Pembelajaran Pemecahan Masalah (Pendidikan) Pada Mahasiswa Pgsd Dengan Pendekatan Pakem

13
PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH PADA MAHASISWA PGSD DENGAN PENDEKATAN PAKEM A. Latar Belakang dan Permasalahan Banyak mahasiswa PGSD yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang merupakan bentuk pemecahan masalah matematika termasuk pembelajarannya di SD. Beberapa informasi dan data yang diperoleh oleh peneliti menunjukkan bahwa hasil penelitian Wakiman (1995: 28) terhadap mahasiswa D-II Penyetaraan Tatap Muka FIP IKIP Yogyakarta menunjukkan bahwa pemahaman terhadap soal-soal pemecahan masalah matematika dalam bentuk cerita masih rendah. Endang Retno Winarti (1998:3) yang meneliti jenis- jenis kesalahan mahasiswa PGSD dalam menyelesaikan soal matematika menemukan bahwa kesalahan yang terbesar adalah dalam mengerjakan soal-soal pemecahan masalah matematika yang berbentuk uraian; khususnya pada soal-soal penerapan. Demikian pula yang terjadi pada mahasiswa PGSD, menurut pengalaman calon peneliti, mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang

Transcript of Pembelajaran Pemecahan Masalah (Pendidikan) Pada Mahasiswa Pgsd Dengan Pendekatan Pakem

Page 1: Pembelajaran Pemecahan Masalah (Pendidikan) Pada Mahasiswa Pgsd Dengan Pendekatan Pakem

PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH PADA MAHASISWA PGSD

DENGAN PENDEKATAN PAKEM

A. Latar Belakang dan Permasalahan

Banyak mahasiswa PGSD yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

soal-soal yang merupakan bentuk pemecahan masalah matematika termasuk

pembelajarannya di SD. Beberapa informasi dan data yang diperoleh oleh peneliti

menunjukkan bahwa hasil penelitian Wakiman (1995: 28) terhadap mahasiswa D-II

Penyetaraan Tatap Muka FIP IKIP Yogyakarta menunjukkan bahwa pemahaman

terhadap soal-soal pemecahan masalah matematika dalam bentuk cerita masih rendah.

Endang Retno Winarti (1998:3) yang meneliti jenis-jenis kesalahan mahasiswa PGSD

dalam menyelesaikan soal matematika menemukan bahwa kesalahan yang terbesar

adalah dalam mengerjakan soal-soal pemecahan masalah matematika yang berbentuk

uraian; khususnya pada soal-soal penerapan.

Demikian pula yang terjadi pada mahasiswa PGSD, menurut pengalaman calon

peneliti, mereka mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika yang

berupa pemecahan masalah dan cara membelajarkannya di SD. Mahasiswa PGSD pun

masih gamang dan asing tentang pemecahan masalah seperti dengan strategi pembuatan

tabel, penggambaran, serta bekerja mundur. Pengalaman peneliti sewaktu membimbing

mahasiswa PGSD menjalani PPL di SD dan dari wawancara peneliti dengan guru SD,

menunjukkan bahwa materi matematika yang sebagian besar kurang dikuasai siswa SD

adalah soal pemecahan masalah matematika. Tidak terkecuali sewaktu calon peneliti

berhadapan dengan guru SD yang sedang menjalani pelatihan dalam proses sertifikasi,

juga menemukan bahwa mereka mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah

Page 2: Pembelajaran Pemecahan Masalah (Pendidikan) Pada Mahasiswa Pgsd Dengan Pendekatan Pakem

matematika. Sebenarnya, mahasiswa dan siswa SD akan merasakan manfaat belajar

matematika jika mampu menerapkan konsep dan pengetahuan matematika dalam

kehidupan nyata kesehariannya serta mampu memecahkan berbagai permasalahan

matematika pada khususnya.

