Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

12
1 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ORASI ILMIAH KETUA DPR-RI PADA ACARA SILATURAHMI AKBAR KELUARGA IKATAN ALUMNI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG “PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA SELATAN DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL” Palembang, 23 Oktober 2009 Assalamu’alaikum Wr Wb Syukur alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, bahwa atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, kita diberi kesempatan menghadiri acara Silaturahmi Akbar Keluarga Ikatan Alumni Magister Manajemen Universitas Sriwijaya Palembang. Tema yang diberikan kepada saya adalah Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel), yang apabila boleh saya tambahkan, Pembangunan Ekonomi Sumsel dalam Perspektif Pembangunan Nasional. Hadirin sekalian yang berbahagia, Kiranya, kita sudah tidak asing lagi dengan istilah “pembangunan”. Sejak awal kita menyadari bahwa pembangunan ekonomi, merupakan bagian integral dari pembangunan di bidang-bidang lainnya, yang senantiasa dilakukan melalui perencanaan-perencanaan pembangunan oleh pemerintah.

description

Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

Transcript of Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

Page 1: Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

1

KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

ORASI ILMIAH KETUA DPR-RI PADA ACARA SILATURAHMI AKBAR KELUARGA

IKATAN ALUMNI MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

“PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA SELATAN DALAM PERSPEKTIF

PEMBANGUNAN NASIONAL”

Palembang, 23 Oktober 2009

Assalamu’alaikum Wr Wb

Syukur alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa,

bahwa atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, kita diberi kesempatan menghadiri

acara Silaturahmi Akbar Keluarga Ikatan Alumni Magister Manajemen Universitas

Sriwijaya Palembang. Tema yang diberikan kepada saya adalah Pembangunan

Ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel), yang apabila boleh saya tambahkan,

Pembangunan Ekonomi Sumsel dalam Perspektif Pembangunan Nasional.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Kiranya, kita sudah tidak asing lagi dengan istilah “pembangunan”. Sejak

awal kita menyadari bahwa pembangunan ekonomi, merupakan bagian integral

dari pembangunan di bidang-bidang lainnya, yang senantiasa dilakukan melalui

perencanaan-perencanaan pembangunan oleh pemerintah.

Page 2: Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

2

Pembangunan ekonomi nasional kita, apabila kita tengok dari perjalanan

sejarah dan pengalaman pembangunan kita sebagai bangsa, terkait erat dengan

perkembangan politik yang pasang naik dan pasang surut. Pada masa

kepemimpinan Presiden Soekarno pembangunan nasional kita lebih mengarah

kepada adagium “politik sebagai panglima”, kemudian di masa Orde Baru, ketika

pembangunan ekonomi dirasakan membutuhkan suatu stabilitas politik dan

keamanan yang ditegakkan secara ketat oleh negara (state), pembangunan

nasional kita mengarah kepada adagium “ekonomi sebagai panglima”.

Pada masa reformasi, yang hadir tak lepas dari kondisi perekonomian

nasional yang terpuruk, akibat tidak berdayanya fundamental ekonomi nasional

menghadapi gempuran krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi

dan politik, kesempatan untuk mengevaluasi pendekatan-pendekatan

pembangunan ekonomi selama ini menjadi demikian terbuka. Kita mencatat

sejumlah perubahan penting sebagai berikut:

� Pertama, praktik pembangunan nasional yang sentralistik, berubah menjadi

desentralistik, yang ditandai dengan hadirnya regulasi-regulasi penting

mengenai otonomi daerah seluas-luasnya. Menurut Pasal 1 ayat 5 UU

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Otonomi Daerah

merupakan kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan

aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan otonomi daerah berdasar pada prinsip demokrasi, keadilan,

pemerataan, dan keanekaragaman. Dalam konteks pembangunan ekonomi

daerah, hubungan pusat dan daerah juga dikaitkan dengan prosentase

pembagian hasil atas pengelolaan sumberdaya alam di daerah,

sebagaimana diatur di dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah.

