Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi

download Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi

of 9

Transcript of Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi

  • 7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi

    1/9

    Pembahasan Kritis Seputar Isra dan Miraj

    Maha Suci Dia, Yang telah menjalankan hamba-Nya pada waktu malam dari Masjid Haram ke MasjidAqsha, yang telah Kami berkati, sekelilingnya supaya Kami perlihatkan kepadanya sebagaian dari Tanda-

    tanda Kami. Sesungguhnya Dia, Yang Maha Mendengar, Maha Melihat. (Surah al-Isra)

    Ayat ini, yang nampaknya menyebut suatu kasyaf Rasulullah saw., telah dianggap oleh sebagian ahli

    tafsir Alquran menunjuk kepada Miraj (kenaikan rohani) beliau. Berlawanan dengan pendapat umum,

    kami cenderung kepada pendapat, bahwa ayat ini membahas masalah Isra (perjalanan rohani di waktu

    malam) Rasulullah saw. dari Mekkah ke Yerusalem dalam kasyaf, sedang Miraj beliau telah dibahas agak

    terperinci dalam Surah An-Najm.

    Semua kejadian yang disebut dalam Surah An-Najm (ayat-ayat 8 18) yang telah diwahyu kan tidak lama

    sesudah hijrah ke Abessinia, yang telah terjadi di bulan Rajab tahun ke 5 nabawi, diceriterakan secara

    terperinci dalam buku-buku hadist yang membahas Miraj Rasulullah saw., sedang Isra Rasulullah saw.

    dari Mekkah ke Yerusalem, yang dibahas oleh ayat ini, menurut Zurqani terjadi pada tahun ke-11 nabawi

    ; menurut Muir dan beberapa pengarang Kristen lainnya pada tahun ke-12. Tetapi menurut Mardawaih

    dan Ibn Sad, perintiwa Isra terjadi pada 17 Rabiul-awal, setahun sebelum hijrah (Al-Khashaish al-Kubra) .

    Baihaqi pun menceriterakan, bahwa Isra itu terjadi setahun atau enam bulan sebelum hijrah.

    Dengan demikian semua hadist yang bersangkutan dengan persoalan ini menunjukkan, bahwa Isra itu

    terjadi setahun atau enam bulan sebelum hijrah, yaitu kira-kita pada tahun ke-12 nabawi, setelah Siti

    Khadijah wafat, yang terjadi pada tahun ke-10 nabawi, ketika Rasulullah saw. tinggal bersama-sama

    dengan Ummi Hani, saudari sepupu beliau.

    Tetapi Miraj, menurut pendapat sebagian terbesar ulama, terjadi kira-kira pada tahun ke-5 nabawi.

    Dengan demikian dua kejadian itu dipisahkan satu dengan yang lain oleh jarak waktu enam atau tujuh

    tahun, dan oleh karenanya kedua kejadian itu tidak mungkin sama ; yang satu harus dianggap berbeda

    dan terpisah dari yang lain. Lagi pula peristiwa-peristiwa yang menurut hadist terjadi dalam MirajRasulullah saw. sama sekali berbeda dalam sifatnya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam Isra.

    Secara sambil lalu dapat disebutkan di sini, bahwa kedua peristiwa itu hanya kejadian-kejadian rohani

    belaka, dan Rasulullah saw. tidak naik ke langit atau pergi ke Yerusalem dengan tubuh kasar.

    ( 1 )

  • 7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi

    2/9

    Kecuali kesaksian sejarah yang kuat ini, ada pula kejadian-kejadian lain yang berkaitan dengan peristiwa

    itu mendukung pendapat, bahwa kejadian itu sama sekali berbeda dan terpisah satu sama lain :

    Alquran menguraikan kejadian Miraj Rasulullah saw. dalam surah 53, tetapi sedikit pun tidak

    menyinggung Isra, sedang dalam Surah ini Alquran membahas soal Isra, tetapi sedikit pun tidak

    menyinggung peristiwa Miraj.

