pembahasan spora

3
Pada percobaan ini dilakukan pewarnaan spora. Pewarnaan spora ini sangat penting dalam pembelajaran mikrobiologi di farmasi, karena tidak semua bakteri mampu membentuk spora sehingga adanya spora dapat dijadikan indikator untuk jenis bakteri tertentu, selain itu lokasi spora membantu identifikasi berbagai spesies bakteri. Spora bakteri berfungsi sebagai mekanisme pertahanan dari lingkungan yang ekstrim. Bakteri yang dapat membentuk spora berasal dari bakteri Gram Positif, seperti dari genus Bacillus, Clostridium. Dalam pengamatan kali ini digunakan bakteri bacillus subtilis sebagai sample, karena Bacillus subtilis mempunyai kemampuan untuk membentuk endospora yang protektif yang memberi kemampuan bakteri tersebut mentolerir keadaan yang ekstrim. Bacillus subtilis juga merupakan flora normal yang ada di sistem pencernaan manusia dan menghasilkan enzim proteolytic yaitu subtilisin. Dalam jumlah normal bakteri ini tidak akan memberikan efek yang serius bagi tubuh manusia, tetapi dalam jumlah banyak dapat menyebabkan gastroenteritis. Baccillus subtilis merupakan jenis kelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada kisaran suhu 45 °C 55 °C dan mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada suhu 60 °C 80 °. Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis. Biasanya bentuk rantai atau terpisah. Semua membentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval. Ada beberapa metode yang digunakan untuk pewarnaan spora, diantaranya Untuk metode pewarnaan spora ini digunakan biakan yang tua (sekitar 72 jam) karena Spora umumnya tidak terdapat pada kultur muda dan menjadi banyak pada kultur yang tua. Pembentukkan spora segera terjadi pada kondisi lingkungan yangtidak menguntungkan. Spora sangat tahan panas, kekeringan, radiasi, desinfektan dan pembekuan untuk jangka waktu yang lama. Didalam suspensi bakteri ditambah karbol fukhsin sebanyak 1:1, hal ini merupakan bagian dari tahap pewarnaan spora. Pada tahap pewarnaan ini dilakukan pemanasan supaya zat warna dapat menembus dinding spora. Larutan ini memberi warna biru. Endospora sukar menyerap zat warna, tetapi sekali diberi

description

berbagi ilmu

Transcript of pembahasan spora

  • Pada percobaan ini dilakukan pewarnaan spora. Pewarnaan spora ini sangat

    penting dalam pembelajaran mikrobiologi di farmasi, karena tidak semua bakteri

    mampu membentuk spora sehingga adanya spora dapat dijadikan indikator untuk

    jenis bakteri tertentu, selain itu lokasi spora membantu identifikasi berbagai

    spesies bakteri. Spora bakteri berfungsi sebagai mekanisme pertahanan dari

    lingkungan yang ekstrim. Bakteri yang dapat membentuk spora berasal dari

    bakteri Gram Positif, seperti dari genus Bacillus, Clostridium.

    Dalam pengamatan kali ini digunakan bakteri bacillus subtilis sebagai sample,

    karena Bacillus subtilis mempunyai kemampuan untuk membentuk endospora

    yang protektif yang memberi kemampuan bakteri tersebut mentolerir keadaan

    yang ekstrim. Bacillus subtilis juga merupakan flora normal yang ada di sistem

    pencernaan manusia dan menghasilkan enzim proteolytic yaitu subtilisin. Dalam

    jumlah normal bakteri ini tidak akan memberikan efek yang serius bagi tubuh

    manusia, tetapi dalam jumlah banyak dapat menyebabkan gastroenteritis.

    Baccillus subtilis merupakan jenis kelompok bakteri termofilik yang dapat

    tumbuh pada kisaran suhu 45 C 55 C dan mempunyai pertumbuhan suhu

    optimum pada suhu 60 C 80 . Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada

    yang tebal dan yang tipis. Biasanya bentuk rantai atau terpisah. Semua

    membentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval.

    Ada beberapa metode yang digunakan untuk pewarnaan spora, diantaranya Untuk

    metode pewarnaan spora ini digunakan biakan yang tua (sekitar 72 jam) karena

    Spora umumnya tidak terdapat pada kultur muda dan menjadi banyak pada kultur

    yang tua. Pembentukkan spora segera terjadi pada kondisi lingkungan yangtidak

    menguntungkan. Spora sangat tahan panas, kekeringan, radiasi, desinfektan

    dan pembekuan untuk jangka waktu yang lama.

