PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani...

14
1 PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMANDIRIAN PETANI Achmad Syaifudin, Leny Mulyani, Endang Sulastri RINGKASAN KARYA TULIS Indonesia adalah negara agraris yang berbasis pada sektor pertanian. Kebijakan revolusi hijau (green revolution) ditawarkan pemerintah awal 1970-an memberikan efek yang cepat pada peningkatan produksi pertanian. Kebijakan revolusi hijau telah mengubah pola pertanian lokal menjadi pola pertanian modern yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Namun hal ini menimbulkan dampak negatif pada kaum petani baik secara ekosistem, ekonomi, dan sosial. Hal ini mengindikasikan pengetahuan para petani masih rendah untuk menciptkan pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dari permasalahan yang ada, penulis mengajak kaum petani untuk belajar lebih mandiri dan berfikir kritis terhadap berbagai permasalahan pertanian tersebut. Salah satu cara menggugah kemandirian petani yaitu dengan memberdayakan pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) di kalangan petani yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dekomposer maupun pupuk organik cair di lahan pertaniannya sehingga mampu menekan biaya produksi dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan karya tulis ini antara lain mendeskripsikan dampak negatif dan permasalahan yang timbul akibat penggunaan pupuk kimia serta keuntungan penggunaan pupuk organik, eningkatkan pengelolaan, ketrampilan serta kemandirian petani dalam upaya pemanfaatan bahan-bahan di sekitar petani sebagai mikroorganisme lokal. Memperkenalkan cara pembuatan mikroorganisme lokal sehingga dapat digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair. Larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman. Dengan pengetahuan pembuatan MOL para petani dan warga masyarakat dapat mengaplikasikan MOL untuk pelaksanaan kegiatan konsep rumah tangga zero waste, teknologi beyonic, dan sistem SRI (System of Rice Intencification) Konsep zero waste rumah tangga yaitu dengan mengaplikasikan teknologi komposting dan daur ulang yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga. Teknologi beyonic yaitu teknologi pemanfaatan mikroorganisme (mikroba) untuk meningkatkan produksi pertanian. Dengan penambahan larutan MOL ini sehingga pupuk yang dihasilkan memiliki nilai lebih. Konsep SRI adalah pemberian bahan organik pada lahan pertanian. Dalam pelaksanaannya petani dituntut dapat membuat larutan MOL yang dapat digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair sehingga usaha tani dapat lebih efisien dan ramah lingkungan.

Transcript of PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani...

Page 1: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

1

PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL SEBAGAI

UPAYA PENINGKATAN KEMANDIRIAN PETANIAchmad Syaifudin, Leny Mulyani, Endang Sulastri

RINGKASAN KARYA TULIS

Indonesia adalah negara agraris yang berbasis pada sektor pertanian. Kebijakan revolusi hijau (green revolution) ditawarkan pemerintah awal 1970-an memberikan efek yang cepat pada peningkatan produksi pertanian. Kebijakan revolusi hijau telah mengubah pola pertanian lokal menjadi pola pertanian modern yang menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Namun hal ini menimbulkan dampak negatif pada kaum petani baik secara ekosistem, ekonomi, dan sosial. Hal ini mengindikasikan pengetahuan para petani masih rendah untuk menciptkan pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Dari permasalahan yang ada, penulis mengajak kaum petani untuk belajar lebih mandiri dan berfikir kritis terhadap berbagai permasalahan pertanian tersebut. Salah satu cara menggugah kemandirian petani yaitu dengan memberdayakan pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) di kalangan petani yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dekomposer maupun pupuk organik cair di lahan pertaniannya sehingga mampu menekan biaya produksi dan meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian.

Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan karya tulis ini antara lain mendeskripsikan dampak negatif dan permasalahan yang timbul akibat penggunaan pupuk kimia serta keuntungan penggunaan pupuk organik, eningkatkan pengelolaan, ketrampilan serta kemandirian petani dalam upaya pemanfaatan bahan-bahan di sekitar petani sebagai mikroorganisme lokal. Memperkenalkan cara pembuatan mikroorganisme lokal sehingga dapat digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair.

Larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman.

