Pembangunan Politik Indonesia

16
Oleh Novi Hendra, S. IP PENDAHULUAN Secara konseptual, komponen-komponen pokok yang ada di dalam pembangunan politik adalah bahwa pemerintah kita harus selalu mampu menanggapi setiap perubahan yang ada dalam masyarakat, sebab suprastruktur dan infrastruktur politik yang ada memang efektif dan berfungsi secara optimal, yang kesemuanya didukung oleh warganegara yang dinamis dan berada dalam naungan persamaan hukum dan perundang- undangan. Pencapaian hal-hal tersebut biasanya selalu akan menimbulkan permasalahan yang menyangkut identitas (jati diri) bangsa, legitimasi kekuasaan, partisipasi anggota masyarakat, serta menyangkut pemerataan hasil-hasil pembangunan melalui sistem yang efektif yang menjangkau keseluruh lapisan masyarakat. Setiap kali kita berhasil mengatasi suatu permasalahan tersebut maka berarti kita “maju” di dalam melakukan pembangunan politik di dalam mengembangkan sistem demokrasi. Sejak awal Indonesia berdiri, kehidupan politik dan hukum diwarnai begitu rupa, tidak dalam pengertian hingar bingarnya demokrasi, tetapi justru secara mencolok dapat dikatakan oleh sentralisasi kekuasaan pada satu tangan, meskipun sebenarnya konstitusi telah memberi peluang yang cukup besar kepada hukum. (1) (1) Budiardjo, Miriam. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 2000.

description

Oleh Novi Hendra, S. IP

Transcript of Pembangunan Politik Indonesia

Page 1: Pembangunan Politik Indonesia

Oleh Novi Hendra, S. IP

PENDAHULUAN

Secara konseptual, komponen-komponen pokok yang ada di dalam

pembangunan politik adalah bahwa pemerintah kita harus selalu mampu

menanggapi setiap perubahan yang ada dalam masyarakat, sebab suprastruktur

dan infrastruktur politik yang ada memang efektif dan berfungsi secara

optimal, yang kesemuanya didukung oleh warganegara yang dinamis dan

berada dalam naungan persamaan hukum dan perundang-undangan.

Pencapaian hal-hal tersebut biasanya selalu akan menimbulkan

permasalahan yang menyangkut identitas (jati diri) bangsa, legitimasi

kekuasaan, partisipasi anggota masyarakat, serta menyangkut pemerataan

hasil-hasil pembangunan melalui sistem yang efektif yang menjangkau

keseluruh lapisan masyarakat. Setiap kali kita berhasil mengatasi suatu

permasalahan tersebut maka berarti kita “maju” di dalam melakukan

pembangunan politik di dalam mengembangkan sistem demokrasi. Sejak awal

Indonesia berdiri, kehidupan politik dan hukum diwarnai begitu rupa, tidak

dalam pengertian hingar bingarnya demokrasi, tetapi justru secara mencolok

dapat dikatakan oleh sentralisasi kekuasaan pada satu tangan, meskipun

sebenarnya konstitusi telah memberi peluang yang cukup besar kepada

hukum.(1)

Secara umum proses perjalanan bangsa dapat dibagi dalam dua bagian

yaitu, periode Orde Lama dan periode Orde Baru. Orde Lama telah dikenal

prestasinya dalam memberi identitas, kebanggaan nasional dan mempersatukan

bangsa Indonesia. Namun demikian, Orde Lama pula yang memberikan

peluang bagi kemungkinan kaburnya identitas tersebut (Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945). Beberapa peristiwa pada Orde Lama yang mengaburkan

identitas nasional kita adalah; Pemberontakan PKI pada tahun 1948,

Demokrasi Terpimpin, Pelaksanaan UUD Sementara 1950, Nasakom dan

Pemberontakan PKI 1965. Namun sejarah juga menunjukkan rezim Orde Baru

yang dianggap memberikan perbaikan dan menyelamatkan keadaan bangsa

saat itu selama masa pemerintahannya melakukan pemasungan terhadap hak-

(1) Budiardjo, Miriam. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 2000.

