PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN SIKAP ILMIAH (Pembelajaran pada Materi Suhu dan Pengukurannya Kelas VII Semester I SMP Negeri 2 Kelam Permai Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan IPA Oleh: SRI WIDIYASTUTI NIM. S831108062 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Transcript of PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

Page 1: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE

(TPS) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI

INTERAKSI SOSIAL DAN SIKAP ILMIAH

(Pembelajaran pada Materi Suhu dan Pengukurannya Kelas VII Semester I

SMP Negeri 2 Kelam Permai Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat

Tahun Pelajaran 2012/2013)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama: Pendidikan IPA

Oleh:

SRI WIDIYASTUTI

NIM. S831108062

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE

(TPS) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI

INTERAKSI SOSIAL DAN SIKAP ILMIAH

(Pembelajaran pada Materi Suhu dan Pengukurannya Kelas VII Semester I

SMP Negeri 2 Kelam Permai Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat

Tahun Pelajaran 2012/2013)

TESIS

OLEH:

SRI WIDIYASTUTI

S831108062

Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing

Pembimbing I Dr. H. Sarwanto, M.Si. ……………... ……….

NIP 19690901 199403 1 002

Pembimbing II Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. ……………… ……….

NIP 19520116 198003 1 001

Telah dinyatakan memenuhi syarat

Pada tanggal……………2013

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Program Pascasarjana UNS

Dr. M. Masykuri, M.Si.

NIP. 19681124 199403 1 001

Page 3: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE

(TPS) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI

INTERAKSI SOSIAL DAN SIKAP ILMIAH

(Pembelajaran pada Materi Suhu dan Pengukurannya Kelas VII Semester I

SMP Negeri 2 Kelam Permai Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat

Tahun Pelajaran 2012/2013)

TESIS

OLEH:

SRI WIDIYASTUTI

S831108062

Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. M. Masykuri, M.Si. ……………… ……….

NIP. 19681124 199403 1 001

Sekretaris Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd. ………………. ..……..

NIP. 19510401 197603 2 001

Anggota Penguji Dr. H. Sarwanto, M.Si. .……………… ………

NIP. 19690901 199403 1 002

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. ……………… ……...

NIP. 19520116 198003 1 001

Telah dipertahankan di depan dewan penguji

Dinyatakan telah memenuhi syarat

Pada tanggal…………2013

Direktur Program Pascasarjana UNS

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S.

NIP. 19610717 198601 1 001

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Dr. M. Masykuri, M.Si.

NIP. 19681124 199403 1 001

Page 4: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul: ”PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF

THINK PAIR SHARE (TPS) DAN NUMBERED HEADS TOGETHER

(NHT) DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN SIKAP ILMIAHˮ

(Pembelajaran pada Materi Suhu dan Pengukurannya Kelas VII Semester I

SMP Negeri 2 Kelam Permai Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat

Tahun Pelajaran 2012/2013) ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas

plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain

untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis

digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan

serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam

karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah

lain harus seijin dan menyertakan pembimbing sebagai author dan PPs UNS

sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester

(enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari

sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains PPs-UNS

berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi

Pendidikan Sains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari

ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik

yang berlaku.

Surakarta, 2013

Mahasiswa

Sri Widiyastuti

S831108062

Page 5: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

BIODATA

a. Nama : Sri Widiyastuti

b. Tempat, tanggal lahir : Sintang, 11 Agustus 1981

c. Profesi/ jabatan : Guru

d. Alamat kantor : SMP Negeri 2 Kelam Permai

Jl. Sintang-Putusibau, Ds. Kebong,

Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang,

Kalimantan Barat 78655

Tel. : -

Fax : -

e-mail : -

e. Alamat rumah : Jl. Y.C. Oevang Oeray Rt 12/ Rw 03, Ds. Sei Ana,

Kecamatan Sintang, Kabupatn Sintang,

Kalimantan Barat 78611

Tel. : +6282136668136

Fax : -

e-mail : [email protected]

f. Riwayat pendidikan di Perguruan Tinggi (dimulai dari yang terakhir)*:

No Institusi Bidang Ilmu Tahun Gelar

1. FKIP UMS Surakarta Pendidikan Biologi 2004 S.Pd

Page 6: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya kecilku ini, aku persembahkan untuk:

Bapak dan ibu yang telah berjuang untuk keberhasilan cita-cita dan kebahagian

hidupku.

Ayah yang selalu mendukung dan memberikan motivasi untuk keberhasilanku.

Mas ipa dan dedek arra yang selalu menjadi semangat hidupku untuk lebih

maju, lebih berkembang, dan lebih berhasil.

Maklong, makngah, dan maksu yang selalu memberikan kecerian dan

kegembiraan.

Page 7: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

“…………….Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat……..” (surat

(58) Al Mujaadalah 11).

jangan banyak berpikir, cukup satu saja ilmu dan ibadah. Satukan ibadah dan

ilmu, di situ ada konsentrasi, di situ ada sukses (Mattew Arnold).

Page 8: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah dan petunjukNya sehingga penulis mampu

menyelesaikan Tesis dengan judul “PEMBELAJARAN FISIKA MODEL

KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) DAN NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL DAN SIKAP

ILMIAH” (Pembelajaran pada Materi Suhu dan Pengukurannya Kelas VII

Semester I SMP Negeri 2 Kelam Permai Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan

Barat Tahun Pelajaran 2012/2013).

Tesis ini dapat terwujud berkat bimbingan dan arahan dari pembimbing

dan bantuan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. H. Sarwanto, M.Si. selaku pembimbing I penyusunan tesis yang telah

memberikan arahan, bimbingan dan koreksi kepada penulis dalam menyusun

tesis ini.

4. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku pembimbing II penyusunan tesis

yang telah memberikan arahan, bimbingan dan koreksi kepada penulis dalam

menyusun tesis ini.

Page 9: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

5. Bapak dan ibu Dosen Khususnya Program Studi Pendidikan Sains Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

pendalaman ilmu kepada penulis.

6. Staff karyawan Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang selalu memberi bantuan demi

kelancaran penyelesaian Tesis ini.

7. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta terutama teman-teman

Pendidikan IPA angkatan September 2011 (bunda Suci, jeng Yety, bu

Purnami, Nuning, bu Tatik, bu Ena, Diah, Rahma dan Eni) yang telah berbagi

dalam banyak hal selama menjalani pendidikan.

8. Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang selaku sponsor dana pendidikan

9. Lanton, S.Pd. M.Si. selaku Kepala SMP Negeri 2 Kelam Permai Kabupaten

Sintang Propinsi Kalimantan Barat yang telah memberikan ijin dalam

penelitian Tesis.

10. Keluarga besar SMP Negeri 2 Kelam Permai Kabupaten Sintang Propinsi

Kalimantan Barat terutama bapak Ahmad Amin dan ibu Maria Magdalena,

S.Pd terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

11. Siswa-Siswi Kelas VII SMP Negeri 2 Kelam Permai Kabupaten Sintang

Propinsi Kalimantan Barat khususnya VII A dan VII B terima kasih atas

bantuan dan kerjasamanya.

Page 10: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

12. Bapak, ibu, ayah, maklong, makngah, maksu, mas Ipa dan dedek Arra tercinta

yang senantiasa sebagai motivator untuk dapat menyelesaikan penulisan Tesis

ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu terselesainya penyusunan tesis ini.

Semoga semua budi baik yang diberikan semua pihak kepada penulis

mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap mudah-mudahan tesis ini

dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.

Surakarta, 2013

Penulis

Page 11: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………... iii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN…………………………………. iv

HALAMAN BIODATA............................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………… vi

HALAMAN MOTTO…………………………………………………… vii

KATA PENGANTAR…………………………………………………... viii

DAFTAR ISI.............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL...................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR................................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. xx

ABSTRAK................................................................................................. xxii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah………………………………… 1

B. Identifikasi Masalah…………………………………...... 10

C. Pembatasan Masalah……………………………………. 12

D. Perumusan Masalah…………………………………….. 12

E. Tujuan Penelitian………………………………………... 13

F. Manfaat Penelitian………………………………………. 13

Page 12: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………. 15

A. Kajian Teori……………………………………………… 15

B. Penelitian yang Relevan…………………………………. 53

C. Kerangka Berpikir……………………………………….. 57

D. Hipotesis…………………………………………………. 62

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………… 64

A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………. 64

B. Jenis Penelitian…………………………………………... 64

C. Populasi dan Sampel……………………………………... 66

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……………. 67

E. Teknik Pengumpulan Data………………………………. 68

F. Instrumen Penelitian……………………………………... 69

G. Uji Coba Instrumen…………………………………….... 69

H. Teknik Analisis data…………………………………….. 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………….. 78

A. Deskripsi Data………………………………………….... 78

B. Uji Prasyarat Analisis……………………………………. 101

C. Pengujian Hipotesis……………………………………… 102

D. Pembahasan……………………………………………… 108

E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian………………… 118

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……………... 120

A. Kesimpulan……………………………………………… 120

B. Implikasi………………………………………………… 121

Page 13: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

C. Saran…………………………………………………….. 123

Daftar Pustaka…………………………………………………………… 124

Lampiran-Lampiran

Page 14: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Konversi Suhu.................................................................................. 51

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian……………………………….............. 64

Tabel 3.2 Analisis Varian Hubungan Antara Pembelajaran Model (A)

Terhadap Interaksi Sosial (B) Dan Sikap Ilmiah (C)……………... 65

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen…………………………………... 71

Tabel 3.4 Indek Kesukaran Tes Prestasi Belajar.............................................. 72

Tabel 3.5 Daya Pembeda Tes Prestasi belajar................................................. 74

Tabel 4.1 Deskripsi Data Interaksi Sosial…………………………………… 78

Tabel 4.2 Distribusi Frekunsi Data Interaksi Sosial Kelas TPS……………... 79

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Kelas NHT................... 80

Tabel 4.4 Deskripsi Data Sikap Ilmiah Siswa…………………….................. 81

Tabel 4.5 Distribusi Frekunsi Data Sikap Ilmiah Siswa Kelas TPS………… 81

Tabel 4.6 Distribusi Frekunsi Data Sikap Ilmiah Siswa Kelas NHT............... 82

Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Kognitif...................................................... 83

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Kelas TPS.................... 83

Tabel 4.9 Distribusi Frekunsi Nilai Prestasi Belajar Kelas NHT.................... 84

Tabel 4.10 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan

Interaksi Sosial................................................................................. 85

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan

Interaksi Sosial Tinggi…………………………………………….. 85

Page 15: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan

Interaksi Sosial Rendah.................................................................... 86

Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan

Sikap Ilmiah……………………………………………………….. 86

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan

Sikap Ilmiah Tinggi ......................................................................... 87

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Kognitif Berdasarkan

Sikap Ilmiah Rendah........................................................................ 88

Tabel 4.16 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses………………….. 89

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Proses Kelas TPS 89

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Proses Kelas NHT 90

Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses Berdasarkan

Interaksi Sosial…………………………………………………… 91

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses

Berdasarkan Interaksi Sosial Tinggi……………………………… 91

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses

Berdasarkan Interaksi Sosial Rendah…………………………….. 92

Tabel 4.22 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses Berdasarkan

Sikap Ilmiah………………………………………………………. 92

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses

Berdasarkan Sikap Ilmiah Tinggi…………………………………. 93

Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses

Berdasarkan Sikap Ilmiah Rendah……………………………….... 94

Page 16: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Tabel 4.25 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif…………………………… 95

Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Kelas TPS……. 95

Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Kelas NHT….... 96

Tabel 4.28 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan

Interaksi Sosial…………………………………………………….. 97

Tabel 4.29 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan

Interaksi Sosial Tinggi…………………………………………….. 97

Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan

Interaksi Sosial Rendah…………………………………………… 98

Tabel 4.31 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Sikap Ilmiah 99

Tabel 4.32 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan

Sikap Ilmiah Tinggi………………………………………………… 99

Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan

Sikap Ilmiah Rendah……………………………………………… 100

Tabel 4.34 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif, Kognitif Proses,

dan Afektif………………………………………………………. 101

Tabel 4.35 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif, Kognitif Proses,

dan Afektif………………………………………………………. 102

Tabel 4.36 Rangkuman Hasil Uji Anava Prestasi Belajar Kognitif, Kognitif

Proses, dan Afektif………………………………………………. 103

Page 17: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Termometer............................................................................... 37

Gambar 2.2 Termometer Bimetal................................................................. 38

Gambar 2.3 Termometer Hambatan………………………………………. 39

Gambar 2.4 Termokopel…………………………………………………… 39

Gambar 2.5 Termometer Gas……………………………………………… 40

Gambar 2.6 Termometer Gas Volum Tetap……………………………….. 40

Gambar 2.7 Termometer Badan/ Klinis........................................................ 41

Gambar 2.8 Termometer Maksimum-Minimum…………………………... 42

Gambar 2.9 Termometer Ruang…………………………………………… 43

Gambar 2.10 Termometer Laboratorium……………………………………. 43

Gambar 2.11 Macam-Macam Skala Termoneter……………………………. 45

Gambar 2.12 Termometer Analog dan Digital……………………………... 46

Gambar 2.13 Bagian-bagian Termometer………………………………….. 46

Gambar 2.14 Termometer Raksa…………………………………………… 48

Gambar 2.15 Termometer Alkohol…………………………………………. 49

Gambar 2.16 Cara Membaca Skala Termometer……………………………. 49

Gambar 2.17 Kesetaraan Skala Termometer………………………………… 50

Gambar 2.18 Grafik Suhu Mutlak…………………………………………… 53

Gambar 4.1 Histogram Interaksi Sosial Kelas TPS………………………... 79

Gambar 4.2 Histogram Interaksi Sosial Kelas NHT………………………. 80

Page 18: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Gambar 4.3 Histogram Sikap Ilmiah Kelas TPS…………………………... 81

Gambar 4.4 Histogram Sikap Ilmiah Kelas NHT………………………….. 82

Gambar 4.5 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Kelas TPS………………. 83

Gambar 4.6 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Kelas NHT……………… 84

Gambar 4.7 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan

Interaksi Sosial Tinggi…………………………………………. 85

Gambar 4.8 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Interaksi Sosial

Rendah…………………………………………………………. 86

Gambar 4.9 Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Sikap Ilmiah Tinggi…. 87

Gambar 4.10 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Sikap Ilmiah

Rendah………………………………………………………... 88

Gambar 4.11 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Proses Kelas TPS………. 89

Gambar 4.12 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Proses Kelas NHT…….... 90

Gambar 4.13 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Proses Berdasarkan

Interaksi Sosial Tinggi………………………………………… 91

Gambar 4.14 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Proses Berdasarkan

Interaksi Sosial Rendah……………………………………….. 92

Gambar 4.15 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Proses Berdasarkan

Sikap Ilmiah Tinggi……………………………………………. 93

Gambar 4.16 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Proses Berdasarkan

Sikap Ilmiah……………………………………………………. 94

Gambar 4.17 Histogram Prestasi Belajar Afektif Kelas TPS………………… 95

Gambar 4.18 Histogram Prestasi Belajar Afektif Kelas NHT……………….. 96

Page 19: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xix

Gambar 4.19 Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Interaksi Sosial

Tinggi…………………………………………………………. 97

Gambar 4.20 Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Interaksi Sosial

Rendah………………………………………………………... 98

Gambar 4.21 Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Sikap Ilmiah

Tinggi………………………………………………………….. 99

Gambar 4.22 Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Sikap Ilmiah

Rendah…………………………………………………………. 100

Page 20: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Silabus……………………………………………………….. 128

Lampiran 2 RPP Model TPS dan Model NHT………….……………….. 135

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas TPS dan NHT………….. 169

Lampiran 4 Kisi-Kisi Tes Kognitif………………………………………. 176

Lampiran 5 Tes Kognitif ………………………………………………… 177

Lampiran 6 Lembar Jawaban Tes Kognitif ……………………………… 183

Lampiran 7 Kunci Jawaban Tes Kognitif ……………………………….. 184

Lampiran 8 Kisi-Kisi Angket Interaksi Sosial …………………………… 185

Lampiran 9 Angket Interaksi Sosial………………………………………. 186

Lampiran 10 Kunci Jawaban Angket Interaksi Sosial……………………... 193

Lampiran 11 Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah………………………………. 194

Lampiran 12 Angket Sikap Ilmiah…………………………………………. 195

Lampiran 13 Kunci Jawaban Angket Sikap Ilmiah ……………………….. 199

Lampiran 14 Kisi-Kisi Angket Afektif…………………………………….. 200

Lampiran 15 Angket Afektif.......................................................................... 201

Lampiran 16 Kunci Jawaban Angket Afektif……………………………… 207

Lampiran 17 Rubrik Penilaian Ranah Kognitif Proses…………………….. 208

Lembar Observasi Ranah Kognitif Proses…………………... 209

Lampiran 18 Hasil Analisis Try Out Kognitif……………………………... 212

Hasil Analisis Reliabilitas Try Out Instrumen………………. 214

Lampiran 19 Data Induk Penelitian………………………………………... 215

Page 21: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxi

Lampiran 20 Deskripsi Data……………………………………………….. 218

Lampiran 21 Levene’s Test………………………………………………… 223

Lampiran 22 Uji Normalitas……………………………………………….. 226

Lampiran 23 Uji Homogenitas …………………………………………….. 227

Lampiarn 24 Uji Anava …………………………………………………… 229

Lampiran 25 Uji Lanjut Anava..................................................................... 230

Lampiran 26 Surat Ijin Penelitian.................................................................. 231

Lampiran 27 Surat Keterangan Uji coba Instrumen Penelitian..................... 232

Lampiran 28 Surat Keterangan Penelitian..................................................... 233

Page 22: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxii

Sri Widiyastuti. 2013. Pembelajaran Fisika Model Kooperatif Think Pair Share

(TPS) dan Numbered Heads Together (NHT) Ditinjau dari Interaksi Sosial dan

Sikap Ilmiah (Pembelajaran pada Materi Suhu dan Pengukurannya Kelas VII

Semester I SMP Negeri 2 Kelam Permai Tahun Pelajaran 2012/2013). TESIS.

Pembimbing I: Dr. H. Sarwanto, M.Si, II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.

Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

Think Pair Share (TPS) dan Numbered Heads Together (NHT), interaksi sosial,

sikap ilmiah, dan interaksinya terhadap prestasi belajar fisika.

Penelitian menggunakan metode eksperimen dan dilakukan pada bulan

September – Oktober 2012. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas

VII SMP Negeri 2 Kelam Permai Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat

tahun pelajaran 2012/2013. Penentuan sampel menggunakan teknik Cluster

random sampling, sampel terdiri dari 2 kelas yaitu kelas VIIA dan VIIB. Kelas

VIIA menggunakan model TPS dan kelas VII menggunakan model NHT. Data

prestasi belajar diambil menggunakan instrumen tes dan interaksi sosial, sikap

ilmiah, afektif menggunakan angket, serta kognitif proses menggunakan lembar

observasi. Analisis data yang digunakan adalah anava tiga jalan dengan desain

faktorial 2 x 2 x 2 dan dilanjutkan dengan uji Scheffe.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) ada pengaruh pembelajaran model TPS

dan NHT pada prestasi belajar kognitif, afektif, dan kognitif proses; 2) ada

pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif tetapi tidak

ada pengaruh pada prestasi belajar kognitif proses; 3) ada pengaruh sikap ilmiah

pada prestasi belajar kognitif dan afektif tetapi tidak ada pengaruh pada prestasi

belajar kognitif proses; 4) tidak ada interaksi antara model pembelajaran TPS dan

NHT dengan interaksi sosial pada prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi ada

interaksi terhadap prestasi belajar kognitif proses; 5) ada interaksi antara model

pembelajaran TPS dan NHT dengan sikap ilmiah pada prestasi belajar kognitif,

tetapi tidak ada interaksi pada prestasi belajar afektif dan kognitif proses; 6) tidak

ada interaksi antara interaksi sosial dengan sikap ilmiah pada prestasi belajar

kognitif dan afektif, tetapi ada interaksi pada prestasi belajar kognitif proses; 7)

tidak ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan interaksi

sosial dan sikap ilmiah pada prestasi belajar kognitif, afektif, dan kognitif proses.

Kata Kunci: Think Pair Share (TPS), Numbered Heads Together (NHT), Interaksi

sosial, Sikap ilmiah.

Page 23: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xxiii

Sri Widiyastuti. 2013. The Physical Learning With Think Pair Share (TPS) and

Numbered Heads Together (NHT) Types of Cooperative Model (The learning in

Temperature and Its Measurement Material of the First Semester of VII Grade of

SMP Negeri 2 Kelam Permai in the school year of 2012/2013). THESIS.

Supervisor I: Dr. H. Sarwanto, M.Si, II: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.

Program Study of Science Education, Post-graduate Program of Sebelas Maret

University, Surakarta.

ABSTRACT

The objective of research is to find out the effect of Think Pair Share

(TPS) and Numbered Heads Together (NHT) learning models, social interaction,

scientific attitude, and the interaction of them on the physics learning

achievement.

This research employed an experimental method and was carried out on

September – October 2012. The population of research was all VII graders of

SMP Negeri 2 Kelam Permai in the school year of 2012/2013. The sample

consisted of 2 classes: VII A and VII B, taken using cluster random sampling

technique. The VII A class employed TPS model and the VII B NHT model. The

data on learning achievement was collected using test instrument, social

interaction, scientific attitude, the affective process was collected using

questionnaire and cognitive one using observation sheet. The data analysis was

conducted using a three-way anava with 2 x 2 x 2 factorial design and followed by

Scheffe test.

The result of research showed: 1) there was an effect of TPS and NHT

models on cognitive, affective and process cognitive learning achievement; 2)

there was an effect of social interaction on cognitive and affective learning

achievement, but not on process cognitive one; 3) there was an effect of scientific

attitude on cognitive and affective learning achievement, but not on process

cognitive one; 4) there was no interaction between TPS and NHT learning model

and social interaction in cognitive and affective learning achievement, but there

was in process cognitive one; 5) there was an interaction between TPS and NHT

learning model and scientific attitude in cognitive and affective learning

achievement, but there was not in process cognitive one; 6) there was no

interaction between social interaction and scientific attitude in cognitive and

affective learning achievement, but there was in process cognitive one; 7) there

was no interaction between TPS and NHT learning model, and social interaction

and scientific attitude in cognitive, affective and cognitive process learning

achievement.

Keywords: Think Pair Share (TPS), Numbered Heads Together (NHT), Social

Interaction, Scientific Attitude.

Page 24: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara berkembang berupaya meningkatkan pendidikan

agar memiliki sumber daya manusia yang dapat berdaya saing, berkualitas, dan

beradaptasi tinggi. Berdasarkan GBHN RI No. 20 Tahun 2006 tentang tujuan

sistem pendidikan nasional bahwa: “Pendidikan Nasional sangat berperan

mewujudkan kualitas manusia Indonesia yaitu memiliki kepribadian, professional,

peradaban bangsa Indonesia, beriman, bertakwa, berakhlak mulia kepada Tuhan

Yang Maha Esa, sehat jasmani dan rohani, berilmu, berinovasi, mandiri,

berdisiplin”.

