pembahasan awal 33333
-
Upload
kendy-livi-danawati -
Category
Documents
-
view
43 -
download
0
description
Transcript of pembahasan awal 33333
Pada praktikum kali ini, telah dilakukan percobaan mengenai isolasi DNA plasmid
yang bertujuan untuk memahami metode isolasi DNA plasmid dari sel prokariot berupa
bakteri gram negatif menggunakan GeneJETTM Plasmid Miniprep Kit. Bakteri yang
digunakan adalah bakteri Escherichia coli yang mengandung plasmid PET-DUET yang telah
disisipkan resistensi ampisilin. Antibiotik ampisillin termasuk golongan antibitotik beta
laktam, cara kerjanya adalah menghentikan perkembangbiakan bakteri dengan menghalangi
bakteri dari pembentukan dinding yang mengelilingi mereka. Dinding dibutuhkan untuk
melindungi bakteri dari lingkungan dan untuk menjaga isi sel. Ampisilin juga menghambat
pertumbuhan bakteri dengan berikatan dengan enzim DD-transpeptidase sebagai inhibitor
kompetitif yang memperantarai dinding peptidoglikan bakteri, sehingga dengan demikian
akan melemahkan dinding sel bakteri Hal ini mengakibatkan sitolisis karena
ketidakseimbangan tekanan osmotis, serta pengaktifan hidrolase dan autolysins yang
mencerna dinding peptidoglikan yang sudah terbentuk sebelumnya. Metode yang digunakan
pada isolasi DNA plasmid ini adalah metode alkali lisis atau lisis basa. Lisis basa adalah
perusakan sel pada pH tinggi dengan SDS (Sodium Dodesil Sulfat), diikuti dengan pelepasan
DNA plasmid, denaturasimaterial dinding sel, dan protein-protein lain.
Prosedur isolasi diawali dengan kultivasi bakteri yang mengandung plasmid yang
akan diisolasi. Umumnya bakteri dikultur selama 12-16 jam pada media Luria-Bertani broth.
Media LB cair steril media LB terdiri dari beef extract, peptone dan lactose. Kegunaan atau
manfaat dari masing-masing komponen pada lactose broth yaitu peptone dan beef extract
merupakan sumber nutrisi esensial untuk metabolisme bakteri. Sedangkan fungsi dari laktosa
yaitu sumber karbohidrat untuk bakteri melakukan fermentasi. Bakteri Escherichia coli
sangat cocok dan dapat tumbuh baik dalam media ini. Pada umur tersebut, pertumbuhan
bakteri masih berada dalam fase eksponensial. Kultivasi yaitu memberikan kesempatan bagi
bakteri untuk memperbanyak diri sehingga pada saat pemanenan didapatkan plasmid dalam
jumlah banyak. Pemanenan sel dilakukan dengan sentrifugasi. 1000 µL suspensi bakteri
dimasukkan kedalam 2 eppendorf dengan menggunakan mikropipet kemudian di sentrifugasi
pada 6800g selama 2 menit. Gaya sentrifugal yang ada akan memisahkan massa sel bakteri
yang berbentuk padat dari cairan media pertumbuhan. Massa sel akan terendapkan pada dasar
tabung sebagai pelet. Untuk memperoleh DNA plasmid dalam jumlah yang tinggi, kultur
bakteri yang digunakan dalam isolasi plasmid haruslah yang berada dalam fase logaritmik
akhir atau awal fase stasioner. Setelah disentrifugasi, supernatannya dibuang kemudian
dimasukkan 1mL ddH2O pada salah satu eppendorf, di pipeting kemudian dijadikan satu
dengan pellet yang ada pada eppendorf kedua kemudian di pipeting lagi agar campuran
menjadi homogen. ddH2O atau disebut juga aqua bidestillata atau ultrapure water, adalah air
yang sangat murni, lebih murni dari aquadest atau pun air reverse osmosis karena telah
melalui berbagai macam cara pemurnian, Secara umum ddH2O dibuat dengan melewatkan
aquadest ke dalam suatu cartridge berisi resin-resin filter dan deionisasi untuk
menghilangkan ion-ion dari air, hingga diperoleh nilai hantaran listrik yang sangat kecil
(sekitar 5.5 × 10−6 S·m−1 atau 18 MΩ cm), terakhir air tersebut dilewatkan melalui filter
membran dengan pori-pori 0.22 µl. Biasanya ddH2O tidak perlu disterilkan lagi
menggunakan autoclave. Pada praktikum ini dd H2O digunakan untuk pencucian sel yang
sedang di panen agar terbebas dari kontaminan.