Page 2: Pembangunan Politik Indonesia

Oleh Novi Hendra, S. IP

hak politik warga negara, pembangunan memang dapat berjalan dengan cukup

baik dimana tingkat pertumbuhan ekonomi bahkan pernah mencapai 7 % (tujuh

persen) namun keberhasilan itu hanya bersifat semu karena semua

pembangunan dibiayai dari hutang luar negeri yang berakibat timbulnya krisis

moneter dan tumbuh sehatnya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.(2)

PEMBAHASAN

            Sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia

masuk dalam suatu babak kehidupan baru sebagai bangsa yang merdeka dan

berdaulat penuh. Dalam perjalanan sejarahnya bangsa Indonesia  mengalami

berbagai perubahan asas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan melalui berbagai hambatan dan

ancaman yang membahayakan perjuangan bangsa indonesia dalam

mempertahankan serta mengisi kemerdekaan. Wujud berbagai hambatan

adalah disintegrasi dan instabilisasi nasional sejak periode orde lama yang

berpuncak pada pemberontakan PKI 30 September 1945 sampai lahirlah

Supersemar sebagai titik balik lahirnya tonggak pemerintahan era Orde Baru

yang merupakan koreksi total terhadap budaya dan sistem politik Orde Lama

dimana masih terlihat kentalnya mekanisme, fungsi dan struktur politik yang

tradisional berlandaskan ideoligi sosialisme komunisme.

            Konfigurasi politik, menurut Dr. Moh. Mahfud MD, SH, mengandung

arti sebagai susunan atau konstelasi kekuatan politik yang secara dikotomis

dibagi atas dua konsep yang bertentangan secara diametral, yaitu konfigurasi

politik demokratis dan konfigurasi politik otoriter. (3)

Dibawah kepemimpinan rezim Orde Baru yang mengakhiri tahapan

tradisional tersebut pembangunan politik hukum memasuki era lepas landas

lewat proses Rencana Pembangunan Lima Tahun yang berkesinambungan

dengan pengharapan Indonesia dapat menuju tahap kedewasaan (maturing

society) dan selanjutnya berkembang menuju bangsa yang adil dan makmur.

(2) www.jurnal-ekonomi.org(3) . Politik Hukum Diktat Tahun 1998/1999

Page 3: Pembangunan Politik Indonesia

Oleh Novi Hendra, S. IP

ERA ORDE BARU

        Orde Baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998. Dalam jangka

waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi

praktek korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara

rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar. Gerakan 30

September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) menandai pergantian orde

dari Orde Lama ke Orde Baru. Pada tanggal 1 Maret 1966 Presiden Soekarno

dituntut untuk menandatangani sebuah surat yang memerintahkan pada

Jenderal Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang perlu untuk

keselamatan negara dan melindungi Soekarno sebagai Presiden.  Surat yang

kemudian dikenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)

itu diartikan sebagai media pemberian wewenang kepada Soeharto secara

penuh.

            Orde Baru dikukuhkan dalam sebuah sidang MPRS yang berlangsung

pada Juni-Juli 1966. , MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan

5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-

turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.6 Diantara ketetapan

yang dihasilkan sidang tersebut adalah mengukuhkan Supersemar dan

melarang PKI berikut ideologinya tubuh dan berkembang di Indonesia.

Menyusul PKI sebagai partai terlarang, setiap orang yang pernah terlibat dalam

aktivitas PKI ditahan. Sebagian diadili dan dieksekusi, sebagian besar lainnya

diasingkan ke pulau Buru. Pada masa Orde Baru pula pemerintahan

menekankan stabilitas nasional dalam program politiknya dan untuk mencapai

stabilitas nasional terlebih dahulu diawali dengan apa yang disebut dengan

konsensus nasional. Ada dua macam konsensus nasional, yaitu :

1. Pertama berwujud kebulatan tekad pemerintah dan masyarakat untuk

melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Konsensus pertama ini disebut juga dengan konsensus utama.

2. Sedangkan konsensus kedua adalah konsensus mengenai cara-cara

melaksanakan konsensus utama. Artinya, konsensus kedua lahir sebagai

lanjutan dari konsensus utama dan merupakan bagian yang tidak

6 Pemilu dan Partai Politik di Indonesia. Jakarta: Pusat Studi HTN FHUI, 2005.

Page 4: Pembangunan Politik Indonesia

Oleh Novi Hendra, S. IP

terpisahkan. Konsensus kedua lahir antara pemerintah dan partai-partai

politik dan masyarakat.

Partai Politik dalam Era Orde Baru

Dalam masa Orde Baru yang ditandai dengan dibubarkannya PKI pada

tanggal 12 Maret 1966 maka dimulai suatu usaha pembinaan terhadap partai-

partai politik. Pada tanggal 20 Pebruari 1968 sebagai langkah peleburan dan

penggabungan ormas-ormas Islam yang sudah ada tetapi belum tersalurkan

aspirasinya maka didirikannyalah Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI)

dengan massa pendukung dari Muhammadiyah, HMI, PII, Al Wasliyah, HSBI,

Gasbindo, PUI dan IPM.

