Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi
-
Upload
thaifurrahman -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi
-
7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi
1/9
Pembahasan Kritis Seputar Isra dan Miraj
Maha Suci Dia, Yang telah menjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Haram ke MasjidAqsha, yang telah Kami berkati, sekelilingnya supaya Kami perlihatkan kepadanya sebagaian dari Tanda-
tanda Kami. Sesungguhnya Dia, Yang Maha Mendengar, Maha Melihat. (Surah al-Isra)
Ayat ini, yang nampaknya menyebut suatu kasyaf Rasulullah saw., telah dianggap oleh sebagian ahli
tafsir Alquran menunjuk kepada Miraj (kenaikan rohani) beliau. Berlawanan dengan pendapat umum,
kami cenderung kepada pendapat, bahwa ayat ini membahas masalah Isra (perjalanan rohani di waktu
malam) Rasulullah saw. dari Mekkah ke Yerusalem dalam kasyaf, sedang Miraj beliau telah dibahas agak
terperinci dalam Surah An-Najm.
Semua kejadian yang disebut dalam Surah An-Najm (ayat-ayat 8 18) yang telah diwahyu kan tidak lama
sesudah hijrah ke Abessinia, yang telah terjadi di bulan Rajab tahun ke 5 nabawi, diceriterakan secara
terperinci dalam buku-buku hadist yang membahas Miraj Rasulullah saw., sedang Isra Rasulullah saw.
dari Mekkah ke Yerusalem, yang dibahas oleh ayat ini, menurut Zurqani terjadi pada tahun ke-11 nabawi
; menurut Muir dan beberapa pengarang Kristen lainnya pada tahun ke-12. Tetapi menurut Mardawaih
dan Ibn Sad, perintiwa Isra terjadi pada 17 Rabiul-awal, setahun sebelum hijrah (Al-Khashaish al-Kubra) .
Baihaqi pun menceriterakan, bahwa Isra itu terjadi setahun atau enam bulan sebelum hijrah.
Dengan demikian semua hadist yang bersangkutan dengan persoalan ini menunjukkan, bahwa Isra itu
terjadi setahun atau enam bulan sebelum hijrah, yaitu kira-kita pada tahun ke-12 nabawi, setelah Siti
Khadijah wafat, yang terjadi pada tahun ke-10 nabawi, ketika Rasulullah saw. tinggal bersama-sama
dengan Ummi Hani, saudari sepupu beliau.
Tetapi Miraj, menurut pendapat sebagian terbesar ulama, terjadi kira-kira pada tahun ke-5 nabawi.
Dengan demikian dua kejadian itu dipisahkan satu dengan yang lain oleh jarak waktu enam atau tujuh
tahun, dan oleh karenanya kedua kejadian itu tidak mungkin sama ; yang satu harus dianggap berbeda
dan terpisah dari yang lain. Lagi pula peristiwa-peristiwa yang menurut hadist terjadi dalam MirajRasulullah saw. sama sekali berbeda dalam sifatnya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam Isra.
Secara sambil lalu dapat disebutkan di sini, bahwa kedua peristiwa itu hanya kejadian-kejadian rohani
belaka, dan Rasulullah saw. tidak naik ke langit atau pergi ke Yerusalem dengan tubuh kasar.
( 1 )
-
7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi
2/9
Kecuali kesaksian sejarah yang kuat ini, ada pula kejadian-kejadian lain yang berkaitan dengan peristiwa
itu mendukung pendapat, bahwa kejadian itu sama sekali berbeda dan terpisah satu sama lain :
Alquran menguraikan kejadian Miraj Rasulullah saw. dalam surah 53, tetapi sedikit pun tidak
menyinggung Isra, sedang dalam Surah ini Alquran membahas soal Isra, tetapi sedikit pun tidak
menyinggung peristiwa Miraj.