Dengan pengetahuan pembuatan MOL para petani dan warga masyarakat dapat mengaplikasikan MOL untuk pelaksanaan kegiatan konsep rumah tangga zero waste, teknologi beyonic, dan sistem SRI (System of Rice Intencification)

Konsep zero waste rumah tangga yaitu dengan mengaplikasikan teknologi komposting dan daur ulang yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga. Teknologi beyonic yaitu teknologi pemanfaatan mikroorganisme (mikroba) untuk meningkatkan produksi pertanian. Dengan penambahan larutan MOL ini sehingga pupuk yang dihasilkan memiliki nilai lebih. Konsep SRI adalah pemberian bahan organik pada lahan pertanian. Dalam pelaksanaannya petani dituntut dapat membuat larutan MOL yang dapat digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair sehingga usaha tani dapat lebih efisien dan ramah lingkungan.

Page 2: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

2

Pemberdayaan MOL dengan konsep rumah tangga zero waste, teknologi beyonic, dan sistem SRI dapat menggugah kesadaran para petani dan warga masyarakat dalam mengelola sampah sehingga akan tercipta lingkungan bersih dan sehat. Selain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih mandiri dan beralih pada sistem pertanian organik.

Page 3: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

3

GAGASAN

Kondisi TerkiniPeristiwa kelangkaan pupuk kimia yang sering terjadi beberapa waktu ini

pada musim tanaman menyebabkan petani harus mencari ke kota lain, memesan terlebih dahulu di kios atau toko pertanian, dan berani membeli mahal demi kelanjutan produksi tanamannya. Ini merupakan indikasi bagaimana pupuk kimia sudah merupakan kebutuhan dasar bagi para petani.

Selain terjadi kelangkaan pupuk, semakin melambungnya harga pupuk kimia belakangan ini, memang menjadi kendala tersendiri bagi petani. Namun, kondisi ini bertambah berat, karena petani masih sangat bergantung untuk menggunakan pupuk jenis ini. Petani menyadari jika kebutuhan hara tanaman tidak dipenuhi maka hasil panen yang diperoleh akan menurun, oleh karena itu tidak heran kalau petani menjadi panik karena terjadi kelangkaan pupuk.

Para petani saat ini juga tengah diresahkan oleh keberadaan pupuk palsu yang beredar luas di pasaran dan bahkan dijual oleh agen pupuk resmi. Parahnya pupuk palsu tersebut baru diketahui palsu setelah digunakan untuk memupuk tanaman karena mengakibatkan tanaman padi tumbuh menjadi kerdil. Sekilas pupuk palsu tidak jauh berbeda dengan pupuk asli. Namun diketahui bahwa butiran pupuk palsu ini sangat keras dan tidak pecah jika diremas.

Petani lebih memperhatikan kepentingan sesaat daripada kepentingan jangka panjang. Pemakaian pupuk kimia terutama dalam jumlah berlebihan di atas takaran rekomendasi selama ini sudah mulai memberikan dampak lingkungan yang negatif seperti kualitas lahan sawah menurun, cepat mengeras, daya serap air dan keberadaan hara berkurang, rentannya tanah terhadap erosi, menurunnya permeabilitas tanah, menurunnya populasi mikroba tanah, dan sebagainya.

Dampak pemakaian pupuk kimia mempunyai efek yang cepat dalam meningkatkan produksi tetapi dengan kadar yang tidak seimbang. Hal tersebut menyebabkan kemampuan lahan itu over dosis dan lahan menjadi sakit. Menurut Kartiadi (2009), menegaskan bahwa seberapa tinggi lahan pertanian sakit karena pemakaian pupuk kimia adalah melalui indikator kesuburan tanah yaitu kandungan C-organik. Komponen C-organik dari 65 % tanah persawahan di Indonesia di bawah 1 %, yang harusnya di atas 2 %. Artinya tanah itu sudah sangat rusak dan kelelahan.

Dari berbagai akibat penggunaan pupuk kimia tersebut masalah yang timbul antara lain: 1) Tanaman menjadi sangat rawan terhadap hama, meskipun produktivitasnya tinggi namun tidak memiliki ketahanan terhadap hama, 2) Pembodohan terhadap petani yang diindikasikan dengan hilangnya pengetahuan lokal dalam mengelola lahan pertanian dan ketergantungan petani terhadap paket teknologi pertanian produk industri.

Pada saat ini petani lebih suka menggunakan pupuk kimia dibandingkan pupuk organik. Pupuk organik bersifat voluminous karena kandungan haranya rendah, sehingga memerlukan tambahan biaya untuk transportasi, pemrosesan, dan aplikasi kalau mendatangkan dari tempat lain. Bahan organik yang sudah tersedia tentunya juga harus diproses terlebih dahulu menjadi kompos. Efek dari

Page 4: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

4

penggunaan pupuk organik lambat, tidak seperti pupuk kimia yang respon tanaman berlangsung cepat.

