Pembuatan Aspirin

13
Pembuatan Aspirin DASAR TEORI PEMBUATAN ASPIRIN Metil salisilat merupakan bahan dasar dalam sintesis senyawa azo, pengawet bahan makanan dan bahan dasar pembuatan aspirin. Hidrolisiis metil salisilat dengan NaOH akan menghasilkan asam salisilat. Reaksi: Beberapa sifat fisik asam salisilat diantaranya memiliki titik leleh 159”C, berat jenis 1.443, larut dalam amoniak cair, mudah menyublim, dan pada suhu tinggi terurai menjadi fenol dan CO2. Asam salisilat (o-hidroksi asam benzoate) merupakan senyawa bifungsional yang mengandung gugus fungsi hidroksi dan karboksil. Dengan demikian asam salisilat dapat berfungsi sebagai fenol (hidroksibenzena) dan juga berfungsi sebagai asam benzoate. Baik sebagai asam maupun sebagai fenol, asam salisilat dapat mengalami reaksi esterifikasi. Bila direaksikan dengan anhidrida asam, akan mengalami reaksi esterifikasi menghasilkan asam asetil salisilat (aspirin). Dan apabila direaksikan dengan methanol (alcohol), juga mengalalmi reaksi esterifikasi menghasilkan ester metal salisilat (minyak gandapura). Banyak turunan dari asam salisilat yang digunakan sebagai obat seperti asetil salisilat atau aspirin. Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan senyawa derivatif dari asam salisilat. Aspirin berupa kristal putih dan berbentuk seperti jarum. Dalam pembuatan aspirin tidak akan dihasilkan produk yang baik jika suasananya berair, karena asam salisilat yang terbentuk akan terhidrolisa menjadi asam salisilat berair. Aspirin diperoleh dengan proses asetilasi terhadap asam salisilat dengan katalisator H 2 SO 4 pekat. Asetilasi adalah terjadinya pergantian atom H pada gugus –OH dan asam salisilat dengan gugus asetil dari asam asetil anhidrat. Karena asam salisilat adalah desalat phenol, maka reaksinya adalah asetilasi destilat phenol. Asetilasi ini tidak melibatkan ikatan C-O yang kuat dari phenol, tetapi tergantung pada pemakaian, pemisahan ikatan –OH. Jika dipakai asam karboksilat untuk asetilasi biasanya rendemen rendah. Hasil yang diperoleh akan lebih baik. Jika digunakan suatu derivat yang

description

organik

Transcript of Pembuatan Aspirin

Page 1: Pembuatan Aspirin

Pembuatan Aspirin

DASAR TEORI

PEMBUATAN ASPIRIN

Metil salisilat merupakan bahan dasar dalam sintesis senyawa azo, pengawet bahan

makanan dan bahan dasar pembuatan aspirin.

Hidrolisiis metil salisilat dengan NaOH akan menghasilkan asam salisilat.

Reaksi:

Beberapa sifat fisik asam salisilat diantaranya memiliki titik leleh 159”C, berat jenis

1.443, larut dalam amoniak cair, mudah menyublim, dan pada suhu tinggi terurai menjadi

fenol dan CO2.

Asam salisilat (o-hidroksi asam benzoate) merupakan senyawa bifungsional yang

mengandung gugus fungsi hidroksi dan karboksil. Dengan demikian asam salisilat dapat

berfungsi sebagai fenol (hidroksibenzena) dan juga berfungsi sebagai asam benzoate. Baik

sebagai asam maupun sebagai fenol, asam salisilat dapat mengalami reaksi esterifikasi. Bila

direaksikan dengan anhidrida asam, akan mengalami reaksi esterifikasi menghasilkan asam

asetil salisilat (aspirin). Dan apabila direaksikan dengan methanol (alcohol), juga mengalalmi

reaksi esterifikasi menghasilkan ester metal salisilat (minyak gandapura).

Banyak turunan dari asam salisilat yang digunakan sebagai obat seperti asetil

salisilat atau aspirin. Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan senyawa derivatif dari

asam salisilat. Aspirin berupa kristal putih dan berbentuk seperti  jarum. Dalam pembuatan

aspirin tidak akan dihasilkan produk yang baik jika suasananya berair, karena asam salisilat

yang terbentuk  akan terhidrolisa menjadi asam salisilat berair. Aspirin diperoleh dengan

proses asetilasi terhadap asam salisilat dengan katalisator H2SO4 pekat.

