Pembelajaran 8.1 Senyawa Aromatikemodul.untad.ac.id/pluginfile.php/430/mod_resource/... · 2020. 7....
Transcript of Pembelajaran 8.1 Senyawa Aromatikemodul.untad.ac.id/pluginfile.php/430/mod_resource/... · 2020. 7....
-
174
Pembelajaran 8.1 Senyawa Aromatik
A Materi Pelajaran
Senyawa organik secara umum diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu, senyawa
golongan alifatis dan senyawa aromatis. Penamaan aromatis dihubungkan dengan sifatnya yang
memberi aroma pada senyawa tersebut. Senyawa aromatis mempunyai sifat kimia yang berbeda
dengan senyawa alifatis. Senyawa aromatis dibagi menjadi dua golongan yaitu senyawa aromatik
hidrokarbon dan senyawa aromatik heterosiklik. Kedua golongan senyawa tersebut memenuhi
suatu hukum tentang kearomatik yang dikenal sebagai Hukum Huckel. Contoh senyawa
aromatik heterosiklik antara lain piridin, puran, pirol, sedangkan senyawa aromatik hidrokarbon
contoh yang umum adalah benzen dan turunannya.
1. Pengertian Senyawa Aromatik
Para kimiawan membagi semua senyawa organik ke dalam dua kelas yang lebih luas, yaitu
senyawa alifatik dan senyawa aromatik. Berasal dari kata alifatis berarti bersifat lemak dan
aromatik berarti harum. Senyawa alifatik adalah senyawa rantai terbuka atau senyawa siklik
yang sifat kimianya mirip dengan senyawa rantai terbuka, sedangkan senyawa aromatik adalah
benzena atau senyawa yang sifat kimianya menyerupai benzena.
Suatu senyawa aromatik mengandung orbital terdelokalisasi delokal yang berbentuk
cincin. Banyaknya elektron p yang terlibat dalam orbital delokal harus tunduk pada rumus
Huckel:
Elektron p = 4 n + 2
Dengan n = 0, 1, 2, 3,……….
Contoh senyawa aromatik adalah benzena dan naftalena. Adapun rumus strukturnya sebagai
berikut:
-
174
Semua atom C dalam senyawa-senyawa di atas mempunyai hibrida sp2 dan terletak dalam
satu bidang dengan orbital p yang tegak lurus pada bidang. Sejalan dengan konsep ikatan
delokalisasi maka benzena mempunyai orbital terdelokalisasi yang berbentuk cincin, dan
elektron p sebanyak 6 (mengikuti hokum Huckel dengan n = 1). Dalam naftalena, jumlah
electron p-nya adalah 10. Hal ini mengikuti hokum Huckel dengan n = 2.
2. Tata nama dari Aromatik
Nama trivial asli dari sejumlah senyawa aromatik yang biasa telah diterima oleh IUPAC
sebagai nama sistematik. Beberapa nama trivial ditulis pada Tabel 8.1
Ada cukup banyak senyawa aromatik yang ditemukan jauh sebelum metode pemberian
nama secara sistematik (IUPAC) digunakan. Oleh karena itu pemberian nama umum yang tanpa
aturan yang jelas cukup banyak digunakan hingga sekarang. Beberapa contoh diantaranya
adalah:
Jika diperhatikan nama tiga senyawa pertama, yaitu benzena, toluena, dan stirena, tampak
adanya kesamaan. Sebagai satu kelompok senyawa hidrokarbon aromatik tersebut dinamakan
arena.