Dengan fakta itu penulis mencoba memberdayakan penggunaan mikroorganisme lokal ini untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tentunya peningkatan kualitas hasil pertanian. Selain itu, dengan adanya pengetahuan pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) tersebut para petani akan lebih mandiri karena dapat membuat pupuk kompos sendiri dengan bantuan MOL sebagai decomposer.

Peran MOL dalam kompos, selain sebagai penyuplai nutrisi juga berperan sebagai komponen bioreaktor yang bertugas menjaga proses tumbuh tanaman secara optimal. Fungsi dari bioreaktor sangatlah kompleks, fungsi yang telah teridentifikasi antara lain adalah penyuplai nutrisi melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai kebutuhan tanaman, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi yang ideal bagi pertumbuhan tanaman, bahkan kontrol terhadap penyakit yang dapat menyerang tanaman (Purwasasmita, 2009a).

Informasi terkait pemanfaatan mikroorganisme lokal ini diperoleh dari keikutsertaan penulis dalam program pendampingan petani SLPTT (Sekolah Lapang Pengeloaan Tanaman Terpadu). Penulis mendapatkan pinjaman buku dari PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) setempat yang sempat mengikuti kegiatan pelatihan di Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT). Selanjutnya pengambilan data atau informasi dilakukan secara beruntun dengan data yang diperoleh adalah data sekunder melalui studi pustaka. Studi pustaka yang menjadi acuan adalah buku, majalah dan prosiding seminar serta searching internet.

Solusi yang pernah di tawarkanPenggunaan pupuk kimia oleh para petani yang berlebihan menjadikan

produsen pupuk kimia kesulitan dalam memenuhi permintaan akan pupuk oleh karena itu munculah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang memperjualkan pupuk palsu. Kehadiran pupuk palsu ini meresahkan petani oleh karena itu ada beberapa petani yang mencoba menggunakan pupuk organik agar tanamannya tetap menghasilkan.

Penggunaan pupuk organik ini tidak dilaksanakan secara kontinyu karena petani belum dapat secara mandiri untuk memproduksinya. Berdirinya pabrik-pabrik pupuk yang berbasis organik, pabrik ini menawarkan berbagai macam jenis pupuk organik yang berbahan dasar mikroba. Para petani dapat memperoleh pupuk organik secara cepat dan mudah pengaplikasiannya, akan tetapi pupuk organik buatan pabrik ini memiliki kelemahan yaitu harganya yang mahal dan memerlukan dalam jumlah yang besar. Penggunaan pupuk organik memerlukan biaya yang sangat besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan pupuk organik sama mahalnya dengan menggunakan pupuk kimia karena harga pupuk organik kemasan yang mahal. Kebanyakan petani membeli pupuk organik yang sudah bermerk atau sudah ada di pasaran, untuk proses pembuatanya sendiri, petani tidak tahu sama sekali.

Harga pupuk organik yang mahal menyurutkan niat para petani untuk sepenuhnya menggunakan pupuk organik. Para petani tidak mengetahui bahwa

Page 5: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

5

pupuk organik dapat diprodukasi sendiri dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Pada dasarnya pupuk organik yang berbahan dasar mikroorganisme mudah diproduksi sendiri, karena mikroorganisme-mikroorganisme yang berguna banyak terdapat di alam sekitar kita. Kehadiran mikroba berguna ini semakin berkurang karena dampak penggunaan pupuk kimia yang berlebihan oleh para petani sehingga habitat mikroorganisme ini menjadi terganggu. Oleh karena itu kita harus mempertahankan keberadaan mikroorganisme berguna ini dengan cara memperbanyaknya dan mendayagunakannya untuk memperbaiki ekosistem yang telah rusak. Dengan memperbanyak mikroorganisme dan mengembalikannya ke alam diharapkan ekosistem terutama yang di dalam tanah menjadi sehat kembali sehingga dapat mendukung pertumbuhan tanaman.

Solusi yang DiajukanLarutan MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah larutan hasil fermentasi

yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman, sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida (Purwasasmita, 2009b).

Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama adalah murah bahkan tanpa biaya. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar, petani dapat kreatif membuat MOL dari bahan-bahan seperti buah-buahan busuk (pisang, pepaya, mangga, dan lain-lain), rebung bambu, pucuk tanaman merambat, tulang ikan, keong, urine sapi, bahkan sampai urine manusia, darah hewan, bangkai hewan, air cucian beras, dan sisa makanan. Menurut Amalia (2008), cara membuat MOL itu mudah, semua yang ada di sekitar kita dapat dipakai, semua bahan dicampur dengan larutan yang mengandung glukosa seperti air nira, air gula, atau air kelapa. Lalu ditutup dengan kertas, dibiarkan sampai 7 hari. Setelah itu dipakai untuk menyemprot ke sawah. Menurut Hadinata (2008), secara terperinci bahan utama dalam MOL terdiri dari 3 jenis komponen antara lain: - Karbohidrat: air cucian beras (Tajin), nasi bekas (basi), singkong, kentang,

gandum. Yang paling sering digunakan adalah dengan air tajin.- Glukosa: dari gula merah diencerkan dengan air, cairan gula pasir, gula batu

dicairkan, air gula, dan air kelapa.- Sumber Bakteri: keong mas, kulit buah-buahan misalnya tomat, pepaya, dan

sebagainya, air kencing, atau apapun yang mengandung sumber bakteri.Dari macam bahan sumber bakteri yang telah disebutkan, ada hal yang

menarik yaitu bahan MOL dari keong mas. Keong mas merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi di Indonesia. Tingkat serangan hama tersebut tergolong cukup tinggi. Menurut Pitoyo (2006), perkembangan hama ini sangat cepat, dari telur hingga menetas hanya butuh waktu 4 - 7 hari. Disamping itu, satu ekor keong mas betina mampu menghasilkan 15 kelompok telur selama satu siklus hidup (60-80 hari), dan masing-masing kelompok telur berisi 300-500 butir. Hal ini sangat menguntungkan apabila para petani dapat memanfaatkannya

Page 6: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

6

sebagai MOL, selain mengurangi keberadaan hama pengganggu di areal pertaniannya juga mampu menciptakan produk yang berguna.

Berikut ini berbagai contoh larutan mikroorganisme lokal yang sudah dibuat dan diaplikasikan para petani antara lain : - MOL buah-buahan untuk membantu malai (bulir padi) agar lebih berisi. - MOL daun cebreng untuk penyubur daun tanaman, disemprotkan pada padi

umur 30 HST. - MOL bonggol pisang untuk dekomposer saat pembuatan kompos, dan

disemprotkan pada tanaman padi 10, 20, 30 dan 40 HST.- MOL sayuran untuk merangsang tumbuhnya malai (bulir padi), disemprotkan

pada usia padi 60 HST. - MOL rebung bambu untuk merangsang pertumbuhan tanaman, disemprotkan

pada usia padi 15 HST. - MOL limbah dapur untuk memperbaiki struktur fisik, biologi, dan kimia

tanah, disemprotkan pada saat olah tanah. - MOL protein untuk nutrisi tambahan pada tanaman, disemprotkan pada usia

15 HST. - MOL nimba dan surawung untuk mencegah penyakit tanaman.

Menurut Kurnia, et al. (2003), telah melakukan analisis atas sampel larutan MOL berenuk dan larutan MOL air kelapa dan sampah dapur. Ditunjukkan larutan MOL berenuk mengandung bacillus sp, sacharomyces sp, azospirillum sp, dan azotobacter. MOL sampah dapur mengandung pseudomonas, aspergilus sp, dan lactobacillus sp.

Sementara itu, Hersanti (2007) mengisolasi bakteri dari berbagai larutan MOL. Bakteri yang berhasil diisolasi ada 19 isolat terdiri atas 3 isolat dari MOL daun cebreng, 1 isolat dari MOL pucuk waluh, 7 isolat dari MOL berenuk, 1 isolat dari NOL rebung, 3 isolat dari MOL bonggol pisang, 4 isolat dari MOL pisang. Karakterisik isolat bakteri dilakukan dengan mengamati morfologi koloni, yaitu warna, bentuk, permukaan, dan tepi koloni. Morfologi koloni 19 isolat bakteri diperoleh pada media nutrien agar.