    Ummi Hani, saudari sepupu Rasulullah saw. yang di rumahnya beliau menginap pada malam peristiwa

    Isra terjadi, hanya membicarakan perjalanan Rasulullah saw. ke Yerusalem, dan sama sekali tidak

    menyinggung kenaikan beliau ke langit. Ummi Hani itu orang pertama yang kepadanya Rasulullah saw.

    menceriterakan perjalanan beliau di waktu malam ke Yerusalem, dan paling sedikit tujuh penghimpun

    riwayat-riwayat hadist telah mengutip keterangan Ummi Hani mengenai kejadian ini, yang bersum-ber

    pada empat perawi yang berlain-lainan. Semua perawi ini sepakat, bahwa Rasulullah saw. berangkat keYerusalem dan pulang kembali ke Mekkah pada malam itu juga.

    Jika sekiranya Rasulullah saw. telah membicarakan pula kenaikan beliau ke langit, tentu Ummi Hani tidak

    akan lupa menyebutkan hal ini dalam salah satu riwayatnya. Tetapi beliau tidak menyebut hal itu dalam

    satu riwayat pun ; dengan demikian menunjukkan dengan pasti , bahwa pada malam yang bersangkutan

    itu Rasulullah saw. melakukan Isra hanya sampai Yerusalem ; dan bahwa Miraj itu tidak terjadi pada

    ketika itu. Nampaknya beberapa perawi hadist mencampur baurkan kedua peristiwa Isra dan Miraj itu.

    Rupanya pikiran mereka dikacaukan persamaan yang terdapat pada beberapa uraian terperinci

    mengenai Isra dan Miraj telah menambah dan memperkuat pendapat mereka yang kacau balau itu.

    Hadist-hadist yang mula-mula meriwayatkan perjalanan Rasulullah saw. ke Yerusalem dan selanjutnya

    mengenai kenaikan beliau dari sana ke langit, menyebut pula bahwa di Yerusa lem dan selanjutnya

    mengenai kenaikan beliau dari sana ke langit, menyebut pula bahwa di Yerusalem beliau bertemu

    dengan beberapa nabi terdahulu, termasuk Adam as., Ibrahim as., Musa as., dan Isa as. ; dan bahwa di

    berbagai petala langit beliau menemui nabi-nabi yang itu-itu juga, tetapi tidak dapat mengenal mereka.

    Bagaimanakah nabi-nabi tersebut, yang telah beliau jumpai di Yerusalem, sampai pula ke langit sebelum

    beliau; dan mengapa beliau tidak mengenali mereka, sedang beliau telah melihat mereka beberapa saatsebelumnya dalam perjalanan itu-itu juga ? Tidaklah masuk akal, bahwa beliau tidak dapat mengenal

    mereka, padahal hanya beberapa saat sebelum itu, beliau bertemu dengan mereka dalam perjalanan itu

    juga.

    ( 2 )

  • 7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi

    3/9

    Masjid Aqsha (masjid yang jauh) menunjuk kepada rumah peribadatan (kenisah) yang didirikan oleh

    Nabi Sulaiman as. di Yerusalem.

    Kasyaf Rasulullah saw. yang disebut dalam ayat ini mengandung suatu nubuatan yang agung. Perjalanan

    beliau ke Masjid Aqsha berarti hijrah beliau ke Medinah, tempat beliau akan mendirikan suatu masjid,

    yang ditakdirkan kelak akan menjadi masjid pusat Islam, dan penglihatan diri beliau sendiri dalam

    kasyaf, bahwa beliau mengimani pada nabi lainnya dalam shalat mengandung arti, bahwa agama baru,

    ialah Islam, tidak akan terkurung di tempat kelahirannya saja, melainkan akan tersebar ke seantero

    dunia, dan pengikut-pengikut dari semua agama akan menggabungkan diri kepadanya.

    Kepergian beliau ke Yerusalem dalam kasyaf dapat pula dianggap mengandung arti, bahwa beliau akan

    diberi kekuasaan di masa khilafat (kekhalifahan) Sayyidina Umar ra. Kasyaf ini dapat pula diartikan

    sebagai petunjuk kepadasuatu perjalanan rohani Rasulullah saw. ke suatu negara jauh, di suatu masayang akan datang. Maksudnya bahwa ketika kegelapan rohani akan menutupi seluruh dunia, Rasulullah

    saw. akan muncul kembali secara rohani dalam wujud salah seorang pengikut beliau, dalam satu negara

    yang sangat jauh dari tempat pertama beliau diutus.

