Pembelajaran ict redhana

15
| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011 PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Oleh: I Wayan Redhana Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha Email: [email protected] . Pendahuluan Proses pembelajaran pada satuan pendidikan hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk belajar, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dengan kondisi ini, peserta didik akan memperoleh kesempatan mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga pada akhirnya akan dapat mencapai kompetensi yang diharapkan pada mata pelajaran yang dipelajari. Untuk dapat mencapai harapan di atas, guru perlu melakukan reformasi terhadap pembelajaran yang dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru-guru dalam meningkatkan kualitas pembelajarannya adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology, ICT). ICT menyebabkan perubahan yang sangat fundamental dalam proses pembelajaran, yaitu pembelajaran yang biasanya dilakukan terbatas di ruang kelas dengan jadwal yang telah ditentukan secara ketat berkembang menjadi pembelajaran yang dapat berlangsung di manapun dan kapanpun (Marti, 2006). Demikian juga, pembelajaran yang biasanya melibatkan fasilitas berupa material/fisik, seperti buku, berkembang menjadi pembelajaran yang memanfaatkan fasilitas teknologi komputer dan internet sehingga terbentuk peserta didik “online.” Holmes & Gardner (2008) menyatakan bahwa kehadiran ICT telah menyebabkan revolusi dalam bidang pendidikan. Berbicara tentang pembelajaran berbasis ICT, pembelajaran tidaklah harus dilakukan secara online, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana guru-guru dapat memanfaatkan kecanggihan yang dimiliki oleh komputer agar peserta didik dapat memahami materi pembelajaran dengan lebih baik. Banyak pembelajaran berbasis ICT dilakukan di sekolah dengan menanfaatkan CD pembelajaran. CD dapat dikembangkan oleh guru sendiri atau menggunakaan CD yang dibuat oleh orang lain. Di samping itu, guru-guru dapat menggakses software pembelajaran yang disediakan oleh pribadi atau lembaga pendidikan di internet. Software pembelajaran yang tersedia di internet tidak semuanya dapat digunakan oleh guru. Tentunya guru harus melakukan evaluasi terhadap software tersebut, terutama berkaitan dengan konsep yang disajikan. Tidak sedikit software pembelajaran tersebut mengandung konsep yang salah (miskonsepsi). Mungkin saja software yang di-upload ke internet belum melalui validasi dari para pakar di bidangnya. Pada pembelajaran berbasis ICT, guru dan peserta didik harus mampu mengakses informasi. Demikian juga, guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam menggunakan ICT karena guru berperan juga sebagai peserta didik yang harus belajar secara terus menerus sepanjang hayat. Dalam hal ini, baik guru dan peserta didik semuanya belajar. Dengan demikian, akan terbentuk apa yang dinamakan dengan masyarakat belajar (learning society). Pembelajaran berbasis ICT akan berjalan efektif jika guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran atau sebagai orang yang memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar, bukan lagi sebagai pemberi informasi. Guru bukan satu-satunya sumber informasi dan juga guru dapat belajar dari peserta didik. Guru bukan instruktur yang memberikan perintah kepada peserta didik, melainkan guru menjadi mitra belajar (partner) sehingga peserta tidak segan berpendapat, bertanya, dan bertukar pikiran dengan guru. Pada era digital sekarang ini paradigma pembelajaran telah bergeser dari pembelajaran tradisional menuju pembelajaran berbasis ICT. Pembelajaran tidak hanya menggunakan papan tulis saja, tetapi juga guru hendaknya menggunakan teknologi dalam pembelajarannya. Berbagai media hasil teknologi termasuk di dalamnya televisi, VCD, DVD, dan komputer menjadi suatu kebutuhan

description

 

Transcript of Pembelajaran ict redhana

Page 1: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Oleh:

I Wayan Redhana

Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA

Universitas Pendidikan Ganesha

Email: [email protected]

. Pendahuluan

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan hendaknya diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk belajar, dan memberikan

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dengan kondisi ini, peserta didik akan

memperoleh kesempatan mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga pada akhirnya akan

dapat mencapai kompetensi yang diharapkan pada mata pelajaran yang dipelajari. Untuk dapat

mencapai harapan di atas, guru perlu melakukan reformasi terhadap pembelajaran yang dilakukan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru-guru dalam meningkatkan kualitas

pembelajarannya adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (information

and communication technology, ICT). ICT menyebabkan perubahan yang sangat fundamental

dalam proses pembelajaran, yaitu pembelajaran yang biasanya dilakukan terbatas di ruang kelas

dengan jadwal yang telah ditentukan secara ketat berkembang menjadi pembelajaran yang dapat

berlangsung di manapun dan kapanpun (Marti, 2006). Demikian juga, pembelajaran yang biasanya

melibatkan fasilitas berupa material/fisik, seperti buku, berkembang menjadi pembelajaran yang

memanfaatkan fasilitas teknologi komputer dan internet sehingga terbentuk peserta didik “online.”

Holmes & Gardner (2008) menyatakan bahwa kehadiran ICT telah menyebabkan revolusi dalam

bidang pendidikan.

Berbicara tentang pembelajaran berbasis ICT, pembelajaran tidaklah harus dilakukan secara

online, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana guru-guru dapat memanfaatkan kecanggihan

yang dimiliki oleh komputer agar peserta didik dapat memahami materi pembelajaran dengan lebih

baik. Banyak pembelajaran berbasis ICT dilakukan di sekolah dengan menanfaatkan CD

pembelajaran. CD dapat dikembangkan oleh guru sendiri atau menggunakaan CD yang dibuat oleh

orang lain. Di samping itu, guru-guru dapat menggakses software pembelajaran yang disediakan

oleh pribadi atau lembaga pendidikan di internet. Software pembelajaran yang tersedia di internet

tidak semuanya dapat digunakan oleh guru. Tentunya guru harus melakukan evaluasi terhadap

software tersebut, terutama berkaitan dengan konsep yang disajikan. Tidak sedikit software

pembelajaran tersebut mengandung konsep yang salah (miskonsepsi). Mungkin saja software yang

di-upload ke internet belum melalui validasi dari para pakar di bidangnya.

Pada pembelajaran berbasis ICT, guru dan peserta didik harus mampu mengakses informasi.

Demikian juga, guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam

menggunakan ICT karena guru berperan juga sebagai peserta didik yang harus belajar secara terus

menerus sepanjang hayat. Dalam hal ini, baik guru dan peserta didik semuanya belajar. Dengan

demikian, akan terbentuk apa yang dinamakan dengan masyarakat belajar (learning society).

Pembelajaran berbasis ICT akan berjalan efektif jika guru berperan sebagai fasilitator

pembelajaran atau sebagai orang yang memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar,

bukan lagi sebagai pemberi informasi. Guru bukan satu-satunya sumber informasi dan juga guru

dapat belajar dari peserta didik. Guru bukan instruktur yang memberikan perintah kepada peserta

didik, melainkan guru menjadi mitra belajar (partner) sehingga peserta tidak segan berpendapat,

bertanya, dan bertukar pikiran dengan guru.

Pada era digital sekarang ini paradigma pembelajaran telah bergeser dari pembelajaran

tradisional menuju pembelajaran berbasis ICT. Pembelajaran tidak hanya menggunakan papan tulis

saja, tetapi juga guru hendaknya menggunakan teknologi dalam pembelajarannya. Berbagai media

hasil teknologi termasuk di dalamnya televisi, VCD, DVD, dan komputer menjadi suatu kebutuhan

Page 2: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

penting dalam pembelajaran. Peserta didik yang tidak memiliki kecakapan menggunakan ICT

diperkirakan akan mengalami kesulitan yang lebih besar dalam menghadapi kehidupannya pada

masa kini dan masa yang akan datang.

