Pembesaran Tonsil Kaitan Umur Dan Jenis kelamin Pembesaran kripta

download Pembesaran Tonsil Kaitan Umur Dan Jenis kelamin Pembesaran kripta

of 2

description

laporan tutorial blok 17.1

Transcript of Pembesaran Tonsil Kaitan Umur Dan Jenis kelamin Pembesaran kripta

  • JUMP 3

    KAITAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KELUHAN

    Faktor umur juga berperan dalam terjadinya OMA. Peningkatan insidens OMA pada bayi dan

    anak-anak kemungkinan disebabkan oleh struktur dan fungsi tidak matang atau imatur tuba

    Eustachius. Selain itu, sistem pertahanan tubuh atau status imunologi anak juga masih

    rendah. Insidens terjadinya otitis media pada anak laki-laki lebih tinggi dibanding dengan

    anak perempuan.

    Kerschner, J.E., 2007. Otitis Media. In: Kliegman, R.M., ed. Nelson Textbook of Pediatrics.

    Edisi ke-18. USA: Saunders Elsevier.

    DERAJAT PEMBESARAN TONSIL

    Standart untuk pemeriksaan tonsil berdasarkan pemeriksaan fisik diagnostik diklasifikasikan

    berdasarkan ratio tonsil terhadap orofaring (dari medial ke lateral) yang diukur antara pilar

    anterior kanan dan kiri. T0: Tonsil terletak pada fosa tonsil, T1: 25%50%75%

    Brodsky L, Poje C.2006. Tonsillitis, tonsilectomy and Adenoid, In : Bailey BJ, Jhonson JT,

    Head and Neck Surgery Otolaryngology. Vol 2, Edisi ke-4. Philadelpia: Lippincott Williams

    & Wilkins

    JUMP 7

    KAITAN PENUTUPAN TUBA AUDITIVA DENGAN KELUAR SEKRET

    Normalnya lapisan mukosa pada telinga tengah menyerap udara pada telinga tengah, namun

    jika udara tidak dapat dialirkan karena adanya obstruksi relatif tuba eusthachius maka akan

    terjadi tekana negative dan menimbulkan effuse serosa. Efusi ini pada telinga tengah

    merupakan media yang fertile untuk perkembangbiakan mikroorganisme dan dengan adanya

    infeksi saluran napas atas dapat terjadi invasi virus dan bakteri ke telinga tengah,

    berkolonisasi dan menyerang jaringan dan menimbulkan infeksi. Kemudian akan terjadi

    migrasi leukosit ke tempat infeksi. Leukosit akan melawan bakteri penyebab infeksi. Sebagai

    akibatnya terbentuk pus. Pus ini semakin lama semakin menumpuk di dalam telinga tengah

    dan bisa menekan membran timpani sehingga terjadi perforasi membran timpani.

    Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi, E.A.,

    ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi ke-6.

    Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

    KRIPTA MELEBAR

    Pada tonsilitis kronis, terjad proses peradangan tonsil yang sifatnya berulang. Karena proses

    radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis,

    sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan

  • mengalami pengerutan sehingga kripta melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh

    detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan

    perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris.

    Kartosoediro, S., Rusmarjono, 2007. Nyeri Tenggorok. Dalam: Soepardi, E.A., Iskandar, N.,

    Bashiruddin, J., Restudi, R.D., Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam.

    Jakarta: Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia.

    KONTRAINDIKASI TONSILEKTOMI

    Terdapat beberapa keadaan yang disebut sebagai kontraindikasi, namun bila sebelumnya dapat

    diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan tetap memperhitungkan imbang manfaat dan risiko.

    Keadaan tersebut yakni: gangguan perdarahan, risiko anestesi yang besar atau penyakit berat,

    anemia, dan infeksi akut yang berat.

    TEKNIK OPERASI TONSILEKTOMI

    Pengangkatan tonsil pertama sebagai tindakan medis telah dilakukan pada abad 1 Masehi

    oleh Cornelius Celsus di Roma dengan menggunakan jari tangan. Di Indonesia teknik

    tonsilektomi yang terbanyak digunakan saat ini adalah teknik Guillotine dan diseksi. Diseksi:

    Dikerjakan dengan menggunakan Boyle-Davis mouth gag, tonsil dijepit dengan forsep dan

    ditarik ke tengah, lalu dibuat insisi pada membran mukus. Dilakukan diseksi dengan disektor

    tonsil atau gunting sampai mencapai pole bawah dilanjutkan dengan menggunakan senar

    untuk menggangkat tonsil. Guilotin: Tehnik ini sudah banyak ditinggalkan. Hanya dapat

    dilakukan bila tonsil dapat digerakkan dan bed tonsil tidak cedera oleh infeksi berulang.

    Elektrokauter: Kedua elektrokauter unipolar dan bipolar dapat digunakan pada tehnik ini.

    Prosedur ini mengurangi hilangnya perdarahan namun dapat menyebabkan terjadinya luka

    bakar. Laser tonsilektomi: Diindikasikan pada penderita gangguan koagulasi. Laser KTP-512

    dan CO2 dapat digunakan namun laser CO2 lebih disukai.tehnik yag dilakukan sama dengan

    yang dilakukan pada tehik diseksi

    Kartosoediro, S., Rusmarjono, 2007. Penyakit Serta Kelainan Faring & Tonsil. Dalam:

    Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restudi, R.D., Telinga Hidung Tenggorok

    Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia