Pembiayaan Syariah Ijarah

22
MAKALAH TUGAS KELOMPOK Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembiayaan Syariah Judul Tugas : Ijarah Kelas : Agribisnis B Dosen : Dr.Ir. Hj. Tuti Karyani M.SP., Disusun Oleh : Agribisnis B Elfadhanadya K. P. 150610120043 Carmelita Astrini 150610120119 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKUTAS PERTANIAN i

description

d

Transcript of Pembiayaan Syariah Ijarah

Page 1: Pembiayaan Syariah Ijarah

MAKALAH TUGAS KELOMPOK

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembiayaan Syariah

Judul Tugas : Ijarah

Kelas : Agribisnis B

Dosen : Dr.Ir. Hj. Tuti Karyani M.SP.,

Disusun Oleh :

Agribisnis B

Elfadhanadya K. P. 150610120043

Carmelita Astrini 150610120119

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKUTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2016

i

Page 2: Pembiayaan Syariah Ijarah

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan penulisan

makalah berjudul “IJARAH”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini. Penulis menyadari

bahwa karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari

semua pihak yang bersifat membangun selalu penulisharapkan demi kesempurnaan

makalah ini.

Akhir kata semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk semua pihak

dan mendapat ridhoAllah SWT bagi pengembangan pertanian di masa sekarang dan

masa yang akan datang.

Jatinangor, Mei 2015

Penyusun

ii

Page 3: Pembiayaan Syariah Ijarah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................5

2.1 Pengertian Ijarah ..........................................................................................5

2.2 Dasar hukum Ijarah......................................................................................5

2.3 Syarat dan rukun Ijarah .....................................................................5

2.5 Berakhirnya Ijarah .......................................................................................8

2.6 Macam-macam Ijarah...................................................................................8

2.7 Penerapan Ijarah .........…............................................................................10

BAB III KESIMPULAN...........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

iii

Page 4: Pembiayaan Syariah Ijarah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Muamalah merupakan bagian dari rukun islam yang mengatur hubungan

antara seseorang dan orang lain. Contoh hukum islam yang termasuk muamalah

salah satunya adalah ijarah (sewa-menyewa).

Seiring dengan perkembangan zaman, transaksi muamalah tidak terdapat

miniatur dari ulama klasik, transaksi tersebut merupakan terobosan baru dalam dunia

modern. Dalam hal ini kita harus cermat, apakah transaksi modern ini memiliki

pertentangan tidak dengan kaidah fiqih? Jika tidak, maka transaksi dapat dikatakan

mubah.

Ijarah merupakan menjual manfaat yang dilakukan oleh seseorang dengan

orang lain dengan menggunakan ketentuan syari’at islam. Kegiatan ijarah ini tidak

dapat dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun

masyarakat sekitar kita. Oleh sebab itu kita harus mengetahui apa pengertian dari

ijarah yang sebenarnya, rukun dan syarat ijarah, dasar hukum ijarah, manfaat ijarah

dan lain sebagainya mengenai ijarah. Dalam makalah ini akan dijelaskan secara

sederhana tentang definisi ijarah, landasan hukum, rukun dan syarat sahnya, serta

penerapan ijarah.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari Ijarah

2. Apa dasar hukum dari Ijarah  

4. Sebutkan jenis - jenis Ijarah

5. Bagamana penerapan Ijarah

1.3 Tujuan

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian Ijarah, jenis

Ijarah, serta penerapan Ijarah dalam sistem pembiayaan baik itu pembiayaan syariah

maupun pembiayaan konvensional.

4

Page 5: Pembiayaan Syariah Ijarah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Konsep al-Ijarah 

Ijarah menurut bahasa adalah menjual manfaat. Al-Ijarah menurut pendapat

beberapa ulama fiki adalah menurut ulama hanafah: akad atas suatu kemanfaatan

dengan pengganti, menurut asy Syafi’iyah: Akad atas suatu kemanfaatan yang

mengandung maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan

dengan pengganti tertentu”. Menurut jumhur ulama fikih ijarah adalah: menjual

manfaat, dan yang boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya.

Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi

perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya

barang, pada ijarah objek transaksinya adalah barang maupun jasa. Menurut Fatwa

Dewan Syariah Nasional, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas

suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa

diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri

2.2. Dasar /Landasan Hukum Ijarah. 

a. Firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 223:

ر� ص�ي ب� ب� لو ب� ع ب� ب�ا ص� ب� � ب ال ب�� ب�ا ل�وا ب ع� ب�ا ب� � ب ال ل�وا �� ب ب�ا ص� � ل�� ع ب� عل ص�ا �ع �ل عي ب� آا ب�ا �ع �ل ع� � ب ب ب!ا ص"ا �ع ل# عي ب ب� ب$ ب%ا ل& ب)ا ب( �ع ل* ب+ ب-ا ع� ب�ا ل وا ص. ع� �ب ع/ ب� ع� ب�ا �ع ل� ع+ ب0 ب�ا ع� ص"ا ب�

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun

penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah

memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang tidak

dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita

kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun

berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)

dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.

Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu

apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu

kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.(QS

al-Baqarah,233)

5

Page 6: Pembiayaan Syariah Ijarah

Dalam surat al-Qashas ayat 26 & 27 “Salah seorang dari kedua wanita itu

berkata: Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena

sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita)

ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. (QS al-Qasas,26)

“Berkatalah dia (Syu’aib): ”Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu

dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku

delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu

kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah

akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. (QS al-Qasas, 27)

b. Hadis Riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:

ل� ل1 ب� ب� ب�2 ص3 ب4 ع� ب�ا ب5 ع6 ب1 ل7 ب� ع& ب�ا ب� عي ص& ب�ا عا- ل8وا ع� ب�ا .

Artinya 

“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”.

c. Hadis riwayat Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri,

Nabi s.a.w. bersabda:

ل7 ب� ع& ب�ا ل� ع� ص ع لي ع ب( ر�ا عي ص& ب�ا ب� ب& ع�ا �ب ع ا ص: ب� . 

Artinya: 

“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukan-lah upahnya”.

2.3. Rukun Ijarah

Menurut ulama’ Hanafiyah rukun ijarah adalah ijab dan qabul, dengan

menggunakan kalimat: al-Ijarah, al-Isti’jar, al-Ikra’ dan al-Iktira’. Akan tetapi

menurut jumhur ulama’ rukun Ijarah ada empat:

‘Aqid (Orang yang berakad, yaitu penyewa dan yang menyewakan barang).

Shighat (ijab dan qabul)

Ujrah (upah/sewa)\

Manfa’ah (Manfaat)

6

Page 7: Pembiayaan Syariah Ijarah

2.4. Syarat Ijarah

Syarat Ijarah terdiri dari syarat al-inqad (terjadinya akaq),syarat an-nafadz

(syarat pelaksanaan akad), syarat sah, syarat lazim.

a. Syarat terjadinya akad.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam jual-beli, menurut ulama

hanafiyah,’aqid (orang yang melakukan akad) disyaratkan harus berakal dan

mumayyiz, serta tidak disyaratkan harus baligh. Akan tetapi,jika bukan barang

miliknya sendiri akad ijarah anak mumayyiz dipandang sah apabilah di izinkan

walinya. Ulama malikiyah berpendapat bahwa tamyiz adalah syarat ijarah dan jual-

beli. Sedangkan baligh adalah syarat penyerahan. Dengan demikian akad anak

mumayyiz adalh sah, tetapi bergantung atas keridhaan walinya. Ulama hanabilah

dan syafi’iyah mensyaratkan orang yang akad harus mukallaf, yaitu baligh dan

berakal, sedangkan anak mumayyiz belum dikategorikan ahli akad.

b. Syarat Pelaksanaan (an-nafadz)

Agar ijarah terlaksana, barang harus dimiliki oleh ‘aqid atau ia memiliki

kekuasaan penuh terhadap suatu akad. Dengan demikian ijarah al-fudhul (ijarah

yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kekuasaan atau izin dari

pemiliknya) tdak dapat menjadikan akad ijarahnya.

c. Syarah Sah Ijarah 

1) Adanya keridhaan dari kedua pihak yang akad: Syarat ini didasarkan pada

firman Allah SWT. Artinya: “ hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu

saling memakai harta sesamamu dengan jalan yang batal, kecuali dengan jalan

perniagaan suka sama suka.”

2) Ma’qud ‘Alaih bermanfaat dengan jelas

3) Syarat barang sewaan (Ma’qud alaih), diantara syarat barang sewaan adalah

dapat dipegang atau dikuasai. Hal itu didasarkan pada hadist rasulullah SAW.

Yang melarang menjual barang yang tidak dapat dipegang atau dikuasai,

sebagaimana dalam jual-beli. Syarah Ujrah (upah). Para ulama telah menetapakan

syarat upah, yaitu:

7

Page 8: Pembiayaan Syariah Ijarah

Berupa harta tetap yang dapat diketahui

Tidak boleh sejenis dengan barang manfaat dari ijarah, seperti upah menyewa

rumah untuk ditempati dengan menempati rumah tersebut.

