PEMBIBITAN

27
PEMBIBITAN. Jadwal dan pemilihan lokasi pembibitan. Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman dilapangan. Penjadwalan yang tepat perlu dikukan karena keterbatasn yang mungkin dialami seperti kesediaan kecambah oleh pemasok, musim tanam, ketersediaan tenaga dan lain-lain. Pemesanan kecambah hendaknya dilakukan 3-6 bulan sebelum dimulai pembibitan. Jika direncanakan penanaman dilapangan jatuh bulan September – Desember yaitu selama 4 bulan musim hujan maka kecambah harus sudah mulai ditanam di pembibitan pada bulan bersamaan setahun sebelumnya. Besarnya pesanan harus disesuaikan dengan kemampuan dilapangan. Pengiriman dilakukan sekali dalam seminggu, sebelum bibit tiba maka kelengkapan pembibitan harus sudah siap pula seperti bedengan, pemagaran, tenaga kerja, peralatan ( kantong plastik, pupuk, alat penyemprot dan lain-lain) dan yang terpenting adalah air dan alat penyiraman, Jika yang akan dipakai ” single stage” maka semua harus sudah siap seperti kantong plastik yang sudah diisi, alat penyiraman, pemagaran seluruh areal dan lain-lain, namun jika kesiapan ini masih diragukan maka dapat dipilih model ”double stage” karena dengan cara ini kita masih ada peluang menyiapkannya 3-4 bulan lagi asal persiapan ”prenursery” sudah lengkap. Jadwal ini harus dijaga ketat mungkin agar bibit tidak terlambat ditanam, pertumbuhanya normal dan bibit dalam kondisi prima ketika akan dipindah tanam kelapangan. Pemasangan jaringan penyiraman, pengisian kantong plastik, pemindahan ke pembibitan utama (main nursery), penyiangan, seleksi bibit merupakan pekerjaan yang selalu terlambat atau rawan. Ditilik dari luasnya memang pembibitan relatif kecil volume kerja cukup padat dan biaya cukup besar. Penyangan 2- 3 minggu sekali, pemupukan 2 minggu sekali, penyiraman hampir tiap hari pagi dan petang, pemberantasan hama 2

description

sawit

Transcript of PEMBIBITAN

PEMBIBITAN

PEMBIBITAN.

Jadwal dan pemilihan lokasi pembibitan.

Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman dilapangan. Penjadwalan yang tepat perlu dikukan karena keterbatasn yang mungkin dialami seperti kesediaan kecambah oleh pemasok, musim tanam, ketersediaan tenaga dan lain-lain. Pemesanan kecambah hendaknya dilakukan 3-6 bulan sebelum dimulai pembibitan. Jika direncanakan penanaman dilapangan jatuh bulan September Desember yaitu selama 4 bulan musim hujan maka kecambah harus sudah mulai ditanam di pembibitan pada bulan bersamaan setahun sebelumnya. Besarnya pesanan harus disesuaikan dengan kemampuan dilapangan. Pengiriman dilakukan sekali dalam seminggu, sebelum bibit tiba maka kelengkapan pembibitan harus sudah siap pula seperti bedengan, pemagaran, tenaga kerja, peralatan ( kantong plastik, pupuk, alat penyemprot dan lain-lain) dan yang terpenting adalah air dan alat penyiraman, Jika yang akan dipakai single stage maka semua harus sudah siap seperti kantong plastik yang sudah diisi, alat penyiraman, pemagaran seluruh areal dan lain-lain, namun jika kesiapan ini masih diragukan maka dapat dipilih model double stage karena dengan cara ini kita masih ada peluang menyiapkannya 3-4 bulan lagi asal persiapan prenursery sudah lengkap. Jadwal ini harus dijaga ketat mungkin agar bibit tidak terlambat ditanam, pertumbuhanya normal dan bibit dalam kondisi prima ketika akan dipindah tanam kelapangan. Pemasangan jaringan penyiraman, pengisian kantong plastik, pemindahan ke pembibitan utama (main nursery), penyiangan, seleksi bibit merupakan pekerjaan yang selalu terlambat atau rawan.Ditilik dari luasnya memang pembibitan relatif kecil volume kerja cukup padat dan biaya cukup besar. Penyangan 2-3 minggu sekali, pemupukan 2 minggu sekali, penyiraman hampir tiap hari pagi dan petang, pemberantasan hama 2 minggu sekali danperlu dijaga dari gangguan ternak, hewan liar dan pencurian.

Untuk pemeliharaan ini diperlukan 5-6 orang setiap hari setiap hektar pembibitan. Jika direncanakan penanaman seluas 2.000 HA dilapangan maka perlu disediakan pembibitan utama seluas 2.000 / 75 = 28 HA dan diperlukan setiap hari 140-160 pekerja. Diperlukan dana sebanyak 20-25 juta rupiah per HA pembibitan setiap tahun.

Baik pembibitan pendahuluan (awal) maupun pembibitan utama memerlukan lokasi yang baik dan aman. Hal-hal berikut perlu mendapat perhatian. Dekat dari sumber air, tersedia air sepanjang tahun namun tidak kebanjiran waktu musim hujan. Bibit ini perlu disiram 2 kali sehari jika tidak turun hujan yaitu dari pagi sampai pukul 11.00 wib siang dan sore mulai pukul 16.00 wib. Bibit ini memerlukan banyak air 0.25-2 liter tergantung dari umur dan kondisis bibit. Pastikan air yang dipakai cukup bersih dan tidak beracun bagi bibit.

Dekat dari pengawasan dan mudah dikunjungi. Harus bebas dari gangguan ternak, hewan liar, dan lain-lain.

Tidak jauh dari areal yang akan ditanami jika mungkin ditengah lokasi untuk mengurangi biaya angkutan bibit. Dekat dari tanah untuk pengisian kantong plastik (top soil) karena tiap kantong besar membutuhkan 20-25 kg tanah.

Jika areal datar tidak diperoleh dapat juga digunakan areal bergelombang atau berbukit namun perlu dibuat teras-teras yang disesuaikan dengan kemiringan asal saja jaringan penyiramannya mampu mencapai tempat tertinggi atau terjauh.

Tidak selamanya pembibitan ini terletak dekat pemikiman sehingga perlu dibangun barak pekerja agar jangan terlalu jauh jika kembali kepemukiman dan sekaligus dapat mengawasi. Luas areal pembibitan pendahuluan (PP atau Pre nursery) dan pembibitan utama (pu atau main nursery) untuk masing-masing 75 HA dan 1.000 HA tanaman dilapangan diperkirakan sebagai berikut :

Banyak kecambahPembibitan PendahuluanPembibitan UtamaTanaman dilapangan

15.000180.0000,0330 ha0,4000 ha1 ha12 ha75 ha1.000 ha

Perhitungan diatas didasarkan pada jarak tanaman dipembibitan 0,9x0,9x0,9 m segitiga dan kedapatan 130 pokok / ha dilapangan. Setiap satu HA tanaman dilapangan diperhitungkan memerlukan kecambah sebanyak 180 dengan tingkat seleksi sebesar 25%. Dengan adanya pembibitan maka diharapkan akan diperoloeh bibit yang baik, sehat, seragam, bebas dari bibit yang abnormal dan semua kegiatan terkonsentrasi pada satu tempat menunggu keadaan lapangan siap untuk ditanami.