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka pemerintah

berupaya melakukan perbaikan-perbaikan sistem pendidikan nasional. Salah satu

perbaikan sistem pendidikan nasional yang dilakukan pemerintah adalah

penyempurnaan kurikulum. Nurhadi (2003), bahwa berbagai usaha telah

dilakukan oleh Depdiknas untuk memperbaiki kualitas sistem pendidikan

nasional, salah satunya adalah dengan penyempurnaan kurikulum.

Penyempurnaan kurikulum melalui penetapan standar nasional pendidikan yang

berkenaan dengan standarisasi proses dan kompetensi lulusan serta penetapan

kerangka dasar dan standar kurikulum (Depdiknas, 2003). Penyempurnaan

kurikulum dilakukan untuk merespon tuntutan terhadap kehidupan globalisasi,

perkembangan informasi, IPTEK, serta untuk mempersiapkan siswa menjadi

subyek yang makin berperan dalam menampilkan keunggulan dirinya yang

1

Page 25: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

tangguh, kreatif, mandiri dan profesional sesuai dengan standar mutu nasional dan

internasional.

Kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP disebutkan bahwa kegiatan pembelajaran

dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental

dan fisik melalui interaksi antar siswa, guru, lingkungan, dan sumber belajar

lainnya yang mendukung pengembangan kompetensi siswa. Pengalaman tersebut

dapat terwujud melalui proses belajar mengajar yang menggunakan pendekatan

pembelajaran yang bervariasi disesuaikan dengan potensi, perkembangan,

kebutuhan, dan kepentingan siswa serta tuntutan lingkungannya (Depdiknas,

2006).

Komponen pendidikan seperti proses belajar mengajar, peningkatan

profesionalisme guru, pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran, serta

penataan sistem organisasi dan manajemen pendidikan dapat terpenuhi dengan

baik, tujuan pendidikan di Indonesia akan tercapai. Guru memiliki peranan

penting dalam upaya merealisasikan tujuan pendidikan di Indonesia. Salah satu

tugas utama guru adalah merencanakan pembelajaran yang mencakup penentuan

tujuan pembelajaran, penyusunan bahan ajar, pemilihan media, pemilihan model

pembelajaran, dan penyusunan nilai.

Penentuan tujuan pembelajaran dimaksudkan agar pembelajaran lebih

terarah dan langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan akan lebih mudah

untuk dilaksanakan. Penyusunan bahan ajar dan pemilihan media pembelajaran

bertujuan untuk memudahkan guru dalam penyampaian materi di kelas. Pemilihan

Page 26: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

model pembelajaran dimaksudkan agar pembelajaran lebih efektif dan tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Penyusunan penilaian bertujuan

agar guru dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.

Nana (2002), mengemukakan bahwa guru menempati kedudukan sentral,

sebab peranannya sangat menentukan. Guru harus mampu menerjemahkan dan

menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian

mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses pengajaran di

sekolah. Menurut Oemar (2002), bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi,

dan fasilitas pembelajaran kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas

guru-gurunya tidak akan membawa hasil pembelajaran yang diharapkan.

Banyak ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran kurang variatif, memiliki

kecenderungan pada motode tertentu dan kadang-kadang tidak memperhatikan

tingkat pemahaman siswa terhadap informasi yang disampaikan. Siswa kurang

aktif dalam proses pembelajaran, siswa lebih banyak mendengar dan menulis,

menyebabkan isi pelajaran sebagai hapalan sehingga siswa tidak memahami

konsep yang sebenarnya. Sejauh ini pendidikan di Indonesia masih didominasi

oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus

dihapal. Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan

(Depdiknas, 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tata (2010), menyatakan bahwa

pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru dengan metode yang digunakan

adalah metode ceramah, guru lebih menekankan pada penyampaian materi secara

utuh tanpa melibatkan keikutsertaan siswa secara langsung dalam proses

Page 27: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pembelajaran. Selanjutnya, pada penelitian Siregar (2010), proses pembelajaran

masih didominasi oleh guru, sehingga mengakibatkan kurangnya interaksi atau

komunikasi dalam proses pembelajaran fisika, baik antara siswa dengan siswa

maupun siswa dengan guru.

Pada dasarnya salah satu tujuan pendidikan IPA khususnya fisika adalah

mengantarkan siswa pada penguasaan konsep-konsep fisika dan saling

keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap

ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari (Permendiknas No.22 Tahun 2006). Fisika sebagai salah

satu cabang IPA pada proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung atau menuntut keterlibatan siswa secara aktif sehingga

siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri dan mengembangkan

kompetensinya agar mampu memahami alam sekitar secara alamiah (Fitriyanti

2008). Oleh karena itu dalam pembelajaran fisika diperlukan pembelajaran

inovatif yang berpusat kepada siswa dalam upaya membelajarkan konsep fisika

yang bermakna.

Siswa SMP Negeri 2 Kelam Permai Kabupaten Sintang Propinsi

Kalimantan Barat memiliki karakteristik unik. Siswa berasal dari berbagai suku

dan budaya yang berbeda-beda sehingga siswa heterogenitas tinggi dalam budaya,

kebiasaan, kemampuan akademik, sosial ekonomi, dan tempat tinggal yang

berjauhan, yang akan membentuk watak individu siswa. Keadaan seperti ini dapat

dilihat pada sikap siswa pada saat mereka mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Page 28: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Siswa yang memiliki sifat individual tinggi akan kurang bersosialisasi dengan

siswa lainnya.

Selama ini pembelajaran fisika di SMP N 2 Kelam Permai Kabupaten

Sintang Propinsi Kalimantan Barat masih berpusat pada guru. Guru lebih dominan

sedangkan siswa cenderung pasif, hanya menunggu informasi disampaikan oleh

guru. Siswa tidak memperoleh pengalaman untuk membangun sendiri

pengetahuannya melalui serangkaian kerja ilmiah yaitu pengalaman merumuskan

masalah, mencari dan mengajukan hipotesis, merancang eksperimen, menguji

hipotesis melalui eksperimen, mengumpulkan data, mengolah, dan menafsirkan

data untuk memahami dan mengaplikasikan materi fisika dalam kehidupan sehari-

hari.

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa, proses

pembelajaran fisika sebagai bagian dari IPA ditandai oleh munculnya metode

ilmiah yang terwujud melalui serangkaian kerja ilmiah, nilai, dan sikap ilmiah.

Peserta didik harus mampu mengembangkan pengalaman untuk dapat

merumuskan masalah, mencari dan mengajukan hipotesis, merancang eksperimen,

menguji hipotesisis melalui eksperimen, mengumpulkan data, mengolah, dan

menyimpulkan hasil eksperimen untuk menganalisis hipotesis yang diajukan.

Pembelajaran yang kurang mengedepankan pengalaman serta keterlibatan siswa

dalam proses pembelajaran, guru yang mendominasi dan siswa pasif akhirnya

akan berdampak pada prestasi belajar yang diperoleh siswa rendah.

Dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa, maka perlu dilaksanakan

pembelajaran inovatif yang dapat diciptakan dengan menerapkan model

Page 29: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

pembelajaran yang tepat. Pembelajaran yang tepat adalah pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam proses pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran model kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar

siswa yang dilakukan dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Beberapa alasan pembelajaran kooperatif

menjadi salah satu model pembelajaran yang tepat adalah berdasarkan penelitian

tentang penggunaan model kooperatif (Slavin, 2009), bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan saran yang tepat untuk meningkatkan pencapaian prestasi

siswa, mengembangkan hubungan antar kelompok dan penerimaan terhadap

teman sekelas yang berbeda kemampuan serta pembelajaran kooperatif dapat

menumbuhkan kesadaran siswa dalam belajar untuk berpikir dan menyelesaikan

masalah.

Pembelajaran model kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan

pembelajaran. Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif adalah

meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam

menyelesaikan tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi

narasumber bagi siswa yang kuramg mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa

yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi

peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai

perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama,

kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan yang ketiga adalah untuk

mengembangkan keterampilan sosial. Keterampilan sosial diantaranya adalah

Page 30: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, berpendapat, dan

bekerja dalam kelompok.

Tipe-tipe dari model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah tipe

jigsaw, tipe Think Pair Share (TPS), tipe Numbered Heads Together (NHT), dan

Teams Games Tournaments (TGT). Dalam penelitian ini, dipilih model

pembelajaran kooperatif tipe TPS dan NHT untuk menyelesaikan permasalahan

pembelajaran di kelas. Pembelajaran model kooperatif TPS merupakan suatu

teknik pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan

rekannya di Maryland pada tahun 1981. TPS merupakan strategi pembelajaran

beresiko rendah untuk mendapatkan siswa terlibat secara aktif di kelas, hal ini

sesuai dengan ungkapan Frank Lyman, (Leddow dalam Nik Azlina 2008), bahwa

“TPS is a low-risk strategy to get many student actively involved in classes any

size”. Anita (2010), TPS juga memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri

serta bekerjasama dengan orang lain. Ada tiga ciri khusus tahap pembelajaran

TPS yaitu: 1) tahap Think, yaitu siswa diberikan kesempatan untuk melatih

kemampuan secara individu; 2) tahap Pair, yaitu siswa bertukar gagasan atau ide

dengan teman pasangannya; 3) tahap Share, yaitu siswa membagikan gagasan

atau ide pada saat tahap Pair dengan teman sekelas. Berdasarkan tahap-tahap

pembelajaran TPS aktivitas siswa akan berkembang karena pembelajaran tidak

lagi berpusat pada guru melainkan pada kegiatan pembelajaran berpusat pada

siswa sesuai dengan prinsip kegiatan belajar mengajar. Ibrahim dalam Trianto

(2007), dengan demikian model pembelajaran TPS dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa. Kelebihan TPS adalah Model pembelajaran ini memberi banyak

Page 31: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

waktu kepada siswa untuk memikirkan materi yang sedang dipelajari dan bertukar

pikiran dengan siswa lain sebelum ide mereka dikemukakan di depan kelas,

sehingga guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher

oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami

konsep-konsep baru (student oriented). Selain memiliki kelebihan, TPS ini juga

memiliki kelemahan, diantaranya yaitu lebih sedikit ide yang muncul dan sulit

diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah (Anita, 2005).

Siswa-siswa yang pasif, dengan model ini mereka akan ramai dan mengganggu

teman-temannnya. Tahap pair siswa yang seharusnya menyelesaikan soal dengan

berdiskusi bersama pasangan satu bangku dengannya tetapi masih suka

memanfaatkan kegiatan ini untuk berbicara di luar materi pelajaran,

menggantungkan pada pasangan dan kurang berperan aktif dalam menemukan

penyelesaian serta menanyakan jawaban dari soal tersebut pada

pasangan yang lain.

NHT pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk

melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu

pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Trianto,

2007). NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas

tradisional (Trianto, 2007). NHT memiliki empat tahapan. Tahapan pertama yaitu

penomoran (Numbering), tahap kedua yaitu pengajuan pertanyaan, tahap ketiga

yaitu berpikir bersama (Heads Together), tahap keempat yaitu menjawab (Agus,

2009). Kelebihan NHT adalah setiap siswa menjadi siap semua, siswa melakukan

Page 32: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

diskusi dengan sungguh-sungguh dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa

yang kurang pandai sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Adapun

kekurangannya adalah kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi

oleh guru dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. NHT pada

dasarnya merupakan sebuah varian diskusi kelompok. Ciri khasnya adalah guru

hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu

terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Cara ini menjamin

keterlibatan total semua siswa, cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk

meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ika (2010),

menyimpulkan bahwa, “model pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap

prestasi belajar IPA, model pembelajaran kooperatif NHT lebih efektif

dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif TPS”. Selain itu penelitian

yang dilakukan oleh Yulaina (2011), kesimpulannya pembelajaran kooperatif

berpengaruh terhadap prestasi belajar. TPS lebih efektif dibanding NHT.

Pembelajaran model TPS dan NHT ini selanjutnya akan diterapkan dalam

pembelajaran fisika dengan menggunakan materi suhu dan pengukuran. Suhu dan

pengukuran dinilai sebagai materi yang penting dan berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat melakukan diskusi dan dapat bertukar

pikiran mengenai materi yang dipelajari.

Proses pembelajaran model TPS dan NHT, siswa dibagi menjadi

kelompok-kelompok. Agar kedua model itu dapat berjalan dengan baik diperlukan

interaksi sosial yang baik pula yaitu berupa interaksi sosial dengan siswa lain,

interaksi sosial dengan guru, dan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah.

Page 33: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Interaksi sosial yang baik akan membuat komunikasi antar anggota kelompok dan

komunikasi dengan guru menjadi lancar, hal ini dapat mempermudah dalam

penyampaian dan pemahaman materi.

Interaksi yang terjadi dalam situasi edukatif adalah interaksi edukatif,

sedangkan dalam hal ini interaksi yang terjadi di antara teman-teman sebaya di

dalam kegiatan belajar atau di dalam sekolah atau biasa di sebut dengan interaksi

sosial diantara teman sebaya. Interaksi sosial juga terjadi antara siswa dengan

guru ataupun dengan karyawan sekolah. Interaksi sosial yang positif baik antara

siswa dengan siswa, siswa dengan guru ataupun siswa dengan karyawan akan

membuat siswa lebih mudah menyerap pelajaran dan menjalani kehidupan di

sekolah dengan nyaman, bersemangat dan menyenangkan sehingga akan

mempengaruhi prestasi belajar kearah yang lebih baik.

Selain dipengaruhi oleh interaksi sosial, keberhasilan model tersebut juga

dipengaruhi oleh adanya sikap ilmiah siswa, ini berkaitan dengan adanya kegiatan

demonstrasi pada proses pembelajaran materi suhu dan pengukuran. Sikap ilmiah

yang baik sangat diperlukan dalam kegiatan demonstrasi maupun penyampaian

materi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai

“Pembelajaran fisika model kooperatif Think Pair Share (TPS) dan Numbered

Heads Together (NHT) ditinjau dari interaksi sosial dan sikap ilmiah”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Pembelajaran fisika masih berpusat pada guru.

Page 34: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2. Siswa belum banyak terlibat atau siswa cenderung pasif dalam proses

pembelajaran fisika.

3. Dalam pembelajaran fisika masih menggunakan model konvensional

sementara banyak variasi model inovatif yang dapat digunakan.

4. Proses pembelajaran belum diselenggarakan secara kreatif dan inovatif

sehingga kurang menarik bagi siswa.

5. Heterogenitas siswa sangat tinggi, baik dalam segi kemampuan akademik

maupun kondisi sosio-kultural. Kondisi seperti ini disatu sisi merupakan

kelemahan, disisi lain merupakan peluang. Kelemahannya adalah dalam

proses belajar siswa menggunakan bahasa daerah dan peluangnya adalah

siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain.

6. Interaksi sosial siswa berbeda-beda, ada yang tinggi dan ada yang rendah.

Guru kurang memperhatikan perbedaan itu sehingga siswa diberi perlakuan

yang sama.

7. Sikap ilmiah siswa berbeda-beda, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Guru

kurang memperhatikan perbedaan itu sehingga siswa diberi perlakuan yang

sama.

8. Penilaian yang dilakukan oleh guru hanya penilaian hasil, bukan penilaian

proses sehingga keaktifan siswa kurang diamati.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan adalah pembelajaran model

TPS dan NHT.

Page 35: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2. Interaksi sosial dikategorikan interaksi sosial tinggi dan rendah.

3. Sikap ilmiah dikategorikan sikap ilmiah tinggi dan rendah.

4. Prestasi siswa dinilai pada aspek kognitif, kognitif proses, dan afektif.

5. Bahan ajar materi fisika kelas VII semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013

pokok bahasan suhu dan pengukuran.

D. Perumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah untuk

penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh pembelajaran model TPS dan NHT terhadap prestasi

belajar fisika?

2. Apakah ada pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar fisika?

3. Apakah ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

fisika?

4. Apakah ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan

interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika?

5. Apakah ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan sikap

ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika?

6. Apakah ada interaksi antara interaksi sosial tinggi dan rendah dengan sikap

ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika?

7. Apakah ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan

interaksi sosial dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika?

Page 36: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui:

1. Pengaruh pembelajaran model TPS dan NHT terhadap prestasi belajar fisika.

2. Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

3. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

4. Interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan interaksi sosial

tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

5. Interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan sikap ilmiah

tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

6. Interaksi antara interaksi sosial tinggi dan rendah dengan sikap ilmiah tinggi

dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

7. Interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan interaksi sosial

dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.

F. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

a. Memberikan masukan tentang penggunaan model pembelajaran inovatif

pelajaran fisika.

b. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan KTSP dimasa akan

datang.

c. Memberikan masukan yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan

IPA, khususnya dalam kegiatan pembelajaran fisika.

Page 37: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

2. Manfaat praktis

a. Membantu guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Memberikan alternatif penyelenggaraan pembelajaran Fisika menggunakan

model pembelajaran yang inovatif.

c. Dapat meningkatkan kemandirian dan rasa percaya diri siswa dalam

melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

d. Meningkatkan kemampuan kerjasama dan cara belajar siswa.

e. Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam hal perbaikan dan peningkatan

kualitas pembelajaran.

Page 38: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Dalam seluruh proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan

yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya tujuan pencapaian proses

pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami

oleh siswa sebagai objek pendidikan. Menurut pengertian secara psikologis,

belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

(Slameto, 2003). Selanjutnya Winkel (1989), mengemukakan bahwa belajar pada

manusia merupakan suatu proses siklus yang berlangsung dalam interaksi aktif

subyek dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang bersifat menetap / konstan.

Dari uraian beberapa pendapat di atas maka dapat dirumuskan defenisi

belajar yaitu suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan kearah

yang lebih baik. Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, sikap dan tingkah laku yang bersifat menetap.

2. Teori-teori Belajar

a. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi

yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat

perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif itu adalah:

15

Page 39: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

1) sensori motor (usia 0-2 tahun); 2) pra operasional (usia 2-7 tahun); 3)

operasional kongkrit (usia 7 – 11 tahun); 4) operasional formal (usia 11 tahun

hingga dewasa).

Berdasarkan tingkat perkembangan kognitif Piaget ini, untuk siswa SMP

dengan rentang usia 11 – 15 tahun berada pada taraf perkembangan operasional

formal. Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek

perkembangan remaja. Remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan

operasional kongkrit kepenerapan operasional formal. Dalam bernalar remaja

mulai menyadari keterbatasan-keterbatasan pemikiran mereka. Remaja mulai

bergelut dengan konsep-konsep yang ada di luar pengalaman mereka sendiri.

Piaget menemukan bahwa penggunaan operasional formal bergantung pada

keakraban dengan daerah subyek tertentu. Apabila siswa akrab dengan suatu

obyek tertentu, lebih besar kemungkinannya menggunakan menggunakan

operasional formal.

Menurut Piaget (Slavin, 2008), perkembangan kognitif sebagian besar

bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi

dengan lingkungannya. Berikut ini adalah implikasi penting dalam pembelajaran

fisika dari teori Piaget: 1) memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental

anak, tidak sekedar pada hasilnya. Disamping kebenaran jawaban siswa, guru

harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban

tersebut. Pengamatan belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan

tahap kognitif siswa yang mutakhir, dan jika guru penuh perhatian terhadap

metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah

Page 40: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman sesuai dangan

yang dimaksud; 2) memperhatikan peranan dari inisiatif anak sendiri, keterlibatan

aktif dalam kegiatan pembelajaran. Didalam kelas Piaget, penyajikan pengetahuan

jadi (ready-made) tidak mendapat penekanan, melainkan anak didorong

menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan

lingkungannya. Sebab itu guru dituntut mempersiapkan berbagai kegiatan yang

memungkinkan anak melakukan kegiatan secara langsung dengan dunia fisik.

Menerapkan teori Piaget berarti dalam pembelajaran fisika banyak

menggunakan penyelidikan; 3) memaklumi akan adanya perbedaan invidual

dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh

siswa tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu

berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Sebab itu guru mampu melakukan

upaya untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk kelompok kecil dari pada

bentuk kelas yang utuh. Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah saat guru

memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsep-konsep,

memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide dengan menggunakan

pola-pola berpikir formal.

Pembelajaran model TPS dan NHT dapat digunakan karena siswa sudah

dapat berpikir abstrak. Siswa SMP kelas VII menurut teori ini termasuk kelompok

tahap operasional formal. Tahap operasional formal merupakan tahap final

perkembangan kognitif. Dalam tahap operasional formal (11 – dewasa), anak

telah mengembangkan kemampuan terlibat dalam berbagai aktivitas yang

berkaitan dengan situasi-situasi hipotesis dan memonitor jalan pikirannya sendiri.

Page 41: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. Teori Perkembangan Fungsi Mental Vygotsky

Vygotsky berpendapat seperti Piaget, bahwa siswa membentuk

pengetahuan, yaitu apa yang diketahui siswa bukanlah menyalin dari apa yang

mereka temukan di dalam lingkungan tetapi sebagai hasil dari pikiran dan

kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Meskipun kedua ahli memperhatikan

pertumbuhan pengetahuan dan pemahaman anak tentang dunia sekitar, Piaget

lebih memberikan tekanan pada proses mental anak dan Vygotsky lebih

menekankan pada peran pengajaran dan interaksi sosial pada perkembangan IPA

dan pengetahuan lain (Howe & Jones, 1993). Berdasarkan teori inilah

dikembangkanlah pembelajaran kooperatif, yaitu siswa lebih mudah menemukan

dan memahami konsep-konsep yang sulit, jika mereka saling mendiskusikan

masalah tersebut dengan temannya.

Sumbangan penting yang diberikan Vygotsky dalam pembelajaran adalah

konsep zone of proximal development (ZPD) dan scaffolding. Vygotsky yakin

bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang

belum dipelajarai namun tugas-tugas itu berada dalam jangkauan kemampuannya

atau tugas-tugas itu berada dalam ZDP. ZPD adalah tingkat perkembangan sedikit

di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky lebih yakin bahwa

fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam kerjasama atau

kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap ke

dalam individu tersebut. Sedangkan konsep Scaffolding berarti memberikan

kepada siswa sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran

kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak

Page 42: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia

dapat melakukannya (Slavin, 2008).

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama,

adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran kooperatif antar siswa,

sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling

memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-

masing ZPD mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pengajaran

menekankan scaffolding, dengan semakin lama siswa semakin bertanggung jawab

terhadap pembelajaran sendiri. Ringkasnya, menurut teori Vygotsky, siswa perlu

belajar dan bekerja secara berkelompok sehingga siswa dapat saling berinteraksi

dan diperlukan bantuan guru terhadap siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Pada model pembelajaran kooperatif siswa dapat berinteraksi di sekitar

tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan

masalah yang efektif di dalam masing-masing ZDP siswa. Pada pembelajaran

kooperatif juga menggunakan tipe pembelajaran scaffolding yaitu lewat petunjuk

sehingga siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap

pembelajarannya sendiri.

c. Teori Belajar Ausubel

Ausubel berpendapat bahwa, “belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua

dimensi, dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi disajikan pada

siswa, dan dimensi kedua berhubungan dengan cara bagaimana siswa dapat

mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada” (Dahar, 1989).