            Selanjutnya pada tanggal 9 Maret 1970, terjadi pengelompokan partai

dengan terbentuknya Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dari 

PNI, Partai Katholik, Parkindo, IPKI dan Murba. Kemudian tanggal 13 Maret

1970 terbentuk kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri atas NU,

PARMUSI, PSII, dan Perti. Serta ada suatu kelompok fungsional yang

dimasukkan dalam salah satu kelompok tersendiri yang kemudian disebut

Golongan Karya. Dengan adanya pembinaan terhadap parpol-parpol dalam

masa Orde Baru maka terjadilah perampingan parpol sebagai wadah aspirasi

warga masyarakat kala itu, sehingga pada akhirnya dalam Pemilihan Umum

1977 terdapat 3 kontestan, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan

Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta satu Golongan Karya.7

Hingga Pemilihan Umum 1977, pada masa ini peserta pemilu hanya terdiri

sebagaimana disebutkan diatas, yakni 2 parpol dan 1 Golkar. Dan selama masa

pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memenangkan Pemilu. Hal ini

mengingat Golkar dijadikan mesin poli C. Era Orde Baru

 Pembangunan Masyarakat             Dalam era ini dikenal sebagai era pembangunan nasional. Dalam

bidang pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan dasar terjadi suatu

loncatan yang sangat signifikan dengan adanya INPRES Pendidikan Dasar.

Tetapi sayang sekali INPRES Pendidikan Dasar belum ditindaklanjuti dengan

7 Pemilu dan Partai Politik di Indonesia. Jakarta: Pusat Studi HTN FHUI, 2005.

Page 5: Pembangunan Politik Indonesia

Oleh Novi Hendra, S. IP

peningkatan kualitas tetapi baru kuantitas. Selain itu sistem ujian negara

(EBTANAS) telah berubah menjadi bumerang yaitu penentuan kelulusan siswa

menurut rumus-rumus tertentu. Akhirnya di tiap-tiap lembaga pendidikan

sekolah berusaha untuk meluluskan siswanya  100%. Hal ini berakibat pada

suatu pembohongan publik dan dirinya  sendiri dalam masyarakat. Oleh sebab

itu era Orde Baru pendidikan telah dijadikan sebagai indikator palsu mengenai

keberhasilan pemerintah dalam pembangunan.

            Dalam era pembangunan nasional  selama lima REPELITA yang

ditekankan ialah pembangunan ekonomi sebagai salah satu  dari TRILOGI

pembangunan. Maka kemerosotan pendidikan nasional telah berlangsung. Dari

hasil manipulasi ujian nasional sekolah dasar kemudian meningkat ke sekolah

menengah dan kemudian meningkat ke sekolah menengah tingkat atas dan

selanjutnya berpengaruh pada mutu pendidikan tinggi. Walaupun pada waktu

itu pendidikan tinggi memiliki otonomi dengan mengadakan ujian masuk

melalui UMPTN, tetapi hal tersebut tidak menolong. Pada akhirnya hasil

EBTANAS juga dijadikan indikator penerimaan di perguruan tinggi. Untuk

meningkatkan mutu pendidikan tinggi maka pendidikan tinggi negeri mulai

mengadakan penelusuran minat dari para siswa SMA yang berpotensi. Cara

tersebut kemudian diikuti oleh pendidikan tinggi lainnya.

Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai

tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif

yang didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan

Barat. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan

seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan

Cendana. Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh

pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi

tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang

pembangunan antara pusat dan daerah.8

Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan

pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia.

8 www.jurnal-ekonomi.org

Page 6: Pembangunan Politik Indonesia

Oleh Novi Hendra, S. IP

Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun

1970-an dan 1980-an.

Politik

Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia

dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari

jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih

perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan

menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer

namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. DPR dan MPR tidak

berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan

militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana. Hal ini mengakibatkan

aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat.

