PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN...

80
PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI KEPALA PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN CEDERA KEPALA RINGAN DI RUANG KANTHIL RUMAH SAKIT DAERAH KARANGANYAR DI SUSUN OLEH: HENDRID WAHYU SAPUTRO NIM. P. 13089 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Transcript of PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN...

Page 1: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN SKALA

NYERI KEPALA PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN

CEDERA KEPALA RINGAN DI RUANG KANTHIL RUMAH

SAKIT DAERAH KARANGANYAR

DI SUSUN OLEH:

HENDRID WAHYU SAPUTRO

NIM. P.13089

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 2: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN SKALA

NYERI KEPALA PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN

CEDERA KEPALA RINGAN DI RUANG KANTHIL RUMAH

SAKIT DAERAH KARANGANYAR

KaryaTulisIlmiah

UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan

DalamMenyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

HENDRID WAHYU SAPUTRO

NIM. P.13089

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 3: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

ii

Page 4: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

iii

Page 5: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena

berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya

tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian Bantal pada leher terhadap penurunan skala

nyeri kepala pada pasien cedera kepala ringan di RSUD Karanganyar”.

Dalam penyusuhan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya

kepada yang terhormat :

1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M. Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

selaku Ketua STIkes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan

kesempatan untuk menimba ilmu di STIkes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ns. Meri Oktariani M. Kep, selaku Ketua Progam Studi DIII keperawatan

yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

3. Ns. Alfyana Nadya R. M. Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII

keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns,selaku pembimbing sekaligus sebagai penguji II

yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan -masukan,

inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi

sempurnanya studi kasus ini.

5. Ns. Fakhrudin Nasrul Sani, M.Kep, selaku penguji I yang telah memberi

banyak masukan dan saran, serta memberikan motivasi pada penulis untuk

menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.

6. Semua dosen program studi DIII keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

Page 6: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

v

7. Kedua orangtuaku (Samidi dan Sukarni) yang selalu memberikan kasih

sayang, dukungan dan do’a serta menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan pendidikan DIII Keperawatan.

8. Teman – teman mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3B progam studi

DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta, Mursini the kos,

Midwife, Stone foto copy, siva ahmad dan berbagai pihak yang tidak mampu

penulis sebutkan satu – persatu, yang memberikan dukungan.

Semoga laporan karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan

ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta,10 Mei 2016

Hendrid Wahyu S

Page 7: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

vi

DAFTAR ISI

Halama n

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ............................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv

DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang ................................................................................... 1

B. Tujuan ............................................................................................... 4

C. Manfaat ............................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TinjauanTeori .................................................................................... 6

1. CederaKepala ............................................................................ 6

2. NyeriKepala ............................................................................... 18

B. KerangkaTeori ................................................................................... 24

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjekaplikasiriset ............................................................................ 25

B. Tempatdanwaktu ............................................................................... 25

C. Media danalat yang digunakan .......................................................... 25

D. Prosedurtindakanberdasarkanaplikasiriset ........................................ 25

E. Alatukurevaluasitindakanaplikasiriset............................................... 26

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Pengkajian ......................................................................................... 27

B. Perumusanmasalah ............................................................................ 35

C. Intervensi ........................................................................................... 36

D. Implementasi ..................................................................................... 37

E. Evaluasi ............................................................................................. 42

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian ......................................................................................... 47

B. Diagnosa ............................................................................................ 52

Page 8: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

vii

C. Intervensi ........................................................................................... 54

D. Implementasi ..................................................................................... 56

E. Evaluasi ............................................................................................. 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ....................................................................................... 65

B. Saran ................................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 9: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Gambar 1.2Verbal Descriptor Scale .................................................................. 20

2 Gambar 2.2 Skala Intensitas Nyeri Numeri ....................................................... 21

3 Gambar 3.2Visual Analog Scale ........................................................................ 22

4 Gambar4.2Skala Nyeri Muka............................................................................. 22

5 Gambar5.2 Kerangka Teori ................................................................................ 24

6 Gambar5.3Skala nyeri numeric .......................................................................... 26

Page 10: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Usulan Judul

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi

Lampiran 3 : Surat Pernyataan

Lampiran 4 : Jurnal Utama

Lampiran 5 : Asuhan Keperawatan

Lampiran 6 : Log Book

Lampiran 7 : Pendelegasian

Lampiran 8 : Lembar Observasi

Lampiran 9 : SOP PemberianBantalPadaLeher

Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup

Page 11: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Data dari World Health Organization (WHO) padatahun 2013 terjadi

kematian yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas dengan jumlah 2500

kasus. Di Amerika Serikat, kejadian cidera kepala setiap tahun diperkirakan

mencapai 500.000 kasus dengan prevalensi kejadian 80% meninggal dunia

sebelum sampai rumah sakit, 80% cidera kepala ringan, 10% cidera kepala

berat, dengan rentang kejadian 15-44 tahun. Persentase dari kecelakaan lalu

lintas tercatat sebesar 48-58% di peroleh dari cedera kepala, 20-28% dari

jatuh dan 3-9% disebabkan tindak kekerasan dan kegiatan olahraga

(WHO, 2013).

Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor empat di

dunia dengan resiko 50% yang berakhir pada kematian. Data kecelakaan lalu

lintas yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2011

menunjukkan bahwa dari 104.824 kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak

89.896 kasus mengalami luka ringan, 67.098 kasus mengalami luka berat dan

29.992 kasus berakhir pada kematian. Di Jawa Tengah sendiri terdapat 749

kasus berakhir pada kematian (Suara Merdeka, 2013).

Masalah yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas akan menyebabkan

cedera kepala yang dapat merusak tulang cranium. Rusaknya tulang cranium

yang merupakan pelindung otak, dapat mengakibatkan resiko trauma pada

Page 12: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

2

otak. Jika otak mengalami kerusakan, maka tidak hanya gangguan fisik

dan psikologis saja yang terjadi tetapi dapat berakhir pada kematian

(Price dan Wilson, 2005).Kegawatan yang disebabkan cedera kepala

dapat mengakibatkan peningkatan intracranial dengan gejala tekanan darah

sistemik yang tinggi, bradikardi, muntah proyektil dan nyeri kepala hebat

(Brunner &Suddarth, 2006).

Nyeri pada cedera kepala ringan merupakan masalah yang harus di

tangani.Nyeri kepala setelah trauma merupakan bagian dari sindrom pasca

trauma yang meliputi dizziness, kesulitan konsentrasi, gelisah, perubahan

kepribadian dan insomnia. Jika nyeri tidak ditangani akan menimbulkan

perasaan tidak nyaman yang berpengaruh terhadap aktivitas, tidak

terpenuhinya kebutuhan dasar, bahkan dapat berdampak pada factor

psikologis, seperti : menarik diri, menghindari percakapan, dan menghindari

kontak dengan orang lain (Potter dan Perry, 2006). Melaporkan nyeri kepala

post trauma kepala dapat menyebabkan kelemahan, pusing, mual, tidak

konsentrasi dan insomnia (Moscatodkk, 2005). Penatalaksanaan untuk

menurunkan nyeri cedera kepala dapat dilakukan dengan cara non

farmakologi seperti terapi komplementer. Terdapat dua jenis terapi

komplementer yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri kepala yaitu

behavioral treatmenseperti latihan relaksasi, hipnoterapi, latihan

biofeedbackdan terapi fisik seperti akupuntur atau transcutaneous electric

nerve stimulation(Machfoed dan Suharjanti, 2010).

Page 13: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

3

Pasien dengan nyeri kepala cenderung akan mengalami kecemasan

dan merasa tidak nyaman, hal tersebut dapat diatasi dengan memberikan

tindakan farmakologi maupun non farmakologi serta memberikan penjelasan

mengenai penyebab, mekanisme, dan perjalanan penyakit dari gejala – gejala

yang dialami oleh pasien. Salah satu tindakan non farmakologi untuk

mengurangi nyeri kepala yaitu dengan memberikan bantal pada leher

sehingga nyeri kepala bisa berkurang.Penatalaksanaan nyeri kepala pada

cedera kepala ringan dapat dilakukan dengan pemberian obat – obatan

(farmakologis) meskipun manfaatnya relative terbatas.Selain itu dapat

dilakukan upaya non farmakologis seperti kompres hangat, traksi leher, colar,

dan bantal pada leher yang mempunyai tujuan untuk mengurangi kontraksi

otot – otot leher yang secara sekunder bisa meningkatkan masalah nyeri

(Japardi, 2006).

Hasil wawancara di rumah sakit umum daerah karanganyar bahwa

manajemen nyeri di bangsal kantil dilakukan dengan pemberian obat-obatan

farmakologis meskipun manfaatnya relative terbatas.Perawat belum

mengaplikasikan secara maksimal manejemen non farmakologi untuk

mengatasi nyeri pasien.Manajemen nyeri non farmakologi yang mudah

diaplikasikan untuk mengatasi nyeri kepala pada pasien cedera kepala ringan

dengan pemberian bantal pada leher.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

melakukan pengelolaan Asuhan Keperawatan yang dituangkan dalam Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Bantal Pada Leher Terhadap

Page 14: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

4

Penurunan Skala Nyeri Kepala Pada Asuhan Keperawatan Ny.S dengan

Cedera Kepala Ringan di Ruang Kantil RSUD Karanganyar.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengaplikasikan pemberian bantal pada leher terhadap penurunan skala nyeri

kepala pada asuhan keperawatan Ny. S dengan cedera kepala ringan di

Ruang Kantil RSUD Karanganyar.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu mengkaji Ny. S dengan cidera kepala ringan.

b. Penulis mampu mendiagnosa pada Ny. S dengan cidera kepala ringan.

c. Penulis mampu melakukan rencana pada Ny. S dengan cidera kepala

ringan dengan nyeri.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan cidera

kepala ringan.

e. Penulis mampu mengevaluasi pada Ny. S kepala dengan cidera kepala

ringan apakah sudah berhasil atau belum.

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi bantal pada leher

terhadap Ny. S pada asuhan keperawatan cedera kepala ringan dengan

nyeri.

Page 15: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

5

C. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis sebagai berikut :

1. Bagi pasien

Sebagaireferensidalammembantumenurunkannyeridanmemberikanpilihandala

mpenangananciderakepalaringandenganmenerapkanteknikterapibantaldala

mkehidupansehari – hari.

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai referensi salah satu alternative untuk menurunkan nyeri yang dapat di

implementasikan pada pasien cidera kepala ringan.

3. Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan

Sebagai referensi dalam pengembangan dan peningkatan pelayanan ke

perawatan preservice.

4. Bagi penulis

Sebagai referensi dalam mengaplikasikan ilmu dan meningkatkan pengalaman

dalam mengelola nyeri di bidang keperawatan.

Page 16: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Cedera Kepala

a. Pengertian

Cedera kepala atau brain injury adalah salah satu bentuk trauma

yang mengubah kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan

fisik, emosi dan pekerjaan.Cedera kepala juga merupakan gangguan

traumatic yang dapat menimbulkan perubahan fungsi otak (Musliha,

2013).Cedera kepala ringan dapat menyebabkan terjadinya penurunan

kesadaran kurang dari 30 menit, dengan skor Glasgow coma scale

(GCS) lebih dari 13. Cedera kepala juga dapat mengakibatkan amnesia

setelah trauma kurang dari 24 jam (Carpenito, 2008).

b. Etiologi

Etiologi terjadinya cedera kepala yaitu :

a. Kecelakaan lalu lintas

b. Jatuh

c. Trauma benda tumpul

d. Kecelakaan kerja

e. Kecelakaan rumah tangga

Page 17: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

7

f. Kecelakaan olah raga

g. Trauma tembak dan pecahan bom

c. Klasifikasi

a. Berdasarkan keparahan cedera :

1) Cedera kepala ringan

a) Tidak ada fraktur tengkorak

b) Tidak ada kontusio serebri, hematom

c) GCS 13 – 15

d) Dapat terjadi kehilangan kesadaran tapi > 30 menit

2) Cedera kepala sedang (CKS)

a) Kehilangan kesadaran (amnesia) > 30 menit tapi < 24 jam

b) Muntah

c) GCS 9 – 12

d) Dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan

(bingung)

3) Cedera kepala berat

a) GCS 3-8

b) Hilang kesadaran>24 jam

c) Adanya kontusio serebri, laserasi / hematoma intracranial

b. Menurut jenis cedera

1) Cedera kepala terbukadapat menyebabkan fraktur pada

tulang tengkorak dan jaringan otak.