Selain dari nama trivial biasanya kita juga memberi nama aromatik monosubstitusi dengan
benzennya sebagai nama induk. Nama substitusi menjadi awalan bagi nama induk. Benzena
monosubstitusi dinamakan sebagai turunan benzena, seperti:
-
174
Dalam hal benzena tersubstitusi dua gugus, ada tiga kemungkinan isomer yaitu isomer orto
(o), meta (m) dan para (p). Contohnya adalah:
Pada beberapa contoh di atas, kedua substituen adalah sama. Awalan orto, meta, dan para
tetap digunakan walaupun kedua subtituen berbeda, seperti:
Cara lain untuk mengetahui letak substituen adalah dengan memberi nomor pada atom
karbon penyusun cincin. Metode penomoran ini sangat berguna jika terdapat lebih dari dua
substituen, atau dengan sistem ortho, meta, para yang menunjukkan hubungan tempat antara
kedua gugusan dalam cincin misalnya:
-
174
Gugus fenil dan benzil sering digunakan pada penamaan senyawa-senyawa aromatik.
Struktur kedua gugus tersebut adalah:
Gugus fenil sering dituliskan dengan lambing Ph atau PE. Sedangkan lambing Ar digunakan
untuk gugus aril (aromatik). Beberapa contoh disajikan berikut ini:
Tabel 8.1 Nama Trivial Dari Beberapa Benzena yang Bersubstitusi
Rumus bangun Nama Rumus Bangun Nama
-
174
3. Ikatan Dalam Aromatik
Dalam tahun 1825 Ahli Kimia Inggris Michael Faraday mengisolasi suatu cairan
berminyak dari saluran gas London. Senyawa ini ternyata mempunyai rumus molekul C2H6dan
diberi nama Benzena. 40 Tahun kemudian ahli Kimia Jerman, Friederich August Kekule
menemukan struktur ini. Hampir 75 tahun kemudian baru dibentuk struktur benzen yang modern.
Persoalan pertama dalam membuat struktur benzen yang dapat diterapkan berdasarkan
fakta bahwa struktur yang adekuat tak dapat digambarkan apabila memakai garis ikatan yang
biasa. Sekarang kiat emngetahui bahwa enam karbon atau benzen adalah sp2yang hibrid dan
disusun dalam bentuk cincin dengan 6 anggota. Tiap atom karbon mengandung sebauah elektron
dalam orbit p. Kita harapkan bahwa enam elektron p ini ada dalam tiga ikatan.
Tetapi rumus bangun ini tidak menerangkan mengapa benzene tak mengalami reaksi
seperti alkena. Lagi pula semua ikatan C-C dalam benzen panjangnya sama, tak mengandung
tiga ikatan rangkap yang pendek dan tiga ikatan tunggal yang panjang. Semua ikatan C-C
mempunyai panjang iaktan 1,40A, ikatan antara ikatan tunggal C-C (1,54 A) dan antara ikatan
rangkap C=C (1,34A).
4. Aromatisasi dan Aturan Huckel
Struktur benzena dan turunannya seperti disebutkan diatas memperlihatkan adanya 6
elektron π dalam sistem siklik terkonjugasi. Siklobutadiena dan siklooktatetraena juga memiliki
cincin siklik dengan ikatan rangkap dua terkonjugasi
siklobutadiena siklooktatetraena
-
174
Sekarang timbul pertanyaan yaitu apakah kedua senyawa tersebut termasuk senyawa aromatik?
Ternyata keduanya tidak memiliki sifat aromatik walaupun terdapat ikatan terdelokalisasi
pada cincinnya. Menurut Huckel, senyawa aromatik adalah senyawa yang memiliki sistem ikatan
rangkap dua terkonjugasi dengan jumlah elektron π = (4n + 2), dengan n adalah bilangan bulat 0,
1, 2, 3 … jadi senyawa siklik dengan ikatan rangkap dua terkonjugasi memiliki jumlah elektron
π = 2, 6, 10, 14 …. Adalah aromatik. Sedangkan siklobutadiena dan siklooktatetraena dengan 4
dan 8 elektron π, tidak memenuhi rumusan 4n + 2 sehingga bukan senyawa aromatik.
a. Ion-Ion Aromatik
Mencermati definisi Huckel di atas terlihat bahwa batasan tersebut tidak mempersyaratkan
bahwa banyaknya orbital p harus sama dengan jumlah elektron π.Kenyataannya kedua hal ini
dapat saja berbeda. Rumusan Huckel berlaku luas terhadap berbagai jenis spesies kimia, bukan
hanya terhadap hidrokarbon netral.