Ummi Hani, saudari sepupu Rasulullah saw. yang di rumahnya beliau menginap pada malam peristiwa
Isra terjadi, hanya membicarakan perjalanan Rasulullah saw. ke Yerusalem, dan sama sekali tidak
menyinggung kenaikan beliau ke langit. Ummi Hani itu orang pertama yang kepadanya Rasulullah saw.
menceriterakan perjalanan beliau di waktu malam ke Yerusalem, dan paling sedikit tujuh penghimpun
riwayat-riwayat hadist telah mengutip keterangan Ummi Hani mengenai kejadian ini, yang bersum-ber
pada empat perawi yang berlain-lainan. Semua perawi ini sepakat, bahwa Rasulullah saw. berangkat keYerusalem dan pulang kembali ke Mekkah pada malam itu juga.
Jika sekiranya Rasulullah saw. telah membicarakan pula kenaikan beliau ke langit, tentu Ummi Hani tidak
akan lupa menyebutkan hal ini dalam salah satu riwayatnya. Tetapi beliau tidak menyebut hal itu dalam
satu riwayat pun ; dengan demikian menunjukkan dengan pasti , bahwa pada malam yang bersangkutan
itu Rasulullah saw. melakukan Isra hanya sampai Yerusalem ; dan bahwa Miraj itu tidak terjadi pada
ketika itu. Nampaknya beberapa perawi hadist mencampur baurkan kedua peristiwa Isra dan Miraj itu.
Rupanya pikiran mereka dikacaukan persamaan yang terdapat pada beberapa uraian terperinci
mengenai Isra dan Miraj telah menambah dan memperkuat pendapat mereka yang kacau balau itu.
Hadist-hadist yang mula-mula meriwayatkan perjalanan Rasulullah saw. ke Yerusalem dan selanjutnya
mengenai kenaikan beliau dari sana ke langit, menyebut pula bahwa di Yerusa lem dan selanjutnya
mengenai kenaikan beliau dari sana ke langit, menyebut pula bahwa di Yerusalem beliau bertemu
dengan beberapa nabi terdahulu, termasuk Adam as., Ibrahim as., Musa as., dan Isa as. ; dan bahwa di
berbagai petala langit beliau menemui nabi-nabi yang itu-itu juga, tetapi tidak dapat mengenal mereka.
Bagaimanakah nabi-nabi tersebut, yang telah beliau jumpai di Yerusalem, sampai pula ke langit sebelum
beliau; dan mengapa beliau tidak mengenali mereka, sedang beliau telah melihat mereka beberapa saatsebelumnya dalam perjalanan itu-itu juga ? Tidaklah masuk akal, bahwa beliau tidak dapat mengenal
mereka, padahal hanya beberapa saat sebelum itu, beliau bertemu dengan mereka dalam perjalanan itu
juga.
( 2 )
-
7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi
3/9
Masjid Aqsha (masjid yang jauh) menunjuk kepada rumah peribadatan (kenisah) yang didirikan oleh
Nabi Sulaiman as. di Yerusalem.
Kasyaf Rasulullah saw. yang disebut dalam ayat ini mengandung suatu nubuatan yang agung. Perjalanan
beliau ke Masjid Aqsha berarti hijrah beliau ke Medinah, tempat beliau akan mendirikan suatu masjid,
yang ditakdirkan kelak akan menjadi masjid pusat Islam, dan penglihatan diri beliau sendiri dalam
kasyaf, bahwa beliau mengimani pada nabi lainnya dalam shalat mengandung arti, bahwa agama baru,
ialah Islam, tidak akan terkurung di tempat kelahirannya saja, melainkan akan tersebar ke seantero
dunia, dan pengikut-pengikut dari semua agama akan menggabungkan diri kepadanya.
Kepergian beliau ke Yerusalem dalam kasyaf dapat pula dianggap mengandung arti, bahwa beliau akan
diberi kekuasaan di masa khilafat (kekhalifahan) Sayyidina Umar ra. Kasyaf ini dapat pula diartikan
sebagai petunjuk kepadasuatu perjalanan rohani Rasulullah saw. ke suatu negara jauh, di suatu masayang akan datang. Maksudnya bahwa ketika kegelapan rohani akan menutupi seluruh dunia, Rasulullah
saw. akan muncul kembali secara rohani dalam wujud salah seorang pengikut beliau, dalam satu negara
yang sangat jauh dari tempat pertama beliau diutus.