Page 18: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

8

2) Cedera kepala tertutup dapat disamakan dengan keluhan

geger otak ringan dan oedem serebral yang luas.

d. Patofisiologi

Pada umumnya cedera kepala dapat diakibatkan karena terjatuh,

kecelakaan, dipukul atau tertimpa beban yang pada akhirnya

menyebabkan terjadinya trauma tumpul pada otak. Otak pada keadaan

normal akan mensuplai oksigen dan nutrisi keseluruh tubuh. Pada

cedera kepala akan mengalami trauma yang mengakibatkan otak tidak

mampu mensulpai oksigen, sehingga otak tidak mempunyai cadangan

oksigen dan bahan bakar metabolism otak berkurang. Keadaan inilah

yang menyebabkan terjadinya hipoksia. Pada saat otak mengalami

hipoksia, tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui

proses metabolic anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh

darah. Dilatasi pembuluh darah menyebabkan asidosis metabolic yang

menurunkan fungsi tubuh seperti gangguan berkomunikasi.Gangguan

ini disebabkan karena terjadi obstruksi jalan nafas yang menghambat

saraf vagus untuk berfungsi secara normal. Obstruksi tersebut dapat

juga menghambat pasien susah menelan dan mengakibatkan pola nafas

tidak efektif.

Cedera kepala juga mengakibatkan peningkatan tekanan

intracranial yang dapat menyebabkan auto regulasi penurunan aliran

darahke otak. Ketika aliran darah ke otak menurun maka akan terjadi

penurunan kesadaran, aktifitas dan latihan pasien. Cedera kepala dapat

Page 19: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

9

menyebabkan perlukaan lapisan cranial dan menyebabkan terjadi

laserasi terjadi maka akan mengakibatkan terserang kuman sehingga

akan menyebabkan risiko infeksi dan nyeri (Smeltzer, 2006).

e. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik pada cedera kepala adalah (Setiawan dan Intan,

2010) :

a. Hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit hilangnya fungsi

neurologi atau menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan

keruskan lainnya

b. Amnesia pasca cedera kurang dari 24 jam

c. Mual

d. Muntah

e. Nyeri kepala terjadi karena peningkatan tekanan intracranial yang

disebabkan karena edema serebri maupun perdarahan atau

hematoma serebral

f. vertigo

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada cedera kepala meliputi ( Setiawan dan Intan,

2010) :

a. Non medis

1) Resusitasi airway (jalan nafas), breathing (pernafasan),

circulasi (sirkulasi)

Page 20: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

10

2) Tirah baring

3) Observasi kesadaran

4) Perawatan luka

5) Posisi tidur 30ᵒ.

b. Medis

1) Terapi diuretic (hiperosmoler) : mannitol atau cairan yang

osmotic.

2) Terapi NaCl 0,9% atau RL untuk keseimbangan cairan dan

elektrolit

3) Terapi barbiturate : diberikan pada pasien dengan peningkatan

tekanan intracranial yang refrakter tanpa cedera difusi.

4) Pasien kejang : Berikan terapi diazepam 10 mg iv, dilanjutkan

fenitoin 200 mg per oral, selanjutnya diberikan fenitoin 3x100

mg/hari.

5) Demam : diberikan antipiretika.

6) Terapi analgetik : diberikan keterolac dosis 30 mg/ 8 jam untuk

penatalaksanaan jamgka pendek nyeri akut atau derajat sedang

– berat.

g. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada cedera kepala meliputi tahap – tahap

(Musliha, 2010):

1. Pengkajian

a. Airway (jalan nafas)

Page 21: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

11

1) Adakah sumbatan atau penumpukan secret

2) Wheezing atau kreleks

b. Breating (pernafasan)

1) Sesak nafas dengan aktifitas ringan atau istirahat

2) RR≥ 24 x/menit, irama ireguler, dangkal

3) Ronchi, krekels

4) Ekspansi dada tidak penuh

5) Kesulitan bernafas, kipas udara, diaforesis, sianosis

6) Penggunaan alat bantu nafas

c. Circulation (sirkulasi)

1) Nadi lemah, tidak teratur

2) Takikardi

3) TD meningkat atau menurun

4) Edema

5) Gelisah

6) Akral dingin

7) Kulit pucat, sianosis

8) Output urine menurun

d. Disability (cacat)

Mengkaji keadaan neurologis atau tingkat kesadaran klien

dengan Skala Koma Glasgow.

GCS 13 – 15 : Cedera kepala ringan

GCS 9 – 12 : Cedera kepala sedang

Page 22: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

12

GCS 3 – 8 : Cedera kepala berat

e. Exposure (pencahayaan)

Buka keseluruhan pakaian penderita yang mengaggu

pernafasan klien dan juga untuk mengetahui atau mengevaluasi

penderita terhadap area luka(Musliha, 2010).

2. Pemeriksaan penunjang

a. Spinal X ray : membantu menentukan lokasi terjadinya trauma

dan efek yang terjadi (perdarahan atau rupture atau fraktur)

b. CT Scan : memperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi

hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia serta

posisinya secara pasti.

c. Myelogram : dilakukan untuk menunjukan vertebrae dan

adanya bendungan dari spinal aracknoid jika dicurigai.

d. MRI : dengan menggunakan gelombang magnetic untuk

menentukan posisi secara besar / luas terjadinya perdarahan

otak.

e. Thorak X ray : untuk mengidentifikasi keadaan pulmo

f. Analisa Gas Darah : menunjukkan efektifitas dari pertukaran

gas dan usaha pernafasan.

3. Diangnosa Keperwatan

Diangnosa keperawatn yang dapat muncul pada cedera kepala

adalah (Nanda NIC-NOC, 2013)

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi

Page 23: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

13

b. Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan

obstruksi jalan nafas

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedar fisik

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum

e. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

perubahan turgor

4. Intervensi

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi

Tujuan : setelah dilkukan keperawatan diharapkan pola nafas

efektif

Kriteria hasil

1) Jalan nafas bersih

2) Tidak ada sesak

3) Pola nafas efektif

4) Pernafasan dalam batas

Rencana tindakan :

1) Hitung pernafasa pasien dalam satu menit.

Rasional : pernafasan yang cepat dari pasien dapat

menimbulkan alkalosis respiratorik dan pernafasan lambat

meningkatkan tekanan PaCO2 dan menyebabkan

asidosisrespiratorik

Page 24: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

14

2) Cek pernafasan

Rasional : untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam

pemberian tidal volume.

3) Observasi inspirasi dan ekspirasi

Rasional : fase ekspirasi biasanya 2x lebih panjang dari

inspirasi, tetapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi

terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas.

4) Perhatikan kelembaban dan suhu pasien

Rasional : keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi

sehingga menjadi kentel dan meningkatkan resiko infeksi.

5) Cek ulang selang ventilator setiap waktu (15 menit)

Rasional : tidak adekuatnya pengaliran volume dan

menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

obstruksi jalan nafas

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

masalah ketidakefektifan jalan nafas kembali efektif

Kriteria hasil

1) Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas

bersih / jelas.

2) Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan

nafas mis : batuk efektif dan mengeluarkan secret.

Page 25: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

15

Rencana tindakan

1) Kaji dengan ketat (tiap 15 menit)

Rasional : obstruksi dapat disebabkan pengumpulan sputum,

perdarahan.

2) Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam)

Rasional : pergerakan yang simetris dan suara nafas yang

bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak

adanya penumpukan sputum.

3) Lakukan pengisapan lender dengan kurang waktu dari 15

detik bila sputum banyak.

Rasional : untuk menghindari obstruksi jalan nafas

4) Lakukan fisioterapi dada

Rasional : meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru

dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

masalah nyeri dapat teratasi.

Kriteria hasil :

1) Ekspresi wajah pasien rilek / tidak meringis kesakitan

2) Nyeri dapat berkurang atau hilang

3) Pasien mampu mengontrol nyeri

Page 26: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

16

Rencana tindakan :

1) Berikan posisi yang nyaman

Rasional : untuk mengetahui status dan perkembangan nyeri

pasien

2) Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

Rasional : mengetahui status TTV pasien

3) Observasi tingkat nyeri dan respon motorik

Rasional : untuk mengurangi nyeri dan pasien rilek

4) Kolaborasi dengan tim medis tentang pemberian analgesic

Rasional : mengurangi intensitas nyeri

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

pasien dapat beraktifitas tanpa mengalami kelemahan.

Kriteria hasil :

1) Pasien dapat berpatisipasi dalam aktifitas fisik tanpa

disertai peningkatan tekanan darah, nadi, dan RR

2) Mampu melakukan aktifitas secara mandiri.

Rencana tindakan :

1) Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada

pasien

Rasional : penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan

meningkatkan kerjasama yang dilakukan pada pasien

dengan kesadaran penuh atau menurun.

Page 27: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

17

2) Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan diri

Rasional : untuk meningkatkan rasa nyaman, mencegah

infeksi dan keindahan.

3) Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan

cairan

Rasional : untuk memberikan kebutuhan pasien baik jumlah

kaloro dan waktu.

4) Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan

untuk menjaga lingkungan yang aman dan bersih.

Rasioanal : keluarga dapat memahami peraturan yang ada di

ruangan.

e. Risiko tinggi gangguan integeritas kulit berhubungan dengan

imobilisasi, tidak adekuat sirkulasi perifer

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi

gangguan integritas kulit

Kriteria hasil : kulit tidak terlihat adanya gangguan integritas kulit

Rencana tindakan

1) Kaji fungsi motorik dan sensorik

Rasional : menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada

kulit

2) Kaji kulit pasien setiap 8 jam

Rasional : palpasi pada daerah yang terkekan

Page 28: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

18

3) Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien

Rasional : keadaan lembab akan memudahkan terjadinya

kerusakan kulit (Nanda NIC-NOC, 2013).

2. Nyeri Kepala

a. Pengertian

Nyeri merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan baik

sensori maupun emosional yang berhubungan dengan risiko atau

aktualnya kerusakan jaringan tubuh (Judha dkk, 2012).Nyeri adalah

suatu mekanisme proteksi bagi tubuh yang timbul ketika jaringan

sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk

menghilangkan rasa nyeri (Prasetyo, 2010).Nyeri adalah suatu

ketidakyamanan, bersifat subyektif, sensori, dan pengalaman

emosional yang dihubungkan dengan aktual dan potensial untuk

merusak jaringan atau digambarkan sebagai sesuatu yang merugikan

(Monahan, Sands, Neighbors, Marek, & Green, 2007).

Nyeri kepala menurut The Internasional Association for the

Study of Pain (IASP), dalam Black dan Hawks adalah pengalaman

sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan karena kerusakan

atau potensial kerusakan jaringan otak.Nyeri kepala diklasifikasikan

atas nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder.Nyeri kepala

primer adalah nyeri kepala yang tanpa disertai adanya penyebab

structural organic.Jenis nyeri kepala ini diantaranya migraine, nyeri

Page 29: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

19

kepala tension dan nyeri kepala cluster. Sedangkan nyeri kepala

sekunder merupakan nyeri kepala yang disertai adanya perubahan

strutur organic otak, misalnya nyeri kepala karena trauma kepala atau

postrauma headache, infeksi otak atau penyakit lainnya (Prasetyo,

2010)

b. Klasifikasi nyeri

Nyeri diklasifikasikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Di bawah ini

akan dijelaskan tentang nyeri akut dan kronis tersebut.

a. Nyeri Akut

Nyeri akut didefinisikan sebagai suatu nyeri yang dapat dikenali

penyebabnya, waktunya pendek, dan diikuti oleh peningkatan

tegangan otot, serta kecemasan.Ketegangan otot dan kecemasan

tersebut dapat meningkatkan persepsi nyeri.Contohnya, adanya

luka karena cedera atau operapsi (Monahan, Neighbors, Sands,

Marek, & Green, 2007).

b. Nyeri kronis

Nyeri kronis didefinisikan sebagai suatu nyeri yang tidak dapat

dikenali dengan jelas penyebabnya. Nyeri ini kerap kali

berpengaruh pada gaya hidup klien. Nyeri kronis biasanya terjadi

pada rentang waktu 3-6 bulan (Monahan, Neighbors, Sands,

Marek, Green, 2007)

Page 30: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

20

c. Skala nyeri

Menurut Uliyah, dkk (2012) dalam buku Uliyah (2015) penilaian

klinis dari nyeri dapat dilakukan dengan skala pedeskripsi verbal,

penilaian numeric, dan skala analog visual.

a. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale)

VDS merupakan garis yang terdiri atas tiga sampai lima kata

pendeskrpsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang

garis. Pendeskripsian ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampai

terasa nyeri (nyeri yang tidak tertahankan).Pengukur menunjukkan

pada pasien skala tersebut atau memintanya untuk memilih

intensitas nyeri yang dirasakannya.

