode ini bukan untuk mewarnai bakteri, tetapi mewarnai latar belakang
menjadi hitam gelap). Melode pewarnaan negatif meliputi pencampuran
mikroorganisme dengan setetes tinta Cina, lalu disebarkan pada kaca obyek yang
bersih. Mikroorganisme akan terlihat transparan (tembus pandang) di medan tidak
dapat menembus yang gelap, karena pewarna-pewarna tersebut menembus
mikroorganisme. Metode ini berguna untuk bakteri-bakeeri tertentu, seperti spiroketa,
yang sukar diwarnai.
Pewarnaan negatif berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel suatu
mikroorganisme. Pada pewarnaan ini, olesan dipanaskan maupun mendapatkan
perlakuan keras bahan-bahan kimia sehingga dapat menghindarkan terjadinya
penyusutan atau salah bentuk sel. Tetapi jika pewarna sudah mengering, sel-sel tersebut
dapat saja mengalami penyusutan atau salah bentuk.
Keberhasilan metode ini bergantung pada hal-hal berikut :
1. Kaca obyek harus betul-betul bersih (bila terdapat sisa-sisa lemak dan debu,
maka olesan mikroorganisme tidak akan rata).
2. Jumlah tinta Cina yang digunakan menentukan keberhasilan pewarnaan (tidak
boleh berlebih).
3. Campuran mikroorganismc dan pewarna harus diseret di atas kaca obyek bukan
sekedar didorong.
ALAT DAN BAHAN
1. Suspensi bakteri Klebsiela sp.
2. Tinta Cina.
3. Kaca obyek, kapas dan kertas saring.
4. Alkohol 70% dan air suling dalam botol semprot.
5. Ose dan pembakar spiritus.
6. Bak pewarna.
7. Mikroskop majemk dan minyak celup.
PROSEDUR KERJA
1. Sediakan 2 kaca obyek yang bersih. Lelakkan satu ose suspensi bakteri dan
18
-
satu tetes cina (1:1) di deka ujung kanan kaca obyek pertama.Campurkan
keduanya dengan menggunakan kaca (obvek kedua, sanpai homogen.
2. Letakkan kaca obyek kedua pada kaca obyek pertama dengan membentuk sudut
450, Tarik kaca obyek kedua sepanjano kaca obyek pertama dengan
menyeretnya ke arah kiri.
3. Biarkan preparat tersebut mengering dengan sendirinya.
4. Teteskan sedikit minyak imersi pada preparat lalu periksa di bawah mikroskop
Mulailah dengan obyektif berkekuatan terendah 10X, lalu ganti dengan lensa
obyek tifbeckekuatan 100X. Amati dan gambarkan-hasilnya.
Sel bakteri akan tampak sebagai bagian yang kosong dengan latar belakang
yang gelap.
19
-
HASIL PENGAMATAN
-
KEGIATAN 9
PEWARNAAN KAPSUL
TUJUAN
Mengamati kapsul bakteri dengan menggunakan prosedur pewarnaan kapsul
(pewarnaan Burri-Gins). Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang
terjadi dalam prosedur tersebut.
TEORI SINGKAT
Beberapa jenis bakteri dan algae hijau-biru mengeluarkan bahan-bahan yang
amat berlendir dan lengket pada permukaan selnya dan menyelubungi dinding sel. Bila
bahan berlendir tersebut kompak dan menampakkan bentuk yang pasti (bundar atau
lonjong) maka disebut kapsul. Tetapi bila bentuknya tidak teratur dan menempel
kuranng erat pada sel, maka disebut lapisan lendir.
Kapsul dan lendir tidak esensial bagi kehidupan sel, tetapi dapat berfungsi
sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis (baik dalam tubuh inang
maupun di alam bebas) atau perlindungan terhadap dehidrasi. Kemampuan
menghasilkan kapsul merupakan sifal genetis, tetapi ukuran dan jumlahnya sangaat
dipengaruhi oleh komposisi medium tempat tumbuh sel-sel tersebut. Ukuran kapsul
berbeda-beda dalam setiap jenis bakteri maupun dalam galur-galur yang berbeda dalam
satu spesies. Pada bebeiapa jenis bakteri, keberadaan kapsul merupakan petunjuk
bahwa mikroorganisme tersebut bersifat virulen (misalnya Streptococcus pneumoniae
atau pneumokokus patogenik). Maka diagnosis pneumonia dan beberapa penyakit lain
dapat dipermudah oleh pewarnaan kapsul. Kapsul bakteri umumnya larut dalam air.
Komposisi kimiawi kapsul berbeda-beda menurut jenis mikroorganismenya.
Ada yang berupa polimer glukosa (misalnya, dekstran pada leuconostoc
mesenleroides), polimer gula-annino (misalnva, asan hialuronat pada
stafilokokuspiogenik), polipeptida (misalnya, polimer asam D-glutamat pada Bacillus
anthracis) atau kompleks polisakarida-protein (misalnva, basillus
disentri).
Bakteri berlendr dapat mengganggu perindustrian, misalnya pada pembuatan
gula tebu. Belacoccus dextranicus dapat membentuk lendir yang sangat banyak
sehingga memampatkan mesin pembuat gula. Bacillus subtillis kadang-kadang
mengganggu pembuatan roti. dengan membentuk lendir yang liat yang kenyal.
Kapsul bakteri sangat sukar diamati deng0\an nikroskop cahaya biasa karena tidak
berwarna dan mempunyai indeks bias yang rendah. Kapsul bakteri bersifat non-ionik,
maka tidak dapat diwarnai dengan prosedur pewarnaan sederhana. Masalah utama
dalam pewarnaan kapsul adalah bila olesan bakteri tersebut difiksasi dengan panas
dengan mtlode biasa maka kapsul tersebut akan meluncur pada waktu pencucian. Tetapi
kebuluhan bakteriologis biasanya hanya memerlukan deteksi ada atau tidaknya kapsul.
Tuuuan ini dapat dicapai dengan
menggabungkan prosedur pewarnaan negattf dengan pewarnaan sederhana.