Syarat yang Kembali pada Rukun Akad

Akad disyaratkan harus terhindar dari syarat-syarat yang tidak diperlukan

dalam akad atau syarat-syarat yang merusak akad, seperti menyewakan rumah

dengan syarat rumah tersebut akan ditempati oleh pemiliknya selama sebulan,

kemudian diberikan kepada penyewa. Adapun syarat manfaat sewa baik sewa

barang maupun orang adalah: 

1. Manfaat dapat diketahui secara rinci

2. Manfaat dapat disediakan secara nyata

3. Manfaat yang disewa dibolehkan syariah

4. Manfaat yang disewa harus dapat dinilai harganya

5. Manfaat yang disewa bukan pekerjaan wajib/fardhu yang memang wajib

dilakukan penyewa

6. Barang disewa tidak cacat yang mencegah pemanfaatannya 

Berkaitan dengan kelenturan dalam menentukan ujrah dapat dijelaskan

lebih jauh sebagai berikut:

1. Ujrah dapat ditentukan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak. Misalnya,

seorang mustakjir berkata kepada Muajjir, ”Jika seseorang menyewa mobil

bulan ini sewanya Rp 2.500.000 perbulan, jika bulan depan (masa lebaran),

sewanya Rp 3.000.000,-“.

2. Contoh lain, “Jika seseorang menggunakan gedung ini untuk bank syariah,

sewanya Rp 25 juta setahun, jika anda gunakan untuk Baitul Mal wat Tamwil

sewanya Rp 20 juta setahun”. Sedangkan syarat Ujrah (fee, bayaran sewa)

sebagai berikut: 

Harus termasuk dari harta yang halal

Harus diketahui jenis, macam dan satuannya

Tidak boleh dari jenis yang sama dengan manfaat yang akan disewa untuk

menghindari kemiripan riba fadhl.

8

Page 9: Pembiayaan Syariah Ijarah

Kebanyakan ulama membolehkan fee ijarah bukan dengan uang tetapi

dalam bantuk jasa (manfaat lain). Misalnya membayar sewa mobil 1

minggu dengan mengajar anaknya matematika selama 1 bulan 8 kali

pertemuan.

Pemilik asset / manfaat dibolehkan meminta pembayaran di muka, baik

sebagian maupun seluruhnya. Hal ini dimaksudkan sebagai tanda

keseriusan penyewa dalam janjinya untuk menggunakan asset / manfaat

tersebut.

d. Syarat Kelaziman

Syarat kelaziman ijarah terdiri atas 2 hal :

a. Ma’qud Alaih (barang sewaan) terhindar dari cacat

b. Tidak ada uzur yang membatalkan akad

2.5. Akhir Ijarah

Menurut ulama hanafiayah, ijarah dipandang habis dengan meninggalnya

salah seorang yang akad, sedangkan ahli waris tidak memiliki hak untuk

meneruskannya. Adapun menurut jumhur ulama, ijarah tidak batal tetapi diwariskan.

Pembatalan akad, terjadi kerusakan pada barang yang disewa, akan tetapi menurut

ulama lainnya kerusakan pada barang sewaan tidak menyebabkan habisnya ijarah,

tetapi harus diganti selagi masih bisa diganti, dan habis waktu, kecuali ada uzur.

2.6. Jenis Ijarah

Berdasarkan obyeknya, Ijarah terdiri dari: 

1. Ijarah dimana obyeknya manfaat dari barang, seperti sewa mobil, sewa rumah, dsb.

2. Ijarah dimana obyeknya adalah manfaat dari tenaga seorang seperti jasa konsultan,

pengacara, buruh, kru, jasa guru/dosen,dll. Pendapatan yang diterima dari transaksi

Ijarah disebut ujrah. Al-Ujrah ialah imbalan yang diperjanjikan dan dibayar oleh

pengguna manfaat sebagai imbalan atas manfaat yang diterimanya.

Penanggungan Risiko Dalam Akad Ijarah. Dalam akad Ijarah juga berlaku

hak khiyar, dimana penyewa berhak menolak ijarah karena cacat barang (khiyar

‘aib) dan Muajjir bertangung jawab untuk menjamin (mengganti) barang/orang

9

Page 10: Pembiayaan Syariah Ijarah

ijarah yang cacat. Hal ini dapat dicontohkan: (a) jika ternyata mobil sewaan atau

LCD sewaan rusak, maka muajjir harus menukar dengan barang lain yang bagus;

dan (b) Jika ternyata Yayasan X penyalur pembantu mengirim pembantu yang

ternyata tidak bisa mengerjakan tugas-tugas yang dijanjikan, maka muajjir harus

menggantinya dengan pembantu yang lain.