Gambar 2.1

b. Skala Intensitas Nyeri Numerik (Numerical Rating Scale)

NRS digunakan lebih sebagai pengganti atau pendamping

VDS, klien memberikan penilaiaan 0 sampai 10. Nyeri pasien akan

dikategorikan tidak nyeri (0). Nyeri sedang (1-3) secara objektif

pasien dapat berkomunikasi dengan baik. Nyeri ringan (4-6) secara

objektif klien mendesis, menyeringai, dan dapat mengikuti perintah

dengan baik.Nyeri berat (7-9) secara objektif klien terkadang tidak

Page 31: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

21

dapat mengikuti perintah tapi masih merespon terhadap tindakan,

dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat mendikripsikannya,

serta tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang, dan

distraksi.Nyeri hebat (10) pasien sudah tidak mampu

berkomunikasi atau memukul.

Gambar 2.2

c. Visual Analog Scale

Menurut McGuire dalam Potter& Perry (2005), VAS

merupakan alat pengukur tingkat nyeri yang lebih sensitive karena

pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian angka

yang menurut mereka paling tepat dalam menjelaskan tingkat nyeri

yang dirasakan pada satu waktu. VAS tidak melabelkan suatu

devisi, tapi terdiri dari sebuah garis lurus yang dibagi secara merata

menjadi 10 segmen dalam angka 0 sampai 10 dan memiliki alat

pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien diberitahu bahwa

menyatakan “tidak ada nyeri sama sekali” dan sepuluh menyatakan

“ nyeri paling parah” yang klien dapat bayangkan. Skala ini

memberikan kebebasan kepada pasien untuk mengidentifikasi

keparan nyeri.

Page 32: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

d. Skala Nyeri “Muka”

3. Penggunaan Bantal Pada Leher

a. Definisi

Penggunaan bantal pada

untuk mengurangi nyeri bagian kepala, dengan memberikan bantal

pada leher, yang diharapkan dapat menurunkan kontraksi otot

leher sehingga nyeri kepala bisa berkurang

b. Teknik Pengguanan Bantal Pada Leher

Penggunaan bantal pada leher diberikan dengan cara pemberian bantal

pada leher yang ketebalannya diatur sesuai dengan (kurus, sedang, dan

gemuk) yang dapat menopang leher dan kepala sehingga dalam satu

garis lurus dengan badan sehingga dapat mengurangi ras

ada. Posisi tidur yang dianjurkan adalah memakai bantal yang

Gambar 2.3

Skala Nyeri “Muka”

Gambar 2.4

Penggunaan Bantal Pada Leher

Penggunaan bantal pada leher adalah salah satu tindakan non farmakologi

untuk mengurangi nyeri bagian kepala, dengan memberikan bantal

pada leher, yang diharapkan dapat menurunkan kontraksi otot

leher sehingga nyeri kepala bisa berkurang

Teknik Pengguanan Bantal Pada Leher

Penggunaan bantal pada leher diberikan dengan cara pemberian bantal

pada leher yang ketebalannya diatur sesuai dengan (kurus, sedang, dan

gemuk) yang dapat menopang leher dan kepala sehingga dalam satu

garis lurus dengan badan sehingga dapat mengurangi ras

ada. Posisi tidur yang dianjurkan adalah memakai bantal yang

22

leher adalah salah satu tindakan non farmakologi

untuk mengurangi nyeri bagian kepala, dengan memberikan bantal

pada leher, yang diharapkan dapat menurunkan kontraksi otot-otot

Penggunaan bantal pada leher diberikan dengan cara pemberian bantal

pada leher yang ketebalannya diatur sesuai dengan (kurus, sedang, dan

gemuk) yang dapat menopang leher dan kepala sehingga dalam satu

garis lurus dengan badan sehingga dapat mengurangi rasa nyeri yang

ada. Posisi tidur yang dianjurkan adalah memakai bantal yang

Page 33: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

23

membuat posisi badan terhadap kepala adalah netral, tidak flexi

maupun ekstensi.

c. Prinsip dan Tujuan Teknik Pengguanan Bantal Pada Leher

Prinsip dan tujuan pengguanaan bantal pada leher yaitu posisi tidur

memakai bantal selimut bertujuan untuk mengistirahatkan otot-otot

leher maupun tulang belakang. Hal yang perlu diperhatikan ketika

tidur adalah simetris dan ergonomis. Simetris berarti otot leher kanan

dan kiri seimbang, sedangkan ergonomis berarti mencapai

keseimbangan fungsi otot. Dari uraian diatas dapat disimpulkan

bahwa pemakaian bantal pada leher pasien cedera kepala ringan

dengan GCS 15 terbukti efektif sebagai salah satu cara untuk

mengurangi nyeri kepala yang sering didapatkan pada cedera tersebut.

Pemberian bantal pada leher ini akan mengurangi kontraksi otot-otot

leher, kontraksi otot yang berkurang akan menurunkan iskemia otot

(Triasmara Wahyu, 2010).

Page 34: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

24

B. Kerangka Teori

(jitowiyono,2012; Sjamsuhidajat & De Jong, 2010 : Djohan, 2009)

Gambar 2.5 Kerangka Teori

� Kecelakaan

� Jatuh

� trauma

CKR

Nyeri

PemberianTerapi

Bantal Pada Leher

Penurunan Nyeri

� Ketidakefekti

fan pola nafas

� Intoleransi

Aktifitas

� Resiko tinggi

gangguan

integeritas

kulit

pemberian bantal

pada leher yang

dapat menopang

leher dan kepala

sehingga dalam satu

garis lurus dengan

badan sehingga

dapat mengurangi

nyeri

Page 35: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

25

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Tindakan dilakukan pada pasien cedera kepala ringan di Ruang Kanthil I

RSUD Karanganyar

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat : Ruang Kanthil I RSUD Karanganyar

2. Waktu : 4 Januari 2016 – 16 Januari 2016

C. Media dan Alat Yang Digunakan

Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan :

1. Bantal

2. Lembar observasi pengukuran skala nyeri

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset

Prosedur tindakan yang dilakukan yaitu :

Fase Orientasi :

1. Member salam atau menyapa klien

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan tindakan

4. Menjelaskan langkah prosedur

5. Menanyakan persetujuan atau kesiapan klien

Page 36: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

26

Fase Kerja :

1. Menyiapkan alat ( alat ukur nyeri Numerical Rating Scale (NRS), dan

bantal.

2. Mengatur posisi tidur pasien memakai bantal yang membuat posisi

badan terhadap kepala adalah netral, tidak flexi maupun extensi.

3. Melakukan pengukuran nyeri pada klien.

4. Pemberian bantal kepala ini dimulai dari 6 jam pertama.

5. Melakukan evaluasi nyeri pada klien.

6. Merapikan alat.

Fase Terminasi :

1. Mengevaluasi tindakan

2. Menyampaikan RTL

3. Berpamitan

4. Dokumentasi

E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset

Alat ukur yang digunakan mengevaluasi aplikasi riset dengan pengukuran

skala nyeri yaitu skala nyeri numeric (Judha, 2012).

Page 37: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

27

BAB IV

LAPORAN KASUS

Dalam bab ini menjelaskan Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Ny.

S dengan cedera kepala ringan.Pengkajian dimulai pada tanggal 4 Januari 2016,

jam 10.15 WIB. Data pengkajian pada kasus ini diperoleh dengan

caraautoanamnese, allowanamnesa, pengamatan, pengkajian fisik, menelaah

catatan medis, dan catatan perawat, sedangkan pengelolaan kasus dilakukan 3 hari

pada tanggal 4 – 6 Januari 2016. Asuhan Keperawatan ini berdasarkan dari

pengkajian, diangnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Dari data pengkajian didapatkan data identitas pasien, bahwa pasien

bernamaNy. S, alamat rumah di Wonorejo, bejen, Karanganyar, umur 32

tahun, agama islam, tingkat pendidikan SMP, pekerjaan sebagai wiraswasta,

status menikah, pasien masuk Rumah Sakit tanggal 3 Januari 2016, diagnosa

medis Cedera Kepala Ringan, di rawat di ruang bangsal Kantil RSUD

Karanganyar. Penanggung jawab pasien bernama Tn. R umur 33 tahun,

bekerja sebagai wiraswasta, hubungan dengan pasien sebagai suami.

Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Januari 2016 jam 10.15 WIB

dengan metode Allowanamnesa.Keluhan utama pasien adalah nyeri pada

kepala dan lehernya, P: nyeri karena terpeleset di lantai, Q: nyeri seperti di

Page 38: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

28

tusuk – tusuk, R: nyeri dibagian belakang kepala sampai leher, S: skala nyeri

5, T: nyeri hilang timbul. Riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan pada

tanggal 1 Januari 2016 saat mau membersihkan rumahnya pasien terpeleset

dilantai halaman rumahnya, kepala bagian belakang pasien terbentur lantai,

pasien saat itu langsung pingsan dan dirawat keluargannya di rumah.

Karena kondisi pasien yang tak kunjung membaik di tambah pasien

terus mengeluhkan pusing pada kepala, dan nyeri pada lehernya, sehingga

pada tangga l 3 Januari 2016, jam 08.00 pagi keluarga lantas membawa

pasien ke RSUD Karanganyar. Pasien pertama langsung di bawa ke IGD, tiba

di IGD pasien langsung mendapatkan pertolongan, dan di dapatkan hasil

pemeriksaan TTV : TD: 110/80 mmHg, N: 75 X/menit, Suhu: 36,3’ C, RR:

20 X/menit, nilai GCS: E4M6V5, GDS: 101 mg/dl. Terapi: infus RL: 15 tpm,

Inj, Cefriaxone 2X1, Inj, Ranitidine: 1 ampul 2X1, Inj, Citicolin 3X1, setelah

itu pasien dipindahkan ke Bangsal kantil I, hasil pengkajian pasien

mengatakan merasakan nyeri pada bagian belakang kepala dan lehernya.

Riwayat penyakit dahulu, Pasien mengatakan mempunyai riwayat

penyakit jantung lemah, pasien juga pernah 5 kali di opnam di RSUD

Karanganyar, sampai di rawat sekarang pasien tidak memiliki riwayat alergi

terhadap obat-obatan.

Riwayat penyakit keluarga Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit

hipertensi, DM, tetapi ada riwayat penyakit jantung lemah.Pasien juga tidak

mempunyai kebiasaan seperti merokok dan alkoholisme.Pasien anak kedua

Page 39: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

29

dari 2 bersaudara, pasien mempunyai 2 anak perempuan, kedua orang tua

pasien masih ada Ibu dan Ayah.

Page 40: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

30

Gambar 4.1 Genogram

Keterangan :

: permpuan

: laki-laki

: meninggal

: pasien

: tinggal satu rumah

Riwayat kesehatan lingkungan lingkungan sekitar rumahnya bersih

dan selalu terawat dengan baik, udara di sekitar rumahnya juga sejuk dan

bersih.

Pola kesehatan, pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, Klien

mengatakan bahwa kesehatan itu mahal dan kesehatan itu perlu dipelihara,

sedangkan bila ada anggota keluarga yang sakit di suruh berobat ke klinik

Page 41: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

31

terdekat atau Rumah Sakit. Pola nutrisi dan metabolisme, klien mengatakan

sebelum sakit frekuensi makan sehari 3 kali, jenis nasi, lauk, dan sayur, 1

porsi habis, keluhan tidak ada sedangkan selama sakit ini pasien makan

dengan frekuensi 3 kali sehari porsi nasi lauk sayur, 1 porsi kadang habis, dan

tidak ada keluhan. Pada pola minum pasien minum 6 kali sehari jenisnya air

putih, the, susu, 1 gelas habis, dan tidak ada keluhan.