Contoh:
anion siklopentadienil kation sikloheptatrienil
Kedua spesies ini adalah aromatik
Molekul netral siklopentadiena sendiri tidak bersifat aromatis karena molekulnya tidak
terkonjugasi penuh. Karbon gugus –CH2- dalam cincin adalah hibrida sp3, jadi menghalangi
konjugasi –siklis orbital p. Akan tetapi bila satu atom H dari gugus –CH2- lepas maka karbon
sp3 berubah menjadi sp2 sehingga spesies sekarang mengandung 5 orbital p. Ada 3 cara
pelepasan hidrogen dari gugus –CH2-, yaitu atom H pergi dengan membawa satu elektron, atom
H pergi tanpa electron, dan atom H membentuk radikal.
H
+
H
-
174
Teori resonasi meramalkan ketiga spesies di atas sangat stabil sebab masing-masing
mempunyai 5 struktur resonasi yang ekuivalen. Sedangkan teori Huckel meramalkan bahwa
hanya anion yang dengan 6 elektron p adalah aromatik. Kenyataannya kation dan radikal
siklopentadienil sulit dibuat, sedangkan karbanionnya dengan mudah dibuat dan karbanion ini
sangat stabil. Fakta lain yang mendukung adalah bahwa siklopentadiena adalah hidrokarbon
yang paling asam di antara hidrokarbon yang lain, pKa dari kebanyakan hidrokarbon 45,
sedangkan siklopentadiena mempunyai pka = 16, harga yang sebanding dengan pKa air.
Siklopentadiena bersifat asam oleh karena anion yang terbentuk oleh ionisasi adalah cukup
stabil. Tidak peduli bahwa anion siklopentadienil hanya mempunyai 5 orbital p.
Dengan alasan yang serupa dapat digunakan untuk meramalkan kestabilan kation, radikal
dan anion sikloheptatrienil. Menurut teori resonansi ketiga spesies ini mempunyai kestabilan
yang tinggi, akan tetapi menurut Huckel hanya kation sikloheptatrienil yang mempunyai
kestabilan aromatik.
b. Pandangan Teori Resonansi
Pada mulanya struktur benzena dinyatakan oleh Kekule seperti berikut:
Akan tetapi karena panjang ikatan dalam molekul benzena semuanya sama, yaitu 1,39 A, dan
benzena adalah senyawa tunggal (tidak mempunyai isomer); maka ikatan delokal dalam sistem
benzena ditulis dengan struktur resonansi sebagai berikut:
Banyaknya ikatan p dan s adalah sama, karena itu dikatakan kedua struktur ekivalen dalam
energi dan merupakan struktur resonansi yang penting. Masih ada struktur resonansi benzena
yang lain, namun struktur resonansi tersebut tidak penting karena kandungan energinya tinggi.
Misalnya yang dituliskan sebagai berikut:
-
174
Semakin banyak struktur resonansi yang dibuat untuk suatu senyawa, semakin besar pula
energi resonansinya dan semakin stabil senyawa tersebut.
c. Energi Resonansi Pada Benzena
Untuk menghitung tentang apa yang dimaksud dengan energi resonansi, maka simaklah
data panas hidrogenasi beberapa senyawa sebagai berikut:
Dari persamaan (4.1) terlihat bahwa untuk hidrogenasi satu ikatan rangkap dua dilepaskan
kalor sebesar 28,6 kkal/mol. Sedangkan persamaan (4.2) menunjukkan bahwa hidrogenasi dua
buah ikatan rangkap dua dilepaskan kalor sebesar 55,4 kkal/mol. Harga ini kira-kira sama
dengan 2 x 28,6 kkal/mol.