20
-
ALAT DAN BAHAN
1. Suspensi bakteri Klebsiela sp.
2. Tinta Cina dan zat warna air fuksin
3. Kaca obyek, kapas dan kertas saring
4. Alkohol 70% dan air suling dalam botol seprot
5. Ose dan pembakar spirtus
6. Bak pewarna.
7. Mikroskop majemuk dan minyal celup/emersi
PROSEDUR KERJA
1. Sediakan 2 kaca obyek yang bersih. Letakkan satu ose suspensi bakteri dan stu
tetes Tinta Cina (1:1) pada dekat ujung kanan kaca obyek pertama. Campurkan
keduanya dengan menggunakan sudut kaca obyek kedua, sampai hornogen.
2. Letakkan kaca obyek kedua pada kaca obyek pertama dcngan membentuk
sudut450. Tarik kaca obyek kedua sepanjang kaca Obyek pertama dongan
menyeretnya ke arah kiri.
3. Fikssi preparat tersebut dengan melalukannya sebanyak 3 kali di atas api.
4. Genangi dengan pewarna air fuksin selama 5 menit, buang zat warna yang
berlebih, lalu keringkan dengan kertas saring.
5. Teteskan sedikit minyak imersi pada preparat, lalu periksa di bawah
mikroskop.Mulailah dengan obyektif berkekuatan rendah 10X, lalu ganti
dengan lensa obyektif berkekuatan. 100X. Amati dan gambarkan hasilnya.
Sel bakteri akan berwarna merah dan kapsul tampak sebagai bagian yang
kosong di Sekitar tubuh bakteri.
21
-
HASIL PENGAMATAN
-
KEGIATAN 10
PEMBIAKAN BAKTERI
10.1. Pcnyimpanan Media
Tujuan
Mempelajari prosedur umum untuk merekonstitusi medium berbentuk bubuk dan
menaruhnya dalam jumlah yang dikehendaki ke dalam wadah-wadah yang sesuai.
Teori Singkat
Medium adalah bahan yang digunakan untuk menumbuhkah mikroorganisme
di atas atau di dalamnya. Persyaratan unluk membuat medium itu amat beragam,
diantaranya yang utama adalah air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh. Air
merupakan komponen utama protoplasma (70-85% protoplasma terdiri dari air) serta
wahana bagi masuknya nutrien ke dalam sel dan keluarnya sekresi ataupun ekskresi
dari dalam sel. Selain itu air juga diperlukan untuk berlangsungnya reaksi-reaksi
enzimatik di dalam sel. Air yang digunakan adalah air suling. Air sadah tidak dapat
digunakan karena pada medium yang mengandung pepton dan ekstrak daging dapat
menyebabkan terbentuknya endapan fostal dan magnesium fosfat.
Berdasarkan pada sumber karbon yang digunakan, organisme dibagi menjadi
dua kelompok yaitu organisme autotrof (organisme yang dapat mensintesis semua
komponen selnya dari karbon diokside) dan organisme heterotrof (organisme yang
memerlukan satu atau lebih senyawa organik sebagai sumber karbonnya termasuk
karbondiokside).
Lebih jauh lagi, organisme dikelompokkan berdasarkan pada sumber energinya
yaitu adalah fotoautotrof (autotroph fotosintetik) adalah aututrof yang dapat
memancarkan energi cahaya matahari dengan bantuan pigmen fotosintetiknya,
sedangkan yang memperoleh energi dari oksidas senyawa-senyawa anorganik
sederhana (seperti nitrit, nitrat atau sulfide) disebut kemoaufotrof (autotrof
kemosintetik). Kemoheterotrof (heterotrof kemosintetik) adalah heterotrof yang
memerlukan sumber energi organik seperti glukose atau asam-asam amino. Sebagian
besar bakteri termasuk kelompok ini. Fotogeterotrof (heterotroph fotosintetik)adalah
organisme yang dapat memanfaatkan energi cahaya matahari (mempunyai pigmen
fotosintetik) dan memerlukan sumber karbon organik seperti alkohol.
Sumber nitrogen bagi organisme autotrofk adalah senyawa anorganik,
sedangkan bagi heterotrof dapat berupa asam amno atau senyawa-senyawa protein
intermediat seperti peptde, protease, dan pepton. Misalnya, pada kaldu nutrien (nutrient
broth), nitrogen diperoleh dari ekstrak daging dan pepton. Faktor tumbuh ialah
komponen selular esensial (yaitu asam-asam amino atau vitamin) yang tidak dapat
disintesis sendiri oleh organisme dari sumber dasar karbon dan nitrogennya. Bagi
banyak heterotrop, factor tumbuh dipenuhi dari ekstrak daging ataukaldu nutrient.
Namun bagi pathogen-patogen yang lebih rewel (fastidious),untuk penyediaan faktor
22
-
tumbuhnya memerlukan medium yang lebih rumit seperti agar darah.
Berdasarkan komposisi kimianya, dikenal medium sintetik yaitu medium yang
komposisi kimiawinya diketahui dengan pasti dan biasanya dibuat dari bahan-bahan
kimia yang kemurniannya tinggi dan ditentukan dengan tepat, sehingga medium ini
dapat diulangi pembuatannya, Medium nonspesifik atau kompleks adalah medium yang
komposisi kimiawinya tidak diketahui dengan pasti, misalnya ekstrak daging dan
pepton.
Kaldu nutrien disebut medium serbaguna karena merupakan medium yang
paling umum digunakan dalam bakteriologi. Sedangkan medium yang mengandung
zat-zat kimia tertentu yang dapat menghambat petumbuhan. satu kelompk bakteri atau
lebih tanpa menghambat pertumbuhan organisme yang diinginkan disebut medium
selektif. Selain itu dikenl pula medium diferensial yaitu medium yang mengandung
kimia tertentu yang memungkinkan si pengamat membedakan berbagai tipe bakteri.