ISRA DAN MASA DEPAN UMAT
Oleh ZA Khudori
Pemerhati Masalah-masalah Sosial Keagamaan
Tinggal di Tegineneng, Pesawaran (Lampung)
Kemajuan suatu kaum sesungguhnya telah dinubuatkan (direncanakan) oleh Allah SWT. Termasuk umat
Islam. Untuk melukiskan kemajuan umat Islam, Allah SWT telah memperlihatkan sebuah pengalaman
rohani yang dikenal dengan istilah Israa (memperjalankan di malam hari). Al-Quran mengabadikan
pengalaman tersebut dalam Surat 17 (Al-Israa/Bani Israil): 1, Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah
Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dalam muqaddimah Surat
ini, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran (SK MENAGRI No. 26 Tahun 1967; Edisi
Baru, 1993) menyebutkan bahwa Surat ini dinamakan Al-Israa (yang berarti memperjalankan di malam
hari) berhubungan dengan peristiwa Israa Nabi Muhammad SAW di Masjidil Haram (Mekkah) ke
Mesjidil Aqsha (di Baitul Makdis) dicantumkan pada ayat pertama dalam Surat ini.
( 3 )
-
7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi
4/9
Sejarah mencatat bahwa Muhammad bin Abdullah diangkat sebagai Nabi dan diutus sebagai Rasul pada
usia 40 tahun (610 M). Lima tahun pertama dalam menjalankan tugasnya telah beriman sebagian kecil
kaum Kafir Quraisy. Para pengikut Nabi pada masa awal ini mendapat respon negatif berupa intimidasi
dan tindakan kekerasan dari keluarga dan kawan sepermainan mereka. Atas izin Nabi akhirnya para
sahabat itu hijrah ke negeri tetangga, Habasyah (Ethiopia) [615 M]. Sebuah negeri yang dipimpin oleh
seorang raja yang adil dan bijaksana. Seorang raja yang memberikan kebebasan dan perlindungan
kepada masyarakatnya dalam menjalankan agama dan kepercayaannya.
Meskipun banyak hambatan dan rintangan, perkembangan ajaran Islam terus maju. Istilahnya padat-
merayap dan maju terus pantang mundur. Menyikapi hal ini para pembesar Quraisy mengambil sikap
tegas yaitu memboikot Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Caranya ialah dengan memutuskan segala
perhubungan: hubungan perkawinan, jual-beli, ziarah-menziarahi dan lain-lain (Muqaddimah Al-Quran
dan Terjemahnya: 1993: 62). Dalam masa pemboikotan ini wafat dua orang tercinta Nabi SAW:
Pamanda Abu Thalib (87) dan Istrinda Khadijah (65). Begitu berdukanya Nabi sehingga tahun tersebut
(620 M) oleh ahli sejarah dinamakan Aamul Huzni (Tahun Dukacita).
Untuk menenangkan hatinya maka Nabi tinggal bersama sepupunya, Ummu Hani. Seperti reportase ahli
sejarah kenamaan Ibnu Ishaq, sejarawan ini melaporkan, Telah sampai kepada saya dari Ummu Hani
binti Abu Thalib (nama aslinya: Hindun) mengenai perjalanan malam (Israa) Nabi SAW. Katanya, Nabi
SAW hanya mengadakan perjalanan ke Baitul Maqdis ketika berada di rumah saya. Malam itu Nabi SAW
tidur di rumah saya dan kami semua sedang tidur (Fuad Hasyem: 1898: 222).
Dalam keadaan tidur inilah beliau SAW melihat berbagai peritiwa yang Nabi sendiri tuturkan
(diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudriy), Sudah dikirimkan kepada saya seekor hewan dan ia
menyerupai bighal (peranakan kuda dengan keledai), Buraq namanya, dan biasa dikendarai oleh para
nabi. Buraq itu membawa saya dan ia bisa melangkahkan kaki depannya sejauh mata memandang
(Taufik Rahman: 1990: 62).