� Kedua, perubahan sistem politik dan ketatanegaraan yang demokratis,

berpengaruh kepada bagaimana pembangunan ekonomi direncanakan dan

Page 3: Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

3

di laksanakan. Dalam kehidupan politik yang demokratis, dimana berbagai

jenis pemilihan umum dilakukan, maka prasyarat stabilitas politik (dan

keamanan) juga dilakukan dengan pendekatan-pendekatan yang

demokratis, bukan represif. Namun demikian, di alam demokrasi-

konstitusional yang menekankan nilai-nilai kebebasan dan tanggungjawab,

kepastian dan penegakan hukum harus tetap dilakukan secara tegas, sesuai

dengan kaidah yang berlaku.

� Ketiga, pembangunan nasional kita di era reformasi ini tidak lagi dipandu

oleh GBHN yang ditetapkan oleh lembaga MPR untuk jangka waktu lima

tahun. Dengan adanya Amandemen UUD 1945 dimana telah terjadi

perubahan kewenangan dan peran MPR dan Presiden, GBHN tidak berlaku

lagi. Sebagai gantinya, sebagaimana diatur dalam UU No. 25 tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dinyatakan bahwa

penjabaran dari tujuan dibentuknya Republik Indonesia seperti dimuat

dalam Pembukaan UUD 1945 dituangkan dalam bentuk RPJP (Rencana

Pembangunan Jangka Panjang) dengan skala waktu 20 tahun, yang

kemudian dijabarkan dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah), yaitu perencanaan dengan skala waktu lima tahun. Di tingkat

daerah, Pemda harus menyusun sendiri RPJP dan RPJM Daerah, dengan

merujuk kepada RPJP Nasional. Dalam konteks inilah, pembangunan

daerah, termasuk di dalamnya pembangunan ekonomi Sumsel

direncanakan dan diproyeksikan. Sehingga pembangunan daerah tetap

merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yang diharapkan

berdampak positif tidak saja bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat

daerah, tetapi juga kepada makin eratnya kekokohan kita sebagai bangsa

yang luas dan majemuk.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan

kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan

Page 4: Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

4

pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat

kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output

produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat

kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-

perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor

perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan dan teknik.

Dalam pembangunan ekonomi, capaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi

dan berkualitas sangatlah diharapkan. Pertumbuhan ini merupakan salah satu

indikator keberhasilan pembangunan ekonomi. Namun demikian, pertumbuhan

ekonomi yang tinggi harus diimbangi dengan kualitas pemerataan kesejahteraan

di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Teori tetesan ke bawah (trickle down

effect) atas capaian pertumbuhan ekonomi harus benar-benar terwujud secara

efektif.

Namun demikian, cara pandang kita atas pembangunan ekonomi tidaklah

hanya sebatas pada pendekatan kapital, tetapi juga lebih penting lagi adalah

pendekatan sumberdaya manusia. Pembangunan ekonomi kita, sejak awal

prosesnya harus berorientasi pada kemandirian kita sebagai bangsa, dengan

melibatkan segenap sumberdaya manusia kita, sehingga kita yang kaya akan

potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia tidak justru mengalami

alienasi dalam pembangunan.

Pembangunan ekonomi kita, harus tetap mengutamakan, “dimensi

manusia”. Jangan sampai rencana dan praktik pembangunan ekonomi kita, justru

mengingkari “dimensi manusia” tersebut yang justru memperburuk kualitas

hidup (quality of life) manusia, baik secara jasmani maupun apa yang diistilahkan

oleh Pemenang Hadiah Nobel Ekonomi dari India, Amartya Sen, “freedom” atau

kebebasan. Singkat kata, pembangunan ekonomi kita sangat terkait dengan

berbagai dimensi lainnya, dan oleh karena itulah pembangunan ekonomi

merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan-pembangunan lainnya.

Page 5: Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

5

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Dalam konteks inilah, dapat dipahami, bahwa paradigma pembangunan

ekonomi nasional di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,

merupakan bagian integral dari upaya untuk menciptakan kesejahteraan

(prosperity), penguatan demokrasi (democracy), dan penegakan keadilan (justice).

Tiga hal mendasar tersebut disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono pada pidato pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik

Indonesia, pada 20 Oktober 2009.