Pola eliminasi BAK sebelum sakit pasien frekuensi 5 – 6 kali sehari,

jumlah urin -+ 200 CC sekali BAK warna kuning jernih, tidak ada keluhan

selama BAK, sedangkan pola BAB pasien frekuensi 1 kali sehari, konsistensi

lunak berbentuk , warna kuning kecoklatan, dan keluhan tidak ada. Pada pola

aktivitas dan latihan pasien sebelum sakit seperti makan, minum, toileting,

berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi/ROM semuanya

bisa dilakukan sendiri. Pola eliminasi BAK selama sakit pasien frekuensi 5 –

6 kali sehari jumlah urin -+ 200 CC sekali BAK warna kuning jernih, dan

tidak ada keluhan selama BAK, sedangkan pola BAB pasien frekuensi 1 kali

sehari, konsistensi lunak berbentuk, warna kuning kecoklatan, dan keluhan

tidak ada. Pada pola aktivitas dan latihan pasien seperti makan, mimum,

toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi/ROM

semuanya masih di bantu oleh anggota keluarganya. Sebelum sakit pasien

rata – rata tidur selama 8 jam sedangkan selama sakit ini pasien tidur rata –

rata 3 – 4jam kadang – kadang terbangun, tampak pada bagian mata terdapat

kantong mata, tampak pasien masih bedres, wajah klien keliatan pucat.

Page 42: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

32

Dari pola kognitif pasien dapat berbicara jelas dengan lancar, bisa

melihat dengan jelas, dapat menjawab pertanyaan perawat dengan tepat, saat

di ajak berbincang - bincang pasien mengeluhkan nyeri pada leher belakang

:P : nyeri karena terpeleset di lantai, Q : nyeri cenat - cenut, R : nyeri di

bagian belakang kepala sampai leher, S : nyeri skala 5, T : nyeri hilang timbul

selama 5 menit.

Pola persepsi konsep diri, identitas diri klien adalah seorang

perempuan yang berumur 32 tahun, peran diri pasien mengatakan sehari

bekerja sebagai ibu rumah tangga, ia sudah dikaruniai 2 orang anak selama

pernikahannya dengan suaminya, harga diri klien mengatakan sangat dihargai

oleh anggota keluarganya dan masyarakat sekitarnya. Ideal diri klien

mengatatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang agar bisa

berkumpul dengan keluarganya, gambaran diri klien mengatakan juga

menyukai semua anggota bagian tubuhnya.

Pola hubungan peran klien mengatakan sebagai seorang ibu rumah

tangga ia harus bisa melayani suaminya dengan baik dan merawat anaknya

dengan penuh kasih sayang, sehingga harus dapat menjaga komunikasi yang

harmonis dengan semua anggota keluarganya.

Pola seksualitas reproduksi klien adalah seorang wanita yang sudah

lama menikah dan di karuniai 2 orang anak perempuan.

Pola mekanisme koping klien mengatakan selalu bercerita /

komunikasi bila ada masalah pada dirinya atau dalam keluarganya, pasien

juga sangat terbuka bila menerima masukan dari siapa saja.

Page 43: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

33

Hasil pemeriksaan fisik terhadap Ny. S didapatkan kesadaran

composmetis, GCS : E4M6V5. Dalam pengukuran TTV didapatkan TD: 110

/ 80 mmHg, nadi : 80X/menit dengan irama teratur dan kuat, respirasi :

18X/menit dengan irama teratur, dan suhunya : 36,3’ C. untuk pemeriksaan

kepala, bentuk kepala mesochepale, kulit kepala bersih, tetapi terdapat

benjolan diameternya sekitar 4cm di bagian belakang kepala, untuk

rambutnya berwarna hitam. Sementara itu pemeriksaan muka didapatkan

mata tidak ada edema, konjungtiva tidak anemis, sclera ikterik, pupil isokor

ka/ki, diameter ka/ki 3mm, reflek cahaya +. Hidung bersih, tidak ada secret,

tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada septum deviasi.Mulut mukosa

bibir kering, mulut terlihat kotor dan agak berbau.Gigi bersih, tidak ada karies

gigi, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada perdarahan pada gigi. Telinga

tidak ada serumen, simetris, tidak ada gangguan fungsi pendengaran, tidak

menggunakan alat bantu pendengaran.

Pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

kelenjar limfe, tidak ada kaku kuduk, tetapi di bagian leher terasa nyeri. Pada

pemeriksaan dada, inspeksi : ekspansi dada ka/ki sama bentuk dada

normochest, palpasi : vocal fremitus ka/ki sama, perkusi : sonor ka/ki<

auskultasi ; tidak terdengar suara tambahan. Pemeriksaan jantung didapatkan,

ictus cordis tidak tampak, ictus cordis teraba di ICS V mid clavikula sinistra,

pekak di seluruh lapang dada, bunyi jantung regular dan tidak ada suara

tambahan. Pemeriksaan abdomen, tidak ada jejas, tidak ada distensi abdomen,

bising usus 15X/menit, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada masa, pada

Page 44: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

34

genetalia tidak terpasang dower kateter, dan pada rectum tidak ada hemoroid.

Pada pemeriksaan ekstremitas atas kekuatan otot ka/ki : 5/5, ROM ka/ki

gerak aktif, capillary refill <2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, akral

hangat, ekstremitas bawah kekuatan otot ka/ki : 5/5, ROM ka/ki gerak aktif,

capillary refil <2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, akral hangat.

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 03 Januari 2016 jam 08.10

WIB di IGD di dapatkan hasil hemoglobin 13,4 g/dl normal (12-16),

hematokrit 39,9 % normal (37-47), leoklosit 9, 26 ribu/uL normal (5-10),

trombosit 281 ribu/uL normal (150-300), eritrosit 4, 40 ribu/uL normal (400-

500), mcv 88,5 fl normal (82,0-92,0), mcH 30,5pg normal (27,0-31,0), mcHc

34,4 g/dl normal (32,0-37,0), granulosit 33,4 % normal (50,0-70,0), limfosit

60,4 % normal (25,0-40,0), monosit 1,5 % normal (3,0-9,0), eosinofil 4,3 %

normal (0,5-5,0), basofil 0,4 % normal (0,0-0,1).

Terapi yang diberikan selama pengelolaan kasus pada hari senin 04

Januari 2016 adalah ringer laknat 15 tpm golongan parental fungsinya untuk

mengembalikan keseimbangan elektrolit, injeksi ranitidine 50 mg / 8 jam

golongan antasida fungsi pengobatan jangka pendek tukak duodenum aktif,

tukak lambung aktif mengurangi gejala refluksi esofagitis, injeksi cefriaxone

1 gram / 12 jam golongan antibiotic fungsi infeksi gram positif & negatif

pada saluran nafas, saluran kemih, infeksi general, septisemia, infeksi tulang

dan jaringan kulit, injeksi ketorolac 30 mg / 8 jamgolongan non narkotik

fungsinya untuk penatalaksanaan jangka pendek nyeri akut derajat sedang –

berat.

Page 45: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

35

B. Perumusan Masalah

Hasil data pengkajian tanggal 04 Januari 2015, jam 10.15 WIB

didapatkan data subyektif pasien mengatakan nyeri kepala dan leher, P: nyeri

karena jatuh terpeleset di lantai, Q: nyeri cenat - cenut, R: nyeri di bagian

belakang kepala, S: nyeri skala 5, T: nyeri hilang timbul selama 5 menit.

Secara obyektif pasien tampak meringis kesakitan memegangi bagian kepala

bagian belakang, dan terlihat ada benjolan berdiameter sekitar 4cm, sehingga

diambil diangnosa nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik.

Data pengkajian tanggal 04 Januari 2015, jam 10.30 WIB didapatkan

data subyektif pasien mengatakan masih lemas belum kuat untuk melakukan

aktivitas. Secara obyektif pasien tampak semua kegiatan masih dibantu oleh

keluarganya dan klien tampak masih bedres, sehingga dapat diambil diagnosa

intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Data pengkajian tanggal 04 Januari 2015, jam 10.40 di dapatkan data

subyektif pasien mengatakan sulit tidur / tidurnya tidak nyeyak karena rasa

pusing dan nyeri kepala dan leher. Secara obyektif pasien tampak letih lemah

dan bagian mata keliatan ada kantong mata, sehingga dapat diambil diagnosa

gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala.

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang penulis temukan, maka dapat

dirumuskan prioritas masalah keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan

dengan agen cedera fisik, intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum, dan gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala.

Page 46: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

36

C. Intervensi

Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Ny. S untuk diagnosa

nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, diharapkan nyeri akut

berkurang dengan kriteria hasil :ekspresi wajah pasien rileks/ tidak meringis

kesakitan, skala nyeri menjadi 0 – 2, pasien mampu mengontrol nyeri.

Intervensi / rencana yang akan dilakukan yaitu lakukan pengkajian nyeri/

observasi tingkat nyeri, rasional : untuk mengetahui karakteristik, frekuensi,

dan kualitas nyeri. Memberikan posisi yang nyaman, rasional : untuk

mengurangi perasaan tegang, mengajarkan tehnik distraksi dan relaksasi,

rasional : untuk mengurangi intensitas nyeri, mengajarkan pemberian posisi

bantal pada leher, rasional : untuk mengurangi intensitas nyeri pada leher,

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, rasional : untuk

mengurangi intensitas nyeri.

Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Ny.S untuk diagnosa

keperawatan intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahann umum

dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam,

diharapkan pasien dapat beraktivitas secara mandiri dengan kriteria hasil :

pasien dapat beraktivitas tanpa bantuan orang lain, nilai ADL menjadi 0.

Intervensi / rencana yang akan dilakukan yaitu memberikan penjelasan tiap

kali melakukan tindakan pada pasien, rasional : penjelasan dapat mengurangi

kecemasan dan meningkatkan kerja sama yang dilakukan pada pasien dengan

kesadaran penuh, ajarkan mobilisasi dini, rasional : untuk melatih gerak tirah

Page 47: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

37

baring pasien, berikan bantuan melakukan ADL, rasional : untuk melatih

aktivitas ADL secara mandiri.

Rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Ny.S untuk diagnosa

keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala

dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam,n

diharapkan pasien tampak segar dan bugar, pada mata tidak terdapat kantong

mata,jumlah jam tidur menjadi (7 – 8 jam). Intervensi / rencana yang akan

dilakukan yaitu memantau tanda – tanda vital, rasional: untuk mengetahui

kondisi umum klien, mengamati pola tidur pasiem / aktivitas pasien, rasional:

untuk mengetahui perkembangan tidur pasien, menganjurkan pada pasien

untuk tidur lebih teratur, rasional: agar pasien dapat menunjukan perasaan

segar setelah tidur, ciptakan suasana lingkungan yang nyaman, rasional:

untuk memberikan kenyamanan saat tidur.

D. Implementasi

Pada diagnosa pertama tanggal 4 Januari 2016 jam 08.00 WIB penulis

melakukan tindakan keperawatan yaitu mengkaji tanda – tanda vital pasien,

didapatkan data subyektif pasien mengatakan bersedia merasakan pusing

pada kepalanya dan obyektifnya, TD: 110/80 mmHg, N: 75 X/menit,

S:36,3ºC, RR: 20 X/menit, GCS : E4M6V5. Jam 08.15 WIB mengkaji

keadaan nyeri klien didapatkan hasil data subyektif pasien mengatakan nyeri:

P: nyeri karrena jatuh terpeleset di lantai, Q: nyeri cenat - cenut, R: nyeri

dibagian belakang kepala sampai dengan leher, S: skala nyeri 5, T: nyeri

Page 48: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

38

hilang timbul selama 5 menit, dan obyektifnya klien tampak meringis

kesakitan, tampak ada benjolan berukuran diameternya 3CM di kepala bagian

belakang. Jam 08.30 WIB memberikan posisi yang nyaman pada pasien

didapatkan data subyektif pasien mengatakan kepalanya pusing bila untuk

gerak, obyektifnya tampak pasien terbaring di bedres. Jam 08.40 WIB

mengajarkan pemberian bantal pada leher dengan cara memposisikan yang

benar didapatkan data subyektif pasien mengatakan nyeri pada lehernya

sudah agak berkurang dengan posisi bantal yang telah di berikan, obyektifnya

pasien tampak rileks dan tidak meringis kesakitan. Jam 09.30 WIB kolaborasi

dengan dokter dalam pemberian obat analgetik ranitidine 50mg / 8jam,

keterolac 30mg/ 8jam didapatkan data subyektif pasien mengatakan nyerinya

agak berkurang, obyektifnya obat masuk melalui selang infus IV dan tidak

ada tanda – tanda reaksi alergi.