Dalam teori belajar bermakna, pembelajaran yang disajikan guru akan

Page 43: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

memberikan hasil belajar yang lebih baik. Jika materi pelajaran yang disajikan

dikaitkan dengan materi pelajaran terdahulu yang telah diberikan dan telah

tersusun dalam struktur kognitif siswa. Implikasi pada pembelajaran di kelas, pada

awal pembelajaran guru perlu mengingatkan materi pelajaran yang disampaikan.

Dengan demikian faktor intelektual emosional siswa terlibat dalam kegiatan

pembelajaran.

Dengan pembelajaran model TPS dan NHT materi yang dipelajari tidak

hanya sekedar menjadi sesuatu yang dihapal dan diingat, melainkan ada sesuatu

yang dapat dipraktikkan dan dilatihkan dalam situasi nyata dan terlibat dalam

pemecahan masalah. Pembelajaran model TPS dan NHT dapat mengusir rasa

jenuh dan bosan. Menurut Ausubel, pemecahan masalah yang cocok adalah lebih

bermanfaat bagi siswa dan merupakan strategi yang efisien dalam pembelajaran

kekuatan dan kebermaknaan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran

model TPS dan NHT terletak pada kemampuan siswa dalam mengambil peran

pada kelompoknya. Untuk memperlancar proses tersebut diperlukan bimbingan

langsung dari guru, baik lisan maupun dengan contoh tindakan. Sedangkan siswa

diberi kebebasan untuk membangun pengetahuannya sendiri.

3. Pembelajaran Kooperatif

Konsep pembelajaran kooperatif (cooperative learning) bukanlah suatu

konsep baru, melainkan telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Pada awal abad

pertama, seorang filosofi berpendapat bahwa agar seseorang belajar harus

memiliki pasangan.

Page 44: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Menurut Panitz dalam Alain Baudrit & Roy Cooke (2008) menyatakan

bahwa “Cooperative can be taken to be a set of processes which help people

interact together in order to accomplish a specific goal”. Yaitu pembelajaran

kooperatif merupakan suatu bentuk proses yang dapat menolong siswa

berinteraksi untuk mendapatkan keberhasilan yang khusus. Setiap anggota dalam

kelompok bekerjasama dan berusaha untuk mendapatkan nilai, dan setiap anggota

terlibat dalam setiap pengerjaan tugas. Siswa merupakan subyek pembelajaran

dan menjadi inti dari setiap kegiatan pendidikan. Proses pengajaran yang

mengesampingkan martabat siswa bukanlah proses pendidikan yang benar.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antar siswa dalam kelompok

untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson dan Johnson dalam Ismail, 2002).

Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk

mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal ini sebagaian besar

aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran

dan berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Tujuan dibentuknya

kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar

dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar.

Model pembelajaran koopertif tidak sama dengan sekedar belajar dalam

kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya

dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Pelaksanaan

prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan

pendidik mengelola kelas dengan efektif.

Page 45: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Roger dan David Johnson dalam Anita (2002) mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai

hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus

diterapkan. Kelima unsur tersebut yaitu: 1) saling ketergantungan positif; 2)

tanggung jawab perseorangan; 3) tatap muka; 4) komunikasi antar anggota; 5)

evaluasi proses kelompok.

Untuk memenuhi kelima unsur tersebut harus dibutuhkan proses yang

melibatkan niat dan kiat para anggota kelompok para siswa harus mempunyai niat

untuk bekerjasama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar kelompok yang

akan saling menguntungkan. Selain niat, siswa juga harus menguasai kiat-kiat

berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Salah satu cara untuk

mengembangkan niat dan kerjasama antar siswa dalam model pembelajaran

kooperatif adalah melalui pengelolaan kelas. Ada tiga hal penting yang perlu

diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif, yakni

pengelompokan semangat kerjasama dan penataan ruang kelas.

Dari uraian itu dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa

melalui kegiatan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk 1)

mencapai hasil belajar akademik; 2) mengembangkan keterampilan sosial siswa;

3) mengajarkan kerjasama dan kolaborasi. Pada pembelajaran kooperatif, siswa

yang kurang dapat bersosialisasi dengan temannya yang lebih mampu, dan

diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya.

Page 46: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

4. Think Pair Share (TPS)

Model yang sederhana, namun sangat bermanfaat, TPS awalnya

dikembangkan oleh Frank Lyman bersama kolega-koleganya di Universitas

Maryland pada tahun 1985. Model ini sangat efektif untuk menggantikan

pembelajaran klasik. Menurut Ledlow (2001) dalam Nik Azlina (2008),

mengatakan bahwa “TPS technique in education is also about: Think about your

answer individually, Pair with a partner in discuss your answers, and Share your

or your partners answer when called upon”. Yaitu teknik pembelajaran TPS

adalah berpikir tentang jawaban dari suatu pertanyaan secara individu kemudian

berpasangan dengan seorang teman ketika telah tiba waktunya. Jadi dalam

pembelajaran TPS guru memberikan suatu pertanyaan kemudian siswa diberi

kesempatan untuk menjawab sendiri, lalu guru meminta siswa berpasangan untuk

mendiskusikan jawaban pertanyaan kemudian berbagi jawaban dengan teman

yang lain dalam kelas.

Model TPS merupakan suatu strategi pembelajaran yang tumbuh dari

penelitian pembelajaran kooperatif. Dalam tahapan thinking, pairing, dan sharing

inilah kecakapan siswa dalam berkomunikasi yang meliputi kecakapan,

mendengar, berbicara, membaca, maupun menuliskan gagasan atau pendapatnya

ketika pembelajaran berlangsung akan terlihat. Adanya pemberian masalah

dilakukan untuk melihat penguasaan dan pemahaman siswa mengenai materi yang

telah dipelajarinya. Model pembelajaran ini memberi penekanan pada penggunaan

struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa

(Yulaina, 2011). Dengan TPS diharapkan tercipta variasi suasana pola diskusi

Page 47: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk

mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam TPS

dapat member siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling

membantu.

TPS juga memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta

bekerjasama dengan orang lain (Anita, 2010). Ada tiga ciri khusus tahap

pembelajaran TPS yaitu: 1) tahap Think, yaitu siswa diberikan kesempatan untuk

melatih kemampuan secara individu; 2) tahap Pair, yaitu siswa bertukar gagasan

atau ide dengan teman pasangannya; 3) tahap Share, yaitu siswa membagikan

gagasan atau ide pada saat tahap Pair dengan teman sekelas. Berdasarkan tahap-

tahap pembelajaran TPS aktivitas siswa akan berkembang karena pembelajaran

tidak lagi berpusat pada guru melainkan pada kegiatan pembelajaran berpusat

pada siswa sesuai dengan prinsip kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian

model pembelajaran TPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Langkah-langkah penerapan TPS pada mata pelajaran IPA adalah sebagai

berikut: 1) guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk setiap kegiatan

pembelajaran; 2) guru memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan

masalah; 3) guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa; 4) guru

menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi; 5) guru

memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa; 6) siswa

mengerjakan LKS tersebut secara individu; 7) siswa dikelompokkan dengan

teman sebangkunya; 8) siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban

tugas yang telah dikerjakan; 9) guru secara acak memanggil satu pasang siswa

Page 48: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas; 10) siswa dinilai secara

individu dan kelompok; 11) guru memberikan penguatan pada konsep-konsep

yang sudah benar, dan meluruskan pendapat atau jawaban-jawaban siswa yang

belum benar; 12) guru mengarahkan siswa untuk menyusun kesimpulan dari hasil

diskusi.

5. Numberd Heads Together (NHT)

Pembelajaran model NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk

meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen

dalam Ibrahim (2000) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut.

Penerapan pembelajaran model NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen

dalam Ibrahim (2000) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah

materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman

mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung

kepada seluruh kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut: a)

penomoran; b) pengajuan pertanyaan; c) berpikir bersama; d) pemberian jawaban

Menurut Kagan dalam Apple (2006)” First the instructor puts learner into

groups of your to work on a task, and then gives each student a number. After

walking on a task together the instructor calls out a number. Each student with

that number must stand up and give a brief reportof his or her groups work to the

Page 49: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

whole class”, yaitu pertama-tama guru membagi empat siswa dalam satu

kelompok untuk mengerjakan tugas kemudian memberi nomor untuk setiap siswa

setelah mengerjakan tugas bersama-sama kemudian guru memanggil sebuah

nomor dan siswa-siswa yang dipanggil nomornya harus berdiri dan memberikan

hasil diskusi kelompoknya kepada kelompok lain di kelas.

Dengan NHT diharapkan dapat mempengaruhi pola interaksi siswa

sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Pembelajaran NHT

dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut.

Langkah-langkah penerapan NHT pada mata pelajaran IPA adalah sebagai

berikut: 1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan

memotivasi siswa tentang pentingnya manfaat mempelajari pokok bahasan suhu

dan pengukuran; 2) guru membagi siswa dalam kelompok dengan jumlah anggota

4 sampai 5 siswa dan kepada setiap anggota dalam kelompok diberi nomor antara

1 sampai 5 atau memakai topi dari kertas yang diberi nomor; 3) guru melakukan

demonstrasi; 4) setiap kelompok mengamati demonstrasi yang dilakukan oleh

guru; 5) guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang percobaan

yang telah dilakukan; 6) guru memberikan tugas melalui LKS dan masing-masing

kelompok mengerjakannya; 7) guru memberikan bimbingan kepada setiap

kelompok; 8) setiap kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar,

siswa dalam kelompok menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan

dari guru dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut;

Page 50: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

9) guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang dipanggil

menjawab pertanyaan dari guru; 10) guru memberi kesempatan kepada kelompok

lain untuk menanggapi jawaban dari kelompok yang sudah mempresentasikan

hasil diskusi di depan kelas; 11) guru memberikan penghargaan / penilaian kepada

siswa / kelompok; 12) guru memberikan penguatan pengembangan materi

terhadap pokok-pokok materi; 13) guru bersama siswa menyimpulkan hasil dari

diskusi.

6. Interaksi Sosial

Pada hakekatnya manusia memiliki sifat yang dapat dibagi menjadi tiga

golongan, yaitu manusia sebagai makhluk individual, manusia sebagai makhluk

sosial, dan manusia sebagai makhluk berketuhanan. Manusia sebagai makhluk

sosial dituntut melakukan hubungan sosial antar sesama dalam hidupnya

disamping tuntutan untuk hidup berkelompok. Hubungan sosial merupakan salah

satu hubungan yang harus dilaksanakan, artinya dalam hubungan itu setiap

individu menyadari tentang kehadirannya di samping kehadiran individu lain. Hal

ini disebabkan bahwa dengan kata sosial berarti hubungan yang berdasarkan

adanya kesadaran yang satu terhadap yang lain, ketika mereka saling berbuat,

saling mengakui, dan saling mengenal. Interaksi merupakan hubungan antara

seseorang dengan orang lain. Menurut Soejono (2006), interaksi sosial merupakan

hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan antar orang per orang,

antara kelompok-kelompok manusia maupun antara per orang dengan kelompok.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan

hubungan antara dua individu atau lebih ketika individu yang satu mempengaruhi,

Page 51: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Dalam

penelitian ini yang dimaksud dengan interaksi sosial siswa adalah kemampuan

seorang siswa dalam berhubungan atau bersosial dengan siswa lain. Kemampuan

berinteraksi akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, karena dengan

berinteraksi seorang siswa akan saling bertukar pengalaman. Bertukar pengalaman

yang dimaksudkan adalah bertukar ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh masing-

masing siswa.

Pertukaran ilmu pengetahuan antara siswa satu dengan yang lainnya maka

akan memperbanyak tambahan wawasan seorang siswa. Ketika wawasan atau

pengetahuan semakin banyak maka kemungkinan untuk mencapai hasil belajar

yang maksimal akan tercapai. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Anop

(2008), yang menyatakan bahwa “Contructivism and peer collaboration in

elementary mathematics educations the connection epistemology”. Merupakan hal

yang wajar untuk berpikir bahwa kita belajar paling baik jika kita telah

berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Membangun dimensi sosial

akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Interaksi sosial antara siswa sebaiknya dibantu oleh guru, hal ini bertujuan

agar siswa akan lebih mudah dalam beradaptasi dan berinteraksi dengan siswa

lain. Selain siswa mampu berinteraksi dengan teman sesamanya maka interaksi

sosial yang diajarkan oleh seorang guru juga mengarahkan siswa agar mampu

berinteraksi dengan lingkungannya. Seorang siswa selain harus mampu

berinteraksi dengan lingkungan sekolahnya, ia juga harus mampu berinteraksi

dengan lingkungan masyarakat. Menurut Syaiful (2005), faktor-faktor yang

Page 52: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

mempengaruhi interaksi sosial siswa dalam pembelajaran adalah terdiri dari

tenaga pengajar (pendidik), siswa, lingkungan sekolah, sarana-prasarana dan

karyawan.

Menurut Soejono (1990), bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan

proses asosiatif dapat terbagi atas bentuk kerjasama (Cooperation), akomodasi

(Accomodation), dan asimilasi (Assimilation). Kerjasama merupakan suatu usaha

bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu

atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang

terjadi keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau kelompok-

kelompok manusia berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial

yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan asimilasi merupakan suatu proses

antara pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasi dirinya dengan

kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok.

Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi

atas bentuk Persaingan (Competition) dan Pertentangan (Conflik). Persaingan

merupakan suatu proses antara individu atau kelompok-kelompok manusia yang

bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan. Sedangkan

pertentangan adalah suatu proses sosial antara individu atau kelompok berusaha

untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai

dengan ancaman dan kekerasan.

Komponen interaksi sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah

interaksi sosial siswa dengan guru yang mencakup tentang komunikasi dan

interaksi sosial siswa dengan siswa yang mencakup kerjasama, persaingan,

Page 53: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

pertentangan, persesuaian, perpaduan dan komunikasi. Interaksi sosial siswa

dalam penelitian ini akan diukur menggunakan angket yang disebarkan kepada

siswa sebelum proses pembelajaran dimulai. Aspek yang akan diukur adalah

interaksi sosial siswa dengan siswa lain. Interaksi sosial siswa dengan guru dan

interaksi sosial siswa dengan lingkungan sekolah. Skala yang digunakan adalah

skala Likert dengan nilai 1, 2, 3, dan 4.

7. Sikap Ilmiah

Sikap didefinisikan sebagai keadaan internal seseorang yang

mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya

(Suparno, 2001). Sikap terbentuk dan berubah sejalan dengan perkembangan

individu atau dengan kata lain sikap merupakan hasil belajar individu melalui

interaksi sosial. Hal ini berarti bahwa sikap dapat dibentuk dan diubah melalui

pendidikan. Sikap positif dapat berubah menjadi negatif jika tidak mendapat

pembinaan dan sebaliknya sikap negatif dapat berubah menjadi positif jika

mendapatkan pembinaan yang baik. Karena sikap mempunyai valensi/ tingkatan

maka sikap positif dapat juga ditingkatkan menjadi sangat positif. Di sinilah letak

peranan pendidikan dalam membina sikap siswa.

Menurut Baharuddin (1982) mengemukakan bahwa: “sikap ilmiah pada

dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh ilmuwan saat mereka melakukan

kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecenderungan

individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara

sistematis melalui langkah-langkah. Menurut Slameto (2003), sikap merupakan

sesuatu yang dipelajari yang menentukan proses ia bereaksi terhadap situasi serta

Page 54: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

menetukan yang dicari individu dalam kehidupannya. Sikap selalu berkenaan

dengan suatu obyek disertai dengan perasaan positif dan negatif.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan hasil

dari sosialisasi (interaksi) individu dengan lingkungannya untuk memberikan

tanggapan dari respon yang diterimanya. Sikap ilmiah bisa dikaitkan dengan

keilmuan, sehingga definisi operasional dari sikap ilmiah adalah sikap yang

diwujudkan dalam bentuk perilaku aktual yang bersifat keilmuan terhadap

stimulus tertentu. Murat (2009) dalam jurnalnya menyatakan bahwa “In science

classes, it is aimed not only to allow the students memorize scientific knowledge

hy heart, but also to help them, insofar as possible, gain the necessary attitudes

and cognitive process skills necessary to solve science problems. The students

may form the basis of scientific learning by only approaching the events like

scientists”.

Sikap mempunyai tiga komponen yaitu kognitif yang berhubungan dengan

pengetahuan, afektif yang berhubungan dengan perasaan dan psikomotoris yang

berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak. Struktur kognitif

merupakan pangkal terbentuknya sikap seseorang. Struktur kognitif ini sangat

ditentukan oleh pengetahuan atau informasi yang berhubungan dengan sikap,

yang diterima seseorang. Sikap yang dikembangkan dalam sains adalah sikap

ilmiah yang dikenal dengan “scientific attitude”

Sikap ilmiah (scientific attitude) mengandung dua makna, yaitu attitude to

science dan attitude of science Attitude yang pertama mengacu pada sikap

terhadap sains sedangkan attitude yang kedua mengacu pada sikap yang melekat

Page 55: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

setelah mempelajari sains. Jika seseorang memiliki sikap tertentu, orang itu

cenderung berperilaku demikian secara konsisten pada setiap keadaan.

Beberapa contoh “scientific attitude” yang mulai lazim dikembangkan di

sekolah meliputi : sikap jujur, terbuka, luwes, tekun, logis, kritis, kreatif. Namun

beberapa sikap ilmiah yang lebih khas dan belum optimal dikembangkan meliputi

curiosity (sikap ingin tahu), respect for evidence (sikap untuk senantiasa

mendahulukan bukti), flexibility (sikap luwes terhadap gagasan baru), cristical

reflection (sikap merenung secara kritis), sensitivity to living things and

environment (sikap peka / peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan).

Beberapa sikap ilmiah yang dikemukan oleh Brotowidjoyo (1985) yang

biasa dilakukan oleh para ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode

ilmiah, antara lain: sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap obyektif, sikap ingin

menemukan, sikap menghargai karya orang lain, sikap tekun, dan sikap terbuka.

Adapun komponen sikap ilmiah yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah teliti / cermat, jujur, disiplin, menghargai pendapat orang lain,

menyampaikan ide / pendapat, sikap ingin tahu, bekerjasama dan kritis. Sikap

ilmiah siswa dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan angket yang

disebarkan kepada siswa sebelum proses pembelajaran dimulai. Skala yang

digunakan adalah skala Likert dengan nilai 1, 2, 3, dan 4.

8. Prestasi Belajar

Banyak ahli menyampaikan pendapatnya mengenai prestasi belajar.

Winkel (1993) mengatakan, “Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan

belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya

Page 56: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

sesuai dengan bobot yang dicapainya. Suratinah (2011) menyatakan prestasi

adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam

bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang

sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Prestasi dikatakan pula

merupakan, “hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar ”(Muhibbin, 2004).

Menurut Taksonomi Bloom dan kawan-kawan dalam (Aunurrahman, 2010)

prestasi belajar atau hasil belajar dikelompokkan menjadi tiga ranah atau kawasan,

yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Menurut Krathwohl

dalam Djemari (2007), prestasi belajar ditentukan oleh kualitas proses

pembelajaran. Prestasi merupakan hasil yang dicapai siswa sebagai hasil

pelajarannya yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor setelah

mengikuti proses belajar mengajar.

Ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, yaitu pengetahuan

(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis

(analysis), sintesis (synthesis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

Keenam jenis perilaku tersebut diurutkan berdasarkan tingkatan yang paling

mudah sampai yang paling sulit.

Ranah Afektif berkaitan dengan sikap siswa pada saat pelaksanaan

kegiatan pembelajaran. Ranah afektif mengukur seberapa besar peran siswa dalam

mengikuti suatu proses. Secara rinci ranah afektif terdiri dari lima jenis perilaku,

yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan

pembentukan pola hidup. Perilaku mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan

kesediaan untuk memperhatikannya. Partisipasi mencakup kerelaan atau

Page 57: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

kesediaan untuk memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

Penilaian dan penentuan sikap mencakup penerimaan terhadap suatu nilai,

menghargai, mengakui, dan menentukan sikap. Organisasi mencakup kemampuan

membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Perilaku

yang kelima adalah pembentukan pola hidup yaitu perilaku yang mencakup

kemampuan menghayati nilai, dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan

pribadi. Ranah afektif berkaitan dengan pembentukan sikap.

Ranah Psikomotorik berkaitan dengan aktivitas fisik siswa terhadap

pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Misalnya seperti menera alat, merangkai alat,

melakukan percobaan, mengemasi alat dan lain sebagainya. Ranah psikomotor

terdiri dari tujuh perilaku atau kemampuan motorik, yaitu persepsi, kesiapan,

gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek, penyesuaian pola

gerakan, dan kreativitas. Ketujuh perilaku motorik itu semuanya dapat diamati

dan dapat diukur.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

adalah kecakapan yang diraih siswa setelah melaksanakan proses pembelajaran

yang terwujud dalam nilai yang berbentuk angka. Hasil belajar siswa mencakup

ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Informasi aspek kognitif dan

psikomotorik diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk mata

pelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar. Sedangkan aspek afektif

diperoleh melalui kuesioner, inventori, dan pengamatan sistematik (Depdiknas

2003). Hasil penelitian aspek kognitif berupa angka pada rentang 0 (nol) – 100

Page 58: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

(seratus), sedangkan penelitian aspek afektif dan aspek kognitif proses dengan

cara kualitatif dengan huruf misalnya A, B, C, dan D.

9. Karakteristik Mata Pelajaran Fisika

Fisika adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Natural

Science. Dalam IPA Fisika menempati posisi sentral. Membahas fisika dapat

melalui hakekat IPA. Pada hakekatnya Sains (IPA) dapat dipandang sebagai tiga

hal yang sama pentingnya, yaitu: 1) serangkaian proses sistematis untuk

mendapatkan informasi tentang alam semesta; 2) kumpulan pengetahuan

(produk); 3) nilai dan sikap yang melekat pada orang yang menggunakan proses

ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan. Produk IPA diperoleh melalui proses

ilmiah setelah melakukan analisis dan penyimpulan atas sekumpulan fakta yang

diperoleh dari pengamatan dan pengukuran terhadap gejala-gejala alam yang

berdasarkan sikap ilmiah yang dijunjung tinggi oleh para ilmuan.

Fisika termasuk salah satu ilmu pengetahuan alam (Sains) yang membahas

gejala dan perilaku alam, yang dapat diamati oleh manusia. Karena fisika

merupakan ilmu eksperimental, maka dengan melakukan percobaan, siswa tidak

hanya memahami dan menguasai konsep, teori, asas dan hukum fisika, tetapi

perlu juga menerapkan metode ilmiah dan mengembangkan sikap ilmiah. Belajar

fisika tidak cukup hanya sekedar melihat, mengingat, dan membayangkan tetapi

harus melakukan.

Sains sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-

hukum dan teori. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris didalam sains dan

konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori merupakan kegiatan-kegiatan analitis.