Sistem pembibitan. Pembibitan kelapa sawit telah banyak mengalami kemajuan yang sangat berarti. Sampai tahun 1963 pembibitan masing menggunakan bibit tanam (field nursery). Kecambah dipelihara untuk sementara di bak pasir selama 1 bulan kemidian ditanam langsung ditanah pada lokasi pembibitan. Bibit tersebut dipelihara sebaik-baiknya dengan menyiram, memupuk dan lain-lainnya. Setelah berumur 12 bulan bibit dibongkar atau digali dari tanah. Bibit dengan sebagian kecil tanah yang masih melekat pada akar kemudian dibungkus dengan goni plastik dan dibawa kelapangan untuk ditanam.Cara ini sudah takpraktis lagi yaitu berbagai kelemahan antara lain :

Areal pembibitan harus bersih dari gulma agar tidak menjadi saingan bibit.

Pupuk yang diberikan banyak yang hayut malalui penyiraman atau hujan. Sukar untuk melakukan seleksi bibit akan menutup permukaan tanah dan bibit yang abnormal harus dicabut.

Terlalu banyak akar yang terpotong (rusak) sebagai akibat pembongkaran bibit sewaktu akan dipindah tanam ke lapangan.

Sebagai akibat hal terakhir maka penanaman dilapangan harus tepat dimusim hujan kalau tidak bibit akan mati kekeringan.

Banyak lagi kelemahan lainnya baik dipembibitan maupun dilapangan.

Sistem ini kemudian berubah dimana orang tidak lagi menggunakan sistem bibit tanam tetapi menggunakan keranjang yang terbuat dari bambu atau pelepah kelapa sawit. Namun kesukaran untuk mendapat bambu juga sudah terasa, baik keranjang bambu atau pelepah kelapa sawit ini tidak tahan lama (cepat membusuk). Setelah 3-4 bulan harus diganti. Sejak tahun 1965 keranjang ini sudah diganti dengan katong plastik hitam (black polythene). Ternyata kantong plastik hitam ini lebih tahan dan kuat. Daya tahannya terutama tergantung dari ketebalannya dan mutu bahan plastik yang dipakai. Deangan ini perubahan yang mendasar dengan sistem pembibitan telah muncul baik dibidang kultur tehnik, pemupukan, seleksi bibit dan lain-lain.Mulai saat ini muncul dua sistem pembibitan yang yang dikenal sebagai sistem pembibitan tahap ganda disingkat disini PTG atau double stage system karena dilakukan dalam 2 tahap yaitu lebih dahulu kecambah ditanam dan dipelihara pada kantong plastik kecil sampai berdaun 3 atau berumur 3 bulan kemudian dipindahkan ketahap berikutnya yaitu pada kantong plastik yang lebih besar selama kurang lebih 9 bulan. Pada usia ini bibit sudah siap ditanam dilapangan. Tahap pertama disebut pembibitan pendahuluan disingkat PP atau pre nursery dan tahap yang kedua dikenal sebagai pembibitan utama disingkat pu atau main nursery.

Sistem lainnya adalah sistem satu tahap atau single stage system atau pembibitan tahap tunggal atau disingkat PTT . Dikatakan tunggal karena kecambah langsung ditanam dikantong plastik besar, jadi tidak dibesarkan dahulu. Kedua sistem ini PTG dan PTT cukup baik namun sebelum diputuskan mana yang digunakan agar pertimbangan berikut menjadi perhatian.

Pembibitan tahap ganda ( PTD = double stage ). 1. Pada PTD ini bibit muda yang banyak ini terkumpul dalam satu satuan luas yang lebih kecil sehingga pengwasan, pemupukan, hama/penyakit dan lain-lain lebih terawal dan lebih murah biayanya selama 3 bulan pertama itu.

2. Persiapan pembibitan utama tau pu tidak tergesa-gesa karena tersedia waktu 3 bulan.

3. Penggunaan kantong plastik besar lebih sedikit karena seleksi awal sudah lilakukan sewaktu akan pindah tanam kepembibitan utama. Lama kantong plastik besar digunakan juga lebih singkat yaitu hanya 9 bulan dibanding pembibitan tahap ganda yang harus mampu dipertahankan selama 12 bulan atau lebih. Diperhirungkan 10% penggunaan kantong plastik besar. Namun jumlah tersebut tentu tidak terlalu berarti karena dengan sistem tahap tunggal ini kata tidak akan memerlukan kantong plastik kecil yang jumlahnya sesuai banyaknya kecambah yangvakan ditanam dan biaya trasplating kekantong besar.4. Kebutuhan tanah pengisi kantong plastik besar juga akan berkurang. Hal ini sangat berarti jika lokasi pengambilan tanah top soil jauh dari pembibitan.

5. Biaya penyiraman akan lebih murah hanya 9 bulan saja. Penyiraman merupakan pos biaya yang besar dalam pembibitan. Demikian pula dengan pemeliharaan lainnya.

6. Bibit yang ditanam pada kantong plastik besar sudah mengalami seleksi pertama yang besarnya 10%.

Pembibitan tahap tunggal ( PTT = single stage ).

1. Tidak memerlukan kantong plastik kecil karena bibit langsung ditanam kekantong plastik besar.2. Tidak memerlukan bedengan-bedengan dan atap pelindung.

3. Kecambah yang ditanam dilindungi secara individual dengan menggunakan pelindung sementara yang diambil dari daun palm seperti kelapa, kelapa sawit, aren, nipah, dan lain-lain, setalah bibit muncul dan mulai berdaun pelindung sudah tidak diperlukan lagi.

4. Biaya transplanting tidak diperlukan lagi, namun biaya pemeliharaan lainnya jadi lebih besar.

5. Persiapan lapangan seperti pengisian kantong plastik besar jaringan penyiraman, pemerataan areal, pemagaran dan kesiagaan lainnya harus sudah ada begitu kecambah sampai kepembibitan.

6. Jika persiapan ini memang sudah lengkap dan pemeliharaan dilakukan dengan baik maka bibit dapat ditanam lebih awal yaitu 9-10 bulan.

7. Seleksi bibit dilakukan dalam beberapa tahap, pada PTT ini akan terjadi kekosongan dibeberapa tempat sebagai akibat dari seleksi bibit. Penyulaman tidakpraktis untuk dilakukan karena bibiy tidak akan seragam dan kemungkinan bibit yang sejenis tidak ada lagi di pembibitan. Beberapa modifikasi dari sistem ini ada juga dilakukan misalnya menanam kecambah atau membesarkan selama 1 bulan dikotak-kotak bermedia pasir. Kantong plastik besar yang sudah berisi kecambah tidak langsung disebar. Cara lain adalah membuat pembibitan awal sebanyakn10% dari kecambah yang diterima untuk dipakai sebagai penyisip yang diambil dari tiap jenisnya. Jika pertimbangan ini mendapat perhatian maka sekarang sudah dapat diputuskan sistem mana yang akan digunakan. Hal lainnya lebih mendetail dari kedua sistem ini akan dibicarakan lebih lanjut.Teknik Pembibitan.