Pada diagnose kedua tanggal 04 Januari 2016 Jam 10.30 WIB

mengajarkan mobilisasi dini di dapatkan data subyektif pasien mengatakan

belum kuat untuk bergerak penuh obyektifnya pasien tampak masih bedres.

Jam 11.00 WIB memberikan bantuan pada pasien dalam melakukan ADL

didapatkan data subyektif pasien mengatakan mengeluhkan pusing jika

badannya dibuat untuk bergerak, obyektifnya tampak segala aktivitas yang

dilakukan pasien masih di bantu oleh keluarganya.

Pada diagnosa ketiga tanggal 04 Januari 2016 jam 11.30 WIB

menganjurkan pasien untuk tidur lebih teratur didapatkan data subyektif

pasien mengatakan tidurnya sulit karena rasa pusing pada kepalanya,

Page 49: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

39

obyektifnya wajah pasien tampak pucat, tampak pada bagian mata terdapat

kantong mata. Jam 13.00 WIB menciptakan suasana lingkungan yang nyaman

didapatkan data subyektif pasien mengatakan mengiginkan suasana di

sekitarnya tidak ramai, obyektifnya tampak keluarga menjaga suasana di

sekitarnya biar nyaman.

Pada diagnosa pertama tanggal 05 Januari 2015 jam 08.00 WIB

penulis melakukan tindakan mengkaji tanda – tanda vital pasien di dapatkan

data subyektif pasien mengatakan masih sedikit merasakan pusing dan

obyektifnya TD: 120/80 mmHg, N: 80X/menit, S: 36ºC, RR: 20 X/menit

GCS : E4M6V5. Jam 08.15 WIB mengkaji keadaan nyeri pasien didapatkan

data subyektif pasien mengatakan nyeri, P: nyeri karena jatuh terpeleset di

lantai, Q: nyeri sepeti di cubit – cubit, R: nyeri di bagian belakang kepala

sampai dengan leher, S: skala nyeri 3, T: nyeri hilang timbul selama 5 menit

dan obyektifnya klien tampak sedikit meringis kesakitan dan tampak masih

ada benjolan diameternya sudah mengecil menjadi 2cm di kepala bagian

belakang.

Jam 08.20 WIB memberikan posisi yang nyaman pada pasien di

dapatkan data subyektif pasien mengatakan kepalanya masih sedikit pusing

dan obyektifnya pasien sudah berani untuk duduk penuh. Jam 08.30 WIB

menganjurkan pasien untuk memposisikan bantal pada leher dengan benar

didapatkan data subyektif pasien mengatakan nyeri pada lehernya berkurang

intensitasnya bila memposisikan bantal pada leher dengan tepat dan

obyektifnya pasien tampak rileks dan nyaman dengan posisi bantal pada

Page 50: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

40

leher. Jam 10.00 WIB kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

analgetik : keterolac 30mg/ 8 jam didapatkan data subyektif pasien

mengatakan nyerinya sudah berkurang banyak dan obyektifnya obat masuk

melalui selang infus IV dan tidak ada tanda – tanda reaksi alergi. Jam 10.20

WIB mengajarkan tehnik relaksasi / distraksi didapatkan data subyektif

pasien mengatakan nyeri pada lehernya sudah berkurang dan obyektifnya

pasien tampak rileks dan nyaman.

Pada diagnosa kedua tanggal 05 Januari 2016 jam 11.00 WIB

mengajarkan mobilisasi dini didapatkan data subyektif pasien mengatakan

sudah mulai kuat untuk bergerak dan obyektifnya tampak pasien sudah mulai

mengerak – gerakan anggota tubuhnya. Jam 11.30 WIB mengawasi pasien

dalam melakukan ADL (makan, minum, toileting, berpakaian, berpindah, dll)

didapatkan data subyektif pasien mengatakan sudah dapat melakukan ADL

tetapi baru sebagian seperti berpindah dan makan/minum dan obyektifnya

tampak pasien sudah mandiri dalam melakukan ADL walau belum semuanya

dilakukannya sendiri.

Pada diagnosa ketiga tanggal 05 Januari 2016jam 12.30 WIB

mengamati pola tidur pasien atau aktivitas pasien didapatkan data subyektif

pasen mengatakan sudah mulai ada peningkatan tidurnya, tapi terkadang kalo

malam masih terbangun dan obyektifnya wajah pasien tampak masih agak

lesu, pada bagian mata sudah tidak terdapat kantong mata. Jam 13.00 WIB

ciptakan suasana lingkungan yang nyaman didapatkan data subyektif pasien

Page 51: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

41

mengatakan suasana di sekitarnya sudah nyaman dan obyektifnya tampak

pasien tidur dengan nyaman dan tidak ada gangguan di sekitarnya.

Pada diagnosa pertama tanggal 06 Januari 2016 jam 08.00 WIB pasien

melakukan tindakan memantau tanda – tanda vital pasien didapatkan data

subyektif pasien mengatakan sudah tidak merasakan pusing lagi dan

obyektifnya TD: 120/80 mmHg, N: 75X/menit, S: 36,4ºC, RR: 18 X/ menit,

GCS : E4M6V5. Jam 08.15 WIB mengkaji keadaan nyeri pasien didapatkan

hasil data subyektif pasien mengatakn nyeri, P: nyeri karena jatuh terpeleset

di lantai, Q: nyeri seperti di cubit – cubit, R: nyeri di bagian leher, S: skala

nyeri 2, T: nyeri hilang timbul selama 1 menit dan obyektifnya pasien tampak

sudah tidak meringis kesakitan, dan tampak sudah tidak ada benjolan di

kepala bagian belakang pasien. Jam 08.30 WIB memberikan posisi yang

nyaman paada pasien didapatkan data subyektif pasien mengatakan kondisi

badannya sudah tidak kaku lagi dan obyektifnya tampak pasien berbaring

dengan rileks.

Jam 08.40 WIB menganjurkan pasien untuk menggunakan bantal pada

leher di dapatkan data subyektif pasien mengatakan lehernya sudah tidak

nyeri lagi, obyektifnya pasien tampak rileks dan berbaring dengan nyaman.

Jam 10.00 WIB kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik :

keterolac 30 mg/ 8 jam didapatkan hasil data subyetif pasien mengatakan

kepala dan lehernya sudah tidak nyeri lagi dan obyektifnya obat masuk

melalui selang infus IV dan tidak ada tanda reaksi alergi. Jam 10.30

menganjurkan pasien untuk melakukan relaksasi / distraksi didapatkan data

Page 52: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

42

subyektif pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri lagi pada kepala

dan lehernya dan obyektifnya pasien tampak rileks saat melakukan relaksasi.

Pada diagnosa kedua tanggal 06 Januari 2016 jam 11.00 WIB

memantau mobilisasi dini pasien didapatkan data subyektif pasien

mengatakan sudah dapat untuk mobilisasi berpindah sendiri dan obyektifnya

tampak pasien sudah tidak lemas lagi dalam melakukan mobilisasi. Jam 12.30

WIB memantau pasien / dalam melakukan ADL didapatkan data subyektif

pasien mengatakan semua kebutuhan ADL nya sudah mampu dilakukan

secara mandiri dan obyektifnya tampak nilai aktivitas sudah menjadi 0 semua

/ dapat melakukan secara mandiri.

Pada diagnosa ketiga tanggal 06 Januari 2016 jam 13.00 WIB

memantau pola tidur pasien didapatkan data subyektif pasien mengatakan

tidurnya sudah nyaman tidak terbangun lagi dan obyktifnya pasien tampak

sudah tidak lemas, letih, lesu lagi dan pada mata tidak terdapat kantong mata.

E. Evaluasi

Penulis melakukan evaluasi melalui proses dan evaluasi hasil

perkembangan. Evaluasi prosesnya dilakukan berdasarkan respon klien dan

keberhasilan tindakan keperawatan pada saat dilakukan.Evaluasi hasil

dilakukan sesuai dengan tujuan dari masing – masing intervensi pada

diagnosa keperawatan yang muncul sesuai metode SOAP. Evaluasi pada

tanggal 04 Januari 2016 jam 14.00 WIB, diagnosa pertama nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik adalah data Subyektif (S): pasien

Page 53: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

43

mengatakan nyeri, P: nyeri karena jatuh terpeleset di lantai, Q: nyeri cenat -

cenut, R: nyeri di bagian belakang kepala sampai dengan leher, S: nyeri skala

5, T: nyeri hilang timbul selama 5 menit. Obyektif (O): pasien tampak

meringis kesakitan, tampak ada benjolan di bagian belakang kepala pasien

diameternya 3 cm, kesadaran: composmetis, GCS: E4M6V5. Assessment (A):

masalah nyeri kepala dan leher belum teratasi. Planning (P): lanjutkan

intervensi, memonitor TTV dan KU pasien, mengkaji keadaan nyeri pasien,

mengajarkan tehnik relaksasi/distraksi, memberikan posisi yang nyaman,

memposisikan bantal pada leher dengan tepat, kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat analgetik.

Diagnosa kedua tanggal 04 Januari 2016 jam 14.15 WIB, masalah

intoleran aktivitas adalah data subyektif (S): pasien mengatakan masih lemas

sehingga belum kuatuntuk melakukan segala aktifitas. Data obyektif (O):

tampak semua kegiatan aktivitas pasien masih dibantu oleh keluarganya,

pasien masih bedres, nilai aktivitas harian masih 2. Assessment (A): masalah

intoleren aktivitas belum teratasi. Planning(P): lanjutkan intervensi, ajarkan

mobilisasi dini, berikan banyuan dalam melakukan ADL seperti:

makan/minum, toileting, berpakaian, berpindah, dll.

Diagnosa ketiga tanggal 04 Januari 2016 jam 14.30 WIB, masalah

gangguan pola tidur adalah data subyektif (S): pasien mengatakan sulit tidur

karena kepalanhya masih pusing. Data obyektif (O): tampak wajah pasien

keliatan pucat, pada mata kelihatan ada kantong matanya. Assessment (A):

gangguan pola tidur belum teratasi. Planning (P): lanjutkan intervensi,

Page 54: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

44

menciptakan suasan lingkungan yang nyaman, menganjurkan pada pasien

untuk tidur lebih teratur, mengamati pola tidur pasien.

Diagnosa pertama tanggal 05 Januari 2016 jam 20.30 WIB, nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik adalah data subyektif (S): pasien

mengatakan nyeri, P: nyeri karena terpeleset di lantai, Q: nyeri seperti di cubit

– cubit, R: nyeri di kepala bagian belakang sampai dengan leher, S: skala

nyeri 3, T: nyeri hilang timbul selama 5 menit. Data obyektif (O): pasien

tampak masih sedikit meringis kesakitan, GCS: E4M6V5, TTV: TD: 110/80

mmHg, N: 75X/menit, S:36,5ºC, RR: 20X/ menit. Assessment (A): masalah

nyeri kepala dan leher teratasi sebagaian. Planning (P): mengobservasi tanda

– tanda vital, mengkaji status nyeri pasien, menganjurkan pasien untuk

menggunakan bantal pada leher dengan benar, menganjurkan pasien untuk

melakukan tehnik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat analgetik.

Diagnosa kedua tanggal 05 Januari 2016 jam 20.45 WIB, masalah

intoleren aktivitas adalah data subyektif (S) pasien mengatakan masih

merasakan sedikit lemas dan pusing pada kepalanya. Obyektif (O): pasien

tampak sudah dapat duduk, tetati saat berdiri masih memerlukan bantuan

keluarganya, pada nilai pola aktivitas sebagian masih ada yang 2. Assessment

(A): masalah intoleren aktivitas teratasi sebagaian. Planning (P): lanjutkan

intervensi, memantau mobilisasi dini pasien, memberikan bantuan pasien

dalam melakukan ADL.

