Pembiayaan

13
Nama : RIA WIDIANTI NPM : (14119214) A. DASAR HUKUM PEMBIAYAAN Produk dan jasa perbankan syariah secara garis besar dibagi tiga yaitu; penghimpunan, penyaluran dan menyediakan jasa keuangan. Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai penyalur dana, bank syariah menyediakan produk dan jasa pembiayaan yang bertujuan untuk menyediakan dana bagi peningkatan usaha. Artinya untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh dari pembiayaan. Pihak surplus dana menyalurkan kepada pihak yang minus dana. Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Pembiayaan memberikan hasil yang paling besar di antara penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh bank syariah. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti pembelajaan (financing) yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan orang lain. 1 1 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 304. 1

Transcript of Pembiayaan

Page 1: Pembiayaan

Nama : RIA WIDIANTI

NPM : (14119214)

A. DASAR HUKUM PEMBIAYAAN

Produk dan jasa perbankan syariah secara garis besar dibagi tiga yaitu;

penghimpunan, penyaluran dan menyediakan jasa keuangan. Dalam pelaksanaan

tugasnya sebagai penyalur dana, bank syariah menyediakan produk dan jasa

pembiayaan yang bertujuan untuk menyediakan dana bagi peningkatan usaha.

Artinya untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana

tambahan ini dapat diperoleh dari pembiayaan. Pihak surplus dana menyalurkan

kepada pihak yang minus dana.

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya

kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Pembiayaan memberikan hasil

yang paling besar di antara penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh bank

syariah.

Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan

yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah.

Pembiayaan secara luas berarti pembelajaan (financing) yaitu pendanaan yang

dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan

sendiri maupun dikerjakan orang lain.1

Proses pembiayaan mempunyai dasar-dasar hukum yang telah ditetapkan.

Dasar-dasar tersebut bersumber dari Al-Quran, Al-Hadits, dan Undang-Undang.

1. Al-Quran

a) Qs. An-Nisaa’ ayat 12

لث الث في شركاء � فهم ... “... maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu...”

b) Qs. Shaad ayat 241 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 304.

1

Page 2: Pembiayaan

كثيرا وإن إلىنعاجه نعجتك بسؤال ظلمك لقد قال

آمنوا ذين ال إال بعض على بعضهم ليبغي الخلطاء من

اه فتن ما أن داوود وظن ماهم وقليل الصالحات وعملوا

وأناب راكعا وخر ه رب ۩ فاستغفر“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu

sebagian mereka berbuat dzalim kepada yang sebagian lain, kecuali

orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, dan amat

sedikitlah mereka yang ini.”

2. Al-Hadits

لث ثا انا يقول الله ان قال رفعه هريرة أبي عنحبه صا أحدهما يخن لم ما الشريكين

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Allah berfirman: Aku

adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah

satunya tidak mengkhianati satu yang lain.” (HR. Abu Dawud No.

2936, dalam kitab Al-Buyu dan Hakim).

3. Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu

dengan pemberian bunga.”2

4. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

“Pembiayaan ialah penyediaan uang yang berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan antara pihak bank dengan pihak lain yang

2 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, Ed. 1, 2011), h. 106.

2

Page 3: Pembiayaan

mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang itu dalam

waktu tertentu.”

5. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008, pembiayaan adalah penyediaan

dana atau tagihan yang dipersamakan, yakni berupa :

1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

2. Transaksi sewa menyewa dalm bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik.

3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan

istishna’.

4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang dan qard.

5. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multi jasa.

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara pihak bank syariah dan

pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai diberi fasilitas dana untuk

mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan

imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau dengan bagi hasil.3

6. Pasal 6 UU No.10 Tahun 1998

Bank Umum adalah bank yang menyelesaikan kegiatan usaha secara

konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatan

usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Analisis: Bank syariah merupakan salah satu lembaga keuangan syariah

yang bertujuan untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Salah

satu aktivitas yang terjadi di dalam bank syariah adalah pembiayaan. Pembiayaan

berarti memberikan bantuan dana kepada mereka yang membutuhkan

(usahawan/bisnisman) untuk kemajuan usahanya. Dalam pelaksanaannya,

pembiayaan pastilah diatur dalam norma dan hukum tertentu agar jalannya dapat

3 Adiwarman Karim, Bank Islam – Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), h. 473.

3

Page 4: Pembiayaan

sesuai dengan apa yang diinginkan dan tidak terjadi kekacauan. Maka dari itu,

Undang-Undang pun turut mengatur serta menjadi dasar adanya aktivitas

pembiayaan.

Dalam buku karangan Ismail yang berjudul Perbankan Syariah (Jakarta:

Kencana, 2011) pada halaman 106 dijelaskan “Kredit adalah penyediaan uang

atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan

pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga.” Pernyataan tersebut merupakan landasan atau dasar hukum

pembiayaan yang termuat dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang

merupakan revisi dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992.