Kemudian disentrifugasi kembali pada 6800 g selama 1 menit dilakukan sebanyak 2
kali. Setelah itu, supernatan dibuang, pelet sel kemudian diresuspensikan dengan
menggunakan resuspension solution. Kedalam eppendorf dimasukkan 125 µL resuspension
solution, dipipeting agar homogen. Resuspension solution ini merupakan larutan yang
mengandung 50mM glukosa, 25mM Tris-HCl dan 10mM EDTA. EDTA berfungsi sebagai
perusak sel dengan cara mengkhelat (mengikat) kation-kation divalen seperti Mg2+ dan Ca2+.
Kedua ion ini berfungsi sebagai kofaktor yang esensial bagi aktivitas DNAse dalam mencacah
molekul DNA. Selain itu, ion Mg dan Ca diketahui berperan penting dalam mempertahankan
integritas sel maupun mempertahankan aktivitas enzim nuklease yang merusak asam nukleat
serta menjaga kestabilan membran plasma bakteri sehingga kerja EDTA juga berfungsi
membantu destabilisasi membran. Glukosa berfungsi menjaga tekanan osmotik sel agar tidak
pecah. Tris-HCl berfungsi sebagai buffer atau larutan penyangga yang dapat
mempertahankan pH sehingga DNA tetap terjaga pada pHnya. Fungsi dari penambahan
suspension soulution adalah untuk meresuspensi pelet sel bakteri setelah pemanenan
menggunakan sentrifus
Tahap selanjutnya lisis sel dan denaturasi DNA dengan pemberian lysis solution
sebanyak 125 µL, kemudian dikocok bulak-balik 4-6 kali. Lysis solution ini terdiri dari 1%
w/v SDS dan 0,2N NaOH. SDS (Sodium Dodesil Sulfat) merupakan garam deterjen anionik,
yang ketika dilarutkan dalam air akan berdisosiasi menjadi ion Na+ dan dodesil sulfat.
Dodesil sulfat adalah molekul deterjen berantai hidrofobik panjang dengan gugus sulfat
bermuatan negatif pada salah satu ujungnya. Dodesil sulfat akan berikatan dengan bagian
interior lipid bilayer pada membran sehingga mengakibatkan lisis sel. Komponen selular
bakteri termasuk DNA dan RNA akan keluar dan larut. Ion deterjen dodesil sulfat juga
mendenaturasi protein yang ada dalam lisat, dengan jalan memutuskan ikatan-katan non
kovalen (terutama ikatan hidrogen) pada protein, sehingga kembali ke struktur primernya,
sebagai rantai linier polipeptida. Hal ini membuat protein-protein enzim kehilangan aktivitas
enzimatiknya, termasuk enzim DNAse yang dikhawatirkan merusak DNA plasmid. Pada
tahap ini larutan akan berisi asam nukleat (DNA dan RNA) dan debris cell yang terdapat
dalam kompleks dodesil sulfat-lipid-protein. NaOH yang bersifat basa membuat seluruh
molekul DNA berutas ganda, baik DNA kromosomal maupun plasmid mengalami denaturasi
menjadi utas-utas tunggal. Itulah mengapa metode ini disebut sebagai metode lisis basa
(alkaline lysis). Pada tahapan ini, DNA kromosomal terpisah sempurna menjadi utas-utas
tunggal terpisah; sedangkan utas tunggal plasmid yang berbentuk lingkaran tetap terhubung,
seperti dua cincin yang saling bertautan. Karakter ukuran dan struktur kedua jenis DNA
inilah yang menjadi dasar pemisahan DNA plasmid dari DNA kromosomal. Fungsi lysis
solutin ini adalah untuk melisiskan sel dengan cara melarutkan membran sel (oleh SDS), dan
mendenaturasi DNA kromosol namun tidak mendenaturasi DNA plasmid. DNA plasmid
tidak terdenaturasi karena sifatnya yang covalently closed circular DNA
Kemudian ditambahkan 175 µL neutralization solution, kocok 4-6 kali.