Konsekuensi Hukum dan Pemeliharaan Asset dalam Akad Ijarah Terdapat

beberapa konsekuensi hukum dan ketentuan tentang tanggungjawab pemeliharaan

asset dalam akad Ijarah: 

a. Konsekuensi hukum dan keuangan yang timbul dari akad ijarah adalah

timbulnya hak atas manfaat dari asset yang disewa oleh penyewa (musta’jir)

dan penerimaan fee/ujrah bagi pemilik asset (muajjir).

b. Pemberi sewa (mu’jir) wajib menyediakan manfaat bagi penyewa dari asset

yang disewa dengan cara menjaga agar manfaat itu tersedia selama periode

penyewaan dalam batas yang normal. Apabila terjadi sesuatu yang membuat

manfaat itu terhenti, maka pemberi sewa wajib

memperbaikinya/menggantinya.

3. Pada prinsipnya dalam kontrak ijarah harus dinyatakan dengan jelas siapa

yang menanggung biaya pemeliharaan asset obyek sewa. Sebagian ulama

menyatakan jika kontrak sewa menyebutkan biaya perbaikan ditanggung

penyewa, maka kontrak sewa itu tidak sah, karena penyewa menangung biaya

yang tidak jelas. Hal ini sesuai dengan kaedah Al-Ajru wa adh Dhaman La

Yajtami’ani. Artinya: pembayaran fee (bayaran sewa) tidak boleh berhimpun

dengan biaya perbaikan kerusakaan.

c. Keterlambatan Pembayaran. Pada dasarnya ketentuan mengenai keterlambatan

pembayaran dalam akad Ijarah masih diperdebatkan dalam kalangan ulama.

Ada yang membolehkan pengenaan biaya ganti rugi bagi penyewa yang

melakukan keterlambatan pembayaran, dan ada pula yang mengharamkannya

karena alasan Riba dan Gharar.

2.7. Aplikasi Ijarah di Lembaga Keuangan Syariah Dalam ijarah muntahiya bi al-tamlik, terdapat pemindahan hak milik dengan salah

satu cara sebagai berikut:

Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan tersebut

pada akhir masa sewa. Hal ini biasanya diambil, jika kemampuan finansial penyewa

10

Page 11: Pembiayaan Syariah Ijarah

untuk membayar sewa relatif kecil, sehingga akumulasi nilai sewa yang telah

dibayarkan sampai akhir periode belum mencukupi harga barang tersebut dan

margin laba yang telah disepakati bank.

Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang disewakan

tersebut pada akhir masa sewa. Biasanya diambil, jika kemampuan membayar sewa

dari penyewa relatif lebih besar, sehingga akumulasi nilai sewa pada akhir periode

sudah mencukupi untuk menutupi harga beli barang dan margin laba yang telah

ditetapkan oleh bank.[6] Opsi di atas diberikan bank kepada nasabah pada akhir

masa sewa.

Aplikasi ijarah muntahiya bi al-tamlik dalam perbankkan dapat dilihat dalam contoh

kasus berikut:

Ilustrasi Kasus

Ibu mawar hendak menyewa sebuah ruko selama satu tahun mulai dari tanggal 1

Januari 2013 sampai 31 Desember 2013 dan bermaksud membelinya pada akhir masa sewa.

Pemilik ruko menginginkan pembayaran sewa secara tunai di muka sebesar Rp 2 milyar

(tanggal 1 Januari 2013) dan Rp 2 milyar di akhir masa sewa (31 Desamber 2013), untuk

membeli ruko tersebut. Atau apabila ruko tersebut dibeli secara langsung pada tanggal 1

Januari 2013, pemilik ruko bersedia menjualnya dengan harga Rp 3,5 milyar. Dengan pola

pembayaran tersebut, kemampuan keuangan bu Mawar tidak memungkinkan.

Bu Mawar hanya dapat membayar ruko secara cicilan sebesar Rp 300.000.000,00 per

bulan dan membeli ruko pada akhir sewa. Oleh karena itu, bu mawar meminta pembiayaan

dari Islamic Banking sebesar Rp 2 milyar pada awal masa sewa dan Rp 2 milyar pada akhir

masa sewa atau sekaligus Rp 3,5 milyar pada awal sewa. Islamic Banking menginginkan

presentasi keuntungan sebesar 20% dari pembiayaan yang diberikan dengan presentasi

keuntungan bank ketika menyewakan sebesar 2,875 dari harga barang.

