Pembahasan Praktikum Redoks Dan Hidrolisis

8
PEMBAHASAN PRAKTIKUM REDOKS DAN HIDROLISIS Praktikum kali ini melakukan 2 percobaan yaitu reaksi redoks dan reaksi hidrolisis. 1. Reaksi Redoks Percobaan ini dilakukan untuk menentukan zat yang bertindak sebagai oksidator (yang mengalami reduksi) dan reduktor (yang mengalami oksidasi). Percobaan pertama ialah untuk mengetahui reaksi redoks pada senyawa organik. Alat dan bahan yang dibutuhkan diantaranya adalah tabung reaksi, gelas ukur, gelas kimia, penangas air, pipet tetes, penjepit kayu, alkohol(etanol) 50 %, asam sulfat pekat, larutan kalium dikromat 0.1 M. Senyawa yang digunakan adalah Kalium dikromat (k2cr2o7) merupakan sebuah senyawa yang bertindak sebagai agen pengoksidasi (oksidator.) Langkah pertama yang dikerjakan ialah membuat larutan kalium dikromat 0.1 M dan mengencerkan terlebih alkohol (etanol). Bahan untuk larutan kalium dikromat yang tersedia masih dalam bentuk padatan untuk itu harus diketahui terlebih dahulu massa yang dibutuhkan baru kemudian melarutkannya dalam aquades. Setelah dihitung massa yang diperlukan adalah 0.294 gr kemudian dilarutkan dalam aquades sampai volume 10 ml. Kemudian langkah berikutnya adalah mengencrerkan etanol karena etanol yang tersedia adalah 96% maka harus diencerkan terlebih dahulu sesuai persen yang dibutuhkan yaitu 50%. Etanol yang dibutuhkan untuk reaksi ini hanya etanol 50 % karena apabila konsentrasinya terlalu tinggi maka sesuai dengan sifatnya yaitu etanol akan mudah terbakar. Semua

description

PEMBAHASAN

Transcript of Pembahasan Praktikum Redoks Dan Hidrolisis

PEMBAHASAN PRAKTIKUM REDOKS DAN HIDROLISIS

Praktikum kali ini melakukan 2 percobaan yaitu reaksi redoks dan reaksi hidrolisis.