Pembibitanj tahap ganda.

Pembibitan awal.

Agar bibit dapat diletakan dengan baik dan teratur maka perlu dibuat bedengan berpagar kayu, bambu, papan dengan lebar 1,60 m x 20 m tiap bedengan dan jarak tiap bedengan 0,80 m yang akan dipergunakan sebagai jalan atau parit drainase. Letak bedengan harus lebih tinggi dari permukaan tanah agar air dapat mengalir ketempat pembuangan. Tiap bedengan dengan ukuran 20 x 200 = 4.000 kantong. Bedengan dilindungi oleh pelindung semertara dari jenis daun palma atau tumbuhan lainnya seperti lalang, pakis dan lain-lain. Secara bertahap daun-daun ini akan mengering dan hancur dan matahari akan tembus kebawah. Cara lainnya adalah dengan cara bertahap dengan mengurangi naungan agar bibit tersebut pada umur 2,5 bulan mampu menahan cahaya matahari. Untuk mempermudah pergerakan pekerja maka atap pelindung hendaknya diletakan lebih tinggi (1,75 m dari atas tanah). Sebelum bahan atap pelindung (daun kelapa, kelapa sawit, aren, nipah, lalang dan sebagainya) dipergunakan pelu dibersihkan atau dibebaskan dari hama atau penyakit yang dapat menular pada bibit kelapa sawit dibawahnya. Hal ini kerjakan biasanya dengan menyemprot dengan pestisida dan sebaiknya digunakan daun yang sudah kering.

Bibit tanaman pada kantong plastik kecil yang telah diisi tanah. Kantong ini berukuran 14 x 22 cm rata dengan tebal 0,10 mm. Bagian bawah diberi berlubang beberapa baris mulai dari bagian tanah mengelilingi kantong tersebut. Tanah yang baik adalah tanah atas (top soil) yang disaring. Sebelum bibit ditanam harus disiram setiap hari agar tidak berbetuk rongga kantong pasir agar tanah lebih poreus. Jika diragukan mengandung hama tau penyakit sebelum diisikan terlebih dahulu didesinfeksikan dengan pestisida guna membunuh cacing, semut, jangkrik dan lain-lain.

Kecambah ditanam dengan plamula ke atas dan radikula kebawah selama 2-3 cm ditengah kantong dan kemudian ditutup kembali. Biasanya 7-10 hari plumula sudah muncul. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore dimana diperlukan air 0,25- 0,50 liter/bibit. Penyiraman perlu dilakukan dengan hati-hati agar kecambah atau bibit tidak terbongkar. Penambahan tanah juga diperlukan karena tanahnya semakin turun atau pemukaanya terhanyut oleh air. Lumau yang tumbuh dipermukaan dikerok dengan bambu agar tidak membentuk lapisan keras yang menghalangi masuknya air. Penyiangan rumput yang tumbuh dilakukan dengan mencabut.

Bibit muda ini memerlukan pupuk agar tumbuh lebih baik. Pupuk urea (0,20%) dapat disemprotkan sekali seminggu dimana campuran 5 liter cukup untuk 100 bibit.

Gangguan penyakit seperti Anthracnose, Helmintthosporium dan lain-lain dapat dicegah dengan menggunakan fungisida seperti Dithane, Zineb dan lain-lain sedang untuk penggunaan jangkrik, semut keong, cacing dan lain-lain dapat digunakan tepung HCH, yang ditaburkan atau disiramkan. Setelah berumur 2,5-3 bulan biasanya bibit telah berdaun 3-4 helai dan sudah waktunya dipindah kepembiobitan utama. Sebelumnya seleksi bibit harus dilakukan didalam bedengan yaitu dengan mengeluarkan bibit yang abnormal sehingga didalam bedengan hanya tinggal bibit yang baik saja. Bibit yang tersisi perlu dihitung dan dikelompokan menurut persilangan masing-masing untuk pengaturan tempatnya dipembibitan utama agar bibit yang sejenis tertanam pada petak yang sama. Hal ini perlu menjadi perhatian karena tiap persilangan kecepatan tumbuhnya berbeda-beda.

Pembibitan Utama.

Pembibitan ini memerlukan lahan yang lebih luas karena bibit ditanam pada jarak yang lebih besar. Pembibitan harus terbuka bebas dari gulma dan terkawal dari gangguan hewan liar, ternak dan lain-lain. Tempat-tempat yang diduga sumber hama seperti semak-semak disekitar pembibitan perlu dibersihkan. Parit pembuangan air harus dibuat untuk mengalirkan air kelebihan penyiraman ataupun air hujan. Sebelum dipergunakan instalasi air harus sudah berfungsi. Sintem penyiraman apa yang harus digunakan perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum diputuskan. Hal tersebut antara lain : Berapa luas pembibitan yang akan dibangun dan berapa lama atau berapa tahun akan digunakan. Jika penggunaannya cukup lama atau akan dugunakan lebih dari 5 tahun mungkin pemakaian sprinkler (overhead sprinkler) akan lebih menguntungkan karena akan memperkecil biaya penyusutan dari instalasinya. Demikian pula dengan luasnya, luas hendaknya sesuai dengan kapasitas pompa yang akan dugunakan, jika bibitan lebih kecil tentu kapasitasnya akan mubazir. Bagaimana dengan areal pembibitan tersebut apakah rata atau bergelombang. Jika rata mungkin lebih baik menggunakan sprinkler tetapi jika bergelombang penggunaan semi mekanis akan lebih murah dimana dapat memanfaatkan tenaga gravitasi. Caraini dilakukan dengan membangun bak penampung ditempat yang tertinggi dan dari sini baru dialirkan kebawah.

Berapa jauh sumber air (sungai atau kolam air) dari pembibitan. Jika cukup dekat penggunaan sprinkler mungkin lebih baik. Jika terlalu jauh maka perlu pertimbangan lain apakah pompa yang digunakan mampu. Bagaimana dengan persediaan tenaga yang ada. Penggunaan sprinkler memang membutuhkan tenaga yang lebih sedikit yaitu : 4.000 bibit / hk sedang secara manual membutuhkan tenaga 2.500 bibit / hk.

Berapakah debit air yang tesedia terutama pada musim kemarau. Ada kalanya jika air tidak cukup sprinkler tidak dapat digunakan karena sistem ini membutuhkan air lebih banyak. Untuk satu ha dibutuhkan lebih dari 77 m3 / hari karena untuk bibit saja diperlukan 2,5 liter / hari dan sisanya akan meresap kedalam tanah atau mengalir kepermukaan.