Page 59: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Sains sebagai proses dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan

dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah melalui

keterampilan menemukan antara lain: mengamati, mengklarifikasi, mengukur,

mengkomunikasi, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional

merumuskan hipotesis, menginterpretasi data, mengontrol variabel dan melakukan

eksperimen. Sains dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu,

berusaha untuk membuktikan, menerima perbedaan, menjadi kooperatif dan

menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif (Linggar, 2011).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hakekat sains terdiri dari tiga

komponen yaitu: produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi sains bukan hanya terdiri

atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihapal, namun juga merupakan

kegiatan atau proses aktif dalam menggunakan pikiran untuk mempelajari rahasia

gejala alam.

10. Suhu dan Pengukurannya

a. Pengertian Suhu dan Termometer

Dalam kehidupan sehari-hari (derajat) panas atau dinginnya suatu benda

dikenal dengan istilah suhu atau temperatur. Tangan atau indra peraba tidak dapat

dengan tepat digunakan sebagai alat pengukur suhu. Karena tidak ada orang yang

dapat mengukur derajat atau besar suhu suatu benda secara tepat, maka diperlukan

suatu alat untuk mengukur suhu. Para ilmuan telah menyelidiki dan menemukan

suatu alat pengukur dengan tepat dan bersifat standar, dalam arti dapat dipakai

secara internasional yang dinamakan termometer. Dalam SI, satuan suatu suhu

Page 60: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

dinyatakan dalam Kelvin, sedangkan di Indonesia atau dikehidupan sehari-hari

dinyatakan dalam derajat celcius (°C).

Termometer sekarang pada umumnya menggunakan pipa gelas yang berisi

zat cair, misalnya raksa atau alkohol. Termometer bekerja berdasarkan prinsip

perubahan volume, yaitu memuai jika suhu naik dan menyusut jika suhu turun.

Termometer ada juga yang terbuat dari bimetal, yaitu dua buah logam yang

berbeda jenisnya disatukan.

Gambar 2.1 Termometer

b. Jenis-Jenis Termometer

1) Bahan

a) Bahan Cair

(1) Termometer zat cair dalam gelas

Termometer zat cair dalam gelas disebut juga termometer cairan. Jenis

termometer ini hanya digunakan untuk mengukur suhu pada rentang pengukuran

terbatas yang sangat dipengaruhi oleh jenis zat termometrik yang berupa cairan

dalam pipa kapiler dari gelas. Termometer cairan merupakan salah satu jenis

termometer yang paling banyak dijumpai pada pemakaian sehari-hari. Prinsip

yang digunakan pada termometer cairan adalah pemuaian zat cair jika dipanaskan.

Page 61: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

b) Bahan Padat

(1) Termometer Bimetal

Termometer bimetal memanfaatkan logam untuk menunjukkan adanya

perubahan suhu dengan prinsip logam akan memuai jika dipanaskan dan

menyusut jika didinginkan. Keping bimetal dibentuk spiral dan tipis. Ujung spiral

bimetal ditahan sehingga tidak bergerak dan ujung lainnya menempel pada gir

penunjuk. Makin besar suhu, keeping bimetal makin melengkung dan

menyebabkan jarum penunjuk bergerak kekanan kearah skala yang lebih besar.

Termometer bimetal dapat dijumpai pada mobil.

Gambar 2.2 Termometer Bimetal

(2) Termometer Hambatan

Termometer hambatan adalah termometer yang paling tepat digunakan

dalam industri untuk mengukur suhu di atas 1000oC. Salah satu termometer yang

dibuat berdasarkan perubahan hambatan logam adalah termometer hambatan

platina.

Dalam termometer hambatan terdapat kawat penghantar yang disentuhkan

ke benda yang akan diukur suhunya, misalnya pada pengolahan besi atau baja.

Suatu tegangan, atau potensial listrik, yang bernilai tetap diberikan sepanjang

termistor, yaitu sensor yang terbuat dari logam dengan hambatan yang bertambah

jika dipanaskan. Perubahan suhu berakibat pada perubahan besar hambatan

Page 62: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

termistor. Besar hambatan ini dapat diukur oleh galvanometer yang telah

dikalibrasi sehingga menunjukkan besar suhu dari benda yang diukur suhunya.

Termometer ini dapat ditempelkan pada permukaan zat yang akan diukur

suhunya. Besar hambatan pada perubahan suhu ∆T, bahan yang memiliki

hambatan mula-mula R0, konstanta α, dinyatakan oleh rumus:

RT = R0 (1 + α ∆T) (2.1)

Gambar 2.3 Termometer Hambatan

(3) Termokopel

Pengukuran suhu dengan ketepatan tinggi dapat dilakukan dengan

termokopel, di mana suatu gaya gerak listrik (dalam satuan milivolt) dihasilkan

saat dua kawat yang berbahan logam yang berbeda disambungkan untuk

membentuk sebuah loop, dan kedua persambungan itu memiliki suhu yang

berbeda. Untuk meningkatkan besar ggl yang dihasilkan, beberapa termokopel

bisa dihubungkan secara seri untuk membentuk sebuah termopil.

Gambar 2.4 Termokopel

Page 63: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

c). Bahan Gas

(1) Termometer gas

Termometer gas adalah jenis termometer yang memanfaatkan sifat-sifat

termal gas. Terdiri dari bola kaca berisi gas yang dihubungkan dengan

manometer. Prinsip kerjanya adalah pengaruh suhu terhadap tekanan. Apabila

bola gas terkena panas maka gas di dalam tabung kaca akan memuai dan menekan

zat cair (air raksa atau Hg) yang berada di dalam manometer. Kenaikan zat cair

tersebut digunakan untuk mengetahui suhu di sekitar bola kaca.

Gambar 2.5 Termometer Gas

Ada dua macam termometer gas, yaitu:

(a) Termometer yang volume gasnya dijaga tetap, dan tekanan gas tersebut

dijadikan sifat termometrik dari termometer. Termometer ini terdiri dari bola

yang berisi gas yang dihubungkan dengan tabung manometer. Prinsip

kerjanya adalah perubahan tekanan suatu gas akibat perubahan suhu bila

volumenya tetap.

Gambar 2.6 Termometer gas volume tetap

Page 64: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

(b) Termometer yang tekanan gasnya dijaga tetap, dan volume gas tersebut

dijadikan sifat termometrik dari termometer. Termometer gas tekanan tetap

dibuat berdasarkan pada perubahan volume gas yang berubah karena adanya

perubahan temperatur. Pada proses volume tetap, kenaikan temperatur

mengakibatkan tekanan gas naik dan sebaliknya penurunan temperatur akan

mengakibatkan tekana gas menurun. Pada proses tekanan tetap, volume gas

akan bertambah jika temperatur gas naik dan sebaliknya volume gas akan

mengecil jika temperatur gas turun.

2) Penggunaan

a) Termometer Badan atau Termometer Klinis

Suhu tubuh manusia tidak pernah lebih rendah dari 35oC dan tidak pernah

lebih tinggi dari 42oC sehingga termometer yang digunakan memiliki skala suhu

antara 35oC sampai dengan 42

oC (gambar 2.7)

Gambar 2.7 Termometer Badan / Klinis

Cara menggunakan termometer badan untuk mengukur suhu tubuh adalah

sebagai berikut: mula-mula periksa terlebih dahulu apakah termometer sudah

menunjukkan suhu di bawah 35oC. Jika belum, termometer dikibas-kibaskan

sehingga menunjukkan suhu kurang dari 35oC. Selanjutnya pasang termometer di

bawah ketiak atau lipatan tubuh kira-kira 5 menit. Setelah itu, ambil termometer

dari tubuh dan baca pada skala termometer. Skala yang ditunjukkan termometer

menunjukkan suhu tubuh pasien pada keadaan itu.

Page 65: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

b) Termometer Maksimum-Minimum (Six-Bellani)

Termometer maksimum-minimum Six digunakan untuk mengukur suhu

dalam rumah kaca, yaitu bangunan yang digunakan untuk menanam tumbuh-

tumbuhan sebagai bahan penelitian. Pada umumnya suhu maksimum terjadi pada

siang hari dan suhu minimum terjadi pada malam hari.

Termometer ini ditemukan oleh James Six pada akhir abad ke-18.

Termometer ini terdiri atas tabung silinder A, tabung B, dan pipa U. Tabung

silinder A yang berisi alkohol atau minyak creasote dihubungkan dengan tabung

B yang juga berisi alkohol melalui pipa U yang berisi raksa (Gambar 2.8).

Termometer maksimum-minimum Six dilengkapi dengan dua skala, yaitu

skala minimum pada pipa kiri dan skala maksimum pada pipa kanan. Jadi, suhu

maksimum dan suhu minimum dapat dibaca sesuai dengan tinggi kolom raksa

pada masing-masing pipa.

Gambar 2.8 Termometer Maksimum-Minimum

c) Termometer Ruang

Termometer ruang adalah termometer yang digunakan untuk mengukur

suhu ruang, misalnya suhu ruang laboratorium. Biasanya termometer ruang

diletakkan menempel di dinding dalam arah vertikal. Termometer ruang

Page 66: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

mempunyai rentang skala yang lebih besar karena suhu ruang lebih bervariasi

dibanding suhu badan.

Pada umumnya suhu ruang tidak pernah di bawah 0oC, kecuali beberapa

ruang khusus misalnya ruang pendingin untuk menyimpan daging dalam jumlah

besar atau zat-zat kimia yang membutuhkan suhu sangat rendah. Jadi skala

termometer ruang dapat berkisar antara -10oC sampai 50

oC.

Gambar 2.9 Termometer Ruang

d) Termometer Laboratorium

Ciri-ciri termometer laboratorium, antara lain: 1) digunakan untuk

mengukur suhu dalam percobaan, penelitian atau pengukuran ilmiah lainnya; 2)

menggunakan zat muai raksa atau alkohol; 3) skala ukurannya luas, hingga di

bawah nol; 4) terdapat jenis termometer laboratorium yang sengaja tidak diberi

skala sehingga dapat digunakan untuk praktik penentuan skala.

Gambar 2.10 Termometer Laboratorium

Page 67: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

3) Skala

(a) Celcius

Termometer ini dibuat dari kaca tipis yang bagian dalamnya berlubang

dengan tandon bawah yang diisi raksa. Di atas raksa adalah ruang hampa udara

yang ujung atasnya tertutup. Alat ini dilengkapi dengan skala untuk menunjukkan

suhu. Skala Celsius dibuat oleh Andreas Celsius (1701-1744). Andreas Celcius

menentukan titik tetap bawah berdasarkan titik lebur es murni pada tekanan 1

atmosfer yang ditandai dengan angka 00C, sementara titik tetap atasnya ditentukan

berdasarkan titik didih air murni pada tekanan 1 atmosfer yang ditandai dengan

angka 1000C, kemudian Andreas Celcius membagi rentang angka tersebut

kedalam 100 bagian skala, setiap bagian (skala) menunjukkan suhu sebesar 10C.

(b) Reamur

Skala Reamur dibuat oleh Rene Antonie Ferhult de Reamur. Titik lebur es

murni sebagai titik tetap bawah ditandai degan angka 00R dan titik didih air murni

sebagai titik tetap atas ditandai degan angka 800R dan rentang kedua titik tetap

tersebut dibagi menjadi 80 bagian (skala) dan setiap skala menunjukkan suhu

sebesar 10R.

(c) Fahrenheit

Dibuat oleh Daniel Gabriel Fahrenheit (1686-1736). Titik tetap bawah

pada skala Fahrenheit ditentukan berdasarkan titik lebur es murni pada tekanan 1

atmosfer yang ditandai degan angka 320F, dan titik tetap atasnya ditentukan

berdasarkan titik didih air murni pada tekanan 1 atmosfer yang ditandai dengan

Page 68: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

angka 2120F kemudian rentang angka tersebut dibagi kedalam 180 bagian (skala)

dan setiap skala menunjukkan suhu terbesar 10F.

(d) Kelvin

Skala Kelvin dibuat berdasarkan energi kinetik yang dimiliki oleh benda,

skala ini dibuat oleh Lord William Thomson Kelvin (1824-1907) ia menetapkan

skala nol mutlak sebesar -2730C, yaitu berdasarkan gerak partikel yang bertambah

lambat dan berhenti pada suhu -2730C. Dengan demikian, 0K setara dengan -

2730C atau 0

0C setara dengan 273K. Oleh karena itu setiap satu skala Kelvin sama

dengan satu skala Celsius, maka titik tetap bawah skala Kelvin adalah 273K dan

titik tetap atasnya adalah 373K. Skala Kelvin lebih praktis bila dibandingkan

dengan skala yang lain sehingga skala Kelvin digunakan sebagai satuan

Internasional (SI) untuk suhu.

Gambar 2.11 Macam-macam skala termometer

4) Hasil Tampilan

(a) Termometer Analog

Merupakan termometer zat cair (termometer raksa atau termometer

alkohol).

(b) Termometer Digital

Untuk termometer digital umumnya menggunakan sensor elektronik

Page 69: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Gambar 2.12 Termometer Analog dan Digital

c. Bagian-Bagian Termometer

Gambar 2.13 Bagian-Bagian Termometer

d. Zat Termometrik

Zat-zat yang mempunyai sifat yang berubah bila suhunya berubah disebut

zat termometrik (thermometric substance), dan besaran-besaran fisis yang berubah

bila suhunya berubah disebut sifat termometrik (thermometric property). Apabila

suhu suatu zat berubah, maka ada beberapa sifat zat berubah, antara lain:

warnanya (misalnya besi panas), volumenya, tekanannya, dan daya hantar

listriknya (hambatannya). Sebagai contoh sifat termometrik pada jenis termometer

cairan adalah perubahan kolom cairan (tinggi kenaikan cairan) dalam pipa kapiler

dari gelas, sedangkan contoh zat termometrik (thermometric substance) adalah

jenis cairan dalam pipa kapiler misalnya alkohol, air raksa.

Bagian-bagian termometer

terdiri atas: titik tetap atas, pipa

kaca yang berupa pipa kapiler,

skala suhu, titik tetap bawah, zat

cair pengisi termometer, reservoir,

skala, tabung gelas

Page 70: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Dengan memanfaatkan sifat termometrik zat tersebut, orang dapat

membuat beberapa jenis termometer antara lain: termometer cairan (termometer

kaca), termometer gas, termometer hambatan listrik (pirometer), termokopel, dan

sebagainya.

e. Bahan Pengisi Termometer

Bahan pengisi untuk membuat termometer yang sering digunakan sampai

saat ini adalah zat cair. Hal ini karena pada umumnya jika zat cair dipanaskan

(suhunya naik), volumenya akan berubah sehingga perubahan volume ini

dimanfaatkan untuk membuat termometer. Walaupun termometer memiliki sifat

termometrik yaitu volume air memuai (bertambah) jika dipanaskan dan menyusut

(berkurang) jika didinginkan. Air tidak digunakan sebagai bahan pengisi

termometer karena: 1) air membasahi dinding kaca sehingga meninggalkan titik

titik air pada kaca dan ini mempersulit membaca ketinggian air dalam tabung; 2)

air tidak berwarna sehingga sulit sulit dibaca batas ketinggiannya; 3) jangkauan

suhu air terbatas ( 0 - 100); 4) perubahan volume air saat dipanaskan sangat kecil.

Selain itu hasil pengukuran yang didapat kurang teliti karena air termasuk

penghantar panas yang sangat jelek. Agar semua bagian air mencapai suhu yang

sama diperlukan waktu yang lama. Termometer yang menggunakan bahan zat cair

antara lain: termometer kliniks / termometer demam, termometer dinding / ruang

dan termometer maksimum-minimum yang biasa disebut termometer Six Bellani.

Zat cair yang paling banyak digunakan untuk mengisi tabung termometer adalah

raksa dan alkohol. Terdapat berbagai keuntungan dan kerugian penggunaan zat

cair tersebut, yaitu:

Page 71: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

1) Raksa

Keuntungan:

(a) mudah dilihat karena mengkilap

(b) pemuaiannya teratur

(c) tidak membasahi dinding

d) jangkauan suhunya cukup besar, yaitu -390C sampai 357

0C.

Kerugian:

(a) harganya mahal

(b) tidak dapat mengukur suhu yang sangat rendah (kurang dari -390C)

(c) merupakan bahan beracun

Contoh termometer raksa adalah termometer klinis (pengukur suhu badan).

Gambar 2.14 Termometer Raksa

2) Alkohol

Keuntungan:

(a) harganya murah

(b) lebih teliti untuk perubahan yang sangat kecil karena pemuaiannya cukup

besar

(c) titik bekunya rendah, yaitu -1120 C

Kerugian:

(a) titik didih 780 C sehingga tidak bisa mengukur suhu tinggi

(b) tidak berwarna sehingga sulit dilihat

(c) membasahi dinding.

Page 72: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Contoh termometer alkohol adalah termometer laboratorium

Gambar 2.15 Termometer alkohol

f. Cara Membaca Skala Termometer

Pembacaan skala termometer harus dilakukan dengan posisi yang benar.

Kesalahan posisi dapat menyebabkan skala pada termometer salah. Posisi

pembacaan skala yang benar adalah sejajar dengan skala pembacaan.

Gambar 2.16 Cara Membaca Skala Termometer Yang Benar

Termometer

900

√BENAR

Mata membaca skala

dengan posisi yang

benar, sehingga yang

dibaca benar juga

Page 73: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

g. Konversi Suhu

Gambar 2.17 Kesetaraan Skala Termometer

Dari Gambar 2.16, diketahui bahwa 0°C = 32°F dan 100°C = 212°F, serta

100 skala Celsius= 180 skala Fahrenheit sehingga dapat dinyatakan persamaan

sebagai berikut:

(2.2)

Sehingga diperoleh hubungan antara skala Celcius dan skala Fahrenheit sebagai

berikut:

t°C = (2.3)

t (2.4)

Telah diketahui bahwa titik tetap bawah skala Celsius dan skala Reamur

adalah 0°C dan 0°R. Adapun titik tetap atas skala Celsius dan skala Reamur

adalah 100°C dan 80°R. Jadi, 100 skala Celsius = 80 skala Reamur. Sehingga

dapat dinyatakan persamaan sebagai berikut:

(2.5)

Page 74: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Sehingga diperoleh hubungan antara skala Celcius dan skala Reamur sebagai

berikut:

t oC = (2.6)

t (2.7)

Diketahui bahwa 0 °C = 273K dan 100°C = 373K. Skala Celsius dan skala

Kelvin sama-sama mempunyai 100 skala sehingga dapat dinyatakan dengan

persamaan sebagai berikut:

(2.8)

Sehingga diperoleh hubungan antara skala Celcius dan skala Kevin

sebagai berikut:

toC = T K – 273 (2.9)

T K = toC + 273 (2.10)

Berdasarkan persamaan yang sebelumnya, dapat melakukan konversi di

antara ke empat skala suhu, seperti tabel 2.1.

Tabel 2.1 Konversi Suhu

Celcius Fahrenheit Kelvin Reamur

Celcius C = (F – 32) C = K – 273 C = R

Fahrenheit F = C + 32 F = (K – 273) + 32 F = R + 32

Kelvin K = C + 273 K = (F – 32) + 273 K = R +273

Reamur R = C R = (F - 32) R = (K – 273)

h. Skala Mutlak

Temperatur nol mutlak dikenal dengan sebutan skala mutlak atau skala

suhu Kelvin. Kelvin adalah nama Lord Kelvin (1824-1907), fisikawan Inggris.

Page 75: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Pada skala ini, suhu dinyatakan dalam Kelvin (K). Pada skala celcius, nol digeser

hingga 0K. Jadi 0K = -273,15oC dan 273,15K = 0

oC. Suhu dalam skala Celcius

dapat diubah menjadi skala Kelvin dengan menambahkan 273,15, suhu dalam

skala Kelvin bisa diubah menjadi skala Celcius dengan mengurangi 273,15.

Secara matematis, bisa ditulis sebagai berikut:

T K = ToC + 273,15 (2.11)

T oC = T K - 273,15 (2.12)

Pada tekanan konstan, volume sejumlah tertentu gas sebanding dengan

suhu absolutnya. Hukum di atas dapat dituliskan sebagai berikut:

V ≈ T (2.13)

Hubungan di atas ditemukan oleh Charles pada tahun 1787 dan dikenal

sebagai Hukum Charles. Secara grafik, hukum Charles dapat digambarkan seperti

pada gambar 2.18. Terlihat bahwa apabila garis-garis grafik diekstrapolasikan

hingga memotong sumbu X (suhu), maka garis-garis grafik tersebut akan

memotong di satu titik yang sama yaitu - 273,15°C. Titik ini dikenal sebagai suhu

nol absolute yang nantinya dijadikan sebagai skala Kelvin. Hubungan antara

Celcius dengan skala Kelvin adalah:

K = °C + 273,15 (2.14)

Page 76: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Gambar 2.18 Grafik Suhu Mutlak

B. Penelitian Yang Relevan

1. Niken Eka Priyani (2010) menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh

pembelajaran kimia model TPS dan NHT terhadap prestasi belajar siswa.

Meskipun demikian pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan sebenarnya

kurang sehingga ada kemungkinan pengaruh perlakuan yang belum tampak

dengan jelas. Hal ini terkait dengan dengan keterbatasan dalam alokasi waktu

untuk tiap KD dan pembelajaran dengan model TPS dan NHT dianggap sebagai

hal yang baru terutama bagi siswa sehingga proses belajar mengajar yang terjadi

tidak dapat berjalan secara maksimal saat awal pembelajaran. Penelitian tersebut

dilakukan untuk pelajaran kimia, sedangkan penelitian ini dilakukan pada mata

pelajaran fisika sehingga perlakuan yang diberikan kepada sampel sesuai dengan

karakteristik fisika yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah.

2. Hasil penelitian Ika Rahmawati (2010) menunjukkan bahwa, model

pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA, model

pembelajaran kooperatif NHT lebih efektif dibandingkan dengan model

pembelajaran kooperatif TPS. Keterbatasan dari penelitian ini adalah bahwa hasil

Page 77: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

yang diperoleh mungkin tidak sesuai harapan, karena pelaksanaan penelitian yang

dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan alokasi waktu empat jam

pelajaran sebenarnya dirasakan sangat kurang, sehingga ada kemungkinan

pengaruh perlakuan belum tampak. Sejalan dengan penelitian Ika Rahmawati,

penelitian ini akan memperbaiki proses pembelajaran model TPS dan NHT

dengan melakukan penelitian sebanyak empat kali pertemuan dengan alokasi

waktu delapan jam pelajaran sehingga proses pembelajaran akan lebih maksimal.

3. Penelitian yang dilakukan Stephanus Legiyo (2009) menyimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif TPS memberikan rataan prestasi belajar yang

lebih tinggi dibandingkan NHT. Keterbatasan dari penelitian ini adalah sempitnya

waktu penelitian, sehingga data yang dihasilkan tidak secara sempurna

menunjukkan kondisi yang sesungguhnya. Berdasarkan penelitian tersebut akan

dilakukan penelitian lanjutan dengan alokasi waktu penelitian yang lebih

maksimal.

4. Ika Maryani (2011) menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan

metode kooperatif menggunakan TPS dan NHT terhadap prestasi belajar siswa

tetapi ada pengaruhnya terhadap keterampilan metakognitif. Meskipun demikian

sampel yang digunakan berasal dari siswa laki-laki. Sedangkan karakteristik

model pembelajaran kooperatif sendiri salah satunya adalah dapat digunakan

dalam kondisi siswa yang heterogen. Berdasarkan penelitian ini akan diteliti lebih

lanjut pembelajaran model TPS dan NHT dengan sampel yang heterogen baik

jenis kelamin, budaya, kebiasaan, kemampuan akademik, sosial ekonomi, dan

tempat tinggal yang berjauhan.

