Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

17
1 PENGALAMAN PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR TAMBANG MELALUI PENGEMBANGAN PERIKANAN (BUDIDAYA) DI PULAU GEBE, MALUKU UTARA Sulistiono 1,2) , Mufti Murhum 3) , dan Hardono 4) , Radi I Albani 1) , Tomi Saeful Hakim 1) , Ikhsan 3) 1) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor 2) Pusat Reklamasi Tambang, Institut Pertanian Bogor 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Khairun 4) Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemda Halmahera Tengah ABSTRAK Pemberdayaan masyarakat di sekitar tambang Pulau Gebe melalui pengembangan perikanan dilakukan sejak tahun 2011 sampai 2014. Kegiatan ini dilakukan bersama 4 institusi yang terdiri atas perguruan tinggi (Institut Pertanian Bogor, Universitas Khairun), pemerintah daerah (Halmahera Tengah) dan perusahaan (PT ANTAM Tbk). Metoda pelaksanaan dilakukan melalui kegiatan pelatihan, pendampingan dan monitoring serta evaluasi. Dari hasil pelaksanaan diketahui bahwa masyarakat telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik pada bidang perikanan budidaya. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian program terutama berkaitan dengan pemasaran dan pengawetan ikan (ketika tidak terjual di lokasi, atau akan dibawa ke lokasi di luar Pulau Gebe). Keadaan tersebut juga berkaitan dengan kondisi listrik dan sistem transportasi. Kata-kata kunci: Pemberdayaan masyarakat, perikanan budidaya, Pulau Gebe, Maluku Utara 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumberdaya yang cukup besar, baik sumberdaya tidak dapat pulih (yang terdiri atas minyak, gas, tambang batubara, nikel dan lain-lain) maupun semberdaya dapat pulih (yang terdiri atas perikanan, kelautan, pertanian, kehutanan, peternakan dan lain- lain). Sumberdaya tersebut jika dapat dikelola dengan baik dapat dijadikan sumber utama perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia Pembangunan perikanan merupakan salah satu program unggulan di wilayah Indonesia, khususnya di wilayah bagian timur. Kondisi tersebut memungkinkan karena potensi di wilayah tersebut masih cukup besar untuk dapat dikelola dan dimanfaatkan. Salah satu wiayah yang memiliki sumberdaya perikanan cukup besar adalah Pulau Gebe. Pulau ini merupakan salah satu gugusan kepulauan yang terletak di wilayah timur Kabupaten Halmahera Tengah, Propinsi Maluku Utara dengan luas 150 km 2 . Berbagai potensi perikanan dan kelautan yang dimaksud dapat berupa berbagai komoditas (biota) laut ataupun objek-objek konservasi dan wisata.

description

ops

Transcript of Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

Page 1: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

1

PENGALAMAN PEMBELAJARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITARTAMBANG MELALUI PENGEMBANGAN PERIKANAN (BUDIDAYA) DI PULAU

GEBE, MALUKU UTARA

Sulistiono1,2) , Mufti Murhum3), dan Hardono4), Radi I Albani1), Tomi Saeful Hakim1),Ikhsan3)

1) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor2) Pusat Reklamasi Tambang, Institut Pertanian Bogor

3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Khairun4)Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemda Halmahera Tengah

ABSTRAK

Pemberdayaan masyarakat di sekitar tambang Pulau Gebe melalui pengembanganperikanan dilakukan sejak tahun 2011 sampai 2014. Kegiatan ini dilakukan bersama 4 institusiyang terdiri atas perguruan tinggi (Institut Pertanian Bogor, Universitas Khairun), pemerintahdaerah (Halmahera Tengah) dan perusahaan (PT ANTAM Tbk). Metoda pelaksanaan dilakukanmelalui kegiatan pelatihan, pendampingan dan monitoring serta evaluasi. Dari hasilpelaksanaan diketahui bahwa masyarakat telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yanglebih baik pada bidang perikanan budidaya. Namun demikian, terdapat beberapa hal yangperlu menjadi perhatian program terutama berkaitan dengan pemasaran dan pengawetan ikan(ketika tidak terjual di lokasi, atau akan dibawa ke lokasi di luar Pulau Gebe). Keadaan tersebutjuga berkaitan dengan kondisi listrik dan sistem transportasi.

Kata-kata kunci: Pemberdayaan masyarakat, perikanan budidaya, Pulau Gebe, Maluku Utara

1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi sumberdaya yang cukup besar, baik sumberdaya tidak dapat

pulih (yang terdiri atas minyak, gas, tambang batubara, nikel dan lain-lain) maupun semberdaya

dapat pulih (yang terdiri atas perikanan, kelautan, pertanian, kehutanan, peternakan dan lain-

lain). Sumberdaya tersebut jika dapat dikelola dengan baik dapat dijadikan sumber utama

perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia

Pembangunan perikanan merupakan salah satu program unggulan di wilayah Indonesia,

khususnya di wilayah bagian timur. Kondisi tersebut memungkinkan karena potensi di wilayah

tersebut masih cukup besar untuk dapat dikelola dan dimanfaatkan. Salah satu wiayah yang

memiliki sumberdaya perikanan cukup besar adalah Pulau Gebe. Pulau ini merupakan salah

satu gugusan kepulauan yang terletak di wilayah timur Kabupaten Halmahera Tengah, Propinsi

Maluku Utara dengan luas 150 km2. Berbagai potensi perikanan dan kelautan yang dimaksud

dapat berupa berbagai komoditas (biota) laut ataupun objek-objek konservasi dan wisata.