Mengenai perjalanan selanjutnya, kita dapat membaca Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik
(Ibnu Jarir Juz 15 hlm. 6). Mengingat panjangnya riwayat tersebut maka ringkasannya ialah sebagai
berikut: Nabi dan Malaikat Jibril naik Buraq dari Masjid Al-Haran ke Masjid Al-Aqsha. Dalam perjalanan
tersebut beliau-beliau bertemu dengan: seseorang yang memanggil-manggil Nabi, beberapa orang yangmengucapkan salam dan beberapa orang lagi melakukan hal yang sama. Dan tibalah beliau-beliau di
Baitul Muqaddas. Lalu beliau memimpin shalat di mana makmumnya ialah para nabi. Setelah itu
Malaikat Jibril menghadapkan 3 gelas kepada Rasulullah SAW. Gelas pertama berisi air, gelas kedua
berisi arak dan gelas ketiga berisi susu. Rasulullah SAW mengambil gelas berisi susu, lalu beliau
( 4 )
-
7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi
5/9
meminumnya. Setelah itu Malaikat Jibril menjelaskan apa saja makna yang tersirat dari apa yang telah
beliau lihat itu (baca: QS 17:60). Peristiwa itu terjadi pada malam 27 Rajab 11 Nubuwwah (setelah beliau
diangkkat menjadi Nabi) [Muqaddimah Al-Quran dan Terjemahnya: 1993: 63+.
Riwayat di atas menimbulkan perdebatan theologies di kalangan Ahli Kalam (Theolog Muslim) bahkan
para sahabat sekalipun: Apakah perjalanan itu secara fisik atau non-fisik (ruyah *visi+)? Selain umumnya
umat Islam mempercayai kejadian itu secara fisik ada juga yang mempercayainya secara non-fisik,
seperti Aisyah RA misalnya, beliau mengatakan, Tubuh Rasul berada di tempatnya ketika Allah
memindahkan ruhnya pada malam itu. Muawiyah juga katanya memberikan keterangan bahwa Israa
itu betul-betul sebuah ruyah dari Tuhan, demikian tulis Fuad Hashem.
Di luar kontroversi itu, ada pesan spiritual yang bijak dari Maulana Rahmat Ali, Jauhilah perselisihan
dalam soal (Israa dan) Miraj Rasulullah SAW. Serahkan saja hal itu kepada Allah SWT (Miraj: 1949:103).
Jauh lebih penting dari sekedar perdebatan theologis itu adalah bahwa di balik peristiwa Israa itu ada
motivasi dari Nabi bahwa masa depan Islam itu cerah setelah mengalami kegelapan (lailan). Israa
(perjalanan malam) itu simbol hijrahnya Rasul dan para sahabat ke negeri lain yaitu Medinah. Melalui
hijrah inilah kemenangan Islam (Fatah Mekkah) akhirnya dapat dirasakan oleh umat Islam (QS 17:81 dan
9:33).
Kini kita hidup 15 abad setelah wafatnya beliau SAW. Kemenangan yang sejati adalah memenangkan
perang terhadap keburukan moral dalam diri setiap Muslim (jihaadul akbar: jihaadun nafs). Sesuai ayat
di atas (QS 17:1) kemajuan umat Islam sangat dipengaruhi oleh kegiatan umat dalam memakmurkan
masjid. Karena dengan memakmurkan masjid maka akan terjadi 2 aktivitas yang strategis: hablum
minallah (ibadah kepada Allah) dan hablum minan-naas (silaturahmi antar umat) sehingga terbuktilah
bahwa umat Islam adalah rahmatal-lil-aalamiin.
(ZAKh, Ikd: 10/07/09)
Assalamualaikum wr.wb.
( 5 )
-
7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi
6/9
Para pembaca yang dimulyakan oleh Allah swt. sesama muslim, Isra Miraj Nabi Besar Muhammad saw
adalah peristiwa penting dalam sejarah perkembangan Islam, bahkan di negara kita peristiwa ini
diperingati dengan sangat meriah dan hari H-nya dijadikan hari libur nasional.