Berdasarkan Undang-Undang tersebut, dapat diketahui bahwa pembiayaan

merupakan penyediaan bantuan berupa uang oleh bank syariah kepada orang yang

membutuhkan dengan akad pinjam-meminjam dimana terdapat kesepakatan kedua

belah pihak yang mengharuskan pihak peminjam mengembalikan uang yang

dipinjamnya dalam jangka waktu tertentu dengan disertai margin atau bagi hasil.

Allah SWT juga telah mengatur tentang pembiayaan ini dalam Al-Quran

tang terdapat pada Surah Shaad ayat 24 “Dan sesungguhnya kebanyakan dari

orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat dzalim kepada yang

sebagian lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih,

dan amat sedikitlah mereka yang ini.”

Ayat diatas berisi sebuah keniscayaan dimana dalam sebuah

pesyarikatan/perkongsian terdapat kecurangan yang menyebabkan salah satu

pihaknya dirugikan. Ini merupakan sifat dasar manusia. Oleh karena itu, untuk

meminimalisir kecurangan yang ada, perlu adanya rasa saling percaya, memegang

komitmen, juga bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan (dalam hal

pembiayaan) sehingga jika terdapat kendala dalam pelaksanaannya, tidak sampai

terjerat hukum.

B. PROSEDUR PEMBIAYAAN

4

Page 5: Pembiayaan

Dalam konteksnya, ada banyak sekali definisi yang berkaitan dengan

prosedur. Beberapa ahli pun turut andil dalam mengemukakan pendapat mengenai

definisi prosedur ini. Menurut Muhammad Ali, prosedur adalah tata cara kerja

atau cara menjalankan suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Amin Widjaja

prosedur adalah sekumpulan bagian yang saling berkaitan. Jadi, prosedur adalah

rangkaian tugas yang saling berkaitan dan tersusun secara teratur yang berisi

tentang tata cara dalam menjalankan suatu pekerjaan.

Dalam menjalankan sebuah prosedur, terdapat etika atau aturan-aturan

khusus yang harus dipatuhi dan dilaksanakan. Hal tersebut dimaksudkan agar

tujuan yang sudah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif dan efisien juga untuk

menghindari resiko yang mungkin terjadi. Prosedur sendiri dapat berupa tulisan

maupun lisan.

Dalam pelaksanaanya, pembiayaan memiliki prosedur yang harus dipenuhi,

yaitu:

1. Persiapan

Persiapan dalam pembiayaan adalah tahap awal yang sangat penting

terutama bagi pihak nasabah yang baru pertama kali mengajukan

permohonan pembiayaan ke bank. Informasi yang diberikan pihak bank

antara lain tentang tata cara pengajuan pembiayaan, dan syarat-syarat untuk

memperoleh fasilitas pembiayaan.

Dalam hal ini, tentu pihak bank akan menggali informasi lebih

mengenai nasabah, baik dengan wawancara ataupun meminta bahan tertulis

secara langsung kepada pihak yang bersangkutan. Informasi tersebut harus

memiliki gambaran yang valid tentang kondisi sauatu usaha calon nasabah

yang menyangkut besarnya usaha, besarnya pembiayaan yang diminta,

tujuan penggunaan dari biaya tersebut, lokasi usaha, jaminan dan

kelengkapan surat-suratnya (legalitas), serta peralatan yang dimiliki.

Biasanya pihak bank akan memberikan formulir permohonan

pembiayaan kepada calon nasabah dimana terdapat keterangan informasi

yang diperlukan oleh pihak bank. Dari data-data yang telah dikumpulkan,

5

Page 6: Pembiayaan

baik melalui wawancara maupun tertulis, kemudian pihak bank akan

mengolahnya menjadi laporan pengenalan proyek.4

Laporan permohonan pembiayaan biasanya memuat hal-hal berikut:

Keterangan (alasan) mengenai permohonan pembiayaan yang

diminta.

Keterangan mengenai pembiayaan yang diminta.

Gambaran usaha 3 tahun yang lalu.

Rencana atau proyek usaha 3 tahun mendatang (jika pembiayaan

diberikan).

Formulir tersebut harus ditanda-tangani oleh pemohon pembiayaan

disertai cap perusahaan kemudian pihak bank akan menerima dan

mencatatnya dalam agenda surat masuk untuk diproses lebih lanjut.

2. Analisis Pembiayaan

Analisis pembiayaan yang dilakukan oleh account officer dari suatu

lembaga keuangan yang level jabatannya sebagai level seksi atau bakhan

committe (tim) ysng ditugaskan untuk menganalisis permohonan

pembiayaan. Analisis pembiayaan ini dilakukan dengan tujuan pembiayaan

yang dilakukan mencapai sasaran dan aman.

Dalam tahap ini terdapat penilaian mendalam tentang keadaan usaha

atau proyek pemohon pembiayaan tersebut meliputi berbagai aspek,

diantaranya:

a) Aspek manajemen dan organisasi

b) Aspek pemasaran

c) Aspek teknis

d) Aspek keuangan

e) Aspek hokum/yuridis

f) Aspek sosial-ekonomi5

4 Ayus Ahmad dan Absul Aziz, Manajemen Operasional Bank Syariah, (Cirebon: STAIN Press, 2009). h. 222-223. 5 Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 223-231.