Page 2: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

2

Namun demikian, upaya pengelolaan sumberdaya alam tersebut masih belum optimal,

subsisten dan belum dijadikan sebagai sumber pendapatan utama masyarakat. Pulau ini juga

merupakan lokasi penambangan nikel.Sejak 1978, PT Antam (Persero) Tbk menambang nikel

di pulau itu hingga izin kontrak karya berakhir tahun 2004dan saat ini memasuki tahap pasca

tambang.

Program pemberdayaan ekonomi masyarakat kecamatan Pulau Gebe merupakan salah

satu bentuk tanggung jawab sosial suatu perusahaan (PT Antam Tbk) untuk dapat

memberikan kontribusi pengembangan manusia, ekonomi, dan lingkungan di Kecamatan Pulau

Gebe. Program ini dilaksanakan melalui kerjasama antara PT Antam (Persero) Tbk, Pemkab

Halmahera Tengah, LPPM IPB dan LPPM Unkhair.

1.2 TujuanSecara umum tujuan program ini adalah untuk memberdayakan ekonomi masyarakat

melalui kegiatan perikanan. Sedangkan secara khusus program ini bertujuan:

a. Meningkatkan pengetahuan tentang perikanan budidaya

b. Memperkenalkan teknologi budidaya

Diharpakan dari program ini adalah meningkatnya pendapatan masyarakat Pulau Gebe

terutama para pembudidaya perairan.

2. METODE2.1. Lokasi dan Waktu

Secara umum kegiatan dilakukan di Kecamatan Pulau Gebe, dan beberapa kegiatan

seperti pelatihan dan sosialisasi dilakukan di luar Kecamatan Pulau Gebe. Program ini

dilaksanakan selama 27 bulan sejak bulan Oktober 2011 – Desember 2014.

2.2. Metode PelaksanaanPelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan beberapa metode yang meliputi sosilisasi,

perekrutan pendamping, pelatihan dan pendampingan. Secara khusus kegiatan dibagi dalam

beberapa tahap kegiatan, sebagai berikut:

1. Melakukan persiapan pendampingan melalui perekrutan dan pelatihan tenaga

pendamping

2. Melakukan implementasi program pemberdayaan ekonomi masyarakat di bidang

perikanan budidaya

3. Melakukan pendampingan di bidang di bidang perikanan budidaya

Page 3: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

3

4. Melakukan inisiasi pemasaran

2.2.1. SosialisasiDalam rangka pelaksanaan program kegiatan di masyarakat, perlu dilakukan sosialisasi

agar masyarakat mengetahui ruang lingkup program dan dapat mempersiapkan dirinya untuk

terlibat aktif dalam Program. Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan awal di masyarakat

sebelum kegiatan teknis dilakukan.

2.2.2. Perekrutan PendampingPendamping terdiri dari pendamping teknis dan pendamping lokal. Pendamping teknis

merupakan pendamping yang memiliki keahlian di bidang perikanan. Pendamping lokal

merupakan penduduk asli yang direkrut mewakili masing-masing desa untuk dapat membantu

menyukseskan program dan kegiatan yang diselenggarakan oleh pelaksana kegiatan.

Perekrutan pendamping local dilakukan oleh Camat Pulau Gebe yang disahkan melalui SK

Camat.

2.2.3. PelatihanKegiatan pelatihan di masyarakat dilakukan dengan metode pemaparan, diskusi dan

praktek. Media yang digunakan adalah projector dan kertas plano. Sebelum dilakukan

pelatihan, pendamping teknis bersama dengan pendamping lokal melakukan sosialisasi

pelatihan terlebih dahulu kepada kelompok yang akan dilatih di setiap desa sehingga setiap

anggota kelompok dapat mempersiapkan diri dan meluangkan waktunya untuk kegiatan

pelatihan. .

2.2.4. PendampinganKegiatan pendampingan dilakukan dengan cara membina setiap kelompok di masing-

masing desa. Pendampingan ini juga berfungsi untuk memastikan bahwa kegiatan yang

dilaksanakan di masyarakat dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Pendampingan tersebut

mencakup fasilitasi (pemberian motivasi dan kesempatan), penguatan (pendidikan dan

pelatihan), perlindungan (konsultasi dan membangun jaringan kerja), dan pendukungan

(pemberian keterampilan praktis).