Pembelajaran berbasis ICT memerlukan bimbingan dari guru agar peserta didik dapat belajar

secara efektif. Guru memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya dan menciptakan kondisi bagi

peserta didik untuk mengembangkan cara-cara belajarnya sendiri sesuai dengan karakteristik,

kebutuhan, bakat, atau minatnya. Selain itu, gurupun berperan sebagai programer, yaitu selalu

kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya inovatif berupa program atau perangkat lunak

yang akan digunakan untuk membelajarkan peserta didik.

Di lain pihak, peran peserta didik dalam pembelajaran bukanlah sebagai objek pasif yang

hanya menerima informasi dari guru, namun harus lebih aktif, kritis, dan kreatif dalam proses

pembelajaran. Peserta didik tidak hanya mengingat fakta-fakta atau mengungkapkan kembali

informasi yang diterimanya dari guru, namun harus mampu menghasilkan atau menemukan

berbagai informasi atau ilmu pengetahuan.

ICT hendaknya dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan pembelajaran dan guru tidak

boleh “gaptek” alias gagap teknologi. Minimal, mereka bisa mengoperasikannya sehingga peserta

didik didik bisa “menikmati” media pembelajaran dengan segenap emosi dan pikirannya. Sebuah

kesia-siaan apabila sekolah “dimanja” dengan berbagai piranti teknologi mutakhir, tetapi para guru

tak sanggup memanfaatkannya secara maksimal. Sebagai “agen perubahan dan peradaban” dunia

persekolahan, guru-guru harusnya sudah mulai mengakrabi ICT. Untuk itu, harus ada upaya serius

untuk memberdayakan para guru agar mereka tidak “gaptek.” Jika tidak ada upaya serius dan

intensif, disadari atau tidak, pemanfaatan ICT dalam pembelajaran hanya akan menjadi retorika

belaka.

Perkembangan ICT dalam pendidikan

Meningkatnya kecenderungan banyak orang terhadap ICT terkait langsung dengan

meningkatnya tahap literasi teknologi, literasi informasi, dan juga meningkatnya kesejahteraan

masyarakat. Faktor-faktor tersebut satu sama lainnya saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan.

Masyarakat yang tinggal di negara maju memiliki literasi teknologi lebih tinggi dibanding dengan

masyarakat di negara berkembang dan miskin.

Menurut Munir (2008), penggunaan ICT dalam pendidikan berkembang melalui tiga tahap.

a. Penggunaan audiovisual aid (AVA)

Audiovisual aid yaitu alat bantu berbentuk audio (memanfaatkan pendengaran) dan visual

(memanfaatkan penglihatan) yang digunakan di kelas untuk menyampaikan materi pembelajaran.

Selain itu, peserta didik juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya.

b. Penggunaan materi berprogram

Materi pembelajaran adalah materi yang terkait dengan materi subjek (subject matter).

Materi pembelajaran ini dipecah ke dalam unit-unit kecil, selanjutnya diprogram sesuai dengan

perangkat yang digunakan.

c. Penggunaan komputer dalam pendidikan

Peningkatan produktivitas dapat dicapai melalui penggunaan teknologi. Perkembangan

teknologi telah mengubah masyarakat dari masyarakat industri menjadi masyarakat informasi yang

ditandai oleh tumbuh dan berkembangnya masyarakat berpendidikan yang berbasis teknologi

informasi atau komputer, baik dari segi perangkat lunak maupun perangkat keras.

Penggunaan ICT dalam pembelajaran memerlukan strategi yang komprehensif. Teknologi

informasi adalah segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,

manipulasi, dan pengolahan informasi. Di lain pihak, teknologi komunikasi adalah segala hal yang

berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat

yang satu ke perangkat lainnya. Dengan demikian, ICT adalah segala kegiatan yang terkait dengan

pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan pemindahan informasi antar media.

Page 3: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

. Pemanfaatan internet dalam pembelajaran

Peluncuran www (world wide web) pada tahun 1990-an telah membuka babak baru dalam

perkembangan internet yang sudah ada sejak 1950-an. Sejak saat itu, tulang punggung utama

internet sudah berpindah dari DARPA dan badan penelitian ke perusahaan swasta di Amerika

Serikat. Setelah digunakan untuk transaksi bisnis dan komersil, potensi internet berkembang sangat

pesat.

Kini, selain digunakan untuk mengakses informasi, internet juga digunakan sebagai alat

pembayaran, perdagangan, pemasaran, dan pendidikan. Untuk dapat menggunakannya, perlu

diketahui URL (Uniform Resource Locator). Suatu contoh alamat web di internet yang mempunyai

format generik http://www.gu.edu.au/gwis/cinemedia.home.html. Dari alamat web dapat

dijelaskan:

a. “http”, merujuk kepada dokumen hiperteks;

b. “www.gu” menyatakan bahwa dokumen itu ditempatkan dalam pelayan www di Griffith

University;

c. “edu”, menunjukkan badan atau institusi pendidikan, “au” kode geografi untuk Australia;

d. “/gwis/cinemedia”, menerangkan bahwa file itu terdapat dalam dua derektori;

e. “home.html” merupakan identitas nama CineMedia.

Setelah diberikan sayap www, internet berkembang pesat menjadi museum raya,

perpustakaan maya, dan pasar raya informasi maya yang terbesar di dunia. Justru itu, internet

dijadikan dasar untuk membangun dunia informasi dunia.

Faktor utama daya tarik internet adalah dari sisi kemampuannya dalam mengakses informasi

teks, audio, gambar, ilustrasi, dan yang lain dari lebih dari 0 juta web di internet dengan lebih

mudah dan lebih cepat dibandingkan dengan media komunikasi/informasi lain. Salah satu cara

untuk mencari informasi di internet adalah dengan menggunakan mesin pencari. Di antara mesin

pencari yang populer adalah Alta Vista, Excite, HotBot, Infoseek, Lycos, Open Tex,. MetaCrawler,

WebCrawler, Google, dan Yahoo.

Menurut Purnomo (2008), pemanfaatan internet dalam pembelajaran akan meningkatkan

kuantitas peserta didik. Akan semakin banyak peserta didik yang dapat direngkuh melalui internet.

Selain peningkatan kuantitas, kualitas pembelajaranpun dapat ditingkatkan. Pada internet dapat di-

upload media pembelajaran multimedia dan bahan-bahan belajar seperti buku-buku elektronik.

Seiring dengan peningkatan jumlah peserta didik, haruskah kita tetap bertahan pada pola

lama tanpa melibatkan teknologi di dalamnya? Teknologi internet mengemuka sebagai media yang

multirupa. Komunikasi melalui internet bisa dilakukan secara interpersonal (misalnya e-mail dan

chatting) atau secara massa dikenal one to many communition (misalnya mailing list). Internet juga

mampu hadir secara real time audio visual, seperti pada metode konvensional dengan adanya

aplikasi teleconference.

Berdasarkan hal tersebut, internet sebagai media pembelajaran mempunyai karakteristik,

yaitu: (1) sebagai media interpersonal dan massa, bersifat interaktif, dan (3) memungkinkan

komunikasi secara sinkron maupun ansinkron (tunda). Karakteristik ini memungkinkan peserta

didik melakukan komunikasi dengan sumber informasi secara lebih luas jika dibandingkan dengan

hanya menggunakan media konvensional.