    Didalam suspensi bakteri ditambah karbol fukhsin sebanyak 1:1, hal ini

    merupakan bagian dari tahap pewarnaan spora. Pada tahap pewarnaan ini

    dilakukan pemanasan supaya zat warna dapat menembus dinding spora. Larutan

    ini memberi warna biru. Endospora sukar menyerap zat warna, tetapi sekali diberi

  • zat warna, warna tersebutsulit dilunturkan. Dalam praktikum pewarnaan spora

    pada bakteri Bacillus subtilis setelah diberi warna merah menggunakan karbol

    fukhsin dilakukan pemanasan selama 10 menit pada suhu 800C dalam kondisi

    tersebut, lingkungan akan merugikan sel bakteri karena dapat mematikan bakteri,

    pada kondisi seperti itu bakteri akan membentuk spora untuk melindungi dirinya

    dari kondisi lingkungan yang merugikan. Selain itu pemanasan ini ditujukan

    untuk membantu masuknya pewarna menembus kulit spora yang tebal, dengan

    adanya pemanasan pori- pori membesar , spora meregang dan zat warna dapat

    masuk dengan mudah. Pewarna pertama untuk spora belum tentu karbolfuksin

    yang berwarna merah, bisa juga menggunakan pewarna lain, missal malachite

    green yang berwarna hijau, tapi proses tetap diikuti dengan pemanasan. Karbol

    fukhsin segera masuk ke dalam spora dan spora yang telah terpisah dari sel

    vegetatif akhirnya terlihat berwarna hijau pada perbesaran dengan mikroskop.

    Selanjutnya karena spora telah terpisah dari sel vegetatif dan berwarna oleh karbol

    fukhsin, maka sel vegetatif terakhir terlihat berwarna biru karena warna yang

    terserap adalah warna biru dari metilen biru yang terakhir diberikan dan dibiarkan

    1 menit, dibilas dan dikeringkan.

    Pembilasan dengan H2SO4 akan melunturkan warna karbol fukhsin dari sel

    vegetatif. H2SO4 berfungsisebagai agen dekolorisasi sel. Pewarna kedua yaitu

    metilen biru yang bersifat. Larutan ini digunakan untuk mewarnai sel vegetatif

    sehingga timbul warna biru, warna ini tidak mempengaruhi warna merah dari

    spora. Spora tahan proses pewarnaan biasa, hal ini karena dinding spora lebih

    bersifat impermeabel dan spora mengandung sangat sedikit air, tetapi beberapa

    pewarnaan biasa dapat dipaksa masuk ke dalam spora dengan cara pemanasan

    (melalui pori-pori spora zat warna dapat masuk). Sekali spora menyerap zat warna

    maka spora tidak mudah didekolorisasi (penghilangan warna),sedangkan zat

    warna dapat dengan mudah dicuci dari sel vegetatif. Karena itu saat olesan dicuci

    dan diberi pewarna tandingan dengan zat warna kedua, spora akan tetap

    mempertahankan pewarna pertama dan sel vegetatif akan menunjukkan pewarna

  • dari pewarna kedua. Larutan pewarna dari pewarna gram tidak akan mewarnai

    spora dan akibatnya spora memiliki warna yang berbeda dari sel vegetatifnya.

    Pada pengecatan spora metode Klein dapat dilihat bahwa bagian yang berwarna

    biru merupakan sel bakteri itu sendiri karena bakteri pertama diberi zat warna

    fuchsin setelah difiksasi. Sedangkan ada bintik-bintik kecil yang berwarna merah,

    itulah yang disebut sebagai spora bakteri..

    Dari hasil pengamatan di atas dapat diketahui juga jenis spora dari bakteri

    Bacillus subtilis, yaitu endospora karena berupa tubuh berdinding tebal, sangat

    refraktif, dan sangat resisten. Jika kita lihat, spora bakteri (bintik-bintik berwarna

    merah) terdapat pada ujung dari sel vegetative bakteri, sehingga berdasarkan letak

    sporanya dapt dikategorikan sebagai spora terminal, yaitu spora yang dibentuk di

    ujung sel bakteri.