Analisis Bank

Harga barangA. Harga beli tunaiB. Keuntungan bank ketika menyewa(2,875% * 3,5 milyar)C. Keuntungan bank ketika

Rp 3.500.000.000,00

Rp 100.000.000,00

11

Page 12: Pembiayaan Syariah Ijarah

menjual(17,143% * 3,5 milyar)Total harga barang

Rp 600.000.000Rp 4.200.000.000,00

Kemampuan membayar nasabahD. Pembayaran sewa cicilanRp 300.000.000,00 per bulanE. Pembelian ruko pada akhir masa sewaTotal kemampuan membayar

Rp 3.600.000.000,00

Rp 600.000.000,00

Rp 4.200.000.000,00

Struktur Akad

1. Bai’ wa ijarah muntahiya bi al-tamlik dengan janji akan menjual barang tersebut pada

akhir masa sewa.

2. Bank sebagai pembeli (1 Januari 2013), dengan demikian cash out Rp 3,5 milyar.

3. Barang diterima oleh bank (1 Januari 2013) , cash in bank dari nasabah (Ibu Mawar)

sebesar Rp 300.000.000,00 per bulan.

Akad I: Bai’

a. Pelaku : Bank sebagai pembeli ruko dan Pemilik ruko sebagai penjual ruko

b. Transaksi: Bank membeli ruko dari pemilik ruko dengan harga tunai. Dengan kondisi ini

maka,

1. Bank mengeluarkan uang (cash out) sebesar Rp 3.500.000.000,00 sebagai pembayaran

tunai atas ruko.

2. Bank telah dapat menyewakan ruko tersebut selama 12 bulan.

Akad II: Ijarah Muntahiya bi al-Tamlik

Pelaku:

1. Bank bertindak sebagai pemberi sewa dan penjual pada akhir masa sewa.

2. Nasabah sebagai penyewa dan pada akhir masa sewa sebagai pemilik.

Transaksi: Bank membeli ruko dari pemilik ruko, dengan kondisi ini maka,

1. Bank mengeluarkan uang (cash out) sebesar Rp 3.500.000.000,00 (1 Januari 2013)

sebagai pembayaran tunai atas ruko.

2. Bank telah dapat menyewakan ruko tersebut selama 12 bulan kepada nasabah (1

Januari 2013)

12

Page 13: Pembiayaan Syariah Ijarah

3. Bank menerima pembayaran sewa (cash in) sebesar Rp 300.000.000,00 per bulan

selama 12 bulan periode sesuai yang disepakati nasabah.

4. Pada akhir masa sewa, bank menerima uang pembelian ruko dari nasabah sebesar Rp

600.000.000,00 (31 Desember 2013). Sehingga terjadi pemindahan kepemilikan ruko

dan sejak saat itu nasabah sebagai pemilik ruko (31 Desember 2013).

BAB III

KESIMPULAN

13

Page 14: Pembiayaan Syariah Ijarah

Ijarah menurut bahasa adalah menjual manfaat. Al-Ijarah menurut pendapat

beberapa ulama fiki adalah menurut ulama hanafah: akad atas suatu kemanfaatan

dengan pengganti, menurut asy Syafi’iyah: Akad atas suatu kemanfaatan yang

mengandung maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan

dengan pengganti tertentu”.

Pada dasarnya, ijarah di defnisikan sebagai hak untuk memanfaatkan

barang/jasa dengan membayar imbalan tertentu. ada yang menerjemahkan, ijarah

sebagai jual beli jasa (upah-mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia,

ada pula yang menerjemahkan sewa-menyewa, yakni mengambil manfaat dari barang.

Transaksi ijarah di landasi adanya pemindahan manfaat (hak guna), bukan

pemindahan kepemilikan (hak milik). Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja

prinsip jual beli.

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: Pembiayaan Syariah Ijarah

Andri Soemitra,MA. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”. Jakarta: Kencana 2009 Ed.1

Cet.1

Al Jawi, Shiddiq. Kerjasama Bisnis (Syirkah) Dalam Islam. Majalah Al Waie 572. An

Nabhani, Taqiyuddin. 1996. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif. Surabaya:

Risalah Gusti.3. Abu Bakr Jabr Al Jazairi, Ensiklopedia Muslim, Minhajul Muslim,

Penerbit Buku Islam Kaffah, Edisi Revisi, 2005.

15