Internet memiliki beberapa fungsi. Setidaknya ada enam fungsi internet yang dapat

dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu fungsi sebagai alat komunikasi, mengakses

informasi, pendidikan dan pembelajaran, serta fungsi tambahan, pelengkap, dan pengganti. Pada

makalah ini hanya akan dibahas fungsi pendidikan dan pembelajaran serta fungsi tambahan,

pelengkap, dan pengganti.

a. Fungsi pendidikan dan pembelajaran

Perkembangan teknologi internet yang sangat pesat dan merambah ke seluruh penjuru dunia

telah dimanfaatkan oleh berbagai negara, institusi, dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk

di dalamnya untuk pembelajaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat lunak

(program aplikasi) yang dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan/pembelajaran terus

dilakukan.

Page 4: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

Pembelajaran melalui internet dapat diberikan dalam beberapa format, di antaranya adalah:

1) electronic mail (delivery of course materials, sending in assignments, getting and giving

feedback, using a course listserv., i.e., electronic discussion group);

2) bulletin boards/newsgroups for discussion of special group;

3) downloading of course materials or tutorials;

4) interactive tutorials on the Web;

5) real time, interactive conferencing using MOO (Multiuser Object Oriented) systems or Internet

Relay Chat.

Setelah bahan pembelajaran elektronik dikemas dan dimasukkan ke dalam jaringan sehingga

dapat diakses melalui internet, kegiatan berikutnya yang perlu dilakukan adalah mensosialisasikan

ketersediaan program pembelajaran tersebut agar dapat diketahui oleh masyarakat luas, khususnya

para peserta didik. Para guru juga perlu diberikan pelatihan agar mereka mampu mengelola dengan

baik penyelenggaraan kegiatan pembelajaran melalui intenet.

Sebagai media pembelajaran terdapat tiga fungsi internet di dalam kegiatan pembelajaran,

yaitu sebagai suplemen, komplemen, dan substitusi.

b. Fungsi sebagai suplemen

Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai

kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam

hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran

elektronik. Sekalipun sifatnya hanya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan

memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. Walaupun materi pembelajaran elektronik

berfungsi sebagai suplemen, para guru tentunya akan senantiasa mendorong atau menganjurkan

peserta didiknya untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang telah disediakan.

c. Fungsi sebagai pelengkap

Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), apabila materi pembelajaran

elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di

dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk

pengayaan atau remedi bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang bersifat

tatap muka (face to face interaction).

Secara umum, para peserta didik dapat dikelompokkan atas 3 kategori, yaitu ) fast

learners, average or moderate learners, dan (3) slow learners. Biasanya kelompok yang terga-

bung dalam average learners (peserta didik berkemampuan rata-rata) sering agak dilupakan karena

mereka ini dipandang sebagai peserta didik yang tidak terlalu bermasalah. Yang justru sering

menjadi perhatian atau yang membutuhkan penanganan khusus dalam pengelolaan kelas adalah

kelompok peserta didik yang lamban kemampuan belajarnya (slow learners) dan kelompok peserta

didik yang cepat kemampuan belajarnya (fast learners). Untuk fast learners disediakan program

pengayaan, sedangkan untuk slow learners disediakan program remedi.

d. Fungsi pengganti

Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model

kegiatan pembelajaran kepada peserta didik. Tujuannya adalah untuk membantu peserta didik

mengelola kegiatan pembelajarannya sehingga mereka dapat menyesuaikan waktu dan aktivitas

lainnya. Sehubungan dengan hal ini, ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat

dipilih peserta didik, yaitu apakah mereka akan mengikuti kegiatan pembelajaran yang disajikan

secara (1) konvensional (tatap muka) saja, ( ) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui

internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet.

Alternatif model kegiatan pembelajaran manapun yang akan dipilih oleh peserta didik tidak

menjadi masalah dalam penilaian. Artinya, setiap peserta didik yang mengikuti salah satu model

penyajian materi pembelajaran akan mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika

peserta didik dapat menyelesaikan program pembelajarannya dan lulus melalui cara konvensional

atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi

Page 5: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel

ini dinilai sangat membantu para peserta didik untuk mempercepat penyelesaian studinya.

E-learning

Perkembangan ICT, khususnya dunia cyber (maya), telah menyebabkan pergeseran

paradigma sistem pendidikan dari pembelajaran tradisional yang mengandalkan tatap muka

menjadi sistem pendidikan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu (Holmes & Gardner, 2008).

Sistem pendidikan yang berbasis dunia cyber yang dimaksudkan disebut dengan istilah e-learning.

Terminologi e-learning cukup banyak dikemukakan dalam berbagai sudut pandang, namun pada

dasarnya mengarah pada pengertian yang sama. E-learning didefinisikan sebagai pembelajaran

yang dilakukan dengan bantuan komputer (termasuk CD-ROM, internet, atau intranet) yang

dirancang untuk mendukung pembelajaran individu atau tujuan kinerja organisasi (Clark & Mayer,

. E-learning menjadi katalis yang menyebabkan perubahan yang sangat besar yang berkaitan

dengan apa yang dipelajari dan siapa yang belajar. E-learning menawarkan kesempatan baru bagi

guru dan peserta didik untuk memperkaya pengalaman belajar mengajar mereka melalui

lingkungan virtual yang mendukung tidak hanya proses penyampaian materi, tetapi juga eksplorasi

dan aplikasi pengetahuan baru.

Huruf “e” pada e-learning berarti elektronik yang kerap disepadankan dengan kata virtual

(maya) atau distance (jarak). Sementara kata learning sendiri diartikan sebagai pembelajaran. Jadi

e-learning berarti pembelajaran menggunakan media atau perangkat elektronika. Dari sini

kemudian muncul istilah virtual learning (pembelajaran di dunia maya) atau distance learning

(pembelajaran jarak jauh). Dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio, video,

komputer, atau kombinasi dari ketiganya. E-learning merupakan sebuah proses pembelajaran yang

dilakukan melalui network (jaringan). Ini berarti bahwa e-learning memungkinkan

tersampaikannya bahan ajar kepada peserta didik menggunakan media ICT berupa komputer dan

jaringan internet atau intranet. Proses pembelajaran akan berlangsung lebih efesien dan efektif.

Dari uraian di atas dapat diambil makna bahwa e-learning adalah proses pembelajaran

menggunakan ICT sebagai tools. Fokus e-learning adalah pada "learning" (belajar), bukan pada

"e" (electronic). E-learning juga berarti proses transformasi pembelajaran dari pembelajaran yang

berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

E-learning merupakan suatu teknologi pembelajaran yang relatif baru di Indonesia. Dalam

pembelajaran itu guru dan peserta didik tidak perlu berada pada tempat dan waktu yang sama

untuk melangsungkan proses pembelajaran. Guru cukup meng-upload bahan ajar pada situs e-

learning dan peserta didik dapat mempelajarinya dengan membuka situs e-learning tersebut di

manapun.

Clark & Mayer (2003) mendeskripsikan karakteristik e-learning sebagai berikut.

a. Melibatkan konten yang relevan dengan tujuan pembelajaran.

b. Menggunakan metode pembelajaran seperti contoh dan praktek untuk mendukung pembelajaran.

c. Menggunaan unsur-unsur media seperti kata-kata dan gambar untuk mengantarkan konten.

d. Membangun pengetahuan dan keterampilan baru yang dihubungkan dengan tujuan pembelajaran

individu atau kinerja organisasi.

