Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
-
Upload
bima-paduana -
Category
Documents
-
view
317 -
download
14
Transcript of Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
1/15
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
2/15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biolubricant adalah pelumas yang secara cepat dapat terdegradasi (biodegradable) dan
tidak beracun (nontoxic) bagi manusia dan lingkungan. Pelumas bio dikembangkan dari bahan
dasar berupa lemak hewan, minyak tumbuh-tumbuhanan, ataupun ester sintetis. Pelumas
berbahan dasar minyak tumbuhan bersifat biodegradable dan nontoxic, juga bersifat dapat
diperbaharui (renewable).
Masalah utama dari pebuatan biolubricant adalah proses pembuatannya yang mahal,
yang disebabkan harga dari bahan dasar yang lebih mahal dari pada mineral lubricant, seperti
minyak sayur, minyak sawit dan lainnya. Oleh karena itu makalah ini membahas pembuatan
biolubricant dari minyak jelantah (Waste Cooking Oil) yang dapat menghemat dari biaya
produksi 30-60% dari biolubricant lainnya. Selain itu konsumsi minyak Indonesia mencapai
4,8 juta ton pertahun (Kemendag, 2012), sedangkan di kota Medan sebesar 127.596 ton
pertahunya. Oleh kerena itu produksi biolubricant dari minyak jelanta di Indonesia dan
khususnya di Medan sangat memungkinkan untuk dikembangkan.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai bahan baku, proses dan
alat pembuatan biolubrcant dari minyak jelantah.
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
3/15
BAB II
TEORI DASAR
1. Waste Cooking Oil (WCO)
Minyak goreng berulang kali atau yang lebih dikenal dengan minyak jelantah adalah
minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung,
minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian
kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat di gunakan kembali untuk keperluaran kuliner, akan
tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa
yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan.
Dan bila dilihat dari segi bahaya penggunaanya, menurut penelitian yang dilakukan oleh
Artika tahun 2009 menyebutkan bahwa minyak goreng berulang kali supaya tidak digunakan
lebih dari 2 kali. Hal ini berkaitan dengan peningkatan kandungan asam lemak trans yang mulai
mengalami peningkatan pada saat penggunaan yang kedua.
Tanda awal dari kerusakan minyak goreng adalah terbentuknya akrolein pada minyak
goreng. Akrolein ini menyebabkan rasa gatal pada tenggorokan pada saat mengkonsumsi
makanan yang digoreng menggunakan minyak goreng berulang kali. Akrolein terbentuk dari
hidrasi gliserol yang membentuk aldehida tidak jenuh atau akrolein.
Menurut Ketaren yang dikutip dari Ayu (2009) tingginya kandungan asam lemak tak jenuh
menyebabkan minyak mudah rusak oleh proses penggorengan (deep frying), karena selama
proses menggoreng minyak akan dipanaskan secara terus menerus pada suhu tinggi serta
terjadinya kontak dengan oksigen dari udara luar yang memudahkan terjadinya reaksi oksidasi
pada minyak
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
4/15
Hal ini juga di perjelas melalui penelitian yang dilakukan oleh Ayu (2009) tentang
pengaruh suhu dan lama proses menggoreng (deep frying) terhadap pembentukan asam lemak
trans. Asam lemak trans (elaidat) baru terbentuk setelah proses menggoreng (deep frying) setelah
penggulangan ke-2, dan kadarnya akan semakin meningkat sejalan dengan penggunaan minyak
(Fransiska, 2010).
2. Biolubrcant
Definisi pelumas bio atau sering disebut biolubricant adalah pelumas yang secara cepat
dapat terdegradasi (biodegradable) dan tidak beracun (nontoxic) bagi manusia dan lingkungan.
Pelumas bio dikembangkan dari bahan dasar berupa lemak hewan, minyak tumbuh-
tumbuhanan, ataupun ester sintetis. Pelumas berbahan dasar minyak tumbuhan bersifat
biodegradable dan nontoxic, juga bersifat dapat diperbaharui (renewable).