Berdasarkan konsistensinya, medium dibagi menjadi medium cair seperti kaldu
Nutrient atau kaldu glukosa. Medium ini dapat digunakan untuk pembiakan organisme
dalam jumlah besar, penelaahan fermentasi, dan berbagai macam uji. Medium padat,
biasanya digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni dan
mengisolasi biakan murni. Untuk membuat medium pdat, dapat ditambahkan agar-
agar, gelatin atau gel silica ke dalam medium kaldu. Agar-agar menjadi larut atau cair
bila dipanaskan pada suhu hampir 1000C dan tetap berbentuk cair bila didinginkan
sampai kurang lebih 430C. Hal ini berbeda dengan gelatin, sekali menjadi padat tidk
dapt dicairkan lgi. Oleh karena itu yang paling umum digunakan ialah agar-agar
namun tidak dianjurkan untuk mencairkan kembali medium padat agat lebih dari dua
kali karena dapat memberikan hasil yang kurang baik, Sedangkan medium dengan
konsistensi pertengahan disebut medium setengah padat, medium ini dapat digunakan
untuk menguji ada tidaknya motilitas dan kemampuan fernentasi.
Alat dan Bahan
Gelas ukur 200-250 ml
gelas piala 250 ml
neraca berlengan tiga
kertas timbang
spatula atau sendok
batang pengaduk kaca atau pemusing magnetik
pembakar Bunsen kaki tiga dan kasa
kertas pH atau pH meter
thermometer
pipet10 ml atau gelas ukur 25 ml
tabung reaksi (9 buah)
cawan petri (8 buah)
kapas untuk sumbat
papan miring
keranjang/rak tabung
23
-
nutrient agar (NA; agar nutrien) Difco
larutan penyangga baku (standard buffer) pH 7,0 dan pH 4,0
Prosedur Kerja
1. Penyiapan dan penempatan Medium untuk Disterilkan
Bacalah dengan teliti petunjuknya pada wadah berisi medium nutrient agar
(NA). Hitunglah jumlah yang sesuai untuk volume yang dibutuhkan yaitu dalam
percobaan ini akan disiapkan 110 ml medium.
Ukurlah 110 ml air suling menggunakan gelas ukur kemudian tuangkan dalam
gelas piala.
Siapkan neraca berlengan tiga. Letakkan wadah yang akan dipakai untuk
menimbang pada pinggan neraca. Ambilah medium agar nutrien dengan spatula
atau sendok dan timbanglah seberat 25 gr.
Taruhlah medium tersebut ke atas air suling dalam gelas Piala.
Didihkan medium agar selama beberapa menit untuk melarutkannya. Medium
harus terus tenerus diaduk dengan batang pengaduk kaca atau dengan alat
pemusing magnetik untuk mencegah hangusnya atau meluapnya medium Ingat,
medium seperti medium kaldu tidak memerlukan pemanasan untuk
melarutkannya.
Pada penyiapan medium seperti agar nutrien biasanva tidak perlu dilakukan
penyesuaian pH. Tetapi bila memerlukan penyesuaian pH, dapat dilakukan
langkah-langkah berikut :
a. Ambillah 10 ml medium tersebut dan ukur pH nya dengan kerlas pH atau pH
meter.
b. Sesuaikan pH 10 ml medium dengan cara menambahkan 0,1N HCL atau NaOH
sesuai dengan keperluan.
c. Berdasarkan hasil yang diperoleh di atas, hitunglah jumlah asam atau basa yang
perlu ditambahkan pada sisa medium untuk mencapai pH yang diinginkan.bila
ternyata diperlukan 10 ml atau lebih 0,1N HCL asam atau basa, gunakanlah
asam atau basa dengan konsentrasi lebih tinggi.
d. Satukan kembali Imediunn tersebut ke dalam wadah semula. Ambilah lagi 10
ml medium untuk memeriksa kembali pH nya. Berdasarkan dari pH yang
dikehendaki.
Dengan menggunakan pipet, tempatkanlah medium tersebut ke dalam 9 bua
tabung reaksi, 8 tabung diisi masing-masing 12 ml (untuk agar cawan)
sedangkan 1 tabung diisi 4 ml (untuk agar miring). Medium untuk penyiapan
agar cawan dapat juga disterilkan dalam labu erlenmeyer. sedangkan
penempatan medium ke dalam tabung dapat menggunakan salah satu dari alat
berikut : buretpembagi, pipet otomatis, gelas ukur, pipet serologis atau corong.
Tabung tidak boleh diisi lebih dari setengahnya sedangkan labu tidak boleh diisi
lebih dari sepertiganya agar tidak meluap ketika disterilkan.
Sumbatlah tabung-tabung tersebut dengan kapas.
Sterilkan media tersebut dalam sterilisator uap pada 1210C selama 15 menit.
24
-
2. Penuangan Agar Cawan dan Pembuatan Agar Miring.
Setelah dikeluarkan dari steriisator, letakkan kedelapan tabung tersebut ke
dalam penangas air bersuhu 500C dan biarkan selama 5 menit.
Sambil menunggu, ambilah tabung yang berisi 4 ml medium, letakkan pada
papan miring, biarkan menjadi dingin dan padat.
Sementara itu ambilah tabung medium yang berisi 12 ml medium yang suhunya
telah terekuilibrasi, dan tuangkanlah satu per satu ke dalam cawan petri steril
secara aseptik. Usahakan agar seluruh permukaan cawan petri tertutup oleh
medium.
Biarkan medium tersebut menjadi dingin dan padat. Setelah itu pada permukaan
luar dasar cawan tuliskan dengan pinsil lilin atau spidol nama, tanggal dan
singkatan nama medium (dalan hal ini NA). Setiap 10 cawan lalu ditumpuk dan
dimasukkan dalam kantung plastik kertas dan disimpan dalam lemari es sampai
diperlukan.
Lakukan hal yang sama seperti no.4 untuk agar miring, tempatkan pada
keranjang tabung.
10.2. Sterilisasi Bahan dan Peralatan
Tujuan
Untuk memahami berbagai macam prosedur sterilisasi.
Teori Singkat
Yang dimaksud sterilisasi dalam mikrobiologi ialah suatu proses untuk
mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ada tiga
cara sterilisas yang umum dipakai yaitu :
1. Sterilisas menggunakan panas (yang umum digunakan di Laboratorium
Mikrobiologi) Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air disebut
sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah, bila tanpa kelembaban disebut
sterilisasi panas kering (sterilisasi kering).
2. Sterilisasi menggunakan bahan kimia dapat dilakukan dengan menggunakan
gas atau radiasi.
