Pembahasan Jurnal Studi in Vitro Faktor Penentu Sifat Hipoglisemik Kacang Merah
-
Upload
rosemaynie-may -
Category
Documents
-
view
90 -
download
1
Transcript of Pembahasan Jurnal Studi in Vitro Faktor Penentu Sifat Hipoglisemik Kacang Merah
TUGAS BIOESSAY
PEMBAHASAN JURNAL “STUDI IN VITRO FAKTOR PENENTU SIFAT
HIPOGLISEMIK KACANG MERAH”
Dibuat Oleh :
Kelompok 91. Khalida Suskha 10 04 1092. Nadia Madilla Putri 08 04 0373. Selviana 08 04 0404. Erik Prima Putra 08 04 0565. Dewi Citra 08 04 0606. Yori Nita Marwan 08 04 0647. Yelsa Nopita Sari 08 04 0688. Rosmaini 08 04 0969. Helin Dayanti 08 04 09710. Ipatimah 08 04 09811. Benny Kurniawan 07 04 03212. Resti Afriana 07 04 078
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2012
Latar Belakang
Penyakit diabetes merupakan salah satu penyakit degeneratif yang
peningkatan kemunculannya disebabkan perubahan gaya hidup dan pola makan
dari makanan yang berbasis karbohidrat menjadi makanan berlemak tinggi.
Prevalensi penderita diabetes di Indonesia diperkirakan mencapai 5 juta pada
tahun 2020. Untuk mencegah hal tersebut, salah satu alternatif yang murah adalah
terapi diet pada penderita dengan memberikan makanan yang dapat menekan
peningkatan gula darah penderita.
Jumlah karbohidrat tidak sepenuhnya dapat dipegang sebagai satu-satunya
acuan pemilihan makanan bagi penderita diabetes karena walaupun jumlah
karbohidrat sama, tapi jika berasal dari sumber yang berbeda, maka dapat
memberikan respon yang berbeda. Karbohidrat di dalam makanan yang berbeda
dapat memiliki respon glisemik yang berbeda.
Indek Glisemik (IG) dapat dipakai sebagai acuan pemilihan makanan bagi
penderita diabetes. Makanan yang mempunyai IG rendah akan lebih
menguntungkan dalam pengendalian gula darah dibandingkan makanan yang
mempunyai IG tinggi. Daftar Indeks Glisemik di Indonesia masih langka.
Berdasarkan penelitian beberapa jenis kacang-kacangan, Indeks Glisemik kacang
merah sangat rendah yaitu 26, sedang kacang hijau, kacang tunggak, kacang gude,
kapri dan kedelai berturut-turut adalah 76, 51, 35, 30 dan 31. Penelitian lanjutan
untuk mengetahui efek konsumsi kacang merah dalam jangka panjang terhadap
penurunan kadar gula darah pada hewan coba telah dilakukan dan terbukti efektif
menurunkan gula darah pada tikus yang diinduksi diabet dengan alloxan sebesar
73,5%. Di samping itu, kacang merah juga efektif dalam menurunkan kadar
kolesterol dalam darah tikus diabetik yang diinduksi dengan alloxan.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian lebih lanjut faktor
penentu sifat hipoglisemik kacang merah dengan mengetahui pengaruh kacang
merah terhadap daya absorbsi glukosa pada usus halus tikus. Kedelai digunakan
sebagai pembanding pada penelitian ini sebab bahan pangan ini sudah diyakini
memiliki potensi yang besar untuk penurunan kadar gula darah.
Prinsip
Melihat daya absorbsi glukosa pada usus halus tikus secara in vitro karena
adanya pengaruh diet dari kacang merah dan kedelai sebagai pembanding dengan
menggunakan metode kantung usus terbalik rancangan Crane dan Wilson (1958)
yang telah dimodifikasi Yuwono (1987). Setiap 15 menit selama 90 menit diuji
kadar gula reduksi dan dihitung secara akumulatif.
Prosedur
1. Analisa proksimat kacang merah dan kedelai
Terdiri dari :
Analisa kadar air dilakukan dengan metode thermogravimetri
Kadar abu ditentukan dengan metode pembakaran
Lemak dengan metode Soxhlet
Kadar protein dengan metode Mikro-Kjeldahl
Viscositas pakan diukur dengan viskometer (Brookfield model RVT)
2. Kacang merah dan kedelai diproses menjadi tepung untuk digunakan dalam
pembuatan pakan tikus
3. Pengujian in vitro
puasakan tikus selama 20-24 jam dan tetap diberi minum → tikus dianestesi →
pembedahan → pemotongan usus → pembalikan usus sehingga villi berada
diluar → pengikatan salah satu ujung → pemasangan pada kanula → pengisian
kantung usus dengan larutan NaCl 0,9% disebut cairan serosa (tiap 5 cm usus
diisi 1 ml) → pengikatan ujung yang lain → pemasukan usus halus ke dalam
tabung yang berisi pakan kacang merah dalam larutan NaCl 0,9% dengan kadar
gula reduksi 1,4% yang disebut cairan mukosa (selama percobaan seluruh
bagian usus harus terendam dalam cairan mukosa) → pengaliran O2 (harus
dijenuhi dengan oksigen (100 gelembung/menit), temperatur harus selalu tetap
pada 37°C) → pengadukan secara terus-menerus setiap 15 menit selama 90
menit ( dimasukkan dalam waterbath bergoyang selama 90 menit, temperatur
selalu tetap pada 37°C → pengambilan cairan dari usus tiap 15 menit →
analisis gula reduksi.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa proksimat kacang merah dan kedelai terlihat bahwa
kadar total karbohidrat kacang merah lebih besar jika dibandingkan dengan total
karbohidrat kedelai. Kadar total karbohidrat kacang merah sebesar 77,02 %,
sedangkan kedelai yaitu 32,42 %.