Gambar 8.1 Diagram Energi Sikloheksana, Sikloheksena, Sikloheksadiena dan Benzen
-
174
Dengan demikian dapat diharapkan bahwa hidrogenasi tiga buah ikatan rangkap dua
seperti struktur resonansi benzena akan melepaskan kalor sebesar 3 x 28,6 = 86 kkal/mol.
Sedangkan dari persamaan (4.3) terlihat bahwa panas hidrogenasi molekul benzena yang
sesungguhnya adalah 49,8 kkal/mol. Untuk lebih jelasnya harga-harga tersebut disajikan dalam
Gambar 8.1.
Dari diagram di atas terlihat bahwa molekul benzena yang sesungguhnya memiliki energi
lebih rendah dari pada struktur resonansi yang dibuat. Hal ini berarti bahwa struktur benzena
yang sesungguhnya adalah lebih stabil disbanding struktur resonansinya yang paling stabil. Pada
diagram juga tampak bahwa antara struktur benzena sesungguhnya dengan struktur resonansi
terdapat selisih energi sebesar 36 kkal/mol. Harga selisih energi ini dinamakan energi kestabilan
atau energi resonansi. Jadi energi resonansi adalah perbedaan energi antara struktur
sesungguhnya dengan struktur resonansi yang paling stabil. Semakin besar energi resonansi,
maka senyawa bersangkutan semakin stabil.
5. Sifat Fisik dan Sifat Kimia Senyawa Aromatik
Sifat Fisik:
1. Zat cair tidak berwarna
2. Memiliki bau yang khas
3. Mudah menguap
4. Tidak larut dalam pelarut polar seperti air air, tetapi larut dalam pelarut yang kurang
polar atau nonpolar, seperti eter dan tetraklorometana
5. Titik Leleh : 5,5 derajat Celsius
6. Titik didih : 80,1derajat Celsius
7. Densitas : 0,88 .
8. Senyawanya berupa senyawa lingkar/siklis
9. Terjadi resonansi (pergerakan elektron di dalam molekul)
-
174
10. Terjadi delokalisasi elektron pada struktur benzene
11. Mempunyai aroma yang khas .
Sifat Kimia:
1. Bersifat karsinogenik (racun)
2. Merupakan senyawa nonpolar
3. Tidak begitu reaktif, tapi mudah terbakar dengan menghasilkan banyak jelaga
4. Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari pada adisi.(untuk mengetahui beberapa
reaksi subtitusi pada benzene)
5. Walaupun sukar diadisi tapi benzena masih dapat diadisi dengan katalis yang tepat,
misalnya:
oAdisi dengan hidrogen dengan katalis Ni/Pt halus
oAdisi dengan Cl2 atau Br2 dibawah sinar matahari
6. Sukar dioksidasi dengan senyawa oksidator seperti KMnO4, K2Cr2O7, dll.
7. Reaksi pada benzene harus menggunakan katalis karena kestabilan molekul benzene
6. Reaksi Substitusi Dari Senyawa Aromatik
a. Substitusi Elektrofilik Aromatik
Perbedaan sifat kimia antara struktur aromatik dengan struktur konjugasi rantai
terbuka terlihat dari reaksinya terhadap halogen. Sistem aromatik mengalami reaksi
substitusi sedangkan sistem konjugasi ploena mengalami reaksi adisi. Beberapa contoh
reaksi substitusi terhadap benzena adalah sebagai berikut:
-
174
Mekanisme Substitusi Elektrofilik Aromatik
Ditinjau reaksi klorinasi benzen berikut:
Dalam reaksi ini, klor digunakan sebagai sumber elektroifil, sedangkan feriklorida yang
merupakan asam Lewis sebagai katalisator.
Tahap pertama dari reaksi klorinasi tersebut adalah pembentukan elektrofil dari klor.