Kondisi pembelajaran matematika di PGSD dan di SD pada khususnya, menunjukkan

kategori sebagai konvensional (Yuwono, 2001:5). Menurutnya, pembelajaran

konvensional mengakibatkan siswa hanya bekerja secara procedural dan memahami

matematika tanpa penalaran. Hampir tidak ada pembelajaran yang secara terencana

dilaksanakan untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap strategi pemecahan

masalah. Padahal, di Negara maju seperti Amerika serikat, Jepang dan Singapura,

kegiatan tersebut merupakan inti dari kegiatan pembelajaran matematika sekolah.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika tertera

pada pernyataan As’ari (1992:22) bahwa pemecahan masalah merupakan hal yang perlu

diperhatikan dalam pengajaran matematika. Kennedy dan Tipps ( 1994: 137), juga

mengatakan bahwa matematika bukan hanya dilihat sebagai kumpulan konsep-konsep

dan fakta, akan tetapi merupakan proses yang dipelajari dan kemudian diterapkan untuk

mencari selesaian suatu permasalahan. Menurut Abdullah (2000: 37), salah satu tujuan

utama belajar matematika adalah bahwa siswa mampu memecahkan masalah. Lebih

lanjut Branca (dalam Alam dan Pathudin, 2002: 60) menegaskan bahwa : (1) kemampuan

pemecahan masalah adalah merupakan tujuan umum dan kemampuan dasar dalam

pembelajaran matematika. Dengan demikian, pemecahan masalah memiliki peran penting

dan inti dalam pembelajaran matematika.

Page 3: Pembelajaran Pemecahan Masalah (Pendidikan) Pada Mahasiswa Pgsd Dengan Pendekatan Pakem

Terdapat beberapa bukti empirik yang menunujukkan bahwa pembelajaran

matematika melalui pemecahan masalah menunjukkan hasil yang positif. Penelitian

Guetnon dan Wooten (dalam Sudjimat, 2000: 7) mengemukakan bahwa kelompok siswa

yang diajar melalui pemecahan masalah memiliki skor kemampuan menyelesaikan soal

yang lebih tinggi dari pada kelompok yang tidak diajar melalui pemecahan masalah.

Penelitian serupa dilakukan oleh Priatna (2000:45) menunjukkan bahwa pendekatan

melaui pemecahan masalah secara signifikan lebih baik dari pada pendekatan

konvensional. Hasil penelitian Tumarang (2000: 107) menunjukkan bahwa pembelajarn

melalui pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep

pengurangan.

Berdasarkan pentingnya pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika pada

mahasiswa PGSD, maka calon peneliti terpanggil untuk melaksanakan penelitian tentang

pembelajaran pemecahan masalah matmatika melalui pendekatan pakem dengan action

researchnya. Memecahkan masalah biasanya memerlukan strategi dan pemikiran yang

kompleks, sehingga mahasiswa merasa tertekan, bosan, dan untuk menguranginya

peneliti akan membawa ke suasana pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan).

Terdapat hal-hal penting sebagai identifikasi masalah seperti berikut ini.

1. Mahasiswa PGSD/ siswa SD mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal

matematika yang memerlukan kemampuan pemecahan maslah.

2. Mahasiswa PGSD/siswa SD jarang mendapatkan pembelajaran menyelesaikan

soal pemecahan masalah matematika

Page 4: Pembelajaran Pemecahan Masalah (Pendidikan) Pada Mahasiswa Pgsd Dengan Pendekatan Pakem

3. Pendekatan pemecahan masalah seharusnya sudah dikenal dan dilatihkan pada

mahasiswa PGSD, sehingga dapat diaplikasikan pada pembelajaran di SD.

4. Strategi dan metode yang bervariasi belum mereka dapatkan.

B. Tujuan Kegiatan Penelitian

Bertitik tolak dari perumasalahan penelitian , maka tujuan penelitian ini dapat

dirumuskan seperti berikut ini.

1. Peneliti akan meningkatkan prestasi mahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal

pemecahan masalah matematika dan pembelajarannya di SD dengan pendekatan

PAKEM.

2. Peneliti akan mendeskripsikan proses pembelajaran soal pemecahan masalah

matematika dengan pendekatan PAKEM pada mahasiswa PGSD.