Tiga kata kunci pokok tersebut, merupakan upaya untuk melanjutkan

amanat reformasi kita ke depan. Visi dan misi presiden tersebut sangat mendasar

dan akan dijabarkan lebih lanjut di dalam RPJM nasional kita 2009-2014. Oleh

sebab itulah, RPJM daerah di seluruh Indonesia harus mengacu pada penciptaan

kesejahteraan, penguatan demokrasi, dan penegakan keadilan. Jadi, dalam

konteks ini harus ada kesinambungan dan perubahan yang proporsional, disertai

dengan semangat dan optimisme baru bahwa pembangunan lima tahun ke depan

Insyaallah akan lebih baik, mengingat kontinuitas kepemimpinan nasional pasca-

Pilpres 2009.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Sebagaimana kita ketahui, Sumsel merupakan salah satu provinsi yang strategis

dan prospektif dalam pembangunan ekonomi, tidak hanya di kawasan Sumatera

dan Indonesia, tetapi juga di lingkup regional ASEAN. Oleh karena itulah

diharapkan di masa depan Sumsel benar-benar kokoh sebagai salah satu pusat

pertumbuhan ekonomi tidak saja di Sumatera tetapi juga secara nasional dan

dalam lingkup regional.

Pembangunan ekonomi Sumsel, berdasarkan laporan RJPM Daerah 2004-

2009, laju pertumbuhan ekonominya cukup signifikan. Hampir seluruh sektor

memberikan kontribusi yang cukup nyata terhadap pertumbuhan ekonomi

tersebut. Hanya sektor pertambangan dan penggalian yang kontribusinya

Page 6: Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

6

menurun, meskipun kontribusinya dalam pembentukan PDRB masih cukup besar,

yaitu rata-rata 24%. Di sisi lain, sektor pertanian yang didominasi oleh sub sektor

perkebunan karet dan kelapa sawit telah menunjukkan kemajuan yang cukup

pesat. Tercatat juga, sektor-sektor dominan tumbuh relatif moderat, sedangkan

sektor-sektor yang memiliki prospek cukup baik tumbuh relatif tinggi adalah

sektor pengangkutan, komunikasi, jasa-jasa, keuangan, dan bangunan.

Namun demikian, apabila dilihat dari perkembangan pendapatan perkapita

masyarakat Sumsel, perkembangannya pada 2003-2007, tumbuh relatif lambat.

Pada 2005 pertumbuhan ekonomi dengan migas sebesar sebesar 4,84% dan

mengalami kenaikan 1% menjadi 5,84% pada tahun 2007, sedangkan tanpa migas

sebesar 6,91% (2005) menjadi 8,04% (2007). Tentu saja ini menjadi catatan, agar

pembangunan ekonomi daerah di Sumsel di masa depan mampu memompa atau

menaikkan secara signifikan pendapatan per kapita masyarakat.

Strategi RJPM Daerah 2004-2009, menurut laporan yang ada dilakukan

melalui: pertama, strategi meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang ditempuh

untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Strategi ini

diarahkan untuk mengembangkan pembangunan yang berbasis pada kondisi dan

potensi sumberdaya lokal Sumsel dengan memacu kerjasama dan tanggung jawab

bersama antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Dalam strategi ini

Pemerintah Provinsi Sumsel berupaya meningkatkan ketersediaan sarana dan

prasarana khususnya transportasi untuk meningkatkan kelancaran akses,

mobilitas orang, barang dan jasa serta memperlancar aliran investasi dan

produksi serta menciptakan keterkaitan ekonomi antar wilayah sehingga

memperlancar arus perekonomian lintas wilayah, regional, dan internasional yang

dapat meningkatkan PAD Sumsel.

Kedua, strategi mendorong sinergisitas percepatan pembangunan daerah

yang diarahkan pada pembinaan yang lebih baik terhadap sinergi, sinkronisasi,

dan koordinasi fungsional antar-pemerintah daerah (provinsi dan

kabupaten/kota) guna meningkatkan kinerja pembangunan daerah seperti

pengembangan wilayah dan tata ruang, pengembangan kawasan perbatasan

Page 7: Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

7

serta kerjasama pembangunan yang akan mempercepat keseimbangan

pembangunan antar-wilayah, sehingga memiliki peran strategis untuk

mempertahankan kesatuan wilayah. Strategi ini juga dimaksudkan untuk

mendorong pembangunan politik, hukum dan HAM, keamanan dan ketertiban

dan perlindungan masyarakat serta pembinaan pluralisme masyarakat Sumsel.

