pembahasan koloid

7

Click here to load reader

description

laporan

Transcript of pembahasan koloid

Pada percobaan pertama yaitu pembuatan koloid Fe(OH)3, dilakukan dengan cara kondensasi, yaitu penggabungan partikel larutan sejati dalam hal ini yaitu air dengan larutan FeCl3. Dimana reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah reaksi hidrolisis. Dari hasil pengamatan menunjukkan air panas yang ditetesi larutan FeCl3 warnanya berubah menjadi coklat setelah penetesan sebanyak 5 tetes, namun tidak langsung semuanya menjadi coklat, melainkan secara perlahan-lahan. Ini disebabkan partikel zat terdipersi dalam hal ini yaitu FeCl3 tidak langsung tersbebar merata dalam medium pendispersinya (air). Dengan berubahnya warna larutan menjadi coklat maka ini menunjukkan sudah terbentuk koloid Fe(OH)3, cara lain yang dapat dilakukan untuk menguji apakah larutan ini adalah koloid atau tidak adalah dengan melewatkan seberkas sinar pada larutan ini, jika larutan ini adalah koloid maka sinar akan tampak ketika melewatinya. Pada percobaan ini terjadi reaksi sebagai berikut FeCl3 +3H2O 3HCl + Fe(OH)3Pada percobaan selanjutnya,yaitu tentang koagulasi. Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya berlawanan. Faktor-faktor yang menyababkan koagulasi antara lain: perubahan suhu, pengadukan, penambahan ion dengan muatan besar . Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secra fisik seperti pemanasan, pendinginan, pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan. pada percobaan ini kita mencampurkan 1 ml koloid Fe(OH)3 dan 1 ml koloid Arsen (III) sulfida. Hasil dari pencampuran kedua larutan ini terbentuk endapan. Endapan ini disebabkan karena jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid yang negatif akan mengadsorpsi ion positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi ion negatif (anion) dari elektrolit. Dari proses ini maka terjadi proses koagulasi atau penggumpalan.Pada percobaan ketiga yaitu pembuatan koloid dengan cara disperse. Disperse merupakan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi partikel koloid. Cara dispersi ini dibagi menjadi beberapa jenis yaitu dispersi mekanik (penggerusan), dispersi elektrolitik (busur bredig), dan peptisasi (penambahan zat pemecah). Dalam percobaan ini digunakan cara mekanik, dimana amilum digerus menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Mulanya, amilum yang belum digerus dilarutkan dalam aquades, setelah itu disaring, dan warna filtratnya bening keruh. Kemudian untuk amilum yang telah digerus, dilarutkan pula dalam aquades, lalu disaring. Ternyata jika dibandingkan denganfiltrat amilum yang belum digerus, filtrate setelah penggerusan lebih keruh dari sebelumnya. Hal ini karena pertikel-partikel amilum tersebut lebih kecil/halus sehingga hanya sedikit yang dapat tersaring. Setelah kedua filtrate dibandingkan, ditambahkan 3 tetes larutan iodium ke dalam filtrate amilum yang telah digerus. Fungsi penambahan larutan iodium adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan amilum pada larutan. Warna filtrate berbah menjadi ungu kehitaman. Percobaan keempat, yaitu mengetahui jenis koloid (emulsi). Emulsi merupakan campuran cair-cair(misalnya benzene dengan air, atau minyak dengan air). Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tidak saling malarutkan atau dapat juga disebut zat cair polar dan zat cair non polar. Dalam percobaan ini tabung reaksi dicamprkan aquades dengan benzene. Antara aquades dan benzena tidak dapat bercampur meskipun dikocok dengan keras, antara kedua zat membentuk dua lapisan yaitu benzena dengan massa jenis yang lebih kecil berada pada lapisan atas dan aquades pada lapisan bawah. Adapun penyebab kedua zat ini tidak dapat melarut adalah karena benzena merupakan senyawa non polar dan aquades sendiri adalah senyawa polar. Waktu yang dibthkan untuk membentk dua lapisan adalah 18,7 detik. Kemudian campran antara aquades, benzene dan Na-oleat dibtuhkan waktu 8,91 detik untuk memisahkan diri. Waktu yang dibthkan lebih cepat karena fungsi Na-Oleat sebenarnya adalah