3. Sterilisasi dengan cara penyaringan (filtrasi)
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf (presure cooker) atau
sterilisasi uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunakan uap air jenuh
bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit. Dapat pula dipakai kombinasi suhu dan
waktu lain yang memberikan hasil sama.
Sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat
ditembus uap air karena uap air berkondensasi pada bahan-bahan yang disterilkan,
dilepaskan panas sebanyak 686 kalori per gram uap air pada suhu 1210C dan panas ini
mendenatutasikan atau mengkoagulasikan protein pada organisme hidup maka dengan
demikian mematikannya, 25
-
Contoh: mensterilkan media biakan yang umum, air suling, peralatan laboratorium,
biakan yang akan dibuang, media tercemar, bahan-bahan dari karet dan mensterilkan
barang-barang di rumah sakit seperti ramuan susu, sprei, dan berbagai macam
peralatan. Namun beberapa macam media seperti kaldu-kaldu fermentasi tertentu,
gelatin nutrienr dan susu litmus harus menggunakan suhu yang lebih rendah dan
tekanan yang lebih rendah pula karena bahan-bahan semacam ini akan rusak bila
dipanaskan sampai 1210C,
Syarat-syarat melakukan sterilisasi uap:
1. Udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisaior.
2. Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkenai uap.
3. Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus permiabel terhadap
uap.
4. Suhu sebagaimana yang teruku oleh termometer harus mencapai 1210C dan
dipertahankan setingi itu selama 15 menit.
Sterilisasi panas kering adalah sterilisasi yang dilakukan pada apa saja yang
tidak rusak, menyala, hangus, atau menguap pada suhu selama sekurang-kurangnya 10
menit. Contohnya mensterilkan alat-alat pecah belah (pipet, tabung reaksi, jarum suntik
dan bahan-bahan yang tidak tembus uap seperti gliserin, minyak, vaselin dan bahan-
bahan berupa bubuk. Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara
dibungkus, menyumbat dan menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah
kontaminasi setelah dikeluakan dari oven. Pipet misalnya disterilkan dalam bumbung
pipet.
Bahan-bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada suhu tinggi, dapat
disterilkan pada suhu kamar secara kimiawi (menggunakan gas atau radiasi) misalnya
mensterilkanbahan-bahan dari plastic dan dengan menyaring misalnya larutan atau
suspensi (serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin bakteri media sintetik terdentu dan
antibiotika). Sterilisasi kimiawi dilakukan pada suhu kamar selama 2 sampai 18 jam.
Beberapa baban kimia yang dapat digunaka untuk sterilisasi gas ialah etilen okside,
asam parasetat, formaldehide, dan glutaraldehide alkalin.
Sterilisasi dengan radiasi dapat diakukan dengan sinar gamma.
Alat dan Bahan
bahan dan peralatan yang akan disterilkan
sterilisator uap portable
Prosedur Kerja
1. Tuangkan air suling secukupnya ke dalam tubuh sterilisator (jumlah tertera pada
buku alat yang bersangkutan).
2. Tatalah labu atau tabung-tabung berisi media di dalam wadah aluminium bagian
dalam sedemikian sehingga tersedia ruangan untuk bergeraknya uap air secara
bebas diantara labu-labu atau tabung-tabung selama sterilisas, kemudian
letakkan dalam sterilisator. 26
-
3. Letkkn tutup sterilisator pada tubuh sterilisator dengan cara mempertemukan
tanda-tanda panah penunjuk dan memasukkan tabung pengeluaran gas ke dalam
saluran pengarah pada dinding bagian dalam wadah aluminium dan kencangkan
murnya.
4. Buklah pengatur klep pengaman, kemudian pasanglah pemanasnya.
5. Bila uap air mulai keluar dengan keras (mendidih) tutuplah klep pengaman.
Maka tekanan di dalam sterilisator pun akan naik dan dapat dibaca pada alat
pengukur tekarnan.
6. Sterilkan media yang akan digunakaa dengan cara tekanan 1 atm selama 15-20
menit. Untuk media seperti susu litmus, kaldu fermentasi dan gelatin nutrien
diperlukan suhu lebih rendah 1000C-1150C pada tekanan 0,5-0.7 atm selama 15-
20 menit.
7. Pada akhir proses matikanlah pemanasan, dan tungguah sampai tekanan
kembali nol.
8. Bila alat tolok tekanan telah menunjuk pada angka nol dan suhu telah turun
sampai jauh di bawah 1000C, bukalah pengatur klep pengaman dengan cara
meluruskanmra untuk mengeluarkan sisa uap yang tertinggal di dalam.
Kendurkan mur lepaskan baut-bautnya, pytar tutupnya dan angkatlah.
9. Bila anda selesai menggunakan alat sterilisator, buanglah sisa air didalamnya
dan keringkan semua bagiannya.
Perhatian : Pada waktu mencuci tutupnya, jagalah agar alat tekanan tidak
tercelup air. Jangan sekali-kali menuangkan air yang dingin sekali koe dalam
sterilisator yang masih panas.
10.3. Teknik Pemindahan Biakan Mikroba Secara Aseptik
Tujuan
Menguasai teknik pemindahan bakteri dari satu wadah ke wadah yang lain secara
aseptik.
Teori Singkat
Mikroorganisme luar yang tidak dikehendaki dapat masuk ke dalam biakan
murni melalui kontak langsung dengan permukaan atau tangan anda yang tercemar,
tersentuhnya media atau permukaan tabung bagian dalam oleh benda yang belum
disterilkan ataupun melalui aliran udara. Dengan teknik aseptik dapat mencegah
tercemarnya biakan murni sekaligus akan dapat pula melindungi anda dari infeksi diri
dan melindungi orang-orang di sekeliling anda dari pencemaran di laboratorium.
Biakan murni adalah biakan yang hanya terdiri dari satu spesies tunggal. Maka
dengan. melakukan teknik aseptik secara baik maka yang akan tumbuh dalam biakan
hasil pemindahan hanyalah organisme yang diinginkan (yang dipindahkan). dengan
perkataan lain tidak tercemar.