Kedua strategi tersebut masih relevan untuk terus dikembangkan dan

diaktualisasikan dalam menterjemahkan visi-misi pembangunan nasional, dalam

konteks pembangunan daerah, khususnya di provinsi Sumsel. Yang menjadi

permasalahan sekarang adalah, bagaimana mengimplementasikan strategi

tersebut dengan baik dan memenuhi target-target yang diharapkan.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Sebagai daerah yang kaya akan sumberdaya alam, Sumatera Selatan

memiliki posisi strategis dalam perekonomian nasional. Dengan potensi

sumberdaya alamnya, kekuatan sumberdaya manusia yang makin besar dan

multidisiplin, kedudukan geografis dan kondisi geopolitan yang sangat terkendali,

maka wilayah pembangunan di provinsi ini sangat layak untuk dijadikan sebagai

salah satu daerah tumpuan strategis bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Selain

itu, adanya keterkaitan Provinsi Sumatera Selatan dengan wilayah kerjasama

ekonomi Indonesia – Malaysia – Singapore Growth Triangle (IMS – GT) dan

Indonesia – Malaysia – Thailand – Growth Triangle (IMT-GT) dan adanya

kerjasama regional seperti ASEAN Free Trade (AFTA) tahun 2003, APEC tahun

2020, NAFTA dan Word Trade Organization (WTO) telah membuka peluang bagi

berbagai produk pertanian untuk memasuki pasar global.

Pada sistem transportasi darat, wilayah Provinsi Sumatera Selatan memiliki

dua poros jalan utama yang melayani pergerakan regional (pergerakan lintas

Provinsi di Pulau Sumatera), yaitu Lintas Tengah, dan Lintas Timur Sumatera.

Kedua poros jalan tersebut memegang peranan yang sangat penting bagi

pergerakan orang dan barang di wilayah Pulau Sumatera. Sumsel juga memiliki

potensi pada sektor unggulan seperti, pertanian, perkebunan, pertambangan

Page 8: Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

8

(migas), kehutanan, perikanan, kelautan dan peternakan, dan industri pengolahan

hasil hutan.

Sumsel memiliki ketersediaan lahan potensial yang cukup besar bagi

pengembangan kegiatan pertanian tanaman pangan yaitu seluas ± 752.150 ha

yang dapat mendukung kemantapan swasembada pangan dan meningkatkan

pendapatan masyarakat tani serta kebijakan pemerintah dalam pengembangan

Sumatera Selatan sebagai Lumbung Pangan Nasional. Ketersediaan lahan ini juga

potensial bagi pengembangan kegiatan perkebunan seluas 1.866.273 ha atau

sekitar 21,45% dan perkebunan besar seluas 388.948 ha atau sekitar 4,47% yang

sangat berpotensi sektor perekonomian lainnya seperti sektor industri. Beberapa

komoditi unggulan hasil perkebunan yang dapat ditingkatkan produktivitasnya

melalui optimalisasi lahan adalah karet, kelapa sawit, kopi, dan kelapa.

Sumsel memiliki sumber daya tambang yang berpotensi sebagai sumber

daya energi antara lain:

� Cadangan minyak bumi tercatat sebesar 5.032.992 Metrik Stock Tank Barrel

(MSTB) atau Minyak bumi sebanyak 5,03 milyar Barel (10% cadangan

nasional). Cadangan terbesar terdapat di Kabupaten Muara Enim sebanyak

2.938.841 MSTB dan di Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 1.255.945

MSTB.

� Cadangan gas bumi telah berproduksi tidak termasuk lapangan marginal

7.239,2 BSCF (Billion Square Cubic Feet) atau 9% cadangan nasional dan

diperkirakan di produksi dengan pertumbuhan 10% pertahun dapat bertahan

selama 60 tahun.

� Cadangan batubara di wilayah Provinsi Sumatera Selatan sebesar 18.427.839

ton atau 60% cadangan nasional. yang meliputi cadangan yang sudah terukur

sebesar 5.103.711.000 ton, terunjuk sebesar 4.229.138.000 ton, dan tereka

sebesar 2.204.000.000 ton

� Panas bumi sebanyak 545 Mwe (2,5% cadangan nasional).