Page 4: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

4

3. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1. Hasil3.1.1. Budidaya Rumput Laut

Kegiatan budidaya rumput laut dilaksanakan di Desa Umera (1 kelompok) dan Desa

Umiyal (1 kelompok) sesuai dengan pemetaan minat kelompok yang sudah terbentuk. Kegiatan

budidaya rumput laut meliputi kegiatan penyediaan bibit, penyediaan prasarana budidaya dan

pelatihan budidaya.

a. Pelatihan Budidaya Rumput Laut

Pelatihan budidaya perikanan dilaksanakan di Desa Yoi dan Desa Umera Kecamatan

Pulau Gebe, Maluku Utara pada tanggal 12 - 16 april 2012. Materi pelatihan terdiri dari 1) cara

penanaman rumput laut, 2) cara membersihkan rumput laut dari lumpur dan sampah yang

menempel, 3) cara penyulaman rumput laut yang rusak atau hilang karena arus atau hama, dan

4) cara pengendalian penyakit dan ikan pengganggu (ikan karnivora). Anggota pelatihan terdiri

atas beberapa masyarakat (Tabel 1).

Tabel.1. Daftar Peserta Pelatihan Perikanan BudidayaNo Nama Kelompok Desa1 Idris Rumput Laut Umiyal2 Isra Rumput Laut Umiyal3 Ahmad Rumput Laut Umiyal4 Abdul Hakim Rumput Laut Umiyal5 Hulida Rumput Laut Umera6 Harfan Rumput Laut Umera7 Haris Rumput Laut Umera8 Kifli Rumput Laut Umera9 Ali Rumput Laut Umera

10 Jaenuddin Rumput Laut Umera11 Hamid Rumput Laut Umera

Pelatihan Kelompok Rumput Laut Desa UmiyalPelatihan budidaya rumput laut di desa Umiyal dihadiri 4 orang anggota dari total 10

anggota kelompok, karena sebagian anggota sedang melakukan aktivitas berkebun ke Pulau

Sain. Peserta yang mengikuti pelatihan cukup antusias untuk mengikuti kegiatan (Gambar 1).

Page 5: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

5

Gambar.1. Pemberian Materi Budidaya Rumput Laut dan Kerapu di Desa Umiyal

Kegiatan budidaya rumput laut dimulai dengan penyediaan beberapa sarana dan

prasarana baik berupa bibit rumput laut, tali ris (Gambar 2) dan rumah jaga. Penyediaan bibit

rumput laut dilakukan oleh Pihak Unkhair dengan membeli dari pembudidaya di kecamatan

Patani.

Pembuatan rumah jaga sangat penting untuk mengawasi rumput laut yang sudah diikat

di tali ris dari kemungkinan pencurian atau serangan penyu. Pembuatan rumah jaga telah

dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada di sekitar.

Gambar.2. Pemasangan bibit rumput laut di Telaga Yoi

Pelatihan Kelompok Rumput Laut UmeraPelatihan budidaya rumput laut di Umera dihadiri 7 orang anggota kelompok (total

anggota 8 orang). Kelompok ini merupakan kelompok yang dibentuk secara mandiri oleh

anggota kelompoknya atas dasar kemauan yang tinggi untuk berusaha di bidang budidaya

rumput laut (Gambar 3, 4).

Sebagai bagian dari program kegiatan budidaya, kelompok telah membuat rumah jaga

atau yang mereka sebut gudang, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sarana budidaya

rumput laut dan tempat pengawasan rumput laut.

Page 6: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

6

Gambar.3. Pemberian Materi Budidaya Rumput Laut dan Kerapu di Desa Umera

Gambar.4. Gudang untuk Kegiatan Budidaya Rumput Laut di Desa Umera

Evaluasi perkembangan dan keberlanjutan kelompok budidaya rumput lauta. Kelompok budidaya rumput laut Magpapo (Umiyal)

Untuk memastikan keberlanjutan kegiatan kelompok budidaya rumput laut dan setelah

diskusi dengan pendamping teknis dan lokal, maka disepakati persetujuan

keberlanjutan usaha budidaya rumput laut disesuaikan dengan hasil rapat anggota

kelompok tertanggal 2 Agustus 2012 dengan agenda membicarakan keberjanjutan

kegiatan kelompok. Dimana dari hasil pertemuan itu menyepakati kelompok tidak

berkeinginan lagi untuk berusaha budidaya rumput laut dan meminta untuk kegiatan

dapat dialikan menjadi kegiatan budidaya pembesaran kerapu.

b. Kelompok budidaya rumput laut desa Umera

Pertemuan untuk melakukan evaluasi dan memastikan keberlanjutan usaha budidaya

rumput laut di Desa Umera dilakukan di rumah pendamping lokal/kades umera. Hasil

pertemuan antara lain ;

Page 7: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

7

Anggota kelompok yang sempat hadir menjelaskan kegiatan rumput laut yang telah

mereka jalankan. Bahwa kegiatan rumput laut di desa Umera sebenarnya berhasil

karena telah terlihat ada pertumbuhan dan sampai pernah panen beberapa puluh

kilo gram.

Kendala selama kegiatan budidaya antara lain fluktuasi musim/cuaca yang membuat

kegiatan budidaya menjadi tidak stabil, keaktifan anggota kelompok yang rendah

serta resiko kegagalan usaha budidaya yang cukup tinggi.