1. Reaksi Redoks

Percobaan ini dilakukan untuk menentukan zat yang bertindak sebagai oksidator (yang mengalami reduksi) dan reduktor (yang mengalami oksidasi). Percobaan pertama ialah untuk mengetahui reaksi redoks pada senyawa organik. Alat dan bahan yang dibutuhkan diantaranya adalah tabung reaksi, gelas ukur, gelas kimia, penangas air, pipet tetes, penjepit kayu, alkohol(etanol) 50 %, asam sulfat pekat, larutan kalium dikromat 0.1 M. Senyawa yang digunakan adalah Kalium dikromat (k2cr2o7) merupakan sebuah senyawa yang bertindak sebagai agen pengoksidasi (oksidator.) Langkah pertama yang dikerjakan ialah membuat larutan kalium dikromat 0.1 M dan mengencerkan terlebih alkohol (etanol). Bahan untuk larutan kalium dikromat yang tersedia masih dalam bentuk padatan untuk itu harus diketahui terlebih dahulu massa yang dibutuhkan baru kemudian melarutkannya dalam aquades. Setelah dihitung massa yang diperlukan adalah 0.294 gr kemudian dilarutkan dalam aquades sampai volume 10 ml. Kemudian langkah berikutnya adalah mengencrerkan etanol karena etanol yang tersedia adalah 96% maka harus diencerkan terlebih dahulu sesuai persen yang dibutuhkan yaitu 50%. Etanol yang dibutuhkan untuk reaksi ini hanya etanol 50 % karena apabila konsentrasinya terlalu tinggi maka sesuai dengan sifatnya yaitu etanol akan mudah terbakar. Semua bahan telah tersedia, langkah selanjutnya adalah memasukkan kalium dikromat sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi dengan catatan 1ml=20 tetes. Pada awalnya larutan berwarna kuning. Warna kuning ini menunjukkan ciri khas dari garam kalium dikromat yang berwarna jingga. Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan 0.5 ml (10 tetes) asam sulfat pekat. Perlu diperhatikan pula penambahan asam sulfat pekat ini harus dilakukan di raung asam, mengingat sifat dari asam sulfat itu sendiri yang sangat berbahaya salah satunya yaitu bersifat korosif. Setelah ditambahkan asam sulfat pekat terjadi perubahan warna pada larutan dari jingga menjadi kuning karena hal tersebut berkaitan dengan hukum kesetimbangan. Sedangkan tidak terjadi perubahan bau. Selanjutnya tabung reaksi dimasukkan ke dalam beaker glass yang telah berisi air panas dan dibiarkan beberapa menit. Hal ini dilakukan untuk mempercepat reaksi, karena sperti yang telah dketahui bahwa penambahan atau peningkatan suhu akan mempercepat laju sebuah reaksi kimia. Larutan kalium dikromat yang diasamkan dengan asam sulfat biasa digunakan sebagai agen pengoksidasi pada kimia organik. Langkah berikutnya adalah penambahan etanol 50% secara perlahan-lahan pada tabung reaksi berisi larutan kalium dikromat dan asam sulfat yang telah dipanaskan. Larutan kalium dikromat yang diasamkan dengan asam sulfat dapat digunakan untuk mengoksidasi etanol (c2h5oh) menjadi asam etanoat (ch3cooh). Sebagai oksidator adalah ion dikromat (cr2o7 2-), yang kemudian tereduksi menjadi ion kromium (cr3+). Setelah larutan ditambahkan dengan etanol maka akan terjadi perubahan warna larutan yang berasal dari warna jingga menjadi warna hijau tua dan juga bau yang tercium lebih kuat dibanding bau alkohol yaitu bau tajam seperti balon (aromatik). Perubahan warna yang terjadi terkait dengan perubahan biloks yang dialami oleh salah satu unsur pada senyawa tersebut yaitu krom (Cr). Krom merupakan unsur transisi yang mempunyai sifat khas yaitu berwarna. Unsur cr mempunyai warna jingga pada biloks +6, biru pada biloks +2 dan hijau pada biloks +3. Pada saat senyawa kalium dikromat biloks unsur cr nya adalah +6 mempunyai warna khas jingga namun setelah tereduksi biloksnya turun menjadi +3 sehingga warna yang dihasilkan ialah hijau.

Percobaan kedua untuk reaksi redoks ini adalah mengenai Hidrogen Peroksida sebagai Osidator dan Reduktor. Alat yang digunakan sama dengan percobaan sebelumnya perbedaannya hanya tidak memakai penangas untuk memanaskan air. Reaksi ini dilakukan tanpa adanya penambahan suhu, cukup dengan mereaksikannya dalam tabung reaksi. Bahan yang digunakan diantaranya adalah larutan Kromium (crcl3) klorida 0.1 M , larutan natrium hidroksida (naoh) 1 M, larutan hidrogen peroksida (h2o2) 3 %, larutan kalium permanganat (kmno4) 0.05 M dan larutan asam sulfat (h2so4) 2 M. Larutan2 tersebut ada yang harus dilarutkan terlebih dahulu (karena tersedia dalam bentuk padatan) dan ada pula yang harus diencerkan terrlebih dahulu. Pembuatan larutan kromium klorida (crcl3) adalah dengan cara mereaksikan kromium oksida (cro3) dengan asam klorida (hcl). Dihitung terlebih dahulu massa padatan kromium oksida yang akan dilarutkan dengan aquades sebanyak 5 ml. Massa yang diperlukan ialah sebanyak 0.05 gr untuk membuat larutan kromium oksida (cro3) 0.1 M dan dilarutkan dalam aquades. Selanjutnya mengencerkan asam klorida, karena yang tersedia mempunyai konsentrasi 12 M maka dialkukan pengenceran untuk membuat larutan asam klorida sebesar 0.1. Hasil perhitungan volume yang harus diambil ialah 0.5 ml. Setelah kedua bahan tersebut tersedia kemudian mencampurkannya sehingga terbentuk larutan kromium klorida 0.1 M sebanyak 10 ml. Pembuatan larutan naoh dengan cara menimbang pellet naoh kemudian melarutkan dengan air yang telah dipanaskan terlebih dahulu, mengingat sifatnya yang higroskopis dan juga untk mencegah terbentuknya senyawa natrium bikarbonat maka aquades perlu dipanaskan terlebih dahulu untuk menghilangkan kadar co2 sehingga tidak akan bereaksi dengan naoh. Setelah itu penyiapan larutan hidrogen peroksida (h2o2) 3% dengan cara melakukan pengenceran dari larutan hidrogen peroksida 50%. Perhitungan dilakukan dan didapatkan volume yang akan diencerkan ialah sebesar 3 ml kemudian ditambahkan aquades hingga volumenya tepat 50 ml. Pembuatan larutan yang terakhir adalah kkalium permanganat (kmno4) yaitu dengan cara pengenceran dari larutan yang konsentrasinya 0,2 M menjadi 0,05 M. Volume kmn04 0.2 M yang diperlukan adalah seballllnyak 2,5 ml lalu ditambahkan aquades hingga volumenya tepat 10 ml. Larutan asam sulfat telah tersedia bekas percobaan redoks yang pertama yaitu sebesar 2 M. Semua larutan yang dibutuhkan telah tersedia maka langkah berikutnya adalah menyiapkan 2 buah tabung reaksi masing-masing diberi label tabung A dan tabung B.