Selanjutnya tentu akan perlu diperhitungkan berapa biaya perpokok bibit, dengan memperhitungkanj jenis sprinkler yang akan digunakan beserta pompa dan jaringannya, tenaga kerja, perawatan, penyusutan dan lain-lain.

Bibit ditanam pada kantong plastik khusus (black polythene) yang tebalnya 0,20 mm yang diberi berlobang berkeliling mulai dari bagian tengah sebanyak 3 baris berjarak 5 cm. Lubang ini berdiameter 0,30 cm diperlukan untuk mengalirkan air berlebihan sewaktu penyiraman agar tidak menggenang dalam kantong plastik. Mutunya harus baik dan diperhitungkan harus tahan selama 10-12 bulan. Jumlahnya harus dilebihkan beberapa % untuk pengganti yang pecah sewaktu pengisian atau pemindahan atau pecah karena sebab-sebab lainnya. Ukurannya adalah 40 x 50 cm (lay flat) meski ada juga yang menggunakan lebih besar seperti 45 x 60 cm tetapi ini biasanyadipakai untuk cadangan (penyisipan) karena akan lebih lama tinggal di pembibitan.Tanah pengisi kantong harus dipakai yang gembur dapat berasal dari tanah top soil hasil gusuran buldozer atau dari tempat lain dan bebas dari sisa kayu, batu kecil sehingga perlu disaring agar tidak menggumpal (saringan kawat 1,5-2 cm). Pengisian harus cukup padat dan setiap hari harus disiram selama 7-10 hari sebelum ditanam agar tidak terbentuk kantong-kantong air.

Dibagian atas dibiarkan tidak diisi tanah 2-3 cm agar pupuk yang ditaburkan pada kantong plastik tidak hanut terbawa keluar sewaktu penyiraman.Jarak tanam (jarak peletakan antar katongan) yang umum dipakai adalah 90 x 90 x 90 cm atau dalam 1 HA berisi sebanyak 12.000 bibit. Ada juga yang menggunakan jarak 70 cm atau 75 cm. Hal ini dapat dipakai jika bibit akan ditanam lebih muda (10 bulan) dan persiapan dilapangan dapat dijamin tepat waktunya. Jika penanaman harus mudur maka pada jarak tanam seperti ini bibit akan sudah etioleren (etiolasi). Tiap petak disusn dalam 5 baris dan tiap baris berisi 40-50 pokok. Baris ke 6 dari tiap petak dikosongkan untuk dipakai sebagai jalan. Penyusunan petak dan baris harus disesuaikan dengan jaringan pipa atau sprinkler dan jalan. Bibit berasal dari pembibitan pendahuluan ditanam ditengah kantong dengan lebih dahulu membuat libang sedikit lebih besar dari kantong bibit yang akan dipindah (10-12 cm diameter). Pembuatan lubang dapat pula dilakukan dengan menggunakan sejenis auger yang terbuat dari plat besi yang dibulatkan atau bambu. Bibit ditanam setelah kantong plastiknya dirobek dan dibuang. Pangkal bibit (bowl) agar berada 1,5-2 cm dibawah permukaan tanah. Menekan kebawah dan kesamping perlu dilakukan dengan sempurna agar bibit tidak mudah terbongkar jika dilakukan penyiraman. Penanaman ini diakhiri dengan penyiraman.Penggunaan serasah (mulch / mulsa) jika tersedia juga dianjurkan karena serash ini dapat mengurangi penguapan dan menstabilkan temperatur tanah, memudahkan penyerapan air swaktu penyiraman, menahan hanyut pupuk dan tanah dipermukaan dari percikan air dan lain-lain. Tebal serasah yang baik adalah 2 cm dengan menggunakan daun alang-alang kering, cangkang sawit, ataubserat buah sawit yang sudah kering, tidak berminyak dan lain-lain. Jenis serasah yang digunakan sebaiknya dipelajari dengan baik sebelum digunakan. Penggunaan serasah juga dapat mencegah timbulnya lapisan keras dipermukaan yang disebabkan keberadaan lumut. Lapisan keras ini harus dipecahkan sekali sebulan agar penetesan air lancar. Penyiraman perlu dilakukan setiap hari pagi dan petang seperti telah dikemukakan diatas jika hujan tidak turun minimal 10 mm. Pada beberapa daerah, jumlah hujan diatas 10 mm ini dapat mencapai 70-100 hari dalam setahun, sehingga biaya penyiraman dapat dihemat (81, 87, 254). Kebutuhan air per pokok pada pembibitan awal 0,1-0,3 liter / hari sedang pada pembibitan utama adalah :

Umur bibit ( bulan )Kebutuhan air / pokok / hari ( liter ).

0 3

3 6

6 121 ( dengan sprinkler 1,5 jam ).

2 ( dengan sprinkler 1 jam dan 45 menit ).

3 ( dengan sprinkler 2 jam ).

Pada pembibitan awal sering juga dipakai penyiraman dengan micromist dimana diperlukan 15 20 menit.

Perawatan lainnya yang perlu dilakukan adalah penyiangan rumput yang tumbuh dikatongandan ditanah antara kantongan, pemupukan, konsolidasi, perbaikan letak, penambahan tanah, pemeliharaan jalan, drainase dan instalasi penyiraman. Gulma perlu diberantas agar jangan menjadi saingan bibit dan tidak menjadi inang (host) ham dan penyakit. Jenis gulma yang tumbuh tergantung dari daerah masing-masing. Pda umumnya adalah yang berdaun lebar seperti kentangan (Borreria latifolia), babadotan (Ageratum conyzoides), kucingan (Mimosa sp.), berdaun sempit seperti paitan (Paspalum conjugatum), teki ( Cyperus rotundus), lempunyangan (Panicum sp), bambonan (Pollinia ciliata), paitan ayam (Axonopus compressus) dan lain-lain. Gulma yang tumbuh pada kantong plastik dicabut 2 kali seminggu. Gulma diantara kantongan digaruk dengan hati-hati agar kantong plastik tidak sobek gengan siklus 2-3 minggu. Secara chemis dilakukan dengan penggunaan herbisida pra tumbuh dan kemudian dilanjutkan dengan herbisida perna tumbuh (post emergance) dengan siklus 3 bulan. Harus dijaga agar percikan herbisida tidak mengenai bibit sehingga tinggi penyemprotan harus dibawah tinggi kantongan dan untuk ini digunakan nozzle biru. Herbisida pra tumbuh (pre emergence) yang baik adalah ametryne, prometryne, diuron, linuron, triazine 2-2,5 kg dilarutkan dalam 500 liter air untuk 1 HA. Herbisida purna tumbuh yang baik adalah paraquat 3 liter / 500 liter air. Pemeliharaan jalan dan parit dan instalasi lainnya harus pula mendapat perhatian secara teratur. Pemupukan bibit merupakan peranan penting disini demikian pula pemberantasan hama dan penyakit yang akan dibicarakan pada bab selanjutnya. Bibit akan dapat dipindah setelah berumur 12-14 bulan. Bibit selama dipembibitan memerlukan seleksi bibit yaitu mengeluarkan atau mencabut bibit yang tumbuh abnormal baik karena genitis maupun timbul karena sebab lainnya. Seleksi ini dikerjakan pada umur 3, 6, 9 dan 12 bulan sehingga yang tersisa hanya bibit yang baik saja..Pembibitan tahap tunggal (single stage ).