27
-
Alat dan Bahan
rak tabung
2 tabung reaksi kosong bersumbat
1 agar miring nutrient agar (NA)
3 tabung nutrient broth (NB)
biakan agar miring Serratia marcescens
lup inokulasi
Presedur Kerja
1. Siapkan lup inokulasi.
2. Peganglah kedua tabung nutrien broth (NB steril di tangan kiri anda) Tandaiah
tabung-tabung ini NB1 dan NB2.
3. Pijarkan lup Inokulasi di atas bunsen sampai seluruh kawatnya pijar.
Gerakkanah dengan ceaat lup tersebut ke arah bawah di atas api sehingga
sebagian dari tangkainya tersebut yang berbatasan dengan jarum ikut terpanasi.
Biasakanlah untuk mumulai memanaskan ujung lup di dalam kerucut api
sebelah dalam yang berwarna lebih biru (lebih dingin daripada kerucut api
sebelah luar yang berwarna lebih muda) selama 1-2 detik pertama untuk
mencegah terjadinya "percikan". Biarkan lup mendingin selama lebih kurang
30 detik sebelum dipakai, untuk mencegah matinya bakteri yang akan
dipindahkan ataupun terjadinya percikan.
4. Angkatlah sumbat kedua tabung satu demi satu. Mulailah dengan Sumbat
tabung yang terdekat dengan tangan kanan Anda (dalam hal ini tabung 2)
dengan melingkarkan jari kelingking tanpa membasahi sumbat tabung.
5. Angkatlah sumbat tabung yang lain (tabung l) dengan cara serupa namun
Dengan jari manis.
6. Panaskan mulut kedua tabung yang tidak tersumbat tersebut dengan cara
melalukannya bolak balik dua kali di atas api. Jagalah agar sudut kemiringan
tabung tidak melebihi 450 bila tidak tersumbat.
7. Inokulasikan sejumlah kecil bakteri dari tabung 2 ke dalam tabung 1.
8. Panaskan kembali mulut kedua tabung tersebut seperti cara ke-6.
9. Kembalikan sumbat tabung satu persatu dimulai dengan tabung yang terdekat
dengan tangan kanan Anda (yaitu tabung 2).
10. Pijarkan kembali lup untuk mematikan sisa bakteri yang masih melekat
padanya.
11. Ulangi pemindahan aseptik ini untuk memindahkan sejumlah kecil bakteri S.
Marcescens (dari biakan agar miring yang disediakan) ke dalam tabung
berisikan kaldu nutrien steril. Tandailah tabung ini NB3.
12. Ulangi pemindahan aseptik untuk memindahkan sejumlah kecil bakteri S.
Marcescens ke dalam tabung berisikan agar miring NA steril. Cara
menglsolasikan agar miring, dimulai dengan meletakkan lup yang mengandung
biakan pada dasar kemiringan agar lalu ditarik ke atas dengran gerakan zig-zag.
28
-
13. Kembalikanlah semua tabung dan lup inokulasi ke rak tabung.
14. Berilah etiket pada semua tabung Anda yang batru saja diinokulasikan (lihat
contoh) dan letakkanlah tabung-tabuag tersebut di tempat-tempat yang telah
disediakan untuk diinkubasikan pada suhu 300C selama 48 jam.
Contoh penulisan etiket :
15. Bila Anda melakukan teknik pemindahan tersebut dengan baik maka tabung
tabung akan tampak keruh sedangkan NBI dan NB2 harus tetap jernih, pada
agar miring NA akan tampak koloni berwarna merah dan seragam tidak
tercemar oleh koloni lain. Tunjukkanlah hasi anda pada asisten yang bertugas
untuk dinilai.
10.4. Isolasi Bakteri Dari Suatu Campran
Tujuan
Mempelajari cara-cara nengisolasi bakteri dari suatu campuran dengan teknik cawan
gores dan cawan tuang.
Teori Singkat
Di alam amat jarang dijumpai mikroba sebagai satu spesies tunggal umumnya terdapat
dalam populasi campuran. Sedangkan semua metode mikrobioogis yang digunakan
unuk nenelaah atau mengidentifikasi mikroorganisme, temasuk penelaahan ciri-ciri
kultural, morfologis, fisiologs, maupun serologis, memerlukan suatu populasi yang
terdiri dari satu macam mikroorganisme saja atau disebut biakan murni (yaitu biakan
yang sel-selnya berasal dari pembelahan salu sel tunggal).
Ada beberapa metode unluk memperoleh biakan murni dari suatu biakan
campuran. Metode yang paling umum digunakan adalah teknik cawan gores dan cawan
tuang. Kedua metode ini menggunakan prinsip yang sama yaitu mengencerkan
mikrooganisme sedemikian sehinga individu spesies dapat dipisahkan dari lainnya,
dengan anggapan bahwa setiap koloni terpisah yang tampak pada cawan petri setelah
inkubasi berasal dari satu sel tunggal.
Dalam kegiatan ini, Anda akan memisahkan tiga spesies bakteri yang berlainan
dari suatu tabung berisi biakan campuran. Perbedaan utama antara ketiga spesies
tersebut ialah wama koloninya: Serratia marcescens, berwarna merah, Micrococcus
luteus berwarna kuning, dan Escherichia coli berwarna putih.
29
300c IVAN 6/5/96
Serratia marcescens
Aseptis Kegiatan3 NA
-
Metode Cawan Gores
Metode ini mempunyai dua keuntungan yaitu: menghemat bahan dan waktu.