6

Page 7: Pembiayaan

3. Analisis Pembiayaan dalam Praktik

Analisis untuk pembiayaan merupakan hal yang penting untuk realisasi

pembiayaan dalm perbankan syariah. Analisis dikerjakan oleh aparat

pelaksana khusus. Pada dasarnya untuk meneliti apakah usaha tersebut

telah memenuhi prinsip perbankan syariah atau tidak, serta dimaksudka

untuk :

Menilai kelayakan calon usaha peminjam.

Meminimalisir atau menekan resiko akibat tidak terbayarnya

pembiayaan.

Menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak.

Untuk mempertimbangkan pemberian pembiayaan kepada customer,

terdapat persyaratan yang harus dipenuhi, yang dikenal dengan prinsip

6C’s, yaitu:

Character

Capital

Capacity

Collateral

Condition of Economy

Constraints6

4. Tahap Keputusan Pembiayaan

Atas hasil laporan analisis pembiayaan, maka pihak bank melalui

pemutus pembiayaan, baik berupa seorang pejabat yang ditunjuk atau

pimpinan bank tersebut dapat memutuskan apakah pembiayaan tersebut

layak untuk diberi pembiayaan atau tidak. Jika tidak, maka permohonan

tersebut harus segera ditolak. Penolakan biasanya secara tertulis dengan

disertai beberapa alasan secara diplomatis namun cukup jelas. Andaikata

permohonan dikabulkan, maka segera dituangkan dalam surat keputusan

pembiayaan. Biasanya disertai beberapa persyaratan tertentu. Adapun surat

tersebut berisi :6 Ibid, h. 234-238

7

Page 8: Pembiayaan

Nama dan alamat perusahaan;

Nama dan alamat pimpinan;

Jenis pembiayaan;

Tujuan penggunaannya;

Tempo/jangka waktu;

Cara penarikan;

Cara pengambilan;

Margin;

Masa tenggang;

Jaminan yang diberikan serta nilainya;

Pengikat jaminan dan syarat lainnya.

Di akhir surat tersebut dicantumkan tanda tangan dan nama jelas,

dilengkapi dengan tempat dan tanggal penandatanganan. Pemutus

pembiayaan adalah seorang pejabat bank atau komite khusus yang diberi

wewenang untuk tugas tersebut. Kewenangan memutus seseorang belum

tentu sama dengan yang lainnya, tergantung tingkat jabatan, kedudukan,

dan pangkatnya. Untuk pembiayaan-pembiayaan yang relatif besar,

keputusan pembiayaan biasanya dipegang oleh pimpinan atau direksi bank

tersebut, bahkan mungkin diputus oleh lebih dari satu orang pemutus yang

merupakan komite atau panitia pemutus, termasuk melibatkan anggota

komisaris dari bank tersebut.

Analisis: Dalam sebuah kegiatan, pastilah terdapat proses atau prosedur

dan etika yang mengikat yang dimaksudkan untuk menjamin kelancaran dari

kegiatan tersebut, tak terkeceuali pada proses pembiayaan. Prosedur sendiri adalah

sebuah rangkaian tugas yang saling berkaitan satu sama lainnya yang tersusun

secara tertatur berisi tentang tata cara untuk menjalankan suatu pekerjaan.

Dalam proses pembiayaan, beberapa prosedur yang harus dijalani meliputi

persiapan, analisis, dan tahap pengambilan keputusab pembiayaan. Prosedur ini

tersusun secara sistematis guna mengurangi resiko yang mungkin terjadi,

8

Page 9: Pembiayaan

misalnya si peminjam yang enggan membayar atau mengembalikan uang yang

dipinjam dari bank syariah.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam tahap persiapan pembiayaan,

yaitu bank syariah harus bisa mendapatkan informasi valid sebanyak-banyaknya

tentang kondisi dari nasabah/peminjam uang. Kondisi tersebut meliputi besarnya

usaha, besarnya pembiayaan yang diminta, tujuan penggunaan dari biaya tersebut,

lokasi usaha, jaminan dan kelengkapan surat-suratnya (legalitas), serta peralatan

yang dimiliki. Informasi bisa didapatkan melalui wawancara atau dengan tertulis

melalui pengisian formulir.

Data-data dan informasi yang sudah didapat kemudian akan dianalisis apakah

usaha pemohon pembiayaan untuk ditentukan apakah usaha tersebut layak untuk

dibiayai atau tidak. Analisis tersebut dapat melalui berbagai aspek, diantaranya

aspek manajemen dan organisasi, aspek pemasaran, aspek keuangan, teknis

pelaksanaan usaha, aspek hukum, juga aspek sosial-ekonomi yang menunjukkan

dampak yang akan diberikan oleh usaha tersebut.

9