Juga dilakukan uji antagonisme bakteri hasil isolasi terhadap Rhyzoctonia oryzae, diketahui ada 6 isolat bakteri yang mempunyai kemampuan sebagai agen antagonis untuk jamur R.oryzae, 1 isolat dari MOL Berenuk, 1 isolat dari MOL bonggol pisang, 3 isolat dari MOL daun Cebreng, 1 isolat dari mol pucuk waluh. Uji antagonism bakteri dari 19 isolat hasil dari isolasi MOL terhadap Cercospora oryzae menunjukkan 4 isolat bakteri memiliki kemampuan sebagai agen antagonis untuk menekan jamur C.oryzae., 2 dari MOL berenuk, 1 dari MOL daun cebreng, 1 dari MOL pisang (Hersanti, 2007).

Pihak-pihak yang dapat membantu mengimplementasikan gagasanBerdasarkan gagasan yang diajukan penulis terkait pemberdayaan Mikro

Organisme Lokal (MOL) di kalangan petani ada beberapa pihak yang dapat membantu mengimplementasikan gagasan yang diajukan tersebut antara lain : Peneliti (Universitas) : Hal ini menarik untuk diteliti terkait jenis

mikroorganisme apa saja yang terdapat dalam masing-masing bahan sumber MOL (Mikro Organisme Lokal) selain pustaka yang sudah diketahui. Dengan

Page 7: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

7

adanya penelitian tersebut sehingga akan diketahui manfaat yang lebih spesifik dari masing-masing sumber MOL karena sudah diketahui jenis mikroorganisme yang terkandung di dalamnya.

Dinas Pertanian : diharapkan Dinas Pertanian mampu membuat kebijakan untuk para petani terkait pemberdayaan pupuk organik secara mandiri melalui program-program sekolah lapang yang sudah dibiayai pemerintah. Hal ini sangat diperlukan sebagai upaya menciptakan kemandirian petani, revitalisasi lahan pertanian, serta mempopulerkan pertanian organik sehingga para petani dapat memanfaatkan bahan-bahan di sekitar mereka untuk membuat pupuk dan dekomposer

Organisasi Petani: beberapa organisasi petani yang telah ada antara lain adalah Paguyuban Petani PHT, Ikatan Petani PHT Indonesia, Pos IPAH (Pos Pelayanan Agens Hayati, Sumatera Barat), Puspahayati (Pusat Pengembangan Agens Hayati, Jawa Tengah), dan PPAH (Pusat Pelayanan Agens Hayati, Jawa Timur). Dengan adanya kerja sama dengan organisasi tersebut diharapkan organisasi tersebut sebagai pelopor untuk mewujudkan petani mandiri dengan program pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan MOL.

LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) : Keberadaan LSM terkait inovasi pelatihan pembuatan MOL adalah sebagai fasilitator, motivator, dan pengawasan melalui tenaga-tenaga pendamping pada tiap kelompok tani. Dengan adanya tenaga-tenaga pendamping ini diharapkan para petani mendapatkan informasi yang lebih detail adanya teknologi dan inovasi baru di dunia pertanian.

Lembaga pemerintahan : Dalam pengadaan program pelatihan kepada petani perlu adanya dukungan dari lembaga pemerintahan khususnya lembaga pemerintahan desa. Dukungan lembaga pemerintahan tersebut dapat berupa sumbangan materiil maupun spiritiual. Dengan adanya dukungan dan peran serta lembaga pemerintahan maka pelatihan dan pemberdayaan petani dan masyarakat terkait inovasi baru yang ditawarkan dapat terlaksana.

Penyuluh (Petugas Penyuluh Lapangan) : Para penyuluh mengadakan pelatihan pembuatan MOL sehingga para petani mampu mandiri dalam membuat pupuk kompos. Hal ini dikarenakan MOL dapat berfungsi sebagai dekomposer. Dalam hal ini PPL aktif melakukan pendampingan petani agar nantinya ke depan petani tidak kesulitan untuk membuat dan mengaplikasikan inovasi baru ini.