Selain tidak beracun dan mudah terurai, Pelumas bio memiliki beberapa keunggulan yang
lain dibandingkan pelumas mineral dan pelumas sintetis, yaitu :
1. Memiliki sifat pelumasan yang lebih baik karena struktur molekulnya lebih polar
sehingga lebih menempel pada permukaan;
2. Melindungi permukaan dengan baik walaupun pada tekanan tinggi;
3. Memiliki flash point yang tinggi sehingga lebih aman digunakan;
4. Indeks viskositas yang tinggi : viskositasnya tidak terlalu berubah banyak seperti
pelumas mineral terhadap perubahan temperatur;
5. Memiliki volatilitas yang rendah sehingga tidak mudah menguap.
Dewasa ini, terjadi peningkatan tuntutan pelumas yang cocok digunakan sehingga tidak
mencemari lingkungan apabila terjadi kontak dengan air, makanan ataupun manusia. Pelumas
bio memenuhi syarat-syarat tersebut karena pelumas bio terurai di dalam tanah lebih dari 90%
(biodegradable) sehingga tidak menyebakan polutan bagi lingkungan, tidak seperti pelumas
mineral dan sintesis maksimal terurai hanya 40% yang menyebakan perlunya penanganan lebih
lanjut, selain itu juga pelumas bio tidak beracun (nontoxic) karena berasal dari minyak
tumbuhan (Kuweir, 2010).
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
5/15
3. Bahan Baku
Adapun bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan biolubricant adalah:
1. Minyak Goreng Bekas (Waste Cooking Oil)
Jelantah adalah sebutan untuk minyak goreng yang telah berulangkali digunakan.
Selain penampakannya yang tidak menarik, coklat kehitaman, bau tengik, jelantah sangat
mempunyai potensi yang besar dalam membahayakan kesehatan tubuh. Jelantah mengandung
berbagai radikal bebas, yang setiap saat siap untuk mengoksidasi organ tubuh secara perlahan.
Jelantah kaya akan asam lemak bebas. Terlalu sering mengkonsumsi minyak jelantah dapat
menyebabkan potensi kanker meningkat. Menurut para ahli kesehatan, minyak goreng hanya
boleh digunakan dua sampai empat kali menggoreng.
Meskipun informasi tentang bahaya minyak jelantah sudah cukup banyak, sayangnya,tetap saja banyak masyarakat yang masih menggunakannya untuk memasak, dengan berbagai
alasan diantaranya harga minyak mahal. Masyarakat Indonesia termasuk masyarakat yang
sangat suka segala sesuatu yang digoreng. Hal ini terlihat, jajanan gorengan begitu menjamur
mulai dari kaki lima sampai bintang lima.
Dalam suhu >160oC, asam lemak tidak jenuh akan mengalami oksidasi, dan
kemungkinan akan terjadinya disposisi bentuk geometri asam lemak tidak jenuh (ikatan
rangkap) yang tadinya berbentuk sis akan menjadi trans. Menurut hasil penelitian Minyak trans
sangat tidak baik untuk kesehatan tubuh. Sejak tahu 90 an, di Amerika setiap minyak goreng
harus mencantumkan label bebas minyak trans. Dengan demikian asam lemak tidak jenuh yang
tadinya bermanfaat untuk kesehatan tubuh, karena penanganan tidak baik malah dapat
menyebabkan kemadharatan (kerugian) (UPI, 2012).
2. Kalium Hidroksida (KOH)
Sifat Fisika :
Berat Molekul = 56,11 g/mol
Spesifik Gravity = 2,044
Titik leleh = 380 oC
Titik Didih = 1384 C
Sifat Kimia :
Bersifat Higroskopik (Menyerap Kelembaban dari udara)
Bersifat basa (pH = 13)
Merupakan padatan yang bersifat korosif
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
6/15
Sangat larut dalam air dan melepaskan panas ketika dilarutkan
(Sciencelab, 2013).
3. Trimethylolpropane
Sifat Fisika :
Berat Molekul = 134,2 g/mol
Densitas uap = 4,63
Titik leleh = 59 oC
Titik Didih = 285 C
Sifat Kimia :
Tidak dapat dipolimerisasi
Bersifat asam (pH = 5,6)
Dapat mengakibatkan iritasi pada kulit
Senyawa yang bersifat stabil
(Oxea, 2007).