Page 55: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

45

Diagnosa ketiga tanggal 05 Januari 2016 jam 21.00 WIB, masalah

gangguan pola tidur adalah data subyektif (S) pasien mengatakan tidurnya

sudah ada peningkatan, tetapi kadang juga masih sering terbangun, karena

rasa pusing pada kepala. Obyektif (O) tampak wajah pasien masih sedikit

pucat, pada sudah tidak terdapat kantong mata.Assesment (A) masalah tidur

belum teratasi.Planning (P) lanjutkan intervensi, menciptakan suasana

lingkungan yang nyaman, menganjurkan pada pasien untuk tidur lebih teratur,

mengamati pola tidur pasien.

Diagnosa pertama tanggal 06 Januari 2016 jam 20.30 WIB, masalah

nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik dalah data subyektif (S) pasien

mengatakan nyeri pada kepala dan lehernya P: nyeri karena terpeleset di

lantai, Q: nyeri seperti di cubit – cubit, R: nyeri di kepala bagian belakang

sampai dengan leher, S: skala nyeri 1, T: nyeri hilang timbul selama 1 menit.

Obyektif (O) kesadaran: composmetis, GCS: E4M6V5, pasien sudah tidak

meringis kesakitan lagi,tampak benjolan pada belakang kepala sudah tidak

ada. Assessment (A) masalah nyeri akut teratasi.Planning (P) hentikan

intervensi.

Diagnosa kedua tanggal 06 Januari 2016 jam 20.45 WIB, masalah

intoleren aktivitas adalah data subyektif (S) pasien mengatakan sudah mampu

melakukan aktivitas dengan penuh. Obyektif (O) tampak pasien sudah mampu

melakukan ADL dengan mandiri seperti: makan/minum, toileting, berpindah,

dll, nilai pada pola aktivitas sudah menjadi 0 semua (mandiri). Assessment

(A) masalah intoleren aktivitas teratasi.Planning (P) hentikan intervensi.

Page 56: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

46

Diagnosa ketiga tanggal 06 Januari 2016 jam 21.00 WIB, masalah

gangguan pola tidur adalah subyektif (S) pasien mengatakan tidurnya sudah

cukup, tidak terbangun lagi kalau malam hari. Obyektif (O) pasien tampak

segar, wajah pasien sudah tidak tampak pucat lagi, pada mata sudah tidak

tampak kantong mata. Assessment (A) masalah gangguan pola tidur

teratasi.Planning (P) hentikan intervensi.

Page 57: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

47

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal pemberian

bantal pada leher terhadap penurunan skala nyeri kepala pada asuhan keperawatan

Ny. S dengan cedera kepala ringan di RSUD Karanganyar yang dilakukan pada

tanggal 4 januari sampai 16 januari 2016. Penulis juga akan membahas tentang

adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dengan asuhan keperawatan

pada Ny. S dengan cedera kepala ringan.Pembahasan ini berisi pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi.Penulis dalam

pembahasan ini lebih fokus pada pemakain bantal pada leher, mengapa tindakan

tersebut dapat menurunkan intensitas nyeri di leher pada pasien cedera kepala

ringan. Penulis dalam pembahasan ini juga tidak mencantumkan 2 diagnosa yang

di bahas dalam teori Asuhan Keperawatan cedera kepala menurut (Musliha, 2010)

yaitu ketidakefektifan pola nafas dan resiko integritas kulit karena untuk

menegakkan kedua diagnosa tersebut tidak ada data yang mendukung.

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang

bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan

waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan

waktu sebelumnya (Andarmoyo, 2013).

Page 58: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

48

Hasil pengkajian pada Ny. S yang dilakukan pada tanggal 04 Januari

2016 pada pukul 10.15 WIB melalui metode allowanamnesa dan

autoanamnesa, observasi langsung dan pemeriksaan fisik, hal ini sesuai

dengan teori ( Setiadi, 2012). Dalam teori tersebut dijelaskan metode

pengkajian dengan cara wawancara langsung pada pasien maupun keluarga,

observasi, dan pemeriksaan fisik, akan tetapi disini penulis menambahkan

untuk menelaah catatan medis dan catatan perawat sebagai data penunjang

pasien.

Hasil pengkajian Ny. S di diagnosa mengalami cedera kepala

ringan.Hal ini sesuai dengan teori menurut Musliha (2005), dimana cedera

kepala ringan adalah salah satu bentuk trauma yang mengubah kemampuan

otak dalam menghasilkan keseimbangan fisik, emosi dan pekerjaan. Cedera

kepala juga dapat mengakibatkan amnesia setelah trauma kurang dari 24 jam

( Carpenito, 2008).

Pengaplikasian jurnal ini penulis menggunakan skala Pain Assesment

Behavioral Scale (PABS) yang telah diubah dalam bentuk rentang angka

nyeri. Dimana alat ukur nyeri skala 0 : Tidak nyeri1-3 : nyeri ringan: secara

obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, 4-6 : nyeri sedang: secara

obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik, lebih dari 7:

nyeri berat: secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah

tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak

dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas

Page 59: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

49

panjang dan distraksi (Wartonah, 2005) dalam Syaiful & Rachmawan,

(2014).

Hasil pengkajian pengkajian keluhan utama klien mengatakan nyeri

kepala dan leher karena jatuh terpeleset kepala benturan dengan lantai. Secara

teori nyeri kepala yang dirasakan Ny. S adalah sindrom postraumatis yang

diakibatkan karena kecelakaan seperti nyeri kepala akut ( Urip dkk, 2010).

Nyeri kepala menurut The International Association for the Study of Pain

(IASP), dalam Black dan Hawks, (2009) menyatakan bahwa nyeri Ny. S

merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan

karena kerusakan atau potensial kerusakan jaringan otak. Nyeri kepala yang

dirasakan Ny. S di sebelah belakang kepala dan leher, terasa seperti tertekan

benda dengan skala nyeri 5 yang termasuk nyeri sedang.

Pengkajian nyeri yang dilakukan penulis mengacu pada teori

karakteristik nyeri (PQRST) mengacu pada teori Provoking inciden : Apakah

ada peristiwa yang menjadi faktor prepitasi nyeri. Quality of pain : Seperti

apa rasa nyeri yang dirasakan pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut/

menusuk.Region Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa

sakit menjalar/menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.Saverity (scale ofpain)

: Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien, bisa berdasarkan skala

nyeri/pasien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi

kemampuan fungsinya.Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

Page 60: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

50

bertambah buruk pada malam hari / siang hari (Nasrul Effendy, 1995:2-3)

dalam Wijaya & Putri (2013).

Hasil pengkajian pola aktivitas dan latihan selama sakit penulis

mendapatkan data bahwa aktivitas seperti makan/minum, berpakaian,

mobilisasi ditempat tidur, dan ambulasi didapat score 2 atau dibantu dengan

orang lain, sedangkan aktivitas seperti toileting dan berpindah didapat score 3

atau dibantu orang lain dan alat.

Hasil pengkajian kognitif dan perceptual pasien mengatakan nyeri

pada leher belakang, nyeri karena terpeleset di lantai, nyeri cenat – cenut,

nyeri di bagian belakang sampai leher, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul

selama 5 menit

Terapi yang diberikan selama pengelolaan kasus pada hari Senin 04

Januari 2016 sampai dengan hari Rabu 06 Januari 2016 yaitu, cairan RL 15

tpm golongan parental fungsinya untuk mengembalikan keseimbangan

elektrolit yang berkurang. Keterolac dosis 30 mg/ 8jam golongan non

narkotik fungsinya untuk penatalaksanaan jangka pendek nyeri akut derajat

sedang – berat. Ranitidine 50 mg/ 12 jam golongan antisida fungsi

pengobatan jangka tukak duodenum aktif, tukak lambung aktif mengurangi

gejala refluksi esophagus. Cefriaoxone 1 gr/8 jam golongan anti bakteri

fungsi infeksi yang disebabkan bakteri gram positif dan gram negatif

( Midian, 2014).

Pemberian terapi ini sesuai dengan pada penatalaksanaan medis pada

kasus cedera kepala menurut teori (Setiawan dan Intan, 2010) dimana untuk

Page 61: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

51

terapi RL untuk keseimbangan cairan dan elektrolit ,untuk terapi analgetik

diberikan keterolac dengan dosis 30 mg/ 8 jam.

B. DIANGNOSA

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik yang menguraikan

respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual

dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literature

yang berkaitan, catatan medis klien, hasil pengkajian dan pengelompokan

data penulis menemukan beberapa masalah kesehatan dan memfokuskan pada

fungsi kesehatan fungsional yang membutuhkan dukungan dan bantuan

pemulihan sesuai dengan kebutuhan hirarki maslow ( Potter dan Perry, 2005).

Dari hasil pengkajian dan analisa data penulis mengangkat diangnosa, yaitu :

1. Diagnosa pertama yang penulis rumuskan adalah Nyeri akut

berhubungan dengan agen cedera fisik : benturan dengan lantai pada

kepala bagian belakang.

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau

potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian

rupa.Menurut International for Study of Pain nyeri akut adalah awitan

yang tiba – tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan

akhir yang dapat diantisipasi atau di prediksi dan berlangsung < 6 bulan

(Herdman, 2012).

Page 62: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

52

Batasan karakteristik menyebutkan pada nyeri terjadi perubahan

tekanan darah, perubahan frekuensi jantung dan frekuensi pernafasan, di

dalam analisa data penulis tidak mencantumkan perubahan nadi,

respiratory rate dan tekanan darah karena kurangnya ketelitian penulis

tidak mendokumentasikan dan memasukkannya dalam analisa data

(Herdman, 2012).

Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut berdasarkan hirarki

kebutuhan menurut maslow yaitu masuk dalam kebutuhan tingkat kedua

mencakup kebutuhan dan keselamatan (fisik dan psikologis) yang

merupakan kebutuhan paling dasar kedua yang harus diprioritaskan

(Potter dan Perry, 2005)

2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Intoleran aktivitas adalah ketidak cukupan energi secara fisiologis

untuk meneruskan atau menyelesaikan aktivitas yang diminta atau

aktivitas sehari – hari.Dengan batasan karakteristik ketidaknyamanan

setelah beraktivitas, menyatakan merasa letih, menyatakan merasa lemah

(Herdman, 2012).

Masalah ini didapatkan data subyektif, Ny. S mengatakan masih

lemas belum kuat untuk melakukan aktivitas. Data obyektif, Ny. S

tampak semua kegiatan masih dibantu oleh keluarganya dan klien

tampak masih bedres.

Page 63: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

53

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala

Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan kuantitas

waktu tidur akibat faktor eksternal.Dengan batasan karakteristik

perubahan pola tidur normal, ketidakpuasan tidur, menyatakan tidak

mengalami kesulitan tidur menyatakan tidak merasa cukup istirahat

(Herdman, 2012).

Masalah ini didapatkan data subyektif, Ny. S mengatakan sulit

tidur / tidurnya tidak nyeyak karena rasa pusing dan nyeri kepala dan

leher. Data obyektif, Ny. S pasien tampak letih lemah dan bagian mata

keliatan ada kantong mata

C. INTERVENSI

Perencanaan merupakan langkah berikutnya dalam proses

keperawatan. Pada langkah ini perawat merupakan tujuan dan criteria hasil

yang diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi keperawatan. Dari

peryataan tersebut diketahui bahwa dalam membuat perencanaan perlu

mempertimbangkan tujuan, kriteria hasil dan intervensi keperawatan (

Andamoyo, 2013).

Intervensi atau rencana yang dilakukan oleh penulis disesuaikan

dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat

dilakukan dengan SMART, Spesifik, Measurable, Acceptance, Rasional dan

timing (Herdman, 2012). Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan,

kriteria hasil dan tindakan yaitu pada diagnose keperawatan.

Page 64: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

54

Pada diagnosa yang pertama nyeri akut berhubungan dengan agen

cedera fisik yang diakibatkan kepala bagian belakang kebentur ke lantai. Pada

kasus Ny. S penulis melakukan rencana tindakan keperawatan selama 3x24

jam diharapkan nyeri Ny. S berkurang dengan kriteria hasil Ny. S

mengatakan nyeri berkurang, Ny. S menunjukan ekspresi rileks / tidak

meringis kesakitan, skala nyeri berkurang dari 5 menjadi 2/1, TTV dalam

batas normal ( Herdman, 2012).