Langkah-langkah strategis implementasi gagasan Dari solusi yang sudah dijelaskan terkait pemanfaatan bahan-bahan di

sekitar petani yang dapat digunakan sebagai MOL (Mikro Organisme Lokal) tentunya harus diadakan pelatihan pembuatan MOL itu sendiri. Dengan pengetahuan pembuatan MOL para petani khususnya dan warga masyarakat pada umumnya dapat mengaplikasikan MOL tersebut untuk program-program berikut antara lain:

Page 8: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

8

Konsep Rumah Tangga Zero Waste Konsep pengelolaan sampah rumah tangga yang direncanakan adalah

konsep zero waste yang mengaplikasikan teknologi komposting dan daur ulang yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan ke tempat pembuangan akhir. Konsep zero waste pada intinya melarang membuang sampah rumah tangga keluar rumah melainkan harus diproses sendiri. Ini adalah langkah merubah cara masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya yaitu dengan cara mengembangkan teknologi daur ulang untuk membentuk suatu sistem sirkular dimana sampah juga masuk sebagai salah satu sumber daya di dalamnya dan digunakan semaksimal mungkin sama seperti sumber daya lainnya.

Pada prinsipnya zero waste dapat dipahami sebagai upaya memaksimalkan sistem daur ulang dan meminimalisasi limbah (waste). Dalam prakteknya adalah upaya untuk meyakinkan bahwa produk-produk yang dihasilkan dapat didaur ulang, diperbaiki, digunakan kembali oleh alam atau dalam pasar.

Pelatihan teknologi pengolahan sampah secara terpadu dengan konsep zero waste yang diharapkan bermanfaat untuk memperkenalkan serta mensosialisasikan sistem dan teknologi pengolahan sampah secara terpadu dengan pendekatan konsep rumah tangga Zero waste dengan memanfaatkan pemakaian Mikroorganisme Lokal. Pelatihan ini mendeskripsikan nilai ekonomis dan potensi daur ulang sampah, sejak pengumpulan hingga teknis pengolahan dan pemanfaatannya.

Partisipasi setiap warga dapat berupa, misalnya, hanya membeli barang-barang yang dapat dimanfaat kembali, didaur ulang, dan dapat diasimilasi. Dengan kata lain, tidak membeli barang yang akhirnya menjadi limbah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi. Selain itu juga dapat berperan aktif untuk menyebarluaskan arti penting dan manfaat program zero waste kepada sesama warga sehingga dapat tercipta percepatan pembentukan komunitas zero waste di daerahnya.

Teknologi BeyonicBeyonic merupakan singkatan dari beyond bio-organic, yakni teknologi

yang menjadikan pupuk organik sebagai pupuk penyubur tanaman sekaligus menjadi pupuk yang bisa dimanfaatkan untuk memulihkan kualitas lahan bekas penggalian tambang. Alat yang diperlukan di antaranya peralatan pengayaan mikroorganisme lokal (Pramono, 2010)

Teknologi Beyonic ini merupakan teknologi berbasis pemanfaatan mikroorganisme (mikroba) untuk meningkatkan produksi pertanian, memulihkan ekosistem akibat eksploitasi alam (pertambangan), menurunkan toksitas limbah beracun, dan meningkatkan kesehatan tanaman.

Untuk membantu petani mengolah dan memproduksi pupuk organik secara mandiri, perlu dilakukan pengembangan teknologi beyonic berbasis mikroba lokal. Teknik ini akan meminimalisasi penggunaan senyawa kimia sintetis sehingga kualitas lahan tetap terjaga. Fungsi mikroba lokal yang digunakan membantu pertumbuhan tanaman dan kesehatan ekosistem,

Page 9: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

9

mikroba lokal atau disebut mikroba indigenous ini merupakan mikroba yang sudah hidup ratusan tahun dalam ekosistem Indonesia, yang beradaptasi dengan baik terhadap ekosistemnya.

Sekolah Lapang SRI (System of Rice Intencification)Usaha tani padi sawah organik metode SRI merupakan usahatani padi

sawah irigasi secara intensif dan efisien dalam pengelolaan tanah, tanaman dan air melalui pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal serta berbasis pada kaidah ramah lingkungan (Deptan, 2008). Salah satu aplikasi dari prinsip pertanian berwawasan lingkungan adalah mengoptimalkan penggunaan sumberdaya lahan, termasuk biodiversitas, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah, melalui penggunaan pupuk alami hasil dekomposisi mikroba. Sumber-sumber bahan organik yang tersedia di lokasi perlu dioptimalkan penggunaannya (Rosita, 2007).

Salah satu konsep dan pendekatan SRI yaitu pemberian bahan organik. SRI menganjurkan pemakaian bahan organik (kompos) untuk memperbaiki struktur tanah agar akar dapat tumbuh baik dan hara tersuplai kepada tanaman secara perlahan (Kuswara, 2003); (Wardana et al., 2005). Menurut Mauludin (2009), bahan-bahan mikroorganisme lokal yang dikembangkan oleh tim pengembang SRI di berbagai daerah di Jawa Barat diantaranya bahan tersebut diduga berupa zat yang dapat merangsang pertumbuhan dan zat yang mampu mendorong perkembangan tanaman seperti zyberlin, sitoxinin, auxin, dan inhibitor.