4. Zirconium (IV) Sulfate Hydrate
Sifat Fisika :
Berat Molekul = 283,35 g/mol
Rumus Kimia = Zr(SO4)2.xH2O
Warna = Putih
Bentuk = Kristal
Sifat Kimia :
Kemurniannya 99,99 % berdasarkan Trace Metal Analysis
Terdiri dari 24 % - 26 % Zr
X-ray Diffraction sesuai dengan strukturnya
Dalam Kemurnian 99,99 %, kandungannya
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
7/15
5. Alumina
Sifat Fisika :
Berat Molekul = 101,96 g/mol
Spesifik Gravity = 4
Titik leleh = 2072 oC
Titik Didih = 2980 C
Sifat Kimia :
Tidak dapat dipolimerisasi
Tidak bersifat korosif
Dapat mengakibatkan iritasi pada kulit
Senyawa yang bersifat stabil
(Sciencelab, 2013).
6. Alpha-tocopherol
Sifat Fisika :
Berat Molekul = 430,71 g/mol
Spesifik Gravity = 0,95
Titik leleh = 2,5
3,5 C Flash point = 210 C
Sifat Kimia :
Tidak dapat larut dalam air
Tidak bersifat korosif
Dapat mengakibatkan iritasi dan keracunan jika terhirup dalam fasa gas
Senyawa yang bersifat stabil
(USP, 2013).
7. Butylated hydroxyanisole
Sifat Fisika :
Titik didih = 507,2- 518 oF
Spesifik Gravity = 1,05
Titik leleh = 118,4- 131F
Flash point = 312,8
F
Sifat Kimia :
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
8/15
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
9/15
BAB III
DESKRIPSI PROSES
3.1 Proses Pebuatan Bio-Lubricant
Proses pembuatan bio-lubricant dapat dibagi menjadi 3 tahap proses, yaitu:
1. Persiapan Pebuatan Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dari Waste Cooking Oil (WCO)
Proses pembuatan FAME dari WCO terbagi atas dua tahap, yaitu esterifikasi asam
karboksilat pada minyak jelantah menggunakan katalis berupa SZA (42/2 23)
yang bertujuan untuk mengurangi kadar FFA pada minyak jelantah sampai berkadar kecil
dari 1. Reaksi berlangsung pada suhu 80C dan tekanan 1 atm (Aziz, 2010). Reaksi sebagai
berikut:
Gambar 3.1. Reaksi Esterifikasi
(Aziz, 2010)
Setelah reaksi selesai berlangsung dilakukan penyaringan SZA yang bersifat B3.
Selanjutnya hasil esterifikasi tersebut ditransesterifiksi dengan methanol menggunakan katalis
potassium hydroxide sehingga terbentuk fatty acid methyl ester (FAME). Kemudia residu dari
pembuatan FAME berupa gliserol dan sabun dibuang menggunakan rotary evaporator dan
dicuci dengan air panas (80 C). Selanjutnya FAME dimurnikan dengan cara dipanaskan
hingga air dalam FAME menguap (Wang, 2014). Reaksi sebagai berikut:
Gambar 3.2 Reaksi Transesterifikasi
(Rachmaniah, 2013)
2. Reaksi Transesterifikasi Trimethylolpropane dengan FAME
Pada proses ini FAME hasil proses sembelunya ditransesterifikasikan dengan
Trimethylolpropane hingga menghasilkan Trimethylolpropane fatty acid trimester (TFATE)
SZA
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
10/15
yang digunakan sebagai biolubricant, dengan suhu reaksi 128 C dan tekanan vakum (2000
Pa). Prosedur pembuatanya dengan cara memasukan TMP kedalam reactor lalu dimasukan
katalis lalu dibiarkan bereaksi sampai rentang 30-40 menit dan ditambahkan FAME pada
tekanan yang konstan. Lalu hasil reaksi dicuci dengan air panas (80C) dan dipisahkan dengan
residu meggunakan rotational evaporator (Wang, 2014). Reaksinya sebagai berikut:
+
Gambar 3.2 Reaksi Pembuatan Trimethylolpropane fatty acid trimester
(Wang, 2014)
3.