3.1.2. Budidaya Ikan KerapuKegiatan budidaya ikan kerapu dilaksanakan di Desa Umera dan Desa Umiyal sesuai

dengan pemetaan minat kelompok yang sudah terbentuk. Kegiatan budidaya ikan kerapu

meliputi kegiatan penyediaan sarana dan prasana, pelatihan budidaya, dan pendampingan.

a. Pengadaan Sarana dan Prasarana Budidaya Kerapu

Bibit kerapuPembelian bibit kerapu dilaksanakan beberapa tahap pada tahun 2012 dengan total

3500 bibit (Tabel 2). Bibit kerapu didatangkan dari penyedia bibit dari Bali yang sudah

berpengalaman dalam pengiriman bibit. Pengiriman bibit kerapu dilakukan menggunakan cargo

dari Bali sampai ke Ternate, kemudian bibit akan ditangani dan dibawa ke Pulau Gebe oleh

pendamping perikanan. Bibit yang dibeli berukuran 5 cm, yang dibesarkan oleh kelompok

kerapu di keramba jaring apung yang telah dibuat.

Tabel.2. Jadwal pengadaan bibit ikan kerapu pada tahun 2012Tanggal Jumlah pengadaan bibit (unit)

10 Mei 6007 Juni 70029 Juni 70010 Agustus 1500

Total 3500

Keramba jaring apungKeramba jaring apung merupakan sarana yang berfungsi untuk menampung ikan

kerapu sampai mencapai ukuran tertentu hingga layak untuk dapat dijual/dikonsumsi.

Pembuatan keramba jaring apung dilakukan sejak kwartal 4 dan saat ini sudah dimanfaatkan

oleh kelompok (Gambar 5). Jumlah keramba saat ini adalah 3 unit (2 unit di Umera; 1 unit di

Umiyal).

Page 8: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

8

Gambar.5. Pembuatan dan penggunaan keramba jaring apung

Bubu lipatBubu lipat merupakan alat tangkap bibit ikan kerapu yang diperuntukkan untuk

menambah jumlah bibit kerapu yang didapat dari alam. Kelompok kerapu dapat menggunakan

bubu lipat untuk menangkap kerapu yang terdapat di wilayah sekitarnya untuk dapat dibesarkan

di keramba. Jumlah bubu lipat yang diadakan adalah sebanyak 180 unit. Pengadaan bubu lipat

dilaksanakan pada bulan September 2012.

b. Pelatihan Budidaya Kerapu

Pelatihan budidaya ikan kerapu dilakukan pada bulan April 2012 dengan Peserta

pelatihan terdiri atas kelompok budidaya kerapu Vomoibet Faliyallone (Umera), dan Sapno Tao

(Umiyal) (Gambar 6). Daftar peserta dapat dilihat pada Tabel 3. Instruktur pelatihan terdiri atas

Dr.Ridwan Affandi (IPB), Mufti Abd. Murhum S.Pi. MP (Unkhair), Hardono Manan S.Pi (Pemda),

dan Radi Ihlas A. S.Pi (IPB). Pelaksanaan kegiatan pelatihan difasilitasi oleh Ikhsan Kadir S.Pi.

(pendamping Unkhair), dan Wahid (pendamping lokal desa Umiyal).

Tabel.3. Daftar Peserta Pelatihan Perikanan Budidaya Kerapu

No Nama Desa

1 Ilham Ishak Umiyal2 Ishak Kibun Umiyal3 Saiful Umiyal4 Nasrun J Umiyal5 Majid Umera6 Muddin Umera7 Rahman Umera

Page 9: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

9

Gambar.6. Pemberian Materi Budidaya Kerapu di Desa Umera

Pelatihan Program Perikanan Budidaya meliputi pemberian materi secara teori dan

praktek budidaya rumput laut dan ikan kerapu.Pada pelatihan ini diberikan materi berupa:

Cara penyediaan benih termasuk kriteria benih yang baik untuk digunakan pada kegiatan

budidaya

Cara pembuatan keramba jaring apung untuk budidaya kerapu dan cara

penanaman/metode penanaman untuk rumput laut (pembuatan rakit, longline dan tebar

dasar)

Cara pemeliharaan ikan kerapu yang meliputi :

- padat tebar dan ukuran benih pada saat tebar

- Cara penebaran

- Penjarangan populasi

- Cara pemberian pakan (jumlah dan waktu pemberian pakan)

- Pengontrolan dan pengendalian kesehatan ikan, dll

a. Kelompok kerapu UTA SAPNOTAO Desa Umiyal

Kegiatan kunjungan dan pertemuan dengan kelompok kerapu dilakukan pada tanggal

21-22 Maret 2013. Kegiatan Usaha telah kembangkan dan dihasilkan antara lain :

1. Pembesaran ikan kerapu tikus yang benihnya didatangkan dari luar (Balai Budidaya Ikan):

Kegiatan pembesaran ikan kerapu yang diberikan telah menunjukan perkembangan yang

baik.