Intervensi atau rencana yang akan dilakukan berupa kaji nyeri atau

karakteristik (P,Q,R,S,T), Provocate / paliatif : apa penyebabnya, Quality :

bagaimana rasanya, Regio : dibagian mana yang terjadi, Skala : bagaimana

intensitas nyerinya jika menggunakan skala 1 sampai 10, bagaimana

pengaruh hal tersebut pada aktivitas, Time : kapan hal itu mulai terjadi

( Iyer, patrica, 2005).

Tindakan yang direncanakan adalah mengkaji TTV. Hal ini sesuai

dengan peryataan bahwa pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk

mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh (Hidayah, 2005). Tanda vital

meliputi, suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan

darah.Tanda vital mempunyai nilai sangat tinggi pada fungsi tubuh.Adanya

perubahan tanda – tanda vital (TTV) misalnya suhu tubuh menunjukkan

fungsi pernafasan dan tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem

kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengat denyut nadi.Semua tanda vital

tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi.Perubahan tanda vital

dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas atau dalam keadaan sakit dan

Page 65: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

55

perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem

tubuh.Berikan posisi yang nyaman, ajarkan tehnik mengontrol nyeri non

farmakologi dengan pemberian bantal pada leher, dan kolaborasi pemberian

analgetik (keterolac) 30 mg dengan rasionalisai untuk mengobati nyeri

(NIC dalam Huda amin dan Kusuma Hardhi, 2013: 660).

Berdasarkan diagnosa yang kedua penulis menyusun perencanaan

antara lain :bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan, bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang

diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan, bantu pasien / keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas (NIC dalam Huda amin dan

Kusuma Hardhi, 2013: 623).

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua penulis menyusun

perencanaan antara lain: monitor tidur klien, ciptakan lingkungan yang

nyaman, diskusikan dengan klien dan keluarga tentang teknik tidur klien, dan

kolaborasi pemberian obat (NIC dalam Huda amin dan Kusuma Hardhi,

2013: 603).

D. IMPLEMENTASI

Berdasarkan masalah kepeawatan tersebut perawat melakukan

implementasi dan evaluasi selama 3 hari sesuai tujuan, kriteria hasil, dan

intervensi yang telah dibuat berdasarkan NIC dan NOC.

Page 66: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

56

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. S sama dengan adadi

intervensi pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik ( benturan dengan lantai pada kepala bagian belakang) dengan

mengobservasi (PQRST), memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan

teknik mengontrol nyeri non farmakologi dengan pemberian bantal pada

leher, dan berkolaborasi dengan dokter pemberian analgesik.

Penulis melakukan implementasi untuk diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cedera fisik (benturan dengan lantai pada kepala

bagian belakang) selama 3 hari. Tindakan keperawatan pertama yaitu

mengkaji tanda – tanda vital pasien, didapatkan data subyektif pasien

mengatakan bersedia merasakan pusing pada kepalanya dan obyektifnya, TD:

110/80 mmHg, N: 75 X/menit, S:36,3ºC, RR: 20 X/menit, GCS : E4M6V5.

Mengkaji keadaan nyeri klien didapatkan hasil data subyektif pasien

mengatakan nyeri: P: nyeri karrena jatuh terpeleset di lantai, Q: nyeri seperti

di tusuk – tusuk, R: nyeri dibagian belakang kepala sampai dengan leher, S:

skala nyeri 5, T: nyeri hilang timbul, dan obyektifnya klien tampak meringis

kesakitan, tampak ada benjolan berukuran diameternya 3cm di kepala bagian

belakang.

Memberikan posisi yang nyaman pada pasien didapatkan data

subyektif pasien mengatakan kepalanya pusing bila untuk gerak, obyektifnya

tampak pasien terbaring di bedres. Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat analgetik ranitidine 50mg / 8jam, keterolac 30mg/ 8jam

didapatkan data subyektif pasien mengatakan nyerinya agak berkurang,

Page 67: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

57

obyektifnya obat masuk melalui selang infus IV dan tidak ada tanda – tanda

reaksi alergi. Dalam teori, observasi karakteristik nyeri dilakukan untuk

mengetahui pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri dan

waktu serangan nyeri (Saputra, 2013).

Dalam jurnal yang penulis gunakan yaitu pengaruh pemakaian bantal

pada leher terhadap penurunan skala nyeri kepala pada pasien cedera kepala

ringan di ruang bougenvile RSUD Kertosono observasi yang digunakan

adalah sebelum diberikan pemakaian bantal pada leher dan sesudah

pemakaian bantal pada leher. Dan mengguanakan skala PABS

(Pain Assesment Behavioral Scale) dengan rentang skala nyeri 0: Tidak nyeri

1 – 3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

4 - 6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyurigai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri dapat mendiskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik. >7 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak

dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikanya, tidak dapat diatasi

dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.

Mengajarkan pasien pemakaian bantal pada leher ketika nyeri

muncul.Penulis menekankan pemakaian bantal pada leher untuk menurunkan

intensitas nyeri tertama pada daerah leher belakang.Dalam jurnal Tristanto

(2014) pemakaian bantal pada leher sangat membantu untuk menurunkan

intensitas nyeri pada leher pada kasus cedera kepala ringan.

Page 68: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

58

Pengguanaan bantal pada leher yaitu posisi tidur memakai bantal

selimut bertujuan untuk mengistirahatkan otot-otot leher maupun tulang

belakang.Hal yang perlu diperhatikan ketika tidur adalah simetris dan

ergonomis, simetris berarti otot leher kanan dan kiri seimbang, sedangkan

ergonomis berarti mencapai keseimbangan fungsi otot. Tehnik yang penulis

lakukan sesuai dengan jurnal Trisnanto (2014) dimana penulis melakukan

pemakain bantal pada leher selama 3 hari pengelolaan, dan selama 1 hari

memberikan pemakaian bantal pada leher selama 6 jam pertama kemudian

dilanjutkan dengan mobilisasi dini setengah duduk pada 12 jam, dilanjutkan

duduk penuh dan dilatih berdiri. Penulis mengkaji nyeri dengan PQRST

sebelum dilakukan pemakaian bantal pada leher dan setelah diberikan

pemakaian bantak pada leher.

Dalam 3 hari pengelolaan ini penulis mendapatkan data sebagai

berikut pada hari pertama skala nyeri 5, hari kedua 3, hari ketiga 1. Hal ini

sesuai dengan teori dalam jurnal Trisnanto (2014) dijelaskan bahwa pada hari

pertama 14 responden dimana pada hari pertama sebelum dilakukan

pemakaian bantal pada leher di dapatkan 1 responden (7,1%)mengatakan

nyeri ringan, 7 responden (50 %) responden mengatakan nyeri sedang, 6

responden (42,9%) mengatakan nyeri berat terkontrol. Pada hari pertama

setelah dilakukan pemakaian bantal pada leher didapatkan 7 responden (50%)

mengalami nyeri ringan 7 responden (50%) mengalami nyeri sedang.

Dalam pengelolaan kasus ini setelah diberikan implementasi

pemakaian bantal pada leher ketika nyeri muncul dalam 3 hari pengelolaan

Page 69: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

59

ini, skala nyeri pasien mengalami penurunan, hal ini sesuai dengan jurnal

Trisnanto (2014) bahwa pemakaian bantal pada leher efektif dalam

menurunkan skala nyeri pada pasien cedera kepala ringan.

Mengkolaborasikan pemberian obat analgesik pereda nyeri ketorolak

30mg/8jam.Dimana obat analgesik ketorolak berfungsi untuk penatalaksnaan

jangka pendek nyeri akut derajat sedang – berat (Midian, 2014).

Diagnosa keperawatan kedua implementasikan yang dilakukan bantu

klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, membantu

untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk

aktivitas yang diinginkan, membantu pasien / keluarga untuk

mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas (NIC dalam Huda amin dan

Kusuma Hardhi, 2013: 623).

Diagnosa keperawatan ketiga implementasi yang dilakukan : monitor

tidur klien, ciptakan lingkungan yang nyaman, diskusikan dengan klien dan

keluarga tentang teknik tidur klien, dan kolaborasi pemberian obat

(NIC dalam Huda amin dan Kusuma Hardhi, 2013: 603).

E. EVALUASI

Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan

perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria

hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur dan Saiful, 2012).

Page 70: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

60

Evaluasi prosesnya dilakukan berdasarkan respon klien dan

keberhasilan tindakan keperawatan pada saat dilakukan.Evaluasi hasil

dilakukan sesuai dengan tujuan dari masing – masing intervensi pada

diagnosa keperawatan yang muncul sesuai metode SOAP. Evaluasi pada

tanggal 04 Januari 2016 pukul 14.00 WIB, diagnosa pertama nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik adalah data Subyektif (S): pasien

mengatakan nyeri, P: nyeri karena jatuh terpeleset di lantai, Q: nyeri cenat -

cenut, R: nyeri di bagian belakang kepala sampai dengan leher, S: nyeri skala

5, T: nyeri hilang timbul selama 5 menit. Obyektif (O): pasien tampak

meringis kesakitan, tampak ada benjolan di bagian belakang kepala pasien

diameternya 3 cm, kesadaran: composmetis, GCS: E4M6V5. Assessment (A):

masalah nyeri kepala dan leher belum teratasi. Planning (P): lanjutkan

intervensi, memonitor TTV dan KU pasien, mengkaji keadaan nyeri pasien,

mengajarkan tehnik relaksasi/distraksi, memberikan posisi yang nyaman,

memposisikan bantal pada leher dengan tepat, kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat analgetik.

Pada diagnosa pertama tanggal 05 Januari 2016 jam 20.30 WIB, nyeri

akut berhubungan dengan agen cidera fisik adalah data subyektif (S): pasien

mengatakan nyeri, P: nyeri karena terpeleset di lantai, Q: nyeri seperti di cubit

– cubit, R: nyeri di kepala bagian belakang sampai dengan leher, S: skala

nyeri 3, T: nyeri hilang timbul selama 5 menit. Data obyektif (O): pasien

tampak masih sedikit meringis kesakitan, GCS: E4M6V5, TTV: TD: 110/80

mmHg, N: 75X/menit, S:36,5ºC, RR: 20X/ menit. Assessment (A): masalah

Page 71: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

61

nyeri kepala dan leher teratasi sebagaian. Planning (P): mengobservasi tanda

– tanda vital, mengkaji status nyeri pasien, menganjurkan pasien untuk

menggunakan bantal pada leher dengan benar, menganjurkan pasien untuk

melakukan tehnik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat analgetik.

Pada diagnosa pertama tanggal 06 Januari 2016 jam 20. 30 WIB,

masalah nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik dalah data subyektif (S)

pasien mengatakan nyeri pada kepala dan lehernya P: nyeri karena terpeleset

di lantai, Q: nyeri seperti di cubit – cubit, R: nyeri di kepala bagian belakang

sampai dengan leher, S: skala nyeri 1, T: nyeri hilang timbul selama 1 menit.

Obyektif (O) kesadaran: composmetis, GCS: E4M6V5, pasien sudah tidak

meringis kesakitan lagi, tampak benjolan pada belakang kepala sudah tidak

ada. Assessment (A) masalah nyeri akut teratasi.Planning (P) hentikan

intervensi.

Hasil dari setiap evaluasi per hari pasien mengalami penurunan skala

nyeri, hal ini sudah sesuai dengan jurnal Trisnanto (2014) dengan penelitian

pengaruh pemakaian bantal pada leher terhadap penurunan skala nyeri kepala

pada pasien cedera kepala ringan di RSUD Kertosono.Dimana hasil

penelitian menunjukkan bahwa tehnik pemakaian bantal pada leher lebih

efektif. Penelitian ini menggunakan 14 responden dimana pada hari pertama

sebelum dilakukan pemakaian bantal pada leher di dapatkan 1 responden

(7,1%)mengatakan nyeri ringan, 7 responden (50 %) responden mengatakan

nyeri sedang, 6 responden (42,9%) mengatakan nyeri berat terkontrol. Pada

Page 72: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

62

hari pertama setelah dilakukan pemakaian bantal pada leher didapatkan 7

responden (50%) mengalami nyeri ringan 7 responden (50%) mengalami

nyeri sedang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebelum dan sesudah

dilakukan pemakaian bantal pada leher mengalami penurunan skala nyeri

yang signifikan.Dan teknik pemakaian bantal pada leher sangat efektif untuk

menurunkan intensitas nyeri pada pasien cedera kepala ringan.