    ISRA DAN MASA DEPAN UMAT

    Oleh ZA Khudori

    Pemerhati Masalah-masalah Sosial Keagamaan

    Tinggal di Tegineneng, Pesawaran (Lampung)

    Kemajuan suatu kaum sesungguhnya telah dinubuatkan (direncanakan) oleh Allah SWT. Termasuk umat

    Islam. Untuk melukiskan kemajuan umat Islam, Allah SWT telah memperlihatkan sebuah pengalaman

    rohani yang dikenal dengan istilah Israa (memperjalankan di malam hari). Al-Quran mengabadikan

    pengalaman tersebut dalam Surat 17 (Al-Israa/Bani Israil): 1, Maha Suci Allah, yang telah

    memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah

    Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dalam muqaddimah Surat

    ini, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran (SK MENAGRI No. 26 Tahun 1967; Edisi

    Baru, 1993) menyebutkan bahwa Surat ini dinamakan Al-Israa (yang berarti memperjalankan di malam

    hari) berhubungan dengan peristiwa Israa Nabi Muhammad SAW di Masjidil Haram (Mekkah) ke

    Mesjidil Aqsha (di Baitul Makdis) dicantumkan pada ayat pertama dalam Surat ini.

    ( 3 )

  • 7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi

    4/9

    Sejarah mencatat bahwa Muhammad bin Abdullah diangkat sebagai Nabi dan diutus sebagai Rasul pada

    usia 40 tahun (610 M). Lima tahun pertama dalam menjalankan tugasnya telah beriman sebagian kecil

    kaum Kafir Quraisy. Para pengikut Nabi pada masa awal ini mendapat respon negatif berupa intimidasi

    dan tindakan kekerasan dari keluarga dan kawan sepermainan mereka. Atas izin Nabi akhirnya para

    sahabat itu hijrah ke negeri tetangga, Habasyah (Ethiopia) [615 M]. Sebuah negeri yang dipimpin oleh

    seorang raja yang adil dan bijaksana. Seorang raja yang memberikan kebebasan dan perlindungan

    kepada masyarakatnya dalam menjalankan agama dan kepercayaannya.

    Meskipun banyak hambatan dan rintangan, perkembangan ajaran Islam terus maju. Istilahnya padat-

    merayap dan maju terus pantang mundur. Menyikapi hal ini para pembesar Quraisy mengambil sikap

    tegas yaitu memboikot Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Caranya ialah dengan memutuskan segala

    perhubungan: hubungan perkawinan, jual-beli, ziarah-menziarahi dan lain-lain (Muqaddimah Al-Quran

    dan Terjemahnya: 1993: 62). Dalam masa pemboikotan ini wafat dua orang tercinta Nabi SAW:

    Pamanda Abu Thalib (87) dan Istrinda Khadijah (65). Begitu berdukanya Nabi sehingga tahun tersebut

    (620 M) oleh ahli sejarah dinamakan Aamul Huzni (Tahun Dukacita).

    Untuk menenangkan hatinya maka Nabi tinggal bersama sepupunya, Ummu Hani. Seperti reportase ahli

    sejarah kenamaan Ibnu Ishaq, sejarawan ini melaporkan, Telah sampai kepada saya dari Ummu Hani

    binti Abu Thalib (nama aslinya: Hindun) mengenai perjalanan malam (Israa) Nabi SAW. Katanya, Nabi

    SAW hanya mengadakan perjalanan ke Baitul Maqdis ketika berada di rumah saya. Malam itu Nabi SAW

    tidur di rumah saya dan kami semua sedang tidur (Fuad Hasyem: 1898: 222).

    Dalam keadaan tidur inilah beliau SAW melihat berbagai peritiwa yang Nabi sendiri tuturkan

    (diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudriy), Sudah dikirimkan kepada saya seekor hewan dan ia

    menyerupai bighal (peranakan kuda dengan keledai), Buraq namanya, dan biasa dikendarai oleh para

    nabi. Buraq itu membawa saya dan ia bisa melangkahkan kaki depannya sejauh mata memandang

    (Taufik Rahman: 1990: 62).

    Mengenai perjalanan selanjutnya, kita dapat membaca Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik

    (Ibnu Jarir Juz 15 hlm. 6). Mengingat panjangnya riwayat tersebut maka ringkasannya ialah sebagai

    berikut: Nabi dan Malaikat Jibril naik Buraq dari Masjid Al-Haran ke Masjid Al-Aqsha. Dalam perjalanan

    tersebut beliau-beliau bertemu dengan: seseorang yang memanggil-manggil Nabi, beberapa orang yangmengucapkan salam dan beberapa orang lagi melakukan hal yang sama. Dan tibalah beliau-beliau di

    Baitul Muqaddas. Lalu beliau memimpin shalat di mana makmumnya ialah para nabi. Setelah itu

    Malaikat Jibril menghadapkan 3 gelas kepada Rasulullah SAW. Gelas pertama berisi air, gelas kedua

    berisi arak dan gelas ketiga berisi susu. Rasulullah SAW mengambil gelas berisi susu, lalu beliau

    ( 4 )

  • 7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi

    5/9

    meminumnya. Setelah itu Malaikat Jibril menjelaskan apa saja makna yang tersirat dari apa yang telah

    beliau lihat itu (baca: QS 17:60). Peristiwa itu terjadi pada malam 27 Rajab 11 Nubuwwah (setelah beliau

    diangkkat menjadi Nabi) [Muqaddimah Al-Quran dan Terjemahnya: 1993: 63+.

    Riwayat di atas menimbulkan perdebatan theologies di kalangan Ahli Kalam (Theolog Muslim) bahkan

    para sahabat sekalipun: Apakah perjalanan itu secara fisik atau non-fisik (ruyah *visi+)? Selain umumnya

    umat Islam mempercayai kejadian itu secara fisik ada juga yang mempercayainya secara non-fisik,

    seperti Aisyah RA misalnya, beliau mengatakan, Tubuh Rasul berada di tempatnya ketika Allah

    memindahkan ruhnya pada malam itu. Muawiyah juga katanya memberikan keterangan bahwa Israa

    itu betul-betul sebuah ruyah dari Tuhan, demikian tulis Fuad Hashem.

    Di luar kontroversi itu, ada pesan spiritual yang bijak dari Maulana Rahmat Ali, Jauhilah perselisihan

    dalam soal (Israa dan) Miraj Rasulullah SAW. Serahkan saja hal itu kepada Allah SWT (Miraj: 1949:103).

    Jauh lebih penting dari sekedar perdebatan theologis itu adalah bahwa di balik peristiwa Israa itu ada

    motivasi dari Nabi bahwa masa depan Islam itu cerah setelah mengalami kegelapan (lailan). Israa

    (perjalanan malam) itu simbol hijrahnya Rasul dan para sahabat ke negeri lain yaitu Medinah. Melalui

    hijrah inilah kemenangan Islam (Fatah Mekkah) akhirnya dapat dirasakan oleh umat Islam (QS 17:81 dan

    9:33).

    Kini kita hidup 15 abad setelah wafatnya beliau SAW. Kemenangan yang sejati adalah memenangkan

    perang terhadap keburukan moral dalam diri setiap Muslim (jihaadul akbar: jihaadun nafs). Sesuai ayat

    di atas (QS 17:1) kemajuan umat Islam sangat dipengaruhi oleh kegiatan umat dalam memakmurkan

    masjid. Karena dengan memakmurkan masjid maka akan terjadi 2 aktivitas yang strategis: hablum

    minallah (ibadah kepada Allah) dan hablum minan-naas (silaturahmi antar umat) sehingga terbuktilah

    bahwa umat Islam adalah rahmatal-lil-aalamiin.

    (ZAKh, Ikd: 10/07/09)

    Assalamualaikum wr.wb.

    ( 5 )

  • 7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi

    6/9

    Para pembaca yang dimulyakan oleh Allah swt. sesama muslim, Isra Miraj Nabi Besar Muhammad saw

    adalah peristiwa penting dalam sejarah perkembangan Islam, bahkan di negara kita peristiwa ini

    diperingati dengan sangat meriah dan hari H-nya dijadikan hari libur nasional.