E-learning memiliki banyak kelebihan seperti diungkapkan oleh Munir (2008), yaitu sebagai

berikut.

a. Memberikan pengalaman yang menarik dan bermakna bagi peserta didik karena

kemampuannya dapat berinteraksi langsung dan materi pembelajaran dapat dipahami dengan

lebih mudah dan bermakna, lebih mudah diingat, dan lebih mudah pula diungkapkan kembali.

b. Dapat memperbaiki tingkat pemahaman dan daya ingat peserta didik (retention of information)

terhadap pengetahuan yang disampaikan karena konten yang bervariasi, interaksi yang menarik

perhatian, dan balikan yang segera.

c. Adanya kerja sama dalam komunitas on-line sehingga memudahkan berlangsungnya proses

transfer informasi dan komunikasi.

d. Administrasi yang terpusat sehingga memudahkan dilakukannya akses dalam operasionalnya.

Page 6: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

e. Menghemat atau mengurangi biaya pendidikan, seperti berkurangnya biaya untuk membayar

guru atau biaya akomodasi dan transportasi peserta didik ke tempat belajar.

f. Pada pembelajaran dengan dukungan internet, pusat perhatian tertuju pada peserta didik, Ini

berarti bahwa dalam pembelajaran peserta didik tidak bergantung sepenuhnya kepada guru.

Kemandirian peserta didik akan meningkat karena peserta didik dituntut mempelajari dan

mengembangkan materi secara mandiri. Peserta didik belajar sesuai dengan kemampuannya

sendiri sehingga akan meningkatkan rasa percaya dirinya.

Di samping itu, Bates & Wulf (dalam Munir, 2008) menambahkan bahwa pembelajaran e-

learning juga memiliki kelebihan sebagai berikut.

a. Meningkatkan interaksi pembelajaran

Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran melalui internet dapat meningkatkan kadar

interaksi antara peserta didik dan bahan belajar, peserta didik dan guru, dan antar sesama peserta

didik. Hal ini berbeda dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik

dalam kegiatan pembelajaran konvensional berani atau mempunyai kesempatan mengajukan

pertanyaan atau menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Pada pembelajaran yang bersifat

konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan oleh guru untuk berdiskusi atau bertanya

jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung hanya didominasi

oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan tidak mempunyai sifat pemalu.

b. Mempermudah interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja

Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses

oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber

belajar ini kapan saja dan di manapun dia berada. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan

pembelajaran yang dapat diserahkan kepada guru begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu

penyerahan tugas harus menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan guru. Juga tidak perlu

menunggu sampai ada waktu luang guru untuk mendiskusikan hasil pelaksanaan tugas apabila

dikehendaki. Melalui teknologi internet semua hal yang demikian ini dapat diatasi. Peserta didik

tidak harus terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

sebagaimana halnya pada kegiatan pembelajaran yang konvensional.

c. Memiliki jangkauan yang luas

Jika pembelajaran yang fleksibel dari sisi waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang

dapat dijangkau oleh pembelajaran elektronik melalui internet semakin lebih banyak atau terbuka

secara luas. Informasi (knowledge) mudah diakses lebih luas (dari jarak jauh) dan lengkap, tidak

terbatas oleh waktu karena bisa dilakukan kapan saja.

Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan

kapan saja, peserta didik dapat belajar melalui interaksinya dengan sumber belajar yang telah

dikemas secara elektronik dan siap diakses melalui internet, tidak hanya di ruangan kelas atau

sekolah, namun bisa dilakukan di rumah, di kamar, atau tempat lain. Kesempatan belajar benar-

benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkannya.

d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran

Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai software yang terus

berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian

juga, penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar yang telah dikemas dapat dilakukan secara

periodik dengan cara yang lebih mudah sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya.

Di samping itu, pemutakhiran penyajian materi pembelajaran dapat dilakukan, baik yang

didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian guru selaku

penanggungjawab/pembina materi pembelajaran. Pengetahuan dan keterampilan pengembangan

bahan belajar secara elektronik ini perlu dikuasai terlebih dahulu oleh mereka yang bertanggung

jawab dalam pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan pengelolaan kegiatan

pembelajarannya sendiri. Harus ada komitmen guru untuk secara teratur memantau perkembangan

kegiatan pembelajarannya dan memotivasi pembelajarannya.

Page 7: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

Marti (2006) meringkaskan beberapa keunggulan dari e-learning yang dapat diuraikan

sebagai berikut.

1) Ada pemisahan yang permarnen antara guru dan peserta didik yang tidak terkendala oleh ruang

dan waktu.

2) Peserta didik dapat mengontrol jadwal belajar, tempat, kecepatan belajar, aktivitas, dan waktu

evaluasi.

3) Komunikasi guru-peserta didik, peserta didik-peserta didik, dan guru-guru dapat melalui

sumber-sumber yang berbeda.

Web Portal Belajar dan Distance Learning

Tahap awal pemanfaatan internet dalam pembelajaran berbentuk model Web Portal Belajar.

Model ini menggunakan internet sebagai penunjang peningkatan kegiatan belajar mengajar di

kelas. Jadi, peningkatan kualitas pembelajaran masih sangat mengutamakan tatap muka di kelas.

Model Web Portal Belajar menjadikan internet sebagai penyedia sumber belajar yang bisa

diakses secara online. Pembelajaran ini juga disebut sebagai online learning (Dabbagh & Bannan-

Ritland, 2005). Internet menjadi sarana bagi peserta didik untuk meningkatkan komunikasi, baik

sesama peserta didik, peserta didik dan guru, atau peserta didik dan kelompok lain di luar institusi

sekolah. Model ini mampu meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di ruang kelas

karena terdapat pengayaan materi, baik yang berasal dari kegiatan tatap muka di kelas maupun

yang ada di internet (Purnomo, 2008).

Apabila pihak institusi pendidikan telah mampu menerapkan model Web Portal Belajar,

maka institusi tersebut bisa menuju ke tahap selanjutnya yang disebut pembelajaran jarak

jauh/distance learning, yaitu guru dan peserta didik terpisah oleh waktu dan ruang. Walau

demikian, diskusi masih bisa dilaksanakan, baik secara sinkron maupun asinkron. Seluruh kegiatan

pengajaran dilakukan melalui internet sehingga kegiatan tatap muka secara fisik tidak diperlukan.

Dalam pembelajaran jarak jauh, internet bukan hanya berperan sebagai pendukung kegiatan

pembelajaran, melainkan juga sebagai faktor utama yang menentukan jalannya pengajaran.

Pembelajaran jarak jauh melalui internet harus tetap melibatkan empati para guru sehingga

terjadi hubungan erat antara guru dan peserta didik. Tanpa empati, pembelajaran jarak jauh dalam

arti yang sesungguhnya tidak terjadi dan yang berlangsung hanyalah proses transfer informasi.

Ketika memutuskan utuk menerapkan distance learning, yang harus dilakukan pertama kali

adalah memahami model CAL+CAT (Computer Assisted Learning+Computer Assisted Teaching)

yang akan diterapkan. Beberapa model CAL+CAT, di antaranya adalah sebagai berikut (Purnomo,

.

a. Learning Management System (LMS)

LMS merupakan kendaraan utama dalam proses pembelajaran. Kumpulan perangkat lunak

yang ada didesain untuk pengaturan pada tingkat individu, ruang kuliah, dan/atau institusi.