Sistem ini pada dasarnya sama saja seperti diatas hanya tidak melalui pembibitan pendahuluan tetapi kecambah langsung ditanam keplastik besar. Modifikasi simtem sudah dlkatan ada beberapa macam. Penanaman kecanbah harus hati-hati agar jangan terlalu dalam, kedangkalan dan terbalik. Kecambah dimasukan kedalam lubang yang dibuat dengan jari tangan pada kedalaman 2 cm serta ditekan dengan hati-hati, segera setelah ditanaman harus dilindungi dengan daun kelapa, daun kelapa sawit, nipah dan lain-lain yang dibengkokkan atau jaringan (net) dari plastic. Dengan perlindungan ini maka bibit tidak secara langsung diterpa panas matahari dan terbongkar kena percikan air hujan atau penyiraman. Pelindung ini dibuka setelah bibit muncul berdaun 2 atau berumur 1,5-2 bulan. Perawatan lainnya sama saja dengan sistem tahap ganda.Seperti setelah dikemukakan sebelumnya maka sistem ini dibandingkan dengan sistem tahap ganda ada untung ruginya. Namun yang penting adalah perlu dijaga segala sesuatunya berjalan menurut jadwal yang sudah ditentukan dan bibit sebelum ditanam dilapangan berada dalam keadaan prima. Untuk menghemat tenaga dan pemeliharaan lainnya biasanya bibit yang ditanam dikumpulkan berkelompok menurut jumlah tertentu dan setelah 3 bulan baru diecer ditempatnya masing-masing sesuai jarak tanam yang dikehendaki.Standart pertumbuhan bibit.

Angka standart pertumbuhan bibit diperlukan sebagai pegangan bagi pelaksana pembibitan guna melihat perkembangan pertumbuhan bibitnya. Bibit dapat hidup sendiri setelah umur 3 bulan dimana akar primer dan sekunder telah terbentuk dan pada saat ini penggemukan batang sudah dimulai. Daun berubah-ubah bentuknya dari lanceolate menjadi bifurcate dan kemudian berbentuk pinnate pada umur 5-6 bulan. Fotosintesa dimulai pada umur 1 bulan yaitu pada ketika daun pertama telah terbentuk dari selanjutnya secara berangsur-angsur peranan endosprem sebagai supplai bahan makanan mulai digantikan. Pertumbuhan bibit banyak dipengaruhi jenis persilangan , tindakan kultur tehnis, media tanah, jarak tanam, pemupukan, hama penyakit, penyiraman dan lain-lain. Jarak tanam terlalu rapat akan mempercepat gejala etioleren (meninggi).Ada beberapa cara pengukuran pertumbuhan yaitu linear seperti pertumbuhan tinggi, lilit atau diameter batang, banyak anak daun dan lain-lain dan ada pengukuran berat basah atau berat kering dari organ tanaman. Yang terakhir banyak dipakai untuk tujuan penelitian. Cara pertama adalah cara yang dianjurkan dan mudah dilaksanakan. Banyak bibit contoh yang diukur adalah 5% dan dapat diperkecil jika keragamannya baik. Bagian dari tanaman yang diukur adalah :Tinggi tanaman.

Diukur dari pangkal atau dasar batang sampai keujung daun termuda yang telah kembang. Terlebih dahulu daun tersebut dicari dan ditegak luruskan keatas lalu diukur dalam cm.

Batang.

Diukur dengan menggunakan kaliper sehingga diameternya diperoleh atau dengan melilitkan tali pengukur sehingga dapat diketahui lingkarannya atau lilitannya.

Daun.

Banyak daun dihitung dengan menghitung seluruh daun yang ada dan hanya daun yang sudah berkembang yang dihitung.

Untuk mempermudah pengukuran dan mengulang pengukuran selanjutnya maka perlu diberi tanda. Bibit yang telah pernah dihitung ditandai supaya pada pengukuran berikutnya hanya daun baru saja yang dihitung.Pada pembibitan awal belum perlu diukur. Pada pembibitan utama dilakukan pada umur 4,5 bulan atau 1,5 bulan sesudah transplanting. Dibawah ini diberikan salah satu contoh standart pertumbuhan bibit yang diukur dari bibit berjarak 90 x 90 x 90 cm. Standart ini tentu tidak selamanya sesuai tergantung pada jenis persilangan, perawatan tanaman dan lain-lain. Ada baiknya tiap pembibitan memuat standart sendiri dari pengalaman masing-masing. Standart pertumbuhan bibit kelapa sawitUmur / bulanTinggi ( cm )Batang/diameter ( cm )Banyak Daun

4,56

7

8

9

10

11

1226,0 + 1,339,9 + 1,1

52,2 + 1,4

64,3 + 0,6

88,3 + 2,5

101,9 + 5,1

114,1 + 3,9

126,9 + 7,01,30 + 0,021,84 + 0,02

2,70 + 0,12

3,56 + 0,04

4,50 + 0,15

5,96 + 0,33

5,84 + 0,14

6,02 + 0,245,0 + 0,28,6 + 0,2

10,8 + 0,3

11,0 + 0,0

13,3 + 0,3

15,8 + 0,1

15,6 + 0,3

15,8 + 0,4

Seleksi di pembibitan.

Denagan menggunakan kantong plastik sebagai media tumbuh bibit maka seleksi bibit menjadi lebih mudah dibandingkan dengan pembibitan langsung ditanah (fild nursery). Bibit yang mati atau abnormal dapat vsegera dibuang dengan mencabut dari kantongnya dan jika perlukan masih dapat digunakan kembali. Bibit dapat digeser pindah dan efisiensi pemupukan penyiraman akan lebih tinggi. Seleksi dipembibitan sangat penting dilakukan apalagi bibit yang dipakai adalah hasil kawin generatif. Pada klon hal ini tidak sepenting bibit hasil kawinan karena abnormal genetisnya sudah tidak ada lagi.

Gejala abnormal bibit ada 2 macam yaitu yang timbul karena sifat gentis dari induknya dan accidental yaitu timbul karena sesuatu sebab perlakuan atau lingkungan.

Seleksi yang kurang keras dilakukan akan membawa sebagian bibit abnormal tertanam dilapangan. Seleksi yang kurang tajam dapat disebabkan karena :

Kurangnya pengertian terhadap akibat tanamanya bibit abnormal dilapangan.

Kurang mengenal symtomnya (tanda-tanda) bibit yang abnormal.

Karena kurang bibit maka seleksi diperingan.

Sulit melaksanakan karena ditanam rapat atau terlambat dilakukan.

