Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

15
MAKALAH MANAJEMEN PEMULIAAN TERNAK PEMBENTUKAN STRAIN PADA UNGGAS Oleh : Kelompok 12 Kelas A Rahmat Ardiansyah 200110120198 Muhammad Yunus 200110130055 Yudi Rusmana 200110130157 Etya Nurrimas G 200110130333 Witono Brotoseno 200110130371 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

description

strain unggas

Transcript of Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

Page 1: Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

MAKALAH MANAJEMEN PEMULIAAN TERNAK

PEMBENTUKAN STRAIN PADA UNGGAS

Oleh :

Kelompok 12

Kelas A

Rahmat Ardiansyah 200110120198

Muhammad Yunus 200110130055

Yudi Rusmana 200110130157

Etya Nurrimas G 200110130333

Witono Brotoseno 200110130371

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2016

Page 2: Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Produktifitas seekor ternak dapat ditingkatkan dengan memperbaiki sisi

pengelolaan (manajemen), pakan dan mutu genetiknya. Perbaikan mutu genetik

menjadi penting salah satunya karena dapat diturunkan dari tetua kepada anaknya.

Dalam upaya memperoleh keuntungan yang maksimal, tujuan pemuliaan selain

untuk produksi daging, juga harus diarahkan terhadap sifat ekonomis lainnya

seperti reproduksi.

Seiring berjalannya waktu, komoditas unggas terus ditingkatkan mutu

genetiknya untuk mendapatkan nilai komersil yang lebih tinggi. untuk ituperlu

dilakukan pembentukan strain unggas baru yang memiliki sifat-sifat yang telah

terseleksi sebelumnya. sifat-sifat ini tentunya merupakan sifat terbaik yang telah

dipilih dari tetua sebelumnya. untuk itu, sangat penting untuk mengetahui

bagaimana proses pembentukan strain pada unggas yang akan dibahas lebih lanjut

pada makalah ini.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pembentukan strain pada unggas

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana pembentukan strain pada unggas.

Page 3: Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

II

PEMBAHASAN

2.1.     Pemuliaan Ayam Domestik

Pemuliaan ternak atau dalam bahasa Inggris disebut Animal

Breeding merupakan aplikasi dari genetika dalam upaya meningkatkan

produktivitas ternak. Pemuliaan ternak akan meningkatkan mutu genetik ternak,

sehingga dapat:

·      Menghasilkan bibit unggul

·      Meningkatkan produksi

·      Memperbaiki kualitas produk

·      Memperbaiki reproduksi

·      Meningkatkan populasi

·      Menambah nilai ekonomis ternak

·      Memperbaiki efisiensi dan konversi pakan

·      Meningkatkan pendapatan (Sudaryani, 2003).

2.2 Arti Penting Peningkatan Mutu Genetik

          P - G + E 

Keterangan:

1)    P = Fenotip

Fenotip merupakan ampilan luar atau sifat yang muncul sebagai hasil

ekspresi suatu gen. Tampilan produksi merupakan kerja bersama (interaksi) antara

faktor genetik dan lingkungan. Jika potensi gen (mutu genetik) ternak baik dan

didukung oleh lingkungan yang sesuai, maka produksi optimal. Fenotip tidak

pernah melampaui potensi maksimal genotip.

Page 4: Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

2)    G = Genotip / Genetik

Genotip merupakan susunan genetik yang ada pada individu. Susunan gen

ini ada dalam setiap sel individu. Gen ada yang mudah dipengaruhi oleh

lingkungan dan ada pula yang sedikit dipengaruhi linkungan dalam

mengekspresikan suatu sifat/karakteristik.

3)    E = Environment (Lingkungan)

Lingkungan meliputi semua faktor luar tubuh yang menentukan ekspresi

gen atau menentukan fenotip. Macam lingkungan : temporer dan permanen.

Berinteraksi dengan genotip untuk memunculkan suatu sifat. Lingkungan bisa

bersifat alami dan buatan manusia (manipulasi) (Rahmat, 2010).

2.3   Cara Peningkatan Mutu Genetik

1)    Seleksi

Seleksi adalah istilah dalam pemilihan ternak yang menggambarkan proses

pemilihan secara sistematis ternak-ternak dari suatu populasi untuk dijadikan

induk pada generasi berikutnya.

a) Metode Seleksi

(1)   Seleksi Individual (Mass Selection) à untuk ternak bibit yang

didasarkan pada catatan produktifitas masing-masing ternak.

Seleksi ini sering dilakukan jika Fenotip ternak yang bersangkutan bisa diukur

baik pada jantan atau betina dan nilai heritabilitas atau keragaman genetik tinggi.