Pemurnian Trimethylolpropane Fatty Acid Trimester (TFATE)Setelah residu yang terlarut dalam air diatas terlah terbuang. Selanjutnya proses
pemisahan TFATE dengan TMP yang merupakan reaktan dan bukan merupakan bio-lubricant.
Pemisahan ini menggunakan Molekular Distillation (MD) sebagai pemisahnya, pada suhu 110-
140 C dan tekanan 1.0 Pa (Wang, 2014).
3.2 Skema Proses Pebuatan Bio-Lubricant
Gambar 3.4 Flowsheet Proses Pembuatan Bio-Lubricant dari Minyak Jelantah
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
11/15
3.2 Spesifikasi Alat:
Filter
Filter pada bagian ini bertujuan untuk memisahkan kotoran pada minyak jelantah, yang
berupa sisa sisa penggorengan yang dapat mengganggu kerja proses berikutnya. Filter yang
digunakan adaah filter dengan ukuran 65-70 mesh. Filter ampas digunakan untuk memisahkan
zat padat yang kuantitasnya besar dalam bentuk ampas atau kristal ataupun Lumpur. Biasanya
filter ini diperlengkapi untuk pencucian zat padat dan untuk mengeluarkan sebanyak-
banyaknya sisa zat cair dari zat padat itu sebelum zat padat itu dikeluarkan dari filter. Medium
filter pada filter ini relatif lebih tipis dibandingkan dengan yang digunakan dalam medium filter
Klarifikasi. Pada awal filtrasi sebagian partikel padat masuk ke dalam pori medium dan tidak
dapat bergerak lagi, tetapi segera setelah itu bahan itu terkumpul pada permukaan septum.
Setelah periode pendahuluan yang berlangsung beberapa saat itu, zat padat itulah yang
melakukan filtrasi, bukan septum lagi. Ampas itu terlihat mengumpul sampai ketebalan tertentu
pada permukaan itu dan harus sewaktu-waktu dikeluarkan.
Reaktor I
Reaktor I ini adalah merupakan tepat terjadinya rekasi Esterifikasi. Yang bertujuan
untuk mengurani kadar FFA pada minyak jelantah untuk diproses pada proses transesterifikasi.
Reactor ini memiliki spesifikasi: suhu operasi > 80 C, tekanan 1-2 atm, memiliki pengaduk.
Filter
Filtrasi pada tahap ini berguna untuk menghilangkan katalis Alumina (SZA) pada saat
proses esterifikasi yang bersifat racun, dan dapat di gunakan pada proses esterifikasi kembali.
Filter yang digunkan gunakan berukuran 100-120 mesh.
Reaktor II
Reactor pada tahap ini terjadi reaksi transesterifikasi menggunakan katalis yang
bersifat asam. Jadi reactor ini harus bersifat tahan asam dan suhu operasi 100 C, reactor ini
juga dilengkapi sprayer agar larutan dapat terdistribusi dengan baik.
Rotary Evaporator
Rotary evaporator berguna unutk memisahkan residu dan katalis dengan FAME hasil
proses transesterfikasi. Rotary vakum evaporator merupakan suatu instrumen yang tergabung
antara beberapa instrumen, yang menggabung menjadi satu bagian, dan bagian ini dinamakan
rotary vakum evaporator. Rotary vakum evaporator adalah instrumen yang menggunakan
prinsip destilasi (pemisahan). Prinsip utama dalam instrumen ini terletak pada penurunan
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
12/15
tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat hingga berguna agar pelarut dapat
menguap lebih cepat dibawah titik didihnya. Instrumen ini lebih disukai, karena hasil yang
diperoleh sangatlah akurat. Bila dibandingkan dengan teknik pemisahan lainnya, misalnya
menggunakan teknik pemisahan biasa yang menggunakan metode penguapan menggunakan
oven. Maka bisa dikatakan bahwa instrumen ini akan jauh lebih unggul. Karena pada instrumen
ini memiliki suatu teknik yang berbeda dengan teknik pemisahan yang lainnya. Dan teknik
yang digunakan dalam rotary vakum evaporator ini bukan hanya terletak pada pemanasannya
tapi dengan menurunkan tekanan pada labu alas bulat dan memutar labu alas bulat dengan
kecepatan tertentu. Karena teknik itulah, sehingga suatu pelarut akan menguap dan senyawa
yang larut dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap namun mengendap. Dan dengan
pemanasan dibawah titik didih pelarut, sehingga senyawa yang terkandung dalam pelarut tidak
rusak oleh suhu tinggi.