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Kylen and McReady (1975)
dalam Mas Yamaguchi (1983) dan Daftar Komposisi Bahan Makanan (1989)
komposisi untuk protein, lemak, abu, dan karbohidrat kedelai berturut-turut adalah
34,9; 18,1; 4,7; dan 34,8. Sedangkan untuk kacang merah adalah 23,1; 1,7; 6,7;
dan 59,5.
Tabel 1. Komposisi kimia kacang merah dan kedelai ( % db)
Tabel 2. Viskositas diet standar, kacang merah, dan kedelai
Hasil analisis viskositas pakan pada diet yang diberikan pada tikus
memperlihatkan bahwa nilai viskositas diet kacang merah adalah yang tertinggi
yaitu 53,50 cps, kemudian diikuti dengan diet kedelai, dan diet standar. Sesuai
dengan hasil analisis gula darah pada penelitian sebelumnya, diet kacang merah
cenderung menurunkan level gula darah lebih baik jika dibandingkan dengan diet
yang lain. Hal ini dimungkinkan karena viskositasnya yang lebih besar. Serat
yang viskus dapat menunda pencernaan dan penyerapan makanan ke dalam tubuh
(Hockaday, 1989). Menurut Hull dan Cummings (1989), berbagai sumber serat
mempunyai pengaruh yang menguntungkan pada homeostatis glukosa pada
penderita diabet, khususnya serat larut yang dapat menunda pengosongan
lambung dan absorbsi di usus halus karena peningkatan viskositas mungkin
menyebabkan perbedaan konsentrasi digesta.
Penelitian secara in vitro untuk menentukan daya absorbsi glukosa pada usus
halus tikus karena perbedaan diet yang diberikan menggunakan metode kantung
usus terbalik. Hasil analisis terhadap daya absorbsi glukosa diperlihatkan pada
gambar 1.
Gambar 1. Daya Absorbsi Glukosa Usus Halus Tikus
Gambar 1 memperlihatkan bahwa daya absorbsi glukosa pada usus halus
tikus menurun dengan adanya pemberian diet kacang merah. Terjadi penurunan
absorbsi glukosa yang berbeda nyata dengan kontrol pada pengamatan 15 menit
ke empat dan selanjutnya. Pada penelitian ini penurunan daya absorbsi glukosa
oleh diet kacang merah lebih besar dibandingkan dengan diet yang lain. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Fitri Rahmawati (2003) yang memperlihatkan diet
kacang merah menurunkan gula darah tikus yang diinduksi diabet dengan alloxan
akibat. Adanya penurunan daya absorbsi glukosa dimungkinkan karena kacang
merah mengandung serat yang tinggi sehingga absorbsi glukosa ke dalam usus
halus dapat dihambat. Pada penelitian ini diet kacang merah mempunyai
viskositas tertinggi dan sifat viskus dari serat tersebut dapat menghambat absorbsi
glukosa ke dalam usus halus.
Diet kacang merah dapat menurunkan daya absorbsi glukosa sebesar 48,43%.
Sedangkan untuk diet kedelai dapat menurunkan daya absorbsi sebesar 45,84%.
Manthey et.al., (1999) mengatakan bahwa serat larut air dapat membentuk larutan
yang viskus, kenaikan viskusitas di dalam usus dapat memperlambat absorbsi
glukosa oleh usus halus. Serat larut yang viskus tersebut dapat menurunkan gula
darah postpandrial dan level insulin. Absorbsi merupakan proses masuknya
nutrien melalui sel-sel dinding saluran cerna ke dalam darah atau limpa (Anonim,
1989). Hal ini senada dengan yang dikemukakan Astuti (1991) bahwa absorbsi
merupakan proses dimana nutrien yang berasal dari makanan masuk ke dalam
cairan dan jaringan tubuh. Dalam penelitian ini, absorbsi merupakan proses
masuknya nutrien makanan melalui sel-sel dinding usus halus. Nutrien atau zat
gizi dalam makanan sebagian besar berada dalam bentuk kompleks, sedangkan
proses absorbsi melalui sel dinding usus halus hanya dapat dilakukan oleh nutrien
dalam bentuk sederhana. Oleh karena itu, nutrien yang dalam bentuk komplek
perlu disederhanakan terlebih dahulu menjadi bentuk sederhana sehingga siap
untuk diserap.
Menurut Astuti (1984), didalam membran brush border, glukosa diikat oleh
pengemban yang berupa bahan berprotein dan dibawa masuk ke dalam sel epitel.
Konsentrasi gula reduksi yang tinggi dalam lumen usus, akan terjadi transport
sejalan dengan konsentrasinya. Penelitian yang dilakukan secara in vitro
menunjukkan kapasitas absorbsi glukosa cukup besar pada semua bagian usus
halus, tetapi paling tinggi terjadi pada duodenum bagian bawah dan jejenum
bagian atas. Kemungkinan banyak faktor lain yang belum diketahui yang
mempengaruhi daya absorbsi glukosa pada diet kacang merah sebab di dalam
kacang merah juga terkandung protein dan mineral yang dapat berpengaruh pada
proses absorbsi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa komposisi kimia
kacang merah dan kedelai meliputi : kadar air, protein, lemak, abu dan karbohidrat
by difference berturut-turut adalah: 10,08; 17,78; 1,08; 4,12; 77,02 dan untuk
kedelai 11,68; 36,57; 15,61; 5,53; 42,29. Viskositas diet kacang merah
mempunyai nilai tertinggi yaitu 53,50 cps dan dapat menurunkan daya absorbsi
glukosa pada usus halus tikus sebesar 48,43%.