Pada diagnosa kedua tanggal 04 Januari 2016 jam 14.15 WIB,

masalah intoleran aktivitas adalah data subyektif (S): pasien mengatakan

masih lemas sehingga belum kuatuntuk melakukan segala aktifitas. Data

obyektif (O): tampak semua kegiatan aktivitas pasien masih dibantu oleh

keluarganya, pasien masih bedres, nilai aktivitas harian masih 2. Assessment

(A): masalah intoleren aktivitas belum teratasi. Planning (P): lanjutkan

intervensi, ajarkan mobilisasi dini, berikan banyuan dalam melakukan ADL

seperti: makan/minum, toileting, berpakaian, berpindah, dll.

Pada diagnosa kedua tanggal 05 Januari 2016 jam 20.45 WIB,

masalah intoleren aktivitas adalah data subyektif (S) pasien mengatakan masih

merasakan sedikit lemas dan pusing pada kepalanya. Obyektif (O): pasien

tampak sudah dapat duduk, tetapi saat berdiri masih memerlukan bantuan

keluarganya, pada nilai pola aktivitas sebagian masih ada yang 2. Assessment

(A): masalah intoleren aktivitas teratasi sebagaian. Planning (P): lanjutkan

intervensi, memantau mobilisasi dini pasien, memberikan bantuan pasien

dalam melakukan ADL.

Page 73: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

63

Pada diagnosa kedua tanggal 06 Januari 2016 jam 20.45 WIB,

masalah intoleren aktivitas adalah data subyektif (S) pasien mengatakan sudah

mampu melakukan aktivitas dengan penuh. Obyektif (O) tampak pasien sudah

mampu melakukan ADL dengan mandiri seperti: makan/minum, toileting,

berpindah, dll, nilai pada pola aktivitas sudah menjadi 0 semua (mandiri).

Assessment (A) masalah intoleren aktivitas teratasi.Planning (P) hentikan

intervensi.

Pada diagnosa ketiga tanggal 04 Januari 2016 jam 14.30 WIB,

masalah gangguan pola tidur adalah data subyektif (S): pasien mengatakan

sulit tidur karena kepalanya masih pusing. Data obyektif (O): tampak wajah

pasien keliatan pucat, pada mata kelihatan ada kantong matanya. Assessment

(A): gangguan pola tidur belum teratasi. Planning (P): lanjutkan intervensi,

menciptakan suasana lingkungan yang nyaman, menganjurkan pada pasien

untuk tidur lebih teratur, mengamati pola tidur pasien.

Pada diagnosa ketiga tanggal 05 Januari 2016 jam 21.00 WIB,

masalah gangguan pola tidur adalah data subyektif (S) pasien mengatakan

tidurnya sudah ada peningkatan, tetapi kadang juga masih sering terbangun,

karena rasa pusing pada kepala. Obyektif (O) tampak wajah pasien masih

sedikit pucat, pada sudah tidak terdapat kantong mata.Assessmet (A) masalah

tidur belum teratasi.Planning (P) lanjutkan intervensi, menciptakan suasana

lingkungan yang nyaman, menganjurkan pada pasien untuk tidur lebih teratur,

mengamati pola tidur pasien.

Page 74: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

64

Pada diagnosa ketiga tanggal 06 Januari 2016 jam 21.00 WIB,

masalah gangguan pola tidur adalah subyektif (S) pasien mengatakan tidurnya

sudah cukup, tidak terbangun lagi kalau malam hari. Obyektif (O) pasien

tampak segar, wajah pasien sudah tidak tampak pucat lagi, pada mata sudah

tidak tampak kantong mata. Assessment (A) masalah gangguan pola tidur

teratasi.Planning (P) hentikan intervensi.

Page 75: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

65

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi, melakukan implementasi dan evaluasi serta

mengaplikasikan pemberian bantal pada leher terhadap penurunan skala nyeri

kepala pada Ny. S dengan cedera kepala ringan di rumah sakit umum daerah

karanganyar maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

A. KESIMPULAN

1. Pengkajian

Keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu nyeri pada kepala dan

lehernya. Pada pola kognitif perceptual sebelum sakit pasien mengatakan

dapat berbicara dengan lancar, dapat melihat dan mendengarkan dengan

jelas, selama sakit pasien mengatakan mengeluhkan nyeri pada kepala

dan leher, P : nyeri karena terpeleset di lantai, Q : nyeri cenat – cenut, R:

nyeri di bagian belakang kepala dan leher, S : skala nyeri 5, T : nyeri

hilang timbul selama 5 menit. Pasien juga mengatakan sebelum sakit

tidur rata – rata 6 – 8 jam sehari, selama sakit pasien mengatakan tidur

rata – rata 3 – 4 jam, sering terbangun, tampak pada bagian mata terdapat

kantong mata, wajah pasien keliatan pucat. Serta pasien mengatakan

lemas dan saat melakukan aktifitas masih dibantu oleh keluarganya.

Page 76: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

66

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang muncul pada Ny. S yaitu nyeri akut berhubungan

dengan agen cedera fisik, intoleran aktivitas berhubungan dengan

kelemahan umum, dan gangguan pola tidur berhubungan dengan adamya

nyeri kepala.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi / rencana yang akan dilakukan yaitu lakukan pengkajian

nyeri/ observasi tingkat nyeri (PQRST), memberikan posisi yang

nyaman, mengajarkan tentang tehnik non farmakologi atau mengajarkan

tehnik distraksi dan relaksasi, mengajarkan pemberian posisi bantal pada

leher, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik. Pada

diagnosa kedua yaitu intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum intervensi / rencana pada diagnosa kedua yang akan dilakukan

yaitu memberikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien,

ajarkan mobilisasi dini, berikan bantuan melakukan (ADLs), bantu untuk

mengidentifikasi aktivitas yang disukai.Pada diagnosa gangguan pola

tidur berhubungan dengan adanya nyeri kepala Intervensi / rencana yang

akan dilakukan yaitu memantau tanda – tanda vital, mengamati pola tidur

pasiem / aktivitas pasien, menganjurkan pada pasien untuk tidur lebih

teratur, ciptakan suasana lingkungan yang nyaman.

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari

rencana keperawatan yang telah disusun.

Page 77: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

67

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan yang dilakukan selama tiga hari sudah

dilakukan secara komperhensif dengan acuan Rencana Asuhan

Keperawatan ( Brunner dan Suddarth, 2002) serta telah berkolaborasi

dengan tim kesehatan lainnya didapatkan hasil evaluasi keadaan klien

dengan kriteria hasil sudah teratasi, maka nyeri akut berhubungan dengan

cedera fisik pada Ny. S teratasi dan intervensi dihentikan.Pada diangnosa

intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum hasil evalusai

keadaan klien dengan kriteria hasil sudah teratasi dan intervensi

dihentikan.Pada diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan

adanya nyeri kepala hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil

sudah teratasi dan intervensi dihentikan.

6. Pemberian posisi bantal pada leher

Pemberian posisi bantal pada leher pada Ny. S diberikan dengan cara

pemberian bantal pada leher yang ketebalannya diatur sesuai dengan

(kurus, sedang, dan berat) yang dapat menopang leher dan kepala dalam

satu garis lurus dengan badan sehingga dapat menurunkan skala nyeri

dari 5 menjadi 1. Posisi tidur yang dianjurkan adalah memakai bantal

yang membuat posisi badan terhadap kepala adalah netral, tidak flexi

maupun ekstensi.

Page 78: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

68

B. SARAN

Setelah penulis melakaukan asuhan keperawatan pada klien dengan

nyeri akut, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif

khususnya di bidang kesehatan antara lain :

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan

kesehatan dan mempertahankan hubungan kerja sama baik antara tim

kesehatan maupun klien. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan klien cedera

kepala ringan khususnya dan diharapkan rumah sakit mampu

menyediakan fasilotas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung

kesembuhan klien.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih maksimal,

khususnya pada klien dengan cedera kepala ringan. Perawat diharapkan

dapat memberikan pelayanan professional dan komperhensif.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesioal,

terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan

keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.

Page 79: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

69

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &

Nanda Nic-Nic

Andarmoyo. S. 2013. Konsep & proses keperawatan nyeri.Ar-ruzz. Yogyakarta

Carpenito Linda Jual. (2008). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis, Jakarta :

EGC

Herdman, heather T, PhD,RN.2014. Nursing diagnoses : definitions & classification 2014-

2014. Jakarta : EGC

Iyer Patrica W dan Nancy H Camp. 2005. Dokumentasi Keperawatan, Jakarta : EGC

Japardi Iskandar. (2006). Sindroma post Concusion. (internet). Bersumber dari :<http: / /

repository. usu.ac. id/bedah-iskandar%20japardi45.pdf>

Judha, M., Sudarti., A. Fauziyah. 2012. Teori Pengukuran Nyeri Dan Nyeri Kepala. Nuha

Medika.Yogyakarta.

Machfoed & Suharjanti, (2010).Penatalaksanaan Menurunkan Nyeri. Yogyakarta, Graha

Ilmu.

Nikmatur Rohmah dan Saiful Walid. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi, AR –

RUZZ MEDIA, Yogyakarta

Midian, S. 2014. Melirik Peluang Budaya Kemii.

http//www.jurnalasia.com/2014/02/19/15803/, 9 Juli 2015

Musliha (2010), Keperawatan Gawat Darurat, Nuha Medika, Yogyakarta.

Monahan, Sands, Neighbors, Marek, & Green.(2007). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam

Menurunkan Nyeri dan Kecemasan Pasien dalam Keperawatan Maternitas.Refika

Aditama. Bandung.

Moscato & Cotta, C.Memetik Algorithms. (2005) Nyeri Post Trauma Kepala, Jakarta :EGC

Potter & Perry, (2009), Buku Ajar Fundamental Keperawatan ; Konsep, Proses, Dan Praktik,

vol 7 Edisi7, EGC, Jakarta, Hal 1420-1465.

Potter & Perry, (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Dan Praktik Vol 2

Edisi 4,EGC, Jakarta.

Prasetyo, S.N. (2010), Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Prince Sylvia A. and Wilson Lorraine M. (2005).Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit.Jakarta: EGC.

Page 80: PEMBERIAN BANTAL PADA LEHER TERHADAP PENURUNAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-hendridwah... · Indonesia tercatat memiliki angka kejadian tertinggi nomor

70

Saputra, Lydon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Binarupa Aksara

Setiadi, 2012.Konsep & Peenulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan

Praktik.Yogyakarta : Graha Ilmu

Setiawan Dan Intan, (2010), Cedera Saraf Pusat Dan Asuhan Keperawatan, Muha Medika,

Yogyakarta.

Sjamsuhidajat, R & Jong, W.D. 2010.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2.Egc. Jakarta

Smeltzer, Suzanne Dan Brenda G Bare (2006), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi

8 Volum 3, EGC, Jakarta.

SuaraMerdeka,2013.AngkaKecelakaan,(Online),Http://M.Suaramerdeka/Index.Php/2013/17/

10/230419. Diakses 15 Desember 2015

Tarwoto & Wartonah.2010. Kebutuhan Dasar Manusiadan Proses Keperawatan Edisi

Ketiga.Jakarta : Salemba Medika

Tiasmara Wahyu, (2010). Pengaruh Bantal Pada Kualitas Tidur anda (Internet).Bersumber

dari :www.halodokterku.com/2010/06/pengaruh-bantal-pada-kualitas-

tidur.html(Diakses tanggal 15 Desember 2015)

Uliyah, Musrifatul & a,aziz alimul h. 2015. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Untuk

Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

WHO,(2013).Theglobalimpact(Internet)Bersumberdari:www.who.int/entity/violence_injury_

prevention/publications/road_traffic/world_report/chapter2.pdf (diakses tanggal 13

Desember 2015)

Wijaya, A., Saferi dan Putri, M., Yesse. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah

Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. 1nd

ed. Nuha Medika. Yogyakarta