Karakter utama LMS adalah pengguna merupakan guru dan peserta didik dan keduanya harus

terkoneksi dengan internet untuk menggunakan aplikasi ini.

b. Computer Based Training (CBT)/Course Authoting Package (CAP)

CBT adalah perangkat lunak online untuk proses pembelajaran secara lokal pada masing-

masing komputer peserta didik. Perangkat lunak ini juga bisa diterapkan secara online. Kebanyakan

pengguna memanfaatkannya secara offline karena faktor bandwith yang dibutuhkan CBT untuk

memproses video yang berukuran besar. CAP adalah perangkat lunak untuk mengembangkan CBT.

c. Virtual Laboratory (ViLab)

ViLab adalah lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengalaman

praktis secara maya/virtual. ViLAB umumnya dipasang secara offline pada masing-masing

komputer peserta didik, namun saat ini sudah banyak tersedia aplikasi online.

Page 8: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

. Blended Learning

Untuk kebanyakan sekolah, mungkin belum sepenuhnya dapat mengadopsi internet-based

learning atau online learning. Walaupun banyak keunggulan yang dimiliki oleh e-learning, namun

peranan guru di kelas tidak sepenuhnya dapat digantikan oleh media ICT. Oleh karena itu, para

guru dapat menggabungkan antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran elektronik (e-

learning). Gabungan pembelajaran ini disebut sebagai pembelajaran campuran (blended atau

hybrid learning) (Dabbagh & Bannan-Ritland, ; Oliver & Trigwell, 2005). Definisi yang lebih

spesifik tentang blended learning diungkapkan oleh Discroll (dalam Woodall, 2010), yaitu

kombinasi atau campuran dari paling sedikit empat metode yang berbeda, meliputi:

a. campuran pembelajaran berbasis teknologi (e-learning, collaboration, virtual classroom, dan

lain-lain);

b. kombinasi pendekatan pedagogi (behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme);

c. campuran bentuk-bentuk teknologi pembelajaran (face-to-face, internet, CD-ROM, dan lain-

lain); dan

d. integrasi teknologi pembelajaran dengan aktivitas kerja aktual.

Blended learning diimplementasikan dengan sejumlah cara. Dapat dimulai dengan

pembelajaran online, kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran tatap muka, atau dimulai dengan

pembelajaran tatap muka, kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran online, atau dilakukan secara

berselang-seling.

Blended learning merupakan suatu model pembelajaran yang semakin populer yang

membantu sekolah untuk memotivasi, menantang, dan meningkatkan prestasi peserta didik dan

menyiapkannya menjadi pebelajar di abab- . Blended learning mendorong peserta didik

mengungkapkan pengetahuan awalnya, memperoleh pengetahuan baru, dan mgembangkan

kreativitas untuk memecahkan masalah-masalah dunia nyata dengan menggunakan alat-alat

synchronous and/atau asynchronous (NSW Country Areas Program, . Pendekatan blended

learning memungkinkan guru mencampur praktek-praktek pembelajaran yang berkualitas dengan

ketersediaan ICT. Teknologi yang dapat digunakan dalam blended learning antara lain

videoconference, interactive board, mobil devices, dan web 2.0 tools.

Peserta didik dapat mengakses sejumlah informasi dalam beberapa format. Mereka juga

mempunyai kesempatan mengembangkan kemampuan untuk menjadi produsen konten/

pengetahuan dalam jejaring sosial dan masyarakat belajar. Melalui penggunaan dan penciptaan

konten ini, peserta didik dan guru mengembangkan pemahaman yang lebih jelas tentang perbedaan

interaksi belajar dan mengajar serta penyampaian materi. Bagi guru, pengenalan perbedaan ini

seharusnya membimbing refleksi pada dimensi pembelajaran yang berkualitas dan menerapkannya

dalam praktek-praktek pembelajaran. Woodall (2010) menyatakan bahwa blended learning

merupakan strategi pembelajaran yang ampuh yang dapat memenuhi kebutuhan gaya belajar

peserta didik, serta meningkatkan kinerja dan hasil belajar peserta didik.

. Teknologi e-learning

Beberapa produk teknologi e-learning dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Audioconreferencing

Audioconreferencing merupakan salah satu teknologi e-learning interaktif paling sederhana

dan relatif murah untuk penyelenggaraan distance learning. Audioconferencing adalah interaksi

atau konferensi langsung dalam bentuk audio (suara) antar dua orang atau lebih yang berada pada

tempat berbeda, bahkan dapat melibatkan peserta didik yang banyak pada lokasi yang tersebar dan

berbeda. Teknologi yang digunakan adalah sarana telepon. Dalam pelaksanaan audio-

conreferencing membutuhkan perangkat tambahan (audioconreferencing bridge) yang dapat

mengurangi gangguan (noise) maupun interaksi pada sistem.

b. Videobroadcasting

Videobroadcasting merupakan salah satu teknologi e-learning interaktif yang bersifat satu

arah. Videobroadcasting lebih banyak digunakan dibandingkan dengan audioconferencing. Hal ini

Page 9: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

terjadi karena sifat videobroadcasting bersifat audio visual. Pada prinsipnya, belajar akan lebih

berhasil jika melibatkan banyak indera. Sebagai media transaksi pada umumnya menggunakan

media satelit. Peserta mengikuti program pembelajaran melalui videobroadcasting dengan cara

melihat dan mendengar pesawat televisi yang terhubung ke stasiun (broadcaster) tertentu melalui

antena penerima biasa atau antena parabola yang dilengkapi decoder khusus.

c. Videoconferencing

Teknologi multimedia videoconferencing memungkinkan seluruh peserta didik melihat,

mendengar, dan bekerja sama secara langsung. Sesuai dengan namanya, fungsi videoconferencing

adalah memberikan visualisasi secara langsung dan lengkap kepada seluruh peserta didik dengan

menggunakan multimedia (video, audio, dan data).

. Aplikasi ICT untuk e-learning

Perkembangan ICT yang menghasilkan internet dengan World Wide Web (WWW) dan

silabus on line di dalamnya disambut baik oleh dunia pendidikan. Sumber pembelajaran berbasis

ICT ini menjadi dapat diakses oleh masyarakat banyak dan memberikan nilai yang berarti. Aplikasi

ICT untuk e-learning dapat berupa situs pembelajaran, e-mail, dan silabus on line.

a. Situs Pembelajaran

Penerapan e-learning melalui jaringan internet menempatkan materi pada situs pembelajaran

tertentu. Berbagai fasilitas situs pembelajaran pada internet dapat diakses oleh peserta didik secara

mandiri untuk keperluan pembelajaran karena di dalamnya memuat antara lain tujuan

pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber daya web (melalui searching),

perpustakaan digital, dan informasi lainnya, seperti jadwal pelajaran dan ujian serta peta konsep.

Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran di atas perlu dilakukan evaluasi dan

meminta umpan balik (feedback) dari peserta didik.

b. Electronic-mail

Proses pembelajaran dengan memanfaatkan e-mail akan memungkinkan peserta didik

berkomunikasi dan saling mentransfer informasi dengan orang-orang di seluruh dunia. Gurupun

bisa menggunakan e-mail untuk berkomunikasi dengan peserta didik dan juga dengan guru lainnya.

Melalui jaringan internet, e-mail dapat dimanfaatkan untuk berkorespondensi antara guru dan

peserta didik, guru dan guru lainnya, atau antar peserta didik. Guru bisa memberikan informasi,

menerima tugas/pekerjaan, atau mengoreksi hasil pekerjaan peserta didik tanpa harus bertemu

muka. Begitu pula komunikasi antara peserta didik menjadi lebih mudah tanpa terkendala oleh

ruang, dan waktu. Peserta didik bisa membaca dan menulis sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

Di lain pihak, sekarang ini penggunaan facebook juga semakin populer dalam dunia pendidikan.