Asetilasi adalah terjadinya pergantian atom H pada gugus –OH dan asam salisilat

dengan gugus asetil dari asam asetil anhidrat. Karena asam salisilat adalah desalat phenol,

maka reaksinya adalah asetilasi destilat phenol. Asetilasi ini tidak melibatkan ikatan C-O

yang kuat dari phenol, tetapi tergantung pada pemakaian, pemisahan ikatan –OH. Jika

dipakai asam karboksilat untuk asetilasi biasanya rendemen rendah. Hasil yang diperoleh

akan lebih baik. Jika digunakan suatu derivat yang lebih reaktif menghasilkan ester asetat.

Nama lain aspirin adalah metil ester asetanol (karena doperoleh dari esterifikasi asam

salisilat sehingga merupakan asam asetat dan fenilsalisilat).

Struktur Aspirin:

Page 2: Pembuatan Aspirin

Sifat Fisik dan Sifat Kimia dari aspirin adalah sebagai berikut:1.Sifat Fisik

Bentuk kristal seperti jarum Berwarna putih mengkilat Dalam alkohol panas larut Titik leleh 135-136 o C Bilangan molekul: 180 g/mol

2. Sifat Kimia ·       Dengan NaOH 10% terhidrolisa menjadi asam salisilat bebas·       Dengan air terhidrolisis menjadi asam salisilat bebas dan asam asetat·       Tidak terhidrolisis dalam asam lemak, karena dalam lambung tidak diserap dahulu. Setelah

dalam usus halus, dalam suasana basa dapat terhidrolisis menghasilkan asam salisilat bebas.

Reaksi esterifikasi yang terjadi pada pembuatan aspirin adalah sebagai berikut:

Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH ,

sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk

adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari anhidrida asam

asetat sedangkan hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.

Hasil samping ini akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam

asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja

Page 3: Pembuatan Aspirin

dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti

setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.

PEMBAHASANPada percobaan ini, pembuatan asam aspirin dilakukan dengan menggunakan reaksi

esterifikasi. Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dari suatu senyawa yang

mengandung ester dengan suatu alcohol.

Percobaan ini diawali dengan mereaksikan 10 gram asam salisilat, 2 mL asam sulfat

dan 15 gram asam asetat glacial. Pada reaksi ini,  asam salisilat akan berperan sebagai

alkohol karena mempunyai gugus –OH , sedangkan asam asetat glacial akan berperan

sebagai asam. Dimana katasis yang digunakan dal percobaan ini adalah asam sulfat yang

dapat mempercepat laju reaksi pembentukan ester dengan menurunkan energi aktifasi

sehingga pembentukan produk berupa ester dapat dengan mudah terbentuk .

Reaksi esterifikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Penambahan asam sulfat pekat juga berfungsi sebagai zat penghidrasi. Diman hasil

samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asam asetat yakni asam asetat akan

terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat ini akan kembali

bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping

berupa asam asetat. Sehingga  reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis bereaksi

dengan asam sulfat pekat ini.

Oleh sebab itu, setelah pencampuran ketiganya maka dilakukan  dipanaskan untuk

memastikan bahwa asam salisilat benar-benar telah habis bereaksi. Reaksi baru akan

berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C yakni setelah pemanasan 1 jam. Hal ini terlihat

dengan terbentuknya endapan atau Kristal putih (aspirin) seperti terlihat pada gambar 1.2.

Selanjutnya dilakukan pemurnian terhadap kristal aspirin untuk memperoleh aspirin

yang murni. Pemurnian ini diawali dengan melarutkan kristal aspirin yang telah dingin dalam

100 ml air sambil diaduk-aduk. Maka kristal aspirin tersebut tidak larut di dalam air

sedangkan hasil sampingnya berupa pengotor-pengotor akan larut dalam pencampuran ini,

sehingga ketika disaring akan diperoleh  filtrat air dan pengotor-pengotor serta Kristal

aspirin yang tidak tersaring pada kertas saring. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Page 4: Pembuatan Aspirin

  + H20 à

Kristal aspirin yang tidak larut tadi kemudian dicuci dengan 50 ml aquades dan 30

ml alkohol, funginya adalah untuk melihat sifat dari kristal aspirin dan menghilangkan zat

pengotor yang tidak ikut tersaring. Dari hasil percobaan terlihat bahwa kristal aspirin larut

dalam alkohol yag bersifat nonpolar dan tidak larut dalam air yag bersifat polar. Sehingga

dapat dikatakan bahwa aspirin bersifat nonpolar.