Dua macam kesalahan yang umum dilakukan oleh mahasiswa yang baru
mempelajari mikrobiologi ialah: (1) tidak memanfaatkan permukaan medium dengan
sebaik-baiknya untuk digores sehingg pengenceran mikroorganisme menjadi kurang
lanjut, (2) cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga
menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan. Bila anda menggunakan teknik
menggores yang baik maka pada suatu arena tertentu pada permukaan medium yang
digores, sel-sel bakkeri akan terpisahkan satu dari yang lainnya. Se-sel tunggal yang
terpisahkan seperti ini disebut sel induk. Pada waktu inkubasi setiap sel induk berbagi
diri dengan membelah biner (reproduksi aseksual) dalam waktu 20-30 menit menjadi
dua sel anak, pada 20-30 menit berikutnya setiap sel anak membagi diri lagi sehingga
kini terdapat 4 sel anak. Sel-sel baru itu terus berbagi diri dalam eksponensial menjadi
bermilyar-milyar sel anak yang saling bertumpukan di atas dan disampingnya
membentuk satu koloni. Bila setelah masa inkubnsi koloni-koloni tersebut saling
terpisahkan cukup jauh sehingga tidak bersentuhan,maka diperoleh koloni murni. Satu
koloni murni terdiri dari bermilyar-milyar koloni anak, karena kebanyakan bakteri
setelah masa inkubasi selama 24 jam, satu koloni dapat terdiri dari 50-72 generasi sel
yang timbul dari satu se iduk tunggal. Dengan demikian dikatakan bahwa pertumbuhan
bakteri sesungguhnya merupakan pertumbuhan jumlah sel dan bukan ukuran sel. Pada
metode cawan gores ini, ada beberapa cara menggoreskan inokulum pada permukaan
medium agar, dalam kegiatan ini akan menggunakan
metode penggoresan kuadran.
Alat dan Bahan
1 suspensi Serratia marcescens, Escherichia coli, dan Micrococcus luteus.
2 cawan nutrienn agar (NA, agar nutrien)
lup inokulasi
jarum pindah
3 agar miring NA
Prosedur Kerja
1. Tuliskan nama anda, nomor kegiatan, dan tanggal pada tutup cawan petri Anda.
2. Baliklah cawan petri Anda dan dengan menggunakan pinsil lilin atau spido,
bagilah seluruh area cawan menjadi empat yaitu sektor 0 (lebih kecil daripada
sector-sektor lainnya)adalah tempat anda mula-mula meletakkan inokulum
dengan lup inokulasi, sector I adalah tempat meletakan inokulum pengenceran
pertama, sektor II merupakan usaha pengenceren kedua. dan sektor III
merupakan usaha pengencean terakhir.
3. Goreskanlah biakan campuran yang disediakan pada cawan petri Anda sebagai
berikut :
Letakkan cawan petri Anda di meja dengan tutupnya terletak di sebelah atas
30
-
dan sektor 0 di sebelah kiri anda (ubah posisi ini 1800 bila Anda kidal)
Kocoklah tabung berisi biakan campuran dengan gerakan ke samping (bakteri
cenderung mengendap di dasar tabung bila dibiarkan agak lama) sehingga
suspensi tampak rata). Jagalah agar sumbatnya tidak terbasahi.
Dengan menggunakan lup inokulasi, pindahkan secara aseptic satu lup penuh
biakan campuran bakteri pada sector 0 dan goreskanlah lup anda tanpa
ditekan bolak balik beberapakali di area permukaan agar. Lingkungan
pada ujung lup anda harus terletak datar dan horizontal mungkin terhadap
permukaan agar. Bila biakan campuran tersedia dalam media agar padat,
jagalah agar jumlah inoculum yang anda pindahkan tidak terlalu banyak
cukup menyentuh lup anda saja pada biakan yang akan digores.
Pijarkan lup anda dan biarkan mendingin. Suhu lup dapat diperiksa dengan
cara menyentuhkan pada bagian permukaan agar bagian tepi yang belum
diinokulasi. Bila mendesis artinya lup tersebut masih panas. Pemijaran
lup mematiakn sel-sel yang tersisa padanya dan dengan demikian
membantu pengenceran jumlah sel.
Goreskan lup Anda ke sektor 0 disusul gerakan ke tpi luar sektor I, lalu
kembali ke sektor 0 dan seterusnya, bolak-balik sebanyak 2-3 kali. Kemudian
selesaikan penggoresan tersebut di sektor I tanpa menyentuh lagi sektor 0
sampai sektor I penuh terisi goresan yang tidak bertumpang tindih.
Putarlah cawan petri sehingga sektor I terletak di sebelah kiri Anda.
Ulangi langkah 3e untuk mengencerkan biakan dari sektor I ke sektor II.
Putarlah cawan petri Anda sehingga sektor II terletak di sebelah kiri Anda.
Ulangi langkah 3e untuk mengencerkan biakan dari sektor II ke sektor III.
Perhatian : jangan lupa memijarkan kembali lup Anda setiap kali Anda berpindah
sektor.
Lakukan penggoresan yang sama (langkah 3a-3i) dengan menggunakan biakan
campuran yang sama pada cawan petri kedua.
Letakkan cawan-cawan petri Anda dalam posisi terbalik daam keranjang yang
telah disediakan untuk diinkubasikan pada suhu 300C selama 48 jam.
Metode Cawan Tuang
Adalah cara untuk memperoleh koloni murni dari populasi koloni campuran
mikroorganisme dengan pengenceran specimen dalam medium agar yang telah
dicairkan dan didinginkan (500) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-
sel mikroba di dalam spesimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka
pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehinggra sekurag-kurangnya satu di
antara cawan-cawan tersebut mengandung koloni-koloni terpisah di atas permukaan
ataupun di dalam agar.
Metode ini memboroskan bahan dan waktu tetapi tidak memerlukan ketrampilan
yang terlampau tinggi.
31
-
Alat dan Bahan
Suspense campuran Serratia mercescens, Escherichia coli, dan Micrococcus
luteus.
3 cawan petri steril
3 tabung nutrien agar yang suhunya telah diinkubasikan dalam penangas air
bersuhu 500C
Lup inokulasi
Prosedur Kerja
1. Tuliskan nama anda, kelompok praktikum, nomor kegiatan dan tanggsl pada
permukaan luar dasar cawan petri Anda.
2. Beri cawan-cawan petri tersebut nomor 1, 2 dan 3
3. Ambillah 3 tabung agar nutria dari penangas air, keringkan bagian luar dengan
kain penyeka, berilah nomor 1, 2 dan 3, lalu letakan dalam rak tabung.
4. Kocoklah tabung berisi suspensi biakan campuran dengan gerakan kesamping
sehingga kekeruhannya tampak rata. Hati-hati jangan sampai sumbatnya
terbasahi.
5. Pijarkan lup inokulasi dan dengan menggunakan teknik aseptik pindahkan dua
lup penuh suspensi biakan campuran ke dalam tabung NA no. l. Campurkan
inokulum tersebut sampai dengan cara metmutarkan tabung tersebut di antara
ke dua telapak tangan (jangan dikocok untuk menghindari timbulnya
gelembnng-gelembung udara).
6. Dengan cara yang sama pindahkan dua lup penuh biakan dari tabung no. I ke
dalam tabung no 2. Campurkan pula hingga rata seperti pada langkah 5.
7. Dengan cara yang sama pindahkan dua lup penuh biakan dari tabung no. 2 ke
dalam no. 3. Campurkan pula hingga rata seperti langkah 5.
8. Secata aseptik luangkan agar dari tabung yang bernomor I, 2, dan 3 masing-
masing ke dalam cawan-cawan petri yang bernomo l, 2, dan 3. Biarkan agar
tersebut menjadi padat.
9. Letakkan cawan-cawan petri tersebut dalam posisi terbalik di dalam kerenjang
yang telah disediakan untuk diinkubasikan pada suhu 300C selama 48 jam.
10.5. Teknik Biakan Penyuburan
Tujuan
Mempelajari beberapa cara untuk menyediakan kondisi pembiakan yang
memungkinkan diisolasinya suatu spesies tertentu yang dikehendaki dari suatu
populasi campuran.
32
-
Teori Singkat
Untuk memperoleh spesies tertentu yang diminati dan jumlahnya amat sedikit, sangat
sulit jika hanya menggunakan teknik-teknik rutin seperti metode cawan gores atau
cawan tusng. Maka untuk itu dapat digunakan teknik penyuburan untuk memperbesar
kemungkinan terisolasinya organisme tersebut. Teknik ini pada hakekatnya suatu
lingkungan, yaitu komposisi medium atau kondisi fisik yang bersifat seleklif terhadap
spesies yang dikehendaki. Dalam kegiatan ini Anda akan mengisolasi dua jenis bakteri
yaitu bakteri koliform tinja dari air limbah dan khamir fermentatif dari sari buah.
1. Koliform Tinja
Organisme ini sesungguhnya penghuni usus manusia dan hewan. Bakteri Escherechia
Coli biasanya digunakan sebaaia indikator pencemaran persediaan air oleh Tinja. Ada
dua macam medium yang sangat selektif untuk mengisolasi koliform tinja yaitu :
(1) lauryl tryptose broth (LTB), betsifat selektif karena menghambat pertumbuhan
bakteri Gram positif dan mendorong pertumbuhan bakteri Gram negatif yang dapat
menggunakkan lactose. (2) mediun agar eosin methylene blue (EMB), bersifat selektif
dan diferensial. Selektif terhadap orgenisme Gram negatif karena zat warna yang
terkandung di dalamnya melancarkan efek bakteriostatik terhadap bakteri Gram positif.
Dan diferensial karena dapat membedakan antara bakteri peragi laktose (yaitu bakteri
Gram negatif akan mengambil sebagian dari zat warna yang terkandung di dalam
sehingga koloninya akan tampak ungu atau gelap di bagian tengahnya dan tidak
berwarna dibagian tepinya) dan bakteri yang bukan peragi lactose.
Koloni bakteri dari genus Escherichia dan Enterobakter seringkali menampilkan warna
hijau logam sedangkan koloni organisme yang tidak dapat menfermentasi laktose
tampak tidak berwarna.
Alat dan Bahan
contoh air selokan
pipet 1 ml
tabung Durham berisi lauryl tryptose broth (LTB)
cawan agar eosin methylene blue (EMB)
lup inokulasi
kaca obyek dan kaca tutup
vaselin
seperangkat pewarna Gram
kertas serap
mikroskop majemuk, minyak celup dan kertas lensa
Prosedur Kerja
1. Inokulasikan 0,5 ml air selokan ke dalam tabung Durham berisi LTB.
Inkubasikan pada suhu 440C selama 24-48 jam.
2. Bila terlihat adanya pembentukan gas, kocoklah balak-balik biakan tersebut dan
secara aseptic goreskanlah satu lup penuh biakan pada cawan agar EMB
33
-
dengan menggunakan metode kuadran. Inkubasikan cawan tersebut dalam
posisi terbalik pada suhu 370C selama 48 jam.
3. Amatilah cawan Anda dan pilihlah sebuah koloni yang terpisah baik vang
menampakkan kilauan logam pada permukaannya, Lakukanlah pewarnaan
Gram terhadap olesan yang dibuat dari koloni tersebut.
Perhatian: lakukan langkah ini secara aseptik sehingga koloni tersebut tidak
tercemar.
4. Bila preparat Gram Anda menunjukkan organisme Gram negatif berbetuk
batang secara aseptik inokulasikan koloni yang sama pada cawan tadi ke dalam
tabung Durham berisi medium LTB. Inkubasikan pada suhu 440C selama 24-48
jam.
5. Bila pada tabung tersebut terlihat adanva pembentukan gas, secara aseptic
goreskanlah satu lup penuh biakan tersebut pada cawan EMB. Inkubasikan pada
posisi terbalik pada suhu 440C selama 48 jam.
6. Serahkanlah pada asisten Anda. biakan murni dalaim cawan EMB dan preparat
Gram. Disamping itu tunjukkanlah pula preparat basah Anda di bawah
mikroskop agar dapat diperiksa dan dinilai oleh asisten Anda.
II. Khamir Fermentatif
Cendawan jenis ini paling banyak ditemukan pada buah-buahan dan hasil
fermentasinya yang bersifat asam.
Alat dan Bahan
nenas untuk diambil sarinya
tabung reaksi
paraffin
lup inokulasi
kaca obyek beserta kaca tutup
vaselin
Cawan agar dekstrose yang telah diasamkan dengan 0,15% asam tartarat
tabung Durham berisi nutrien broth (NB;kaldu nutrien) + 2% dekstrose
seperangkat pewarna gram
kertas serap
mikroskop majemuk minyak celup dan kertas lensa.
Prosedur kerja
1. Hancurkan nenas, ambil sarinya sebanyak 10 ml, masukkan ke dalam tabung
reaksi dan segel dengan parafin, lalu inkubasikan pada suhu kamar selama
beberapa hari.
2. Bila terlihat adanya pembentukan gas dalam tabung tersebut, ambillah sedikit
sampel dari dasar tbung untuk membuat lekapan basah dan amatilah ada
tidaknya sel-sel khamir di bawah mikroskop.