mempercepat pemisahan antara aquades dengan benzena. Pada pencampran ini Benzena dan Na-Oleat tercampur dan tetap memisah dengan aquades. Benzene dan Na-oleat dapat menyat karena sama-sama tergolong larutan non polar.Percobaan yang kelima yaitu pembuatan gel. Gel merupakan system padat atau setengah padat dari paling sedikit dua konstituen yang terdiri dari massa seperti agar-agar yang rapat dan diisi oleh cairan. Gel terdiri dari dua fase kontinyu yang saling berpenetrasi. Fase yang satu berupa padatan, tersusun dari partikel-partikel yang sangat tidak simetris dengan luas permukaan besar, sedang yang lain adalah cairan. Pada prinsipnya pembentukan gel hidrokoloid terjadi karana adanya pembentukan jala atau jaringan tiga dimensi oleh molekul primer yang terentang pada seluruh volume gel yang terbentuk dengan memerangkap sejumlah air didalamnya. Terjadi ikatan silang pada polimer-polimer yang terdiri dari molekul rantai panjang dalam jumlah yang cukup maka akan terbentuk struktur yang kaku dan tegar yang tahan terhadap gaya maupun tekanan tertentu. Gelasi merupakan fenomena yang melibatkan penggabungan atau terjadinya ikatan saling silang antar rantai-rantai polimer. Adapun pada percobaan ini digunakan kalsium asetat yang merupakan garam dari asam asetat, mempunyai rumus molekul yaitu Ca(CH3COOH)2. Nama IUPAC untuk kalsium asetat adalah kalsium etanoat dan nama lainnya kapur asetat. Mempunyai bentuk anhidrat dan sangat higroskopis. Jika ditambahkan C2H5OH 95% kedalam larutan kalsium asetat jenuh maka suatu sediaan semisolid gel terbentuk dan mempunyai sifat mudah terbakar. Gel yang dihasilakan berwarna putih dan berbentuk menyerupai bola salju. Terbentuknya gel ini juga disebabkan kalsium asetat sukar larut dalam alkohol.Percobaan keenam yaitu adsorpsi Adsorpsi merupakan sebuah peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Zat yang diserap disebut adsorbat atau zat yang terserap. Sedangkan zat yang menyerap disebut adsorben. Oleh karena itu, pada proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada jenis adsorben, jenis adsorbat, luas permukaan adsorben, konsentrasi zat terlarut dan temperatur.Pada saat gula dan air bercampur, warna larutan gula keruh agak kuning. Pada tahap berikutnya yaitu pemberian norit, yang harus digerus dahulu, hal ini bertujuan agar nantinya norit yang sudah halus dapat mempermudah absorbsi . Karena semakin luas permukaan adsorben maka daya penyerapannya pun semakin tinggi. Dimana penggerusan pada norit adalah cara memperluas permukaan adsorbennya. Lartan tersebut kemudian dipanaskan, pemanasan pada percobaan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan adsorpsi karbon aktif tersebut. Setelah proses pemanasan didapatkan larutan menjadi lebih pekat, namn setelah disaring didapatkan larutan tetap pekat sperti semula. Seharusnya larutan yang telah disaring akan berwarna jernih karena akan terjadi peristiwa adsorpsi, yaitu peristiwa penyerapan muatan atau ion-ion oleh partikel koloid, dalam hal ini yang bertindak sebagai adsorben adalah norit yang merupakan karbon aktif. Dimana norit berfungsi untuk mengadsorpsi warna keruh dari gula. Pada percobaan kelima dilakukan proses pembuatan sabun atau biasa dikenal dengan proses atau reaksi penyabunan (reaksi sapronifikasi). pertama Pada pembuatan sabun ditambahkan NaOH 40 %, Na-Oleat serta 5 mL etanol yang fungsinya untuk menyatukan partikel Na-OH dengan Na-Oleat. Ion Na+ yang bertindak sebagai kepala polar dari Na-Oleat (yang terbentuk akibat reaksi antara minyak kelapa dengan NaOH 40%). Pada konsentrasi relatif pekat molekul ini dapat membentuk partikel berukuran koloid yang disebut misel. Zat yang molekulnya bergabung secara sepontan dalam suatu fase pendispersi dan membentuk partikel berukuran koloid yang disebut koloid terasosiasi. Etanol merupakan pelarut organik sehingga dapat melarutkan senyawa organik yang dihasilkan pada reaksi antara NaOH 40% dengan Na-Oleat. Larutan kemudian dipanaskan dan diaduk sehingga menjadi padat. Pemanasan bertujuan untuk menguapkan etanol yang digunakan untuk melarutkan