Guru maupun peserta didik dapat mendiskusikan tugas-tugas melalui facebook.

c. Silabus on-line

Panduan proses pembelajaran antara guru dan peserta didik telah disediakan dalam silabus

on-line. Seluruh peserta didik dan orang tua bisa memantaunya di silabus on-line. Dengan silabus

on-line diharapkan dapat terjalin hubungan yang serasi dan kontrol yang baik di antara sekolah,

masyarakat, dan dunia kerja.

E-learning akan berhasil dengan baik jika dilakukan dengan benar dan optimal. Namun,

penerapan e-learning bisa mengalami kegagalan. Kegagalan tersebut antara lain disebabkan oleh

salahnya pemilihan pendekatan dalam pembelajaran, yaitu tidak menerapkan pendekatan

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik,, melainkan berpusat pada guru. Pendekatan yang

berpusat pada guru kurang tepat untuk diterapkan dalam e-learning. Peserta didik hendaknya

sebagai subjek belajar, bukan objek belajar. Pendekatan ini membuat peserta didik sangat

bergantung kepada guru. Akibatnya, peserta didik menjadi pasif dan mengalami kesulitan untuk

mengeksplorasi materi pembelajaran secara mandiri. Di samping itu, sumber materi pembelajaran

ada pada guru dan dirumuskan oleh guru sendiri tanpa melibatkan atau mengikutsertakan peserta

didik. Akhirnya, peserta didik akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran

Page 10: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

tersebut secara mandiri, dan harus dengan bantuan dan penjelasan langsung dari guru sehingga rasa

percaya diri peserta didik untuk belajar mandiri juga akan berkurang.

. Peranan hiperteks dalam pembangunan sumber informasi

a. Pengertian Hiperteks

Menurut Nelson (dalam Blanchard, 1990) hiperteks adalah penyampaian informasi dengan

cara yang tidak berurutan dan tidak tradisional. Melalui hiperteks, peserta didik bisa mencari

informasi yang diperlukan dan mengikuti apa yang dikehendakinya tanpa perlu mengikuti urutan

tertentu. Pengguna bisa terus menuju kepada suatu bidang atau masalah yang akan dikehendaki.

Menurut Conklin (1987), pembuatan hiperteks cukup mudah, yaitu tampilan yang ada dalam

screen komputer berkaitan dengan pangkalan data dan link yang disediakan antara objek (node)

bersimbol dalam grafik dan berdasarkan petunjuk dalam pangkalan data.

Peranan hiperteks dalam perkembangan ICT sangat besar karena konsep hiperteks

memberikan kemudahan kepada pembangunan sumber informasi dalam menciptakan struktur

informasi secara acak (non sequentially). Unesco (2005) menyatakan bahwa proses berpikir yang

berlangsung dalam kepala peserta didik adalah nonlinier, tetapi saling berkaitan satu sama lain.

Informasi dalam sejumlah dokumen panjang yang disusun secara beraturan (sequentially)

memberikan kesukaran kepada peserta didik dalam pencarian informasi sehingga dapat menimbul-

kan rasa jenuh dan sulit melacak informasi penting secara mudah dan cepat. Oleh karena itu,

kehadiran hiperteks menjadi suatu kebutuhan dasar dalam mengembangkan dan menyebarkan in-

formasi. Kajian ini adalah salah satu upaya untuk menciptakan dan membangun sumber informasi

berdasarkan konsep hiperteks.

b. Unsur-unsur dan karakteristik hiperteks

Dalam konsep hiperteks ada tiga unsur yang mesti diperhatikan, yaitu node, link dan basis

data. Ketiga unsur tersebut satu sama lain saling berkaitan dan membentuk suatu sistem.

Nod (node)

Nod bermakna satu dokumen dalam pangkalan data hiperteks. Pada Gambar

perkembangan model atom, model atom Dalton, model atom Thomson, model atom Rutherford,

model atom Neils Bhor, dan model atom mekanika kuantum adalah nod. Nod dapat berupa teks,

musik, video, suara, gambar, film, dan lainnya. Nod sangat penting karena nod merupakan sumber

informasi hiperteks itu sendiri. Tanpa nod hiperteks tidak memiliki informasi apa-apa. Sistem kerja

nod disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Link dalam hiperteks

Perkembangan model atom

Model Atom Dalton

Model Atom Thomson

Model Atom Rutherford

Model Atom Neils Bhor

Model Atom Mekanika

Kuantum

Model Atom Dalton

……………………..

……………………..

……………………..

Model Atom Thomson

……………………..

……………………..

……………………..

Model Atom Rutherford

……………………..

……………………..

…………………….,

Model Atom Neils Bhor

……………………..

……………………..

……………………..

Model Atom

Mekanika Kuantum

……………………..

……………………..

……………………..

Page 11: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

Link

Link adalah semacam penghubung antara satu nod dendangan nod yang lain. Nod tidak

memiliki makna apa-apa tanpa dihubungkan oleh link. Bisa dikatakan bahwa link adalah nyawa

dari hiperteks karena link dapat bergerak ke mana-mana sesuai dengan kehendak penggguna.

Tanda panah pada Gambar 1 menunjukkan jalannya link.

Basis data

Basis data merupakan satu penyatuan antara kumpulan data komputer, cara penyusunan dan

penyimpanannya supaya dapat dicapai dengan cepat dan mudah.

Dalam membangun hiperteks, ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan agar

hiperteks yang dibangun menjadi hiperteks lebih bermutu. Conklin (198 ) mengatakan bahwa

karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.

a) Basis data hiperteks merupakan rangkaian nod teks.

b) Paparan pada screen berhubungan dengan nod di dalam pangkalan data secara satu persatu.

Setiap hubungan itu mempunyai nama atau judul yang senantiasa dipaparkan kepada screen.

c) Operasi sistem hiperteks memerlukan paparan yang fleksibel. Tampilan dalam screen bisa

diperbaiki sesuai dengan kedudukan dan ukuran serta bisa ditutup dan dibuka untuk sementara

waktu dalam bentuk button.

d) Pengguna bisa menggunakan nod dengan mudah dan dapat menjalankan link dengan lancar.

e) Basis data hiperteks mudah dicari melalui teks, isi paparan, atau gambar.

. Teknologi multimedia dalam proses pembelajaran

a. Multimedia

Seiring dengan perkembangan ICTyang sangat cepat, berbagai perubahan dalam masyarakat

yang semakin terbuka dan memiliki kompetisi yang tinggi dituntut adanya peningkatan kualitas

pendidikan. Kenyataan ini memerlukan kesiapan sumber daya manusia yang mampu berkompetisi

dalam masyarakat global. Dengan demikian, pengembangan program pendidikan dengan standar

mutu bertaraf global menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa terelakkan.

Kehadiran multimedia sebagai salah satu produk ICT di bidang pendidikan disambut

gembira karena peranannya dalam membantu mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan bertujuan

untuk mengoptimalkan kemampuan peserta didik dan membantu mengembangkan kemampuan

yang sempurna, baik fisik, intelektual, maupun emosionalnya. Potensi yang dimiliki peserta didik

ini hampir tidak terbatas. Namun, hanya sebagian kecil saja dari potensi tersebut yang telah

dikembangkan. Metoda dan media yang tepat untuk mengembangkan potensi tersebut sangatlah

diperlukan.