Reaksinya adalah:
Pada tahap kedua terjadi serangan elektrofil berupa ion kloronium tersebut terhadap cincin
benzena, persamaannya:
Sebagai hasil adalah terbentuknya karbokation. Orbital kosong dari karbokation segera
membentuk ikatan terdelokalisasi dengan orbital p atom karbon lain pada cincin seperti
halnya ikatan terdelokalisasi pada ion afilik. Struktur ikatan terdelokalisasi yang bermuatan
positif ini disebut ion benzenonium. Struktur hibrida resonansinya dituliskan sebagai
berikut:
-
174
Ion FeCl4 yang terbentuk pada tahap pertama berada dalam keadaan kesetimbangan dengan
ion klorida sesuai persamaan berikut:
Adanya nukleofil berupa ion klorida tersebut menyebabkan lepasnya satu proton, dan
terbentuk lagi sistem terdelokalisasi cincin benzena, persamaannya:
Beberapa macam elektrofil disajikan dalam Tabel 8.2 di bawah ini:
Tabel 8.2 Elektrofil Umum pada Substitusi Aromatik
Elektrofil Nama Proses
Cl+
Br+
NO2+
SO3 atau SO3H+
R+
Ion Kloronium
Ion bromonium
Ion nitronium
Ion sulfat trioksida (terprotonasi)
Ion karbonium
Klorinasi
Brominasi
Nitrasi
Sulfonasi
Alkilasi
Substituen Pengaktif dan Pen-Deaktif Cincin
Diketahui struktur beberapa senyawa sebagai berikut:
-
174
Data kecepatan reaksi nitrasi (campuran HNO3 dan H2SO4) senyawa-senyawa di atas
relatif terhadap benzena adalah sebagai berikut:
Toluena = 24,5
Benzena = 1,0
Klorobenzena = 0,003
Nitrobenzena = 0,0000001
Kesimpulan dari fakta tersebut adalah bahwa gugus –CH3 bersifat mengaktifkan cincin
benzena terhadap substitusi elektrofilik, sedangkan gugus klor dan nitro bersifat
mendeaktifkan cincin benzena terhadap reaksi elektrofilik. Gugus seperti CH3 disebut
gugus pengaktif cincin, sedangkan gugus seperti klor dan nitro disebut gugus pendeaktif
cincin benzena.
Gugus Pengarah Orto, Para Dan Meta
Apabila toluene dinitrasi maka NO2+ menyerang sebagian besar pada posisi orto dan
para, sebaliknya hanya sedikit yang menyerang pada posisi meta. Reaksinya adalah:
Terlihat bahwa produk orto dan para lebih dominan dari pada meta. Dapatkah teori Kimia
Organik menerangkan kenyataan ini?
Diketahui bahwa pada reaksi ini terbentuk zat antara reaktif yang disebut ion
benzenonium. Postulat Hammond menyatakan bahwa arah dari reaksi ditentukan oleh
kestabilan ion benzenonium, ion benzenonium yang terjadi pada serangan orto, para, dan
meta sebagai berikut:
Serangan orto, para :
-
174
Serangan meta :
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa ion benzenonium pada penyerangan orto dan para
mempunyai hibrida resonansi dengan karbokation tersier. Hal ini tidak terjadi pada serangan
meta. Dapat diartikan bahwa ion benzenonium yang terbentuk pada penyerangan orto-para lebih
stabil daripada ion benzenonium pada penyerangan meta. Berdasar pada postulat Hammond,
penyerangan orto-para haruslah dominan.
Selanjutnya ditinjau reaksi brominasi nitrobenzene dengan reaksi berikut:
Hibrida resonansi dari ion benzenonium yang terbentuk pada serangan orto, para dan meta
dapat digambarkan sebagai berikut:
Serangan meta :
Serangan orto, para :
-
174
Terlihat bahwa ion benzenonium yang terbentuk pada serangan orto dan para memiliki
karbon positif yang berikatan langsung dengan atom N yang bermuatan positif pula.