Reactor III
Pada tahap ini reactor berlangsung dengan reaksi transesterifikasi antara FAME dengan
TMP yang dibantuk dengan katalis. Reactor memiliki spesifikasi: tahan suhu 200 C,
bertekanan 2000 Pa, dan tahan terhadap asam.
Molekular Destilation
Moleklar destilasi berguna ntuk pemurnian dari TFATE dari residu reaksi ataupun
reatan yang tidak bersaksi. Distilasi molekular termasuk dalam distilasi vakum dengan tekanan
diatas 0.01 torr. Tekanan sebesar 0.01 torr ini dipakai karena merupakan tekanan diatas high
vacuum, dimana cairan berada di aliran molekular bebas. Fase gas tekanannya tidak lagi
signifikan terhadap substansi yang akan menguap dan akibatnya tingkat penguapan tidak
tergantung lagi pada tekanan.
Distilasi molekular biasanya digunakan dalam mengisolasi komponen cair yang sensitif
terhadap panas atau untuk memisahkan substansi yang memiliki titik didih yang sangat tinggi.
Dimana campuran didistilasi dengan mereduksi tekanan, sehingga menurunkan titik didihnya
(Dipura, 2010).
Tank
Tangka disini hanya sebagai tempat penampung produk yang berupa trimethylopropane
fatty acid trimester yang merupakan biolubricant.
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
13/15
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
14/15
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Islami, Siti Nurbayti dan Badrul Ulum. Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak
Goreng Bekas. Valensi Vol. 2 No. 2 ISSN : 1978 8193. UIN Syarif Hidayatullah
;Jakarta.
Chemwatch, 2010 a. 2,5-Di-tert-butylhydroquinone. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014
, 2010 b.Butylated hydroxyanisole. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014
Dipura. Yongki Suharya. 2010. Perpindahan Panas Tugas 1. Sumber: Scribe.com diakses pada
tanggal 10 Desember 2014.
FCC Kosher. 1998.Rosemary Extract. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014
Fransiska, E. 2010. Minyak Goreng. Repository Universitas Sumatera Utara. Medan;
Sumatera Utara.
Kuweir, Yasir Sulaeman. 2010. Pembuatan Pelumas Bio Berbasis Minyak Kelapa Sawit
Melalui Reaksi pembukaan Cincin EFAME (Epoxidized Fatty Acid Methyl Esther)
Menggunakan Resin Penukar Kation Amberlyst-15. Program studi Teknik Kimia.
Fakultas Teknik. Universitas Indonesia. Depok
Oxea. 2007. Trimethylolpropane. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014
Rachmaniah, Orchidea. 2013. Studi Kinetika Transesterifikasi Dengan Katalis Asam (HCL)
Minyak Mentah Dedak Padi Menjadi Biodiesel. Jurusan Teknik Kimia. Institut
Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.
Sciencelab. 2013 a. Alumina. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014
________ . 2013 b. Kalium Hidroksida. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014
Sigma-Aldrich. 2012. Zirconium (IV) Sulfate Hydrate. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014
UPI. 2012. Daur Ulang Minyak Goreng Bekas Pakai (Jelantah). Diakses pada tanggal 5
Desember 2014
USP. 2013. Alpha-tocopherol. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014
-
8/10/2019 Pembuatan Biolubricant Dari Minyak Jelantah
15/15
Wang, Erpei, Xiang Maa, Shuze Tang, Rian Yan, Yong Wanga,, William W. Riley, Martin
J.T. Reaney. Synthesis and oxidative stability of trimethylolpropane fatty acid triester
as a biolubricant base oil from waste cooking oil. Elsevier biomass and bioenergy.