Meskipun pada pusat sumber benih telah dilakukan berbagai tingkatan seleksi sejak dari biji namun seleksi terhadap kecambah yang akan ditanam perludilakukan untuk mengeluarkan kecambah terserag penyakit, patah, rusak dan lain-lain . Persentasenya umumnya rendah yaitu kurang dari 0,5% jika pengangkutannya baik. Pada pembibitan pendahuluan dilakukan pada umur 4, 8, dan 12 bulan yaitu 1 bulan sesudah dipindah dari pre nursery. Ada juga yang melakukan pada umur 6, 9,12 bulan. Dengan ini diharapkan bibit yang akan ditanam sudah bersih dari bibit abnormal yang bersifat genetis maka abnormalitas bibit dapat pula ditimbulkan karena :

Salah tanam seperti terbalik, kedalaman atau kedangkalan.

Tanah terlalu padat hingga akar sulit berkembang. Tanah bercampur batu, kayu dan lain-lain karena tidak disaring.

Kurang pelindung, terbakar karena kekeringan.

Kurang siram, tergenang atau akar busuk karena ada kantong air pada kantongan.

Tanah terlalu penuh hingga akr terbongkar, pupuk hanyut dan air tidak terserap tanah.

Salah pupuk atau keracunan pestisida.

Jarak tanam terlalu rapat.

Kantongnya pecah.

Tanahnya kurang sesuai terlalu asam (peat = gambut).

Air penyiram kurang baik (asin, mengandung racun dan lain-lain).

Adapun symtom bibit abnormal di pembibitan pendahuluan maupun pembibitan utama atau lanjutan adalah sebagai berikut :

Pembibitan awal : Symtom (tanda-tanda).

1. Bibit yang pertumbuhannya telambat, pada umur 3 bulan harus sudah memiliki 3-4 daun dan 2-3 daun muda yang belum sempurna terbentuk.

2. Anak daun memanjang dan sempit.

3. Anak daun bergulung.

4. Anak daun menguncup.

5. Anak daun mengkerut.

6. Bibit kerdil.

7. Bibit tumbuh meninggi.

8. Bibit terputar.9. Terserang berat hama / penyakit.

Pembibitan Utama :

1. Bibit memanjang dan kaku melebihi rata-rata. Sudut antara pelepah daun dan batang tajam.

2. Bibit bermahkota rata. Hal ini terjadi karena daun muda lebih pendek dari daun tua sehingga dari atas kelihatan rata.

3. Bibit yang daunnya terkulai.

4. Bibit yang daunnya tidak membelah menjadi bentuk pinnate.

5. Bibit yang pertumbuhan anak daunnya abnormal seperti :

Bersudut tajam dengan rachis.

Anak daun sempit.

Anak daun bergulung.

Anak daun pendek.

Jarak kedudukan anak daun (internode) pendek, atau anak daun tersusun rapat.

Internode panjang atau jarang-jarang.

6. Bibit rusak berat karena hama, penyakit atau sebab lainnya (Apogonia, penyakit tajuk dan lain-lain).

Selesi bibit yang baik akan memberikan tanaman yang baik pula dilapangan. Seleksi bibit yang terakhir sangat menentukan sekali karena sesudah ditanam akan sukar sekali menandainya. Setelah 6-12 bulan ditanam dilapngan barulah jelas dibedakan dari yang normal.

Jenis abnormal ini ada bermacam-macam. Bersifat genetis misalnya khimaere vivipar, steril, orange spotting dan lain-lain. Ada 5 macam yang sering muncul yaitu : Memanjang kaku atau steril.

Merunduk pelepah daunnya.

Terputar pelepahnya.

Rachis atau pelepahnya pendek.

Kerdil.

Persentase terbesar adalah yang pertama dapat mencapai 48% dari tanaman abnormal. Tanaman abnormal ini sebagian besar tidak akan berubah atau jika berproduksi hanya 25-50% dari pohon nmormal. Jika dilapangan menjumpai tanaman abnormal 5% maka kerugian produksi akan mencapai lebih 4,42%. Pengamatan di marrihat pada tanaman 1958 dan di Bah Jambi tanaman 1968 menunjukan bahwa produksi tanaman abnorlmal hanya 61% dan 65% saja dari tanaman normal bahkan ada sama sekali tidak berproduksi Tindakan tegas sewaktu dipembibitan perlu dilukukan segera memusnahkan bibit yang dicurigai abnormal, memperketat pengawasan terutama seleksi akhir dan memperkecil kerusakan sewaktu pembongkaran, pengangkutan dan penanaman. Kultur teknis yang kurang baik dapat juga menimbulkal abnormalitas dilapangan seperti kedalaman tanam, kedangkalan, miring tanam, terserang Oryctes, keracunan pupuk atau herbisida.Pemupukan Bibit.

Pemberian pupuk pada bibit sangat jelas menberikan pengaruh terhadap pertumbuhan namun jika pemberian berlebihan akan berpengaruh menekan pertumbuhan. Interaksi antara unsur N, P, K, sangat nyata betrbeda dan bibit sangat peka terhadap perubahan perimbangan antara unsur-unsur hara.

Bibit kelapa sawit sangat cepat pertumbuhannya dan membutuhkan cukup banyak pupuk. Pada masa mulai tumbuh yaitu sampai berumur 1 bulan sejak kecambah ditanam (berdaun 2) masih belum perlu dipupuk karena masih mendapat makanan dari endosprem biji. Bibit yang telah berdaun 2, sudah memiliki kemampuan mengambil hara baik dari tanah atau melalui daun. Aplikasi melalui daun adalah cara yang dipilih karena lebih mudah dan merata. Penyemprotan urea dengan konsentarsi 0,1-0,2 % atau 1-2 gram /1 liter air membera hasil yang cukup baik. Larutan pupuk majemuk 15-15-6-4 dengan kepekatan 0,15-0,3 gram/liter juga dapat dipakai. Pada bibit yang berumur 2 bulan kepekatannya dapat ditingkatkan seperti urea menjadi 0,25%.Kebutuhan campuran pupuk ini untuk 1.000 bibit adalah :

Urea

: 10 -20 gram / 20 liter air.

15-15-6-4.: 15-30 gram / 20 liter air.

Sebagai ganti pupuk majemuk ada juga yang menggunakan ammonium phosphate. Ada juga yang menggunakan urea dan pupuk majemuk secara berselang seling. Pemupukan ini hendaknya dilakukan sebelum penyiraman dan setelah pemupukan baru disiram agar tidak terjadi scorching atau terbakar karena pupuk. Tergantung pada kesuburan media tumbuh dan kejaguran bibit maka frekwensinya dapat dikurangi.

