PEmbahasan_OK

15
PEMBAHASAN Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal tersering yang terjadi  pada anak, yang ditegakkan berdas arkan 4 gejal a klini k yang khas, yait u prote inuri a yang mengakibatkan hipoalbuminemia dan edema, serta kemudian diikuti dengan terjadinya hiperkolesterolemia.  Penyakit ini terjadi secara tiba-tiba, terutama pada anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urine yang kental akibat proteinuria berat. 1,2,4 Pada kasus ini, setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan gej ala dan tanda pada pend eri ta yang men gar ah kepada kemungk ina n ter jad inya sindrom nefrrotik. Dari anamnesa didapatkan bahwa pada penderita terdapat riwayat edema yang berawal dari edema pada kelopak mata, yang lama-kelamaan edema ta mpak te rl ihat pada ta nga n, tungk ai dan seluruh tubuh. Se la in it u pen deri ta mengeluhkan urine-nya yang tampak lebih sedikit atau berkureang dan warnanya yang agak keruh. Penderita juga terdapat keluhan gangguan pada pola nafsu makan dan terli hat pucat. Dari pemeriks aan fisik dit emukan adany a edema perior bital , edema tangan dan tungkai serta ascites dengan  shiffting dullnes (+). Gej ala yang tampa k pada penderi ta ini ses uai denga n gej ala -ge jal a yan g sering ditemukan pada sindrom nefrotik antara lain adalah sebagai berikut : 5,6 Ede ma anas arka atau gene ral isat a . Ede ma ter uta ma jel as  pada kaki, namun dapat ditemukan edema muka, ascites, dan efusi pleura 18

Transcript of PEmbahasan_OK

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 1/15

 

PEMBAHASAN

Sindrom nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal tersering yang terjadi

 pada anak, yang ditegakkan berdasarkan 4 gejala klinik yang khas, yaitu proteinuria

yang mengakibatkan hipoalbuminemia dan edema, serta kemudian diikuti dengan

terjadinya hiperkolesterolemia.  Penyakit ini terjadi secara tiba-tiba, terutama pada

anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urine yang

kental akibat proteinuria berat. 1,2,4

Pada kasus ini, setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan

gejala dan tanda pada penderita yang mengarah kepada kemungkinan terjadinya

sindrom nefrrotik. Dari anamnesa didapatkan bahwa pada penderita terdapat riwayat

edema yang berawal dari edema pada kelopak mata, yang lama-kelamaan edema

tampak terlihat pada tangan, tungkai dan seluruh tubuh. Selain itu penderita

mengeluhkan urine-nya yang tampak lebih sedikit atau berkureang dan warnanya

yang agak keruh. Penderita juga terdapat keluhan gangguan pada pola nafsu makan

dan terlihat pucat. Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya edema periorbital,

edema tangan dan tungkai serta ascites dengan shiffting dullnes (+).

Gejala yang tampak pada penderita ini sesuai dengan gejala-gejala yang

sering ditemukan pada sindrom nefrotik antara lain adalah sebagai berikut :5,6

• Edema anasarka atau generalisata. Edema terutama jelas

 pada kaki, namun dapat ditemukan edema muka, ascites, dan efusi pleura

18

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 2/15

 

• Proteinuria > 3,5 g/hari (dewasa) atau 0,05 g/kg BB/hari

(anak-anak)

• Hipoalbuminemia < 2,5 g %

• Hiperlipidemia, umumnya yang ditemukan adalah

hiperkolesterolemia (> 250 mg %)

• Hiperkoagulabilitas, yang akan meningkatkan resiko

trombosis vena dan arteri

Didasarkan atas kriteria gejala dan tanda yang mengarah pada sindrom

nefrotik, pada penderita kasus ini yang tampak khas adalah edema. Namun untuk 

menegakkan diagnosis sindrom nefrotik memerlukan pemeriksaan penunjang atau

laboratorium, khususnya untuk melihat adanya proteinuria, hipoalbuminemia dan

hiperkolesterolemia.