    Namun banyak diantara kita yang hanya puas dengan cerita dan kisah yang terus menerus tanpa tahu

    hakekatnya. Selain itu seringkali terjadi perbedaan yang cukup tajam, mengenai apakah peristiwa itu

    terjadi secara jasmani atau rohani.

    Tulisan singkat ini mencoba menarik perhatian dan pikiran kita untuk direnungkan hakikat yang

    sebenarnya dari peristiwa tersebut supaya kita dapat mengambil hikmahnya.

    Semoga para pembaca menemukan kebenaran. Amin Allahumma Amin!

    Wassalam,

    Penyusun

    Perlu kita renungkan:

    Jika peristiwa Isra Miraj merupakan peristiwa jasmani Rasulullah saw naik ke langit bertemu para nabi,

    mungkinkah seseorang dapat selamat naik ke atas melewati atmosfir tanpa terbakar serta dapatkah

    seseorang yang naik ke atas dengan susunan udara yang sedikit bahkan tanpa adanya O2 dapat tetap

    hidup?

    Jika Rasulullah Saw. di langit beserta jasad-nya menjadi imam sholat berjamaah para nabi yang telah

    wafat (tinggal roh), maka sholat para roh di belakang orang berjasad apa artinya dan bagaimana cara

    berdirinya serta cara sholatnya? Bukankah hal ini merupakan pemandangan rohani belaka?

    Apakah orang yang sudah meninggal masih tetap terkena hukum wajib seperti kita men-jalankan sholat?

    Bukankah Rasulullah saw mengatakan bahwa orang yang telah mati putus amalnya serta kewajibannya?

    ( 6 )

  • 7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi

    7/9

    Jika sholat Nabi saw di langit tsb merupakan sunnah, bagaimana mungkin umatnya menjalankan sholat

    sunnah di langit seperti Rasulullah Saw tersebut?

    Jika pemahaman umum menganggap Isra Miraj merupakan perjalanan Nabi saw semalam dengan

    jasadnya, padahal Surat Al Isra ayat 60 menyatakan dengan jelas bahwa (ruya).Dan Kami tidak

    menjadikan ru`ya yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia .. ( Al-

    Isra :60)

    Kita semua sepakat dan tidak menyangkalnya bahwa orang yang bermimpi itu jelas orang yang sedang

    tidur! Bukankah hal ini memperkuat keyakinan kita bahwa peristiwa tersebut adalah pemandangan

    rohani belaka?

    Para mufasirrin sepakat bahwa Surat Al Isra diturunkan sekitar setengah tahun/setahun sebelum Hijrah

    dari Mekah ke Madinah dan dalam surah itu sama sekali tidak menyebut sedikitpun tidak menyinggung

    kepergian Nabi saw ke langit, sedangkan Miraj dijelaskan pada Surat An Najm yang diturunkan sekitar

    tahun ke-5 dan 6 kenabian dan dalam surah itu tidak menyinggung soal isra.

    Apakah Nabi saw menemui Tuhan harus naik ke langit, apa sewaktu di bumi tidak pernah bertemu

    dengan Tuhan? Jadi jelas jarak antara turunnya kedua surat tersebut selisih 6 tahun, maka sesuai saat

    turunnya kedua surat tersebut tidakkah urutannya menjadi Miraj dulu baru Isra?.

    Menurut pemahaman umum bahwa perintah sholat mulai difardhukan atau ditetapkan pada peristiwa

    Miraj ketika Nabi saw menghadap Tuhan, apabila paham ini benar serta dibenarkan pula paham Miraj

    terjadi ber-sama Isra merupakan satu peristiwa, maka jika demikian halnya berarti Rasulullah saw

    beserta umatnya mulai sholat baru sekitar 11 tahun sesudah diutus, apakah sebelumnya Rasulullah saw

    beserta umatnya belum menjalankan sholat?

    Dalam hadits diceritakan bahwa Nabi saw sampai naik turun beberapa kali agar Allah mengubah

    perintah shalat 50 kali sehari semalam menjadi hanya 5 kali. Apakah Allah yang Maha Mengetahui,Maha Bijaksana itu sebelumnya tidak mengetahui bahwa umat Muhammad saw tidak akan mampu

    menjalankan ibadah shalat 50 kali sehari semalam? Naudzubillah min dzalik! Mengapa Musa lebih

    mengetahui keberatan umat Nabi Muhammad saw, bukan Nabi saw sendiri yang kenal langsung

    umatnya yang mengajukan keringanan perintah shalat tersebut?