2. Penangkapan ikan kerapu (semua jenis) dan ikan napolion (mamin) di perairan alam :

Kegiatan penangkapan ikan kerapu dan ikan mamin di alam baru dilakukan pada kuartal 3

tahun 2013. Hasil tangkapan dari satu kali operasi (bulan februari 2013/waktu evektif 2,5

minggu) sebanyak 34 ekor dengan rincian ikan kerapu (semua jenis) 18 ekor dengan

ukuran rata-rata 5-10 kg dan ikan mamin sebanyak 16 ekor dengan ukuran rata-rata 5-10

kg. Hasil tangkapan tersebut masih dipelihara dalam KJA.

Page 10: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

10

Kendala dan solusi :

Hasil tangkapan yang ada belum dapat dipelihara dengan baik karena ;

1. Kelompok belum memiliki alat tangkap yang memadai untuk menangkap ikan segara

bahan baku pakan rucah

2. Ikan budidaya dan hasil tangkapan dari alam belum diberikan makanan yang cukup dengan

porsih yang layak.

b. Kelompok budidaya kerapu Vomoibet Faliyallone (Umera)

Kegiatan Usaha yang telah kembangkan dan dihasilkan antara lain :

1. Pembesaran ikan kerapu tikus yang benihnya didatangkan dari luar (Balai Budidaya Ikan):

Kegiatan pembesaran ikan kerapu yang diberikan telah menunjukan perkembangan yang

cukup baik, dimana sampai saat ini jumlah ikan yang dapat hidup dengan kondisi

pertumbuhan yang baik sebanyak 1200 ekor dengan ukuran rata-rata 20-25 cm dengan

lama waktu budidaya 10 bulan.

2. Tidak seperti pada kelompok kerapu Uta Sapnotao Desa Umiyal yang telah memanfaatkan

sarana kompresor dan regulator yang telah diberikan, kelompok Kerapu Vomoibet

Faliyallone Desa Umera belum memanfaatkan sarana yang ada untuk melakukan

penangkapan ikan kerapu di alam. Hal ini karena beberapa kendala antara lain :

1. Jumlah kelompok yang sampai saat ini tinggal 3 orang anggota

2. Tiga orang anggota tersebut belum terbiasa menggunakan sarana yang ada.

3. Perahu dan mesin belum diadakan.

Untuk memanfaatkan sarana yang ada maka kelompok telah bersepakat pada saat

pertemuan untuk mengajak pihak lain (orang lain) yang sudah terbiasa menggunakan sarana

yang ada dengan sistem sewa/bagi hasil. Tentang hal ini akan difasilitasi pendamping

perikanan budidaya desa umera untuk mengadakannya.

c. Perkembangan kelompokKelompok Kerapu Vomoibet Faliyallone Desa Umera

Kegiatan pembesaran ikan kerapu yang diberikan telah menunjukan perkembangan

yang cukup baik, dimana sampai saat ini jumlah ikan yang dapat hidup dengan kondisi

pertumbuhan yang baik sebanyak 1200 ekor dengan ukuran rata-rata 20-25 cm dengan lama

waktu budidaya 10 bulan.

Kelompok Vomoibet Faliyallone telah diberikan sarana kompresor, regulator dan perahu

katinting untuk digunakan dalam penangkapan kerapu di alam, namun kelompok belum

Page 11: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

11

memanfaatkan sarana yang ada untuk melakukan penangkapan ikan kerapu di alam. Hal ini

karena beberapa kendala antara lain: 1) Jumlah kelompok hanya berjumlah 3 orang anggota; 2)

Anggota kelompok belum terbiasa menggunakan sarana yang ada.

Kelompok Kerapu Sapnotao Desa UmiyalKondisi kelompok budidaya kerapu Sapnotao di Desa Umiyal cukup mengkhawatirkan.

Jumlah anggota awal 10 orang, saat ini tersisa 3 orang dengan Ketua Pak Ilham. Pak Ilham

(ketua) sekarang sudah bekerja pada Perusahaan di Gebe sebagai Petugas Security.

Berdasarkan kematian benih, maka kelompok melakukan penangkapan kerapu dari alam

dengan menggunakan alat bantu kompresor udara dan perahu kayu. Dari hasil penangkapan

sudah dilakukan 1 kali penjualan dengan banyak ikan sekitar 200 Kg, dan nilai jual Rp 14jt. Saat

ini kelompok kerapu tidak melakukan penangkapan dikarenakan sedang musim angin selatan

(mengakibatkan ombak dan arus laut yang kuat/ berbahaya), berdasarkan hal ini kelompok

rencananya akan melakukan penangkapan lobster yang dilakukan di daerah pesisir terhindar

dari arus laut

3.1.3. Budidaya LobsterSalah satu sumberdaya laut yang potensial untuk di manfaatkan sebagai sumber

penghasilan masyarakat setempat adalah udang barong (lobster). Habitat biota ini di perairan

berkarang di sekeliling pulau Gebe dan pulau sekitarnya.