Selanjutnya, dilakukan pemanasan untuk menghilangkan molekul-molekul air dan

menguapkan alkohol sebab alkohol tadi telah terikat pada aspirin sehingga melalui

pemanasan maka alkohol  mudah menguap dan diperoleh kristal murni. Hal ini ditandai

dengan timbulnya bau seperti obat.

 Setelah itu, kristal dilarutkan lagi dalam air dan di saring untuk memastikan

bahwa kristal benar-benar terbebas dari air sehingga diperoleh kristal hasil penyaringan

sebesar 26,01gram dengan rendamen sebesar 38,44 %.  

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

·       Aspirin dapat dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan asam asetat glasial

dengan menggunakan katalis H2SO4 melalui reaksi esterifikasi. Persamaan reaksi:

Page 5: Pembuatan Aspirin

·       Dari hasil percobaan diperoleh kristal aspirin sebanyak 26,01 gram dengan rendamen

sebesar 38,44 %.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Encyclopedia Aspirin. http://www.statemaster.com/encyclopedia/Aspirin.Diakses tanggal 2 Juni 2012 Pukul 16.30.

Fieser, Louis. F. 1987. Experiment in Organic Chemistry, 3nd edition, Revised, D. C. Heath and Company : Boston.Mulyono. 2005. Kamus Kimia. Bandung: P.T Genersindo.

Ralp J. Fessenden, Joan S. Fessenden, 1990, Kimia Organik 3rd Edition, Penerbit Erlangga :

Jakarta.

Tim penyusun. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Laboratorium kimia. FST KIMIA

UNDANA: Kupang.

MINYAK GANDAPURA

 Risky Patria Sari

[email protected]

Page 6: Pembuatan Aspirin

1.    Klasifikasi Tanaman

Tanaman gandapura dalam ilmu taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Ericales

Famili : Ericaceae 

Page 7: Pembuatan Aspirin

Genus : Gaultheria

Spesies : Gaultheria fragrantissima 

Tanaman gandapura banyak dikenal di Jawa dengan sebutan kakapasan, kaworo, regula,

rewulow, waron, kastore, atau bukal, sedangkan di Sumatera orang menyebutnya sebagai

gandapura. Kesturi merupakan tanaman semak berumur panjang yang tumbuh tegak, bercabang

sedikit dan memiliki tinggi 0,5 m – 2,5 m dengan batang bulat berambut kasar. Kapasan dapat

ditemukan tumbuh liar di tempat-tempat terbuka, tanah kososng atau tersebar di kebun-kebun

sampai ketinggian 650 m di atas permukaan laut. Daunnya tunggal bertangkai panjang, helaian

daun berbagai lima yang sangat dalam dengan panjang 6 cm – 22 cm, kedua permukaan

berambut kasar, bertulang menjari, tepi bergerigi, berujung rincing dan berwarna hijau.

Gandapura merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup potensial.

Tanaman ini dapat tumbuh pada dataran tinggi, 1.300 – 3.300 m dpl., (Oyen dan Dung, 1999)

dan belum dikembangkan secara ekonomis karena belum tersedia teknologi budidayanya yang

tepat. Selama ini, daun dipanen dari tumbuhan di daerah pegunungan yang ada di Jawa Tengah,

terutama dari gunung Lawu, Tawangmangu.

Secara tradisional, tanaman ini dimanfaatkan untuk analgesik, karminatif, diuretik,

mengobati rematik, mencegah kerontokan rambut, antiseptik dan antelmintik. Dalam industri,

digunakan sebagai campuran untuk pewangi dalam pembuatan minuman, parfum, obat, permen

dan pasta gigi (Oyen dan Dung, 1999). Bahkan daun yang telah difermentasi dapat dibuat

sebagai teh herbal (Oyen et al., 1999). Daun yang masih segar mempunyai bau yang sangat

aromatis sehingga tanaman aromatis yang mengandung atsiri bisa dimanfaatkan dalam bidang

aromaterapi, farmasi, kosmetik dan parfum (Shiva et al., 1996).