Teknologi multimedia diharapkan mampu mengatasi kendala dalam proses belajar mengajar

dengan dikemasnya program-program pendidikan dalam media berbasis ICT. Meskipun Gagne

(1971) menyatakan bahwa tidak ada satu media yang sempurna yang dapat memenuhi semua

keperluan yang diinginkan, usaha maksimal menjadikan produk ICT ini menjadi media yang dapat

mengoptimalkan manusia, kiranya perlu terus diupayakan dan dikembangkan.

Penelitian Jacobs & Schade (dalam Munir, 200 ) menunjukkan bahwa daya ingat orang

yang hanya membaca saja memberikan persentase terendah, yaitu 1%. Daya ingat ini dapat

ditingkatkan hingga 25%- % dengan bantuan media lain, seperti televisi. Daya ingat meningkat

hingga dengan penggunaan media tiga dimensi, seperti multimedia. Ditemukan pula bahwa

multimedia memiliki kemampuan menampilkan konsep 3D (tiga dimensi) secara efisien dan efektif

dengan kurikulum pembelajaran yang dirancang secara sistematik, komunikatif, dan interaktif.

Multimedia juga merupakan media pembelajaran yang efektif dan efisien berdasarkan

kemampuannya menyentuh berbagai panca indra, meliputi penglihatan, pendengaran dan sentuhan.

Sebagaimana media pendidikan lainnya, multimedia tetap berfungsi sebagai alat, metoda,

dan pendekatan yang digunakan untuk menjalin komunikasi antara guru dan peserta didik selama

proses belajar mengajar. Peserta didik dapat mempelajari ilmu yang dikemas di dalam suatu

program multimedia sesuai dengan minat, kesukaan, bakat, keperluan, pengetahuan, dan emosinya.

Page 12: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

Multimedia mampu memberikan pembelajaran secara individu dengan sistem tutor karena

kemampuan multimedia dalam mengulang informasi. Jika peserta didik kurang memahami materi

yang disajikan, ia dapat melihat kembali program multimedia secara berulang hingga

memahaminya. Bagi peserta didik, penggunaan multimedia dapat meningkatkan motivasi belajar,

memberikan penjelasan yang lebih baik dan lengkap terhadap sesuatu permasalahan, memudahkan

untuk mengulang pelajaran, mengadakan latihan dan mengukur kemampuan. Hal ini disebabkan

oleh multimedia memberi peluang kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan media yang

disajikan. Dengan demikian, kehadiran multimedia dalam proses belajar mengajar sangat dirasakan

manfaatnya. Bagi perencana program multimedia perlu mendalami desain proses belajar mengajar

agar program multimedia yang dibangun lebih terarah dan sistematis sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan.

b. Konsep dan karakteristik multimedia

Konsep multimedia didefinisikan oleh Haffost (dalam Feldmans, 1994) sebagai suatu sistem

komputer yang terdiri dari hardware dan software yang memberikan kemudahan untuk

menggabungkan gambar, video, foto, grafik, animasi, suara, teks, dan data yang dikendalikan

dengan program komputer. Sejalan dengan hal tersebut, Thompson (1994) mendefinisikan

multimedia sebagai suatu sistem yang menggabungkan gambar, video, animasi, dan suara secara

interaktif. Multimedia adalah dasar dari teknologi modern yang meliputi suara, teks, video,

gambar, dan data.

Dari definisi-definisi tersebut tampak adanya kesamaan bahwa teknologi multimedia

meliputi berbagai media dalam satu software pembelajaran yang interaktif. Sajian multimedia

dapat diartikan sebagai teknologi yang mengoptimalkan peran komputer sebagai media yang

menampilkan teks, suara, grafik, video, dan animasi dalam sebuah tampilan yang terintegrasi dan

interaktif. Konsep multimedia diberikan dalam Gambar .

Gambar 2. Konsep multimedia.

Kelengkapan media dalam teknologi multimedia melibatkan pendayagunaan seluruh panca

indera sehingga daya imajinasi, kreativitas, fantasi, dan emosi peserta didik berkembang ke arah

yang lebih baik. Berbagai kajian lepas telah menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang

melibatkan lebih dari satu indera akan lebih efektif dibandingkan dengan hanya satu indera saja.

Pembelajaran yang disampaikan pun akan diingat lebih lama. Proses pembelajaran menggunakan

satu indera memberikan rangsangan belajar yang terbatas. Penggunaan multimedia akan

memberikan rangsangan yang lebih baik dengan terintegrasinya media audio dan visual dalam satu

software yang berisi program pembelajaran.

Page 13: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

Membuat program multimedia pembelajaran tidaklah semudah membuat media untuk

program hiburan. Morgan & Shade (dalam Munir, 2008) menemukan bahwa dari sekian banyak

program yang ada di pasaran hanya 20- % yang dapat dikategorikan memenuhi syarat dan layak

digunakan untuk keperluan pendidikan. Sementara itu, - % dari program tersebut tidak layak

digunakan. Menanggapi hal ini, Wright & Shade (1994) mengatakan bahwa keefektifan proses

pembelajaran dengan menggunakan komputer bergantung kepada kualitas programnya (software).

Dengan demikian, diperlukan desain yang tepat dan konsep yang disajikan juga harus benar.

c. Keistimewaan multimedia

Multimedia mempunyai beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media lain. Di

antara keistimewaan itu adalah sebagai berikut.

Interaktif dan umpan balik

Kemampuan multimedia dalam meningkatkan proses interaksi sudah teruji karena

multimedia juga memiliki unsur interaktif. Dalam hal ini, Romiszowski (1993) melihat proses

interaksi sebagai hubungan dua jalur antara media dan peserta didik. Lebih lanjut, Jacobs ( )

mengemukakan bahwa hubungan dua jalur akan menciptakan situasi dialog antara media dan

peserta didik. Hubungan dialog ini akan dapat dibina melalui penggunaan komputer karena

komputer memiliki kapasitas multimedia yang mampu membuat proses belajar mengajar menjadi

interaktif.

Dia menyarankan bahwa untuk menghasilkan program multimedia, perancang multimedia

harus menentukan terlebih dahulu umpan balik jenis apa yang mesti diberikan kepada pelajar.

Karena dari umpan balik itu akan terbentuk hubungan dua arah antara media dan peserta didik.

Selain itu, dalam proses belajar mengajar terlibat berbagai panca indra dan kemahiran, termasuk di

dalamnya kemampuan merespon dan cara meniru karena perbuatan itu juga melibatkan berbagai

panca indra dari peserta didik.

Menurut Gagne (1971) konsep umpan balik sangat penting dan sangat diperlukan dalam

proses belajar mengajar. Meskipun pada masanya belum ada media yang mampu memberi proses

interaktif dan umpan balik. Umpan balik bertujuan untuk menentukan interaksi. Tanpa umpan

balik peserta didik tidak akan mengetahui akibat dari tindakannya. Dengan diberi umpan balik,

peserta didik akan dapat menyesuaikan tindakan mereka.

Bagi suatu program multimedia yang dibuat sebagai media interaktif, fasilitas umpan balik

sangatlah penting. Hasil umpan balik diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta

didik. Tanpa umpan balik peserta didik tidak mengetahui akibat dari tindakannya sehingga dapat

menimbulkan keraguan pada mereka. Pembuatan program multimedia harus mempertimbangkan

umpan balik yang sesuai bagi pembelajaranya karena umpan balik dapat meningkatkan tingkat

kreativitas peserta didik.