Struktur demikian adalah kurang stabil karena menyebabkan lemahnya ikatan C – N. Hal
serupa tidak dijumpai pada penyerangan meta. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ion
benzenanonium pada penyerangan meta bersifat lebih stabil. Dengan mengacu pada prinsip
Hammond di atas, maka penyerangan orto, para dan meta disajikan dalam Tabel 8.3 di
bawah ini.
Tabel 8.3 Gugus Fungsi Pengarah
Pengarah orto, para Pengarah meta
-CH3, -CH2, -CH3 (alkil)
-F, -Cl, -Br, -I
-OH, -OCH3, -OR
-NH2, -NHR, -NR2
-NO2, -SO3H
-COR, -CO2H, -CO2R
-CoN
Berkaitan dengan uraian di atas, gugus pengarah orto dan para umumnya adalah gugus
pengaktif cincin, Sedangkan gugus pengarah meta adalah gugus pendeaktif cincin.
Perkecualian untuk gugus berupa atom halogen (F, Cl, Br dan I), halogen adalah pengarah
orto dan para namun bersifat mendeaktifkan cincin.
b. Pentingnya Gugus Pengarah Dalam Sintesis
Fungsi gugus pengarah dan pengaktif cincin adalah penting dalam merancang sintesis
bertahap yang melibatkan substitusi aromatik. Sebagai contoh diberikan soal berikut:
Rancang sintesis senyawa-senyawa berikut, dimulai dengan benzena!
a. asam m-klorobenzenasulfonat
-
174
b. p=nitrotoluena
Jawab:
a. Pembuatan asam m-klorobenzenasufonat dari benzena dimulai dengan reaksi
sulfonasi terlebih dahulu, selanjutnya diikuti klorinasi. Hal ini dikerjakan mengingat
gugus sulfonat adalah gugus pengarah meta, sehingga klor akan terikat pada posisi
meta. Sebagai hasil dapat diperoleh senyawa seperti yang diharapkan.
Reaksi di atas tidak dapat dibalik seandainya dibalik yaitu klorinasi terlebih dahulu
kemudian diikuti dengan sulfonasi maka akan terbentuk senyawa berbeda, yaitu asam
orto dan para-klorobenzenasulfonat. Hal ini dapat terjadi karena klor adalah gugus
pengarah orto dan para.
b. Mengingat metil adalah gugus orto dan para, maka sintesis p-nitrotoluena
dikerjakan dengan alkilasi terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan nitrasi.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
-
174
Dalam hal ini hasil yang diperoleh merupakan campuran hasil substitusi orto dan para.
Jika ada dua gugus yang telah terikat pada cincin maka dalam rangka pengikatan
gugus ketiga, antara keduanya dapat saling menguatkan atau saling melemahkan,
tergantung pada jenis gugus yang ada tersebut.
c. Hidrokarbon Aromatik Polisiklik
Pada uraian yang terdahulu telah disebutkan konsep aromatik yaitu kestabilan
yang tinggi dari sistem siklik pada benzena dan turunannya. Pada senyawa-senyawa
yang telah diterangkan di atas hanya terdapat sebuah cincin siklik.
Naftalena dengan rumus molekul C10H8, adalah senyawa aromatik polisiklik yang
banyak ditemui dalam ter batubara. Struktur naftalena merupakan bidang datar dengan
dua cincin benzena yang menyatu. Kedua cincin tersebut menggunakan bersama dua
buah atom karbon. Salah satu struktur hibrida resonansinya.
Atas dasar konsep struktur delokal tersebut di atas maka resonansi hibrida
naftalena dapat dituliskan sebagai berikut:
Hal ini berarti bahwa naftalena dapat menyerupai struktur alkena terbuka. Atas dasar
itulah maka dapat diperkirakan bahwa naftalena lebih reaktif dari pada benzena.
d. Senyawa Aromatik Heterosiklik
Pada bagian ini akan diperkenalkan jenis senyawa aromatik yang penyusun cincin
siklisnya bukan atom karbon saja, melainkan juga terdapat atom lain.