Page 78: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

5. Yulaina Nurramadhani (2011) menyimpulkan pembelajaran kooperatif

berpengaruh terhadap prestasi belajar. TPS lebih efektif dibanding NHT.

Keterbatasan dari penelitian Yuliana Nurraamadhani adalah instrumen penelitian

yang digunakan untuk pengambilan data divalidasi oleh jumlah validator yang

kurang atau diuji cobakan untuk sampel yang terbatas dan hanya satu kali uji coba

sehingga tidak sempat diperbaiki jadi dipakai yang valid saja. Berdasarkan

penelitian tersebut akan dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan

instrumen yang terstandar yang telah di validasi oleh validator yang berkompeten.

6. Krisna Merdekawati (2011), menyimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi

belajar ranah kognitif dan afektif serta lokus control internal antara siswa yang

diberi pembelajaran dengan model TPS dan siswa yang diberi pembelajaran

dengan model NHT. Model TPS lebih baik daripada siswa yang diberi

pembelajaran dengan NHT. Kekurangan dari penelitian Krisna Merdekawati

adalah pembagian kelompok pada model TPS maupun NHT didasari pada

kedekatan tempat duduk, sehingga kelompok yang terbentuk kurang heterogen.

Akibatnya interaksi dan proses belajar dalam kelompok tidak maksimal.

Berdasarkan penelitian ini akan diteliti lebih lanjut pembelajaran model TPS dan

NHT sesuai dengan karakteristiknya.

7. Hasil penelitian Murat Dermibas (2009) menunjukkan bahwa siswa harus

menguasai sikap ilmiah untuk menghapal dan memecahkan masalah ilmu

pengetahuan. Berdasarkan penelitian ini akan diteliti lebih lanjut pembelajaran

model TPS dan NHT pada pembelajaran fisika, mengingat proses pembelajaran

fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung sehingga siswa dapat

Page 79: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

membangun pengetahuannya sendiri dan mengembangkan kompetensinya agar

mampu memahami alam sekitar secara alamiah.

8. Penelitian yang dilakukan Anop Gupta (2008) menyimpulkan bahwa

merupakan hal yang wajar untuk berpikir bahwa kita belajar paling baik jika kita

telah berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Membangun dimensi

sosial akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasarkan penelitian ini akan

diteliti lebih lanjut dengan menggunakan pembelajaran model TPS dan NHT

sehingga diharapkan akan lebih baik lagi dalam mencapai prestasi belajar dan

meningkatkan akivitas siswa.

9. Hasil penelitian Nasrin Ozsoy dan Nazli Yilda (2004) menunjukkan bahwa

teknik belajar bersama dari metode pembelajaran kooperatif lebih efektif dari

pada metode mengajar tradisional. Berdasarkan penelitian ini akan diteliti lebih

lanjut dengan menggunakan pembelajaran model TPS dan NHT, mengingat

pembelajaran fisika berpusat pada siswa sehingga menuntut keterlibatan siswa

secara aktif sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri dan

mengembangkan kompetensinya agar mampu memahami alam sekitar secara

alamiah.

10. Hasil penelitian David W. Johson, Roger T, Johson dan Mary Beth Stau

(2000), kedelapan model pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh positif yang

signifikan terhadap pengembangan siswa. Berdasarkan penelitian tersebut

dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan pembelajaran model TPS dan

NHT dalam pembelajaran fisika sehingga tidak hanya pengembangan siswa saja

yang tercapai tapi siswa dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal.

Page 80: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

11. Effandi Zakaria dan Zanaton Ikhsan (2007), hasil penelitinnya adalah pada

pembelajaran ilmu pengetahuan dan matematika guru hendaknya menggunakan

pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran yang paling efektif karena siswa terlibat aktif dalam mengemukakan

ide dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Berdasarkan penelitian tersebut

akan dilakukan penelitian lanjutan hanya pada pembelajaran ilmu pengetahuan

alam khususnya fisika dengan pembelajaran model TPS dan NHT sehingga siswa

tidak hanya mengemukakan ide dan bekerjasama saja tapi dapat berinteraksi antar

sesama siswa dan dapat bersikap ilmiah.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan diatas, dibuatlah pemikiran yang

merangkaikan teori-teori tersebut sekaligus dapat menghasilkan jawaban

sementara dari permasalahan yang dikemukakan. Adapun kerangka pemikiran

yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh pembelajaran model TPS dan NHT terhadap prestasi belajar fisika.

Salah satu materi pembelajaran Fisika di SMP adalah suhu dan

pengukuran. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan materi ini berguna dalam

kehidupan sehari-hari. Dalam materi tersebut terdapat konsep, perhitungan, dan

permasalahan yang memerlukan pengamatan dan penyelesaian siswa, sehingga

diharapkan siswa dapat mengamati secara langsung agar pembelajaran menjadi

jelas.

Pada penelitian ini metode pembelajaran yang gunakan adalah metode

demonstrasi yang dipadukan dengan model kooperatif. Metode demonstrasi

Page 81: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

digunakan tujuannya adalah untuk mengatasi kekurangan alat. Model kooperatif

yang dipilih maksudnya agar siswa dapat saling bertukar pendapat dengan teman-

temannya.

Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan adalah TPS dan

NHT. Model TPS dan NHT dipilih dalam penelitian ini karena kedua model

tersebut cocok digunakan pada materi suhu dan pengukuran yang mempunyai

karakteristik pemahaman konsep, perhitungan, dan permasalahan. Dengan kedua

model tersebut siswa diharapkan dapat saling membantu dalam kelompoknya

untuk menguasai materi tersebut.

Dalam model TPS diskusi berlangsung dalam kelompok-kelompok, yang

memiliki prosedur baku sehingga memberi kesempatan kepada siswa memiliki

waktu lebih lama untuk berpikir dan memberikan tanggapan serta saling

membantu antar sesama anggota kelompok. Sedangkan model NHT merupakan

varian dari diskusi kelompok dan cocok untuk memastikan akuntabilitas individu

dalam diskusi kelompok.

Persaingan dapat menjadi sarana yang efektif dan tidak berbahaya untuk

interaksi sosial siswa melakukan yang terbaik jika persaingan tersebut diatur

dengan baik. Hal ini menjadi penting jika para siswa berasal dari latar belakang

budaya, strata sosial dan tingkat kemampuan akademik yang tidak sama, atau

heterogen dan multikultural.

Sebagaimana model pembelajaran kooperatif lainnya, model pembelajaran

kooperatif tipe struktural dengan struktur TPS dan NHT memiliki kelebihan

dalam meningkatkan: a) prestasi akademik; b) toleransi; dan c) keterampilan

Page 82: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

sosial. TPS dan NHT memiliki struktur yang lebih dikhususkan untuk memahami

konten materi pelajaran dan mengecek pemahaman konsep. TPS memiliki

kelebihan dari NHT, karena TPS memiliki satu langkah lebih panjang dari NHT,

yaitu proses “Think”, siswa mandiri memikirkan terlebih dahulu konsep/

permasalahan yang diberikan. Disamping itu jumlah personil dalam kelompok

TPS lebih sedikit, sehingga diskusi lebih intens, dan tanggung jawab individu

terhadap kelompoknya lebih besar. Kekurangannya, struktur TPS dan NHT

kurang memberikan porsi “Kooperatif” dalam arti reward kelompok kurang

mendapat perhatian. Penentuan kelompok yang bersifat instan sering tidak

memenuhi syarat (heterogen dalam hal kemampuan akademik dan latar belakang

sosial budaya) bagi kelompok kooperatif. Ini sebagai konskuensi dari

kesederhanaan model ini. Dari uraian di atas diduga bahwa siswa yang diberi

pembelajaran dengan model TPS prestasi belajarnya lebih tinggi daripada siswa

yang diberi pembelajaran dengan model NHT.

2. Pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

Vygotsky dalam Arends (1997), seseorang mempunyai dua perbedaan

tingkat perkembangan yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat

perkembangan potensial. Konstruktivisme vygotsky menekankan perlu adanya

sosialisasi konsep atau pengetahuan yang diperoleh individu agar dapat diteima

oleh individu yang lain dalam memecahkan suatu masalah. Oleh karena itu

diperlukan interaksi sosial antara siswa, guru, dan siswa lainnya dalam

pembelajaran. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan orang perorang, antara kelompok manusia maupun antara

Page 83: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

orang perorang dengan kelompok manusia. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi interaksi sosial siswa dalam pembelajaran terdiri dari tenaga

pengajar, siswa, lingkungan sosial, sarana dan prasarana, serta karyawan.

Adapun ciri-ciri siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi adalah mampu

bekerjasama dengan siswa lain dan guru, memiliki rasa kompetisi yang positif,

mampu berkomunikasi dengan guru dan siswa lain, memiliki banyak teman. Maka

diduga siswa yang berinteraksi sosial tinggi mempunyai prestasi belajar lebih

tinggi dari pada siswa yang memiliki interaksi sosial rendah.

3. Pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh ilmuwan

saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain

kecenderungan individu untuk bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu

masalah secara sistematis melalui langkah-langkah. Adapun ciri-ciri siswa yang

memiliki sikap ilmiah tinggi adalah memiliki rasa ingin tahu besar, mau menerima

gagasan baru, memiliki kejujuran, memiliki rasa kerendahan hati, obyektif,

mampu bekerjasama dengan baik, teliti, berpikir positif atas kegagalan, dan

bertanggung jawab. Maka diduga siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi

mempunyai prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki sikap

ilmiah rendah.

4. Interaksi antara model TPS dan NHT dengan interaksi sosial tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar.

Model TPS dan NHT merupakan pembelajaran kooperatif yang dalam

pelaksanaanya sebagian besar merupakan proses diskusi dan kerjasama tim,

Page 84: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

sehingga agar pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik maka

membutuhkan interaksi sosial yang terjadi antara siswa dengan guru, dan siswa

dengan siswa lain. Jika interaksi sosial yang timbul rendah maka materi suhu dan

pengukuran akan tersampaikan dengan tidak sempurna dan siswa akan sulit

menyerap materi yang disampaikan. Hal ini dapat mempengaruhi besarnya

prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Sehingga dapat diduga siswa yang

memiliki sosial tinggi maka prestasi belajarnya akan tinggi dan sebaliknya siswa

yang memiliki interaksi sosial rendah maka prestasi belajarnya akan rendah.

5. Interaksi antara model TPS dan NHT dengan sikap ilmiah tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar fisika.

Interaksi penggunaan model TPS dan NHT dengan sikap ilmiah terlihat

pada saat diskusi. Karena dalam model TPS dan NHT sebagian proses

pembelajarannya adalah diskusi, guru menyajikan pelajaran kemudian siswa

bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim menguasai

pelajaran tersebut, sehingga tidak menutup kemungkinan siswa yang mempunyai

sikap ilmiah rendah tidak menguasai pokok bahasan suhu dan pengukuran tetapi

hanya bergantung pada anggota tim yang lain dan tidak mampu menyampaikan

materi secara sempurna dalam proses diskusi dalam kelompoknya. Siswa yang

memiliki sikap ilmiah yang rendah tidak mampu bekerjasama dengan baik dalam

kelompoknya.

6. Interaksi antara interaksi sosial tinggi dan rendah dengan sikap ilmiah tinggi

dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

Page 85: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Pada pembelajaran pokok bahasan suhu dan pengukuran dengan

memperhatikan interaksi sosial dan sikap ilmiah, terdapat interaksi antara

interaksi sosial dan sikap ilmiah. Dikatakan ada interaksi apabila interaksi sosial

tinggi dan sikap ilmiah tinggi maka prestasi belajar tinggi. Jika interaksi sosial

tinggi dan sikap ilmiah rendah maka prestasi belajar rendah. Apabila interaksi

sosial rendah dan sikap ilmiah tinggi maka prestasi belajar tinggi. Siswa yang

memiliki interaksi sosial tinggi akan lebih mudah bekerjasama dengan siswa lain,

dalam sikap ilmiah terdapat poin bekerjasama dengan siswa lain.

7. Interaksi antara model TPS dan NHT dengan interaksi sosial dan sikap ilmiah

terhadap prestasi belajar fisika.

Model TPS dan NHT merupakan pembelajaran kooperatif. Siswa dibentuk

menjadi kelompok-kelompok kecil untuk melakukan diskusi. Keberhasilan

pelaksanaan ke dua model pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya adalah interaksi sosial dan sikap ilmiah siswa. Siswa yang memiliki

interaksi sosial, mampu bekerjasama dengan baik dalam kelompok maupun

dengan siswa lain di luar kelompoknya. Dimungkinkan siswa yang memiliki

interaksi sosial tinggi juga memiliki sikap ilmiah tinggi pula. Jika siswa memiliki

interaksi sosial dan sikap ilmiah yang tinggi diharapkan kedua pembelajaran

kooperatif tersebut akan berjalan dengan baik. Sehingga siswa mampu menguasai

materi pokok suhu dan pengukuran dan memperoleh prestasi belajar yang tinggi.

D. Hipotesis

Berdasarkan pada kerangka berpikir diajukan hipotesis penelitian sebagai

berikut:

Page 86: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

1. Ada pengaruh pembelajaran model TPS dan NHT terhadap prestasi belajar

fisika.

2. Ada pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

3. Ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

4. Ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan interaksi

sosial tinggin dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

5. Ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan sikap ilmiah

tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

6. Ada interaksi antara interaksi sosial tinggi dan rendah dengan sikap ilmiah

tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

7. Ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan interaksi sosial

dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.

Page 87: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kelam Permai, jalan Sintang-

Putusibau, Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan

Barat 78655 dengan alasan sesuai dengan latar belakang masalah yang akan

diteliti.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2012/2013 dari

bulan September sampai bulan Oktober 2012. Jadwal selengkapnya dapat dilihat

dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan Waktu

Pengajuan Judul Maret 2012

Penyusunan Proposal Maret – April 2012

Seminar Proposal April 2012

Revisi proposal dan validasi instrumen Mei – Agustus 2012

Uji coba instrumen September 2012

Pelaksanaan penelitian September – Oktober 2012

Analisis data November 2012

Penyusunan laporan November - Desember 2012

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan dua perlakuan yang

bertujuan mengetahui pengaruh antara pembelajaran model TPS dan NHT ditinjau

dari interaksi sosial tinggi dan rendah dengan sikap ilmiah tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar pada konsep suhu dan pengukuran. Dalam penelitian ini

64

Page 88: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

juga mengetahui adanya interaksi antar variabel bebas yaitu pembelajaran model

TPS dan NHT dengan variabel interaksi sosial dan sikap ilmiah.

Dalam penelitian ini, sampel yang sudah dipilih diberi perlakuan. Satu

kelas diberi perlakuan dengan pembelajaran model TPS. Satu kelas yang lain

diberi pelajaran dengan model NHT. Setelah materi habis disampaikan, kedua

kelas diberikan evaluasi akhir. Soal evaluasi yang diberikan pada kedua kelas

sama bobotnya, sama jumlahnya, dan sama kriteria penilaiannya.

Data prestasi belajar yang diperoleh oleh kedua kelas dianalisis dengan

rumus statistik yang sudah ditentukan. Adapun Rancangan penelitiannya adalah

dengan desain faktorial 2 x 2 x 2 dengan teknik Analisis Varian (Anava) seperti

pada tabel 3.2 .

Tabel 3.2 Analisis Varian Hubungan antara Pembelajaran Model (A) terhadap

Interaksi Sosial (B) dan Sikap Ilmiah (C)

Model

TPS NHT

Interaksi Sosial Tinggi (B1) Sikap Ilmiah tinggi (C1)

Sikap Ilmiah rendah (C2)

Interaksi Sosial Rendah (B2) Sikap Ilmiah tinggi (C1)

Sikap Ilmiah rendah (C2)

A1B1C1 A2B1C1

A1B1C2 A2B1C2

A1B2C1

A1B2C2

A2B2C1

A2B2C2

Keterangan:

A1 B1 C1 = Pembelajaran model TPS dengan interaksi sosial tinggi dan sikap

ilmiah tinggi.

A1 B1 C2 = Pembelajaran model TPS dengan interaksi sosial tinggi dan sikap

ilmiah rendah.

Page 89: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

A2 B1 C1 = Pembelajaran model NHT dengan interaksi sosial tinggi dan sikap

ilmiah tinggi.

A2 B1 C2 = Pembelajaran model NHT dengan interaksi sosial tinggi dan sikap

ilmiah rendah

A1 B2 C1 = Pembelajaran model TPS dengan interaksi sosial rendah dan sikap

ilmiah tinggi.

A1 B2 C2 = Pembelajaran model TPS dengan interaksi sosial rendah dan sikap

ilmiah rendah.

A2 B2 C1 = Pembelajaran model NHT dengan interaksi sosial rendah dan sikap

ilmiah tinggi.

A2 B2 C2 = Pembelajaran model NHT dengan interaksi sosial rendah dan sikap

ilmiah rendah.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester ganjil SMP

Negeri 2 Kelam Permai tahun ajaran 2012/2013. Jumlah siswa yang menjadi

populasi pada penelitian adalah 156 siswa. Sampel pada penelitian ini adalah 2

kelas yaitu kelas VIIA dan VIIB. Penentuan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik cluster random sampling yaitu pengambilan sampel dengan

memperhatikan unsur kelas atau kelompok yang terdapat dalam populasi.

Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 2 kelas yang dibagi menjadi 1

kelas untuk kelas eksperimen 1 diberi perlakuan pembelajaran model TPS dan 1

kelas untuk eksperimen 2 diberi perlakuan pembelajaran model NHT.

Page 90: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian dikelompokkan menjadi tiga variabel, yaitu:

1. Variabel bebas

Variabel pada penelitian ini adalah pembelajaran model TPS dan NHT.

Adapun definisi operasional dari variabel bebas adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran model TPS adalah pembelajaran yang diawali dengan berpikir

kemudian bertukar pikiran dengan berpasangan dan berbagi hasil pemikiran

dengan pasangan lain.

b. Pembelajaran model NHT adalah pembelajaran yang diawali dengan

pemberian tugas kepada siswa berdasarkan nomornya, siswa yang bernomor

sama dari kelompok lain dapat saling membantu menyelesaikan tugas.

c. Skala pengukuran: nominal.

d. Indikator: TPS dan NHT

2. Variabel Moderator

Ada dua variabel moderator dalam penelitian ini, yaitu interaksi sosial dan

sikap ilmiah. Adapun definisi operasional dari variabel moderator adalah sebagai

berikut:

a. Interaksi sosial

1) Definisi operasional

Interaksi sosial adalah kemampuan seorang siswa dalam berhubungan atau

bersosial dengan siswa lain. Kemampuan berinteraksi akan sangat mempengaruhi

hasil belajar siswa, karena dengan berinteraksi seorang siswa akan saling bertukar

pengalaman.

Page 91: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

2) Indikator: skor angket sikap ilmiah dikategorikan tinggi dan rendah

3) Skala pengukuran: ordinal.

b. Sikap Ilmiah

1) Definisi operasional

Sikap ilmiah adalah adalah sikap yang diwujudkan dalam bentuk perilaku

aktual yang bersifat keilmuan terhadap stimulus tertentu.

2) Indikator: skor angket sikap ilmiah dikategorikan tinggi dan rendah

3) Skala pengukuran: ordinal

3. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa. Adapun

definisi operasional variabel terikat adalah sebagai berikut:

a. Prestasi belajar

Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah

melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar pada penelitian ini adalah nilai yang

diperoleh siswa setelah tes akhir atau tes prestasi belajar pokok bahasan suhu dan

pengukurannya.

b. Indikator: nilai prestasi belajar fisika kelas TPS dan NHT

c. Skala pengukuran: interval

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengumpulan data

adalah metode angket, observasi dan tes. Metode angket digunakan untuk

mengumpulkan data interaksi sosial, sikap ilmiah, dan afektif. Lembar observasi

digunakan untuk mengetahui aspek kognitif proses siswa pada saat kegiatan

Page 92: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

pembelajaran. Tes digunakan untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa

setelah mengikuti pembelajaran.

F. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pelaksanaan Penelitian

Instrumen pelaksanaan penelitian digunakan untuk pelaksanaan

pembelajaran. Instrumen penelitian ini meliputi: Silabus, RPP, dan Lembar Kerja

Siswa (LKS).

2. Instrumen Pengambilan Data

Instrument pengambilan data digunakan untuk pengambilan data prestasi

belajar siswa yang berupa tes kognitif, angket interaksi sosial, angket sikap ilmiah

dan angket afektif. Kognitif proses menggunakan lembar observasi. Bentuk tes

prestasi belajar kognitif yang digunakan adalah pilihan ganda (multiple choice)

dengan empat alternatif jawaban sebanyak 30 soal yang diberikan setelah

pembelajaran selesai. Sedangkan pengambilan data yang menggunakan angket

adalah interaksi sosial 40 soal, sikap ilmiah 40 soal dan afektif 40 soal. Angket

interaksi sosial dan sikap ilmiah diberikan sebelum pembelajaran sedangkan

angket afektif diberikan setelah pembelajaran.

G. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan pada siswa kelas VIID di SMP N 3 Sintang,

dengan alasan siswa pada kelas VII ini memiliki karakteristik yang sama dengan

sampel yang akan diteliti. Uji coba instrumen dilakukan dengan tujuan agar

mendapatkan instrument yang memenuhi persyaratan yaitu memiliki tingkat

Page 93: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

reliabilitas, taraf kesukaran soal dan daya pembeda soal. Sedangkan instrumen

angket dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen.

1. Uji Validitas

Untuk mengetahui validitas tes prestasi belajar kognitif, interaksi sosial,

sikap ilmiah, dan afektif pada penelitian ini menggunakan validitas konstruksi,

yaitu dengan menggunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Dalam hal ini

setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan

berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para

ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Para ahli akan

memberikan keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada

perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan

minimal 2 orang dan umumnya yang sesuai lingkup yang diteliti.

Setelah pengujian konstruksi dari ahli maka diteruskan dengan uji coba instrumen.

2. Uji Reliabilitas

Taraf reliabilitas suatu instrumen adalah taraf sampai dimana suatu

instrumen mampu menunjukkan konsistensinya. Instrumen dikatakan baik jika

dapat memberikan hasil yang sama apabila diberikan oleh orang lain dalam waktu

yang sama atau oleh orang yang sama dalam waktu yang berbeda. Dengan kata

lain uji reliabilitas adalah uji keajegan sebuah instrumen. Analisis uji reliabilitas

instrumen tes prestasi belajar, interaksi sosial, angket sikap ilmiah, dan angket

afektif menggunakan rumus Kuder Richardson 20 (KR-20) sebagai berikut:

(3.1)

Page 94: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Keterangan:

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan

n : banyaknya item

p : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

s2

: varians total

∑pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

Klasifikasi reliabilitas instrumen sebagai berikut:

0.91 – 1.00 = sangat tinggi

0.71 – 0.90 = tinggi

0.41 – 0.70 = sedang

0.21 – 0.40 = rendah

Negatif – 0.20 = sangat rendah (Masidjo, 1995)

Instrumen dikatakan reliabel apabila nilai r-hitungnnya lebih besar dari r-

tabel (r11 > rtabel). Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen dengan

signifikasi 5% untuk uji coba diperoleh data pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen rtabel rhitung Klasifikasi

Tes Prestasi Belajar

Angket Interaksi Sosial

Angket Sikap Ilmiah

Angket Afektif

0.36

0.36

0.36

0.36

0.85

0.77

0.89

0.84

Reliabilitas Tinggi

Reliabilitas Tinggi

Reliabilitas Tinggi

Reliabilitas Tinggi

Pada tabel 3.3 dapat dilihat bahwa hasil uji reliabilitas seluruh instrumen

adalah reliabel karena terbukti r11 > rtabel Sehingga instrumen dapat digunakan

untuk penelitian selanjutnya.

