Pembahasan deksametason

4
Pembahasan Pada praktikum ini tentang pengujian efek toksik dari deksametason, Deksametason adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan, deksametason bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsangan. Aktivitas anti- inflamasi deksametason dengan jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi. Deksametason merupakan obat golongan kortikostseroid. Kortikosteroid adalah suatu hormon yang dibuat oleh bagian korteks (luar) dari kelenjar adrenal. Pada pengujian efek toksik dari deksametason digunakan dosis 50 mg, 100 mg, 150 mg, 200 mg, dan 250 mg. Pada kesempatan kali ini kami melakukan uji pada dosis uji 1 yaitu deksametason dengan dosis 50 mg. Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang hewan percobaan, adapun hewan percobaan yang digunakan adalah 2 ekor mencit. Data berat badan hewan percobaan diperlukan untuk mengethui jumlah sediaan yang akan diberikan. Rute pemberian obat yang dilakukan adalah rute pemberian obat secara oral, memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat yang paling sering, tetapi juga paling bervariasi dan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorpsi dilambung, namun diduodenum sering merupakan jalan masuk utama kesirkulasi sistemik karena permukaan absorpsinya yang lebih besar. Terhadap hewan mencit, cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Dilakukan

description

deksametason

Transcript of Pembahasan deksametason

PembahasanPada praktikum ini tentang pengujian efek toksik dari deksametason, Deksametason adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan, deksametason bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsangan. Aktivitas anti-inflamasi deksametason dengan jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi. Deksametason merupakan obat golongan kortikostseroid.Kortikosteroid adalah suatu hormon yang dibuat oleh bagian korteks (luar) dari kelenjar adrenal. Pada pengujian efek toksik dari deksametason digunakan dosis 50 mg, 100 mg, 150 mg, 200 mg, dan 250 mg. Pada kesempatan kali ini kami melakukan uji pada dosis uji 1 yaitu deksametason dengan dosis 50 mg. Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang hewan percobaan, adapun hewan percobaan yang digunakan adalah 2 ekor mencit. Data berat badan hewan percobaan diperlukan untuk mengethui jumlah sediaan yang akan diberikan. Rute pemberian obat yang dilakukan adalah rute pemberian obat secara oral, memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat yang paling sering, tetapi juga paling bervariasi dan memerlukan jalan yang paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorpsi dilambung, namun diduodenum sering merupakan jalan masuk utama kesirkulasi sistemik karena permukaan absorpsinya yang lebih besar. Terhadap hewan mencit, cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Dilakukan rute oral karena deksametason mudah diabsorpsi pada pemberian oral. Pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma dan masa paruhnya, deksametason mudah berdifusi ke dalam sel dan semua cairan tubuh. Selanjutnya mencit dibiarkan selama 1 jam untuk menunggu obat memberikan efek dan diamati gejala-gejala yang timul pada hewan percobaan setelah diberi sediaan uji. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas obat dengan efek toksik dengan cara mengamati lama waktu mencit mengalami efek toksik dengan gejala-gejala yang ditimbulkan. Berdasarkan pengamatan dalam waktu 1 jam diketahui bahwa tidak terdapat gejala-gejala toksisitas apalagi kematian dari hewan percobaan terhadap deksametason yang diberikan, hal ini ditandai dengan tetap normalnya keadaan hewan percobaan. Adapun gejala keracunan atau toksisitas isoniazid adalah diantaranya kejang-kejang, ataupun lemas. Hal tersebut menandakan bahwa dosis 1 yaitu 50 mg belum menimbulkan efek toksik terhadap hewan percobaan. Hal yang sama juga terjadi pada dosis uji lainya yaitu 100 mg, 150 mg, 200 mg, dan 250 mg. Diman untuk semua dosis tersebut tidak menimbulkan gejala toksisitas ataupun kematian. Keadaan tersebut disebabkan karena walaupun deksametason diberikan dalam dosis besar tidak menimbulkan efek toksik yang berat atau akut. Hanya jika digunakan dalam jangka panjang aterutama pada dosi besar supresiaktis kelenjar hipotalamus-adenokortikal dapat mengarah pada ketergantungan psikologis. Dosis toksik deksametason terhadap hewan percobaan adalah sebagai berikut, Toksisitas akut: LD50 oral-tikus > 3000 mg/kg. LD50 subkutan-kelinci 7,2 mg/kg BB; LD50 subkutan-tikus 14 mg/kg BB; LD50 intraperitonial-tikus 54 mg/kg BB; LD50 intraperitonial-mencit 410 mg/kg BB.Mekanisme kerja deksametason dengan inhibisi pelepasan asam arachidonat, modulasi substansi yang berasal dari metabolisme asam arachidonat, dan pengurangan jumlah 5-HT. Deksametason mempunyai efek antiemetik, diduga melalui mekanisme menghambat pelepasan prostaglandin secara sentral sehingga terjadi penurunan kadar 5-HT di sistem saraf pusat, menghambat pelepasan serotonin di saluran cerna sehingga tidak terjadi ikatan antara serotonin dengan reseptor 5-HT, pelepasan endorphin, dan anti inflamasi yang kuat di daerah pembedahan dan diduga glukokortikoid mempunyai efek yang bervariasi pada susunan saraf pusat dan akan mempengaruhi regulasi dari neurotransmitter, densitas reseptor, transduksi sinyal dan konfigurasi neuron.

KesimpulanBerdasarkan praktikum dan uraian pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, pada uji toksisitas deksametason dengan dosis 50 mg, tidak menimbulkan gejala toksisitas ataupun kematian, sehingga pada dosis tersebut belum mencapai dosis toksik. Deksametason adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan, deksametason bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsangan.

Daftar Pustaka

Anief, Moh. (1995). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta : Gadjah Mada UniversityErnst Mutschler. (1986).Dinamika Obat ; Farmakologi dan Toksikologi. Bandung : ITBGunawan, G dan Sulistia. (1995). Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: FK-UIKatzung, Bertram G. (1989). Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta.Setiawati, A. dan F.D. Suyatna. (1995).Pengantar Farmakologi DalamFarmakologi dan Terapi. Edisi IV. Editor: Sulistia G.G. Jakarta: Gaya Baru