(2)   Seleksi Kekerabatan (Family Selection) à seleksi atas dasar

performans kerabat-kerabatnya.

Page 5: Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

Seleksi keluarga biasa dilakukan apabila nilai heritabilitas rendah, ternak betina

banyak menghasilkan keturunan, dan ternak diberi perlakuan khusus sehingga

tidak bisa dipakai sebagai ternak  pengganti.

(3)   Uji Zuriat (Uji Keturunan/Progeny Test)

Uji  zuriat adalah suatu uji terhadap seekor atau sekelompok ternak berdasarkan

performan atau penampilan dari anak-anaknya. Uji ini lazimnya dilakukan untuk

evaluasi pejantan (Okariyadi, 2010).

Dugaan Kemajuan seleksi dapat diduga dengan rumus sebagai berikut :

         R = Sxh2

R   = Dugaan kemajuan seleksi per generasi

S    = Seleksi diferensial

h2 = Heritabilitas (Rahmat, 2010).

b) Kriteria Seleksi pada Ayam Petelur

Tujuan utama pemuliaan ayam petelur adalah produksi telur, kriteria

seleksi yang dipertimbangkan dalam suatu program pemuliaan untuk ayam petelur

adalah :

(1)   Jumlah Telur à Hen-Day Production dan Hen-Housed Production

(2)   Umur pertama bertelur

(3)   Berat telur

(4)   Efisiensi pakan

(5)   Kualitas Telur à misalnya kekuatan/ketebalan kerabang, kualitas albumin,

blood spots, dan warna kulit 

(6)   Persistensi produksi

(7)   Daya tahan terhadap penyakit

(8)   Adaptasi terhadap lingkungan yang spesifik

Page 6: Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

(9)   Daya tetas dan mortalitas (bibit) (Okariyadi, 2010).

c) Kriteria Seleksi pada Ayam Pedaging

Tujuan pemuliaan ayam pedaging adalah untuk produksi daging sebanyak

dan secepat mungkin. Kriteria seleksi yang dipertimbangkan dalam suatu program

pemuliaan adalah :

(1)   Pertumbuhan

(2)   Produksi daging/karkas/daging dada

(3)   Efisiensi pakan

(4)   Konformasi tubuh

(5)   Mortalitas

(6)   Perlemakan

(7)   Produksi telur,  fertilitas, daya tetas (breeder)  (Okariyadi, 2010).

2)   Sistem Perkawinan

Sistem perkawinan yang paling banyak digunakan dalam penerapan

pemuliaan ternak adalah perkawinan silang. ada 2 macam teknik utama

persilangan, yaitu:

a) Persilangan antar individu yang berkerabat (Inbreeding)

Biak dalam (Inbreeding) adalah perkawinan antara individu yang

mempunyai hubungan kekerabatan. Suatu individu dikatakan tidak berkerabat lagi

apabila tidak mempunyai tetua bersama setelah generasi ke lima atau ke enam.

Dengan demikian, perkawinan dikatakan berkerabat atau Inbreeding apabila

individu-individu tersebut mempunyai tetua bersama sekitar 4 generasi diatasnya.

Secara umum, Inbreeding akan menurunkan performans seperti : daya tahan

tubuh,  resistensi penyakit, efisiensi reproduksi, dan daya hidup. Selain itu,

Page 7: Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

Inbreeding juga akan meningkatkan abnormalitas dan kematian untuk sifat yang

dalam keadaan homozigot bersifat letal. 

b) Persilangan antar individu yang tidak berkerabat (Out Crossing)

(1)   Biak Silang (Cross Breeding)

Cross breeding adalah persilangan antar ternak yang tidak sebangsa Jenis

persilangan ini memegang peranan penting dalam pemuliaan ternak,

dengan  kegunaan-kegunaan saling substitusi sifat yang diinginkan dan

memanfaatkan keunggulan ternak dalam keadaan hetrozigot (Hybrid Vigor).

(2)   Biak Silang luar (Out Breeding)

Out crossing adalah persilangan antara ternak dalam yang satu bangsa

tetapi tidak mempunyai hubungan kekerabatan. Tujuan utama out crossing adalah

untuk menjaga kemurnian bangsa ternak tertentu tanpa silang dalam.