Kebebasan menentukan topik pembelajaran

Peserta didik diharapkan mampu menentukan topik pembelajaran yang sesuai dan

disukainya. Kebebasan menentukan topik ini adalah salah satu karakteristik pembelajaran

berbantuan komputer, termasuk di dalamnya program multimedia. Proses pembelajaran dengan

penjelajahan seperti ini telah lama dipraktekkan dalam dunia pendidikan seperti yang digunakan

dalam hiperteks, basis data, dan yang lainnya.

Sistem hiperteks dan basis data dapat menelusuri masalah melalui kode-kode yang telah

disediakan yang kemudian dapat menghubungkannya dengan berbagai informasi yang berupa teks,

grafik, video, atau suara. Peserta sisik yang mengikuti link-link dan menyelidiki bagian-bagian

yang menarik bagi mereka akan menjiwai apa yang mereka pelajari. Di satu sisi, hal ini

menunjukan sesuatu yang baik, tetapi di sisi lain masalah dapat muncul.

Kontrol yang sistematis dalam proses pembelajaran

Proses pembelajaran menggunakan multimedia dapat dilaksanakan secara kelompok atau

perorangan. Sekalipun kelompok, namun pada dasarnya proses belajar mengajar yang berlangsung

adalah perorangan (Gagne, 1971). Tidak ada aturan baku dalam mendesain program. Guru atau

Page 14: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

pembuat programlah yang mengetahui bagaimana peserta didik seharusnya belajar. Dalam hal ini

diperlukan kemampuan mendesain bahan-bahan pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik.

Kontrol terhadap proses pembelajaran adalah faktor penting dalam perkembangan peserta didik

karena akan memperkuat rasa memiliki, dan membantu perkembangan ke arah kedewasaan.

Bahan-bahan pelajaran dapat direkam pada CD, DVD, videotape atau disebarkan melalui

internet. Keuntungan dari media ini adalah (Unesco, :

(1) dapat didistribusikan secara masa dengan jangkauan peserta didik yang sangat luas;

(2) teks memiliki kualitas yang baik yang dilengkapi dengan gambar, grafik, foto, dan lainnya;

(3) tersedia kapan saja, di mana saja.

Lab berbasis video telah dikembangkan oleh Rubin, Bresnahan, & Duca (dalam Squires,

1999). Dengan media ini peserta didik dapat memperlambat atau mempercepat waktu sehingga

dapat mengeksplorasi kejadian-kejadian penting yang dapat diamati. Peserta didik dapat memeriksa

pola gerakan melalui analisis video.

Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan penggunaan multimedia dalam pembelajaran

menunjukkan bahwa peserta didik yang menerima penjelasan dalam format visual dan verbal

cenderung menghasilkan solusi yang lebih kreratif pada tes pemecahan masalah dibandingkan

dengan jika penjelasan diterima dalam format verbal saja (Mayer, dalam Roblyer, 2005). Hasil-

hasil penelitian lebih lanjut (Mayer & Moremo, 1998; Moremo & Mayer, 2002; dalam Roblyer,

2005) juga menmukan bahwa peserta didik menunjukkan pemahaman dan retensi yang lebih baik

terhadap materi yang dipelajari jika gambar digabungkan dengan suara untuk menjelaskan materi

dibandingkan dengan jika hanya menggunakan bahasa tulis saja.

. Penutup

Perkembangan ICT pada era digital sekarang ini telah membawa kemajuan yang luar biasa

pada dunia pendidikan, khususnya pembelajaran. Dengan pembelajaran berbasis ICT, peserta didik

akan lebih mudah memahami materi pembelajaran karena peserta didik menggunakan lebih banyak

indranya dalam proses belajar mengajar dibandingan dengan pembelajaran konvensional. Di

samping itu, pembelajaran berbasis ICT dapat memacu motivasi belajar peserta didik. Peserta didik

akan dapat belajar tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Demikian juga, peserta didik dapat

mengatur kecepatan belajarnya. Para guru seharusnya tidak alergi dengan teknologi (ICT) alias

gagap teknologi. Jaman telah berubah dan kita harus mengikuti perkembangan jaman. Kita harus

dapat memanfaatkan keunggulan yang dimiliki oleh teknologi guna meningkatkan kualitas

pembelajaran kita, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Daftar rujukan

Blanchard, J. S. & Rottenberg, C. L. (1990). Hypertext and hypermedia: Discovering and creating

meaningful learning environments. The reading Teacher. - .

Clark, R. C. & Mayer, R. (2003). E-learning and the science of instruction. San Francisco, CA:

Jossey-Bass/Pfeiffer.

Conklin, J. (1987). Hypertext: An introduction and survey. Computer. , - .

Dabbagh, N. & Bannan-Ritland, B. (2005). Online learning: conceps, strategies, and application.

New Jersey: Pearson Education, Inc.

Feldmans, T. (1994). Multimedia. New York: Blueprint.

Gagne, R. M. (1971). The conditions of learning. Third edition. New York: Holt, Rinehart and

Winston.

Jacobs, G. (1992). An interactive learning revolution? The CTTSS File. , - .

Laurillard, D. (1987). Computer and emancipation of students: Giving control to the learner.

Instructional Sciences. , - .

Page 15: Pembelajaran ict redhana

| Makalah disampaikan pada seminar dalam rangka olimpiade kimia yang diselenggarakan oleh HMJ

Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha pada tanggal 2 April 2011

Marti, M. D. M. C. (2006). Teacher training in ICT-based learning settings: Design and

implementation of an on-line instructional model for English language teachers. Doctoral

thesis (unpublished). Universitat Rovira I Virgili.

Munir. (2008). Kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Bandung: Alfabeta.

NSW Country Areas Program (2010). Blended learning. [Online]. Tersedia: http://www.

cap.nsw.edu.au/blended_learning/Blended Learning .pdf. [28 Maret 2011]

Oliver, M. & Trigwell, K. (2005). Can ‘blended learning’ be redeemed. E-learning. , - .

Purnomo, W. (2008). Pembelajaran berbasis ICT. Makalah disampaikan pada “Workshop

Pembelajaran Berbasis ICT” di Dinas Pendidikan Propinsi Sulawesi Selatan pada tanggal -

14 Agustus 2008.

Roblyer, M. D. (2006). Integrating educational technology into teaching. New Jersey: Pearson

Education, Inc.

Romiszowski, A. J. (1993). Developing interactive multimedia courseware and networks: Some

current. In Latchem, J. W. & Henderson-Lancett, L. (1994). Interactive multimedia: Practice

and Promise. 57-78. London: Kogan Page.

Squires, D. (1999). Educational software and learning: subversive use and volatile design.

Proceedings of the 32nd

Hawaii International Conference on System Sciences. [Online].

Tersedia: http://www.incsub.org/blog/squierssubversiveuse.pdf. [28 Maret 2011].

Taylor, J. & Laurillard, D. (1994). Supporting resource based learning. Milton Keynes: The Open

University.

Thompson, S. A. (1994). Upgrading your PC to multimedia. Indiapollis: QUE Corporation.

Unesco. (2005). Information and communication technology in schools: A handbook for teacher or

how ICT can create new, open learning environments. [Online]. Tersedia: http://www.

unesdoc.unesco.org/images/0013/001390/139028e.pdf. [28 Maret 2011].

Woodall, D. (2010). Blended learning strategies: Selecting the best instructional method. [Online].

Tersedia: http:// www.skillsoft.com/infocenter/.../blended_learning_strategies_wp.pdf. [28

Maret 2011].