Kegiatan budidaya lobster sesuai dengan perencanaan anggaran, dilaksanakan pada

kwartal 2 ini. Kegiatan pengembangan budidaya lobster dilakukan dengan penyediaan sarana

dan prasarana serta pelatihan budidaya lobster.

a. Penyediaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana lobster tidak jauh berbeda dengan yang dibutuhkan oleh

kelompok budidaya kerapu, antara lain keramba jaring apung, bubu lipat, gilnet dasar, dan

kompresor serta regulator. Keramba sebagai wadah penyimpanan dan pembesaran lobster dan

bubu lipat sebagai alat penangkapan lobster. Di samping sarana tersebut terdapat sarana

pendukung lain yaitu gilnet dasar yang berfungsi untuk menangkap ikan sebagai tambahan

penghasilan dan kebutuhan pangan kelompok budidaya lobster. Keramba jaring apung untuk

lobster yang sudah terbangun saat ini adalah dua unit dan dari target tiga. Untuk kompressor

dan regulator selam dari target tiga unit, semuanya sudah diadakan dan diserahkan ke

kelompok (Tabel 4).

Page 12: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

12

Tabel.4. Status pengadaan sarana prasarana budidaya lobster

Jenis sarana Target

(unit)

Realisasi

(unit)

Terdistribusi

unit keterangan

Bubu Lipat 150 150 - Tidak sesuai kebutuhan

Kompresor & Regulator 3 3 3 terdistribusi

Keramba Jaring Apung 3 2 2 Terdistribusi

Gilnet dasar 36 36 36 Terdistribusi

b. Pelatihan Budidaya LobsterSaat ini lobster di perairan pulau Gebe telah di eksploitasi oleh masyarakat setempat

pada tingkat yang masih rendah akibat kondisi alam yang kurang mendukung aktivitas

penangkapan, terbatasnya fasilitas penangkapan, dan fasilitas & pengetahuan penanganan

pasca penangkapan serta permodalan usaha.

Hasil tangkapan lobster tidak seluruhnya masuk ke dalam ukuran pasar (ukuran

konsumsi), dan tidak selalu mencapai jumlah (bobot) yang layak untuk dijual, serta tidak sinkron

dengan jadwal pemberangkatan pesawat atau kapal laut yang menuju tempat penampung

besar (Ternate, Sorong). Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan teknik penanganan dan

pemeliharaan sementara lobster hasil penangkapan pada wadah penampungan yang layak

hingga siap di transportasikan.

Pelatihan bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang cara penanganan dan

pemeliharaan lobster hasil tangkapan hingga siap di transportasikan dan membesarkan lobster

ukuran kecil hingga mencapai ukuran pasar (ukuran konsumsi) (Gambar 7)..

Pelaksanaan Kegiatan:

1. Pelaksanaan kegiatan pelatihan di Desa Umera

Waktu : Jumat dan Sabtu, 21-22 September 2012

Tempat : Rumah Sekdes Umera

Peserta : Kelompok penangkap lobster berjumlah 8 orang

Materi : Teknik penanganan dan pemeliharaan lobster hasil tangkapan dari

alam dan teknik pengangkutan lobster hidup

2. Pelaksanaan kegiatan pelatihan penanganan dan pemeliharaan lobster di Desa Umiyal

(Pulau Yoi)

Waktu : Minggu, 23 September 2012

Tempat : Balai Desa Umiyal

Page 13: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

13

Peserta : Kelompok penangkap lobster berjumlah 8 orang

Materi : Teknik penanganan dan pemeliharaan lobster hasil tangkapan dan

teknik pengangkutan lobster hidup

3. Diskusi dengan pengusaha pengumpul lobster dan kunjungan ke tempat penampungan

lobster

Waktu : 25 September 2012

Tempat : Desa Elfanun

Materi : Diskusi tentang permasalahan lobster, hambatan dan peluang

pengembangannya

Nara Sumber : Pak Bambang

Gambar.7. Pelatihan Lobster di Desa Umera dan Desa Umiyal

Dalam pelatihan, muncul beberapa informasi yang dari hasil diskusi, antara lain: 1)

Potensi habitat lobster masih tinggi dapat dilihat dari hasil tangkapan tahun 2011 mencapai

1600 kg dan pada tahun 2012 hingga bulan Agustus hasil tangkapan mencapai 1200 kg (bagian

Utara Pulau Gebe).; 2) Daerah penangkapan lobster masih di perairan yang tidak terlalu dalam.

Kedalaman penangkapan berkaitan dengan kemampuan dan pengalaman dari nelayan yang

bersangkutan; 3) Jenis lobster yang tertangkap di bagian utara pulau Gebe umumnya jenis batu

sedangkan di bagian selatan pulau Gebe umumnya jenis bambu dan batik; 4) Penampungan

lobster yang sudah dilakukan nelayan adalah menggunakan bak-bak beton yang dilengkapi

dengan aerasi dan sirkulasi air sederhana; 5) Pengangkutan lobster hidup menggunakan sistem

loring.