Page 9: Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

9

Apabila melihat potensi ekonomi tersebut, maka Sumsel akan menjadi

“provinsi kaya”, manakala berbagai potensi sumberdaya alam yang ada tersebut

dapat terkelola dengan baik, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Namun, apabila kita lihat kondisi masyarakat Sumsel dewasa ini,

maka realitas obyektif yang kita temui masih serba-memprihatinkan, antara lain

ditandai dengan masih banyaknya penduduk miskin yaitu mencapai 1,3 juta jiwa

atau sekitar 18,84% dari total penduduk sebanyak 6,9 juta jiwa.

Dominasi sektor industri pengolahan belum didukung oleh kegiatan ekonomi

lokal, laju pertumbuhan ekonomi belum mencerminkan pemerataan semua

sektor. Sarana-prasarana infrastruktur yang ada juga masih serba-terbatas.

Tantangan dan kendala pembangunan ekonomi Sumsel masih kompleks. Oleh

sebab itulah diperlukan antisipasi serta strategi yang tepat dalam

mengembangkan perekomoniam Sumsel. Skala prioritas pembangunan ekonomi

Sumsel ke depan, harus tetap didasarkan pada potensi-potensi ekonomi yang

dimiliki, sebagaimana diuraikan di atas.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Mempertahankan dan mengoptimalisasikan Sumut sebagai Lumbung

Energi Nasional, merupakan prioritas utama provinsi ini dalam jangka waktu lima

tahun ke depan. Dilihat dari besarnya potensi sektor energi dan sumberdaya

mineral di Provinsi Sumut dalam kontribusinya pada pembangunan ekonomi,

maka sektor ini perlu dioptimalkan. Dalam konteks inilah tentu saja diperlukan

suatu strategi pembangunan yang tepat, agar eksistensi Sulsel sebagai Lumbung

Energi Nasional tidak sekedar jargon dan jangan sampai pula tidak terkelola

dengan baik.

Di sisi lain, Provinsi Sumsel juga memiliki potensi besar yang selaras dengan

upaya provinsi ini yang hendak menjadikan Sumsel sebagai Lumbung Pangan.

Program Lumbung Pangan merupakan serangkaian aktivitas terpadu di bidang

pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan,

dan kehutanan termasuk agroindustri dan pemasarannya dalam kerangka sistem

Page 10: Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

10

dan usaha agribisnis untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi

melalui peningkatan investasi dan ekspor sektor pertanian, meningkatkan

penyerapan tenaga kerja, menanggulangi kemiskinan dan meningkatkan

pendapatan masyarakat.

Di sektor perkebunan, beberapa komoditi unggulan di sektor ini adalah

karet, kelapa sawit, kopi dan kelapa. Karet (rubber) merupakan komoditi

unggulan, dimana total produksinya pada 2009 diperkirakan mencapai 800 ribu

ton atau 30% dari produksi karet secara nasional. Pengembangan sektor

perkebunan ini, telah menimbulkan efek positif terhadap penyerapan tenaga

kerja, yang setiap tahunnya mengalami kenaikan.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Mengembangkan Sumsel sebagai Lumbung Energi Nasional dan lumbung

pangan tersebut, diperlukan investasi yang tidak sedikit. Oleh sebab itulah, seiring

dengan paradigma otonomi daerah, Pemda dan yang berwenang, harus mampu

menciptakan regulasi-regulasi ekonomi yang mampu menarik minat investor

untuk menanamkan modal di Provinsi Sumsel, serta menekan ekonomi biaya

tinggi.

Guna memperlancar arus investasi dan realisasinya, maka pembangunan

sarana prasarana atau infrastruktur harus ditingkatkan. Pembangunan

infrastruktur, bagaimanapun merupakan bagian integral dan sangat penting

dalam pembangunan ekonomi nasional dan daerah. Pembangunan infrastruktur

dimaksudkan untuk memperlancar arus barang dan jasa, melalui kemudahan-

kemudahan akses atas transportasi baik darat, air dan udara, serta terbangunnya

sarana-prasarana telekomunikasi yang baik.

Dalam memperlancar proses dan aktivitas ekonomi, maka pembangunan

dan pengembangan Pelabuhan Tanjung Api Api menjadi signifikan. Pelabuhan

yang berdiri di area 600 Ha ini menghubungkan secara ekonomi Provinsi Sumut

dengan yang lain, dan berpotensi menjadi pelabuhan terbesar yang menyangga

Page 11: Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

11

proses distribusi produk-produk andalan Sumsel, baik produk-produk industri,

pertanian, dan manufaktur dalam skala besar.

Pergerakan dengan menggunakan transportasi laut saat ini dilayani oleh

Pelabuhan Boom Baru Palembang yang masih menyisakan beberapa kendala

seperti jarak yang relatif jauh ke Muara Sungai (Ambang Luar) menyebabkan

banyak waktu yang terbuang selama pelayaran dari dan ke Boom Baru. Alur

pelayaran yang menggunakan sungai Musi relatif sempit dan banyak tikungan

serta tingkat sedimentasi yang tinggi membutuhkan waktu dan kecepatan rendah

dan biaya pandu untuk kapal-kapal besar relatif tinggi, yang menghambat

optimalisasi pergerakan aktivitas ekonomi Sumsel. Karena itulah eksistensi

Pelabuhan Tanjung Api Api kelak menjadi sangat bermanfaat.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Pembangunan ekonomi nasional dan daerah, juga melibatkan peran

pemerintah dalam mengelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN) secara

profesional. Menurut data yang ada, pada awal RPJMN 2004-2009, pemerintah

memiliki 158 BUMN yang bergerak dalam 37 sektor usaha terdiri dari 119 Persero,

12 Persero Terbuka (Tbk.), 13 Perusahaan Umum (Perum), dan 14 Perusahaan

Jawatan (Perjan), 19 patungan minoritas, dan 7 perusahaan holding. Dalam

konteks ini, ke depan diharapkan BUMN-BUMN tersebut semakin eksis dan

mampu memberikan kontribusi yang baik bagi pembangunan ekonomi Sumsel

dan pembangunan nasional.

Selain BUMN, pembangunan ekonomi Sumsel juga melibatkan pelaku-

pelaku ekonomi swasta, khususnya yang bergerak di sektor usaha mikro, kecil,

menengah (UMKM) serta koperasi. Sektor UMKM telah memberikan makna

penting bagi pergerakan ekonomi rakyat (masyarakat menengah ke bawah).

Sektor ini melibatkan banyak tenaga kerja dan menghidupi sebagian besar

masyarakat Sumsel.

Page 12: Pembangunan Ekonomi Sumatera Selatan dalam Perspektif Pembangunan Nasional, 23 Oktober 2009

12

Oleh sebab itulah, peran Pemda dalam mengembangkan perekonomian

harus ditingkatkan, dengan menciptakan iklim yang kondusif, disertai regulasi

yang memudahkan akses permodalan, bahan baku dan pemasaran. Tanpa

melawan prinsip ekonomi pasar yang berpihak pada pemodal besar, pemerintah

harus melakukan regulasi yang tepat berupa affirmative action kepada para

pelaku sektor UMKM dan koperasi agar mampu bersaing dan berkembang di

tengah-tengah kompetisi ekonomi pasar, yang bekerja dengan logika globalisasi.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Akhirnya, saya berharap pembangunan ekonomi Sumsel ke depan semakin

maju, seiring dengan perencanaan pembangunan yang baik, serta kemampuan

manajerial pemerintahan daerah yang mampu mengembangkan potensi-potensi

sumberdaya ekonomi yang ada di provinsi Sumsel, mitra-kerja yang baik dan

produktif dengan segenap investor dalam dan luar negeri, dan pada akhirnya

mampu melejitkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, yang berimbas pada

kesejahteraan masyarakat, dimana kesejahteraan tersebut, dalam konteks

pembangunan nasional kita terkait erat dengan penguatan demokrasi, dan

penegakan keadilan.

Semoga pembangunan ekonomi Sumsel dapat berjalan dengan baik, dan

menuai capaian-capaian yang signifikan. Sekian, mudah-mudahan orasi ini

mampu memberi inspirasi bagi kita semua, dalam rangka membangun Provinsi

Sulsel pada khususnya, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada umumnya.

Wallahul Muwafiq Illa Aqwamiththariq,

Wassalamu’alaikmum Wr. Wb.

Palembang, 23 Oktober 2009

KETUA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

H. MARZUKI ALIE