Sementara karakteristik dari bahan baku yang akan diproses untuk menghasilkan minyak

adalah seperti yang ditunjukkan dalam table berikut:

Page 8: Pembuatan Aspirin

2.    Sentra Budidaya

Negara penghasil wintergreen adalah Kanada dan Amerika Serikat, yang tumbuh tersebar

di daerah Newfounland, Manitoba, Minnesito sampai George dan Alabama. Sedangkan di

Indonesia tanaman gandapura banyak ditemukan di sekitar hutan seperti gunung Dieng / gunung

Lawu, Jawa Tengah.

3.    Syarat Tumbuh

Tanaman wintergreen lebih sesuai tmbuh di daerah yang berhawa dingin dan tanah

berpasir, terutama bila dinaungi belukar dan pohon. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa

tumbuhan gandapura dapat hidup atau tumbuh di tempat-tempat terbuka, tanah kososng atau

tersebar di kebun-kebun sampai ketinggian 650 m di atas permukaan laut.

4.    Pemanenan dan pasca panen

Terna gandapura diperoleh dengan cara mencari di sekitar hutan, (banyak di gunung Dieng

/ gunung Lawu, Jawa Tengah) secara selektif artinya memetik daun dan ranting yang sudah tua

(hijau kecoklatan) dengan meninggalkan bagian tanaman yang masih muda (daun dan ranting

berwarna merah kehijauan). Pada satu tanaman diambil 2/3 bagian tanaman, dan sisanya

dibiarkan untuk tumbuh berkembang lebih lanjut.

Musim pencarian terna gandapura dilakukan hanya 8 bulan dalam setiap tahun, yakni pada

akhir musim hujan sampai awal musim hujan (Februari-September). Dengan demikian tanaman

gandapura dapat berkembang biak atau setidaknya tanaman gandapura yang sudah diambil

sebagian ternanya dapat bertunas kembali selama musim penghujan (4 bulan).

Page 9: Pembuatan Aspirin

Pengeringan terna gandapura dilakukan selama 2-3 hari. Kemudian terna dicacah dan

disuling pada hari ke-4. Waktu penyulingan pada umumnya dilakukan sore hari sampai dini hari

(± 8-10 jam).

5.    Teknik Pengambilan Minyak Atsiri

Beberapa metode yang dikemukakan dalam pengambilan minyak atsiri tanaman gandapura

adalah sebagai berikut:

a.         Dengan maserasi kemudian disteam destilasi dari daun Gaultheria procumbens Linne (familia :

Ericaceae) atau dari kulit pohon Belula lenta Linne (familia : Betulaceae).

b.        Destilasi dari Wintergreen (familia : G. procumbens) dipotong kecil-kecil biarkan 12 jam dalam

air lalu minyak dipisahkan dengan steam.

Minyak gandapura dihasilkan dari daun dan gagang tanaman gandapura (Gaultheria sp.)

melalui proses penyulingan. Sementara penyulingan minyak gandapura lokal masih dilakukan

secara kecil-kecilan menggunakan alat yang sangat sederhana. Dalam percobaan ini, Pembuatan

ekstrak menggunakan 3 jenis pelarut, yaitu metanol, etil asetat dan heksan. Daun gandapura

mengandung minyak atsiri sekitar 1,2%, bila disuling dalam keadaan segar kadar minyaknya

hanya 0,5 – 0,8%, tetapi bila telah dikeringkan dapat mencapai 1% (Heyne, 1987).

Hasil ekstraksi dari masing-masing pelarut juga menunjukkan adanya perbedaan, yaitu

rendemen ekstrak tertinggi dihasilkan oleh ekstrak methanol (12,50%) yang bersifat polar,

diikuti oleh ekstrak etil asetat (3,76%) dan heksan (1,99%).

Penyulingan dilakukan secara uap dan air dengan lama penyulingan 6 jam. Mutu bahan

baku dianalisis, sesuai ketentuan Materia Medika Indonesia (Depkes, 1989) terutama dalam

penentuan kadar air, kadar abu, kadar abu tak larut asam, kadar sari yang larut dalam air dan

alkohol.