WARGA TIONGHOA

Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun

1967, warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan

kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang secara tidak langsung

juga menghapus hak-hak asasi mereka. Kesenian barongsai secara terbuka,

perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin dilarang, meski

kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas china indonesia terutama dari

komunitas pengobatan china tradisional karena pelarangan sama sekali akan

berdampak pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa di tulis dengan

bahasa mandarin. Mereka pergi hingga ke Makhamah Agung dan akhirnya

Jaksa Agung indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan bahwa china

indonesia bejanji tidak menghimpun kekuatan untuk memberontak dan

menggulingkan pemerintahan Indonesia. Untuk keberhasilan ini kita mesti

memberi penghormatan bagi Ikatan Naturopatis Indonesia ( I.N.I ) yang

anggota dan pengurus nya pada waktu itu memperjuangkan hal ini demi

masyarakat china indonesia dan kesehatan rakyat indonesia. Hingga china

Page 7: Pembangunan Politik Indonesia

Oleh Novi Hendra, S. IP

indonesia mempunyai sedikit kebebasan dalam menggunakan bahasa

Mandarin.

Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit

adalah Harian Indonesia yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa

Indonesia. Harian ini dikelola dan diawasi oleh militer indonesia dalam hal ini

adalah ABRI meski beberapa orang china indonesia bekerja juga di sana.

Agama tradisional Tionghoa dilarang.

Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi

memilih untuk menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan

dirinya.Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru adalah

1. Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya

AS$70.

2. Pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000 sukses transmigrasi.

3. Sukses KB.

4. Sukses memerangi buta huruf.

5. ukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh

6. sukses keamanan dalam negeri

7. Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia

8. sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri

Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru

1. Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme.

2. Pembangunan Indonesia yang tidak merata.

3. Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak

merata bagi si kaya dan si miskin)

4. Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan

5. Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan

majalah yang dibreidel

Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan

ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau

terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor

lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan

Page 8: Pembangunan Politik Indonesia

Oleh Novi Hendra, S. IP

perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para

mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan

massa yang meluas, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan

setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian

memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga

Indonesia.

Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan

sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan "Era

Reformasi".

Masih adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran

pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat beberapa orang

mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era

Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde Baru"..

.

Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan

Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September

1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan

kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan

PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966,

tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.

Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama

atau Orde Baru. Pengucilan politik — di Eropa Timur sering disebut lustrasi —

dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia.

Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa

untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak.

Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat "dibuang" ke Pulau

Buru.

Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui

pembuatan aturan administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk

menyeleksi kekuatan lama ikut dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET

(eks tapol)

Page 9: Pembangunan Politik Indonesia

Oleh Novi Hendra, S. IP

Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar

Seskoad II 1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali

Moertopo. Soeharto merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwitujuan,

bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di

pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta

dukungan kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik

dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.

Perpecahan bangsa

Di masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa

Indonesia. Setiap hari media massa seperti radio dan televisi mendengungkan

slogan "persatuan dan kesatuan bangsa". Salah satu cara yang dilakukan oleh

pemerintah adalah meningkatkan transmigrasi dari daerah yang padat

penduduknya seperti Jawa, Bali dan Madura ke luar Jawa, terutama ke

Kalimantan, Sulawesi, Timor Timur, dan Irian Jaya. Namun dampak negatif

yang tidak diperhitungkan dari program ini adalah terjadinya marjinalisasi

terhadap penduduk setempat dan kecemburuan terhadap penduduk pendatang

yang banyak mendapatkan bantuan pemerintah. Muncul tuduhan bahwa

program transmigrasi sama dengan jawanisasi yang disertai sentimen anti-Jawa

di berbagai daerah, meskipun tidak semua transmigran itu orang Jawa.

Pada awal Era Reformasi konflik laten ini meledak menjadi terbuka

antara lain dalam bentuk konflik Ambon dan konflik Madura-Dayak di

Kalimantan.[1] Sementara itu gejolak di Papua yang dipicu oleh rasa

diperlakukan tidak adil dalam pembagian keuntungan pengelolaan sumber

alamnya, juga diperkuat oleh ketidaksukaan terhadap para transmigran.

sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh

sukses keamanan dalam negeri

Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia

sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri

munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan

pembangunan, terutama di Aceh dan Papua

Page 10: Pembangunan Politik Indonesia

Oleh Novi Hendra, S. IP

kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang

memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun

pertamanya

bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak

merata bagi si kaya dan si miskin)

kritik dibungkam dan oposisi diharamkan

kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan

majalah yang dibreidel

penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain

dengan program "Penembakan Misterius" (petrus)

tidak ada rencana suksesi

[sunting] Krisis finansial Asia

Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan

ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau

terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor

lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan

perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para

mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan

massa yang meluas, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan

setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian

memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga

Indonesia.