Pada pembibitan utama pupk yang diberikan lebih banyak dan dosisnya tergantung pada umur bibit. Pupuk pertama sudah dapat diberikan pada umur 2 minggu setelah pindah tanam atau pada umur 14 minggu mulai kecambah ditanam. Pada beberapa bulan pertama bibit membutuhkan lebih banyak N dan P. Pupuk tungal ataupun majemuk dapat digunakan teta[i segi efisiensinya lebih baik pupuk manemuk. Sampai umur 2minggu digunakan 15-15-6-4, selang 2 minggu sekali dengan dosis dimulai dari 2,5 gram sampai 10 gram. Mulai dari minggu ke 26 dimulai penggunaan 12-12- 17-2 juga selang 2 minggu dengan dosis awal 10 gram sampai 25 gram. Minggu kosongnya diisi dengan pupuk kieserite dengan dosis awal 5 gram sampai 10 gram/pokok. Jumlah pupuk yang diberikan selama dipembibitan utama ini yaitu mulai umur 14-52 minggu adalah 50 gram untuk pupuk 15-15-6-4, sebanyak 230 gram 12-12-17-2 dan 55 gram kiesrite untuk semua pokok. Untuk 1 HA pembibitan (13.000 pokok) diperlukan pupuk 15-15-6-4 sebanyak 650 Kg, 12-12-17-2 sebanyak 2.990 Kg dan kiesrite 715 Kg> Pupuk ditabur disekitar tepi kantongan secara merata. Takaran khusus harus dipakai untuk masing-masing dosis. Untuk memoeroleh hasil guna nyang baik ada baiknya jikasebelum bagan pemupukan dan dosis ditentukan diambil analisa tanahnya. Tanah dengan kandungan liat tinggi perlu ditambah dengan pasir dalam perbandingan 3 : 1. Pada tanah yang miskin bahan organik perlu juga dicampur dengan kompos jika kadarnya sangat rendah. Pemakaian mulsa / mulch atau serasah juga dimaksud untuk peningkatan daya serap pupuk. Tanah pengisi kantong agar jangan terlalu penuh, dibiarkan 2-3 cm dari bibir untuk tempat pupuk supaya tidak hanyut sewaktu penyiraman.Perlakuan lainnya sebelum pupuk ditabur adalah :

Mencabut rumput pada kantongan 3 -4 hari sebelumnya.

Menggemburkan tanah permukaan media agar mudah menyerap pupuk.

Tidak menabur dari bagian atas tanaman dan tidak mengenai tanaman.

Mengingat pupuk majemuk ini mahal dan agak sulit tersedia maka pupuk tunggal juga dapat digunakan dengan mengkonvesi dosis tersebut diatas. Jika menggunakan pupuk majemuk memang aplikasinya lebih mudah dibandingkan dengan pupuk tunggal yang memerlukan minimal 4 jenis pupuk.

Anjuran lainnya cukup banyak dan cukup baik untuk digunakan. Penggunaan pupuk cair, pemakaian pupuk lambat lepas telah dicoba dan cukup baik juga. Supaya mengurangi jumlah aplikasi pupuk yaitu 2 minggu sekali telah dicoba di Marrihat. Penggunaan pupuk tunggal TSP, MOP dan Kiesrite yang dicampurkan pada waktu pengisian tanah kantong plastik masing-masing sebanyak 90 gram, 73 gram dan 84 gram untuk setiap kantong, sedag urea diberikan sekali 2 minggu sebanyak 2 gram/bibit ternyata memberi hasil yang baik. Pemupukan bibit kelapa sawit pada pembibitan utama.

Umur (minggu)JENIS PUPUK ( gram / pokok ).

15-15-6-412-12-17-2Kiesrite

2 dan 34 dan 5

6 dan 8

10 dan 12

14,15,16 dan 20

19 dan 21

22,24,26 dan 28

23 dan 25

30,32,34 dan 36

27,29 dan 31

38 dan 402,55,0

7,5

10,0

-

-

-

-

-

-

---

-

-

10,0

-

15,0

-

20,0

-

25,0--

-

-

-

5,0

-

7,5

-

10,0

-

Hama dan penyakit pada pembibitan.

Untuk mendapat bibit yang sehat dan prima pengendalian hama dan penyakit sangat penting, dan akan dibicarakan lebih mendetail pada bab khusus. Untuk ini perlu pengenalan yang baik, tanda serangan awal, tindakan preventip yang akan diambil dan tindak lanjut, adalah lebih baik mencegah dari pada memberantas sehingga ada dan tidak ada gangguan maka pengawasan serta perlengkapan pestisida dan alat semprot perlu siaga.Hama di pembibitan.

Hama kumbang malam atau yang lebih dikenal Apogonia sp dan Adoretus sp aktif memakan epidermis daun dan meninggalkan lubang-lubang, bekerja mulai sore hari sedang siang bersembunyi disemak-semak sekitar pembibitan atau dibawah permikaan tanah. Sudah tentu usaha pencegahannya adalah membersihkan semak dan gulma dipembibitan atau sekitar pembibitan. Jika serangan cukup berat maka pemberantasan dengan banah kimia harus dilakukan menjelang malam hari secara teratur 2 minggu sekali.

Kutu daun ada 2 jenis yaitu Aphids berwarna hijau kemerahan. Tungkai berwarna putih berlilin, sedang mealy bug tubuhnya dilapisi lilin putih. Jenis ini selalu dijumpai pada helai daun, pucuk, leher akar atau pada akar muda. Keduanya hidup bersimbiose dengan semut. Spider mites tinggal dibagian bawqah anak daun yang agak tua berkembang cepat terutama pada musim panas. Ketiga jenis kutu ini mengisap cairan tanaman dan pada serangan berat tanaman akan lemah sekali dan dapat terserang penyakit-penyakit sekunder lainnya seperti Curvularia.

Kadang kala hama lainnya juga dapat menerang seperti ulat pemakan daun yaitu ualt api, ulat siput (Setora nitens Wlk), ulat kantong (Metisa plana), belalang (Valanga nigricornis). Serangan ulat api dan kantong dapat cepat diketahui dan biasanya dikutip (Hand picking). Jangkerik (Gryllus sp.) sering menyerang bibit kecil pada pembibitan awal, memakan pucuk, pangkal daun atau umbatnya menyebabkan bibit akan mati demikian dengan keong yang mengisap jaringan tanaman, serangan tikus perlu diwaspadai. Pembibitan yang terlalu kotor dan semak belukar yang terlalu dekat dengan pembibitan akan mengundang serangan. Penggunaan umpan racun akan dapat mengatasinya.

Penyakit pada pembibitan.

Penyakit pada pembibtan ada yang menyerang akar dan ada yang menyerang daun. Keduanya sangat penting dicegah. Penyakit yang menyerang akar dan membunuh tanaman atau menderita sekali dapat disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia sp dan Phythium sp. Serangan dimulai dari ujung akar yang masih lunak menyebar keakar yang lebih tua. Daun menjadi kusam, menguning membentuk bercak-bercak coklat kemerahan dan layu. Jaringan akar yang terserang menjadi busuk (berair). Penyakit ini menyerang bibit muda dan timbul karena kondisi lingkungannya kurang serasi.Penyakit yang menyerang daun cukup banyak antara lain disebabkan cendawan Botriodiplodia sp, Glomerella singualata dan Melaconiem elaedis dan penyakit ini disebut juga sebagai Anthracnose, sering timbul karena kelembaban tinggi, bersifat parasit menyebar melalui sporanya. Bercak daun yang terjadi berwarna hijau pucat kemudian berubah coklat membusuk dan kering. Penyakit lainnya adalah bercak daun atau Black spot disebabkan cendawan Curvularia sp dan Helminthosporium sp, menyerang bibit umur 4 bulan. Bercak kecil pada daun berwarna kuning kemudian menjadi hitam bulat atau lonjong yang selanjutnya menggabung.

Terhadap masalah hama dan penyakit maka cara yang baik adalah pencegahan. Menciptakan kondisi tidak terlalu lembab dan menghilangakn sumber insfeksi dapat dilakukan dengan misalnya mengurangi naungan, memotong bagian yang sakit atau tanaman yang telah terserang, kemudian dimusnahkan dan dibakar, pengutipan hama, membebaskan tanah atau p-elindung dari kemungkinan mengandung sumber insfeksi. Pengamatan yang lebih kerap dan teliti merupakan tindakan yang terbaik. Jika keadaan memaksa harus menggunakan pestisida maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :

Menyemprot hanya dilakukan pada kondisi yang sesuai agar tidak mengurangi efisiensi penyemprotan.

Penyemprotan hanya seperlunya saja yaitu hanya bibit yang terserang dan sekitarnya yang dicurigai.

Penyiraman bibit hendaknya dilakukan minimal 2 jam sebelum atau sesudah penyemprotan. Pestisida yang baik adalah formulasi yang dapat larut dalam air dan hindarkan penggunaan ikatan tembaga dan timah (merkuri).

Bahan perata atau ajuvant dan perekat atau sticer perlu ditambahkan agar lebih berhasil dalam penyemprotan.

Penyimpana pestisida menurut jenisnya agar jelas dan tidak tercampur, demikian pula dengan penggunaan tong pecampur, alat penyemprot dan dosis yang sesuai dengan anjuran..

Pengawasan Pembibitan.

Pengawasan oleh tingkat paling bawah yaitu Mandor, Asisten, Asisten Kepala, Manajer, sampai tingkat direksi mutlak diperlukan karena bibit ini diperlukan untuk 25 tahun tanaman. Pengawasan bukan saja dibidang teknis tetapi juga biaya. Hal-hal penting yang perlu mendapat perhatian antara lain : Pelaksanaan jadwal yang ditentukan karena akan berkaitan dengan pemesanan bibit dan penanaman dilapangan.

Persiapan likasi dan perlengkapan terutama lahan, intalasi penyiraman, cadangan atau sumber air, keamanan, pengisian kantong plastik dan lain-lain.

Kesedian tenaga kerja terutama untuk penyiram, pemupukan dan perawatan bibit karena hal ini tidak dapat ditunda-tunda.

Persedian alat yang diperlukan dan suku cadang yang selalu siap demikian pula dengan pestisida, alat penyemprot dan lain-lain. Seleksi bibit yang tepat dan pemusnahan bibit yang abnormal perlu diawasi.

Asdministrasi yang baik dan jelas sehingga sewaktu-waktu harus dapat diketahui posisi bibit yang sebenarnya berdasarkan umur dan peta letak tiap persilangan.

Biaya secara kontinu terus dihitung sehingga dapat diketahui biaya yang sudah dikeluarkan berdasarkan umur bibit.

Banyak hal-hal lain yang menyangkut bidang teknis yang perlu mendapat perhatian.

Pembiayaan Pembibitan.

Biaya yang diperlukan ada 2 macam yaitu biaya inventasi pembangunan sarana pembibitan yaitu tapak (lahan) pembibitan, pembangunan jaringan penyiraman, pemagaran dan bangunan lainnya dan biaya operasional. Pada jaringan penyiraman termasuk didalamnya pompa air, mesi pembangkit, jaringan pipa air dalam berbagai ukuran dan penyemprotnya atau sprinkler jika dipakai atau tangki air jika menggunakan sistem manual. Sarana lainnya adalah pembuatan pagar keliling, bahan rumah pompa, kantor, gudang dan rumah penjaga. Diperhitungkan pembibitan ini akan digunakan dalam beberapa tahun sehingga setiap tahunnya diperhitungkan penyusutannya secara merata dan dibagikan pada jumlah bibit. Biaya ini dimasukan sebagai biaya perbibit disamping biaya operasionalnya, demian pula dengan tenaga operator, bahan bakar dan suku cadang.Tergantung pada keadaan setempat maka perhitungan harga bibit dipisahkan atas upah tenaga kerja yang dipakai , bahan atau mat4erial yang dipakai, pengangkutan dan lain-lain Dibawah ini diberikan contoh perhitungan biaya pembibitan awal dan pmbibitan utaman.

Pembibitan awal (untuk 1 ha pembibitan utama), pembibitan utama (1 ha).16.000 Bibit = 3 Bulan14.000 Bibit = 9 Bulan.

Uraian Pekerjaan.HKUraian PekerjaanHK

BedenganPelindung

Kumpul tanah

Pengayakan

Pengisian kantong

Angkut / susun

Tanam kecambah

Penyiangan

Pem. Jalan/drainase

Pemupukan.

Penyiraman

Seleksi.

Pemb Hama/Penyakit

Bongkar Bibit.

Keamanan.

Mandor.

Lain-lain15 20

2 3

10 15

10 15

50 60

35 45

20 25

20 30

12 15

1 2

35 45

10 15

1 2

25 30

-

10 14

10 - 15Peralatan Lahan

Gali / kumpul tanah

Mengayak tanah

Mengisi kantongan

Pemancangan

Angkut / susun

Tanam Bibit

Pem jalan / drainase

Pemupukan

Penyiangan

Penyiraman

Seleksi

Pemb. Hama / penyakit

BongkarBibitKeamanan

Mandor

Lain-lain 60 70

140 160

45 50

130 140

25 28

75 90

130 140

35 40

130 140

30 40

1300 1400

30 40

30 40

70 80

35 40

90 100

40 50

Bahan / Pemakaian.Bahan / Pemakaian

Kecambah sawitBahan bedengan

Pupuk Urea ( KG )

Penyiraman

Pestisida

Sprayer

Plastik

Tansport

Sewa Alat16.000Pm

4 5

Pm

Pm

0,1

18.000

Pm

PmPupuk 12-12-17-2 ( KG )15-15-6-4 ( KG )

Kieserite ( KG )

Pestisidsa ( KG )

Herbisida ( Liter )

Sprayer

Plastik

Transport

Sewa Alat3.0008.200

600

1 2

5 6

1 2

15.000

Pm

Pm

Upah tenaga tergantung keadaan setempat demikian pula dengan bahan-bahan dan alat sewa. Jumlah upah + bahan + sewa dibagi dengan jumlah bibit merupakan biaya per pokok.