Page 95: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

3. Uji Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran atau tingkat kesukaran soal adalah ukuran yang

menunjukkan sukar dan tidaknya suatu soal. Taraf kesukaran adalah perbandingan

antara jumlah siswa yang menjawab benar terhadap suatu item dengan jumlah

siswa yang mengikuti tes. Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui taraf

kesukaran tes adalah : (3.2)

Keterangan :

P : taraf kesukaran

B : siswa yang menjawab soal dengan benar

JS : banyaknya peserta tes

Klasifikasi taraf kesukaran adalah sebagai berikut:

0.00 – 0.30 = soal sukar

0.30 – 0.70 = soal sedang

0.70 – 1.00 = soal mudah (Masidjo, 1995)

Berdasarkan hasil analisis indek kesukaran uji coba tes prestasi diperoleh data

pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Indek Kesukaran Tes Prestasi Belajar

Indek

Kesukaran Kualifikasi No. Soal Jumlah

0.70 – 1.00 Mudah 1, 3, 5, 6, 7, 8, 10, 12, 21, 22, 23, 24, 26,

28, 33

15

0.30 – 0.70 Sedang 2, 4, 9, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,

25, 27, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38,

39

24

0.00 – 0.30 Sukar 40 1

Jumlah 40

Page 96: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

4. Uji Taraf Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Soal yang

baik adalah soal yang dapat dijawab betul oleh sebagian besar atau semua siswa

yang berada di kelompok tinggi dan dijawab salah oleh sebagian besar siswa yang

berada di kelompok bawah. Soal yang dijawab betul oleh sebagian siswa

berkemampuan rendah dan dijawab salah oleh sebagian besar siswa kemampuan

tinggi artinya daya beda soal tersebut jelek. Soal yang mempunyai nilai daya

pembeda negatif sebaiknya dibuang dan tidak digunakan dalam evaluasi akhir.

Dari hasil uji daya pembeda diperoleh 10 soal yang mempunyai daya pembeda

negatif sehingga hanya 30 soal yang digunakan dalam penelitian. Daya pembeda

dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

DP = - (3.4)

Keterangan :

DP = Daya Pembeda

BA = jumlah jawaban benar dalam kelompok atas

NA = banyaknya siswa kelompok atas

BB = jumlah jawaban benar dalam kelompok bawah

NB = banyaknya siswa kelompok bawah

Klasifikasi daya pembeda soal :

0.00 – 0.20 = jelek

0.20 – 0.40 = cukup

Page 97: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

0.40 – 0.70 = baik

0.70 – 1.00 = baik sekali (Suharsimi, 2011)

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda uji coba tes prestasi kognitif

diperoleh data pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Daya Pembeda Tes Prestasi Belajar

Indek

Kesukaran Kualifikasi No. Soal Jumlah

0.0 – 0.20 Jelek 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 14, 16, 19, 22, 24,

26, 28, 30, 33, 35, 38, 40

20

0.20 – 0.40 Cukup 2, 3, 4, 12, 13, 17, 18, 21, 23, 25, 27, 31,

32, 34, 35, 39

15

0.40 – 0.70 Baik 14, 19, 28, 36, 37 5

0.70 – 1.00 baik sekali - -

Jumlah 40

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat

Pada penelitian ini digunakan dua macam uji prasyarat analisis yaitu uji

normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian dari

populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas digunakan

metode Lilliefors dengan prosedur:

1). H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 = Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

2) Statistik uji

Perhitungan menggunakan program SPSS.

3) Taraf signifikansi

Page 98: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Taraf signifikansi adalah angka yang menunjukkan seberapa besar peluang

terjadinya kesalahan analisa. Taraf signifikansi yang digunakan pada

penelitian ini adalah 0.05. Artinya jika probabilitas < α maka H0 ditolak data

tidak normal dan jika probabilitas > α maka H0 diterima datanya normal.

4) Daerah kritik (DK)

DK = F F > Fα,n (3.5)

Harga Fα,n dapat diperoleh dari tabel Lilliefors pada tingkat signifikansi α dan

derajat kebebasan n (ukuran sampel).

5) Keputusan uji

H0 ditolak jika p-value < 0.05

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sampel yang diambil

berasal dari populasi yang homogen atau tidak.

1) Hipotesis

H0 : populasi homogen

H1 : populasi tidak homogen

2) Taraf signifikansi

Taraf signifikansi dinotasikan dengan huruf Yunani α

3) Keputusan uji

Daerah penolakan adalah signifikansi > α

Signifikansi > α, H0 ditolak; populasi homogen atau F < F tabel

Signifikansi ≤ α, H0 tidak ditolak; populasi tidak homogen atau F > F tabel

4) Uji statistik yang digunakan adalah Uji Levene.

Page 99: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji anava tiga jalan

dan uji lanjut jika antar pembelajaran model kooperatif, interaksi sosial, dan sikap

ilmiah terdapat pengaruh yang signifikan.

a. Uji Anava tiga jalan

1) H0A: Tidak ada pengaruh pembelajaran model TPS dan NHT terhadap prestasi

belajar fisika.

H1A: Ada pengaruh pembelajaran model TPS dan NHT terhadap prestasi

belajar fisika.

2) H0B: Tidak ada pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar fisika.

H1B: Ada pengaruh pengaruh interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar fisika.

3) H0C: Tidak ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi

belajar fisika.

H1C: Ada pengaruh sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar

fisika.

4) H0AB: Tidak ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan

interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

H1AB: Ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan

interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

5) H0AC: Tidak ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan

sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

Page 100: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

H1AC: Ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan sikap

ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

6) H0BC: Tidak ada interaksi antara interaksi sosial tinggi dan rendah dengan

sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

H1BC: Ada interaksi antara antara interaksi sosial tinggi dan rendah dengan

sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar fisika.

7) H0ABC: Tidak ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan

interaksi sosial dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.

H1ABC: Ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan

interaksi sosial dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar fisika.

b. Uji Lanjut Anava

Setelah dilakukan uji analisis varians menggunakan teknik analisis anava 3

jalan 2x2x2, maka tahapan selanjutnya adalah uji lanjut anava menggunakan

metode Scheffe. Uji lanjut anava dilakukan jika H0 ditolak atau ada pengaruh yang

signifikan antara pembelajaran model TPS dan NHT, interaksi sosial tinggi dan

rendah, sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar.

Page 101: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data prestasi belajar ranah

kognitif, kognitif proses, afektif, interaksi sosial, dan sikap ilmiah. Kelima

kelompok data tersebut diambil dari penelitian pada siswa kelas VII SMP Negeri

2 Kelam Permai Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat tahun pelajaran

2012/2013. Materi yang digunakan adalah suhu dan pengukurannya.

1. Interaksi Sosial

Bentuk instrumen untuk pengambilan data interaksi sosial adalah berupa

angket. Angket interaksi sosial diberikan kepada siswa sebelum diberi perlakuan.

Tingkatan interaksi sosial ada dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Siswa yang

memperoleh nilai di atas rata-rata dikategorikan memiliki interaksi sosial tinggi

sebaliknya yang nilainya di bawah rata-rata atau sama dengan rata-rata

dikategorikan interaksi sosial rendah. Rekapitulasi data interaksi sosial pada tabel

4.1 dan rincian data terdapat pada Lampiran 20.

Tabel 4.1. Deskripsi Data Interaksi Sosial

Kelas Jumlah data Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata SD

TPS

NHT

35

36

103.00

101.00

57.00

70.00

86.51

84.50

9.62

8.48

Dari tabel 4.1 diketahui bahwa nilai interaksi sosial kelas TPS memiliki

rata-rata lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai kelas NHT.

78

Page 102: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

a. Interaksi Sosial Kelas TPS

Distribusi frekuensi data interaksi sosial kelas TPS (Tabel 4.2 dan Gambar

4.1).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Kelas TPS

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

57 – 63

64 – 70

71 – 77

78 – 84

85 – 91

92 – 98

99 – 105

1

1

3

8

10

9

3

1

2

5

13

23

32

35

2.86

2.86

8.57

22.86

28.57

25.71

8.57

Gambar 4.1 Histogram Interaksi Sosial kelas TPS

Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1 terlihat bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 85 - 91. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata lebih banyak jumlahnya dibanding dengan frekuensi interval yang terletak di

bawah nilai rata-rata.

b. Interaksi sosial Kelas NHT

Distribusi frekuensi data interaksi sosial kelas NHT (Tabel 4.3 dan Gambar

4.2).

Page 103: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Interaksi sosial Kelas NHT

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

70 – 76

77 – 83

84 – 90

91 – 97

98 – 104

6

12

8

8

2

6

18

26

34

36

17.14

34.29

22.86

22.86

5.71

Gambar 4.2 Histogram Interaksi Sosial Kelas NHT

Dari tabel 4.3 dan gambar 4.2 diketahui bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 77 – 83. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata jumlahnya sama dengan frekuensi interval yang terletak di bawah nilai rata-

rata.

2. Sikap Ilmiah

Bentuk instrumen untuk pengambilan data sikap ilmiah adalah berupa

angket sikap ilmiah. Angket sikap ilmiah diberikan kepada siswa sebelum diberi

perlakuan. Tingkatan sikap ilmiah siswa ada dua kategori yaitu tinggi dan rendah.

Siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata dikategorikan memiliki sikap ilmiah

tinggi sebaliknya yang nilainya di bawah rata-rata atau sama dengan rata-rata

dikategorikan sikap ilmiah rendah. Rekapitulasi data sikap ilmiah (Tabel 4.4) dan

rincian data terdapat pada Lampiran 20.

Page 104: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Tabel 4.4. Deskripsi Data Sikap ilmiah

Kelas Jumlah data Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-rata SD

TPS

NHT

35

36

137.00

133.00

81.00

96.00

114.34

113.42

11.84

9.75

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa rata-rata sikap ilmiah kelas TPS lebih

tinggi dibanding rata-rata sikap ilmiah kelas NHT.

a. Sikap ilmiah Kelas TPS

Distribusi frekuensi data sikap ilmiah kelas TPS (Tabel 4.5 dan Gambar 4.3)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Data Sikap Ilmiah Kelas TPS

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

81 – 87 1 1 2.86

88 – 94 0 1 0.00

95 – 101 1 2 2.86

102 – 108 9 11 25.71

109 – 115 8 19 22.86

116 – 122 6 25 17.14

123 – 129 7 7 20.00

130 – 136 2 9 5.71

137 – 143 1 10 2.86

Gambar 4.3 Histogram Sikap Ilmiah Kelas TPS

Dari tabel 4.5 dan gambar 4.3 diketahui bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 102 -108. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan frekuensi interval yang terletak

di bawah nilai rata-rata.

Page 105: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

b. Sikap ilmiah Kelas NHT

Distribusi frekuensi data sikap ilmiah kelas NHT (Tabel 4.6 dan Gambar 4.4).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Data Sikap ilmiah Kelas NHT

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

96 – 102 4 4 11.43

103 – 109 10 14 28.57

110 – 116 11 25 31.43

117 – 123 4 29 11.43

124 – 130 5 34 14.29

131 – 137 2 36 5.71

Gambar 4.4 Histogram Sikap Ilmiah Kelas NHT

Dari tabel 4.6 dan gambar 4.4 diketahui bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 110 - 116. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata lebih banyak jumlahnya dibanding dengan frekuensi interval yang terletak di

bawah nilai rata-rata.

3. Prestasi Belajar

Nilai prestasi belajar yang diamati pada penelitian ini meliputi aspek

kognitif, aspek kognitif proses, dan aspek afektif. Pengambilan data aspek

kognitif menggunakan instrumen berupa tes prestasi belajar bentuk pilihan ganda,

aspek afektif menggunakan instrumen berupa angket bentuk pilihan ganda dan

Page 106: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

untuk kognitif proses menggunakan instrumen berupa lembar observasi yang

dilakukan oleh guru lain yang berperan sebagai pengamat.

a. Prestasi Belajar Kognitif

Setelah pada sampel diberikan perlakuan dengan model pembelajaran yang

telah direncanakan, dilakukan evaluasi belajar. Tes yang diberikan pada kelas TPS

dan kelas NHT dibuat sama. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan soal juga

sama. Data yang diperoleh dari kelas TPS dan NHT (Tabel 4.7) dan rincian data

terdapat pada Lampiran 20.

Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Kognitif

Kelas Jumlah

Data

Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata SD

TPS 35 80.00 40.00 62.51 10.62

NHT 36 73.00 40.00 55.47 8.53

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa nilai rata-rata untuk kelas TPS

lebih tinggi di bandingkan nilai rata-rata kelas NHT.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Kelas TPS

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

40 – 46 2 2 5.71

47 – 53 7 9 20.00

54 – 60 7 16 20.00

61 – 67 8 24 22.86

68 – 74 6 30 17.14

75 – 81 5 35 14.29

Gambar 4.5 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Kelas TPS

Page 107: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Dari tabel 4.8 dan gambar 4.5 diketahui bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 61 - 67. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata lebih banyak jumlahnya dibanding dengan frekuensi interval yang terletak di

bawah nilai rata-rata.

Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif kelas NHT (Tabel 4.9

dan Gambar 4.6).

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Kelas NHT

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

40 – 46 3 3 8.33

47 – 53 15 18 41.67

54 – 60 9 27 25.00

61 – 67 7 34 19.44

68 – 74 2 36 5.56

75 – 81 0 36 0.00

Gambar 4.6 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Kelas NHT

Dari tabel 4.9 dan gambar 4.6 diketahui bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 47 - 53. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata jumlahnya sama dengan frekuensi interval yang terletak di bawah nilai rata-

rata.

Rekapitulasi data prestasi belajar kognitif berdasarkan tinggi rendahnya

interaksi sosial dan sikap ilmiah siswa (Tabel 4.10 dan Tabel 4.13).

Page 108: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

Tabel 4.10 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Interaksi Sosial

Interaksi Sosial Jumlah

Data

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Rata-

rata

SD

Tinggi 37 80.00 40.00 62.27 10.46

Rendah 34 77.00 40.00 55.32 8.57

Berdasarkan tabel 4.10 Perbedaan nilai rata-rata siswa yang mempunyai

interaksi sosial tinggi dan rendah tidak terlalu besar yaitu 6.95 sehingga dikatakan

tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar kognitif berdasarkan

interaksi sosial tinggi dan rendah.

Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif berdasarkan interaksi

sosial tinggi (Tabel 4.11 dan Gambar 4.7).

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan

Interaksi Sosial Tinggi

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

40 – 46 2 2 5.56

47 – 53 7 9 19.44

54 – 60 6 15 16.67

61 – 67 10 25 27.78

68 – 74 7 32 19.44

75 – 81 4 36 11.11

Gambar 4.7 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Interaksi Sosial

Tinggi

Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif berdasarkan interaksi

sosial rendah (Tabel 4.12 dan Gambar 4.8).

Page 109: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan

Interaksi Sosial Rendah

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

40 – 46 3 3 8.57

47 – 53 15 18 42.86

54 – 60 10 28 28.57

61 – 67 5 33 14.29

68 – 74 1 34 2.86

75 – 81 1 35 2.86

Gambar 4.8 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Interaksi Sosial

Rendah

Dari tabel 4.12 dan gambar 4.8 diketahui bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 47 - 53. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan frekuensi interval yang terletak

di bawah nilai rata-rata.

Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Sikap ilmiah

Sikap

Ilmiah

Jumlah

Data Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata SD

Tinggi 34 80.00 40.00 62.76 10.64

Rendah 37 73.00 40.00 55.43 8.38

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui selisih nilai rata-rata siswa yang

mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah tidak terlalu besar yaitu 7.33 sehingga

dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar

Page 110: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

kognitif berdasarkan sikap ilmiah tinggi dan rendah. Distribusi frekuensi data

prestasi kognitif berdasarkan sikap ilmiah tinggi (Tabel 4.14 dan Gambar 4.9).

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Sikap

Ilmiah Tinggi

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

40 – 46 2 2 5.88

47 – 53 6 8 17.65

54 – 60 7 15 20.59

61 – 67 8 23 23.53

68 – 74 6 29 17.65

75 – 81 5 34 14.71

Gambar 4.9 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Sikap Ilmiah

Tinggi

Berdasarkan tabel 4.14 dan gambar 4.9 diketahui bahwa frekuensi

terbanyak terletak pada interval 61 - 67. Frekuensi interval yang terletak di atas

nilai rata-rata jumlahnya lebih banyak dengan frekuensi interval yang terletak di

bawah nilai rata-rata.

Distribusi frekuensi data prestasi kognitif berdasarkan sikap ilmiah rendah

(Tabel 4.15 dan Gambar 4.10).

Page 111: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Sikap

Ilmiah Rendah

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

40 - 46 3 3 8.11

47 - 53 16 19 43.24

54 - 60 9 28 24.32

61 - 67 7 35 18.92

68 - 74 2 37 5.41

75 - 81 0 37 0.00

Gambar 4.10 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Sikap Ilmiah

Rendah

Berdasarkan tabel 4.15 dan gambar 4.10 diketahui bahwa frekuensi

terbanyak terletak pada interval 47 - 53. Frekuensi interval yang terletak di atas

nilai rata-rata jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan frekuensi interval

yang terletak di bawah nilai rata-rata.

b. Prestasi Belajar Kognitif Proses

Pada kegiatan pembelajaran masing-masing kelas melakukan kegiatan

diskusi. Kelas TPS berdiskusi berpasangan dan kelas NHT berdiskusi 5 anak

dalam satu kelompok. Siswa melakukan diskusi setelah mengamati kegiatan

demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Pada proses pembelajaran ini siswa

melakukan kegiatan yang disebut kognitif proses.

Page 112: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Penilaian kegiatan kognitif proses secara kelompok meliputi merumuskan

masalah, merumuskan hipotesis, mengisi tabel, melakukan analisis, dan

menyimpulkan. Data nilai yang diperoleh dari kelas TPS dan NHT pada tabel

4.16.

Tabel 4.16 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses

Kelas Jumlah Data Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata SD

TPS 35 78.00 50.00 66.91 6.44

NHT 36 70.00 48.00 61.83 5.66

Dari data di atas diketahui bahwa nilai rata-rata prestasi belajar kognitif

proses kelas TPS lebih baik dibandingkan kelas NHT. Distribusi frekuensi data

prestasi belajar kognitif proses kelas TPS (Tabel 4.17 dan Gambar 4.11).

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Proses Kelas TPS

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

48 – 54 1 1 2.86

55 – 61 5 6 14.29

62 – 68 16 22 45.71

69 – 75 9 31 25.71

76 – 82 4 35 11.43

Gambar 4.11 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Proses Kelas TPS

Dari tabel 4.17 dan gambar 4.11 terlihat bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 62 - 68. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

Page 113: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

rata lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan frekuensi interval yang terletak

di bawah nilai rata-rata.

Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif proses kelas NHT (Tabel

4.18 dan Gambar 4.12).

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Proses Kelas NHT

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

48 – 54 7 7 19.44

55 – 61 10 17 27.78

62 – 68 13 30 36.11

69 – 75 6 36 16.67

76 – 82 0 36 0.00

Gambar 4.12 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Proses Kelas NHT

Dari tabel 4.18 dan gambar 4.12 terlihat bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 62 – 68. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan frekuensi interval yang terletak

di bawah nilai rata-rata.

Rekapitulasi data prestasi belajar kognitif proses berdasarkan tinggi

rendahnya interaksi sosial dan sikap ilmiah.

Page 114: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses Berdasarkan Interaksi

Sosial

Interaksi

Sosial

Jumlah

Data

Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Rata-rata SD

Tinggi 37 78.00 50.00 64.86 5.54

Rendah 34 78.00 48.00 63.76 9.05

Berdasarkan tabel 4.19 diketahui selisih nilai rata-rata siswa yang

mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah terlalu kecil yaitu1.1 sehingga dapat

dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar

kognitif proses berdasarkan interaksi sosial tinggi dan rendah.

Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif proses berdasarkan

interaksi sosial tinggi (Tabel 4.20 dan Gambar 4.13).

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses

Berdasarkan Interaksi Sosial Tinggi

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

48 - 54 2 2 5.41

55 - 61 7 9 18.92

62 - 68 20 29 54.05

69 - 75 7 36 18.92

76 - 82 1 37 2.70

Gambar 4.13 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Proses Berdasarkan Interaksi

Sosial Tinggi

Dari tabel 4.20 dan gambar 4.13 diketahui bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 62 - 68. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

Page 115: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

rata jumlahnya lebih banyak dengan frekuensi interval yang terletak di bawah

nilai rata-rata.

Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif proses berdasarkan

interaksi sosial rendah (Tabel 4.21 dan Gambar 4.14).

Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses

Berdasarkan Interaksi Sosial Rendah

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

48 – 54 2 2 5.88

55 – 61 12 14 35.29

62 – 68 12 26 35.29

69 – 75 5 31 14.71

76 – 82 3 34 8.82

Gambar 4.14 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Proses Berdasarkan Interaksi

Sosial Rendah

Berdasarkan tabel 4.21 dan gambar 4.14 diketahui bahwa frekuensi

terbanyak terletak pada interval 55 – 61 dan 62 - 68. Frekuensi interval yang

terletak di atas nilai rata-rata jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan

frekuensi interval yang terletak di bawah nilai rata-rata.

Tabel 4.22 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses Berdasarkan Sikap

Ilmiah

Sikap

Ilmiah

Jumlah Data Nilai

Tertinggi

Nilai

Terendah

Rata-

rata

SD

Tinggi 37 78.00 48.00 64.65 1.06

Rendah 34 78.00 50.00 64.05 6.83

Page 116: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

Dari tabel 4.22 diketahui selisih nilai rata-rata siswa yang mempunyai

sikap ilmiah tinggi dan rendah yaitu 0.6 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar kognitif proses sikap ilmiah

tinggi dengan sikap ilmiah rendah.

Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif proses berdasarkan sikap

ilmiah tinggi (Tabel 4.23 dan Gambar 4.15).

Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses

Berdasarkan Sikap Ilmiah Tinggi

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

48 – 54 2 2 5.88

55 – 61 8 10 23.53

62 – 68 17 27 50.00

69 – 75 5 32 14.71

76 – 82 2 34 5.88

Gambar 4.15 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Proses Berdasarkan Sikap

Ilmiah Tinggi

Dari tabel 4.23 dan gambar 4.15 diketahui bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 62 - 68. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan frekuensi interval yang terletak

di bawah nilai rata-rata.