Dampak pengembangan usahatani padi sawah organik metode SRI melalui Sekolah Lapangan SRI dilakukan dengan merubah perilaku usahatani yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Perubahan perilaku usahatani tersebut memerlukan waktu untuk berproses, sehingga upaya bimbingan dan pembinaan perlu dilakukan secara terus menerus oleh petugas lapangan.

Page 10: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

10

KESIMPULAN

Gagasan Yang DiajukanDari beberapa gagasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa

banyak keuntungan yang diperoleh dari penggunaan MOL (Mikro Organisme Lokal). Dimulai dari konsep zero waste dengan memanfaatkan limbah organik rumah tangga, kemudian teknologi beyonic dengan menambahkan MOL ke dalam pupuk organik, pemanfaatan bahan-bahan di sekitar petani sebagai contoh keong mas yang merupakan salah satu tanaman padi dapat digunakan sebagai sumber MOL, selanjutnya penggunaan pupuk organik di lapang sejalan dengan program SRI dari pemerintah.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan MOL (Mikro Organisme Lokal) ini antara lain :1. Sederhana dan mudah dipraktekkan.2. Waktu relatif singkat.3. Murah (bahkan gratis) karena memanfaatkan bahan-bahan yang kurang

dimanfaatkan dan merugikan.4. Pupuk organik yang dihasilkan mengandung unsur komplek dan mikroba

bermanfaat.5. Ramah lingkungan.6. Mendukung program pertanian pemerintah.7. Biota tanah terlindungi.8. Memperbaiki kualitas tanah dan hasil panen.9. Produk pertanian aman dikonsumsi.

Teknik Implementasi Yang Akan DilakukanTeknik implementasi gagasan yang diajukan penulis dengan adanya pelatihan

pembuatan MOL (Mikro Organisme Lokal) dapat ditempuh melalui beberapa program sebagai berikut: Konsep Rumah Tangga Zero Waste

Konsep zero waste rumah tangga yaitu dengan mengaplikasikan teknologi komposting dan daur ulang yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga yang dihasilkan ke tempat pembuangan akhir. Setiap rumah tangga diharapkan mampu membuat MOL (Mikro Organisme Lokal) sendiri sehingga dapat digunakan sebagai dekomposer sampah rumah tangga miliknya sendiri.

Teknologi BeyonicTeknologi beyonic yaitu teknologi berbasis pemanfaatan

mikroorganisme (mikroba) untuk meningkatkan produksi pertanian, memulihkan ekosistem akibat eksploitasi alam (pertambangan), menurunkan toksitas limbah beracun, dan meningkatkan kesehatan tanaman. Para petani diharapkan mampu mengolah dan memproduksi pupuk organik secara mandiri dengan penambahan larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) sehingga pupuk yang dihasilkan oleh para petani memiliki nilai lebih yaitu mengandung mikroba tanah yang berguna.

Sekolah Lapang SRI (System of Rice Intencification)

Page 11: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

11

Salah satu konsep dan pendekatan SRI yaitu pemberian bahan organik. SRI menganjurkan pemakaian bahan organik (kompos) untuk memperbaiki struktur tanah agar akar dapat tumbuh baik dan hara tersuplai kepada tanaman secara perlahan. Dalam pelaksanaan SL SRI tersebut petani dituntut untuk dapat membuat larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) sehingga dapat digunakan sebagai decomposer maupun pupuk cair lahan pertaniannya. Dengan adanya SL SRI ini diharapkan mampu merubah perilaku usahatani yang lebih efisien dan ramah lingkungan yang menuju ke pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).

Prediksi Hasil yang Akan DiperolehAgar dapat terlaksana dengan baik harus ada kerjasama antara pemerintah

dan masyarakat petani. Pemerintah melalui Departemen Pertanian dan instansi dibawah naungannya mengintensifkan penyuluhan kemasyarakatan melalui penyuluhan serta pelatihan pembuatan mikroorganisme lokal yang dilanjutkan dengan pembuatan pupuk organik sehingga penerapan teknologi beyonic, konsep rumah tangga zero waste, dan sistem SRI dapat terlaksana. Dengan adanya kesadaran para petani dan warga masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga maupun sampah masyarakat maka akan terciptanya kondisi lingkungan yang bersih dan sehat.