Pertama tabung reaksi A diisi dengan larutan kromium klorida sebanyak 1 ml. Setelah itu ditambahkan larutan natrium hidroksida sebanyak 1 ml, tidak terjadi suatu perubahan, larutan tetap berwarna jingga. Kemudian ditambahkan larutan hidrogen peroksida sebanyak 2 ml ketika diamati tidak terjadi perubahan warna larutan tetap berwarna jingga . Pada proses ini terjadi reaksi oksidasi krom (iii) menjadi krom (vi) sebagai akibat dari penambahan larutan natrium hidroksida.

Hidrogen peroksida adalah sebuah agen pengoksidasi yang baik dengan potensial standar yang besar

2 CrCl3 + 10NaOH + 9H2O2 >2 Na2CrO7 + 6NaCl + 14H2O

Oksidator pada reaksi CrCl3 + NaOH + H2O2 adalah H2O2

Kedua, tabung reaksi B diisi dengan larutan kalium permanganat sebanyak 1 ml. Kemudian menambahkan 1ml larutan h2so4. Kalium permanganat merupakan senyawa Selanjutnya ke dalam tabung ini ditambahkan 2 ml laarutan hidrogen peroksida. Reaksi pada tabung reaksi B dapat ditunjukkan sebagai berikut:

2KMnO4 + 3H2SO4+ 5 H2O2 > K2SO4 + 2MnSO4 + 8H2O + 5O2

Pada reaksi KMnO4 + H2SO4 + H2O2 oksidatornya adalah KMnO4 dan reduktornya adalah H2O2.

kalium permanganat hanya bersifat oksidator kuat dalam suasana asam, hal tersebut dapat dilihat dari penurunan biloks. Hidrogen peroksida direaksikan dengan kalium permanganat pada suasana asam, sehingga penambahan asam sulfat ini akan mengoksidasi MnO4 menjadi Mn2+ dan mempercepat terjadinya reaksi. Larutan hdrogen peroksida dalam suasana asam tidak berwarna atau bening.