NaOH dengan Na-Oleat. Dengan adanya pemanasan, menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak sehingga menyebabkan lepasnya elektrolit yang teradsorpsi pada pemukaan. Sabun yang terbentuk ditambahkan dengan NaCl jenuh dan disaring. Adapun tujuan penambahan NaCl jenuh adalah untuk mengendapkan sabun sehingga terpisah dengan air. Jika masih lengket ditmbahkan alkohol dan NaOH agar senyawa organik didalamnya larut sehingga tidak lengket lagi. Larutan ini terlebih dahulu dicelupkan lakmus merah, lakmus merah erubah menjadi biru yang menandakan larutan bersifat basa. Hal berikutnya yang dilakukan adalah melarutkan 10 ml dari sabun yang diperoleh, dan kedalam larutan sabun ini ditambahkan CaCl2. Dari hasil pengamatan larutan berwarna putih keruh sebagai akibat dari reaksi antara sabun dengan garam-garam Ca. larutan detergen dibuat dan dijadikan sebagai pembanding. Setelah diperiksa dengan kertas lakmus, larutan ini bersifat basa karena kertas lakmus merah berubah menjadi biru. Kemudian larutan ini ditesteskan ke dalam tiga buah tabung reaksi, yang amisng-masng beriss air kran, aquadeas, dan aquades+CaCl2. Tidak ada perubahan yang signifikan tabung 1 dan 2 bening, sedangkan yg ke 3 agak keruh. Sedangkan untuk larutan sabun yang telah dibuat, diteteskan juga kedalam 3 tabung reaksi yang diberi perlakuan sama seperti tabung reaksi untuuk larutan deterjen. Pada tabung 1 dan 2 warnanya menjadi agak keruh, dan pada tabung ketiga terdapat seperti gumapalan berwarna putih. Hal ini disebabkan karena sabun adalah garm karboksilat dengan pertikel R-COO-Na. Di dalam air partike ini akan terionisasiR-COO-Na+ R-COO- + Na+Anion-anion R-COO- akan bergabung membentuk misel. Gugus R- tidak larut dalam air sehingga akan terionisasi ke pusat, sedangkan COO- dalam air larut dan ada di permukaan yang bersentuhan denga air, hal inilah yang menyebabkan adanya tanda-tanda penggumpalan karena penyerapan ion sejenis.Pada percobaan terakhir yakni denaturasi protein. Disini digunakan zat putih telur, yang terdiri atas asam amino, misalnya: protamin, albumin,globulin, histon, dan albuminoda. Protamin adalah protein sederhana dengan berat molekul 2000-3000, sebagian besar terdiri atas arginin. percobaan ini dilakukan untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi denaturasi. Putih telur ini dilarutkan dan dibagi ke dalam 5 tabung reaksi yang nantinya kan mendapatkan perlkuan yang berbeda. larutan putih telur pada tabung reaksi pertama ditetesi dengan CuSO4. Dan dari hasil pengamatan menunjukkan warna larutan menjadi biru dan kemudian berubah menjadi ungu kebiruan ketika ditetesi dengan NaOH. Proses diatas merupakan proses uji biuret pada suatu protein. Kemudian pada tabung kedua ditetesi dengan larutan HNO3 pekat, dan dari hasil pengamatan menunjukkan larutan putih telur berwarna kuning keruh. Setelah dipanaskan warnanya menjadi kuning keruh dan mengendap, kemudian ditambahkan NaOH 6 M warnanya tetap sama tetapi endapannya berkurang. Proses ini dilakukan untuk menguji adanya xantoprotein pada putih telur, dan warna kuning dari larutan menunjukkan adanya kandungan xantoprotein. Sedangkan pada tabung ketiga setelah ditambahkan larutan HgCl2 larutan putih telur berubah menjadi putih keruh. Ini menunjukkan terjadinhya denaturasi atau kerusakan protein pada putih telur akibat terkontaminasi logam berat Hg. Kemudian pada tabung keempat ditambahkan 1 mL NaOH kemudian dipanaskan, dari hasil pengamatan menunjukkan larutan menjadi keruh dan memiliki bau gosong, ini menunjukkan bahwa terjadinya kerusakan pada protein. Selain itu juga ketika diuji dengan kertas lakmus merah kertas lakmus berubah warnanya menjadi biru. Ini menandakan bahwa larutan putih telur berubah menjadi basa ketika ditambahkan NaOH. Dan pada tabung terakhir ditetesi dengan Pb(OAc)2 dan I ml larutan NaOH kemudian warna larutan menjadi putih bening. pada saat pemanasan warna larutan langsung berubah menjadi kehitaman. Hal ini karena adaanya timbal atau Pb yang bersifat toksik (racun). Timbal diperoleh dari reduksi timbal (II) sulfida yang dipanaskan.