Sembab atau edema  pada sindrom nefrotik adalah spesifik, berupa  pitting 

edema dengan gejala awal berupa edema pada kelopak mata (periorbital) pada pagi

hari, yang tampak jelas setelah bangun tidur dan sering diduga sebagai gejala alergi.

Edema dapat menetap atau bertambah, baik lambat atau cepat atau dapat menghilang

dan timbul kembali. Lambat laun edema akan menjadi menyeluruh, yaitu ke

 pinggang, perut dan tungkai bawah sehingga penyakit yang sebenarnya menjadi

tambah nyata. Bahkan edema dapat terjadi di daerah lain seperti ascites, efusi pleura,

skrotum atau labia. Edema yang terjadi dapat berpindah dengan perubahan posisi,

misalnya pada tungkai selama dalam posisi berdiri. Edema pada anak pada awal

19

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 3/15

 

  perjalanan penyakit sindrom nefrotik umumnya dinyatakan sebagai lembek dan

 pitting . Edema merupakan gejala klinis yang menonjol, kadang-kadang mencapai 40

% daripada berat badan dan didapatkan anasarka.1,2,3

Edema yang terjadi pada penderita dalam kasus ini mengarah dan sesuai

dengan pola terjadinya dan perjalanan edema pada sindrom nefrotik, dimana edema

 pada penderita ini berawal dari edema yang terjadi pada kelopak mata, yang terutama

terjadi pada waktu anak bangun tidur pada pagi hari, yang lama-kelamaan edema

terjadi pada wajah dan akhirnya edema pada seluruh tubuh (edema generalisata).

Pembentukan edema pada sindrom nefrotik merupakan suatu proses dinamik 

yang dapat terjadi melalui kedua proses underfille-overfill  dan berlangsung secara

 bersamaan atau pada waktu yang berlainan pada individu yang sama. Teori klasik 

(underfilled theory) menyatakan bahwa edema terjadi akibat menurunnya tekanan

onkotik intravaskular yang menyebabkan cairan merembes ke ruang interstitial akibat

  peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus. Peningkatan permeabilitas kapiler 

glomerulus ini akan menyebabkan albumin keluar dan menimbulkan albuminuria dan

hipoalbuminemia. Keadaan hipoalbuminemia akan menyebabkan penurunan tekanan

onkotik koloid plasma intravaskular. Keadaan ini menyebabkan penurunan volume

 plasma total dan volume darah arteri dalam sirkulasi. 2,3,7

Pada teori overfilled justru terjadi peningkatan volume plasma dan penurunan

aktivitas renin-angiotensin-aldosteron. Peningkatan volume plasma akan

menyebabkan tertekannya aktivitas renin plasma dan kadar aldosteron. Menurut teori

ini, retensi natrium renal dan air terjadi karena mekanisme intrarenal primer dan tidak 

20

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 4/15

 

  bergantung pada stimulasi sistemik perifer. Retensi natrium renal primer 

mengakibatkan ekspansi volume plasma dan cairan ekstraseluler. Pembentukan

edema terjadi sebagai akibat overfilling  cairan ke dalam ruang interstitial. Edema

yang terjadi pada sindrom nefrotik dapat dicegah dengan menurunkan tekanan

hidrostatik kapiler. 2,3,7

Berikut merupakan mekanisme terjadinya edema pada sindrom nefrotik :

Underfill    Overfill 

* Ginjal secara relatif resisten terhadap ANP dalam kondisi ini, sehingga efeknya

dalam melawan retensi Natrium hanya kecil.

Pada kasus ini, selain didapatkan edema, untuk membantu menegakkan

diagnosa sindrom nefrotik lebih lanjut, dilakukan pemeriksaan laboratorium. Adapun

  pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penderita ini antara lain adalah

analisa urine, darah rutin dan kimia darah. Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan

laboratorium pada penderita ini adalah dari pemeriksaan analisa urine menunjukkan

21

Proteinuria

Hi oalbuminemia

Tekanan Onkotik 

Koloid Plasma

Volume Plasma

Cacat tubulus primer 

menyebabkan

retensi Natrium

Volume Plasma

 Normal /meningkat

Vaso ressin

Retensi Air 

Edema

Sistem RAA

teraktivasi

AldosteronAtrial Natriuretic

Peptida (ANP)normal/rendahRetensi

Vasopressin

 Normal

ANP Aldosteron

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 5/15

 

adanya proteinuria (+3), ditemukan leukosit dan eritrosit pada urine. Hasil darah rutin

menunjukkan penderita mengalami Anemia, Leukositosis dan trombositosis serta

 penurunan hematokrit. Sedangkan dari kima darah menunjukkan bahwa penderita

tidak mengalami hiperkolesterolemia.

Proteinuria secara umum merupakan kelainan utama pada sindrom nefrotik,

sedangkan gejala lainnya diangap sebagai manifestasi sekunder. Sehingga

 pemeriksaan protein urin pada penderita sindrom nefrotik mutlak dilakukan. Pada

sindrom nefrotik kelainan minimal, hampir seluruhnya protein yang keluar berupa

albumin dan disebut sebagai proteinuria selektif. Terdapat proteinuria terutama

albumin (85-90 %) adalah sebanyak 10-15 gram/hari. Ini dapat ditentukan dengan

 pemeriksaan Esbach.1,3,8

Pada pemeriksaan urine, selain ditemukan proteinuria dan berat jenis urine

yang tinggi, juga didapatkan produksi urin berkurang. Sedimen urin dapat normal

atau berupa torak hialin, granula, lipoid dan terdapat pula double refractile bodies. 1,9

Pada sindrom nefrotik juga terjadi hipoalbuminemia sebagai akibat

terjadinya proteinuria masif. Hal ini dikarenakan albumin merupakan komposis

 protein terbesar (>50%) dengan berat jenis yang kecil (BM=69.000). Sehingga jika

terjadi loss of protein melalui urin, maka akan terjadi pula loss of albumine. 2

Penelitian Walker (1971), tentang hipoalbuminemia menemukan adanya

kenaikan laju sintesis albumin 2 x lebih besar pada sindrom nefrotik. Sehingga dapat

dikatakan bahwa sebenarya pada sindrom nefrotik terjadi peningkatan aktivitas

sintesis albumin oleh hati. Namun peningkatan sintesis albumin oleh hati ini masih

22

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 6/15

 

tidak cukup untuk mengkompensasi laju kehilangan albumin yang abnormal melalui

 proses ekstravasasi membran kapiler glomerulus dan terjadilah hipoalbuminemia.3

Anemia yang terjadi pada sindrom nefrotik dapat terjadi akibat terjadinya

hipervolemi sebagai kompensasi dari retensi natrium dan air dalam tubuh. Anemia

yang terjadi sering berupa anemia defisiensi besi karena transferin banyak yang

keluar melalui urin.1,3

Pada pasien sindrom nefrotik primer dapat terjadi hiperkolesterolemia dan

hiperlipidemia, terutama pada pasien sindrom nefrotik dengan kelainan minimal.

Umumnya terdapat korelasi yang terbalik antara konsentrasi albumin serum dan

kolesterol. Kadar trigkiserida lebih bervariasi dan bahkan dapat normal pada pasien

dengan hiperalbuminemia ringan. Pada pasien sindrom nefrotik, konsentrasi VLDL

dan LDL meningkat. HDL umumnya normal atau meningkat pada anak-anak dengan

sindrom nefrotik walaupun rasio kolesterol-HDL terhadap kolesterol total tetap

rendah. Terjadinya hiperlipidemia dapat disebabkan oleh sintesis yang meningkat

atau karena degradasi yang menurun. Terjadinya penurunan degradasi ini

menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas lipase lipoprotein, dimana penurunan

aktivitas ini sebagai akibat sekunder hilangnya α-glikoprotein asam sebagai

 perangsang lipase. Lipid dapat juga ditemukan dalam urine dalam bentuk titik lemak 

oval dan maltese cross. Titik lemak itu merupakan tetesan lipid di dalam sel tubulus

yang berdegenerasi. 3,5,10

Gangguan gastrointestinal sering menyertai perjalanan penyakit sindrom

nefrotik. Diare sering diduga akibat edema yang terjadi pada mukosa usus.

23

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 7/15

 

Hepatomegali dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik sebagai akibat peningkatan

sintesis albumin, atau edema atau keduanya. Anoreksi dan hilangnya protein melalui

urin mengakibatkan malnutrisi berat yang kadang ditemukan pada sindrom nefrotik 

non-responsif steroid dan persisten. Pada keadaan asites berat dapat terjadi hernia

umbilikalis dan prolaps ani. 4,9,10

Berdasarkan gejala, tanda dan kriteria yang ada, dapat dikatakan bahwa

 penderita dalam kasus ini mengalami sindrom nefrotik.

Pada penderita sindrom nefrotik juga dapat ditemukan :1,4,11

1. Kadar globulin normal atau meninggi sehingga terdapat perbandingan

albumin-globulin yang terbalik.

2. Peningkatan kadar fibrinogen, sedangkan kadar ureum normal.

3. Kadang-kadang didapatkan protein bound iodine tanpa adanya hipotiroid.

4. Defisiensi faktor XI dapat terjadi pada 10 % kasus. Laju endap darah

meninggi.

5. Kadar kalsium dalam sering rendah.

6. Pada keadaan lanjut kadang-kadang terdapat glukosuria tanpa hiperglikemia.

7. Gangguan protein lainnya di dalam plasma, seperti penurunan α-globulin, α-1

globulin,(normal atau rendah). Meningkatnya α-2 globulin, B globulin dan

fibrinogen meningkat secara relatif atau absolut. Ig M dapat meningkat dan Ig

G menurun.

Pada kasus sindrom nefrotik, Penyebab sindrom nefrotik pada anak-anak 

dapat digolongkan menjadi :5,12

24

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 8/15

 

a. Glomerulonefritis kelainan minimal (sebagian besar)

 b. Glomerulus sklerosis fokal dan segmental

c. Glomerulonefritis membranoploriferatif 

d. Glomerulonefritis pasca-streptokokus

Untuk menegakkan penyebab atau etiologi pasti dari sindrom nefrotik harus

melalui biopsi ginjal. Adapun mekanisme patogenetik yang berperan pada sindrom

nefrotik dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :12,13

1. Proses imunologis dengan faktor lingkungan atau faktor endogen berperan

sebagai pemicu dan pelestari kelainan glomerulus

2. Kelainan biokimiawi baik kongenital ataupun diturunkan yaitu kelainan

metabolisme protein, lipid dan karbohidrat atau termasuk juga reaksi terhadap

 bahan perusak eksogen

3. Kelainan hemodinamik yang mengganggu sirkulasi perifer glomerulus

Meltzer dkk (1979), menyatakan terdapat 2 bentuk  patofisiologi sindrom

nefrotik, yaitu tipe nefrotik dan tipe nefritik. Tipe nefrotik ditandai dengan volume

  plasma yang rendah dan vasokonstriksi perifer serta kadar renin plasma dan

aldosteron yang tinggi. Laju filtrasi glomerulus (LFG) umumnya masih baik dengan

kadar albumin yang rendah dan biasanya terjadi sindrom nefrotik kelainan minimal.

Tipe nefritik ditandai dengan volume plasma yang tinggi, tekanan darah tinggi, dan

kadar renin plasma dan aldosteron yang rendah.4,5,15 

Patogenesa sindrom nefrotik ditentukan peran albumin pada membran basal

glomerulus. Struktur dinding kapiler glomerulus yang merupakan filter untuk 

25

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 9/15

 

menyaring plasma dan kandungannya, terdiri dari lapisan endotel, membran basal dan

epitel. Struktur tersebut merupakan sawar anatomik untuk mencegah lepasnya

molekul yang lebih besar dari albumin. Disamping adanya sawar anatomik, membran

 basal dan epitel kapiler glomerulus dilapisi oleh lapisan protein, yaitu proteoglikan

sulfat heparan pada lamina rara interna dan eksterna dari membran basal glomerulus

serta sialoprotein yang terdapat dalam podosit epitel, yang bermuatan negatif.

Lapisan tersebut beperan sebagai sawar albumin atau menghambat lepasnya albumin,

karena albumin bermuatan negatif. Apabila terjadi kerusakan struktur anatomik 

maupun biokimiawi dari dinding kapiler glomerulus, maka berbagai jenis protein

terutama albumin akan terlepas ke dalam urine pada saat proses filtrasi berlangsung.

2,3

Pada penderita sindrom nefrotik dalam kasus ini, juga dilakukan pemeriksaan

USG abdomen dan Foto polos abdomen. Hasil USG abdomen menunjukkan adanya

cairan bebas intraperitonial minimal cavum pelvis. Hal ini sesuai dengan hasil

 pemeriksaan fisik dimana didapatkan ascites dengan shiffting dullness (+). Sedangkan

hasil Foto polos abdomen menunjukkan adanya bercak kalsifikasi ren dextra, yang

dapat diartikan bahwa terdapat batu pada ginjal penderita sebagai akibat proses

  pengapuran atau kalsifikasi. Hal ini tampak dengan adanya keluhan penderita

mengenai urine-nya yang tampak lebih sedikit dan berwarna keruh.

26

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 10/15

 

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita sindrom nefrotik terjadi

sebagai bagian dari penyakitnya sendiri atau sebagai akibat pengobatan. Adapun

komplikasi yang dapat terjadi pada sindrom nefrotik antara lain adalah : 3,16,17

1). Kelainan koagulasi dan timbulnya trombosis

Beberapa kelainan koagulasi dan sistem fibrinolitik antara lain adalah :

- Peningkatan faktor-faktor pembekuan darah seperti faktor I, II, VII,

VIII dan X yang disebabkan oleh peningkatan sintesis di hati yang

diikuti peningkatan sintesis albumin dan lipoprotein.

- Kehilangan antitrombin III (BM 65.000) dan penurunan kadar faktor 

 plasma dan plasminogen (BM 95.000).

- Fibrinogen plasma meningkat dan konsentrasi antikoagulan protein C

dan protein S meningkat dalam plasma. 3,17

2). Perubahan hormon dan mineral

Pada sindrom nefrotik berbagai gangguan hormon timbul karena protein

 pengikat hormon hilang dalam urin.

a. Hilangnya TBG (thyroid binding globulin) dan peningkatan laju

eksresi globulin melalui urine

 b. Nilai mean TBG lebih rendah dari nilai normal. Terdapat peningkatan

eksresi T3 urin dan T4. Walaupun ditemukan hasil yang demikian,

TSH normal dan pasien secara klinis adalah eutiroid.

27

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 11/15

 

c. Hipokalsemia pada sindrom nefrotik disebabkan oleh albumin serum

yang rendah, dan berakibat menurunnya kalsium terikat, tetapi fraksi

yang terionisasi normal dan menetap.3,15,18

3). Pertumbuhan abnormal dan nutrisi

Pada anak dengan sindrom nefrotik yang tidak dikontrol dapat terjadi

 pertumbuhan badan yang sangat menurun dan terhenti sama sekali. Penyebab utama

retardasi pertumbuhan pada anak dengan sindrom nefrotik tanpa diberikan

kortikosteroid adalah malnutrisi protein, kalori, kurang nafsu makan sekunder,

hilangnya protein dalam urin dan malabsorbsi karena edema saluran pencernaan.

Penyebab yang terjadi sekarang adalah akibat pengobatan dengan kortikosteroid. 3,17

4). Infeksi

Meningkatnya kerentanan terhadap infeksi adalah hal biasa pada anak dengan

sindrom nefrotik yang relaps. Beberapa sebab meningkatnya kerentanan terhadap

infeksi adalah :3,4

• a). Kadar imunoglobulin yang rendah

•  b). Defisiensi protein secara umum

• c). Gangguan opsonisasi terhadap bakteri

• d). Hipofungsi limpa

• e). Akibat pengobatan imunosupresif 

Prognosis sindrom nefrotik tergantung dari beberapa faktor, antara lain umur,

faktor penyulit saat pengobatan dan kelainan histopatologi ginjal. Prognosis sindrom

28

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 12/15

 

nefrotik pada anak, orang dengan usia muda dan wanita lebih baik dibandingkan

dengan pasien dengan umur yang lebih tua atau dewasa atau laki-laki. Makin dini

ditemukannya penurunan faal ginjal dan hipertensi, mempunyai prognosis lebih

 buruk. 7,19

Sindrom nefrotik kelainan minimal mempunyai prognosis baik, dimana dapat

derjadi terjadi remisi spontan. Pasien dengan nefropati membranosa mempunyai

  prognosis lebih buruk dibandingkan dengan kelainan minimal. Glomerulonefritis

fokal mempunyai prognosis buruk. Prognosis paling buruk dan selalu berakhir 

dengan gagal ginjal kronik adalah glomerulonefritis proliferatif atau mesangio-

kapiler. 7

Pengobatan sindrom nefrotik pada kasus ini didasarkan atas diagnosa sindrom

nefrotik resistensi steroid. Dikatakan sebagai sindrom nefrotik resistensi steroid

karena sebelumnya penderita mendapatkan pengobatan steroid saat dirawat selama 2

 bulan di RS. Kuala Kapuas. Namun karena tidak memberikan hasil yang lebih baik,

maka penderita dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin untuk mendapatkan penanganan

lebih lanjut dan spesifik. Sehingga dipertimbangkan perlu pemberian obat-obatan

imunosupresif atau sitostatika sesuai standar pengobatan sindrom nefrotik resistensi

steroid. Pada kasus ini diberikan siklofosfamid dengan dosis 3 x 25 mg. Dan baru

  pada hari perawatan ke-6 ditambahkan furosemid untuk mengurangi edema yang

terjadi. Selain itu juga diberikan cairan D5 ¼ NS sebagai restriksi cairan. 3,5

Pada anak dengan sindrom nefrotik steroid-resisten, sebagian anak gagal

merespon terapi steroid sejak awal. Biopsi ginjal hendaknya dilakukan pada anak-

29

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 13/15

 

anak tersebut untuk mencari adakah penyakit glomerulus lainnya. Beberapa faktor 

yang diduga berpengaruh terhadap respon terapi adalah adanya down-regulation dari

reseptor glukokortikoid dan faktor genetik (autosomal resesif). 2,3

Siklofosfamid merupakan salah satu alcylating agent  dan golongan

imunosupresif yang sangat poten. Dalam tubuh, siklofosfamid dimetabolisme oleh sel

hati menjadi beberapa metabolit aktif dan dieliminasi dari tubuh melalui ginjal.

Siklofosfamid potensial sangat berbahaya, perlu dipertimbangkan seksama sebelum

diputuskan akan diprogramkan pada pasien sindrom nefrotik. 7,9

Beberapa efek samping siklofosfamid antara lain adalah depresi sumsum-

tulang, alopesia, sistitis hemoragik, fibrosis kandung kemih, pneumonitis dan sekresi

hormon. (inappropriate anti-diuretic hormone).

Indikasi pemberian siklofosfamid pada sindroma nefrotik antara lain adalah :

a. non-responsif terhadap kortikosteroid

 b. kambuh berulang kali (frequent relapser ) dan tergantung dari kortikosteroid

c. timbul efek samping kortikosteroid.

Dosis siklofosfamid antara 0,5 – 3 mg/kg BB/hari (biasanya 1,5 mg/kg BB/hari).

Setelah 1-3 minggu dari awal pengobatan, harus dilakukan penyesuaian dosis lagi

dengan parameter jumlah leukosit. Jumlah leukosit dipertahankan 4000-5000/mm3.

Penyesuaian dosis berikutnya setiap 2 minggu, 1 bulan dan pada akhirnya beberapa

 bulan setelah stabilisasi tercapai. 7,10

Sitostatika seperti siklofosfamid dapat berhasil menimbulkan remisi yang

lebih lama pada sebagian besar anak. Lama remisi yang ditimbulkan oleh

30

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 14/15

 

siklofosfamid bervariasi. Remisi terjadi 67-93 % pada 1 tahun dan 36-66 % pada 5

tahun. Lama terapi mempengaruhi efek terapi. Pemberian siklofosfamid selama 12

minggu lebih baik pada keadaan steroid-dependen yang menunjukkan tanda-tanda

keracunan steroid, misalnya adanya gangguan pertumbuhan statural. Pemberian

siklofosfamid 2 mg/kg BB/hari selama 3 bulan atau sama dengan 180 mg/kg BB

merupakan batas yang cukup aman untuk anak-anak 2,,3,7

Disamping siklofosfamid, beberapa jenis obat lain yang dianjurkan pada

sindrom nefrotik adalah :

a. Klorambusil 0,2 mg/kg BB selama 2 bulan

 b. Mekloretamin (nitrogen mustard) 0,8 mg/kg BB (iv) diberikan dalam 2 kursus

yang masing-masing terdiri dari 4 kali injeksi harian dengan selang 1 bulan.

Istilah sindrom nefrotik resistensi steroid didasarkan atas kegagalan

  pengobatan dengan kortikosteroid selama 8 minggu pengobatan. Berikut ini

merupakan kriteria Respon Terapi Steroid pada Anak dengan Sindrom Nefrotik 2

Respon Terapi Keterangan

Remisi Proteinuria negatif atau proteinuria < 4 mg/m2/jam selama 3 hari

 berturut-turut

Kambuh Proteinuria > 2 + atau proteinuria > 40 mg/m2/jam

Kambuh sering > 2 kali kambuh dalam 6 bulan I setelah respon awal, atau > 4

kali kambuh pada setiap periode 12 bulan

Steroid-responsif Remisi tercapai hanya dengan terapi steroid saja

Steroid-dependen Terjadi 2 kali kambuh berturut-turut selama masa tappering off 

terapi steroid, atau dalam waktu 14 hari setelah terapi steroiddihentikan

Steroid-resisten Gagal mencapai remisi meskipun telah diberikan terapi

  prednison 60 mg/m2/hari selama 4 minggu atau 8 minggu

 pengobatan

Responder lambat Remisi terjadi setelah 4 minggu terapi prednison 60 mg/m2/hari

tanpa tambahan terapi lain

31

5/7/2018 PEmbahasan_OK - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasanok 15/15

 

 Non-responder awal Steroid resisten sejak terapi awal

  Non-responder lambat Steroid resisten terjadi pada pasien yang sebelumnya steroid-

responsif 

Edema pada sindrom nefrotik dapat diatasi dengan diet rendah garam, dan bila

 perlu dapat diberikan diuretik. Retriksi cairan perlu dipertimbangkan jika ada gejala

hiponatremia (Na serum < 125 mEq/L). Pemberian diuretik pada anak dengan

hipoalbuminemia harus hati-hati karena dapat mengakibatkan kontraksi volume

  plasma yang merupakan faktor predisposisi tromboemboli, hipovolemia,

hiponatremia, dan gagal ginjal akut. Bila tidak ada gejala hipovolemia dapat

diberikan diuretik, misalnya furosemida 1-2 mg/kg BB/hari dan apabila kadar 

kreatinin normal dapat dikombinasi dengan antagonis aldosteron, yaitu spironolakton

2 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis. 2,6

Adanya proteinuria yang menetap hingga minggu ke-8 menunjukkan 21 %

 penderita akan menjadi penyakit ginjal tahap akhir (end stage renal disease) dan

risiko akan meningkat menjadi 35 % pada responder awal yang mengalami

  proteinuria menetap sampai bulan ke-6. Secara keseluruhan 95 % anak akan

mengalami kesembuhan dan 4-5 % meninggal karena komplikasi peritonitis atau

gagal ginjal.2,3

32