34
-
3. Bila teramati adanya sel-sel khamir pada siapan basah Anda, maka goreskanlah
satu lup penuh cairan sari buah tersebut (juga diambil dari dasar tabung) dengan
metode kuadran pada cawan agar dekstrose yang telah diasamkan dengan asam
tartarat. Inkubasikan cawan Anda dengatl posisi terbalik pada suhu kamar
selama 48 jam.
4. Amatilah cawan Anda. Koloni khamir akan tampak bundar dengan tepian licin
dan permukaan seperti berlendir. Pilihlah dua koloni semacam itu yang terpisah
baik dan masing-masing inokulasikan pada tabung Durham berisi kaldu nutrien
+ 2% Dekstrose. Inkubasikan pada suhu kamar selama 48 jam.
5. Amati tabung Durham Anda. Bila Anda melihat pembentukan gas, buatlah lagi
siapan basah dan amati apakah Anda memiliki sel-sel yang tampak seragam.
Bila demikian maka goreslah lagi satu cawan berisi medium baru yang
menunjukkan bahwa koloni-koloni khamir Anda memang hanya terdiri dari
satu macam (gunakan inokulum dari salah satu tabung Durham, pilih yang
terbaik).
6. Serahkan pada asisten Anda. biakan murni dalam agar cawan, biakan dalam
tabung Durham dan preparat Gram. Disamping itu tunjukkanlah pula preparat
basah Anda di bawah mikroskop agar dapat diperiksa dan dinilai oleh asisten
Anda.
35
-
HASIL PENGAMATAN
-
Kegiatan 11
Kuantitasi Mikroba : Hitungan Cawan
Tujuan
Melatih Anda melakukan pengenceran serial dan menentukan konsentrasi suspensi
bakteri dengan metode hitungan cawan.
Teori Singkat
Dasar metode hitungan cawan dengan anggapan bahwa setiap sel yang dapat
hidup akan berkembang menjadi satu koloni. Jadi jumlah koloni yang muncul pada
cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang
terkandung daam sampel. Cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni adalah yang
mengandung antara 30-300 koloni. Untuk memperoleh sekurng-kurangnya satu cawan
yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi syarat maka harus dilakukan
sederetan pengenceran dan pencawanan. Organisme yang terdapat daam sampel asal
ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan faktor
pengenceran pada cawan yang bersangkutan.
Dalam kegiatan ini Anda akan mencoba dua macam prosedur hitungan cawan
yaitu :
1. metode penyebaran
2. metode penuangan
Alat dan Bahan
biakan Escherichia coli dalam nutrien broth (NB,kaldu nutrien)
botol blanko pengencer @ 99 ml
botol blanko pengencer @ 90 ml
pipet 1ml yang steril
pipet 0,1 ml yang steril
batang kaca penyebar
alkohol 95% daam gelas piala
cawan nutrient agar (NA, agar nutrient)
tabung masing-masing berisi 12 ml NA cair bersuhu 500C
cawan petri kosong steril
alat penghitung koloni Quebec
penghitung mekanis
Prosedur Kerja
Metode Penyebaran
1. Siapkanlah pengenceran serial :
Siapkan keempat botol berisis blanko pengencer dan susunlah berderet (botol
36
-
pertama,kedua, dan keempat masing-masing berisi 99 ml larutan pengencer,
sedangkan botol ketiga berisi 90 ml larutan pengencer). Tuliskan pada dinding-
dinding botol tersebut sesuai dengan urutannya, 1:100, 1:10.000, 1:100.000,
1:1.000.000
Catatan : blanko pengencer ialah tabung atau botol berisi sejumlah tertentu
cairan pengencer steril (biasanya larutan garam fisiologis) dengan
sumbat ulir atau sumbat karet yang rapat. Tabung biasanya berisi 9 atau 9,9 ml
sedangkan botol berisi 90 atau 99 ml.
Kocoklah suspensi bakteri E. coli baik-baik sampai kekeruhannya rata. Lalu
secara aseptik pipetlah 1 ml sampel dan masukkan ke dalam blanko pengencer
1:100. Letakkan pipet dalam wadah berisi disinfektan. Dengan siku tangan anda
di atas meja, kocoklah tabung tersebut 25 kali, setiap kalinya melintasi jarak
kurang lebih 30 cm, sehingga bakteri tersebar rata di dalam larutan pengencer.
Setiap kali sebelum pengocokan periksalah terlebih dahulu apakah sumbat telah
terpasang rapat.
Secara aseptik pipetlah 1ml sampel dari botol pengencer 1:100 dan masukkan
ke dalam blanko pengencer 1:10.000. Letakkan pipet dalam wadah yang
disediakan dan kocoklah tabung pengenceran ini seperti di atas.
Secara aseptik pipetlah 10 ml sampel dari tabung pengencer 1:10.000 dan ke
dalam blanko pengencer 1:100.000. Letakkan pipet dalam wadah yang
disediakan dan kocoklah tabung pengencer ini seperti di atas.
Secara ascptik pipetlah 1 ml sampel dari tabung pengencer 1:10.000 dan
masukkan ke dalam blanko pengencer 1:1.000.000. Letakkn pipet dalam
wadah yang disediakan dan kocoklah tabung pcngencer ini seperti diatas.
2. Pada masing-masing permukaan luar dasar keempat cawan petri berisikan agar
itu tuliskanlah l:200.000, 1:1.000.000, 1:2.000.000 dan 1:10.000.000.
3. Secara aseptik, lakukanlah pemindahan sampel dari botol pengencer l:1.
000.000 ke dalam cawan-cawan agar nutrien sebagai berikut :
Dengan pipet 1 ml yang steril pindahkanlah 0,5 ml sampel ke dalam cawan
berfuliskan 1:2.000.000.
Dengan pipet 1 ml yang steril, pindahkanlah 0,1 ml sampel ke dalam cawan
Letakkan pipet dalam wadah yang disediakan.
4. Sterilkan batang kaca penyebar dengran cara mencelupkannya ke dalam gelas
piala berisi alkohol 95%, lalu bakarlah di atas api. Setelah alko