Adapun kendala yang masih dirasakan nelayan lobster adalah: 1) Penangkapan lobster

masih tergantung musim; 2) Ketersediaan peralatan penyelaman terbatas sehingga operasi

penangkapan lobster masih terkendala 3) Pengangkutan hasil tangkapan masih tergantung

jadwal penerbangan; 4) Kematian selama di penampungan masih tinggi terutama jika hasil

tangkapan cukup banyak; 5) Keterbatasan dalam mengoperasikan sisten resirkulasi air karena

terbatasnya masa operasi listrik (hanya malam hari).

Page 14: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

14

Kelompok budidaya lobster Uta Sapo (Umiyal)Kegiatan pertemuan dalam bentuk Focus Grop Discusion (FGD) dilakukan TA (tenaga

ahli) bersama pendamping teknis serta pendamping lokal dilakukan pada dua lokasi yakni di

rumah sudara pendamping teknis dan dilokasi kegiatan usaha (perairan talaga).

Materi yang disampaikan dengan judul pemantapan manajemen dan teknis budidaya

lobster. Adapun sub materi yang disampaikan antara lain ;

Manajemen perawatan KJA

Pengadaan benih lobster di alam

Padat penebaran

Manajemen pemberian pakan

Manajemen kelompok

Penyampaian materi dilakukan oleh TA dan selanjutnya dilakukan diskusi. Dalam

diskusi anggota lelompok sangat aktif memberikan tanggapan terhadap materi yang

disampaikan, termasuk juga memberikan masukan terhadap program budidaya yang ada.

Beberapa hal yang ditanyakan antara lain ;

Perawatan KJA

Pada perawatan KJA mereka menyampaikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan

untuk memastikan bangunan KJA tetap aman dari kerusakan.

Manajemen Kelompok

Ketua kelompok mempertanyakan beberapa anggota yang tidak aktif lagi.

Tambahan sarana dan modal kerja/operasional

Beberapa sarana yang belum dimiliki oleh kelompok lobster juga ditanyakan pada

saat diskusi seperti ;

o Jaring untuk peralatan tangkap ikan

o Modal kerja untuk operasional usaha

Diharapkan pendamping teknis dan lokal untuk membantu mengawasi dan

memantau serta mendokumentasikan kegiatan usaha kelompok lobster.

Kelompok lobster melakukan operasi penangkapan selama 2 bulan kedepan (April-

Mei) untuk memenuhi target produksi 4 petak KJA yang dimiliki dapat terisi oleh

lobster.

Page 15: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

15

Hasil usaha kelompok lobsterSetelah mendapatkan sarana, kelompok lobster telah melakukan satu kali aktivitas

penangkapan lobster di alam. Jumlah hasil tangkapan sebanyak 200 kg lobster dengan jenis

dan ukuran yang beragam. Hasil ini selanjutnya dijual ke kota Sorong dengan total pendapatan

Rp.20 juta. Hasil usaha dibagi dua yakni 70% untuk anggota dan 30% untuk perawatan sarana

dan biaya operasional berikutnya.

-Kelompok budidaya lobster Kaka Jeelbei (Umera)Kegiatan kunjungan dan pertemuan dengan kelompok lobster Kaka Jeelbei dilakukan di

rumah ketua dan anggota kelompok pada tanggal 23-24 Maret 2013. Kegiatan ini dilakukan

oleh TA dan pendamping teknis sebagai upaya mendekatkan diri dengan kelompok serta

bermaksud menjelaskan maksud kunjungan TA.

Pertemuan lanjutan dilakukan di rumah pendamping lokal (sekdes) dengan tujuan untuk

menyampaikan materi tentang manajemen dan teknis budidaya pembesaran/penampungan

lobster.

Secara umum materi yang disampaikan sama dengan materi yang diberikan pada kelompok

lobster di umera.

Secara umum unit usaha kelompok lobster kaka jeelbei telah terfasilitasi. Pada saat yang

sama beberapa anggota masyarakat juga mempertannyakan keberadaan kelompok lobster

yang belum juga melakukan operasi penangkapan.

Untuk itu dalam diskusi banyak yang didiskusikan adalah bagimana mencari jalan keluar

agar kelompok dapat mulai memanfaatkan sarana yang telah difasilitasi yakni beroperasi

menangkap lobster di alam.

Hasil diskusi menyepakati ;

a. Kelompok lobster diharapkan agar solid/utuh dan mau bekerja sama dalam

mengembangkan usaha yang ada

b. Kelompok lobster diberi waktu 1 bulan untuk mulai melakukan operasi penangkapan

c. Diharapkan pendamping teknis dan lokal untuk membantu mengawasi dan

memantau serta mendokumentasikan kegiatan usaha kelompok lobster.

3.2. PembahasanKegiatan pemberdayaan masyarakat di Pulau Gebe, pelaksanaannya berbasis pada

teori kemitraan yang dilaksanakan melalui 3 pilar, antara lain perguruan tinggi, perusahaan dan

pemerintahan daerah. Dari sisi organisasi kegiatan ini memiliki peluang berhasil yang cukup

Page 16: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

16

tinggi, namun dalam pelaksanaan terdapat beberapa hal yang mesti diperhatikan, antara lain:

komunikasi yang intensif antar lembara, keterbukaan, dan juga pembinaan (kemitraan).