2. Reaksi Hidrolisis

Percobaan ini adalah untuk mempelajari reaksi hidrolisis garam dalam air. Garam2 yg digunakan digunakan diantaranya adalah larutan natrium klorida (nacl), natrium karbonat (na2co3), natrium asetat (ch3coona) dan amonium klorida (nh4cl). Masing2 larutan yang dibutuhkan adalah 1 M sebanyak 10 ml. Alat yang digunakan ialah plat tetes, kertas lakmus merah, kertas lakmus biru dan4 buah pipet. Pembuatan larutan dilakukan dengan pengenceran ada pula yang harus dilarutkan terlebih dahulu karena hanya tersedia dalam bentuk padatan. Garam natrium klorida, natrium karbonat dan amonium korida tersedia dalam bentuk padatan sedangkan untuk natrium asetat telah tersedia larutan natrium hidroksida dan asam asetat hanya tinggal mereaksikannya untuk membuat larutan natrium asetat. Massa natrium klorida yang dibutuhkan ialah sebanyak 0.585 gr, natrium karbonat sebanyak 1,06 gr dan amonium klorida sebanyak 0.535 gr. Masing2 padatan tersebut dilarutkan dalam aquades 10 ml, sehingga akan menghsilkan larutan dengan konsentrasi 1 M. Sedangkan untuk larutan natrium asetat pembuatannya dengan cara mengambil 5 ml larutan natrium hidroksida 1 M dan 5 ml larutan asam asetat 1 M. Kemudian mencampurkannya maka akan diperoleh larutan natrium asetat 1 M sebanyak 10 ml. Semua larutan telah tersedia, selanjutnya adalah menyiapkan plat tetes kemudian larutan garam dipipet masing2 diletakkan pada 2 lubang plat tetes. Selanjutnya adalah menguji laruatn dengan kertas lakmus, setiap larutan garam diisi dengan 1 buah kertas lakmus merah dan 1 buah kertas lakmus biru. Setelah beberapa saat kemudian maka kertas lakmus ada yang berubah warna dan ada pula yang tidak. Pada natrium karbonat dan natrium asetat larutan bersifat basa sehingga kertas lakmus merah berubah menjadi biru sedangkan kertas lakmus biru tetap biru. Hal tersebut terjadi karena Natrium karbonat dan natrium asetat merupakan garam yang berasal dari basa kuat dan asam lemah. Jika garam merupakan merupakan hasil reaksi antara basa kuat dan asam lemah, larutan yang terbentuk akibat hidrolisis akan bersifat basa. Na+ tidak bereaksi dengan air, tetapi co3 2- dan ch3coo- merupakan basa konjugasi asam lemah h2co3 dan ch3cooh sehingga cukup kuat untuk bereaksi dengan air dan menghasilkan ion2 oh-. Peningkatan konsentrasi oh- menghasilkan larutan basa. Sebaliknya, pada amonium klorida larutan bersifat asam sehingga akan memerahkan kertas lakmus biru dan kertas lakmus merah tetap berwarna merah. Hal tersebut terjadi karena amonium klorida merupakan garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah. Jika garam merupakan merupakan hasil reaksi antara asam kuat dan basa lemah, larutan yang terbentuk akibat hidrolisis akan bersifat asam. Ini dapat ditunjukkan dengan memperhatikan reaksi2 yang terjadi jika amonium klorida dihidrolisis . Garam tersebut berdisosiasi sempurna dan menghasilkan ion amonium terhidrasi dan ion klorida tidak terhidrasi. Ion cl- tidak begitu reaktif terhadap air, akan tetapi ion2 amonium bereaksi dengan air dan menghasilkan amonium hidroksida. Hal ini dikarenakan NH+ merupakan asam konjugasi basa lemah nh3 sehingga menjadi cukup kuat bereaksi dengan air dan menghasilkan ion h3o+. Peningkatan konsentrasi ion h3o+ menyebabkan terjadinya penurunan ph dan terbentuknya larutan yang bersifat asam. Sedangkan untuk natrium klorida larutannya bersifat netral sehingga kertas lakmus merah tetap merah dan biru tetap biru. Garam natrium klorida merupakan hasil reaksi antara asam kuat dan basa kuat. Reaksi tersebut tidak akan terhidrolisis hal ini dikarenakan ion-ion penyusun senyawa garam tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk asam atau basa asalnya. Ion na+ terhidrasi tidak memberikan ataupun tidak juga menerima ion h+. Ion cl- merupakan basa konjugasi yang sangat lemah dan reaksinya dengan air dapat diabaikan. Akibatnya, suatu larutan yg mengandung ion na+ dan cl- akan netral.