Selain itu pemberdayaan petani dengan pengetahuan pembuatan MOL dan Sekolah Lapang SRI akan mampu menjadikan petani lebih mandiri dan mengubah pola pikir terkait kerusakan lingkungan dan degradasi lahan pertanian akibat pertanian konvensional sehingga akan kembali ke sistem pertanian yang dahulu yaitu pertanian organik. Pertanian organik sebagai alternatif menuju tercapainya suatu kondisi yang ramah lingkungan dengan produk-produk yang terjaga dari kontaminasi zat-zat kimia, diharapkan dapat membuka peluang pasar baik lokal, regional internasional.

Page 12: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

12

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, A. 2008. Pembuatan Starter/MOL (Mikro Organisme Lokal) Oleh Petani. Http://organicfield.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 7 Maret 2010

Deptan. 2008. Pedoman Teknis Pengembangan Usaha Tani Padi Sawah Organik Metode System of Rice Intencification (SRI). Http://pla.deptan.go.id/pdf/. Diakses pada tanggal 5 Maret 2010

Hadinata, I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal.Http://ivanhadinata.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 7 Maret 2010

Hersanti. 2007. Isolasi Bakteri Asal Larutan Mikroorganisme Lokal, Uji Antagonis, Uji Pertumbuhan Semai Padi. Faperta UNPAD. Jatinangor.

Kartiadi, E. 2009. Pupuk Organik Tidak Merusak Lahan. Http://www.greenradio.fm/index.php. Diakses pada tanggal 5 Maret 2010

Kurnia, K., P. Arbianto dan I.N.P. Aryantha (2003), Studi Patogenisitas Bakteri Entomopathogenik Lokal pada Larva Hyposidra talaca Wlk dan Optimasi Medium Pertumbuhannya. Seminar bulanan Bioteknologi - PPAU Bioteknologi ITB, 15 September 2004, Bandung.

Kuswara. 2003. Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode System Rices Intensification (SRI) Pertanian Ekologis. Yayasan Field Indonesia. Ciamis.

Mauludin. 2009. Pengembangan Bahan Organik Melalui Mikroorganisme Lokal, Kompos Dan Pestisida Nabati. Http://gofreedomindonesia.com/. Diakses pada tanggal 5 Maret 2010

Mujahir, A. 2009. Revolusi Hijau, Menjerat Petani dengan Racun. Http://www.balebengong.net/. Diakses pada tanggal 5 Maret 2010

Pitojo, S. 1996. Petunjuk Pengendalain dan Pemanfaatan Keong Emas. Trubus Agriwidya. Ungaran.

Pramono. 2010. Pupuk Organik Berbasis Mikroba Lokal. Http://www.biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/. Diakses pada tanggal 7 Maret 2010

Purwasasmita, M. 2009a. Mengenal SRI (System of Rice Intensification). Http://sukatani-banguntani.blogspot.com. Diakses pada tanggal 5 Maret 2010

_______________. 2009b. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan Dalam Bioreaktor Tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia. Bandung, 19-20 Oktober 2009

Rosita, S. M. D. 2007. Kesiapan Teknologi Mendukung Pertanian Organik Tanaman Obat: Kasus Jahe (Zingiber Officinale Rosc.). Perspektif. 4 (2): 75 – 84.

Wardana, P. I. Juliardi, Sumedi, Iwan S. 2005. Kajian Perkembangan System of Rice Intensification (SRI) di Indonesia. Kerjasama Yayasan Padi Indonesia (YAPADI) dan Badan Litbang Pertanian.

Page 13: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

13

Gambar 1. Sumber MOL dari Rebung Bambu

Gambar 2. Sumber MOL dari Buah-buahan

Gambar 3. Sumber MOL dari Telur dan Hama Keong Mas

Page 14: PEMBERDAYAAN MIKROORGANISME LOKAL · PDF fileSelain itu, juga akan menambah pengetahuan petani dalam pemanfaatan bahan-bahan disekitarnya dan sistem SRI serta menjadikan petani lebih

14

Gambar 4. Sumber MOL dari Bonggol Pisang

Gambar 5. Sumber MOL dari Daun Nimba

Gambar 6. Tempat Sampah Konsep Zero Waste Rumah Tangga