(3)   Biak Tingkat (Grading Up)

Grading up adalah persilangan balik yang terus menerus yang diarahkan

terhadap suatu bangsa ternak tertentu. Tujuan Grading Up adalah untuk

memperbaiki ternak yang produktivitasnya dianggap rendah, sedangkan

kerugiannya adalah dapat menyebabkan kepunahan (Sudaryani, 2003).

c) Cara Breeding Unggas Komersil

Page 8: Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

2.4 Breeding unggas

1)    Breeding Primer

Pembibitan yang mengembangkan dan menyeleksi strain ayam yang dapat

memenuhi kebutuhan breeder sekunder (GP) sesuai preferensi konsumen (daging

dan telur). Strain ayam yang dikembangkan biasanya galur murni (pure lines),

yang selanjutnya dikembangkan lagi oleh GGP (Great Grand Parent)breeding

farm. Hasil dari GPP akan dikembangkan lebih lanjut oleh GP breeding farm.

a)    Galur Ayam Petelur

1. Galur Petelur Putih (White-Egg Lines)à galur ayam dengan kerabang telur

putih

2. Galur Petelur Coklat (Brown-Egg Lines) à galur ayam dengan dengan

kerabang telur coklat

b)    Galur Ayam Pedaging

1. Female Meat Lines (Galur Pedaging Betina) à GGP betina 

2. Male Meat Lines (Galur Pedaging Jantan) à GGP jantan

2)    Breeding Sekunder (Multiplier)

Pembibitan sekunder biasanya beroperasi pada level GP (Grand Parent)

dan/atau PS (Parent Stock) dan mengembangkan ayam bibit untuk memenuhi

kebutuhan PS dan/atau FS (Final Stock). Hasil dari PS, yaitu FS yang akan

dikembangkan lebih lanjut oleh peternak ayam komersial.

a)    Breeding layer

1. Petelur dengan kerabang telur coklat

2. Petelur dengan kerabang telur putih

b)    Breeding broiler (berdasarkan pola pertumbuhan)

1. Fast growing (slow feathering) broiler breeding

Page 9: Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

2. Slow growing (fast feathering) broiler breeding (Sudaryani, 2003).

3)    Final Stocks (FS)

Ayam Komersial yang dihasilkan oleh PS (Rahmat, 2010).

2.5      Parameter Keberhasilan Pemuliaan

Heritabilitas merupakan parameter paling penting dalam pemuliaan ternak.

Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang diseleksi, maka semakin tinggi

peningkatan sifat yang diperoleh setelah seleksi. Tingginya nilai heritabiltas suatu

sifat menunjukkan tingginya korelasi ragam fenotipik dan ragam genetik. Pada

kondisi ini seleksi fenotipik individu sangat efektif, sedangkan jika nilai

Page 10: Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

heritabilitas rendah, maka sebaiknya seleksi dilakukan berdasarkan kelompok

(Rahmat, 2010).

Sebagaimana diketahui bahwa fenotipe pada seekor ternak ditentukan oleh

faktor genetik dan non genetik. Faktor genetik merupakan faktor yang

mendapatkan perhatian pemulia ternak, karena faktor genetik tersebut diwariskan

dari generasi tetua kepada anaknya. Selanjutnya perlu diketahui sampai sejauh

mana fenotipe seekor ternak dapat digunakan sebagai indikator dalam menduga

mutu genetik ternak. Untuk itulah kemudian dikembangkan suatu konsep berupa

koefesien yang dikenal dengan heritabilitas

Sejak dulu selalu timbul pertanyaan tentang bagaimana sifat-sifat yang

menguntungkan dari individu superior ditransmisikan pada anak-anaknya.

Pendugaan nilai heritabilitas dapat membantu kita dalam menjawab pertanyaan

penting tersebut. Modul ini menjelaskan defenisi heritabilitas, metode pendugaan

heritabilitas dan pengaruh heritabilitas terhadap perubahan performans ternak

(Rahmat, 2010).

Heritabilitas merupakan salah satu pertimbangan paling penting dalam

melakukan evaluasi ternak, metode seleksi dan sistem perkawinan. Secara lebih

spesifik heritabilitas merupakan bagian dari keragaman total pada sifat-sifat yang

disebabkan oleh perbedaan genetik diantara ternak-ternak yang diamati.

Heritabilitas merupakan perbandingan antara ragam genetik terhadap ragam

fenotipik. Ragam fenotipik dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan

(Rahmat, 2010).

Page 11: Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

III

KESIMPULAN

Breeding pada unggas meliputi proses seleksi dan sistem perkawinan yang

meliputi pembentukan :

1. Breeding primer

2. Breeding sekunder

3. Final stock.

Page 12: Pembentukan Strain Pada Unggas_kel12_kelasa

DAFTAR PUSTAKA

Okariyadi, I.D.K. 2010. Ilmu Pemuliaan Ternak. Denpasar : Universitas Udayana

Rahmat, D. 2010. Model Pola Pemuliaan Ternak Berkelanjutan. Bandung :

Universitas Padjajaran

Sudaryani, T. dan Santosa. 2003. Pembibitan Ayam Ras. Jakarta : Penebar

Swadaya