Page 10: Pembuatan Aspirin

Proses lama pelayuan

ternyata berpengaruh terhadap kadar minyak atsiri yang dihasilkan (Tabel 2). Hal ini

menunjukkan bahwa proses pelayuan akan menguapkan air dan minyak secara bersamaan,

sehingga semakin lama waktu pelayuan akan menurunkan kadar air dan minyak yang dihasilkan.

Hal ini berarti bahwa sebaiknya daun dilayukan tidak terlalu lama. Bila daun disuling dalam

keadaan segar maka kadar minyak yang dihasilkan terlalu kecil, yaitu hanya 0,1% (Heyne,

1987). Selain itu, lama pelayuan juga akan berpengaruh terhadap kadar metil salisilat. Kualitas

minyak atsiri sangat ditentukan oleh kandungan metil salisilatnya sebagai komponen utama,

semakin tinggi kadarnya akan semakin baik kualitas minyak tersebut.

6.    Nama Dagang dan Kegunaan

Nama dagang minyak yang dihasilkan dari penyulingan daun gandapura adalah

wintergreen, : Methyl Salicylate / Wintergreen oil / minyak gandapura / Gaultheria oil / Betula

oil / Oleum betulae.

Kegunaan dari minyak gandapura adalah dalam produk makanan, penambahannya tidak

boleh terlalu berlebihan, karena minyak bersifat sangat toksik. Persyaratan yang dianjurkan

adalah 0,04% atau untuk campuran permen sekitar 0,2 – 0,5 mg/100 mg (Oyen dan Dung, 1999).

Produk-produk obat gosok, terutama untuk pegal-pegal dan rematik yang menggunakan minyak

gandapura sebagai bahan campuran utama telah banyak beredar (Anonim, 2002).

Cara penggunaan minyak atsiri bisa dalam bentuk kompres (4 – 5 tetes atau 0,20 – 0,25 ml

dicampur dengan air hangat atau dingin sebanyak sekitar 200 ml), minyak untuk pijat (12 – 15

tetes atau 0,60 – 0,75 ml) dalam 30 ml minyak almon) dan lotion (25 tetes atau 0,25 ml minyak

dalam 60 g lotion netral (Anonim, 2003). Selain itu, minyak atsiri gandapura bisa dimanfaatkan

Page 11: Pembuatan Aspirin

juga sebagai insektisida atau insek repellent. Metode ekstraksi terhadap minyak atsiri akan

berpengaruh terhadap rasa, aroma, kenampakan dan komposisi kimia dari produk, seperti minyak

hasil penyulingan mempunyai bau dan aroma yang berbeda dengan minyak hasil ekstraksi

dengan menggunakan pelarut organik (Ravid et al., 1983).

DAFTAR PUSTAKA

Hawley, G.G., 1981. The condensed chemical dictionary. 10th Ed. Van Nostrand Reinhold Co.,

New York. 1135 hal.

Hener, U.; P. Kreis and A. Mosandl, 1990. Enantiomeric distribution of α-pinen, β-pinen and

limonene in essential oils and extracts. Part 2. Oils, perfumes and cosmetics. Flavor and

fragrance jounal. 5 : 201-204.

Heyne, K., 1987.Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid II. Litbang Kehutanan, Jakarta : 1553-1554.

Lydon. J and S.O.Duke, 1987. Progress toward natural herbicides from plants. The herb, spice

and medicinal plant digest. 5 (4) : 1 – 5.

Miliszkiez, D; P. Wieczorek; B. Lejezak; E. Kowalik and P.  Kafarski, 1992. Herbicidal activity

of phosphonic and analogues and aspartic acid. Pestic.Sci. 34

Nezu, Y; M. Miyazaki; K. Sugiyama; N. Wada; I. Kajiwara and Miyazama, 1996.

Dimethoxypirimidines as novel herbicides. Part 2. Synthesia and herbicidal activity of O-

pirimidines salycilates and analogues. Pestic. Sci. 47

Oyen, L.P.A and Nguyen Xuan Dung, 1999. Plants resources of South-East Asia : Essential Oil

No19. Prosea, Bogor, Indonesia .