Pada pelaksanaan kegiatan dapat dibagi sesuai tanggung jawab dan keahlian masing-

masing tenaga ahli ataupun juga dapat dilakukan secara bersama. Namun demikian berkaitan

dengan system penganggaran, biasanya kegiatan tersebut akan menyesuaikan dengan institusi

sumber penganggaran. Untuk peralatan budidaya dan bibit berasal dari Institut Pertanian

Bogor, namun untuk modal operasional berasal dari Universitas Khairun.

Sistem kegiatan kemitraan ini lebih menguntungkan, karena ada tanggung jawab yang

diberikan pada pemerintah daerah yang suatu saat akan menerima estafet dalam meneruskan

pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat ini.

Dalam pelaksanaannya Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Daerah Halmahera

Tengah berperan cukup aktif terutama dalam pengadaan bibit (rumput laut) yang juga telah

dikembangkan di wilayah ini. Kondisi ini juga merupakan hal yang positif dalam pembinaan

masyarakat, karena kegiatan yang dilakukan pemerintah daerah sebelumnya dalam budidaya

rumput laut, dapat dilanjutkan ke wilayah yang lebih luas yaitu di Pulau Gebe.

Peran Universitas Khairun juga cukup penting dalam pelaksanaan kegiatan ini, antara

lain memiliki akses penting dalam upaya pemasaran dan kedekatan psikologis universitas

daerah dengan warga masyarakat, sehingga sosialisasi (dengan beberapa bahasa local)

menjadi salah satu kunci keberhasilan kegiatan.

Dari hasil pelaksanaan ini keberhasilan terlihat dari sisi teknis, misalnya bagaimana

membudidayakan rumput laut, bagaimana membesarkan (stocking) lobster dan budidaya ikan

kerapu tikus sampai ukuran 8 ons sampai 1 kg per ekor. Namun demikian faktor sosial

(cemburu yang mengakibatkan hilangnya target budidaya, rumput laut, ikan), dan keamanan

menjadi hal yang sangat diperhatikan.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini, pemasaran juga merupakan faktor penting dalam

keberhasilan budidaya. Sejak diberlakukan aturan pemerintah berkaitan dengan dilarangnya

beroperasional kapal tangkap atau pendataan berkaitan dengan izin layar kapal ikan, imbasnya

juga terdapat pada budidaya ikan di daerah ini. Terlebih-lebih ada pembatasan atau larangan

konsumsi ikan berharga mahal seperti kerapu tikus, juga menjadi salah satu faktor penting

untuk mengembangkan kegiatan budidaya di wilayah ini dan semua wilayah di Indonesia.

Transportasi ke wilayah ini juga cukup sulit, meskipun ada penerbangan regular (2-3 kali

per minggu) dan kapal laut ( sekali per 2-3 minggu). Sering kali hasil perikanan tidak maksimal

karena berkaitan dengan system transportasi ini. Berkaitan dengan system transportasi

tersebut, upaya pemangkasan lack transportation antara Pulau Gebe dan Pattani mesti segera

Page 17: Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang

17

ditangani, misalnya dengan memberikan perahu penghubung yang layak layar antara ke dua

wilayah tersebut.

4. KESIMPULAN DAN SARANPemberdayaan masyarakat di sekitar tambang Pulau Gebe melalui pengembangan

perikanan dilakukan sejak tahun 2011 sampai 2014. Dalam pelaksanaannya, dilakukan

bersama 4 institusi yang mencakup perguruan tinggi (Institut Pertanian Bogor, Universitas

Khairun), pemerintah daerah (Halmahera Tengah) dan perusahaan (PT ANTAM Tbk). Metoda

pelaksanaan dilakukan melalui kegiatan pelatihan, pendampingan dan monitoring serta evaluasi

Dari hasil kegiatan tersebut diperoleh beberapa kesimpulan a.l.: Masyarakat yang dilatih telah

memiliki keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik pada bidang perikanan (budidaya).

Beberapa kegiatan dapat dikatakan berhasil (dalam bidang teknis), antara lain budidaya

lobster, ikan kerapu dan rumput laut. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu

menjadi perhatian terutama pemasaran dan pengawetan ikan (ketika tidak terjual di lokasi, atau

akan dibawa ke lokasi di luar Pulau Gebe). Kondisi tersebut berkaitan dengan ketersediaan

sumber energy listrik dan sistem transportasi. Selain itu, faktor keamanan dan kecemburuan

sosial juga mesti diperhatikan sebagai salah satu factor yang juga menentuakan keberhasilan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Direktur, Senior Manajer, Wakil Senior

Manajer dan staf dari PT Antam TBk sebagi instansi pemberi dana pada kegiatan ini. Kegiatan

pemberdayaan masyarakat berbasis perikanan (budidaya) ini merupakan salah satu dari

beberapa kegiatan program CSR perusahaan tersebut.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Bp Camat, Bp Kepala Desa para

pendamping local di Pulau Gebe dan masyarakat binaan (pembudidaya) di wilayah tersebut.