    ( 7 )

  • 7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi

    8/9

    Sebaiknya kita terima paham yang lebih benar bukan sesuatu yang dirasakan ganjil dengan kisah-kisah

    yang tidak dapat diterima dengan akal sehat! Saya tidak menolak ayat2 Alquran tentang Isra dan Miraj

    juga tdk menolak hadis2 Isra dan hadis2 Miraj. Saya hanya mengajak kita untuk membuka cara pandang

    baru dan lebih masuk akal sehat dalam memahaminya.

    Dalam hal Nabi saw dibelah dadanya, jantung dikeluarkan, dibersihkan kemudian diisi dengan iman dan

    hikmah ditampung dalam bejana emas. Kita yakin bahwa iman dan hikmah bukanlah benda yang dapat

    dibawa ditampung dalam bejana emas dan orang yang dibelah dan dibedah dadanya, jantungnya

    dikeluarkan mungkinkah beliau tetap hidup? Lalu yang dicuci di dalam jantung Nabi saw itu kotoran

    apa? Apakah masih perlu jantung beliau dibersihkan dari hal yang belum bersih? Lagi pula apakah

    tadinya jiwa Nabi saw itu kosong dari iman dan hikmah?

    Bukankah hal ini merupakan pemandangan rohani (kasyaf dan ruya)belaka?

    Dalam hadits Nabi saw melihat sungai Nil di Mesir dan sungai Eufrat di Irak berhubungan dengan 2

    sungai sorga, jelas kita mengetahui bahwa kedua sungai tersebut ada dan bersumber air di bumi.

    Bukankah hal ini merupakan peristiwa ru-ya?

    Dalam hadits diceritakan pula bahwa Jibril membuka atap rumah Nabi saw kemudian turun. Mengapa

    kali iniJibril sampai membuka atap rumah Nabi saw, padahal bertahun-tahun Nabi saw menerima

    kedatangan Jibril tanpa Benarkah atap rumah Nabi saw terbuka? Tidakkah hal ini membuktikan

    pemandangan rohani belaka?

    Dalam hadits disebutkan bahwa sewaktu Nabi saw Miraj bersama Jibril, Jibril mengetuk pintu langit

    agar penjaga pintu membukanya! Apakah langit suatu bangunan atau benda berbentuk gedung yang

    ada pintunya? Apakah malaikat penjaga pintu tersebut tidak diberitahu bahwa ada tamu penting yang

    akan datang? Tidakkah hal ini membuktikan bahwa semua yang dialami oleh Nabi saw dalam Miraj

    hanyalah merupakan pemandangan rohani?

    Jika Bouraq yang dikendarai Rasulullah saw berupa kuda dengan kepala seorang wanita yang cantik ini

    benar-, seharusnya sekarangpun binatang tersebut harus ada, ternyata hingga sekarangpun kita semuatidak pernah melihat ataupun mengenalnya, bukankah hal ini merupakan Dan apakah ada ayat Al Quran

    yang menjelaskan tentang binatang Bouraq tersebut?

    ( 8 )

  • 7/27/2019 Pembahasan Kritis Seputar Isra Dan Mi

    9/9

    Dan kita coba melihat arti dan rahasia yang tersimpan di dalam pemandangan rohani Nabi saw. dalam

    peristiwa erjalanan Nabi saw dari Makkah ke Masjidil Aqsha mengandung petunjuk bahwa Nabi saw

    bakal hijrah dari Makkah. Surat Al Isra ayat 1 yang artinya: Masjidil Aqsha yang Kami berkati

    sekelilingnya. Pada saat itu di Palestina belum ada masjidil Aqsha. Arti Masjidil Aqsha adalah masjid

    yang jauh, jarak antara Makkah ke Madinah ratusan kilometer. Tidakkah hal ini telah menjadi kenyataan

    bahwa Nabi saw benar telah hijrah dari Mekkah ke Madinah yang diberkati sekelilingnya?

    Wassalamu ala manittabaal huda wa akhiru dawana anilhamdulillahi rabbil alamin

    ( 9 )