Namun banyak diantara kita yang hanya puas dengan cerita dan kisah yang terus menerus tanpa tahu
hakekatnya. Selain itu seringkali terjadi perbedaan yang cukup tajam, mengenai apakah peristiwa itu
terjadi secara jasmani atau rohani.
Tulisan singkat ini mencoba menarik perhatian dan pikiran kita untuk direnungkan hakikat yang
sebenarnya dari peristiwa tersebut supaya kita dapat mengambil hikmahnya.
Semoga para pembaca menemukan kebenaran. Amin Allahumma Amin!
Wassalam,
Penyusun
Perlu kita renungkan:
Jika peristiwa Isra Miraj merupakan peristiwa jasmani Rasulullah saw naik ke langit bertemu para nabi,
mungkinkah seseorang dapat selamat naik ke atas melewati atmosfir tanpa terbakar serta dapatkah
seseorang yang naik ke atas dengan susunan udara yang sedikit bahkan tanpa adanya O2 dapat tetap
hidup?
Jika Rasulullah Saw. di langit beserta jasad-nya menjadi imam sholat berjamaah para nabi yang telah
wafat (tinggal roh), maka sholat para roh di belakang orang berjasad apa artinya dan bagaimana cara
berdirinya serta cara sholatnya? Bukankah hal ini merupakan pemandangan rohani belaka?
Apakah orang yang sudah meninggal masih tetap terkena hukum wajib seperti kita men-jalankan sholat?
Bukankah Rasulullah saw mengatakan bahwa orang yang telah mati putus amalnya serta kewajibannya?
( 6 )
-
7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi
7/9
Jika sholat Nabi saw di langit tsb merupakan sunnah, bagaimana mungkin umatnya menjalankan sholat
sunnah di langit seperti Rasulullah Saw tersebut?
Jika pemahaman umum menganggap Isra Miraj merupakan perjalanan Nabi saw semalam dengan
jasadnya, padahal Surat Al Isra ayat 60 menyatakan dengan jelas bahwa (ruya).Dan Kami tidak
menjadikan ru`ya yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia .. ( Al-
Isra :60)
Kita semua sepakat dan tidak menyangkalnya bahwa orang yang bermimpi itu jelas orang yang sedang
tidur! Bukankah hal ini memperkuat keyakinan kita bahwa peristiwa tersebut adalah pemandangan
rohani belaka?
Para mufasirrin sepakat bahwa Surat Al Isra diturunkan sekitar setengah tahun/setahun sebelum Hijrah
dari Mekah ke Madinah dan dalam surah itu sama sekali tidak menyebut sedikitpun tidak menyinggung
kepergian Nabi saw ke langit, sedangkan Miraj dijelaskan pada Surat An Najm yang diturunkan sekitar
tahun ke-5 dan 6 kenabian dan dalam surah itu tidak menyinggung soal isra.
Apakah Nabi saw menemui Tuhan harus naik ke langit, apa sewaktu di bumi tidak pernah bertemu
dengan Tuhan? Jadi jelas jarak antara turunnya kedua surat tersebut selisih 6 tahun, maka sesuai saat
turunnya kedua surat tersebut tidakkah urutannya menjadi Miraj dulu baru Isra?.
Menurut pemahaman umum bahwa perintah sholat mulai difardhukan atau ditetapkan pada peristiwa
Miraj ketika Nabi saw menghadap Tuhan, apabila paham ini benar serta dibenarkan pula paham Miraj
terjadi ber-sama Isra merupakan satu peristiwa, maka jika demikian halnya berarti Rasulullah saw
beserta umatnya mulai sholat baru sekitar 11 tahun sesudah diutus, apakah sebelumnya Rasulullah saw
beserta umatnya belum menjalankan sholat?
Dalam hadits diceritakan bahwa Nabi saw sampai naik turun beberapa kali agar Allah mengubah
perintah shalat 50 kali sehari semalam menjadi hanya 5 kali. Apakah Allah yang Maha Mengetahui,Maha Bijaksana itu sebelumnya tidak mengetahui bahwa umat Muhammad saw tidak akan mampu
menjalankan ibadah shalat 50 kali sehari semalam? Naudzubillah min dzalik! Mengapa Musa lebih
mengetahui keberatan umat Nabi Muhammad saw, bukan Nabi saw sendiri yang kenal langsung
umatnya yang mengajukan keringanan perintah shalat tersebut?