Atom yang sering ditemui antara lain nitrogen, oksigen, dan belerang. Perhatikan
struktur berikut:
-
174
Pada kedua senyawa di atas, nitrogen dalam keadaan hibrida sp2. Lima atom karbon
pada piridin masing-masing menyumbang 1 (satu) electron p, sehingga untuk memenuhi
jumlah 6 elektron p dibutuhkan satu elektron dari atom N. Satu elektron ini berasal dari
orbital p yang tegak lurus pada orbital sp2. Dengan demikian, satu orbital sp2 terisi dua
electron dari atom N tidak termasuk pada sistem delokal. Sebagai akibat orbital sp2 terisi
dua elektron tersebut, dia dapat menerima proton dari asam membentuk garam ataupun
membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Sedang pada pirol hanya ada 4 atom karbon dalam keadaan sp2, sehingga untuk
melengkapi jumlah 6 elektron p, atom nitrogen harus menyumbang dua electron. Untuk
itu atom N harus berada dalam keadaan sp2 dengan orbital p terisi dua elektron yang
tegak lurus pada bidang. Ketiga orbital sp2 dari atom N terikat oleh dua tom C dan satu
atom H. Karena itulah kebasaan pirol lebih lemah disbanding piridin.
Beberapa senyawa aromatik kelompok piridin, dimana heteroatomnya hanya
menyumbangkan satu elektron kepada sistem aromatik diantaranya adalah:
Sedangkan beberapa contoh senyawa aromatik kelompok pirol dimana heteroatomnya
hanya menyumbangkan dua electron kepada sistem delokal, diantaranya adalah:
7. Kegunaan senyawa aromatik
Kegunaan benzena yang terpenting adalah sebagai pelarut dan sebagai bahan baku
pembuatan senyawa-senyawa aromatik lainnya yang merupakan senyawa turunan benzena.
-
174
Masing-masing dari senyawa turunan benzena tersebut memiliki kegunaan yang beragam
bagi kehidupan manusia.
B. Latihan
1. Perhatikan reaksi berikut :
Rumus struktur dari senyawa hasil tersebut adalah ...
Dari beberapa kegunaan senyawa benzene berikut :
1. pelarut 2. Antiseptic 3. Bahan baku pembuatan plastic
4. pengawet mmakanan dan 5. Bahan baku obat gosok
2. Kegunaan dari senyawa dengan rumus struktur :
adalah …..
a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 e. 5
C. Intisari Materi Pelajaran
Aromatisasi Kestabilan luar biasa dari suatu sistem siklik terkonjugasi penuh. Suatu
senyawa aromatik mengandung orbital terdelokalisasi delokal yang berbentuk cincin. Banyaknya
elektron p yang terlibat dalam orbital delokal harus tunduk pada rumus Huckel:
Elektron p = 4 n + 2
Dengan n = 0, 1, 2, 3,……….
Kegunaan benzena yang terpenting adalah sebagai pelarut dan sebagai bahan baku pembuatan
senyawa-senyawa aromatik lainnya yang merupakan senyawa turunan benzena
-
174
D. Evaluasi
1. Tulislah struktur: (a) etilbenzena; (b) 2,4,6-tribromoanilina; (c) p-etilfenol; (d) 2-feniletanol; (e) benzil bromida!
2. Senyawa manakah berikut ini yang bersifat aromatik? Jelaskan!
a.
b.
3.Tuliskan reaksi yang terjadi:
a. Benzena + gas klor dengan katalis FeCl3.
b. Benzena + asam sulfat pekat.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Evaluasi 1 yang terdapat di bagian
akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk
mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Pembelajaran 1.
Tingkat penguasaan: Jumlah Jawaban Ynag Benar
Jumlah Soalx 100 %
Arti tingkat penguasaan:
90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang