PEMBAHASAN.docx
-
Upload
ichit-amina -
Category
Documents
-
view
230 -
download
1
Transcript of PEMBAHASAN.docx
BAB IV
PEMBAHASAN
Daftar masalah:
1. Apakah diagnosis awal pada pasien ini sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan awal pada pasien ini sudah tepat?
1. Apakah diagnosis awal pada pasien ini sudah tepat?
Dari hasil anamnesis yang dilakukan, sejak 3 tahun SMRS, setelah melahirkan anak
yang pertama, pasien sering mengeluhkan nyeri pada perut bagian bawah, dipengaruhi oleh
aktivitas dan berkurang dengan istirahat. Nyeri perut bagian bawah disertai adanya keputihan,
keluar cairan berwarna putih susu, kental, tidak berbau dan tidak gatal. Pasien berobat ke RS
Eka Hospital, dilakukan pemeriksaan darah, urin dan didiagnosa dokter yaitu infeksi pada
rahim. Keluhan nyeri perut bagian bawah dan keputihan sering berulang dan pasien rutin
kontrol ke Eka Hospital. 1 tahun SMRS pasien tidak rutin lagi kontrol, nyeri perut bagian
bawah dan keputihan dibiarkan saja. 3 hari SMRS pasien mengeluhkan nyeri perut bagian
bawah yang hebat, dimana nyeri dirasakan dominan pada perut kanan bagian bawah, yang
didahului demam dan menggigil. Pasien berobat ke Klinik Indah Kiat dan dilakukan
pemeriksaan darah dan urin serta pasien diberi obat yang tidak diketahui jenisnya. 3 jam
setelah pulang berobat pasien mengeluhkan mual dan muntah, muntah berisi air dan
makanan, pasien berobat kembali ke balai pengobatan bidan bulan, dimana pada pasien diberi
obat yang dimasukkan kedalam infus. Pada pasien dilakukan pemeriksaan USG, didapatkan
kesan kista pecah dan pasien harus segera di rujuk ke Eka Hospital. Di Eka Hospital pasien
dianjurkan untuk dirawat dengan biaya sendiri karena diagnosis pasien tidak termasuk
penyakit yang ditanggung oleh asuransi. Karena masalah biaya pasien di rujuk ke RSUD AA.
Anamnesis selanjutnya pasien bekerja di perusahaan retail bidang administrasi, suami
pasien bekerja sebagai karyawan bagian mesin di PT Indah Kiat. Pasien mengaku tidak
hamil. HPHT 25 maret 2013. Dari hasil pemeriksaan plano test negatif. Pasien juga
mengeluhkan nyeri saat berhubungan, tidak ada keluar darah setelah berhubungan seksual.
Pasien tidak pernah mengalami trauma pada bagian perut, tidak pernah diurut, tidak ada
merasakan benjolan pada perut bagian bawah dan tidak pernah mengalami perdarahan dari
kemaluan. Pasien tidak ada mengeluhkan nyeri saat BAK dan perasaan tidak lampias. BAB
tidak ada keluhan.
1
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan status generalis baik, tanda-tanda vital dalam
batas normal. Pemeriksaan ginekologi didapatkan pemeriksaan abdomen dalam batas normal,
pemeriksaan tambahan berupa psoas sign (+), obturator sign (+). Pemeriksaan genitalia
eksterna inspeksi vulva dan uretra tenang, inspekulo didapatkan portio licin, tidak livid, OUE
tertutup , fluksus (-), fluor (+) banyak, tidak berbau, kavum douglas tidak menonjol, punksi
kavum douglas (-). Pemeriksaan VT/ Bimanual uterus sebesar telur ayam, portio kenyal tidak
berbenjol, nyeri goyang portio (-), nyeri parametrium (-), dan tidak teraba massa pada
parametrium kiri dan kanan. Hasil pemeriksaan darah rutin didapatkan leukosit, Hb,
trombosit, hematokrit dalam batas normal. Hasil pemeriksaan kimia urin protein urin (+),
darah (+), keton (+) dan plano test (-).
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang tersebut diagnosis
kerja pasien ini mengarah ke pelvic inflamatory disease (PID), apendisitis kronis eksaserbasi
akut, dan dapat disingkirkan kista pecah, kista terpuntir, dan infeksi saluran kemih (ISK).
Diagnosis awal pada pasien ini nyeri akut abdomen ec dd appendisitis kronis eksaserbasi
akut, kista terpuntir dengan leukorea ec suspect bakterial vaginosis. Jadi dapat disimpulkan
diagnosis awal pada pasien ini tidak tepat. Diagnosis awal yang tepat adalah nyeri akut
abdomen ec suspect pelvic inflamatory disease (PID) dd appendisistis kronis eksaserbasi
akut. Untuk mengetahui diagnosis pasti diperlukan pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan
USG, konsul bedah untuk diagnosis banding apendisitis, pemeriksaan KOH, kultur untuk
mengetahui penyebab pasti dari leukorea, dan pemeriksaan sensitivitas dari terapi.
2. Apakah penatalaksanaan awal pada pasien ini sudah tepat?
Penatalaksanaan pada pasien dengan nyeri akut abdomen perlu dipikirkan apakah
termasuk keadaan yang membutuhkan tindakan pembedahan atau merupakan suatu keadaan
yang tidak memerlukan tindakan pembedahan cukup dengan observasi (non surgical). Oleh
karena itu, perlu ditegakkan diagnosis kerja sementara, pemeriksaan-pemeriksaan untuk
membuktikan kebenaran diagnosis dan tindakan yang tepat selama pembuktiaan kebenaran
diagnosis.
Dari anamsesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, nyeri akut abdomen mangarah ke
pelvic inflamatory disease (PID), sehingga penatalaksanaan awal pada pasien ini, selain
observasi KU, TTV, perdarahan dan nyeri perut setiap jam, dapat diberikan penatalaksanaan
PID menurut CDC untuk pasien rawat inap:
- Regimen A : berikan cefoxitin 2 gram iv atau cefotetan 2 gr iv per 12 jam ditambah
doxisiklin 100 mg per oral atau iv per 12 jam. Lanjutkan regimen ini selama 24 jam
2
setelah pasien membaik secara klinis, lalu mulai doxisiklin 100 mg per oral 2 kali
sehari selama 14 hari. Jika terdapat abses tubaovarian, gunakan metronoidazole atau
klindamisin untuk menutupi bakteri anaerob.
- Regimen B : berikan clindamisin 900 mg iv per 8 jam tambah gentamisin 2 mg/kg BB
dosis awal iv diikuti dengan dosis lanjutan 1,5 mg/kg BB per 8 jam. Terapi iv
dihentikan 24 jam setelah pasien membaik secara klinis, dan terapi per oral 100 mg
doxisiklin dilanjutkan hingga 14 hari.
Jadi dapat disimpulkan penatalaksanaan awal pada pasien ini tidak tepat.
3