Neutralization solution ini merupakan larutan kalium asetat pH ~5,5, asam asetat glasial dan
aquadest. Ion K+ bebas yang berasal dari kalium asetat pada larutan akan menetralkan muatan
negatif dari kompleks kompleks dodesil sulfat-lipid-protein terdenaturasi, membentuk
kalium-dodesil-sulfat (KDS) yang tidak larut dan terpresipitasi bersama lipid membran dan
protein yang terdenaturasi. Asam asetat berfungsi menetralkan suasana basa yang diciptakan
oleh ion hidroksida dari NaOH yang diberikan pada tahap lisis sebelumnya. Ketika pH
larutan kembali netral, ikatan-ikatan hidrogen antar basa utas tunggal DNA terbentuk
kembali, sehingga molekul tersebut dapat berenaturasi menjadi DNA berutas ganda. Proses
renaturasi inilah yang menjadi tahap seleksi bagi plasmid. Utas-utas tunggal sirkular DNA
plasmid yang yang berukuran kecil dan tetap saling bertautan dapat berenaturasi sempurna
membentuk utas ganda yang tetap berada dalam larutan; sedangkan DNA kromosomal yang
berukuran jauh lebih besar dari plasmid tidak dapat berenaturasi sempurna, membentuk
struktur kusut tak beraturan yang terperangkap dan ikut terpresipitasi bersama kompleks
KDS-lipid-protein. Larutan ini berfungsi untuk menetralisir pH menghentikan denaturasi
DNA kromosomal sehingga terbentuk presipitat DNA kromosom yang menempel dengan
debris seluler, dan memisahkan DNA plasmid yang larut di dalam supernatan hingga
terbentuk lisat bakteri. Kemudian disentrifugasi pada 12000 g selama 5 menit untuk
mengendapkan debris sel.
Kemudian supernatannya dipindahkan kekolom tabung kolektor untuk proses
purifikasi. Purifikasi ini bertujuan untuk membersihkan/memurnikan isolat dari kontaminan
selain DNA. Kemudian disentrifugasi pada 12000 g selama 1 menit bertujuan agar DNA
plasmid yang berada dalam kolom. Kemudian supernatant dibuang dan hanya DNA plasmid
yang berada dalam kolom.
Kemudian ditambahkan Wash Solution sebanyak 250 µL dan disentrifugasi pada
12000 g selama 1 menit. Kemudian supernatant dibuang dan kolom dimasukkan kembali ke
tabung kolektor. Penambahan Wash Solution bertujuan untuk menghilangkan kontaminan
yang ada di kolom. Wash Solution ini berisi etanol yang berfungsi selain menghilangkan
kontaminan, etanol ini berfungsi untuk memekatkan, memisahkan DNA dari larutan dan
mengendapkan DNA. Tahap ini dilakukan dua kali bertujuan untuk menghilangkan sisa Wash
Solution yang terdapat dalam kolom.
Setelah itu, kolom dipindahkan kedalam tabung Eppendrof 1,5 mL baru. Kemudian
ditambahkan Elution Buffer sebanyak 30 µL. Kemudian diinkubasi selama 2 menit pada suhu
ruangan dan kemudian disentrifugasi pada 12000 g selama 2 menit. Penambahan Elution
Buffer bertujuan untuk mengelusi DNA plasmid atau melepaskan ikatan antara matriks dan
silica gel dengan DNA plasmid. Elution Buffer mengandung 10mM Tris-HCl pH 8,5 yang
berfungsi sebagai larutan penyangga yang menjaga kestabilan pH. Pada saat memasukkan
Elution Buffer, tip mikropipet tidak boleh menyentuh membrane kolom agar kolom tidak
rusak dan mencegah adanya kontaminan.
Kemudian ditambahkan ddH2O sebanyak 30 µL dan diinkubasi selama 2 menit.