Page 117: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif proses berdasarkan sikap

ilmiah rendah (Tabel 4.24 dan Gambar 4.16).

Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Proses

Berdasarkan Sikap Ilmiah Rendah

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

48 – 54 2 2 5.41

55 – 61 11 13 29.73

62 – 68 14 27 37.84

69 – 75 8 35 21.62

76 – 82 2 37 5.41

Gambar 4.16 Histogram Prestasi Belajar Kognitif Proses Berdasarkan Sikap

Ilmiah Rendah

Dari tabel 4.24 dan gambar 4.16 diketahui bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 62 - 68. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan frekuensi interval yang terletak

di bawah nilai rata-rata.

c. Prestasi Belajar Afektif

Selain prestasi belajar kognitif, pada pembelajaran ini juga diadakan

penilaian pada ranah afektif. Penilaian ranah afektif pada penelitian ini adalah

penilaian menggunakan angket afektif dan diberikan setelah pembelajaran selesai.

Penilaian pada ranah afektif meliputi disiplin, kejujuran, tanggungjawab,

Page 118: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

bekerjasama, dan komunikasi. Angket yang diberikan pada kelas TPS dan NHT

dibuat sama dan waktu yang digunakan untuk mengerjakan juga sama. Data yang

diperoleh dari kelas TPS dan NHT pada tabel 4.25.

Tabel 4.25 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif

Kelas Jumlah Data Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata SD

TPS 35 110.00 77.00 94.66 9.27

NHT 36 101.00 77.00 87.75 6.89

Dari data di atas diketahui bahwa nilai rata-rata prestasi belajar afektif

kelas TPS lebih baik dibandingkan kelas NHT. Distribusi frekuensi data prestasi

belajar afektif kelas TPS (Tabel 4.26 dan Gambar 4.17)

Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas TPS

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

77 – 83 5 5 14.29

84 – 90 8 13 22.86

91 – 97 9 22 25.71

98 – 104 6 29 20.00

105 – 111 7 35 17.14

Gambar 4.17 Histogram Prestasi Belajar Afektif Kelas TPS

Dari tabel 4.26 dan gambar 4.17 terlihat bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 91 - 97. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

Page 119: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

rata lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan frekuensi interval yang terletak

di bawah nilai rata-rata.

Distribusi frekuensi data prestasi belajar afektif kelas NHT (Tabel 4.27

dan Gambar 4.18)

Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kelas NHT

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

77 – 83 11 11 29.73

84 – 90 12 23 32.43

91 – 97 11 34 29.73

98 – 104 3 37 8.11

105 – 111 0 37 0.00

Gambar 4.18 Histogram Prestasi Belajar Afektif Kelas NHT

Dari tabel 4.27 dan gambar 4.18 terlihat bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 84 – 90. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan frekuensi interval yang terletak

di bawah nilai rata-rata.

Rekapitulasi data prestasi belajar afektif berdasarkan tinggi rendahnya

interaksi sosial dan sikap ilmiah (Tabel 4.28 dan Tabel 4.31).

Page 120: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Tabel 4.28 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Interaksi sosial

Interaksi

Sosial

Jumlah

Data Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata SD

Tinggi 37 110.00 78.00 94.41 7.10

Rendah 34 109.00 77.00 87.62 9.05

Berdasarkan tabel 4.28 diketahui selisih nilai rata-rata siswa yang

mempunyai interaksi sosial tinggi dan rendah tidak terlalu besar yaitu 6.79

sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara

prestasi kognitif berdasarkan interaksi sosial tinggi dan rendah.

Distribusi frekuensi data prestasi belajar afektif berdasarkan interaksi

sosial tinggi (Tabel 4.29 dan Gambar 4.19).

Tabel 4.29 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan

Interaksi Sosial Tinggi

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

77 – 83 6 6 16.22

84 – 90 4 10 10.81

91 – 97 14 24 37.84

98 – 104 7 31 18.92

105 – 111 6 37 16.22

Gambar 4.19 Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Interaksi Sosial

Tinggi

Page 121: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Dari tabel 4.29 dan gambar 4.19 diketahui bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 91 - 97. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata jumlahnya lebih banyak dengan frekuensi interval yang terletak di bawah

nilai rata-rata.

Distribusi frekuensi data prestasi belajar afektif berdasarkan interaksi

sosial rendah (Tabel 4.30 dan Gambar 4.20).

Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan

Interaksi Sosial Rendah

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

77 – 83 10 10 29.41%

84 – 90 16 26 47.06%

91 – 97 5 31 14.71%

98 - 104 2 33 5.88%

105 - 111 1 34 2.94%

Gambar 4.20 Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Interaksi Sosial

Rendah

Dari tabel 4.30 dan gambar 4.20 diketahui bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 84 - 90. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan frekuensi interval yang terletak

di bawah nilai rata-rata.

Page 122: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

Tabel 4.31 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Sikap Ilmiah

Sikap Ilmiah Jumlah

Data Nilai Tertinggi Nilai Terendah

Rata-

rata SD

Tinggi 34 110.00 77.00 96.06 1.06

Rendah 37 102.00 77.00 86.65 6.49

Dari data pada tabel 4.31 diketahui selisih nilai rata-rata siswa yang

mempunyai sikap ilmiah tinggi dan rendah yaitu 9.41 sehingga dapat dikatakan

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar afektif sikap

ilmiah tinggi dengan sikap ilmiah rendah.

Distribusi frekuensi data prestasi belajar afektif berdasarkan sikap ilmiah

tinggi (Tabel 4.32 dan Gambar 4.21).

Tabel 4.32 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Sikap

Ilmiah Tinggi

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumlatif Frekuensi Relatif %

77 – 83 3 3 8.82

84 – 90 4 7 11.76

91 – 97 14 21 41.18

98 – 104 6 27 17.65

105 - 111 7 34 20.59

Gambar 4.21 Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Sikap Ilmiah

Tinggi

Berdasarkan tabel 4.32 dan gambar 4.21 diketahui bahwa frekuensi

terbanyak terletak pada interval 84 - 90. Frekuensi interval yang terletak di atas

Page 123: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

nilai rata-rata jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan frekuensi interval

yang terletak di bawah nilai rata-rata.

Distribusi frekuensi data prestasi belajar afektif berdasarkan sikap ilmiah

rendah (Tabel 4.33 dan Gambar 4.22).

Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Sikap

Ilmiah Rendah

Nilai interval Frekuensi Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif %

77 - 83 13 13 35.14

84 - 90 16 29 43.24

91 - 97 5 34 13.51

98 - 104 3 37 8.11

105 - 111 0 37 0.00

Gambar 4.22 Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Sikap Ilmiah

Rendah

Dari tabel 4.33 dan gambar 4.22 diketahui bahwa frekuensi terbanyak

terletak pada interval 84 - 90. Frekuensi interval yang terletak di atas nilai rata-

rata jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan frekuensi interval yang terletak

di bawah nilai rata-rata.

Page 124: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

B. Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas dengan metode

Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas dengan interval kepercayaan 95%, maka

nilai α = 5%. Apabila p-v > α maka sampel terdistribusi normal (H0 diterima) dan

jika sampel tidak terdistribusi normal (H0 ditolak) jika p-v < α. Berikut adalah

rangkuman hasil uji normalitas prestasi belajar kognitif, kognitif proses, dan

afektif (Tabel 4.34). Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.

Tabel 4.34 Hasil Uji Normalitas Presatasi Belajar Kognitif, Kognitif Proses, Dan

Afektif

Variabel p-v

kognitif

p-v

kognitif proses

p-v

afektif

Prestasi belajar TPS

Prestasi belajar NHT

Prestasi interaksi sosial tinggi

Prestasi interaksi sosial rendah

Prestasi sikap ilmiah tinggi

Prestasi sikap ilmiah rendah

0.200

0.200

0.200

0.111

0.200

0.128

0.200

0.200

0.200

0.132

0.200

0.200

0.200

0.200

0.200

0.200

0.200

0.200

Dari tabel 4.34 diketahui bahwa uji normalitas menurut Kolmogorov-

Smirnova

p-v > 0.05 sehingga semua data yang diperoleh adalah terdistribusi

normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sampel yang digunakan

homogen atau tidak. Sampel dikatakan homogen jika harga signifikansi > 0.05

dan tidak homogen jika harga signifikansi < 0.05. Rangkuman hasil uji

homogenitas prestasi belajar kognitif, kognitif proses, dan afektif (Tabel 4.35).

Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.

Page 125: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Tabel 4.35 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif, kognitif proses, Dan

Afektif

Variabel p-v

kognitif

p-v

kognitif proses

p-v

afektif

Model Kooperatif TPS dan NHT 0.111 0.638 0.78

Interaksi Sosial 0.163 0.058 0.14

Sikap Ilmiah

0.134 0.853 0.61

Dari hasil uji homogenitas diperoleh p-v > 0.05 maka H0 ditolak. Jadi

keputusannya data kognitif, kognitif proses, dan afektif dalam penelitian berasal

dari populasi yang homogen.

C. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan adalah anava tiga jalan dengan desain

faktorial 2x2x2 dan uji lanjut jika antar model pembelajaran kooperatif, interaksi

sosial, dan sikap ilmiah terdapat pengaruh yang signifikan. Kriteria penerimaan

hipotesis adalah jika p-v lebih kecil dari ( < ) 0.05 maka H0 diterima dan jika p-v

lebih besar dari ( > ) 0.05 maka H0 ditolak.

1. Uji Anava

Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel

tidak sama. Hasil analisis variansi data pretasi belajar kognitif, kognitif proses,

dan afektif dihitung dengan menggunakan General Linier Model. Adapun

ringkasan hasil uji anava prestasi belajar kognitif, kognitif proses, dan afektif

(Tabel 4.36). Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24.

Page 126: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

Tabel 4.36 Rangkuman Hasil uji Anava Prestasi Belajar Kognitif, Kognitif

Proses, Dan Afektif

Variabel p-v

kognitif

p-v

kognitif proses

p-v

afektif

Kooperatif .007 .000 .000

interaksi_sosial .034 .720 .031

sikap_ilmiah .020 .957 .000

kooperatif * interaksi_sosial .599 .022 .195

kooperatif * sikap_ilmiah .038 .666 .272

interaksi_sosial * sikap_ilmiah .972 .681 .045

kooperatif * interaksi_sosial * sikap_ilmiah .544 .343 .279

Dari tabel 4.36 menunjukkan bahwa ada pengaruh pembelajaran model

TPS dan NHT terhadap prestasi belajar kognitif, kognitif proses, dan afektif. Hal

itu dapat dilihat dari nilai signifikansinya.

Pada baris interaksi sosial atau hipotesis kedua, hasil analisis menunjukkan

ada pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif tetapi

tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif proses.

Hipotesis ketiga menyatakan ada pengaruh sikap ilmiah siswa terhadap

prestasi belajar kognitif dan afektif tetapi tidak berpengaruh terhadap prestasi

belajar kognitif proses.

Hipotesis keempat menyatakan tidak ada interaksi antara model yang

digunakan dalam penelitian ini dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar

kognitif dan afektif tetapi ada interaksi terhadap prestasi belajar kognitif proses.

Hipotesis kelima menyatakan ada interaksi antara model yang digunakan

dalam penelitian ini dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif tetapi

tidak ada interaksi terhadap prestasi belajar kognitif proses dan afektif.

Page 127: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Hipotesis keenam tidak ada interaksi antara interaksi sosial dengan sikap

ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif dan kognitif proses tetapi ada interaksi

terhadap prestasi belajar afektif .

Hipotesis ketujuh tidak ada interaksi antara pembelajaran model TPS dan

NHT dengan interaksi sosial dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif,

kognitif proses, dan afektif.

2. Uji Lanjut Anava

Uji lanjut anava menggunakan metode Scheffe. Uji lanjut anava dilakukan

jika H0 ditolak atau ada pengaruh yang signifikan antara pembelajaran model TPS

dan NHT, interaksi sosial tinggi dan rendah, sikap ilmiah tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar.

Uji lanjut anava untuk prestasi belajar kognitif dilakukan pada hipotesis

kelima, prestasi belajar afektif dilakukan pada hipotesis keenam, dan prestasi

belajar kognitif proses dilakukan pada hipotesis keempat. Hasil analisis

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25.

a. Kognitif

1. Hipotesis 5 (H0AC)

Hipotesis H0AC adalah interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT

dengan sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif. Hasil uji

lanjut untuk mengetahui manakah yang berpengaruh signifikan antara model TPS

dan NHT dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif. Dari hasil uji

Scheffe dengan faktor i dan j maka dapat diartikan sebagai berikut ini:

Page 128: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

a) Nilai perbedaan antara NHT dengan sikap ilmiah rendah dan TPS dengan sikap

ilmiah rendah (Mean Difference (I-J)) = 3.1608 dan signifikan = 0.752, karena

nilai signifikan > 0.05 maka interaksi antara NHT dengan sikap ilmiah rendah

dan TPS dengan sikap ilmiah rendah tidak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap prestasi belajar kognitif.

b) Nilai perbedaan antara NHT dengan sikap ilmiah tinggi dan TPS dengan sikap

ilmiah tinggi (Mean Difference (I-J)) = 11.0588 dan signifikan = 0.006, karena

nilai signifikan < 0.05 maka interaksi antara NHT dengan sikap ilmiah tinggi

dan TPS dengan sikap ilmiah tinggi memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap prestasi belajar kognitif.

c) Nilai perbedaan antara NHT dengan sikap ilmiah rendah dan TPS dengan sikap

ilmiah tinggi (Mean Difference (I-J)) = 14.3994 dan signifikan = 0.000, karena

nilai signifikan < 0.05 maka interaksi antara NHT dengan sikap ilmiah rendah

dan TPS dengan sikap ilmiah tinggi memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap prestasi belajar kognitif.

d) Nilai perbedaan antara NHT dengan sikap ilmiah tinggi dan TPS dengan sikap

ilmiah rendah (Mean Difference(I-J)) = 11.2386 dan signifikan = 0.004, karena

nilai signifikan < 0.05 maka interaksi antara NHT dengan sikap ilmiah tinggi

dan TPS dengan sikap ilmiah rendah memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap prestasi belajar kognitif.

Page 129: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

b. Kognitif Proses

1. Hipotesis 4 (H0AB)

Hipotesis H0AB adalah interaksi antara pembelajaran model TPS dan NHT

dengan interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif proses.

Hasil uji lanjut untuk mengetahui manakah yang berpengaruh signifikan antara

model TPS dan NHT dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar kognitif.

Dari hasil uji Scheffe dengan faktor i dan j maka dapat diartikan sebagai berikut

ini:

a) Nilai perbedaan antara NHT dengan interaksi sosial rendah dan TPS dengan

interaksi sosial rendah (Mean Difference (I-J)) = 8.5333 dan signifikan p =

0.001, karena nilai signifikan < 0.05 maka interaksi antara kooperatif NHT

dengan interaksi sosial rendah dan TPS dengan interaksi sosial rendah tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif proses.

b) Nilai perbedaan antara NHT dengan interaksi sosial tinggi dan TPS dengan

interaksi sosial tinggi (Mean Difference (I-J)) = 1.8176 dan signifikan = 0.832

karena nilai signifikan > 0.05 maka interaksi antara NHT dengan interaksi

sosial tinggi dan TPS dengan interaksi sosial tinggi tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif proses.

c) Nilai perbedaan antara NHT dengan interaksi sosial rendah dan TPS dengan

interaksi sosial tinggi (Mean Difference (I-J)) = 5.7000 dan signifikan = 0.035,

karena nilai signifikan < 0.05 maka interaksi antara NHT dengan interaksi

sosial rendah dan TPS dengan interaksi sosial tinggi memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif proses.

Page 130: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

d) Nilai perbedaan antara NHT dengan interaksi sosial tinggi dan TPS dengan

interaksi sosial rendah (Mean Difference (I-J)) = 0.25333 dan signifikan =

0.580 karena nilai signifikan > 0.05 maka interaksi antara NHT dengan

interaksi sosial tinggi dan TPS dengan interaksi sosial rendah memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif proses.

c. Afektif

1. Hipotesis 6 (H0BC)

Hipotesis H0AB adalah interaksi antara interaksi sosial tinggi dan rendah

dengan sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif. Hasil uji

lanjut untuk mengetahui manakah yang berpengaruh signifikan antara interaksi

social dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif. Dari hasil uji Scheffe

dengan faktor i dan j maka dapat diartikan sebagai berikut ini:

a) Nilai perbedaan antara sikap ilmiah rendah dengan interaksi sosial rendah dan

sikap ilmiah tinggi dengan interaksi sosial rendah (Mean Difference (I-J)) =

5.0750 dan signifikan = 0.333, karena nilai signifikan > 0.05 maka interaksi

antara sikap ilmiah rendah dengan interaksi sosial rendah dan sikap ilmiah

tinggi dengan interaksi sosial rendah memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap prestasi belajar afektif.

b) Nilai perbedaan antara sikap ilmiah rendah dengan interaksi sosial tinggi dan

sikap ilmiah tinggi dengan interaksi sosial tinggi (Mean Difference (I-J)) =

10.4679 dan probabilitas signifikan = 0.001 karena nilai signifikan < 0.05

maka interaksi antara sikap ilmiah rendah dengan interaksi sosial tinggi dan

Page 131: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

sikap ilmiah tinggi dengan interaksi sosial tinggi tidak memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap prestasi belajar afektif.

c) Nilai perbedaan antara sikap ilmiah rendah dengan interaksi sosial rendah dan

sikap ilmiah tinggi dengan interaksi sosial tinggi (Mean Difference (I-J)) =

5.0750 dan signifikan = 0.000, karena nilai signifikan < 0.05 maka interaksi

antara sikap ilmiah rendah dengan interaksi sosial rendah dan sikap ilmiah

tinggi dengan interaksi sosial tinggi memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap prestasi belajar afektif.

d) Nilai perbedaan antara sikap ilmiah rendah dengan interaksi sosial tinggi dan

sikap ilmiah tinggi dengan interaksi sosial rendah (Mean Difference (I-J)) =

3.5846 dan signifikan = 0.710 karena nilai signifikan > 0.05 maka interaksi

antara sikap ilmiah rendah dengan interaksi sosial tinggi dan sikap ilmiah

tinggi dengan interaksi sosial rendah memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap prestasi afektif.

D. Pembahasan

1. Hipotesis pertama

Berdasarkan hasil uji Anava didapatkan P-value < 0,05 untuk aspek

kognitif, kognitif proses, dan afektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

model TPS dan NHT berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar

kognitif, kognitif proses, dan afektif. Model TPS menghasilkan prestasi belajar

yang lebih tinggi dibandingkan model NHT. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian Yulaina (2011) yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif

berpengaruh terhadap prestasi belajar. TPS lebih efektif dibanding NHT.

Page 132: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Beberapa hal yang mendukung keberhasilan model TPS lebih baik dari

model NHT, diantaranya model TPS merupakan suatu strategi pembelajaran yang

tumbuh dari penelitian pembelajaran kooperatif. TPS juga memberi kesempatan

siswa untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain (Anita, 2010).

Ada tiga ciri khusus tahap pembelajaran TPS yaitu: 1) tahap Think, yaitu siswa

diberikan kesempatan untuk melatih kemampuan secara individu; 2) tahap Pair,

yaitu siswa bertukar gagasan atau ide dengan teman pasangannya; 3) tahap Share,

yaitu siswa membagikan gagasan atau ide pada saat tahap Pair dengan teman

sekelas. Dalam tahapan thinking, pairing, dan sharing inilah kecakapan siswa

dalam berkomunikasi yang meliputi kecakapan, mendengar, berbicara, membaca,

maupun menuliskan gagasan atau pendapatnya ketika pembelajaran berlangsung

akan terlihat (Yulaina, 2011). Berdasarkan tahap-tahap pembelajaran TPS tersebut

aktivitas siswa akan berkembang karena pembelajaran tidak lagi berpusat pada

guru melainkan pada kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa sesuai dengan

prinsip kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian pembelajaran model TPS

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Model NHT atau kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor

tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk

menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi. Isjoni (2009), model

NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan

pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu model ini mendorong siswa

untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

Page 133: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Dengan menggunakan model ini, siswa tidak hanya sekedar paham konsep

yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan

teman-temannya, belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat

teman, rasa kepedulian pada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep

tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi, suasana kelas yang rileks

dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa yang mendominasi dalam

kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk

tampil menjawab pertanyaan.

Dalam penelitian ini siswa pada kelas NHT mempunyai prestasi belajar

yang tidak lebih baik dibandingkan dengan kelas TPS. Hal ini kemungkinan

dikarenakan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru dan tidak semua

anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2. Hipotesis kedua

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel

tidak sama aspek kognitif diperoleh p-v < 0.05 maka HO ditolak, aspek afektif

diperoleh p-v < 0.05 maka HO ditolak, dan aspek kognitif proses diperoleh p-v >

0.05 maka H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa interaksi

sosial tinggi dan rendah berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar

kognitif dan afektif, dimana siswa dengan interaksi sosial tinggi mempunyai

prestasi yang lebih baik dibandingkan siswa yang berinteraksi sosial rendah, tetapi

tidak berpengaruh pada prestasi belajar kognitif proses.

Interaksi sosial dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai hubungan-

hubungan sosial yang dinamis. Hubungan yang dimaksud dapat berupa hubungan

Page 134: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu

dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu.

Proses pembelajaran model TPS dan NHT, siswa dibagi menjadi

kelompok-kelompok. Agar kedua model itu dapat berjalan dengan baik diperlukan

interaksi sosial yang baik pula yaitu berupa interaksi sosial dengan siswa lain,

interaksi sosial dengan guru, dan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah.

Interaksi sosial yang baik akan membuat komunikasi antar anggota kelompok dan

komunikasi dengan guru menjadi lancar, hal ini dapat mempermudah dalam

penyampaian dan pemahaman materi, sehingga interaksi sosial dimungkinkan

dapat mempengaruhi proses pembelajaran baik itu pembelajaran model TPS

maupun NHT. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa siswa dengan

interaksi sosial tinggi memiliki prestasi belajar yang tinggi pula. Sejalan dengan

penelitian Anop (2008) dalam jurnalnya menyimpulkan bahwa merupakan hal

yang wajar untuk berpikir bahwa kita belajar paling baik jika kita telah

berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Membangun dimensi sosial

akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Tidak adanya pengaruh interaksi sosial terhadap prestasi belajar kognitif

proses dapat disebabkan karena tidak adanya kontak sosial dan komunikasi antara

siswa.

3. Hipotesis ketiga

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel

tidak sama aspek kognitif diperoleh p-v < 0.05 maka H0 ditolak, aspek afektif

diperoleh p-v < 0.05 maka H0 ditolak, dan aspek kognitif proses diperoleh p-v >

Page 135: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

0.05 maka H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap ilmiah

berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif tetapi

tidak berpengaruh pada prestasi belajar kognitif proses.

Sikap ilmiah dalam penelitian ini adalah kecenderungan individu untuk

bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis

melalui langkah-langkah. Adapun ciri-ciri siswa yang memiliki sikap ilmiah

tinggi adalah memiliki rasa ingin tahu besar, mau menerima gagasan baru,

memiliki kejujuran, memiliki rasa kerendahan hati, obyektif, mampu bekerjasama

dengan baik, teliti, berpikir positif atas kegagalan, dan bertanggung jawab. Maka

siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi mempunyai prestasi belajar lebih tinggi

dibandingkan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah. Sejalan dengan penelitian

Dermibas (2009) menunjukkan bahwa siswa harus menguasai sikap ilmiah untuk

menghapal dan memecahkan masalah ilmu pengetahuan.

Pada kegiatan pembelajaran dengan demonstrasi tidak semua siswa dapat

melakukan kegiatan. Hanya siswa-siswa tertentu yang melakukan kegiatan. Siswa

yang tidak ditunjuk untuk melakukan kegiatan demonstrasi tidak dapat

menunjukkan sikap ilmiahnya. Selain itu pembentukan kelompok kerja yang tidak

maksimal. Pembentukan kelompok dibatasi oleh jenis kelamin. Dari kondisi itu

diketahui bahwa sikap ilmiah kurang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hasil

dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh sikap ilmiah

terhadap prestasi belajar kognitif proses.

Page 136: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

4. Hipotesis keempat

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel

tidak sama aspek kognitif diperoleh p-v > 0.05 maka H0 diterima, aspek afektif

diperoleh p-v 0.195 > 0.05 maka H0 diterima, dan aspek kognitif proses diperoleh

p-v < 0.05 maka H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada

interaksi antara model TPS dan NHT dengan interaksi sosial secara signifikan

terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi ada interaksi pada prestasi

belajar kognitif proses.

Pertukaran ilmu pengetahuan antara siswa satu dengan yang lainnya akan

memperbanyak tambahan wawasan seorang siswa. Ketika wawasan atau

pengetahuan semakin banyak maka kemungkinan untuk mencapai hasil belajar

yang maksimal akan tercapai. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Anop

(2008), yang menyatakan bahwa “Contructivism and peer collaboration in

elementary mathematics educations the connection epistemology”. Merupakan hal

yang wajar untuk berpikir bahwa kita belajar paling baik jika kita telah

berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Membangun dimensi sosial

akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Hasil dari penelitian ini ternyata tidak ada interaksi antara model TPS dan

NHT dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Hal ini

disebabkan dari pelaksanaan TPS dan NHT yang kurang maksimal. Pembentukan

kelompok kerja masih dibatasi oleh jenis kelamin, sehingga dari segi kemampuan

individu pembentukan kelompok kurang merata. Prestasi yang diraih oleh siswa

lebih dipengaruhi oleh kemampuannya sendiri, bukan hasil kerja kelompok.

Page 137: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

Sedangkan pada prestasi belajar kognitif proses ada interaksi antara model

pembelajaran dengan interaksi sosial. Hal ini berdasarkan hipotesis pertama,

pembelajaran fisika menggunakan model TPS lebih baik dari pada menggunakan

model NHT terhadap prestasi belajar. Model pembelajaran dan interaksi sosial

mempengaruhi prestasi belajar kognitif proses secara bersamaan, sehingga ada

interaksi antara keduanya karena keduanya mendukung pembelajaran kooperatif.

5. Hipotesis kelima

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel

tidak sama aspek kognitif diperoleh p-v < 0.05 maka H0 ditolak, aspek afektif

diperoleh p-v > 0,05 maka H0 diterima, dan aspek kognitif proses diperoleh p-v >

0.05 maka H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada interaksi

antara model TPS dan NHT dengan sikap ilmiah secara signifikan terhadap

prestasi belajar kognitif, tetapi tidak ada interaksi terhadap prestasi belajar afektif

dan kognitif proses.

Sikap mempunyai tiga komponen yaitu kognitif yang berhubungan dengan

pengetahuan, afektif yang berhubungan dengan perasaan dan psikomotoris yang

berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak. Struktur kognitif

merupakan pangkal terbentuknya sikap seseorang. Struktur kognitif ini sangat

ditentukan oleh pengetahuan atau informasi yang berhubungan dengan sikap,

yang diterima seseorang. Sikap yang dikembangkan dalam sains adalah sikap

ilmiah yang dikenal dengan “scientific attitude” (Linggar, 2011). Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa ada interaksi antara model TPS dan NHT

dengan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kognitif. Sedangkan pada afektif dan

Page 138: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

kognitif proses tidak ada interaksi antara model TPS dan NHT dikarenakan sikap

ilmiah ini kemungkinan sudah ada didalam diri siswa sebelum diberikan model

pembelajaran baik model TPS maupun NHT.

6. Hipotesis keenam

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel

tidak sama aspek kognitif diperoleh p-v > 0.05 maka H0 diterima, aspek afektif

diperoleh p-v < 0.05 maka H0 ditolak, dan aspek kognitif proses diperoleh p-v >

0.05 maka H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada

interaksi antara interaksi sosial dan sikap ilmiah secara signifikan terhadap

prestasi belajar kognitif dan kognitif proses, tetapi ada interaksi pada prestasi

belajar afektif.

Interaksi sosial dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai hubungan-

hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial dapat berupa hubungan antara

individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu dengan

kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Sedangkan sikap

ilmiah siswa dapat diartikan sebagai sikap yang diwujudkan dalam bentuk

perilaku aktual yang bersifat keilmuan terhadap stimulus tertentu. Beberapa sikap

ilmiah yang dikemukan oleh Brotowidjoyo (1985) yang biasa dilakukan oleh para

ahli dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain: sikap

ingin tahu, sikap kritis, sikap obyektif, sikap ingin menemukan, sikap menghargai

karya orang lain, sikap tekun, dan sikap terbuka. Interaksi sosial dan sikap ilmiah

kemungkinan sudah ada dalam diri siswa sebelum diberi model pembelajaran

tertentu. Tetapi interaksi sosial merupakan faktor eksternal siswa (berkaitan

Page 139: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

dengan hubungan siswa dengan lingkungan sosialnya) dan sikap ilmiah cenderung

merupakan faktor internal siswa (Linggar, 2011). Sehingga dapat disimpulkan

tidak ada interaksi antara interaksi sosial tinggi dan rendah dengan sikap ilmiah

tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif dan kognitif proses.

Prestasi belajar ditentukan oleh kualitas proses pembelajaran.

Pembelajaran ditentukan oleh karakteristik masukannya, yaitu karakteristik

siswanya. Kemampuan afektif merupakan bagian dari prestasi belajar dan

memiliki hal yang penting. Sikap ilmiah merupakan komponen afektif (Krathwohl

dalam Djemari, 2007). Sikap terbentuk dan berubah sejalan dengan perkembangan

individu atau dengan kata lain sikap merupakan hasil belajar individu melalui

interaksi sosial (Suparno, 2001). Sehingga dapat disimpulkan ada interaksi antara

interaksi sosial tinggi dan rendah dengan sikap ilmiah tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar afektif.

7. Hipotesis ketujuh

Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis variansi tiga jalan dengan sel

tidak sama aspek kognitif diperoleh p-v > 0.05 maka H0 diterima, aspek afektif

diperoleh p-v > 0.05 maka H0 diterima, dan aspek kognitif proses diperoleh p-v >

0.05 maka H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada

interaksi antara model TPS dan NHT, interaksi sosial, dan sikap ilmiah secara

signifikan terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan kognitif proses.

Tujuan seorang guru memilih model-model pembelajaran adalah untuk

membuat proses pembelajarannya menjadi lebih bermakna. Bermakna dari segi

proses maupun hasil belajar. Maksud bermakna dari segi proses adalah pada saat

Page 140: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

pembelajaran berjalan, siswa semuanya aktif mengikuti jalannya proses.

Bermakna dari segi hasil maksudnya siswa dapat memperoleh nilai evaluasi yang

lebih baik dari prestasi sebelumnya. Jadi harapan dari guru adalah adanya

peningkatan prestasi belajar dari penggunaan TPS dan NHT.

Proses pembelajaran model TPS dan NHT, siswa dibagi menjadi

kelompok-kelompok. Agar kedua model itu dapat berjalan dengan baik diperlukan

interaksi sosial yang baik pula yaitu berupa interaksi sosial dengan siswa lain,

interaksi sosial dengan guru, dan interaksi sosial dengan lingkungan sekolah.

Interaksi sosial yang baik akan membuat komunikasi antar anggota kelompok dan

komunikasi dengan guru menjadi lancar, hal ini dapat mempermudah dalam

penyampaian dan pemahaman materi.

Selain dipengaruhi oleh interaksi sosial, keberhasilan model tersebut juga

dipengaruhi oleh adanya sikap ilmiah siswa, ini berkaitan dengan adanya kegiatan

demonstrasi pada proses pembelajaran materi suhu dan pengukuran. Sikap ilmiah

yang baik sangat diperlukan dalam kegiatan demonstrasi maupun penyampaian

materi. Perasaan kurang minat dan susah mengerti akan pelajaran fisika yang di

alami siswa, dikarenakan anggapan siswa terhadap pelajaran fisika yang terdiri

dari konsep, perhitungan dengan menggunakan rumus yang cukup beragam dan

rumit, serta kurangnya rasa keingintahuan dan kurang kritisnya siswa dalam

mempelajari fisika. Ini mengakibatkan siswa pasif dalam belajar fisika.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tidak ada interaksi antara

antara pembelajaran model TPS dan NHT dengan interaksi sosial dan sikap ilmiah

siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan kognitif proses. Pembelajaran

Page 141: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

model TPS dan NHT pada penelitian ini, tidak ada yang lebih efektif. Keduanya

tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Namun demikian perlu diingat

bahwa prestasi belajar yang diraih oleh siswa tidak semata-mata karena pengaruh

model pembelajaran yang digunakan, tetapi juga dipengaruhi oleh proses

persiapan model pembelajaran untuk digunakan, kelancaran proses pelaksanaan,

dan berfungsinya daya dukung yang lain.

E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini telah diusahakan semaksimal mungkin agar berjalan

sesuai rencana, akan tetapi disadari sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh tidak

sesuai dengan harapan karena pada saat proses penelitian sedang berjalan terdapat

banyak kendala yang dapat menganggu proses penelitian. Jadi penelitian tidak

lepas dari kelemahan atau keterbatasan. Kelemahan atau keterbatasan pada

penelitian ini adalah:

1. Penelitian hanya dilakukan pada satu pokok bahasan yaitu suhu dan

pengukurannya seharusnya dilakukan pada beberapa pokok bahasan.

2. Pembelajaran model TPS dan NHT baru pertama kali dilakukan dalam proses

pembelajaran di SMP Negeri 2 Kelam Permai sehingga proses belajar

mengajar yang terjadi kurang maksimal.

3. Pembentukan kelompok pada pertemuan pertama, masih menggunakan

kelompok yang sudah ada seharusnya dibentuk kelompok baru sehingga

kegiatan kooperatifnya tampak.

Page 142: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

4. Siswa sebagai obyek penelitian adalah siswa setingkat SLTP yang belum

terbiasa melakukan kegiatan diskusi sehingga masih tampak beberapa anak

yang belum konsentrasi pada materi walaupun diskusi sudah berjalan.

5. Pada kelompok TPS, ada beberapa kelompok yang kedua anggotanya

mempunyai kemampuan di bawah sehingga diskusi berpasangan tidak efektif.

6. Pembentukan kelompok berpasangan masih dibatasi oleh jenis kelamin.

Anak-anak tidak mau disuruh berkelompok dengan lain jenis.

7. Manejemen waktu yang dilakukan pada saat proses pembelajaran belum

optimal.

Page 143: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis dari penelitian yang

telah dilakukan maka diperoleh suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran model TPS dan NHT sama-sama menekankan pada keaktifan

siswa dalam kegiatan kelompok. Keterampilan yang diharapkan dapat

dikembangkan dari kedua model pembelajaran itu juga sama, yaitu

kemampuan untuk bersosialisasi atau berkomunikasi dengan teman. Tetapi

pembelajaran model TPS lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan model

NHT.

2. Siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi cenderung mendapatkan prestasi

lebih baik daripada siswa yang memiliki interaksi sosial rendah. Interaksi

sosial yang baik akan membuat komunikasi antar anggota kelompok dan

komunikasi dengan guru menjadi lancar, hal ini dapat mempermudah dalam

penyampaian dan pemahaman materi.

3. Siswa dengan sikap ilmiah tinggi memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi

dibandingkan siswa dengan sikap ilmiah rendah. Sikap ilmiah merupakan salah

satu faktor intern yang dapat menentukan keberhasilan prestasi belajar siswa.

4. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang mampu meningkatkan

interaksi sosial siswa, padahal interaksi sosial mempunyai pengaruh untuk

meningkatkan prestasi siswa. Interaksi sosial tergantung pada model yang

120

Page 144: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

digunakan dalam pembelajaran, sehingga jika interaksi sosial tinggi maka

prestasi belajar dengan model tertentu akan tinggi.

5. Pada kegiatan pembelajaran demonstrasi dan membahas hasilnya melalui

diskusi TPS dan NHT, aktivitas yang dilakukan oleh masing-masing siswa

tidak sama. Tidak semua siswa dapat menunjukkan sikap ilmiah secara

maksimal. Model pembelajaran dan sikap ilmiah mempengaruhi prestasi

belajar secara sendiri-sendiri. Tidak ada interaksi antar keduanya mungkin

dikarenakan sikap ilmiah sudah ada dalam diri siswa sebelum diberi model

pmbelajaran.

6. Sikap ilmiah sudah ada dalam diri siswa sebelum diberi model pembelajaran

apapun (faktor internal) sedangkan interaksi sosial timbul dalam kehidupan

sosial (fator ekternal) sehingga jika sikap ilmiah siswa tinggi maka prestasi

siswa tersebut juga tinggi sejalan dengan meningkatnya interaksi sosial.

7. Pembelajaran model TPS dan NHT, interaksi sosial, dan sikap ilmiah

mempunyai pengaruh masing-masing terhadap prestasi belajar fisika.

B. Implikasi

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang dipaparkan dalam

penelitian ini memberikan implikasi sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

a. Prestasi belajar fisika dipengaruhi oleh model pembelajaran yang dibawakan

oleh seorang guru. Pembelajaran model TPS memberikan hasil yang lebih

baik dari model NHT. Model TPS lebih cepat diterapkan pada materi suhu

dan pengukurannya. Penerapan pembelajaran model TPS dalam pembelajaran

Page 145: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

fisika berimplikasi terhadap perencanaan dan pengembangan model

pembelajaran fisika yang meliputi: 1) pengaturan desain awal pembelajaran;

2) belajar kelompok dapat memecahkan masalah; 3) orientasi pembelajaran;

4) penyesuain materi pembelajaran.

b. Pembelajaran fisika menggunakan model TPS dan NHT dapat diterapkan

pada siswa dengan interaksi sosial tinggi maupun rendah dan sikap ilmiah

tinggi dan rendah.

c. Memperluas pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

prestasi belajar yang berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran.

Penggunaan model pembelajaran harus sesuai dengan materi pokok pelajaran

yang diajarkan.

2. Implikasi Praktis

a. Bagi Lembaga Pendidikan

Lembaga penyelenggara pendidikan agar lebih memperhatikan fasilitas

pembelajaran fisika disekolah. Sarana dan prasarana yang cukup maka

pembelajaran fisika di sekolah akan berjalan lebih baik, lancar, dan akan

menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan.

b. Bagi Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang

sejenis dengan materi yang berbeda dan dapat dikembangkan dengan

menambah variabel-variabel lainnya.

c. Bagi guru, perlu pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik materi.

Page 146: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas maka dapat dikemukakan

saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Perlu mempersiapkan secara matang pembelajaran kooperatif yaitu dengan

cara membuat perangkat pembelajaran dan LKS yang sesuai dengan

pembelajaran kooperatif.

b. Mengkondisikan siswa agar terbiasa dengan diskusi pada proses

pembelajaran.

2. Bagi Siswa

Meningkatkan interaksi sosial dan sikap ilmiah sehingga mudah memahami

materi pelajaran, membentuk kerjasama yang baik dan saling membantu antar

anggota kelompok dalam memecahkan suatu masalah.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebaiknya model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian sudah

dipraktikkan pada siswa yang akan dijadikan sebagai sampel sebelum

penelitian dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar pada saat penelitian tidak

dijumpai kendala yang berhubungan dengan model pembelajaran.

Page 147: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

DAFTAR PUSTAKA

Anita. L. 2002. Cooperative Learning. Gramedia. Jakarta.

_______. 2005. Cooperative Learning. Gramedia. Jakarta.

_______. 2010. Cooperative Learning. Gramedia. Jakarta.

Agus, S. 2009. Cooperative Learning (Teori Aplikasi Paikem). PT. Pustaka

Belajar. Surabaya.

Alain, B dan Roy, C. 2008. Cooperatif Learning or Collaborative Learning From

A conventional To A critical Comparison. Studia Universitas Babes-Bolyai,

Psychologia-Paedagogia. LIII. 1. 45-60.

Anop, G. 2008. Constructivism and Peer Collaboration in Elementary

Mathematics Education: The Connection to Epistemology. Eurasia Journal

of Mathematics, Science and TechnologyEducation. Vol 4. No 4.

Apple, Matthew T. 2006. Language Learning Theories and Cooperative

Techniques in The EFL Classroom. Doshisha Studies in Language and

Culture. 9 (2). 277-301.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Baharuddin. 1982. Peranan Kemampuan Dasar Intelektual Sikap Dan

Pemahaman Siswa Dalam Fisika Terhadap Kemampuan Siswa SMA Di

Sulsel Membangun Model Analog Dan Model Mental. Tesis.

Brotowidjoyo, M, D. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Akademia Presindo.

Jakarta.

BSNP. 2006. Permendiknas RI No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk

Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta.

David W. Johnson, Roger T. Johnson, and Mary Beth Stanne. 2002. Cooperative

Learning Methods: A Meta-Analysis. University of Minnesota

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20

Tahun 2003. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

___________________________. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Sekolah Menengah Pertama / Madrasah Tsanawiyah. Departemen

Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta.

Jakarta.

Page 148: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

Djemari, M. 2007. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes. Mitra

Cendikia Offset. Yogyakarta.

Effandi, Z. dan Zanaton, I. 2007. Promoting Cooperative Learning in Science and

Mathematics Education: A Malaysian Perspective. Eurasia Journal of

Mathematics, Science & Technology Education. Vol (3), No (1), Hal (35-

39).

Fitriyanti, N. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif NHT untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Fluida Statis. Tesis.

Bandung.

Howe, A, C dan Jones, L. 1993. Engaging Children In Science. Macmilan

Publishing Company. New York.

Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Unesa University Press. Surabaya.

Ika, M. 2011. Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Kooperatif TPS dan

NHT Ditinjau Dari Kemamupan Memori dan Kemampuan Berpikir Kritis.

Tesis. UNS.

Ika, R. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Numbered Heads Together

(NHT) dan Think Pair Share (TPS) Ditinjau Dari Interaksi sosial Dan

Gaya Belajar Siswa. Tesis. UNS.

Isjoni. 2009. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta.

Bandung.

Ismail. 2002. Model-Model Pembelajaran. Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas. Jakarta.

Krisna, M. 2011. Pengaruh Pembelajaran Model TPS dan NHT terhadap Prestasi

Belajar dan Lokus Kontrol Internal Dengan Memperhatikan Kemampuan

Matematik Siswa. Tesis. UNS.

Linggar, S, P. 2011. Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Jigsaw Dan TAI

(Teams Assisted Individualization) Ditinjau Dari Interaksi Sosial Dan Sikap

Ilmiah. Tesis. UNS.

Maheady, Larry., Pendl, Jean Michielli., Harper, Gregory F. dan Malllette,

Barbara. 2006. The Effect Of Numbered Heads Together With And Without

An Incentive Package On The Science Test Performance Of A diverse

Group Of Sixth Graders. Journal Of Behavioral Education. Vol 15. No 1.

25-39.

Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasi Belajar Siswa Di Sekolah. Kanisius.

Yogyakarta.

Page 149: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

Muhibbin, S. 2004. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Rosda karya.

Bandung.

Murat, D. 2009. The Relationship Between The Scientist Perception and Scientist

Perception and Scientific Attitudes of Science Teacher Candidates in

Turkey: A Case Study. Scientific Research and Essay.Vol. 4 (6).

Nana, S. 2002. Pembinaan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Sinar

Algensindo Offset. Bandung.

Nasrin, O dan Nazli, O. 2004. The Effect of Learning Together Technique of

Cooperative Learning Method on Student Achievement in Mathematics

Teaching 7th Class of Primary School. The Turkish Online Journal Of

Educational Technology. Vol. 3 (3).

Nik Azlina Binti Nik Mahmood. 2008. Callaborative Teaching Environment

System Using Think Pair Share Tecgnique. Dissertation. Faculty Of

Computer Science And Information Technology University Of Malaya

Kuala Lumpur. 1-254.

Niken, E, K. 2010. Pembelajaran Kimia Model TPS (Think-Pair-Share) dan NHT

(Numbered Heads Together) Ditinjau Dari Kemampuan Awal Dan Aktivitas

Belajar. Tesis. UNS.

Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning).

Depdiknas. Jakarta.

Nur, M. 2008. Pembelajaran Kooperatif. Cetakan Kedua. PSMS Unesa.

Surabaya.

Oemar, H. 1995. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.

Ratna, W. D. 1989. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Bandung.

Sardiman, A, M. 2007. Interaksi Dan Sikap Ilmiah Mengajar. Raja Grafindo

Persada. Jakarta

Sarwey, J. 2009. Fisika Untuk Sains Dan Teknik. Buku I Edisi 6. Salemba

Teknika. Jakarta.

Siregar, A. 2010. Penerapan Model Problem Possing Untuk Meningkatkan

Prestasi Dan Komunikasi Siswa. Skripsi. Bandung.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya. Rineka Cipta.

Jakarta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative LearningTeori, Riset dan Praktik (Edisi

Terjemahan Oleh Nurulita Yusron). Nusa Media. Bandung.

Sobry, S. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Present. Bandung.

Page 150: PEMBELAJARAN FISIKA MODEL KOOPERATIF THINK PAIR …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

Soejono, S. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafmdo Persada. Jakarta.

Suharsimi, A. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Suciati. 2001. Taksonomi Tujuan Instruksional. Departemen Pendidikan Nasional.

Jakarta.

Suparno, A, S. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Departemen Pendidikan

Nasional. Jakarta.

Suratinah, T. 2001. Anak Super Normal Dan Program Pendidikannya. Gramedia.

Jakarta.

Stepanus, L. 2009. Model Kooperatif Tipe Numbered- Heads-Together dan Think-

Pair-Share Pada Pembelajaran Fisika Ditinjau Dari Sikap Sosial Siswa.

Tesis. UNS.

Syaiful, B. D. 2002. Psikologi Belajar. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Tata, K. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Dalam

Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMP.

Skripsi. UPI.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Pustaka Ilmu. Surabaya.

Winkel. 1989. Psikologi Pengajaran. Gramedia. Jakarta.

Yulaina, N. 2011. Pembelajaran Fisika Tipe TPS dan NHT Ditinjau Dari

Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kecerdasan Interpersonal Siswa. Tesis.

UNS.