3. Peneliti ingin mengetahui respon mahasiswa terhadap model pembelajaran

pendekatan pemecahan masalah dengan pendekatan PAKEM yang dapat

meningkatkan prestasi mahasiswa dan pembelajarannya di SD.

C. SEKILAS KAJIAN PUSTAKA

a. Pembelajaran dengan Pendekatan Pemecahan Masalah

Suatu pertanyaan disebut masalah hanya jika seseorang tidak

mempunyai aturan tertentu yang segera dapat digunakan untuk menemukan

jawaban tersebut (Hudojo,1983:2). Sejalan dengan hal tersebut, Ruseffendi

(1991: 336) mengemukakan bahwa suatu persoalan merupakan masalah

bagi seseorang bila persoalan itu tidak dikenalnya, dan orang tersebut

Page 5: Pembelajaran Pemecahan Masalah (Pendidikan) Pada Mahasiswa Pgsd Dengan Pendekatan Pakem

mempunyai keinginan untuk menyelesaikannya, terlepas apakah akhirnya ia

sampai atau tidak kepada jawaban masalah itu.

Dalam pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah,

mahasiswa PGSD/ siswa SD akan terlatih dalam menemukan pola,

mengkomunikasikan matematika, menggeneralisasikan dan keterampilan lain

yang terkait. Suatu soal memenuhi kriteria sebagai suatu masalah bagi siswa,

jika (1) siswa tidak mengetahui gambaran tentang soal itu dan (2) siswa

mempunyai keinginan menyelesaikan soal tersebut ( Sutawidjaja, 1998:2).

Dalam pemecahan masalah meliputi 4 langkah,: memahami masalah,

merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana , dan

mengecek kembali seluruh langkah ( Polya : 1981).

b. Pemecahan Masalah Bernuansa Pakem

Pemecahan masalah memerlukan pemikiran yang kompleks, antara lain

kemampuan pemahaman, ingatan, analisis, kreativitas, pengaitan dan masih

banyak kemampuan yang lainnya. Agar siswa tidak terlalu tertekan dalam

mengerahkan kemampuannya, maka perlu diciptakan suatu kondisi yang

tetap mendorong mereka bekerja terus dengan tanpa rasa jemu. Situasi

yang kondusif tersebut dapat berupa pakem. Pakem ini merupakan

pendekatan pembelajaran di mana siswa aktif secara fisik dan mental, kreatif,

efektif dan tentu saja menyenangkan. Nuansa Pakem memiliki ciri-ciri seperti

berikut ini.

1. Siswa didorong untuk menuliskan baik hasil pemahaman maupun

kesimpulan dengan kata-kata sendiri.

Page 6: Pembelajaran Pemecahan Masalah (Pendidikan) Pada Mahasiswa Pgsd Dengan Pendekatan Pakem

2. Siswa dapat memanfaatkan lingkungan sosial/alam untuk pengembangan

imaginasi atau pun sarana menyelesaikan persoalan.

3. Keberhasilan siswa dalam siswa memecahkan dan menyelesaikan masalah

akan dipajang di kelas.

4. Pembelajaran guru akan bervariasi, klasikal, kelompok, individu,

tergantung situasi.

5. Siswa dengan bebas mengutarakan pendapatnya

6. Evaluasi dengan beberapa jenis.

7. Siswa memanfaatkan perpustakaan.

D. METODOLOGI PENELITIAN

Untuk menjawab permasalahan di atas, maka akan dilaksanakan penelitian

tindakan (Action Research). Langkah-langkah dan desain penelitian mengikuti prinsip

dasar yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart (1998: 13). Prosedur dan

langkah-langkah penelitian mengikuti prinsip dasar yang berlaku dalam penelitian

tindakan. Desain penelitian tindakan terdiri dari empat tahap yang merupakan proses

daur ulang (siklus) mulai dari tahap perencanaan (planning) , pelaksanaan tindakan

(action) , observasi (observation) dan refleksi (reflection) serta diikuti dengan

perencanaan ulang (replanning) jika diperlukan. Teknik pengumpulan data dengan

observasi, tes, interview, dan field note. Data yang berhasil dikumpulkan melalui

observasi, interview dan field note akan dianalisis dengan menggunakan metode alir

(Miles dan Huberman, 1992: 17). Data kuantitatif sebagai pendukung data kualitatif

akan dianalisis dengan uji beda. Pengecekan data akan dilaksanakan dengan

Page 7: Pembelajaran Pemecahan Masalah (Pendidikan) Pada Mahasiswa Pgsd Dengan Pendekatan Pakem

trianggulasi di antara peneliti , oberver, dan mahasiswa. Setelah dilaksanakan

tindakan serta seluruh data terkumpul, maka diadakan refleksi di antara peneliti,

observer dan melibatkan mahasiswa untuk menentukan perlu tidaknya diadakan

perencanaan ulang sebagai pelaksanaan siklus lanjutan. Pelaksanaan tindakan akan

dihentikan jika mean skor mahasiswa dari hasil tes akhir tindakan sudah mencapai 75

atau lebih dalam rentang skor antara 0 – 100; jalannya perrkuliahan sudah baik

menurut kriteria yang ditentukan serta respon mahasiswa sudah positif.

E. Daftar Pustaka

Abdullah, S. 2000. Memecahkan Masalah dalam Matematika. Jurnal Gentengkali, 3(1): 36-39.

Alam , N & Pathuddin. 2002. Pemecahan Masalah dalam Matematika. Kreatif, Jurnal Pendidikan dan Seni. 5 (3) : 59 –72).

As’ari, A.R. 1992. Kegiatan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran

Matematika. Majalah Eksakta, 21 (60): 13 –22.

Endang, Retno Winarti. 1998. Jenis-jenis kesalahan mahasiswa PGSD dalam menyelesaikan soal matematika dan faktor yang berkaitan. Tesis. Program Pascasarjana IKIP Yogyaka

Hudojo, H. 1983. Pemecahan Masalah dalam Pengajaran Matematika. Jakarta: Jakarta Depdibud Dikti P2LPTK.

Kemmis, Stephen & Mc. Taggart, Robin. 1998. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University.

Kennedy, L.M. & Tipp, S. 1994. Guiding Children’s of Learning of Mathematics. Belmont, California: Wadworth Publishing Company..

Miles, M.B. & Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Cecep Rohendi, Rohidi 1992. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Polya, G. 1991. Mathematics Discovery: on Understanding, Learning and Teaching Problem Solving. New York: John Willey & Sons, Inc.

Page 8: Pembelajaran Pemecahan Masalah (Pendidikan) Pada Mahasiswa Pgsd Dengan Pendekatan Pakem

Priatna, N. 2000. Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Pada siswa SLTP. Prosiding Seminar Nasional. Surabaya: FMIPA ITS.

Ruseffendi, ET. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika melalui CBSA. Bandung: Tarsito.

Sudjimat, D. A. 2000. Pembelajaran Pemecahan Masalah dalam Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar. Suatu Studi Eksplorasi. Desertasi tidak diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang.

Sutawidjaja, A. 1998. Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional. Upaya- upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Era Globalisasi. PPS IKIP Malang. Malang, 4 April.

Tumarang, K. 2000. Pembelajaran melalui Problem Solving Untuk Menumbuhkan dan Meningkatkan Pemahaman Konsep Pengurangan Bagi Siswa Sekolah Dasar Kelas 1. Tesis. Tidak diterbitkan Malang: PPS Universitas Negeri Malang.

Wakiman, T. 1995. Kesulitan-kesulitan memahami soal cerita matematika pada mahasiswa PGSD D-II Penyetaraan Tatap Muka FIP IKIP Yogyakara

Angkatan Tahun 1993. Laporan penelitian. IKIP Yogyakarta.

Yuwono, 1. 2001. Pembelajaran Matematika Secara Membumi. Malang FMIPA. Universitas Negeri Malang.

Page 9: Pembelajaran Pemecahan Masalah (Pendidikan) Pada Mahasiswa Pgsd Dengan Pendekatan Pakem