Kemudian disentrifugasi pada 12000 g selama 2 menit dan diperoleh supernatant yang berisi
DNA plasmid (Fraksi A). Penambahan ddH2O bertujuan untuk melepaskan sisa DNA yang
melekat pada matriks dan memekatkan DNA plasmid yang diperoleh. Setelah itu, kolom
dilepaskan dan dimasukkan kedalam Eppendrof 1,5 mL baru. Kemudian ditambahkan Elution
Buffer sebanyak 30 µL untuk mengelusi DNA plasmid dan diinkubasi selama 2 menit pada
suhu ruangan. Kemudian disentrifugasi pada 12000 g selama 2 menit dan diperoleh
supernatant yang berisi DNA plasmid (Fraksi B). Kemudian kolom dilepaskan dan
dimasukkan kedalam tabung kolektor. Kedua fraksi tersebut disimpan pada suhu -200C agar
DNA plasmid tidak rusak.
Setelah proses isolasi DNA plasmid selesai, sampel diuji menggunakan elektroforesis.
Elektroforesis DNA merupakan teknik untuk memisahkan sampel DNA berdasarkan atas
ukuran (berat molekul) dan struktur fisik molekulnya. Makin besar ukuran molekulnya,
makin rendah laju migrasinya Prinsip kerja dari elektroforesis berdasarkan pergerakan
partikel-partikel bermuatan negatif (anion), dalam hal tersebut DNA, yang bergerak menuju
kutub positif (anode), sedangkan partikel-partikel bermuatan positif (kation) akan bergerak
menuju kutub negatif (anode) Hasil elektroforesis ini dapat diamati dengan bantuan sinar UV
dimana akan terlihat pita pita DNA . Elektroforesis ini juga dapat digunakan untuk
mengetahui ukuran DNA dengan menggunakan DNA marker yang sudah diketahui
ukurannya.
Migrasi DNA saat elektroforesis tergantung pada ukuran dan bentuk DNA maka
bentuk dari DNA sampel dapat diperkirakan berdasarkan jarak migrasinya. Untuk plasmid
yang sama diperoleh lebih dari satu ukuran karena adanya DNA lain, seperti DNA
kromosomal dan DNA mitokondria yang bisa saja terikut dalam elektroforesis selain DNA
plasmid sehingga diperoleh berbegai macam ukuran DNA. Bentuk DNA plasmid yang
diperoleh juga bervariasi, kemungkinan penyebabnya adalah proses renaturasi plasmid yang
tidak sempurna sehingga tidak dapat berbentuk sirkular seperti normalnya atau bahkan
plasmid tersebut terdenaturasi karena goncangan yang terlalu kencang saat proses isolasi.
Bentuk DNA (plasmid) yang paling cepat termigrasikan menuju kutub positif adalah DNA
dengan bentuk supercoiled. Disusul oleh DNA plasmid bentuk supercoiled terdenaturasi,
relaxed circular, linear, dan nicked open circular. DNA plasmid yang digunakan untuk proses
elektroforesis ini tidak dapat dijamin 100% kemurniannya karena selain DNA plasmid dalam
bakteri juga terdapat DNA lain yang mungkin saja terikut, misalnya, pada proses penetralan
jika sentrifugasi dan pengocokan dilakukan berlebihan atau terlalu kuat maka DNA
kromosom dapat terlarut dalam supernatant bersama DNA plasmid yang digunakan untuk
tahap selanjutnya. Dalam proses elektroforesis itu sendiri banyak hal yang mempengaruhi
migrasi DNA, yaitu: ukuran DNA, konsentrasi agarosa, konformasi DNA, tegangan arus
listrik, arah medan listrik, temperatur, keberadaan interchelating agent, komposisi basa, dan
komposisi buffer elektroforesis.
Kesimpulan
Praktikan dapat mengisolasi DNA plasmid dari sel prokariot berupa bakteri gram
negatif Escherichia coli menggunakan GeneJETTM Plasmid Miniprep Kit dengan
melakukan beberapa tahap yaitu : tahap kultivasi dan harvesting , tahap lisis dan tahap
pemurnian DNA plasmid. Setelah, hasil isolasi DNA kromosom diuji dengan
elektroforesis.