( 7 )
-
7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi
8/9
Sebaiknya kita terima paham yang lebih benar bukan sesuatu yang dirasakan ganjil dengan kisah-kisah
yang tidak dapat diterima dengan akal sehat! Saya tidak menolak ayat2 Alquran tentang Isra dan Miraj
juga tdk menolak hadis2 Isra dan hadis2 Miraj. Saya hanya mengajak kita untuk membuka cara pandang
baru dan lebih masuk akal sehat dalam memahaminya.
Dalam hal Nabi saw dibelah dadanya, jantung dikeluarkan, dibersihkan kemudian diisi dengan iman dan
hikmah ditampung dalam bejana emas. Kita yakin bahwa iman dan hikmah bukanlah benda yang dapat
dibawa ditampung dalam bejana emas dan orang yang dibelah dan dibedah dadanya, jantungnya
dikeluarkan mungkinkah beliau tetap hidup? Lalu yang dicuci di dalam jantung Nabi saw itu kotoran
apa? Apakah masih perlu jantung beliau dibersihkan dari hal yang belum bersih? Lagi pula apakah
tadinya jiwa Nabi saw itu kosong dari iman dan hikmah?
Bukankah hal ini merupakan pemandangan rohani (kasyaf dan ruya)belaka?
Dalam hadits Nabi saw melihat sungai Nil di Mesir dan sungai Eufrat di Irak berhubungan dengan 2
sungai sorga, jelas kita mengetahui bahwa kedua sungai tersebut ada dan bersumber air di bumi.
Bukankah hal ini merupakan peristiwa ru-ya?
Dalam hadits diceritakan pula bahwa Jibril membuka atap rumah Nabi saw kemudian turun. Mengapa
kali iniJibril sampai membuka atap rumah Nabi saw, padahal bertahun-tahun Nabi saw menerima
kedatangan Jibril tanpa Benarkah atap rumah Nabi saw terbuka? Tidakkah hal ini membuktikan
pemandangan rohani belaka?
Dalam hadits disebutkan bahwa sewaktu Nabi saw Miraj bersama Jibril, Jibril mengetuk pintu langit
agar penjaga pintu membukanya! Apakah langit suatu bangunan atau benda berbentuk gedung yang
ada pintunya? Apakah malaikat penjaga pintu tersebut tidak diberitahu bahwa ada tamu penting yang
akan datang? Tidakkah hal ini membuktikan bahwa semua yang dialami oleh Nabi saw dalam Miraj
hanyalah merupakan pemandangan rohani?
Jika Bouraq yang dikendarai Rasulullah saw berupa kuda dengan kepala seorang wanita yang cantik ini
benar-, seharusnya sekarangpun binatang tersebut harus ada, ternyata hingga sekarangpun kita semuatidak pernah melihat ataupun mengenalnya, bukankah hal ini merupakan Dan apakah ada ayat Al Quran
yang menjelaskan tentang binatang Bouraq tersebut?
( 8 )
-
7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi
9/9
Dan kita coba melihat arti dan rahasia yang tersimpan di dalam pemandangan rohani Nabi saw. dalam
peristiwa erjalanan Nabi saw dari Makkah ke Masjidil Aqsha mengandung petunjuk bahwa Nabi saw
bakal hijrah dari Makkah. Surat Al Isra ayat 1 yang artinya: Masjidil Aqsha yang Kami berkati
sekelilingnya. Pada saat itu di Palestina belum ada masjidil Aqsha. Arti Masjidil Aqsha adalah masjid
yang jauh, jarak antara Makkah ke Madinah ratusan kilometer. Tidakkah hal ini telah menjadi kenyataan
bahwa Nabi saw benar telah hijrah dari Mekkah ke Madinah yang diberkati sekelilingnya?
Wassalamu ala manittabaal huda wa akhiru dawana anilhamdulillahi rabbil alamin
( 9 )