PEMBAHASAN analitik

4
PEMBAHASAN Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstannya). Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan mantap (stabil), sehingga dapat diketahui berat tetapnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus senyawa serta berat atom penyusunnya. Pada percobaan ini yang digunakan sebagai sampel adalah kobalt klorida sebenarnya jumlah mol air dalam kobalt klorida telah diketahui yaitu sebanyak 6 mol. Akan tetapi perlu dilakukan pengujian ulang pada sampel tersebut apakah berkurang atau berlebih dikarenakan faktor lingkungan yang mungkin saja mempengaruhi jumlah mol air dalam sampel tersebut. Cawan porselin yang akan digunakan sebagai wadah sampel pertama dipanaskan terlebihda hulu di dalam oven pada suhu 125 o C selama 10 menit. Hal ini dilakukan untuk menguapkanmolekul air yang terdapat pada cawan tersebut. Setelah pemanasan, cawan porselin tersebutkemudian didinginkan. Pada dasarnya, pendinginan cawan semestinya dilakukan di dalam eksikator. Eksikatormerupakan sebuah tempat yang didalamnya terdapat silika gel yang dapat menyerap molekul air sehingga sampel dapat terbebas dari udara. Silika gel bersifat sebagai higroskopis,

description

analitik

Transcript of PEMBAHASAN analitik

Page 1: PEMBAHASAN analitik

PEMBAHASAN

            Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan yang

paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis gravimetri

adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstannya). Bagian terbesar

analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus senyawa yang dianalisis menjadi

senyawa lain yang murni dan mantap (stabil), sehingga dapat diketahui berat tetapnya. Berat

unsur atau gugus  yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus senyawa serta berat atom

penyusunnya.

Pada percobaan ini yang digunakan sebagai sampel adalah kobalt klorida sebenarnya

jumlah mol air dalam kobalt klorida telah diketahui yaitu sebanyak 6 mol. Akan tetapi perlu

dilakukan pengujian ulang pada sampel tersebut apakah berkurang atau berlebih dikarenakan

faktor lingkungan yang mungkin saja mempengaruhi jumlah mol air dalam sampel tersebut.

Cawan porselin yang akan digunakan sebagai wadah sampel pertama dipanaskan terlebihdahulu

di dalam oven pada suhu 125oC selama 10 menit. Hal ini dilakukan untuk menguapkanmolekul

air yang terdapat pada cawan tersebut. Setelah pemanasan,

cawan porselin tersebutkemudian didinginkan.

Pada dasarnya, pendinginan cawan semestinya dilakukan di

dalam eksikator. Eksikatormerupakan sebuah tempat yang didalamnya terdapat silika gel yang

dapat menyerap molekul air sehingga sampel dapat terbebas dari udara. Silika gel bersifat

sebagai higroskopis, sehinggafungsinya adalah untuk menyerap molekul-molekul air yang

ada pada ruang tersebut. Jadimolekul air yang dari sampel akan diambil oleh silika gel tersebut.

Percobaan ini dilakukansebanyak 3

kali yang bertujuan untuk mengetahui berat konstan dari cawan tersebut.

Setelah didinginkan kemudian sampel dimasukkan kedalam cawan lalu dipanaskan pada

suhu dan waktu yang sama saat cawan porselin dipanaskan. Setelah itu sampel yang sudah

dipanaskan didinginkan kembali. Ternyata berat dari sampel tersebut berkurang. Hal ini

dikarenakan berkurangnya berat sampel setelah pemanasan setara dengan jumlah molekul air

Page 2: PEMBAHASAN analitik

yang menguap. Kemudian hal diatas diulangi sebanyak 3 kali untuk mendapatkan berat sampel

yang konstan pula.

            Setelah didapatkan berat sampel dan cawan

porselin maka dapat ditentukanberapa jumlah mol air yang terikat pada senyawa kobalt

klorida tersebut. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, diketahui jumlah mol air yang

terikat pada sampel sebanyak 0,5 mol. Hasil ini berbeda dengan hasil yang

semestinya yaitu sebanyak 6 mol. Hal ini mungkin

dikarenakan semestinya saat pemanasan harus menggunakan tanur dengan suhu 700 sampai

900oC tetapi yang digunakan hanya suhu 125oC, dan yang

seharusnya menggunakan eksikatortetapi dalam percobaan ini tidak digunakan,

sehingga dapat disimpulkan bahwa masih ada sisamolekul air pada cawan yang

tidak bias diuapkan oleh oven pada suhu tersebut dan juga karena sampel yang sifatnya

higroskopis sehingga mudah menyerap air yang ada pada udara bebas.

Setelah dipanaskan masih ada air yang bersisa, karena air dalam sampel merupakan air

yang terikat. Kutub positif dan negatif air

dan sampel saling berinteraksi, dimana kutub positifdalam sampel berinteraksi dengan kutub neg

ative dalam air dan kutub negative dalam sampelberinteraksi dengan kutub positif

air. Sehingga disebut sebagai air yang

terikat karena susahuntuk dipisahkan makanya harus diuapkan pada suhu 700 sampai

900oC dan didinginkan padaeksikator.

Page 3: PEMBAHASAN analitik

IX. PEMBAHASANPada prakttikum alkalimetri ini, sampel yang akan ditentukan konsentrasi atau kadarnya adalah senyawa asam lemah  yaitu asam asetat. Sebelum menentukan konsentrasinya, ada beberapa hal yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu pembuatan larutan baku primer dan pembakuan larutan baku sekunder oleh larutan baku primer. Pada praktikum kali ini pula, larutan baku primer yang digunakan adalah asam oksalat 0,1575 g yang kemudian dilarutkan didalam labu ukur sampai batas kalibrasi ( 250  mL), pembuatannya pun harus dilakukan secara teliti, mulai dari menimbang sampai melarutkan. Berbeda dengan pembuatan larutan baku sekunder yang pada umumnya dilakukan di dalam beaker glass, karena ketidakakuratan pembuatan dapat di abaikan.Larutan NaOH yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang berskala) melalui corong terlebih dahulu, hal ini bertujuan agar pertumpahan larutan baku dapat lebih diminimalisir dan jumlah titran yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan sesudah titrasi. Larutan asam oksalat yang dititrasi dimasukkan kedalam gelas kimia (erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memakai pipet gondok. Untuk mengamati titik ekivalen, dipakai indikator yang warnanya disekitar titik ekivalen. Dala titrasi yang diamati adalah titik akhir bukan titik ekivalenSeperti yang telah diketahui sebelumnya, dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam oksalat dan natrium hidroksida keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator pjenolptalein . Titik pada titrasi dimana phenolptalein warnanya berubah menjadi warna merah jambu, karena indikator ini dapat berubah warna dalam keadaan basa, yaitu diantara PH 8-10 , fenomena ini disebut dengan  disebut titik akhir titrasi. Volume NaOH yang terpakai dicatat dan percobaan ini dilakukan sekali lagi, data yang telah terkumpul digunakan untuk menentukan kadar NaOH dalam satuan Normalitas.Pembakuan pun telah selesai dilakukan, langkah terakhir adalah menentukan kadar Asam asetat yang menjadi sampelnya, cara yang digunakan sama dengan cara pembakuan NaoH dengan asam oksalat. Untuk perhitungan kadar dari asam oksalat digunakan rumus :

% (b/v) sampel = N x BM x (100:1000) Sehingga dari hasil perhitungan tersebut, kadar asam asetat adalah 0,0693 % (b/v).